Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari hubungan dengan antar sesama
makhluknya. Manusia dibutuhkan dan membutuhkan makhluk yang lain dalam
kehidupannya. Hubungan saling ketergantungan ini tentu disebabkan dan menyebabkan
banyak hal, beberapa di antaranya adalah cinta kasih, perderitaan.
Manusia sebagai makhluk yang berfikir dibekali rasa ingin tau. Rasa tahu inilah yang
mendorong untuk mengenal, memahami dan menjelaskan hal yang bersifat alamiah sosial
dan budaya serta manusia berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dari
dorongan rasa ingin tahu berusaha untu memahami masalah menyebabkan manusia data
menyebabkan pengetahuan.
Kurangnya pengetahuan orang mengenai cinta kasih, penderitaan, keadilan, pandangan hidup
dan keindahan membuat penulis ingin untuk menjelaskan ketiga hal tersebut. Ketiga hal
tersebut merupakan hal-hal yang amat penting untuk diketahui. Mengapa? Karena hal-hal
tersebut sangat berhubungan atau berkaitan dalam kehidupan seseorang dalam masyarakat.
Dan apabila orang tidak mengetahui atau memahami ketiga hal tersebut maka, akan menjadi
sebuah permasalahan yang real dalam kehidupan seseorang dalam mengambl keputusan.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana hubungan antara manusia dan cinta kasih?
2. Bagaimana hubungan antara manusia dan pandangan hidup?
3. Bagaimana hubungan antara manusia dan keadilan?

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui hubungan antara manusia dan cinta kasih
2. Untuk mengetahui hubungan antara manusia dan pandangan hidup
3. Untuk mengetahui hubungan antara manusia dan keadilan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manusia dan cinta kasih


1. Arti cinta kasih
Cinta kasih bersumber pada ungkapan perasaan yang didukung oleh unsur karsa, yang dapat
berupa tingkah laku dan pertimbangan dengan akal yang menimbulkan tanggung jawab.
Dalam cinta kasih tersimpul pula rasa kasih sayang dan kemesraan. Belas kasihan dan
pengabdian. Cinta kasih yang disertai dengan tanggung jawab menciptakan keserasian,
keseimbangan, dan kedamaian antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan,
dan antara manusia dengan Tuhan.[1]
Apabila dirumuskan secara sederhana, cinta kasih adalah perasaan kasih sayang, kemesraan,
belas kasihan dan pengabdian yang diungkapakan dengan tingkah laku yang bertanggung
jawab. Tanggung jawab artinya akibat yang baik, positif, berguna, saling menguntungkan,
menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kebahagiaan.

2. Macam cinta kasih


Adanya beberapa macam cinta kasih, yaitu sebagai berikut :
1) Cinta kasih antara orang tua dan anak
Orang tua yang memperhatikan rasa cinta kasih terhadap anaknya berarti mempunyai rasa
cinta kasih terhadap anak. Mereka selalu mengharapkan agar anaknya menjadi orang baik
dan berguna di kemudian hari.
2) Cinta kasih antara pria dan wanita
Seseorang pria menaruh perhatian terhadap seorang gadis dengan perilaku baik, lemah
lembut, sopan, apalagi memberikan seuntai mawar merah, berarti ia menaruh cinta kasih
terhadap gadis itu.
3) Cinta kasih antara sesama manusia
Apabila seorang sahabat berkunjung kerumah kawannya yang sedang sakit dan membawa
obat kepadanya berarti sahabat itu menaruh cinta kasih terhadap kawannya yang sakit itu.
4) Cinta kasih antara manusia dan Tuhan
Apabila seseorang taat beribadah menurut perintah tuhan, dan menjauhi larangannya, orang
itu mempunyai rasa cinta kasih terhadap Tuhannya.
5) Cinta kasih antara manusia dan lingkungan

2
Apabila seseorang menciptakan taman yang indah, tidak memburu hewan secara semena-
mena dapat di katakan bahwa orang itu mempunyai rasa cinta kasih terhadap lingkungannya.

