Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK TEORI

PERKEMBANGAN MENURUT FREUD, ERKSON, DAN PIAGET

DOSEN PENGAMPU:

Drs. MUHAMMADI, M.Si

OLEH:

NURDINA PUTRI ERDIMAN 23129224

RAHMADINI HARSYANTI 23129228

RIZKA AFRIZA FEBRIANI 23129075

SEPTI NURUL AZMI 23129081

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah Swt, karena atas Rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori Perkembangan Menurut Freud, Erikson,
dan Piaget”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Belajar
Peserta Didik. Selain itu, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Muhammadi, M.si selaku dosen
pengampu, dan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapakan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 13 September 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 4

A...Latar Belakang......................................................................................... 4
B...Rumusan Masalah.................................................................................... 4
C...Tujuan.......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 6

A...Perkembangan Kognitif........................................................................... 6
B...Teori Perkembangan Menurut Freud........................................................8
C...Teori Perkembangan Menurut Erkson......................................................9
D...Teori Perkembangan Menurut Piaget.......................................................12

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 14

A...Kesimpulan ............................................................................................. 14
B...Saran.........................................................................................................

DARTAR PUSTAKA...............................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan adalah suatu proses perubahan pertumbuhan yang terjadi pada setiap
manusia yang bersifat progresif dan sistematis. Berbagai perubahan-perubahan dalam
perkembangan memungkinkan manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitar. Aspek-aspek perkembangan manusia meliputi aspek fisik, sosial, intelektual,
emosi, dan moral.

Aspek fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan setelah lahir. Aspek sosial
merupakan cara interaksi manusai dengan lingkungannya. Intelektual atau daya piker
adalah kemampuan dalam beradaptasi dengan situasi baru atau lingkunagn baru. Emosi
adalah perasaan yang ada dalam diri setiap manusia, seperti marah dan senang. Sedangkan
moral adalah tingkah laku hidup manusia yang berdasarkan pada kesadaran.

Seiring dengan perkembangan zaman muncullah berbagai teori-teori mengenai


perkembangan manusia sehinnga tercipta pemahaman-pemahaman baru tentang
perkembangan manusia. Teori-teori tersebut dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti
Freud, Erikson, dan Piaget.

B. RUMUSAN MASALAH

Terdapat beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain
sebagai berikut:

1. Apa itu perkembangan kognitif?

2. Bagaimana perkembangan menurut teori Freud?

3. Bagaimana perkembangan menurut teori Erikson?

4. Bagaimana perkembangan menurut teori Piaget?

4
C. TUJUAN

Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas, antara lain sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui teori perkembangan kognitif


2. Dapat mengetahui tahapan perkembangan menurut teori dari Freud
3. Dapat mengetahui tahapan perkembangan menurut teori dari Erikson
4. Dapat mengetahui tahapan perkembangan menurut teori dari Piaget

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Secara garis besar, kognitif adalah berbagai kegiatan mental yang dapat menjadikan
seseorang bisa mengaitkan, menilai, dan memberikan pertimbangan terhadap suatu
kejadian. Alhasil, mereka bisa memperoleh pengetahuan setelah itu. Aspek kognitif
memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat inteligensi atau kecerdasan seseorang.
Misalnya, saat kamu sedang belajar, mencoba memecahkan masalah, dan menciptakan
sebuah ide.
a. Pengertian Kognitif dari Para Ahli

Sementara itu, para ahli juga memiliki pendapat masing-masing terkait definisi
kognitif. Berikut beberapa di antaranya:

1. Williams dan Susanto


Mereka menyebutkan bahwa kognitif adalah suatu cara seseorang bersikap,
mengambil tindakan, dan cepat atau lambatnya respons saat menghadapi masalah.
2. Neisser
Mengatakan bahwa kognitif merupakan proses memperoleh, mengatur, dan
memakai ilmu pengetahuan yang ada.
3. Gagne
Berpendapat bahwa kognitif berarti proses internal yang terjadi pada pusat saraf
manusia saat berpikir.
4. Drever
Menyebut kalau kognitif merupakan suatu istilah yang mencakup proses
pemahaman, yaitu sudut pandang, penilaian, logika atau penalaran, imajinasi, dan
bagaimana mengartikan makna.
5. Piaget
Mengartikan kognitif sebagai proses adaptasi pada seorang anak dan mengartikan
objek maupun semua peristiwa pada kondisi sekitarnya.

