Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KELOMPOK

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET & TEORI


PERKEMBANGAN SOSIAL ERIKSON
Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Psikologi Pendidikan

Kelompok 5
1. Septia Anggraini (2020901054)
2. Devi Mellani (2020901056)
3. Aliyah Shabirah (2020901082)

Dosen Pengampu: Dr. Muhamad Uyun, M.Si

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT yang telah


menganugerahkan nikmat kekuatan, kesehatan, dan kesempatan sehingga makalah ini
bisa terselesaikan dengan baik. Tak lupa pula kita panjatkan shalawat serta salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membimbing dan menjadi
teladan dalam menuntut ilmu.
Makalah ini berisi informasi mengenai Teori Perkembangan Kognitif dan Teori
Perkembangan Sosial yang merupakan teori dalam Psikologi Pendidikan. Dalam
tulisan ini, memuat penjelasan mengenai Teori Perkembangan Kognitif oleh Piaget
dan Teori Perkembangan Sosial oleh Erikson.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena ini kami sangat senang dan terbuka untuk menerima umpan balik dari
pembaca untuk perbaikan makalah ini. Terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu psikologi khususnya di bidang Psikologi Pendidikan.

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................I
DAFTAR ISI................................................................................................................II
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................2
C. TUJUAN DAN MANFAAT.....................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET..................................................3
1. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget..............................................4
2. Kritik Teori Piaget......................................................................................................5
B. TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL ERIKSON....................................................5
1. Tahap-Tahap Perkembangan Sosial Erikson..............................................................6
2. Kritik terhadap teori Erikson......................................................................................8
BAB III. PENUTUP.....................................................................................................9
A. KESIMPULAN.........................................................................................................9
B. SARAN......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................10

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan merupakan tahapan-tahapan perubahan yang progresif yang terjadi


dalam rentang kehidupan manusia dan organisme lainnya, tanpa membedakan aspek-
aspek yang terdapat dalam diri organisme-organisme tersebut. Salah satu aspek yang
mengalami perkembangan manusia adalah kognitif. Istilah kognitif (cognitive) berasal
dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui, dalam arti yang
luas, cognition ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan. Pada
perkembangan kognitif menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif merupakan
suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis
perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka
kemampuannya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang
dapat dideinisikan secara kuantitatif. Piaget menyimpulkan bahwa daya pikir atau
kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Menurut
Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi,
dan ekuilibrasi (penyeimbangan antara asimilasi dan akomodasi).

Piaget sebagai salah seorang pakar psikologi Kognitif menemukan teori mengenai
belajar berdasar pada kesannya atas sikap para peserta didik dalam memahami
dunianya. Mereka memiliki kebutuhan belajar dalam dirinya, yaitu senantiasa
berperan aktif dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi antara diri dan
lingkungannya secara terus menerus akan menumbuhkan suatu pengetahuan.

Jika berbiacara lingkungan maka akan selalu berkaitan dengan lingkungan sosial.
Perkembangan sosial seseorang pula salah satu aspek seseorang dapat dikatakan
berkembang. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi meleburkan diri menjadi suatu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Perkembangan sosial sesorang
sangat di pengaruhi oleh lingkungannya, sehingga pada pembahasan makalah ini kami
1
akan membahas mengenai teori perkembangan kognitif Piaget serta teori
perkembangan sosial menurut Erik Erikson.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Yang Dimaksud Dengan Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget?


2. Apa Saja Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Piaget?
3. Apa Yang Dimaksud Dengan Perkembangan Sosial?
4. Apa Saja Tahapan Perkembangan Sosial Menurut Erik Erikson?

C. TUJUAN DAN MANFAAT

1.Memahami Teori Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget


2.Memahami Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
3.Memahami Teori Perkembangan Sosial
4.Memahami Tahapan Perkembangan Sosial Erik Erikson

