Kelompok 5
1. Septia Anggraini (2020901054)
2. Devi Mellani (2020901056)
3. Aliyah Shabirah (2020901082)
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................I
DAFTAR ISI................................................................................................................II
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................2
C. TUJUAN DAN MANFAAT.....................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET..................................................3
1. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget..............................................4
2. Kritik Teori Piaget......................................................................................................5
B. TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL ERIKSON....................................................5
1. Tahap-Tahap Perkembangan Sosial Erikson..............................................................6
2. Kritik terhadap teori Erikson......................................................................................8
BAB III. PENUTUP.....................................................................................................9
A. KESIMPULAN.........................................................................................................9
B. SARAN......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................10
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Piaget sebagai salah seorang pakar psikologi Kognitif menemukan teori mengenai
belajar berdasar pada kesannya atas sikap para peserta didik dalam memahami
dunianya. Mereka memiliki kebutuhan belajar dalam dirinya, yaitu senantiasa
berperan aktif dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi antara diri dan
lingkungannya secara terus menerus akan menumbuhkan suatu pengetahuan.
Jika berbiacara lingkungan maka akan selalu berkaitan dengan lingkungan sosial.
Perkembangan sosial seseorang pula salah satu aspek seseorang dapat dikatakan
berkembang. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi meleburkan diri menjadi suatu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Perkembangan sosial sesorang
sangat di pengaruhi oleh lingkungannya, sehingga pada pembahasan makalah ini kami
1
akan membahas mengenai teori perkembangan kognitif Piaget serta teori
perkembangan sosial menurut Erik Erikson.
B. RUMUSAN MASALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
Jean Piaget merupakan salah satu tokoh yang mengembangkan teori belajar
kognitif, Jean Piaget (1896-1980) lahir di swiss. Di usia 21 tahun Piaget berhasil
meraih gelar doktor, piaget menulis 30 lebih buku yang membahas tentang
perkembangan anak dan kognitif. Kognitif berasal dari kata cognitive, cognition
(knowing) yang mempunyai arti mengetahui, perolehan, penataan, penggunaan
pengetahuan. Teori belajar kognitif lebih mengunggulkan proses belajar individu
dibanding hasil belajarnya. Jean Piaget dalam teorinya berpandangan seseorang dapat
mengembangkan kemampuan proses belajar nya apabila seseorang dapat melakukan
interaksi dan dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya.
Melalui proses tersebut individu membentuk bagian dari kelompok sosial, interaksi
yang terjadi dengan individu lain mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Piaget berpendapat seseorang di usia balita telah mempunyai kemampuan
menghadapi berbagai macam objek-objek di sekelilingnya, kemampuan ini berbentuk
sensor motorik, dari kemampuan tersebut balita akan mendapatkan kemampuan yang
lebih maju dan rumit. Perkembangan kognitif bagi Piaget sangat penting untuk proses
belajar, kognitif merupakan proses mental yang dimana perkembangan proses mental
ini melibatkan penalaran logis yang membuat seseorang berfikir, Bertambahnya umur
seseorang semakin kompleks susunan syaraf dan semakin meningkat kemampuan
kognitifnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut piaget memberikan beberapa konsep
perkembangan, yaitu sebagai berikut (Juwantara, 2019); (1) Skema ketika anak
berusaha untuk membangun pemahaman mengenai dunia, otak berkembang
menciptakan skema. Ini adalah tindakan atau representasi mental yang
merorganisasikan pengetahuan. Dalam teori Piaget, skema perilaku (aktivitas fisik)
ciri bayi, dan skema mental (kegiatan kognitif), berkembang di masa kanak-kanak. (2)
Asimilasi adalah konsep Piaget tentang tergabungnya informasi baru kedalam
pengetahuan yang ada (skema). Aslimilasi merupakan proses kognitif dimana
3
seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru ke dalam skema
atau pola yang sudah ada di dalam fikirannya. (3) Akomodasi merupakan konsep
Piaget tentang pengelompokan perilaku terisolasi ke tatanan sistem kognitif yang
lebih tinggi dengan fungsi yang lebih baik. (4) Organisasi dalam teori Piaget adalah
pengelompokan perilaku dan pikiran yang terisolasi ke dalam sistemyang lebih tinggi.
