Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

“TEORI-TEORI PERKEMBANGAN”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu : Najmi Hayati M.Ed

OLEH KELOMPOK 1 :

APRIZAL (222410178)

ASWIN NASUTION (222410189)

ALI MUSTOFA HASIBUAN (222410215)

DARMANSYAH (222410242)

FIRLI SEPTY HANDAYANI (222410231)

IBRA ABDILLAH (222410205)

JELITA SHINTYA NASUTION ( 222410177 )

KHAIRUNNISA SIREGAR (222410198)

M. RIZQY KHABIBULLAH (222410272)

RAMHMADOINI (222410236)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Najmi Hayati M.Ed sebagai dosen
pengampu mata kuliah Psikologi Perkembangan yang telah membantu memberikan arahan
dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Pekanbaru, 26 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

2.1 Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget........................................................................3

2.2 Teori Perkembangan Kognitif dalam Teori Piaget..........................................................10

2.3 Teori-teori Perkembangan..............................................................................................15

BAB III...................................................................................................................................25

PENUTUP..............................................................................................................................25

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................25

3.2 Saran........................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan merupakan proses perubahan psikis yang dialami oleh setiap manusia
yang nantinya mengalami peningkatan atau progress kematangan dalam hidupnya (Khaulani
et al.,2020). Kognitif bisa dikatakan suatu bagian psikologis yang diantaranya berupa
perilaku mental dalam kemampuan mempertimbangkan, menyelesaikan masalah, memahami,
mengolah informasi, kemantapan serta kesengajaan, sehingga kognitif bisa diartikan suatu
psikologis individu yang berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki.

Fungsi-fungsi psikologis yang ada pada tiap individu mempunyai kaitan dengan
perkembangan kognitif. Berkembangnya suatu pikiran seseorang disebut sebagai
perkembangan kognitif. Apa saja yang menjadi bahan pemikiran anak merupakan isi dari
otaknya yang memiliki tanggung jawab dalam berbahasa, membentuk mental, memahami,
memecahkan masalah, sudut pandang, menilai, memahami sebab akibat, dan juga ingatan.
Perkembangan kognitif dialami oleh setiap individu dari mereka lahir, bayi, anak-anak,
remaja hingga dewasa dan akan terus selalu berkembang. ( Naryati, 2021)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis merumuskan
permasalahan pokok dalam makalah ini adalah:

1. Apa itu Teori Perkembangan Kognitif Piaget?


2. Apa saja Dasar - Dasar Penetapan Tahap?
3. Apa saja Tahap - Tahap Perkembangan?
4. Apa saja Konsep Peningkatan Tahap?
5. Apa saja Prinsip - Prinsip Penerapan Dalam Bidang Pendidikan?
6. Bagaimana Ilustrasi Penerapan dalam Pembelajaran?
7. Apa itu Teori Psikonalisa?
8. Apa itu Learning Teories?
9. Bagaimana Proses Persepsi dan Polarekognisi?

1
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini ialah:

1. Untuk mengetahui apa itu Teori Perkembangan Kognitif Piaget


2. Untuk mengetahui apa saja Dasar - Dasar Penetapan Tahap
3. Untuk mengetahui apa saja Tahap - Tahap Perkembangan
4. Untuk mengetahui apa saja Konsep Peningkatan Tahap
5. Untuk mengetahui Prinsip - Prinsip Penerapan Dalam Bidang Pendidikan
6. Untuk mengetahui Ilustrasi Penerapan dalam Pembelajaran
7. Untuk mengetahui Teori Psikonalisa
8. Untuk mengetahui Learning Teories
9. Untuk mengetahui Proses Persepsi dan Polarekognisi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

A. Pengertian Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Istilah perkembangan merujuk pada bagaimana orang tumbuh, menyesuaikan diri, dan
berubah sepanjang perjalanan hidupnya melalui perkembangan fisik, perkembangan
kepribadian, perkembangan sosioemosi, perkembangan kognisi (pemikiran), dan
perkembangan bahasa (Rita L., 2010: 9). Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang
padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas cognitive (kognisi) ialah
perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.

Jean Piaget adalah salah satu tokoh yang meneliti tentang perkembangan kognitif dan
mengemukakan tahapan - tahapan perkembangan koginitif. Dalam perkembangan
selanjutnya, istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu domain atau wilayah / ranah
psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan
pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan
keyakinan. Ranah kejiwaaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi
(kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa (Muhibbin, 2012: 2).

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan
bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan dengan objek dan kejadian-kejadian
sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan,
perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua, dan teman. (Ridho,
2019

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan
bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan dengan objek dan kejadian-kejadian
sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan,
perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua, dan teman. Bagaimana
cara anak mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan

3
perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-
objek dan peristiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek-objek dan
peristiwa tersebut (“Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget,” n.d.).

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek dasar / konsep


dasar, yaitu (Gunarsa, 2006: 141);

 Kematangan / kemasakan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf. Kematangan


ini merupakan pengembangan dari susunan syaraf. Contohnya, kemampuan melihat
atau mendengar disebabkan oleh kematangan yang sudah dicapai oleh susunan syaraf
yang bersangkutan.
 Pengalaman, yaitu relasi timbal balik antara organisme dengan dunianya. Relasi
timbal balik antara organisme dengan lingkungannya.
 Interaksi / transmisi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam relasinya
dengan lingkungan sosial. Seseorang bertumbuh sebagaimana ia berinteraksi dengan
lingkungan / sesama. Contohnya, cara pengasuhan dan pendidikan dari orang lain
yang diberikan kepada anak. Melalui dua proses yaitu organisasi dan adaptasi.
 Ekuilibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme agar
dia selalu mampu mempertahankan keseimbangan dan beradaptasi terhadap
lingkungannya.

Piaget mengemukakan bahwa setiap organisme yang maumengadakan adaptasi


dengan lingkungannya, harus mencapai keseimbangan yaitu antara aktivitas organisme
terhadap lingkungan dan sebaliknya. Agar terjadi ekuilibrasi antara dirinya dengan
lingkungan, maka peristiwa-peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara terpadu,
bersama-sama dan komplementer. Piaget melihat kemampuan anak memperlihatkan pola
teratur dalam geraknya (skema).