6
b. Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif dapat membuat seseorang lebih mudah berinteraksi dan bergaul. Agar
lebih jelas, berikut beberapa peran penting dari fungsi kognitif yang perlu orang tua
ketahui:

1. Perhatian
Perhatian berperan sebagai penyeleksi datangnya rangsangan yang selanjutnya
dapat menjadi perhatian utama dan secara bersama bisa diabaikan. Rangsangan
bisa berupa suara, bau, atau gambar.
2. Daya ingat atau memori
Fungsi ini berhubungan dengan tingkat konsentrasi dan fokus. Semakin tinggi
tingkat fokus, tentu semakin baik daya ingatnya. Ini menunjukkan proses
informasi akan masuk ke otak dan bagaimana otak menyimpannya.
3. Peran eksekutif
Selanjutnya, fungsi eksekutif yang mengarahkan seseorang untuk bisa menjadi
seorang perencana yang baik dan merealisasikannya. Mudahnya, melalui fungsi
ini orang tua bisa melihat bagaimana cara sang buah hati menyelesaikan masalah.
4. Kemampuan untuk berbahasa
Aspek kemampuan berbahasa berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam
merangkai kata ketika berbicara dengan orang lain. Setiap individu mempunyai
kapabilitas berbahasa yang pastinya tidak sama, bergantung dari bagaimana fungsi
kognitifnya.
5. Merasa dan mengamati
Adanya fungsi kognitif seharusnya bisa membuat seseorang mengenali dan
merasakan semua yang ada pada lingkungan sekitar. Contohnya, mereka bisa
membedakan buah semangka dengan melon, buah lemon dan jeruk, atau lainnya.

c. Dasar Teori Pendekatan Kognitif


Lalu, apa sebenarnya dasar dari teori pendekatan kognitif? Mudahnya, teori belajar
kognitif adalah suatu teori pembelajaran yang lebih berfokus pada bagaimana proses
belajar daripada hasil dari pembelajaran. Teori ini menyebutkan, seseorang tidak
hanya menunjukkan kaitan antara rangsangan dan respons saat belajar, tetapi juga
sikap untuk mencapai apa yang menjadi tujuan belajarnya. Ada 5 prinsip dalam dasar
teori belajar kognitif dalam proses belajar, yaitu:
7
1. Proses yang lebih penting daripada
hasilnya
2. Sudut pandang dan cara memahami dalam mencapai semua tujuan
juga menunjukkan sikap.
3. Pemisahan materi belajar jadi komponen yang lebih sederhana dan belajar
secara terpisah.
4. Setiap murid harus menunjukkan keaktifan dalam
belajar.
5. Perlu proses berpikir yang kompleks saat
belajar. d. Pendekatan Kognitif

Pendekatan kognitif adalah istilah yang menyebutkan kalau tingkah laku


menjadi aspek penting yang membuat seseorang melalui proses mental. Hal ini
selanjutnya dapat membantu meningkatkan kapabilitas dalam memberi nilai,
membandingkan, maupun merespons rangsangan sebelum muncul reaksi. Secara
sederhana, pendekatan ini berfokus pada isi pikiran manusia sehingga bisa
memperoleh pengalaman, lebih mudah memahami, dan lainnya
e. Level Kognitif

