Disusun oleh:
Kelompok 5
1
DAFTAR ISI
1.2 TUJUAN............................................................................................... 4
1) Pengertian Kognitif.............................................................................. 4
1 KESIMPULAN .................................................................................... 5
2 SARAN ................................................................................................. 5
2
BAB I
PENDAHULUAN
Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena
perkembangan dan pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga.
Namun, sebagian pendidik dan orang tua belum terlalu memahami tentang
perkembangan kognitif anak, karakteristik perkembangan kognitif, dan lain-
lain yang berhubungan dengan masalah perkembangan kognitif anak.
3
pengertian maupun tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif peserta
didik
1.2 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian kognitif.
2. Mengetahui karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan tahap-
tahapnya.
3. Mengetahui masalah perkembangan kognitif peserta didik.
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 DEFINISI
1) Pengertian Kognitif
Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari
tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention),
penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi
(evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan
untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.
4
2) Pengertian perkembangan kognitif
Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya,
kemampuan kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi
tahap. Secara sederhana, pada buku karangan (Desmita, 2009) dijelaskan
kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk
berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan
pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini
akan memudahkan peserta didik menguasai pengetahuan umum yang lebih
luas, sehingga anak mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam
interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan.
Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah
satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan
pengetahuan, yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya, sesuai
buku karangan (Desmita, 2009).
Teori perkembangan kognitif, menurut Pieget Perkembangan
kognitif seorang anak terjadi secara bertahap, lingkungan tidak tidak dapat
mempengaruhi perkembangan pengetahuan anak. Seorang anak tidak
dapat menerima pengetahuan secara langsung dan tidak bisa langsung
menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat
secara bertahap dengan cara belajar secara aktif dilingkungan sekolah.
Kemudian, pandangan perkembangan kognitif menurut Vygotsky
berbeda dengan Piaget. Vygotsky lebih menekankan pada konsep
sosiokultural, yaitu konteks sosial dan interaksi dengan orang lain dalam
proses belajar anak. Vygotsky juga yakin suatu pembelajaran tidak hanya
terjadi saat disekolah atau dari guru saja, tetapi suatu pembelajaran dapat
terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum pernah
dipelajari disekolah namun tugas-tugas itu bisa dikerjakannya dengan baik,
misalnya di masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan dapat
dipahami bahwa kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan
oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang
5
berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi
yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan
masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis
yang berkaitan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan,
mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan
lingkungannya.
6
C. Akomodasi adalah proses penyesuaian atau perubahan struktur
kognitif karena informasi yang baru. Artinya pengetahuan yang sudah
dimiliki harus disesuaikan dengan informasi baru yang diterima.
D. Ekuilibrasi yaitu kemampuan menyeimbangkan antara asimilasi
dan akomodasi.
Berikut 4 tahapan perkembangan kognitif yang dialami oleh manusia
menurut Jean Piaget (Ni Putu Ayu, 2021), yaitu:
7
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan pendapat Piaget tentang proses
perkembangan konitif individu adalah mengikuti pola dan tahaptahap
perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya. Terutama dalam hal belajar
akan lebih berhasil jika disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
perserta didik. Di sekolah guru dapat memberikan banyak interaksi yang bersifat
merangsang peserta didik agar aktif dalam berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya.
a. Tahap Enaktif
Pada tahap enaktif, individu belajar untuk memahami lingkungan
disekitarnya melalui kegiatan-kegiatan atau respon terhadap suatu objek.
Dalam artian memahami dunia sekitarnya dengan menggunakan
kemampuan motoriknya. Seperti melalui sentuhan, pegangan dan gigitan.
b. Tahap Ikonik
Pada tahap ikonik, individu memahami dunia sekitarnya menggunakan
visualisasi melalui penggunaan model dan gambargambar.
c. Tahap Simbolik
8
Pada tahap simbolik, individu mampu memiliki gagasan atau pemikiran
abstrak, yaitu dengan memahami simbol-simbol bahasa, logika,
matematika, dan lain sebagainya.