Piaget juga mengamati bahwa anak membangun kemampuan kognitif adaptasi


(menyesuaikan diri) dengan lingkungannya. Lebih jelasnya ada dua sistem yang mengatur
dari dalam mempunyai dua faktor, diantaranya:

1. Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang diperhatikan oleh
organisme yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang

4
kompleks. Misalnya, skema: dunia raih, hisap, merangkak, mengenyot pipi, melihat,
dan lain-lain.
2. Adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses
asimilasi dan akomodasI.

Adaptasi dibagi ke dalam dua proses yang saling mengisi, diantaranya

1. Asimilasi

Asimilasi adalah kecenderungan organisme untuk mengubah lingkungannya (objek)


guna menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri atau organisme memanipulasi dunia luar
dengan cara membuatnya menjadi serupa dengan dirinya. Asimilasi mengambil sesuatu dari
dunia luar dan mencocokkannya ke dalam struktur yang telah ada. Misalnya, manusia
mengasimilasi makanan dengan membuatnya ke dalam komponen nutrisi, makanan yg
mereka makan menjadi bagian dari diri mereka. Dengan kata lain, asimilasi adalah
kemampuan anak mengubah objek yang dilihat dan disentuh sesuai dengan pola pikirnya.

2. Akomodasi

Akomodasi adalah kecenderungan organisme (subjek) untuk mengubah dirinya


sendiri guna menyesuaikan diri dengan lingkungan atau organisme memodifikasi dirinya
sehingga menjadi lebih menyukai lingkungannya. Ketika seseorang mengakomodasi sesuatu,
mereka mengubah diri mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan eksternal. Contohnya,
tubuh tidak hanya mengasimilasi makanan namun juga mengakomodasikannya dengan
mensekresi cairan lambung untuk menghancurkannya dan kontraksi lambung mencernanya
secara involunter.

Kemampuan anak sebagai subjek menyesuaikan diri terhadap objek di luar


dirinya.Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan
berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian
tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium
(keseimbangan), yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan
pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang
tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas. Dengan

5
demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar
secara pasif namun orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya. Hubungan
antara asimilasi dan akomodasi adalah komplementer. Dalam setiap tingkah laku organisme
dapat ditemukan aspek asimilasi dan akomodasi. Dalam konteks ini penting untuk berupaya
memelihara keseimbangan asimilasi dengan akomodasi.

B. Tahap-tahap Perkembangan
1. Tahap Sensorimotor (Usia 18–24 Bulan)

Tahap sensorimotor adalah tahap pertama dari perkembangan kognitif anak yang
terjadi pada usia 0–2 tahun. Pada tahap ini, anak akan belajar untuk mengenal diri sendiri dan
dunia luar melalui kemampuan sensorik (melihat dan mendengar) serta tindakan motorik
(menyentuh dan menggapai).Semua hal yang dipelajari anak pada tahap sensorimotor akan
didasarkan pada pengalaman dan trial and error. Misalnya, anak akan menangis jika ingin
mendapatkan perhatian atau mengetahui keberadaan orang tua saat bermain petak umpet.

1. Tahap Praoperasional (Usia 2–7 Tahun)

Tahap praoperasional adalah masa di mana anak akan mengembangkan


kemampuannya dalam mengingat dan berimajinasi. Selain itu, pada tahap ini, anak memiliki
kecenderungan untuk meniru cara seseorang dalam berbicara dan berperilaku.Perlu diketahui,
pada tahap ini, anak masih belum bisa menggunakan logika maupun mengubah,
menggabungkan, dan memisahkan pikiran atau idenya. Hal inilah yang membuat anak usia
2–7 tahun kerap memiliki teman imajinasi.

2. Tahap Operasional Konkret (Usia 7–11 Tahun)

Tahapan perkembangan kognitif anak selanjutnya adalah tahap operasional konkret


pada usia 7–11 tahun. Tahapan operasional konkret ditandai dengan perkembangan
kemampuan pemikiran logika, namun hanya untuk objek fisik.Salah satu contoh
perkembangan kognitif anak pada tahap operasional konkret adalah anak dapat memahami
bahwa air bisa membeku dan mencair, mampu mengatur serta mengurutkan krayon
berdasarkan warnanya, dan lain sebagainya.

6
3. Tahap Operasional Formal (12 Tahun Ke Atas)

Tahap operasional formal merupakan tahap terakhir dari perkembangan kognitif anak
menurut teori Piaget. Tahap operasional formal akan dimulai saat anak menginjak usia 12
tahun. Saat memasuki tahap ini, anak akan memperoleh kemampuan untuk berpikir secara
abstrak, menggunakan logika untuk menyelesaikan masalah, dan belajar merencanakan
sesuatu.Selain itu, tahap operasional formal juga memungkinkan anak untuk mulai
memeriksa, menilai, dan mengevaluasi pikiran atau tindakannya sendiri.Faktor yang
Memengaruhi Perkembangan Kognitif AnakTerdapat sejumlah faktor yang dapat
memengaruhi proses perkembangan kognitif pada anak, di antaranya adalah:Faktor
keturunan.Faktor lingkungan, seperti keluarga, sekolah, dan lain sebagainya.Faktor minat dan
bakat.Faktor kebebasan dalam berpikir.Faktor kematangan fisik maupun psikis.Pola asuh
orang tua.Faktor nutrisi.Gangguan mental tertentu, seperti autisme, attention deficit
hyperactivity disorder (ADHD), obsessive-compulsive disorder, dan lain-lain.

C. Dasar-dasar Penetapan Tahap

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan manusia ini terjadi mulai dari dalam
kandungan, lahir, anak-anak, remaja, dewasa, hingga tua. Perlu diketahui, pertumbuhan
manusia ini ditandai dengan bertambahnya ukuran berat dan tinggi pada tubuh. Sementara
itu, perkembangan ditandai dengan bertambahnya kemampuan fisik dan organ dalam tubuh
manusia. Secara sederhana, pertumbuhan dan perkembangan fisik ini ditandai dengan
perubahan fisik, kemampuan berpikir, motorik, emosi, hingga sosial.

Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan manusia, ada beberapa tahapan


manusia dapat tumbuh dari berupa embrio hingga menjadi manusia dewasa. Beginilah
tahapannya:

1. Embrionik

7
Fase embrionik adalah pertumbuhan dan perkembangan embrio pada saat masa
kehamilan hingga melahirkan.Pada fase ini embrio berkembang di dalam kandungan dengan
bertambah ukuran dan berat, dan mulai munculnya organ-organ tubuh.