Menunjuk pada tendensi semua spesies untuk mengadakan sistematisasi dan
mengorganisasi proses-proses mereka dalam suatu sistem yang koheren, baik secara
fisis maupun psikologis. (5) Ekuilibrasi merupakan mekanisme untuk menjelaskan
bagaimana anak-anak berpindah dari satu tahap pemikiran ke tahap berikutnya.
Pergeseran ini terjadi karena anak mengalami konflik kognitif (disekuilibrium), dalam
mencoba untuk memahami dunia.
Lebih lanjut (Nuryati, Darsinah, 2021) Piaget menyatakan belajar akan berhasil
apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Pemahaman
tersebut sangat penting untuk memberikan kesempatan bagi peserta didik melakukan
eksperimen bersama kelompok teman-temannya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan
dari pendidik. Pendidik memainkan peran penting dalam proses tersebut dengan
memberikan rangsangan kepada peserta didik dengan tujuan dalam pembelajaran
terjadi interaksi dengan lingkungan secara aktif, dan mencari serta menemukan
berbagai hal dari lingkungan.
a. Tahap sensorimotor (0-2 tahun) di fase usia ini seseorang mampu memahami
sesuatu disekitarnya, melalui tindakan, gerakan serta alat indera yang dirasakan
dan diamati, dari proses tersebut seseorang di fase ini dapat meningkatkan
kemampuan membedakan dirinya dengan objek lain.
b. Tahap pra-operasional (2-7 tahun) pada fase ini seseorang dapat
menggambarkan apa kata-kata dan tingkah laku, di usia ini seseorang dapat
4
seseorang dapat meniru apa yang dilihat, didegarnya namun belum dapat
memahami maksud atau makna dari apa yang dilakukannya.
c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun) seseorang dapat berfikir secara logika
degan kejadian yang bersifat nyata atau konkret. Seseorang juga telah dapat
membedakan benda yang sama dalam kondisi yang berbeda
d. Tahap operasional formal (11 tahun keatas) di fase ini seseorang mengalami
perkembangan pemikiran, ia telah memiliki kemampuan berpikir secara abstrak,
logis dan idealis.
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak lepas dari kehidupannya bersama
individu lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia saling membutuhkan. Dalam
proses kehidupan, manusia mengalami berbagai tahap perkembangan dalam berbagai
aspek. Salah satu tahap perkembangan tersebut adalah tahap perkembangan sosial.
Sejak kelahirannya, manusia menjalani tahapan-tahapan perkembangan sosial.
Individu di sekitar memilikir peran yang penting untuk membentuk karakter. Erik
Erikson, memberikan pandangannya mengenai tahapan perkembangan sosial
manusia. Teori Erikson ini mengenalkan “Delapan Tahapan Perkembangan Manusia”
di mana dalam tiap tahapan tersebut manusia memiliki tugas dan mengemban krisis
untuk diselesaikan. Teori Erikson juga dikenal dengan sebutan teori psikososial
karena memaparkan prinsip perkembangan psikoloogi dan sosial.
5
Menurut Erikson, seorang individu akan menghadapi berbagai krisis semasa hidupnya
yang akan mempengaruhi pembentukan kepribadian individu tersebut, dalam krisis
tersebut akan melibatkan hubungan individu tersebut dengan orang lain (Slavin,
2012). Erikson menilai bahwa krisis dalam kehidupan manusia bukanlah suatu
masalah, melainkan sebuah titik balik di mana jika seorang individu dapat
menyelesaikan setiap krisis yang dialaminya, maka psikologis individu itu akan
semakin sehat.
Tahapan ini terjadi saat manusia dilahirkan, yaitu masa bayi sampai 18 bulan.
Tugas seorang manusia saat berada di tahapan ini yaitu menumbuhkan dan
mengembangkan rasa kepercayaan terhadap dunia. Dalam tahapan ini, peran orang
tua terutama ibu, berperan penting dalam perkembangan seorang individu semasa
bayi. Seorang ibu mengisi peran untuk memenuhi segala kebutuhan bayi, dari
makanan hingga kasih sayang. Apabila seorang ibu tidak dapat memberikan hal
tersebut maka dapat menimbulkan rasa ketidakpercayaan atas dunia ini (Slavin,
2012).
Tahapan ini dimulai ketika seorang anak memasuki usia 18 bulan sampai 2 tahun.