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

Jean Piaget merupakan salah satu tokoh yang mengembangkan teori belajar
kognitif, Jean Piaget (1896-1980) lahir di swiss. Di usia 21 tahun Piaget berhasil
meraih gelar doktor, piaget menulis 30 lebih buku yang membahas tentang
perkembangan anak dan kognitif. Kognitif berasal dari kata cognitive, cognition
(knowing) yang mempunyai arti mengetahui, perolehan, penataan, penggunaan
pengetahuan. Teori belajar kognitif lebih mengunggulkan proses belajar individu
dibanding hasil belajarnya. Jean Piaget dalam teorinya berpandangan seseorang dapat
mengembangkan kemampuan proses belajar nya apabila seseorang dapat melakukan
interaksi dan dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya.
Melalui proses tersebut individu membentuk bagian dari kelompok sosial, interaksi
yang terjadi dengan individu lain mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Piaget berpendapat seseorang di usia balita telah mempunyai kemampuan
menghadapi berbagai macam objek-objek di sekelilingnya, kemampuan ini berbentuk
sensor motorik, dari kemampuan tersebut balita akan mendapatkan kemampuan yang
lebih maju dan rumit. Perkembangan kognitif bagi Piaget sangat penting untuk proses
belajar, kognitif merupakan proses mental yang dimana perkembangan proses mental
ini melibatkan penalaran logis yang membuat seseorang berfikir, Bertambahnya umur
seseorang semakin kompleks susunan syaraf dan semakin meningkat kemampuan
kognitifnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut piaget memberikan beberapa konsep
perkembangan, yaitu sebagai berikut (Juwantara, 2019); (1) Skema ketika anak
berusaha untuk membangun pemahaman mengenai dunia, otak berkembang
menciptakan skema. Ini adalah tindakan atau representasi mental yang
merorganisasikan pengetahuan. Dalam teori Piaget, skema perilaku (aktivitas fisik)
ciri bayi, dan skema mental (kegiatan kognitif), berkembang di masa kanak-kanak. (2)
Asimilasi adalah konsep Piaget tentang tergabungnya informasi baru kedalam
pengetahuan yang ada (skema). Aslimilasi merupakan proses kognitif dimana
3
seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru ke dalam skema
atau pola yang sudah ada di dalam fikirannya. (3) Akomodasi merupakan konsep
Piaget tentang pengelompokan perilaku terisolasi ke tatanan sistem kognitif yang
lebih tinggi dengan fungsi yang lebih baik. (4) Organisasi dalam teori Piaget adalah
pengelompokan perilaku dan pikiran yang terisolasi ke dalam sistemyang lebih tinggi.
Menunjuk pada tendensi semua spesies untuk mengadakan sistematisasi dan
mengorganisasi proses-proses mereka dalam suatu sistem yang koheren, baik secara
fisis maupun psikologis. (5) Ekuilibrasi merupakan mekanisme untuk menjelaskan
bagaimana anak-anak berpindah dari satu tahap pemikiran ke tahap berikutnya.
Pergeseran ini terjadi karena anak mengalami konflik kognitif (disekuilibrium), dalam
mencoba untuk memahami dunia.
Lebih lanjut (Nuryati, Darsinah, 2021) Piaget menyatakan belajar akan berhasil
apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Pemahaman
tersebut sangat penting untuk memberikan kesempatan bagi peserta didik melakukan
eksperimen bersama kelompok teman-temannya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan
dari pendidik. Pendidik memainkan peran penting dalam proses tersebut dengan
memberikan rangsangan kepada peserta didik dengan tujuan dalam pembelajaran
terjadi interaksi dengan lingkungan secara aktif, dan mencari serta menemukan
berbagai hal dari lingkungan.

1. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget

Piaget memberikan empat tahap perkembangan kognitif, menurutnya tahap


perkembangan kognitif terdiri dari tahap sensomotor, tahap pra-operasional, tahap
operasional konkret, dan tahap operasional formal. Penjelasan lebih lengkap sebagai
berikut :

a. Tahap sensorimotor (0-2 tahun) di fase usia ini seseorang mampu memahami
sesuatu disekitarnya, melalui tindakan, gerakan serta alat indera yang dirasakan
dan diamati, dari proses tersebut seseorang di fase ini dapat meningkatkan
kemampuan membedakan dirinya dengan objek lain.
b. Tahap pra-operasional (2-7 tahun) pada fase ini seseorang dapat
menggambarkan apa kata-kata dan tingkah laku, di usia ini seseorang dapat

4
seseorang dapat meniru apa yang dilihat, didegarnya namun belum dapat
memahami maksud atau makna dari apa yang dilakukannya.
c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun) seseorang dapat berfikir secara logika
degan kejadian yang bersifat nyata atau konkret. Seseorang juga telah dapat
membedakan benda yang sama dalam kondisi yang berbeda
d. Tahap operasional formal (11 tahun keatas) di fase ini seseorang mengalami
perkembangan pemikiran, ia telah memiliki kemampuan berpikir secara abstrak,
logis dan idealis.