Membicarakan kognitif sebenarnya tidak lepas dari bagaimana siswa mengerjakan


soal ketika ujian. Inilah sebabnya, penting bagi para guru untuk mempertimbangkan
level kognitif sebelum membuat soal. Adapun tingkatan dalam level kognitif yaitu:
Level 1
Level ini berarti tingkat kapabilitas yang paling rendah, sebab tingkatan ini hanya
menuntut daya pemahaman dan pengetahuan dari siswa. Apabila mengarah pada
taksonomi Bloom, soal untuk tingkat ini hanya berupa mengingat atau C1 dan
memahami dan C2.
Level 2
Kemudian, tingkat 2 yang tentunya lebih tinggi daripada tingkat 1. Sebab, level ini
menuntut siswa untuk dapat menerapkan. Jika berfokus pada taksonomi Bloom, soal
untuk level ini juga termasuk aplikasi atau C3.
Level 3
Terakhir, level 3 yang merupakan tingkatan paling tinggi dari dua tingkat
sebelumnya. Sebab, tingkatan ini menuntut siswa untuk dapat melakukan analisis,

8
sintesis, dan evaluasi. Pada taksonomi Bloom, soal untuk tingkatan ini termasuk
analisis atau C4, evaluasi atau C5, dan menciptakan atau C6.

9
B. TEORI PERKEMBANGAN MENURUT FREUD
a. Teori Sigmund Freud
Teori perkembangan anak pertama yang dikemukakan oleh Sigmund Freud
menyatakan bahwa pengalaman seseorang dimasa kecil serta hasrat alam bawah sadar
memiliki pengaruh terhadap perilaku seseorang.
Freud juga mengemukakan bahwa konflik yang ada pada berbagai tahapan tersebut
akan memiliki pengaruh hingga kemasa depan. Teori ini juga menyatakan bahwa pada
setiap usia anak memiliki hawa nafsu atau libido yang berbeda. Seperti halnya pada
usia anak 3-5 tahun, anak tersebut akan mulai mengenali identitas seksualnya. Pada
usia 5 hingga masa pubertas, maka anak akan memasuki tahapan laten dengan
mempelajari berbagai hal seputar seksualitas. Jika seorang anak tidak berhasil untuk
menuntaskan tahapan tersebut, maka dapat berpengaruh pada karakter anak saat
dewasa nanti. Sigmund Freud juga berpendapat bahwa sifat yang dimiliki seseorang
sangat ditentukan melalui apa yang dialami oleh seseorang tersebut.

Sigmund Freud membagi tahapan perkembangan anak berdasarkan kematangan


fisiologis dari bagian tubuh tertentu, Freud menyebut tahapan-tahapan ini dengan
istilah Fase Oedipal.

8
Ada lima tahapan perkembangan yang diamati dalam Fase Oedipal ini, antara lain
sebagai berikut:

1. Fase Oral ( 0- 1,5 tahun)


Pada fase ini daerah mulut merupakan pusat kepuasa yang diperoleh melalui
berbagai kegiatan, misalnya kegiatan mengisap yang dilakukan oleh bayi. Melalui
mulut, bayi melakukan kontak pertama dengan lingkungan.
2. Fase Anal (1,5- 3 atau 3,5 tahun)
Pusat kepuasan pada fase ini terletak pada daerah anus atau dubur. Anak
mendapat kepuasan dengan cara menahan atau membuang kotoran dengan
kemauannya sendiri. Melalui kegiatan ini anak belajar tentang kebebasan untuk
menentukan sendiri kemauannya.
3. Fase Phallic (3,5 sampai 5 tahun)
Pada fase ini, anak mulai menaruh perhatian kepada alat kelaminnya dan mulai
menangkap perbedaan antara alat kelamin laki-laki dan perempuan.
4. Fase Laten (5 sampai 10 tahun)
Fase ini disebut juga sebagai fase “masa tenang” karena anak tidak terlalu
menaruh perhatian pada diri dan tubuhnya. Karena anak mulai masuk sekolah,
perhatian anak umumnya akan focus pada kegiatan belajar.
5. Fase Genital (10 tahun sampaiu masa remaja)
Fada fase ini terjadi kematangan alat seksual primer (organ reproduksi) dan alat
seksual sekunder (payudara, bulu dada, kumis, dan lain-lain). Hal ini
menyebabkan meningkatnya dorongan seksual yang ditampilkan lewat
ketertarikan terhadap lawan jenis