2. Pascaembrionik (Bayi)

Pascaembrionik adalah proses pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi seteah


lahir. Pada fase ini, organ-organ tubuh pada bayi sudah mulai dapat bekerja, walaupun belum
maksimal.Otot dan saraf mulai berkembang dan membentuk kesadaran awal. Alat gerak
mulai digunakan.

3. Masa Kanak-Kanak Awal

Masa kanak-kanak awal disebut juga sebagai pra sekolah yakni usia 5 hingga 6.
Dalam tahap pertumbuhan manusia ini, manusia akan belajar melakukan banyak hal sendiri.
Seperti makan, buang air, dan bermain bersama teman. Manusia juga mulai mengembangkan
keterampilan yang berkaitan dengan kesiapan sekolah, seperti belajar membaca dan menulis.

4. Masa Kanak-Kanak Tengah dan Akhir

Masa kanak-kanak tengah dan akhir merupakan masa pertumbuhan yang berlangsung
pada umur 6-11 tahun.Pada tahap ini, manusia umumnya sudah menguasai keterampilan
dalam membaca, menulis, dan berhitung. Manusia juga sudah terlibat dalam kegiatan
akademis, interaksi sosial dengan teman di sekolah dan mulai memperhatikan pencapaian.
Ketika disanjung, maka manusia akan merasa bangga dan kompeten. Sebaliknya ketika gagal,
ia akan merasa rendah diri. Ketrampilan fisik sudah meningkat dengan aktif, sehingga
memicu pertumbuhan yang lebih cepat.

5. Masa Remaja,

Pada masa remaja, manusia sudah mengalami perkembangan organ-organ reproduksi


dan mengalami pubertas. Selain itu, perubahan fisik yang membedakan antara laki-laki dan

8
perempuan semakin terlihat.Remaja juga mulai mandiri dan mencari jati dirinya sendiri. Ia
akan berpikir secara lebih logis namun masih memiliki perasaan sensitive.

6. Masa Dewasa Muda

Masa dewasa muda umumnya akan berlangsung sekitar usia 19-40 tahun. Dalam
tahap ini manusia telah mencapai kematangan berbagai aspek.Masa dewasa ditandai
denganberhentinya pertumbuhan fisik pada manusia.ubuh bisa bertambah berat, namun sudah
tidak bisa bertambah tinggi. Orang-orang dalam fase ini umumnya lebih prima, mandiri, dan
dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk diri sendiri maupun orang lain. Selain itu,
orang dalam masa dewasa muda akan mempertimbangkan konsekuensi yang akan dihadapi
atas perbuatannya.

7. Masa Dewasa Tengah

Masa dewasa tengah adalah tahap pertumbuhan manusia yang terjadi di usia 40-60
tahun, teman-teman. Di masa dewasa tengah ini, kondisi manusia tidak begitu prima seperti
masa sebelumnya. Tingkat berpikir dan kematangan mental sudah jauh berkembang
dibandingkan.

8. Masa Tua (Manula)

Jika pada masa dewasa pertumbuhan berhenti, pada masa tua organ-organ tubuh
mengalami penurunan fisiologis. Hal-hal yang bisa dilakukan saat usia muda, sudah tidak
bisa dilakukan pada masa ini. Fungsi organ tubuh mulai tidak bekerja secara maksimal
hingga hilang sampai mengalami kematian.tahapan perkembangan

D. Konsep peningkatan tahap

Konsep kontinuitas dan diskontinuitas merujuk pada cara kita memandang


perkembangan manusia (Windayani et al., 2021). Ini adalah dua pendekatan yang berbeda
untuk memahami bagaimana individu tumbuh dan berubah sepanjang waktu.

1. Kontinuitas: Pendekatan ini menganggap perkembangan sebagai proses yang


berkelanjutan dan konsisten. Artinya, perkembangan berlangsung secara bertahap dan

9
berkelanjutan dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Perubahan dalam perilaku dan
kemampuan terjadi dengan cara yang relatif stabil dan berlanjut dari masa satu tahap
ke tahap berikutnya.
2. Diskontinuitas: Pendekatan ini melihat perkembangan sebagai serangkaian tahap
diskontinu yang ditandai dengan perubahan yang tajam dan berbeda pada setiap tahap.
Dalam pandangan ini, individu mengalami lonjakan perkembangan pada titik-titik
tertentu dalam hidup mereka yang secara signifikan memengaruhi kemampuan dan
perilaku mereka.

Pertanyaan tentang apakah perkembangan lebih dipengaruhi oleh faktor genetik


(hereditas) atau faktor lingkungan telah menjadi perdebatan dalam bidang psikologi
perkembangan. Namun, sebagian besar ahli setuju bahwa perkembangan dipengaruhi oleh
interaksi kompleks antara genetik dan lingkungan (Amini & Naimah, 2020).

1. Hereditas (Genetik): Faktor genetik berkontribusi pada ciri-ciri


2. Fisik, kognitif, dan bahkan sifat-sifat kepribadian individu. Sifat-sifat yang diwarisi
dari orangtua dapat membentuk landasan dasar perkembangan individu.
3. Lingkungan: pengasuhan, interaksi sosial, pendidikan, dan pengalaman hidup, juga
memainkan peran kunci dalam perkembangan individu. Lingkungan dapat
membentuk cara anak-anak belajar, berinteraksi dengan dunia sekitar, dan
mengembangkan keterampilan sosial.

Interaksi Genetik dan Lingkungan: Konsep interaksi genetik dan lingkungan


menggarisbawahi bahwa perkembangan adalah hasil dari interaksi antara faktor-faktor
genetik dan lingkungan. Faktor-faktor ini saling mempengaruhi dan membentuk kemampuan,
sifat, dan perilaku individu. Sebagai contoh, seseorang mungkin memiliki potensi genetik
untuk keterampilan tertentu, tetapi lingkungan yang mendukung dan pelatihan yang
mengembangkan potensi itu.

2.2 Teori Perkembangan Kognitif dalam Teori Piaget

Melansir dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menurut J. Piaget, awal
masa remaja terjadi transformasi kognitif yang besar menuju cara berpikir yang lebih abstrak,

10
konseptual, dan berorientasi ke masa depan (future oriented). Remaja mulai menunjukkan
minat dan kemampuan di bidang tulisan, seni, musik, olahraga, dan keagamaan.