Beliau adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang terkenal dengan teori
berlajar bermaknanya (meaningful learning). Menurut Ausubel, ada 2 jenis
belajar yaitu belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghafal
(rote learning) (Halim Simatupang, 2019) berikut pemaparannya:
Lev Vigotsky ialah seorang tokoh psikologi Rusia, yang meyakini bahwa
perkembangan kognitif dipengaruhi dari pengalaman interaksi sosial dan
kebudayaan yang berasal dari lingkungan seorang anak.
9
Berdasarkan pandangan Vygotsky, orang dewasa (guru dan orang tua) atau
teman sebaya yang lebih kompeten harus membantu mengarahkan belajar
peserta didik yang belum dapat menguasai pembelajarannya. Sehingga hal yang
dipelajari anak hari ini dengan bantuan orang lain dapat dilakukannya secara
mandiri pada masa yang akan datang.
c. Scaffolding (Perancahan)
Scaffholding merupakan proses memberikan bantuan berupa petunjuk
kepada peserta didik di awal tahap pembelajaran yang diharapkan
peserta didik dapat belajar secara mandiri kedepannya.
10
C. Faktor-Faktor Perkembangan Kognitif
11
kognitif yang berbeda antar satu sama lain tergantung bagaimana lingkungan dan
pemenuhan kebutuhannya
1. Faktor Internal
12
c. Talents & interest (bakat dan minat anak). Bakat ialah potensi bawaan
yang sudah dimiliki anak sedari lahir namun masih perlu untuk
ditingkatkan lebih lanjut (Rudi Mulyatiningsih, 2006). Sedangkan minat
merupakan sesuatu yang disukai anak dan menjadi dorongan untuknya
agar lebih berkembang lagi. Kedua aspek ini merupakan salah satu
factor kognitif seorang anak dapat terbentuk, yaitu bagaimana anak
tersebut memilih jalan yang ia tempuh untuk memperkuat potensi
berpikir yang kritis.
2. Faktor Eksternal
13
salah satu insting manusia untuk meningkatkan atau mempertahankan
hidup.
c. Factor kebebasan, factor ini menyatakan bahwa manusia bebas dalam
berpikir divergen atau menyebar, yang artinya individu bisa menentukan
metodenya dalam menyelesaikan problem yang sedang dihadapi
(Faizatul Faridy, 2021). Biasanya factor ini erat kaitannya dengan
bagaimana pola asuh orang tua atau pendidik (guru) pada si anak. Jika
orang tuanya menerapkan pola asuh yang bermusyawarah atau
demokratis, tidak semena-mena menentang keputusan anak, maka
factor kebebasan ini akan muncul. Sedangkan jika orang tuanya
mengasuh dengan pola yang dictator, over protektif dan otoriter, tentu
kesempatan anak untuk berkembang secara kognitif akan terhambat.
Karena tidak adanya kesempatan untuk mengeksplor potensinya lebih
jauh.
14
formal (12 tahun keatas) (Nuryati & Darsinah, 2021). Sebagai calon pendidik
tentu sangat perlu memahami pertumbuhan maupun perkembangan kognitif
anak. Selain itu, seoranng pendidik juga harus dapat melihat dan mengambil
sikap ketika menerapkan teori perkembangan kognitif pada diri siswa masing-
masing.
Menurut Piaget belajar berhasil dan membekas pada diri anak apabila
sesuai dengan kondisi tahapan perkembangan kognitif siswa. Maka dari itu,
pendidik memiliki peranan penting dan harus memahami pertumbuhan dan
perkembangan siswa. Karena gurulah yang menyetir kegiatan pembelajaran di
dalam kelas dan harus merancang scenario pembelajaran yang dapat memancing
potensi anak keluar. Untuk itu perkembangan kognitif siswa di Sekolah Dasar
sangat penting untuk dipahami dalam proses pembelajaran.
15
Berikut merupakan gambaran tentang kedua tahap perkembangan
kognitif anak dan implikasinya terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas.