2. Kritik Teori Piaget

Teori Piaget memiliki beberapa kritikan, pigaet percaya dalam memahami


kemampuan kognitif anak, pemahaman konvenrsi pada anak justru telah muncul lebih
awal dibanding perbandingan usia yang diyakini Piaget. Selanjutnya, pigaet
berpendapat bahwa perkembangan kognitif adalah struktur pemikiran yang seragam,
namun beberapa konsep operasional konkret tidak muncul secara bersamaan. Lebih
lanjut para teoritis developmental berpendapat perkembangan koginif anak
sebenarnya tidak bertahap seperti yang diutarakan oleh piaget. Sebagian anak di di
tahap yang lebih rendah tahap kognitif nya bisa dilatih untuk menalar ke tahap
kognitif yang lebih tinggi

B. TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL ERIKSON

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak lepas dari kehidupannya bersama
individu lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia saling membutuhkan. Dalam
proses kehidupan, manusia mengalami berbagai tahap perkembangan dalam berbagai
aspek. Salah satu tahap perkembangan tersebut adalah tahap perkembangan sosial.
Sejak kelahirannya, manusia menjalani tahapan-tahapan perkembangan sosial.
Individu di sekitar memilikir peran yang penting untuk membentuk karakter. Erik
Erikson, memberikan pandangannya mengenai tahapan perkembangan sosial
manusia. Teori Erikson ini mengenalkan “Delapan Tahapan Perkembangan Manusia”
di mana dalam tiap tahapan tersebut manusia memiliki tugas dan mengemban krisis
untuk diselesaikan. Teori Erikson juga dikenal dengan sebutan teori psikososial
karena memaparkan prinsip perkembangan psikoloogi dan sosial.

5
Menurut Erikson, seorang individu akan menghadapi berbagai krisis semasa hidupnya
yang akan mempengaruhi pembentukan kepribadian individu tersebut, dalam krisis
tersebut akan melibatkan hubungan individu tersebut dengan orang lain (Slavin,
2012). Erikson menilai bahwa krisis dalam kehidupan manusia bukanlah suatu
masalah, melainkan sebuah titik balik di mana jika seorang individu dapat
menyelesaikan setiap krisis yang dialaminya, maka psikologis individu itu akan
semakin sehat.

1. Tahap-Tahap Perkembangan Sosial Erikson

Erik Erikson memaparkan teorinya mengenai selama kehidupan seorang individu


mengalami berbagai krisis dalam hidupnya. Hal ini dimulai sejak individu tersebut
lahir. Dalam tiap tahapan yang Erikson paparkan, manusia memiliki tugas yang
berbeda di tiap tahapannya. Jika seorang individu tidak dapat menjalani tugasnya
dengan baik dalam tahapan tertentu, maka hal ini akan menghambat seorang individu
dalam melaksanakan tugas di tahapan berikutnya. Tugas ini dapat pula berbentuk
krisis yang harus diselesaikan. Namun, tidak semua orang dapat mengatasi krisis
kehidupannya. Adapun delapan tahapan perkembangan manusia menurut Erikson
(1968 dalam Slavin, 90) yaitu;

a. Kepercayaan Versus Ketidakpercayaan (0-18 Bulan)

Tahapan ini terjadi saat manusia dilahirkan, yaitu masa bayi sampai 18 bulan.
Tugas seorang manusia saat berada di tahapan ini yaitu menumbuhkan dan
mengembangkan rasa kepercayaan terhadap dunia. Dalam tahapan ini, peran orang
tua terutama ibu, berperan penting dalam perkembangan seorang individu semasa
bayi. Seorang ibu mengisi peran untuk memenuhi segala kebutuhan bayi, dari
makanan hingga kasih sayang. Apabila seorang ibu tidak dapat memberikan hal
tersebut maka dapat menimbulkan rasa ketidakpercayaan atas dunia ini (Slavin,
2012).