Teori perkembangan kognitif Jean Piaget atau teori Piaget menunjukkan bahwa
kecerdasan berubah seiring dengan pertumbuhan anak. Perkembangan kognitif seorang anak
bukan hanya tentang memperoleh pengetahuan, anak juga harus mengembangkan atau
membangun mental.

A. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif anak mengacu pada proses mengingat, pengambilan


keputusan, dan pemecahan masalah. Perkembangan ini bisa berbeda-beda pada tiap anak.

Psikolog J. Piaget membagi perkembangan kognitif anak pada empat tahap


berdasarkan usia anak, yaitu:

1. Tahap Sensorimotor (Usia 18-24 bulan)

Tahap sensorimotor adalah yang pertama dari empat tahap dalam teori Piaget
mengenai perkembangan kognitif anak Piaget. Selama periode ini, bayi mengembangkan
pemahaman tentang dunia melalui koordinasi pengalaman sensorik (melihat, mendengar)
dengan tindakan motorik (menggapai, menyentuh). Perkembangan utama selama tahap
sensorimotor adalah pemahaman bahwa ada objek dan peristiwa terjadi di dunia secara alami
dari tindakannya sendiri.

Misalnya, jika ibu meletakkan mainan di bawah selimut, anak tahu bahwa main yang
biasanya ada (dia lihat) kini tidak terlihat (hilang), dan anak secara aktif mencarinya. Pada
awal tahapan ini, anak berperilaku seolah mainan itu hilang begitu saja.

2. Tahap Praoperasional (Usia 2-7 Tahun)

11
Tahap ini dimulai sekitar 2 tahun dan berlangsung hingga kira-kira 7 tahun. Selama
periode ini, anak berpikir pada tingkat simbolik tapi belum menggunakan operasi kognitif.
Artinya, anak tidak bisa menggunakan logika atau mengubah, menggabungkan, atau
memisahkan ide atau pikiran. Perkembangan anak terdiri dari membangun pengalaman
tentang dunia melalui adaptasi dan bekerja menuju tahap (konkret) ketika ia bisa
menggunakan pemikiran logis.

Selama akhir tahap ini, anak secara mental bisa merepresentasikan peristiwa dan
objek (fungsi semiotik atau tanda), dan terlibat dalam permainan simbolik.

3. Tahap Operasional Konkret (Usia 7-11 Tahun)

Perkembangan kognitif anak di tahap ini berlangsung sekitar usia 7 hingga 11 tahun,
dan ditandai dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional. Piaget
menganggap tahap konkret sebagai titik balik utama dalam perkembangan kognitif anak,
karena menandai awal pemikiran logis.

Pada tahapan ini, Si Kecil cukup dewasa untuk menggunakan pemikiran atau
pemikiran logis, tapi hanya bisa menerapkan logika pada objek fisik. Anak mulai
menunjukkan kemampuan konservasi (jumlah, luas, volume, orientasi). Meskipun anak bisa
memecahkan masalah dengan cara logis, mereka belum bisa berpikir secara abstrak atau
hipotesis.

4. Tahap Operasional Formal (Usia 12 tahun ke atas)

Perkembangan kognitif anak menurut tahap terakhir menurut Piaget dimulai sekitar
usia 12 tahun dan berlangsung hingga dewasa. Saat remaja memasuki tahap ini, mereka
memperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak dengan memanipulasi ide di
kepalanya, tanpa ketergantungan pada manipulasi konkret. Seorang remaja bisa melakukan
perhitungan matematis, berpikir kreatif, menggunakan penalaran abstrak, dan membayangkan
hasil dari tindakan tertentu.

12
B. Prinsip-prinsip Penerapan dalam Bidang Pendidikan

Prinsip-prinsip psikologi dalam pembelajaran, psikologi mengkaji kehidupan seseorang


dari aspek psikologisnya ,seperti aspek kecerdasan ,perkembangan ingatan ,persepsi perasaan
emosi dan lain sebagainya misalnya dalam proses pendidikan dan pembelajaran seorang
pendidik perlu memperhatikan aspek perkembangan intelegensi peserta didiknya, aspek
pertumbuhan perkembangannya motivasi daya ingat kondisi emosional saat belajar itu semua
merupakan hal-hal yang sangat prinsip untuk dipahami dan diamalkan oleh pendidik dalam
proses pembelajaran, agar hasil atau capaian belajar peserta didik optimal. ada beberapa
aspek psikologis yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran;

1. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak atau Peserta Didik

Dikemukakan lebih lanjut, mengapa pendidik perlu memahami perkembangan siswa


karena pendidik mestinya bertanggung jawab untuk memahami perubahan-perubahan yang
terjadi pada didik anak didalam kelasnya. Di samping itu juga, perlunya memahami
perkembangan anak adalah” apakah pembelajaran yang dilakukan itu cocok dengan
perkembangan anak atau tidak”(santrok,2011). Perkembangan siswa perlu menjadi perhatian,
materi pembelajaran yang terlalu sukar by anak akan menimbulkan stress dan kalau terlalu
muda akan menimbulkan kebosanan (boring). Oleh karena itu pembelajaran yang baik adalah
sesuai dengan rentang usia anak, kemampuan, dan keterampilannya.

2. Kecerdasan (intelegensi)

Inteligensi kemampuan seseorang untuk memikirkan sesuatu permasalahan yang


dihadapi, kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya dengan baik, kemampuan
untuk mengambil keputusan, ada beberapa teori yang menganggap pentingnya memahami
perkembangan kognitif dalam belajar seperti teori sosial kognitif (social cognitive), proses
informasi (information -processing), teori-teori tersebut dikemukakan oleh beberapa ahli
yang dimuat dalam bukunya santrock,(2011), seperti pendura menyatakan bahwa interaksi

13
antara lingkungan, pribadi (kognitif), dan perilaku merupakan faktor yang berpengaruh dalam
belajar. Semua contoh teori-teori tersebut menunjukkan betapa pentingnya kecerdasan atau
kognitif dalam proses belajar.

3. Motivasi

Motivasi merupakan energi yang secara langsung dan berkelanjutan mempengaruhi


tingkah laku seseorang motivasi merupakan faktor penggerak untuk berbuat sesuatu, sumber
motivasi dibedakan dalam dua jenis yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsika.

a. Motivasi ekstrinsik ini dipengaruhi oleh adanya insentif seperti hadiah dan hukuman.
Peserta didik akan rajin belajar bilamana mereka akan mendapatkan hadiah atau
menghindari hukuman.
b. Motivasi intrinsik juga disebut motivasi,bahwa seseorang melakukan sesuatu karena
dorongan dari dalam dirinya, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik rajin
belajar dan mengerjakan tugas-tugas karena hal itu merupakan tanggung jawabnya
dalam belajar. Motivasi intrinsik akan mendorong peserta didik untuk rajin belajar,
serius.