3. Ungkapan cinta kasih


Cinta kasih adalah ungkapan perasaan yang di wujudkan dengan tingkah laku, seperti dengan
kata-kata, tulisan, gerak, atau media lainnya. Ungkapan-ungkapan ini selain dalam bentuk
nyata, juga dalam bentuk karya budaya, misalnya seni suara, seni sastra, seni drama, film, dan
seni lukis.
Orang yang mempunyai perasaan cinta kasih, hidupnya penuh gairah, banyak inisiatif, dan
penuh kreatif. Bagi seniman prilaku cinta kasih dituangkan dalam bentuk karya budaya
sehingga dapat dinikmati pula oleh masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat memetik
nilai-nilai kemanusiaan yang terungkap melalui karya budaya itu.
Cinta kasih juga sudah dijelaskan dalam Al-quran surat Ar-rum ayat 21 yang berbunyi :
‫ اليها و جعل بينكم مودة ورمة قلى ان في ذ لك ال يت‬P‫و من ايته ان خلق لكم من انفسكم ازواجا لتسكنوا‬
‫لقوم يتفكرون‬
“ Dan diantara tanda – tanda (kekuasaannya) ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan
untukmu dari jenismu sendiri,agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia
menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar- benar
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir” (QS. Ar-rum:21)

B. Pandangan Hidup
Pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh sutau masyarakat, yang dipilih secara
selektif oleh para individu dan golongan di dalam masyarakat (Koentjaraningrat, 1980).
Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Cita-cita, kebajikan, dan
sikap hidup itu tak dapat dipisahkan dengan kehidupan. Dalam kehidupannya manusia tidak
dapat melepaskan diri dari cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu (Suyadi, M.P., 1985).
Pandangan hidup merupakan bagian dari hidup manusia. Tidak ada seorang pun yang hidup
tanpa pandangan hidup meskipun tingkatannya berbeda-beda. Pandangan hidup itu
mencerminkan citra diri seseorang karena pandangan hidup ini mencerminkan cita-cita atau
aspirasinya (Manuel Kaisiepo, 1982). Apa yang dikatakan oleh seseorang adalah pandangan
hidup karena dipengaruhi oleh pola berpikir tertentu. Tetapi, terkadang sulit dikatakan suatu
itu pandangan hdiup, sebab dapat pula hanya suatu idelisasi belaka yang mengikuti kebiasaan
berpikir yang sedang berlangsung di dalam masyarakat.

3
Manuel Kaisiepo (1982) dan Abdurrahman Wahid (1985) berpendapat bahwa pandangan
hidup bersifat elastis. Maksudnya bergantung pada situasi dan kondisi serta tidak selamanya
bersifat positif. Bahkan pandangan hidup dapat terjadi tidak dengan kesadaran atau
“kesadaran yang dinyatakan,” tetapi “kesadaran yang tak dinyatakan”, sebagai akibat
kepengapan kondisi.

1. Sumber Pandangan Hidup


Ada bermacam-macam sumber pandangan hidup. Ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok, yaitu:
· Pandangan hidup yang bersumber dari agama (pandangan hidup muslim). Kebenarannya
mutlak. Contoh, pandangan muslim bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul (sikap,
perkataan, dan perbuatan Nabi Muhammad SAW). Dengan demikian maka, pandangan
hidup muslim adalah kesetiaannya kepada Islam tentang berbagai masalah asasi hidup
manusia, yang merupakan jawaban muslim yang berorientasi terhadap Islam mengenai
berbagai persoalan pokok hidup manusia yang tersimpul dalam Al-Qur’an dan Hadits.
· Pandangan hidup yang bersumber dari ideologi merupakan abstraksi dari nilai-nilai
budaya suatu negara atau bangsa. Misalnya ideologi Pancasila dapat merupakan sumber
pandangan hidup, sebagimana halnya P4.
· Pandangan hidup yang bersumber dari hasil perenungan seseorang sehingga dapat
merupakan ajaran atau etika untuk hidup, misalnya aliran-aliran kepercayaan.