1. Otonomi Versus Keraguan (18 Bulan-2 Tahun)

Tahapan ini dimulai ketika seorang anak memasuki usia 18 bulan sampai 2 tahun.
Dalam tahapan ini seorang anak cenderung ingin mengeksplor dunianya sendiri tanpa
bergantung pada orang tua. Mereka cenderung untuk melakukan segala sesuatu

6
berdasarkan keinginannya sendiri. Peran orang tua dalam membentuk karakter anak
dapat dilakukan melalui cara didiknya. Orang tua yang fleksibel akan membiarkan
anak mereka untuk mendorong agar anak mengeksplor dunia mereka sendiri.
Sedangkan, orang tua yang bersifat mengekang dapat mengakibatkan anak merasakan
ketidakberdayaan yang akan membuat anak menjadi anak yang tidak berkarakter atau
pemalu, dan tidadk percaya diri terhadap pilihannya sendiri.

2. Inisiatif Versus Rasa Bersalah (3-6 Tahun)

Tahapan ini dimulai ketika seorang anak memasuki usia 3 sampai 6 tahun di
mana anak pada seusia ini memasuki masa yang lebih agresif karena kemampuan
motorik dan bahasanya terus mengalami kematangan. Dalam usia ini diharapkan agar
seorang anak dapat bertanggung jawab terhadap benda miliknya sendiri. Walaupun
bersifat agresif, tetapi tahapan ini merupakan tahapan di mana anak mengembangkan
ide-ide inisiatif nya. Orang tua yang megkritik atau menghukum anak atas hal ini,
akan mengakibatkan sang anak memiliki rasa bersalah terhadap tahapan ini.

3. Kemegahan Versus Inferioritas (6-12 Tahun)

Tahapan ini dimulai ketika seorang anak memasuki dunia sekolah. Peran orang
tua akan berkurang. Peran sosial yang mengisi pada tahapan ini adalah peran teman
sebaya dan guru di sekolah. Di masa ini anak akan mengenal konsep keberhasilan dan
kegagalan. Keberhasilan turut membawa kemegahan berupa rasa bangga terhadap
dirinya sendiri. Sebaliknya, kegagalan akan membawa energi negatif yang dapat
menghambat perkembangan tahap selanjutnya.

5. Indentitas Versus Kebingungan (12-18 Tahun)

Dalam tahapan ini seorang manusia memasuki masa remaja, dimana peran teman
sebaya semakin melekat. Menurut Erikson masa remaja diisi dengan tekanan akan
masa depan. Erikson menjelaskan bahwa masa remaja merupakan masa penyusunan
ego terhadap penyelesaian krisis yang telah dihadapi dan kebutuhan serta tuntunan
masa remaja dan masa dewasa di waktu mendatang (Slavin, 2012, hal 92).

6. Keintiman Versus Keterasingan (Dewasa Awal)

Memasuki masa dewasa awal, seorang individu diharapkan mengenal dirinya sendiri,
arah tujuan hidup, dan kesiapan untuk membangun hubungan dengan orang lain.
7
Hubungan ini berbentuk "partner dalam persahabatan, seks, ribal, dan kerja sama."
Hubungan yang sehat akan mengembangkan identitas kedua belah pihak. Sebaliknya,
seorang individu yang mengalami kegagalam dalam hubungan, cenderung menarik
diri ke dalam keterasingan.

7. Daya Regenerasi Versus Penyibukan Diri (Dewasa Menengah)

Dalam memasuki masa dewasa menengah. Seorang individu melakukan regenerasi


dengan memberikan pengajaran atau pendidikan terhadap generasi generasi baru.
Sedangkan masa penyibukan diri dilakukan jika seorang individu telah mencapai
kepuasan diri.

8. Integritas Versus Keputusasaan (Dewasa Akhir)

Tahap terakhir dalam perkembangan psikososial menjelaskan bahwa seorang individu


akan mengingat kembali seluruh masa hidupnya. Dalam tahap ini seorang individu
cenderung memikirkan mengenai penerimaan akan pencapaian, kegagalan, dan
keterbatasan, serta intergritas dan menyadari tanggung jawabnya atas kehidupan
orang lain. Yang terakhir meripakan kematian yang harus diterima dan dihadapi.
Keputusasaan dihadapkan oleh seorang individu yang menyesali caranya menjalani
kehidupan.