Drone ini tahu tinggi dalam mendalami materi pelajaran. Banyak ahli psikologi dan
para pendidik menekankan betapa pentingnya peserta didik mengembangkan motivasi dalam
proses belajar. Beberapa kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi proses seperti uraian
terdahulu merupakan faktor penting untuk dikelola dalam proses pembelajaran. Pada
hakekatnya psikologi pendidikan adalah mengkaji, menganalisis, dan menerapkan hasil
analisis aspek-aspek psikologis tersebut dalam proses pembelajaran

C. Ilustrasi Penerapan dalam Pembelajaran

Banyak kebudayaan di dunia yang memberi pengaruh terhadap masyarakatnya


menjadi sangat sensitif dan memiliki kapabilitas untuk memahami pesan melalui rangsangan
visual /indera penglihatan. Oleh karena itu pesan visual sudah sangat familiar dalam
kehidupan manusia. Baik masyarakat tradisional maupun masyarakat modern masih banyak
melakukan komunikasi secara visual dan bahkan mengisi sebagaian besar waktunya saat
tidak tidur. Hadirnya televisi mampu menyeret warga dunia untuk terlibat secara intens

14
berkomunikasi melalui media ini. Apalagi sekaran muncul teknologi internet semakin
menambah maraknya komunikasi visual. Pada awalnya dalam konsep sistem informasi
tradisional, manusia merupakan komponen utama dalam mengolah data menjadi informasi.
Gambar berikut menunjukkan model dasar sistem tradisional, di mana manusia sebagai
pengolah informasi

Teori-teori pembelajaran terbaru juga membahas pentingnya komunikasi visual dalam


pembelajaran. Pertama adalah teori Gestalt, Persepsi visual dapat diperoleh dari suatu
observasi yang simpel, hal ini dikemukakan oleh Max Wertheimer. Teori ini menjelaskan
bahwa pandangan mata akan mengambil keseluruhan stimuli visual baru kemudian pada
masuk mapa coherent image. Penekanan teori Gestalt pada persepsi visual adalah atensi
terhadap bentuk individual bagaimana menciptakan isi gambar. Teori Gestal memberi
pelajaran bahwa komunikasi visual perlu mengkombinasikan elemen-elemen dasar kedalam
bentuk yang bermakna. Pada umumnya kita telah paham bahwa sinyalsinyal non verbal
sangat berpengaruh dalam komunikasi, bahkan lebih banyak sinyal non verbal yang akan kita
hadapi. Dalam hal ini alat peraga/media menjadi piranti yang sangat penting yang
seyogyanya digunakan dalam proses komunikasi lustrasi visual memiliki peran yang sangat
strategis dalam pembelajaran karena merupakan bentuk komunikasi visual yang sederhana,
efektif dan efisien.

Oleh karena itu penggunaannya perlu dirancang secara matang agar tidak sekedar
sebagai pendukung bentuk komunikasi verbal yang selama ini begitu dominan dalam
pembelajaran yang kemudian menimbulkan masalah pengalaman belajar yang verbalistik
dalam dunia pendidikan kita. Tentu saja penggunaan ilustrasi visual harus disesuaikan dengan
karakteristik peserta belajar dan tersitem dalam sistem pembelajaran. Pemanfaatan ilustrasi
visual dalam pembelajaran pada umumnya digunakan dalam buku-buku pelajaran sekolah
dan buku-buku ilmiah untuk menjelaskan dan menggambarkan fakta, konsep maupun
prosedur agar lebih memperjelas uraian dalam bentuk tulisan/ komunikasi verbal. Demikian
juga pada tes hasil belajar biasanya tertera beberapa ilustrasi visual. Namun demikian
penggunaannya terasa sekedar sebagai peran pendukung saja. Tentu saja hal ini tidaklah tepat
mengingat potensi yang sangat besar dari ilustrasi visual dalam proses komunikasi pada
umumnya dan pembelajaran pada khususnya.

15
Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam Pembelajaran Dalam hail
ini, peran seorang pendidik sangatlah vital. Beberapa implementasi yang harus diketahui dan
diterapkan adalah sebagai berikut:

1. Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada
produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang
digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam
inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget
penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong
untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3. Tidak menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-
anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori
Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan
perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang
berbeda

2.3 Teori-teori Perkembangan

A. Teori Psikoanalisa

Teori psikoanalisa merupakan teori yang berusaha untuk menjelaskan tentang hakikat
dan perkembangan kepribadian manusia. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini
adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya.

Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-


konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak
atau usia dini. Psikoanalisis memiliki banyak hal untuk ditawarkan kepada pendidikan.
Hubungan di antara mereka seperti sebuah perkawinan di mana kedua pasangan sadar akan
kebutuhan bersama mereka, tapi tidak terlalu mengerti satu sama lain dan karena juga tidak
mengerti akan namanya menyatu. Jadi tujuan-tujuan pendidikan yang dinyatakan berdasarkan
analisis psikoanalisis adalah memberi tuntunan bagi pendidik dan anak didik tentang apa
yang hendak dicapai, kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, dan tentang kemajuan yang

16
dicapai oleh anak didik. Ilmu psikologi mulai diakui sebagai ilmu yang mandiri sejak tahun
1879 saat Wilhelm Mundt mendirikan laboratorium psikologi di Jerman. Sejak saat itu, ilmu
psikologi berkembang pesat yang ditandai dengan lahirnya berbagai aliranaliran di dalamnya

Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para
pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Pada mulanya istilah
psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga
“psikoanalisis” dan “psikoanalisis Freud” sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud
dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka
juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan
ajaran mereka.

Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang menciptakan
nama “psikologi analitis” (bahasa Inggris: analitycal psychology) dan “psikologi individual”
(bahasa Inggris: individual psychology) bagi ajaran masing-masing. Psikoanalisis memiliki
tiga penerapan:

1. Suatu metode penelitian dari pikiran.


2. Suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.
3. Suatu metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.

Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat


dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi,
psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika,
dan perkembangannya.