Guru juga harus aware dengan psikologi belajar anak diusia tersebut
yang mana dunia bermainnya masih dominan. Anak diusia 67 tahun tidak
bisa diberikan pembelajaran yang intens karena berpikir akan membuat
mereka cepat merasa lelah. Sehingga seorang pendidik dalam mendesain
rancangan pembelajaran itu harus kreatif dan interaktif yang memiliki
konsep belajar sambil bermain, misalnya belajar sambil bernyanyi, bermain
peran, dll.
16
Diusia 8 tahun daya berpikir anak sudah mengalami kenaikan dari
tahapan sebelumnya. Mereka mulai naik ke taraf C2 (memahami) dan
menuju C3 (menerapkan). Piaget berpendapat anak berusia 8 tahun dapat
mengkoneksikan kumpulan tingkat suatu benda dan menyusunnya
berdasarkan ukurannya. Misal siswa dapat mengurutkan pensil warnanya
berdasarkan ukuran terpendek hingga terpanjang. Namun jika diberikan
soal tentang mengurutkan suatu obyek tanpa memberikan benda
nyatanya, maka siswa akan masih kesulitan dalam menyelesaikannya
(Nuryati & Darsinah, 2021). Konsep mengklasifikasikan sesuatu itu
kemudian diterapkan didalam kurikulum pembelajaran dengan konteks
mempelajari jenis-jenis hewan, tumbuhan atau buah-buahan, dll.
17
konsep pembentukan bangun datar dengan beberapa bangun datar
tertentu.
18
matematikanya juga sudah meningkat. Mereka dapat menyelesaikan
penghitungan satuan berat dan satuan panjang yang berbeda, menghitung
volume bangun ruang, menyelesaikan soal yang berbentuk narasi, dll.
Pada usia ini anak sudah bisa berpikir pada sesuatu yang memiliki
kemungkinan akan terjadi (abstrak), yang mana jika dibandingkan dengan
tahap sebelumnya yaitu berpikir sistematis dan logis pada obyek yang
nyata (empirik), tentu perkembangan ini sudah memasuki tahapan baru.
Fase perkembangan kognitif ini menurut Piaget disebut fase operasional
formal. Berdasarkan pendapat William Crain, otak anak sudah mampu
berpikir mengenai obyek yang bersifat abstrak dan berpikir dengan kritis.
Apabila dipaparkan suatu permasalahan, mereka dapat memahami sebab-
akibat dan menentukan penyelesaiannya dan menyusun secara strategis
serta sistematis. Untuk tingkatan Bloom, anak yang berusia 11 tahun pada
umumnya sudah mencapai ranah C5 yaitu mengevaluasi/menilai sesuatu
sedangkan anak dengan usia 12 tahun keatas telah memasuki ranah C5 dan
C6 (menciptakan).
Pada tahapan ini anak sudah mampu berpikir kritis dan sistematis
dapat diajarkan dengan metode student center (Dian Andesta Bujuri,
2018), misalnya model Inquiry Learning, Kontruktivisme, Problem Based
19
Learning (PBL), Discovery Learning, dll. Anak direntang usia ini sudah
mampu menciptakan hal yang baru dengan didasari pengetahuan yang
mereka dapatkan sebelumnya seperti membuat teks cerita, pidato,
kerajinan tangan, dan lainnya. Untuk bidang matematika, mereka sudah
dapat membuat konsep sesuai pemahamannya dan dapat menyelesaikan
soal dengan caranya sendiri.
20
KESIMPULAN
21
penalaran dan keaktifan berpikir tinggi pada siswa baik berupa hal empiric
maupun yang abstrak.
22
PUSTAKA
Daud, Muh., dkk. 2021. Buku Ajar Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta:
Kencana.
Khadijah, Nurul Amelia. 2021. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini: Teori dan
Praktik. Jakarta: Kencana
Simatupang, Halim. 2019. Strategi Belajar Mengajar Abad Ke-21. Surabaya: CV.
Cipta Media Edukasi.
Suliswono, Dwi, dkk. 2018. Panduan Pelatihan Mobile & Cooperative Learning.
Yogyakarta: Deepublish.
23
Bujuri, Dian Andesta. 2018. “Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar
dan Implikasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar”. Literasi,Vol.
9,No.1,https://ejournal.almaata.ac.id/index.php/LITERASI/article/view/720
24
25