C. TEORI PERKEMBANGAN MENURUT ERIKSON


a. Teori Erikson
Erikson mengembangkan teori psychosocial development, yaitu bagaimana kebutuhan
individu seseorang (psycho) tergabung dengan keperluan dan tuntutan masyarakat
(social). Erikson mengajukan 8 tahapan yang harus kita lewati dalam proses
perkembangan kita. Pada setiap tahapan tersebut, terdapat sebuah konflik yang harus
dihadapi dan di selesaikan agar kita memiliki perkembangan yang normal.
1. Trust vs Mistrust (0-18 Bulan)

9
Pada tahapan ini, seorang anak belajar untuk mempercayai caregivers mereka.
Anak bergantung sepenuhnya kepada caregivers untuk keperluan makan, minum,
tampat tinggal, dan kasih sayang (trust). Pada tahapan ini, seorang anak juga
develop mistrust, yaitu contohnya ketika anak menangis, tetapi caregivers tidak
ada disana untuk menenagkan. Atau ketika caregivers kelupaan untuk memberikan
makanan kepada anak. Keadaan dimana keperluan anak tidak terpenuhi dan
menghasilkan mistrust ini juga merupakan sesuatu yang penting untuk
perkembangan anak. Mistrust menjadi salah satu konflik yang harus dihadapi anak
pada tahap perkembangan ini. Sedikit mistrust memang baik, tetapi bila caregivers
secara konsisten tidak bisa diandalkan dan terus-menerus tidak bisa dipercaya,
maka anak akan tumbuh menjadi seseorang yang yang melihat dunia dengan
anxiety, ketakutan, dan mistrust.
2. Autonomy vs Shame and Doubt (18 Bulan – 3 Tahun)
Pada tahapan ini, seorang anak sudah memiliki autonomy dan independence. Anak
sudah mulai memiliki makanan favorit dan mereka sudah memiliki preference
terhadap suatu hal. Pada tahapan ini, penting untuk orang tua untuk memberikan
pilihan dan autonomy kepada anak mereka. Contohnya, seperti memberikan
kepada anak pilihan 2 jenis pakaian yang mau dikenakan di pagi hari. Pada
tahapan ini, seorang anak juga sudah siap untuk melakukan toilet training.
3. Initiative vs Guilt (3-5 Tahun)
Pada tahpan ini, seorang anak mulai mengambil inisiatif dan mengontrol apa yang
terjadi ketika bermain dengan teman-temannya. Anak akan mulai terus menerus
menanyakan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang bahkan kita tidak tahu
jawabannya. Bila pada tahapan ini orang tua membatasi anak mengambil
inisiatif(controlling), maka anak akan bertumbuh menjadi seorang yang tanpa
ambisi, tidak inisiatif, dan selalu merasa bersalah.
4. Industry vs Inferiority (5-12 Tahun)
Pada tahapan ini, seorang anak mulai merasa bangga atas keberhasilan dan
kesuksesan dirinya. Anak mulai harus berinteraksi dengan lebih banyak orang dan
mengejar kegiatan akademis mereka. Kesuksesan dalam bersosialisasi dan
menggapai suatu pencapaian akan menimbulkan perasaaan kompeten, sementara
kegagalan akan menghasilkan perasaan inferioritas.
5. Identity vs Role Confusion (12-18 Tahun)