 Implikasi Teori Psikoanalisa dalam Pendidikan

Pada perkembangannya teori psikoanalisis banyak diimplementasikan dalam dunia


pendidikan. Beberapa di antaranya diurai pada jabaran berikut ini. Pertama, berbicara tentang
konsep kecemasan yang dikemukakan oleh Freud, tentu saja berkaitan pula dengan proses
pendidikan. Kecemasan merupakan fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang
kemungkinan suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Dalam
pendidikan, konsep kecemasan pada tiap individu dapat diolah dan dikembangkan oleh para

17
pengajar/konselor demi kebaikan peserta didik. Dengan kosep ini pula, peserta didik dibantu
untuk menghargai diri dan oran lain serta lingkungannya. Dengan kata lain, konsep
kecemasan diarahkan ke pendidikan ranah afektif atau karakternya

B. Teori Learning Theories

Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah (1990), teori dalam konteks pendidikan, dapat
dipahami dalam dua perspektif, yaitu: Pertama, "teori" dipergunakan oleh para pendidik
untuk menunjukkan hipotesis-hipotesis tertentu dalam rangka membuktikan kebenaran-
kebenaran melalui eksperimentasi dan observasi serta berfungsi menjelaskan pokok
bahasanya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara etimologis belajar memiliki
arti "berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu". Definisi ini memiliki pengertian bahwa
belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku manusia berdasarkan pengalaman dan latihan, dari belum tahu
menjadi tahu, dari pengalaman yang sedikit kemudian bertambah.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Teori belajar merupakan suatu kegiatan
seseorang untuk mengubah perilaku mereka. Seluruh kegiatan belajar selalu diikuti oleh
perubahan yang meliputi kecakapan, keterampilan dan sikap, pengertian dan harga diri,
watak, minat, penyesuaian diri dan lain sebagainya. Perubahan tersebut meliputi perubahan
kognitif, perubahan psikomotor, dan perubahan afektif. Prinsip-prinsip belajar pada
hakekatnya berkaitan dengan potensi yang bersifat manusiawi dan kelakuan. Belajar
membutuhkan proses dan tahapan serta kematangan si pelajar. Belajar lebih baik dan efektif
didorong oleh motivasi, khususnya motivasi dari dalam diri karena akan berbeda dengan
belajar karena terpaksa dan paksaan orang lain atau memiliki rasa takut terhadap seseorang.

Di dalam halnya, belajar adalah proses mencoba dengan kemungkinan untuk keliru
dan pembiasaan. Kemampuan belajar seseorang harus bisa diperhitungkan dan menentukan
isi pelajaran. Belajar bisa dilakukan melalui beberapa cara yaitu diajar secara langsung,
kontrol penghayatan, kontak pengalaman langsung dan dengan pengenalan atau peniruan.

18
Belajar melalui praktik secara langsung akan lebih efektif daripada melakukan
hafalan. Pengalaman mempengaruhi kemampuan belajar seseorang. Bahan belajar yang
bermakna lebih mudah dan menarik untuk dipelajari dibandingkan bahan yang kurang
bermakna. Informasi mengenai kelakuan yang baik, pengetahuan, kesalahan serta
keberhasilan belajar akan banyak membantu kelancaran dan semnagat belajar siswa.

 Macam-macam Teori Belajar


1. Teori Belajar Behavioristik

Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang
menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang


yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dihukum. Berikut ini adalah gambar proses
belajar mengajar menurut teori belajar Behavioristik.

Stimulus Proses Respon

Teori belajar Behavioristik ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain:

 proses belajar yang kompleks tidak terjelaskan


 asumsi “stimulus-respon” terlalu sederhana

Selain kritik diatas, berikut ini adalah contoh aplikasi Teori Belajar Behavioristik.

Menentukan tujuan-tujuan instruksional

19
 Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi
pengetahuan awal mahasiswa
 Menentukan materi pelajaran
 Memecah materi pelajaran menjadi baggian kecil-kecil
 Menyajikan materi pelajaran
 Menyajikan stimulus berupa pertanyaan, tes, latihan, dan tugastugas
 Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan
 Memberikan penguatan positif ataupun negatif
 Memberikan stimulus baru

2. Teori Belajar Kognitivisme

Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap
teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki
perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya
mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang
baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi
diproses. Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan
Gagne.

3. Teori Belajar Humanistik

Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu
peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar,
dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam
bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam

20
bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita
amati dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk
“memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai. Berikut
ini adalah gambar proses belajar mengajar menurut teori belajar Humanistik.

Pengalaman Ilmu
pengetahuan

4. Teori Belajar Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat


diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran
konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.

C. Proses Persepsi dan Pola Rekognisi


A. Persepsi

Pengertian Persepsi Stephen P. Robbins (2005) mendefinisikan persepsi ; A process by


which individuals organize and interpret their sensory impressions in order to give meaning
to their environment, Persepsi sebagai suatu proses yang ditempuh individu untuk
mengorganisasikan dan menafsirkan atau menginterpretasikan kesan-kesan indera mereka
agar memberikan makna bagi lingkungan mereka.

Kinichi dan Kreitner (2003 : 67) pengertian persepsi sebagai berikut. Perception is a
cognitive process that enables us to interpret and understand our suruoundings. Persepsi pada
hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami
informasi tentang lingkungannya. baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,

21
perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan, bahwa
persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu
pencatatan yang benar terhadap siruasi. Seperti pendapat David Krech dalam Thoha
(1992)sebagaiberikut:

The Cognitive map of the individual is not, then a photographic, representation of the
physical world, it is rather, a partial, personal construction in which certain obiects, selected
out by the individual manner. Every perceiver is, os it were, to some degrees a non
representational artist, painting a picture of the world that expresses his individual view of
reality

Krech menekankan bahwa persepsi berkaitan dengan peta kognitif individu bukanlah
penyajian fotografik dari suatu kenyataan fisik, melainkan agak bersifat konstruksi pribadi
yang kurang sempurna mengenai objek tertentu, diseleksi sesuai dengan kepentingan
utamanya dan dipahami menurut kebiasaan-kebiasaannya. Intinya persepsi adalah suatu
proses kognitif yang kompleks dan yang menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan
yang barangkali sangat berbeda dari kenyataannya.