Dalam tahapan ini seorang anak cenderung ingin mengeksplor dunianya sendiri tanpa
bergantung pada orang tua. Mereka cenderung untuk melakukan segala sesuatu
6
berdasarkan keinginannya sendiri. Peran orang tua dalam membentuk karakter anak
dapat dilakukan melalui cara didiknya. Orang tua yang fleksibel akan membiarkan
anak mereka untuk mendorong agar anak mengeksplor dunia mereka sendiri.
Sedangkan, orang tua yang bersifat mengekang dapat mengakibatkan anak merasakan
ketidakberdayaan yang akan membuat anak menjadi anak yang tidak berkarakter atau
pemalu, dan tidadk percaya diri terhadap pilihannya sendiri.
Tahapan ini dimulai ketika seorang anak memasuki usia 3 sampai 6 tahun di
mana anak pada seusia ini memasuki masa yang lebih agresif karena kemampuan
motorik dan bahasanya terus mengalami kematangan. Dalam usia ini diharapkan agar
seorang anak dapat bertanggung jawab terhadap benda miliknya sendiri. Walaupun
bersifat agresif, tetapi tahapan ini merupakan tahapan di mana anak mengembangkan
ide-ide inisiatif nya. Orang tua yang megkritik atau menghukum anak atas hal ini,
akan mengakibatkan sang anak memiliki rasa bersalah terhadap tahapan ini.
Tahapan ini dimulai ketika seorang anak memasuki dunia sekolah. Peran orang
tua akan berkurang. Peran sosial yang mengisi pada tahapan ini adalah peran teman
sebaya dan guru di sekolah. Di masa ini anak akan mengenal konsep keberhasilan dan
kegagalan. Keberhasilan turut membawa kemegahan berupa rasa bangga terhadap
dirinya sendiri. Sebaliknya, kegagalan akan membawa energi negatif yang dapat
menghambat perkembangan tahap selanjutnya.
Dalam tahapan ini seorang manusia memasuki masa remaja, dimana peran teman
sebaya semakin melekat. Menurut Erikson masa remaja diisi dengan tekanan akan
masa depan. Erikson menjelaskan bahwa masa remaja merupakan masa penyusunan
ego terhadap penyelesaian krisis yang telah dihadapi dan kebutuhan serta tuntunan
masa remaja dan masa dewasa di waktu mendatang (Slavin, 2012, hal 92).
Memasuki masa dewasa awal, seorang individu diharapkan mengenal dirinya sendiri,
arah tujuan hidup, dan kesiapan untuk membangun hubungan dengan orang lain.
7
Hubungan ini berbentuk "partner dalam persahabatan, seks, ribal, dan kerja sama."
Hubungan yang sehat akan mengembangkan identitas kedua belah pihak. Sebaliknya,
seorang individu yang mengalami kegagalam dalam hubungan, cenderung menarik
diri ke dalam keterasingan.
8
mengkritik bahwa teori ini tidak menjelaskan bagaimana atau mengapa orang
melangkah dari tahap satu ke tahap lainnya (Miller, 1993; Slavin, 2012, hal 93).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konsep perkembangan menurut Piaget yaitu: (1) Skema ketika anak berusaha
untuk membangun pemahaman mengenai dunia, otak berkembang menciptakan
skema. (2) Asimilasi adalah konsep Piaget tentang tergabungnya informasi baru
kedalam pengetahuan yang ada (skema). (3) Akomodasi merupakan konsep Piaget
tentang pengelompokan perilaku terisolasi ke tatanan sistem kognitif yang lebih tinggi
dengan fungsi yang lebih baik. (4) Organisasi dalam teori Piaget adalah
pengelompokan perilaku dan pikiran yang terisolasi ke dalam sistem yang lebih
tinggi.. (5) Ekuilibrasi merupakan mekanisme untuk menjelaskan bagaimana anak-
anak berpindah dari satu tahap pemikiran ke tahap berikutnya. Piaget memberikan
empat tahap perkembangan kognitif, menurutnya tahap perkembangan kognitif terdiri
dari tahap sensomotor, tahap pra-operasional, tahap operasional konkret, dan tahap
operasional formal.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Slavin, Robert E. 2012. Educational Psychology: Theory and Practice, 10th ed.
Samosir, Marianto. 2019. Permata Putri Media; Jakarta.
10