10
Tahapan ini adalah ketika seornag anak mencari jati diri mereka. Mereka mencari
identitas dengan cara mempertimbangkan kepercayaan, tujuan, dan nilai-nilai yang
mereka pegang. Bila tahapan ini dilengkapi dengan baik, seseorang akan memiliki
sense of self yang kuat. Bila seorang anak tidak berhasil mencari jati diri mereka,
maka mereka tidak bisa melihat masa depan mereka dengan jelas.
Ketidakberhasilan dalam mencari jati diri ini dapat pula terjadi bila orang tua
memaksakan kepercaraan dan nilai-nilai yang mereka anut kepada anak.
6. Intimacy vs Isolation (18-40 Tahun)
Tahapan ini adalah ketika seseorang membangun hubungan jangka panjang dengan
orang lain. Bila seseorang belum berhasil melengkapi tahapan sebelumnya dan
belum memiliki sense of identitiy yang kuat, tidak akan bisa membangun
hubungan intim dengan orang lain. Orang-orang yang kesulitan untuk membangun
hubungan ini akan berakhir kesepian dan depresi.
7. Generativity vs Stagnation (40-65 Tahun)
Pada tahapan ini, seseorang merasa dirinya harus melakukan sesuatu yang
berkontribusi kepada masyarakat. Seseorang akan merasa puas mengetahui bahwa
dirinya dibutuhkan dalam keluarga, komunitas, ataupun tempat kerjanya. Bila
seseorang gagal memenuhi tahapan ini, maka seseorang akan merasa unproductive
dan akan merasa disconnect dengan masyarakat.
8. Ego Integrity vs Despair (65 Tahun keatas)
Tahapan ini adalah ketika seseorang melihat kembali kehidupan mereka sampai
saat ini. Bila mereka beerhasil memenuhi tahapan-tahapan sebelumnya, mereka
akan merasa bangga dan puas. Namun, ketidakberhasilan akan berujung pada
penyesalan.