2. Faktor Pandangan Hidup Berdasarkan Asal dan Rasa Bersyukurnya


· Pandangan Hidup Berdasarkan Asal
1. Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan yang mutlak
kebenarannya.
2. Pandangan hidup yang berupa idiologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan
norma yang terdapat pada negara tersebut.
3. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
· Pandangan Hidup Berdasarkan Rasa Syukurnya
Biasanya orang akan selalu ingat dan taat kepada Sang Pencipta bila sedang dirundung
kesusahan. Namun, bila sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta kecukupan, mereka
lupa akan pandangan hidup yang diikutinya, berkurang rasa pengabdiannya kepada Sang
Pencipta. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Kurangnya penghayatan pandangan hdiup yang diyakini,
4
2. Kurangnya keyakinan pandangan hidupnya,
3. Kurang memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam pandangan hidupnya,
4. Kurang mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada
dalam pandangan hidupnya, dan
5. Atau sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri. (Habib Mustopo, 1986).

C. Manusia dan keadilan


Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban.
Berbicara tentang keadilan pada dasarnya tidak bisa terlepas dari kata “hak” dan
“kewajiban”. Berdasarkan etis, manusia dituntut tidak hanya menuntut akan hak, sikap dan
tindakannya akan mengarah pada pemerasan dan memperbudak orang lain.
Jadi, keadilan pada pokoknya terletak pada keseimbangan atau keharmonisan antara
menuntut hak, dan menjalankan kewajiban.[5]
Jika kata adil di telaah dalam Al-quran, keadilan berasal dari kata “adl” yaitu sesuatu yang
benar, sikap tidak memihak, penjagaan hak-hak seseorang dan cara yang tepat dalam
mengambil keputusan (hendaknya kalian menghukumi atau mengambil keputusan atas dasar
keadilan).

Berikut ini hal-hal yang berkaitan dengan keadilan :


1. Kejujuran
Jujur atau kejujuran berarti sesuai dengan hati nurani. Jujur berarti bersih hati dari perbuatan
yang dilarang oleh agama dan hukum. Jujur berarti pula menepati janji, baik yang telah
terlahir dalam kata-kata maupun dalam niat. Dengan cara menepati niatnya. Apabila niat tadi
telah terlahir dalam kata-kata, padahal tidak ditepati, maka kebohongannya di saksikan orang
lain.
Pada hakikatnya, kejujuran di landasi oleh kesadaran moral yang tinggi, kesadaran
pengakuan akan adanya persamaan hak dan kewajiban, serta rasa takut terhadap kesalahan
atau dosa kepada tuhan.
2. Kecurangan
Curang atau kecurangan artinya tidak sesuai dengan hati nurani. Namun hanya saja,seseorang
telah berniat curang agar memperoleh keuntungan tanpa harus berusaha keras. Keuntungan
disini adalah keuntungan yang berupa materi. Pelakunya menganggap bahwa materi
mendatangkan kesenangan, meskipun orang lain menderita karenanya.

5
Pujowiyatno dalam bukunya filsafat sana sini menjelaskan bahwa perbuatan yang sejenis
dengan perbuatan curang, misalnya berbohong, menipu, merampas, dan lain-lain yang
tergolong perbuatan buruk. Baik buruknya sifat berhubungan dengan kelakuan manusia. Pada
diri manusia seakan – akan ada peperangan, ada perlawanan antara yang baik dan yang
buruk, baik merupakan tingkah laku ataupun sifat lainnya. Karena itu, diperlukan ukuran
untuk menilainya. Namun, hal ini bukanlah soal mudah.