Selanjutnya Mc Shane dan Von Glinow (2000: 166) berpendapat bahwa Perception is
the process of receiving information about and making sense of our environment. This
includes deciding which information to notice as well as how to categorize and interpret it.
Persepsi adalah proses penerimaan informasi dan pemahaman tentang lingkungan, termasuk
penetapan informasi unruk membentuk pengkategorian dan penafsirannya. Intinya persepsi
berkaitan dengan bagaimana seseorang menerima informasi dan menyesuaikan dengan
lingkungannya .lni berarti adanya interpretasi dalam memahami informasi yang dapat
meningkatkan pengetahuan yang menerimanya atau adanya seleksi terhadap berbagai
rangsangan yang ditangkap oleh panca indra. Hal ini nantinya akan mempengaruhi prilaku
masing-masing individu yang menerima informasi tersebut.

Hal senada diutarakan oleh Schermerhorn, Hunt. Osborn (2005 : 100) Perception the
process by which people select, organize, interpret, retrieve and respond to information from
the world oround them. Persepsi adalah proses dimana orang-orang memilih, mengorganisir,
menginterpretasikan, mendapat kembali dan merespon terhadap informasi dari dunia di

22
sekitarnya. Dengan kata lain persepsi berkaitan dengan bagaimana seseorang dapat
menginterpretasikan dan merespon informasi yang berasal dari luar.

 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Robins (2005) menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menafsirkan


kesan-kesan indera menjadi suatu persepsi, ada tiga faktor, yaitu:

a. Faktor dari karakteristik pribadi atau pemersepsi seperti ; sikap, motif, kepentingan,
pengalaman, dan pengharapan (ekspektasi).
b. Faktor Situasional seperti : Waktu, keadaaan/tempat keja, keadaan sosial
c. Faktor dalam target seperti ; Hal-hal yang baru, gerakan, bunyi, suara, ukuran, latar
belakang, kedekatan dan kesamaan.

Sedangkan Schermerhorn. At.all (2005) menguraikan persepi digambarkan sebagai


berikut:

1. The Perceiver (orang yang menilai/pemersepsi) Berkaitan dengan pengalaman masa


lalu, keinginan / motivasi. kepribadian, dan nilai serta sikap yang dapat
mempengaruhi proses persepsi (Schermerhorn. Hunt. Osborn,2005 : 102).
Karakteristik orang-orang yang menilai (perceiver) dapat dikemukakan sebagai
berikut :
a. Mengetahui diri sendiri itu akan memudahkan melihat orang lain secara tepat.
b. Karakreristik diri sendiri sepertinya bisa mempengaruhi ketika melihat karakteristik
orang lain.
c. Aspek-aspek yang menyenangkan dari orang lain sepertinya mampu dilihat orang-
orang yang merasa dirinya berlebihan.
d. Ketepatan menilai orang lain itu tidaklah merupakan kecakapan tunggal.

Ernpat karaktenstrk ini mempunyai peranan yang besar bagi seseorang dalam melihat
orang lain pada situasi Iingkungan tertentu. Persepsi seseorang terhadap orang lain tidak bisa
dilepaskan dari empat karakteristik ini, sehingga dengan demikian dapat dipahami mengapa
seseorang ketika melihat orang lain ukurannya selalu dipulangkan pada diri sendiri.

23
2. Setting (Pengaturan), berkaitan dengan keseimbangan jasmaniah/ diri pribadi, sosial
dan organisasi (Schermerhorn, Hunt, Osborn, 2005 : 102).
3. The Perceived (orang-orang yang dilihat/dinilai) berkaitan dengan karakteristik dari
persepsi seseorang, tujuan maupun peristiwa yang mencakup perbedaan individu,
intensitas seseorang, pemisahan latar belakang individu, ukuran, gerakan dan
sebagainya yang merupakan sesuatu yang penting dalam proses persepsi.
(Schermerhom, Hunt, Osbom,2005 : 103). Menurut Thoha (1992 157) adapun
karakteristik dari orang-orang yang dilihat atau dinilai Qterceived) dalam proses
persepsi sosial itu antara lain :

a. Status orang yang dinilai akan mempunyai pengaruh yang besar bagi persepsi orang
yang menilai.
b. Orang yang dinilai biasanya ditempatkan dalam kategori-kategori tertentu. Hal ini
untuk memudahkan pandangan-pandangan tertentu untuk orang yang menilai.
Biasanya kategori tersebut terdiri dari kategori status dan peranan.
c. Sifat perangai orang-orang yang dinilai akan memberikan pengaruh yang besar
terhadap persepsi orang lain pada dirinya.

 Proses Persepsi (The Perceptual Process)

Gibson (1998) menguraikan proses persepsi seseorang diawali dari adanya pengaruh
realita organisasi kerja berupa stimuli seperti sistem imbalan organisasi, alur kerja dan
lainnya yang kemudian akan diproses menjadi persepsi individu melalui tahap observasi
terhadap stimuli yang diterima oleh indera. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi seperti: stereotip. selektivitas dan konsep diri, maka berikutnya
adalah proses evaluasi dan menerjemahkan kennyataan. Hasil dari proses persepsi seseorang
akan menghasilkan perilaku yang responsip dan bentuk sikap.

Shane (2000) menguraikan proses persepsi dimulai ketika stimulan lingkungan


diterima melalui perasaannya Stimuli merupakan sandaran yang terorganisir dan
terinterpretasikan yang mengacu pada aktivitas proses pengolahan informasi yang bervariasi.

24
Hasil persepsi mempengaruhi emosi sesorang dan prilaku melalui tujuan, orang-orang dan
peristiwa-peristiwa.

B. Pola Rekognisi

Pola dalam hal ini merujuk pada pengertian suatu komposisi stimulus penginderaan
yang kompleks yang dapat dikenali oleh manusia sebagai pengamat sebagai suatu kelompok
objek. Rekognisi pola merupakan proses pengenalan kembali terhadap pola yang pernah
dikenal. Oleh karena itu, jika kita melihat wajah teman kita atau mendengar lagu Iwan Fals,
kita dapat mengenal masing-masing persepsi tersebut sebagai sesuatu yang sebelumnya telah
dialami.

Bila dilihat dari jenis prosesnya, pemrosesan informasi memiliki dua jenis
pemrosesan, yaitu data driven & conceptually driven. Pemrosesan data driven dimulai dengan
datangnya data penginderaan. Sedangkan dalam conceptually driven pemrosesan informasi
dimulai dengan pembentukan konsep atau harapan individu tentang informasi yang mungkin
dijumpainya.