11
D. TEORI PERKEMBANGAN MENURUT PIAGET
a. Teori perkembangan kognitif Jean Piaget atau teori Piaget menunjukkan bahwa
kecerdasan berubah seiring dengan pertumbuhan anak. Perkembangan kognitif
seorang anak bukan hanya tentang memperoleh pengetahuan, anak juga harus
mengembangkan atau membangun mental.
1. Tahap Sensorimotor (Usia 18-24 bulan)
Tahap sensorimotor adalah yang pertama dari empat tahap dalam teori
Piaget mengenai perkembangan kognitif anak Piaget. Selama periode
ini, bayi mengembangkan pemahaman tentang dunia melalui koordinasi
pengalaman sensorik (melihat, mendengar) dengan tindakan motorik (menggapai,
menyentuh). Perkembangan utama selama tahap sensorimotor adalah
pemahaman bahwa ada objek dan peristiwa terjadi di dunia secara alami dari
tindakannya sendiri. Misalnya, jika ibu meletakkan mainan di bawah selimut, anak
tahu bahwa main yang biasanya ada (dia lihat) kini tidak terlihat (hilang), dan
anak secara aktif mencarinya. Pada awal tahapan ini, anak berperilaku seolah
mainan itu hilang begitu saja.
2. Tahap Praoperasional (Usia 2-7 Tahun)
Tahap ini dimulai sekitar 2 tahun dan berlangsung hingga kira-kira 7 tahun. Selama
periode ini, anak berpikir pada tingkat simbolik tapi belum menggunakan operasi
kognitif. Artinya, anak tidak bisa menggunakan logika atau mengubah,
menggabungkan, atau memisahkan ide atau pikiran. Perkembangan anak terdiri dari
membangun pengalaman tentang dunia melalui adaptasi dan bekerja menuju tahap
(konkret) ketika ia bisa menggunakan pemikiran logis. Selama akhir tahap ini, anak
secara mental bisa merepresentasikan peristiwa dan objek (fungsi semiotik atau tanda),
dan terlibat dalam permainan simbolik.
3. Tahap Operasional Konkret (Usia 7-11 Tahun)
Perkembangan kognitif anak di tahap ini berlangsung sekitar usia 7 hingga 11 tahun,
dan ditandai dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional. Piaget
menganggap tahap konkret sebagai titik balik utama dalam perkembangan kognitif
anak, karena menandai awal pemikiran logis. Pada tahapan ini, Si Kecil cukup dewasa
untuk menggunakan pemikiran atau pemikiran logis, tapi hanya bisa menerapkan
logika pada objek fisik. Anak mulai menunjukkan kemampuan konservasi (jumlah,
luas, volume, orientasi). Meskipun anak bisa memecahkan masalah dengan cara logis,
mereka belum bisa berpikir secara abstrak atau hipotesis.
12
4. Tahap Operasional Formal (Usia 12 tahun ke atas)
Perkembangan kognitif anak menurut tahap terakhir menurut Piaget dimulai sekitar usia 12
tahun dan berlangsung hingga dewasa. Saat remaja memasuki tahap ini, mereka
memperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak dengan memanipulasi ide di
kepalanya, tanpa ketergantungan pada manipulasi konkret. Seorang remaja bisa melakukan
perhitungan matematis, berpikir kreatif, menggunakan penalaran abstrak, dan
membayangkan hasil dari tindakan tertentu.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. perkembangan kognitif adalah berbagai kegiatan mental yang dapat menjadikan
seseorang bisa mengaitkan, menilai, dan memberikan pertimbangan terhadap suatu
kejadian. Fungsi kognitif dapat membuat seseorang lebih mudah berinteraksi dan bergaul.
Peran penting dari fungsi kognitif yang perlu orang tua yaitu perhatian, daya ingat atau
memori, kemampuan untuk berbahasa, merasa dan mengamati
2. Perkembangan menurut teori freud bahwa pengalaman seseorang dimasa kecil serta
hasrat alam bawah sadar memiliki pengaruh terhadap perilaku seseorang. Sigmund Freud
juga berpendapat bahwa sifat yang dimiliki seseorang sangat ditentukan melalui apa yang
dialami oleh seseorang tersebut. Ada lima tahapan perkembangan yang diamati dalam
Fase Oedipal ini, antara lain 1. Fase Oral ( 0- 1,5 tahun) 2. Fase Anal (1,5- 3 atau 3,5
tahun)
3.Fase Phallic (3,5 sampai 5 tahun) 4. Fase Laten (5 sampai 10 tahun) 5.Fase Genital (10
tahun sampaiu masa remaja)
3. Perkembangan Menurut teori Erkson mengembangkan teori psychosocial development,
yaitu bagaimana kebutuhan individu seseorang (psycho) tergabung dengan keperluan dan
tuntutan masyarakat (social). Erikson mengajukan 8 tahapan yang harus kita lewati dalam
proses perkembangan yaitu 1. Trust vs Mistrust (0-18 Bulan) 2. Autonomy vs Shame
and Doubt (18 Bulan – 3 Tahun) 3. Initiative vs Guilt (3-5 Tahun) 4. Industry vs
Inferiority (5-12 Tahun) 5. Identity vs Role Confusion (12-18 Tahun) 6. Intimacy vs
Isolation (18-40 Tahun) 7. Generativity vs Stagnation (40-65 Tahun) 8. Ego Integrity vs
Despair (65 Tahun keatas)
4. Perkembangan munurut teori Piaget menunjukkan bahwa kecerdasan berubah seiring
dengan pertumbuhan anak. Perkembangan kognitif seorang anak bukan hanya tentang
memperoleh pengetahuan, anak juga harus mengembangkan atau membangun mental. Ada
4 tahapan perkembangan menurut Piaget 1.Tahap Sensorimotor (Usia 18-24 bulan) 2.
Tahap Praoperasional (Usia 2-7 Tahun) 3. Tahap Operasional Konkret (Usia 7-11
Tahun)
4.Tahap Operasional Formal (Usia 12 tahun ke atas

14
B. SARAN
penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini bisa
mendekati kata sempurna .opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi
untuk menyempurnakan makalah ini

15
DAFTAR PUSTAKA

https://psikologmudha.com/4-teori-perkembangan-menurut-para-tokoh/
https://psychology.binus.ac.id/2022/11/28/perkembangan-psikososial-erikson/
https://pgsd.binus.ac.id/2021/07/08/implementasi-teori-belajar-kognitivisme-dalam-
pandangan-jean-piaget-dan-jerome-bruner/
https://www.gramedia.com/literasi/teori-perkembangan-manusia-teori-perkembangan-anak/

16

Anda mungkin juga menyukai