D. Pemulihan nama baik


Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Setiap orang berusaha untuk menjaga agar
namanya tetap baik. Lebih – lebih jika ia adalah teladan bagi orang lain.
Ada peribahasa yang berbunyi dari pada berputih mata lebih baik berputih tulang yang
artinya orang lebih baik mati dari pada malu. Betapa besar nilai nama baik itu sehingga
nyawa menjadi taruhannya. Setiap orang tua selalu berpesan kepada anak – anaknya jagalah
nama keluargamu! Dengan menyebut nama berarti sudah mengandung arti nama baik. Ada
pula pesan orang tua jangan membuat malu!. Pesan itu juga berarti menjaga nama baik.
Orang tua yang menghadapi anaknya yang sudah dewasa sering kali berpesan laksanakan kau
anggap baik dan jangan kau laksanakan apa yang kau anggap tidak baik! Dengan
melaksanakan apa yng baik berarti menjaga nama baik dirinya sendiri, yang berarti menjaga
nama baik keluarga.
Tingkah laku dalam mempertahankan nama baik pada hakikatnya sesuai dengan kodrat
manusia, yaitu :
1. Manusia menurut sifat dasarnya adlah makhluk moral.
2. Adanya aturan-aturan yang berdiri sendiri yang harus dipatuhi manusia untuk
meujutkan dirinya sendiri sebagai pelaku moral tersebut.
Adapun ayat yang menjelaskan tentang keadilan terdapat dalam surah An – Nisa’ : 58 , yang
berbunyi :
‫ اال منت الى اهلهاال واذا حكمتم بين الناس ان تحكموا با العدلقلى ان هللا نعما‬P‫ ان تؤدوا‬P‫ان هللا ياء مركم‬
P‫يعظكم بهقلى ان هللا سميعام بصيرا‬
“ Sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia hendaknya kamu menetapkannya
dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh,
Allah maha mendengar dan maha melihat”. (QS. An-Nisa’ :58).

6
E. Pembalasan
Pembalasan ialah suatu reaksi atau perbuatan orang lain, baik reaksi berupa perbuatan yang
serupa, perbuatan yang seimbang, ataupun tingkah laku yang seimbang. Pembalasan terjadi
akibat adanya pergaulan. Ergaulan yang bersahabat mendapat balsan yang bersahabat.
Sebaliknya, pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat
pula.
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk moral dan makhluk sosial. Dalam bergaul, manusia
harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. orang yang berbuat amoral
berarti telah melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusia lain.
Oleh karena itu, tidak ada seorangpun yang menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar
atau diperkosa. Itulah sebabnya manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya
itu. mempertahankan hak dan kewajiban itulah yang tergolong pembalasan.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa Cinta kasih bersumber pada ungkapan
perasaan yang didukung oleh unsur karsa, yang dapat berupa tingkah laku dan pertimbangan
dengan akal yang menimbulkan tanggung jawab. Dalam cinta kasih tersimpul pula rasa kasih
sayang dan kemesraan. Belas kasihan dan pengabdian. Cinta kasih yang disertai dengan
tanggung jawab menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kedamaian antara sesama
manusia, antara manusia dengan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhan.

B. Saran
Kami yakin bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan baik dalam
penyampaiannya maupun dalam penulisannya. Kami mengharap saran dan kritikan dari
teman-teman agar selanjutnya kami dapat membuat makalah dengan lebih baik lagi.

8
DATAR PUSTAKA

Sujarwa, ilmu sosial dan budaya dasar (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2010)
Mawardi, IAD-IBD-ISD (Bandung: pustaka setia, 2000)
Suyadi M.P Drs, ilmu budaya dasar, (UT Depdikbud, 1984-1985)
Widagdho djoko, Ilmu budaya dasar, (jakarta: Bumi Aksara,2003)
Mawardi & Hidayat,Nur , ilmu sosial dasar, (Bandung: pustaka setia,2000)
Wahyu Ramdani, ilmu budaya dasar, (Bandung: pustaka setia, 2008)

Anda mungkin juga menyukai