Rekognisi pola melibatkan baik pemrosesan data dengan data driven (informasi
diterima oleh indera) maupun conceptually driven (pengetahuan yang disimpan di memori).
Rekognisi pola (pattern recognition) merupakan proses yang menjembatani antara proses
deteksi sinyal penginderaan yang sederhana (yang cenderung data driven) dengan persepsi
terhadap pola_pola yang kompleks (yang cenderung conceptually driven).

Kemampuan untuk mengenal pola dari informasi penginderaan merupakan ciri khas
yang spektakuler pada manusia dan binatang. Kemampuan ini memungkinkan kita untuk
mengenal teman lama diantara lautan manusia. Kita juga bisa mengenal suatu lagu hanya
dengan mendengar beberapa not dari lagu tersebut. Dengan mata terpejam pun kita bisa
menebak dengan benar bunga melati dari aroma yang kita cium.

25
BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan
bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan dengan objek dan kejadian-kejadian
sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan,
perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua, dan teman.
perkembangan kognitif mempunyai empat aspek dasar / konsep dasar, yaitu :Kematangan /
kemasakan, Pengalaman, Interaksi / transmisi sosial, dan Ekuilibrasi.

Tahap sensorimotor adalah tahap pertama dari perkembangan kognitif anak yang
terjadi pada usia 0–2 tahun. Pada tahap ini, anak akan belajar untuk mengenal diri sendiri dan
dunia luar melalui kemampuan sensorik (melihat dan mendengar) serta tindakan motorik
(menyentuh dan menggapai). Tahap praoperasional adalah masa di mana anak akan
mengembangkan kemampuannya dalam mengingat dan berimajinasi. Selain itu, pada tahap
ini, anak memiliki kecenderungan untuk meniru cara seseorang dalam berbicara dan
berperilaku. Tahapan perkembangan kognitif anak selanjutnya adalah tahap operasional
konkret pada usia 7–11 tahun. Tahapan operasional konkret ditandai dengan perkembangan
kemampuan pemikiran logika, namun hanya untuk objek fisik. Tahap operasional formal
merupakan tahap terakhir dari perkembangan kognitif anak menurut teori Piaget. Tahap
operasional formal akan dimulai saat anak menginjak usia 12 tahun. Saat memasuki tahap ini,
anak akan memperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menggunakan logika
untuk menyelesaikan masalah, dan belajar merencanakan sesuatu.

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan manusia ini terjadi mulai dari dalam
kandungan, lahir, anak-anak, remaja, dewasa, hingga tua. Perlu diketahui, pertumbuhan
manusia ini ditandai dengan bertambahnya ukuran berat dan tinggi pada tubuh. Sementara
itu, perkembangan ditandai dengan bertambahnya kemampuan fisik dan organ dalam tubuh
manusia. Secara sederhana, pertumbuhan dan perkembangan fisik ini ditandai dengan
perubahan fisik, kemampuan berpikir, motorik, emosi, hingga sosial.

26
Teori belajar merupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengubah perilaku mereka.
Seluruh kegiatan belajar selalu diikuti oleh perubahan yang meliputi kecakapan, keterampilan
dan sikap, pengertian dan harga diri, watak, minat, penyesuaian diri dan lain sebagainya.
Perubahan tersebut meliputi perubahan kognitif, perubahan psikomotor, dan perubahan
afektif. Prinsip-prinsip belajar pada hakekatnya berkaitan dengan potensi yang bersifat
manusiawi dan kelakuan. Belajar membutuhkan proses dan tahapan serta kematangan si
pelajar. Belajar lebih baik dan efektif didorong oleh motivasi, khususnya motivasi dari dalam
diri karena akan berbeda dengan belajar karena terpaksa dan paksaan orang lain atau
memiliki rasa takut terhadap seseorang.

3.2Saran

Dalam pembahasan makalah yang telah kami selesai kan kami menyadari bahwasanya
makalah kami masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari penulisan
kelompok kami. Kedepannya penulis akan lebih fokus dalam menjelaskan tentang makalah
di atas dengan sumber sumber yang ebih banyak dan dapat di pertanggung jawabkan. Oleh
karna itu dengan penulisan makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, tidak lupa
penulis harapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan makalah
selanjutnya lebih baik lagi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Alon, M "Analisis Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan Implikasinya bagi
Pembelajaran." Journal of Psychology : Humanli ght, 2(1) : 2021

Anwar, K. 2014. Problematika Belajar dalam Perspektif Psikologi Pendidikan.

Bertens, K. 2016. Psikoanalisis Sigmund Freud. Jakarta: Gramedia

Bettelheim, B. 1969. Psychoanalysis and Education. Chicago Journal. University of Chicago

Hanafi, I. (2018). Perkembangan Manusia Dalam Tinjauan Psikologi dan Al-Qur'an. IQ (Ilmu
Al- qur'an): Jurnal Pendidikan Islam, 1(01), 84-99.

Ja’far, H. 2015. Struktur Kepribadian Manusia Perspektif Psikologi dan Filsafat. Psymathic:
Jurnal Imiah Psikologi, 2(2), 209—221.

Jurnal Pelopor Pendidikan, 6(2), 105—107.

Kegiatan Sosialisasi Peningkatan Mutu Pendidikan Tingkat SMP Direktorat SMP di Jakarta,
26-28 Oktober 2021

llex, K. Files Pug Perkembangan Anak Jakarta Indeks, 2010.- Al Mujib al-Quran dan
Terjemahannya Bandung: Almiran, 2010.

Mudjiran (2021) penerapan prinsip-prinsip pisikologi dalam pembelajaran.jakarta;deepublish


pubhliser.

Niehoff p. Brian, et.all. 1990, The Impact of Top-mangement Actions on Employee Attitudes
and perceptions, Group & Organization Studies. Vol. l5 No.3 September 1990 337-
352, sage Publications Inc.

Ridho, A "ANALISIS TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET PADA TAHAP


ANAK USIA OPERASIONAL KONKRET 7-12 TAHUN DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA." Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, 9(1), (2019) : 27 - 34

Rohinah, Noer. Prikligi Pendidikan Yogyakarta: Teras, 2012 Stock, John W. Adolescence,
Perkembangan Remaja Jakarta: Erlangga, 2003

Simbolon, M. (2007). Persepsi dan kepribadian. Jurnal ekonomis, 1(1), 52-66.

Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:Rosdakarya

Teguh Wahyono. 2004. Sistem informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

28

Anda mungkin juga menyukai