2. Kritik terhadap teori Erikson

Erikson menekankan bahwa lingkungan memiliki peran dalam tahap


perkembangan manusia, baik dalam menyebabkan suatu krisis atau pun cara
penyelesaiannya. Tahap perkembangan dapat terjadi karena adanya interaksi antara
individu dan lingkungan sosial di sekitarnya. Sejak lahirnya individu ke dunia, peran
sosial dari ibu memberikan pembentukan kepercayaan terhadap dunia ini. Seiring
berjalannya waktu, peran orang tua semakin sedikit yang perannya dialihkan kepada
tenaga pendidik dan teman sebaya seorang remaja. Adapun masukan terhadap teori
Erikson disampaikan oleh Bernice Neugarten (1988) bahwa teori Erikson mengangkat
isu-isu penting dalam kehidupan manusia, namun keseluruhan ruang lingkupnya
belum dapat dibuktikan secara ilmiah ( Santrock, 2008, hal 99). Beberapa ahli lainnya
juga mengatakan bahwa tahapan dalam teori Erikson terlalu kaku. Green (1989)

8
mengkritik bahwa teori ini tidak menjelaskan bagaimana atau mengapa orang
melangkah dari tahap satu ke tahap lainnya (Miller, 1993; Slavin, 2012, hal 93).

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Konsep perkembangan menurut Piaget yaitu: (1) Skema ketika anak berusaha
untuk membangun pemahaman mengenai dunia, otak berkembang menciptakan
skema. (2) Asimilasi adalah konsep Piaget tentang tergabungnya informasi baru
kedalam pengetahuan yang ada (skema). (3) Akomodasi merupakan konsep Piaget
tentang pengelompokan perilaku terisolasi ke tatanan sistem kognitif yang lebih tinggi
dengan fungsi yang lebih baik. (4) Organisasi dalam teori Piaget adalah
pengelompokan perilaku dan pikiran yang terisolasi ke dalam sistem yang lebih
tinggi.. (5) Ekuilibrasi merupakan mekanisme untuk menjelaskan bagaimana anak-
anak berpindah dari satu tahap pemikiran ke tahap berikutnya. Piaget memberikan
empat tahap perkembangan kognitif, menurutnya tahap perkembangan kognitif terdiri
dari tahap sensomotor, tahap pra-operasional, tahap operasional konkret, dan tahap
operasional formal.

Pada perkembangan sosial Erikson mengenalkan “Delapan Tahapan


Perkembangan Manusia” di mana dalam tiap tahapan tersebut manusia memiliki tugas
dan mengemban krisis untuk diselesaikan. Teori Erikson juga dikenal dengan sebutan
teori psikososial karena memaparkan prinsip perkembangan psikoloogi dan sosial.
Dalam tiap tahapan yang Erikson paparkan, manusia memiliki tugas yang berbeda di
tiap tahapannya. Jika seorang individu tidak dapat menjalani tugasnya dengan baik
dalam tahapan tertentu, maka hal ini akan menghambat seorang individu dalam
melaksanakan tugas di tahapan berikutnya. Tugas ini dapat pula berbentuk krisis yang
harus diselesaikan. Namun, tidak semua orang dapat mengatasi krisis kehidupannya.

B. SARAN

Meskipun kami menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini


akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki.
9
Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan kami. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan
evaluasi untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Juwantara, R. A. (2019). Analisis Teori Perkembangan Kognitif Piaget Pada Tahap


Anak Usia Operasional Konkret 7-12 Tahun Dalam Pembelajaran
Matematika. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 9(1),
27-34.

Mu'min, Aisyah, Sitti. (2013). TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN


PIAGET. Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 6 No. 1

Nuryati dan Darsinah. 2021. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Jean


Piaget dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jurnal Papeda:
Vol 3, No 2.

Santrock, John W. 2008. Educational Psychology, ed 3th. Angelica, Diana. 2009.


Salemba Humanika : Jakarta.

Slavin, Robert E. 2012. Educational Psychology: Theory and Practice, 10th ed.
Samosir, Marianto. 2019. Permata Putri Media; Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai