Anda di halaman 1dari 15

Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Allah SWT atas ridha dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘Pendekatan
Kognitif dan Pendekatan Belajar Sosial’.
Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Linda Rohayati, M.Pd.I sebagai
dosen pembimbing yang telah mengamanahkan tugas ini kepada kami. Ucapan terima kasih
juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu baik secara moral maupun
material sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini akan menjelaskan tentang Pengertian, Fungsi, Teori dan Konsep ‘Pendekatan
Kognitif dan Belajar Sosial’. Dari kedua pendekatan ini banyak yang perlu kita terapkan
dimasyarakat.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan tersebut. Kritik dan saran dari Ibu
Linda Rohayati, M.Pd.I senantiasa ditunggu oleh kami guna meningkatkan kualitas tulisan ke
depannya.

Gununghalu, 1 Oktober 2022


Achmad Imron Rosyadi
Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
Pendekatan Kognitif dan Pendekaran Belajar Sosial
Pendekatan Kognitif
A. Pengertian Kognitif
B. Fungsi dan Peran Kognitif
C. Teori dan Prinsip Belajar Kognitif
D. Pendekatan dan Perkembangan Kognitif
E. Level, Ranah dan Aspek Kognitif
Pendekatan Belajar Sosial
A. Pengertian Teori Belajar Sosial
B. Prinsip Teori Belajar Sosial
C. Penerapan Pembelajaran Sosial
D. Konsep Teori Belajar Sosial
E. Mengimplementasikan Teori Belajar Sosial
Bab III Penutupan
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
PENDEKATAN KOGNITIF DAN PENDEKATAN BELAJAR
SOSIAL

Pendekatan Kognitif
A. Pengertian Kognitif

Kognitif adalah segala kegiatan seseorang yang berkaitan dengan proses belajar mengajar
dalam memahami sebuah peristiwa dan kemudian menjadi paham karenanya.Disinilah
praktek kecerdasan kognitif bekerja dalam memproses sebuah pengetahuan.
Secara makna, kognitif adalah semua aktivitas mental yang membuat suatu individu
mampu menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu peristiwa, sehingga
individu tersebut mendapatkan pengetahuan setelahnya.
Kognitif tidak bisa dipisahkan dengan kecerdasan seseorang. Contoh kognitif bisa
ditunjukkan ketika seseorang sedang belajar, membangun sebuah ide, dan memecahkan
masalah.

Definisi Kognitif Menurut Para Ahli


1. Menurut Williams dan Susanto, kognitif adalah cara individu bertingkah laku,
bertindak, dan cepat lambatnya individu saat memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
2. Menurut Piaget, kognitif adalah bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan
objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya.
3. Menurut Neisser, kognitif adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.
4. Menurut Gagne, kognitif adalah proses internal yang terjadi di dalam pusat susunan
saraf ketika manusia sedang berpikir.
5. Menurut Drever, kognitif adalah istilah umum yang melingkupi metode pemahaman,
yakni persepsi, penilaian, penalaran, imajinasi, dan penangkapan makna.

B. Fungsi dan Peran Kognitif

• Memori atau Daya Ingat


Fungsi pertama dari kognitif adalah daya ingat. Hal ini berkaitan dengan tingkat
kefokusan seseorang. Semakin fokus, semakin baik memori atau daya ingat. Hal ini
menunjukkan bagaimana suatu informasi akan ditransfer dan disimpan di dalam otak.

• Perhatian
Peran kedua dari kognitif adalah perhatian. Bentuk perhatian merupakan penyeleksi
rangsangan yang nantinya menjadi fokus perhatian dan bisa diabaikan secara bersamaan.
Rangsangan yang dimaksud bisa berupa bau, suara, maupun gambar.

• Fungsi Eksekutif
Fungsi ini mengarahkan manusia untuk menjadi perencana dan melaksanakan sesuatu
yang telah ia rencanakan. Nah, dari sinilah seseorang terlihat bagaimana cara
menyelesaikan setiap permasalahanya.

• Keluwesan dalam Berbahasa


Kemampuan berbahasa berkaitan dengan kognitif. Karena dengan bisa berbahasa
seseorang akan mampu menyusun kata-kata saat berkomunikasi dengan orang lain. Setiap
orang memiliki kemampuan bahasa yang berbeda-beda, bergantung dari fungsi
kognitifnya.

• Merasakan dan Mengenali


Selanjutnya adalah kehadiran fungsi kognitif membuat seseorang bisa merasakan dan
mengenali segala sesuatu di sekitarnya. Misalnya, membedakan antara jeruk dan lemon,
semangka dan melon, dan seterusnya

Tujuan teori belajar kognitif adalah untuk membentuk hubungan yang teruji, yang
teramalkan dari tingkah laku orang-orang pada ruang kehidupan mereka secara spesifik
sesuai dengan situasi psikologisnya.

C. Teori dan Prinsip Belajar Kognitif

Pengertian Teori Belajar Kognitif


Teori belajar kognitif adalah metode belajar yang berusaha mementingkan proses belajar
daripada hasilnya. Teori ini menyatakan bahwa pada proses belajar, seseorang tidak
hanya cenderung pada hubungan antara stimulus dan respon, melainkan juga bagaimana
perilaku seseorang dalam mencapai tujuan belajarnya.
Teori belajar kognitif dalam pembelajaran :
1. Persepsi dan pemahaman dalam mencapai tujuan belajar menunjukkan tingkah laku
seorang individu.
2. Proses belajar lebih penting daripada hasil.
3. Materi belajar dipisahkan menjadi komponen kecil, lalu dipelajari secara terpisah.
4. Pada kegiatan belajar, dibutuhkan proses berpikir yang kompleks.
5. Keaktifan peserta didik saat pembelajaran merupakan suatu keharusan.
Prinsip-prinsip dasar teori Belajar Kognitif antara lain :

1. Belajar merupakan suatu bentuk perubahan akan informasi pengetahuan.


2. Pembelajaran berfokus pada cara bagaimana peserta didik memperoleh, memahami,
dan menyimpan informasi dalam ingatannya.
3. Pembelajaran menekankan pada proses berpikir yang kompleks.
4. Kegiatan belajar mengajar melibatkan keaktifan peserta didik untuk membangun
pengalaman belajar.
5. Hasil pembelajaran tidak hanya bergantung pada informasi yang diberikan guru, tapi
juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.

D. Pendekatan dan Perkembangan Kognitif

Pendekatan kognitif adalah bentuk istilah yang menyatakan bahwa melalui tingkah
lakulah seorang individu akan mengalami proses mental yang nantinya bisa
meningkatkan kemampuan menilai, membandingkan, atau menanggapi stimulus sebelum
terjadinya reaksi.
Pendekatan ini memberikan penekanan terhadap isi pikiran manusia agar manusia
tersebut mendapatkan pengalaman, pemahaman, standar moral, dan sebagainya.
Setiap anak memiliki kemampuan kognitif yang berbeda-beda. Hal itu karena
perkembangan kognitifnya juga berbeda-beda. Namun demikian, ada hal-hal umum yang
bisa dijadikan acuan perkembangan kognitif pada anak.
Teori Piaget mengelompokkan perkembangan kognitif anak ke dalam empat tahapan,
yaitu sebagai berikut.
1. Tahap sensorimotor (18-24 bulan)
Pada tahap ini, bayi mulai mampu mengembangkan akalnya untuk memahami dunia
luar melalui indra sensorik dan kegiatan motoriknya.
2. Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Pada tahap ini, anak belum bisa mengoptimalkan kemampuan kognitif tersebut.
Artinya, anak belum bisa melogika sesuatu.
3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai bisa berpikir secara rasional dan terorganisir. Artinya, anak
sudah mulai berpikir secara logis saat mengalami atau melihat sesuatu di sekitarnya.
4. Tahap operasional formal (12 tahun ke atas)
Tahap keempat ini menandakan seorang anak sudah bisa berpikir secara lebih luas,
menalar dan menganalisis sesuatu, memanipulasi ide di pikirannya, dan tidak
tergantung dengan manipulasi konkret.

E. Level, Ranah dan Aspek Kognitif

Level kognitif ini dibagi menjadi tiga level.


Level 1
Level ini menunjukkan tingkat kemampuan yang paling rendah karena hanya menuntut
pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Jika mengacu pada taksonomi Bloom, soal
level 1 ini mencakup soal C1 (mengingat) dan C2 (memahami).
Level 2
Pada level ini, tingkat kemampuannya tentu lebih tinggi daripada level 1 karena menuntut
peserta didik untuk mampu menerapkan. Jika mengacu pada taksonomi Bloom, soal level
2 mencakup soal C3 (mengaplikasikan).
Level 3
Tingkat kemampuan soal pada level 3 ini paling tinggi di antara dua level sebelumnya
karena menuntut peserta didik untuk bisa menganalisis, menyintesis, dan mengevaluasi.
Jika mengacu pada taksonomi Bloom, soal level 3 ini mencakup soal C4 (menganalisis),
C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta).

Pembelajaran di ranah kognitif mengacu pada tingkat kecerdasan seseorang, misalnya


pengetahuan dan keterampilan berpikir. Untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang di
lingkungan sekolah, biasanya diadakan ujian.

Di pembahasan level kognitif. Taksonomi Bloom merupakan pengelompokan suatu soal


berdasarkan aspek kognitifnya. Nah, menurut Benjamin Bloom, soal-soal di ranah
kognitif memiliki enam aspek sebagai berikut.
Pengetahuan (C1)
Pemahaman (C2)
Aplikasi (C3)
Analisis (C4)
Evaluasi (C5)
Mencipta (C6)
Intinya, ranah dan aspek kognitif mengarah pada substansi pokok dalam materi
pembelajaran beserta soal-soal yang dikembangkan dari materi tersebut.
Pendekatan Belajar Sosial
A. Pengertian Teori Belajar Sosial

Teori belajar sosial adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku melalui
proses pengamatan. Teori ini menganggap bahwa harus ada pemodelan yang nantinya
bisa dijadikan pengamatan oleh individu yang sedang belajar. Itulah mengapa teori sosial
sama dengan teori pemodelan.
Teori belajar ini merupakan bentuk pengembangan dari teori belajar behavioristik, di
mana tujuan utamanya menekankan pada perubahan perilaku.
Salah satu contoh teori belajar sosial adalah ketika seorang anak memperhatikan perilaku
orangtuanya setiap hari, seperti pergi ke kantor, menjalani hobi, atau menolong orang lain
yang membutuhkan. Anak kemungkinan dapat meniru perilaku-perilaku positif tersebut.
Di antara beberapa teori belajar lain, teori ini tergolong masih baru, yaitu dikembangkan
pada tahun 1986 oleh Albert Bandura, sehingga biasa disebut teori belajar bandura.

Pengertian menurut para ahli :


1. Menurut Irham dan Wiyani, yaitu proses belajar seseorang akan lebih banyak melalui
proses pengamatan terhadap situasi dan kondisi lingkungannya.
2. Menurut Davidoff, yaitu modeling disebut juga observation learning, imitation atau
social learning. Intinya, teori observasional masih berkaitan dengan teori belajar sosial
Bandura.
3. Menurut Komalasari, Wahyuni, dan Karsih, yaitu modeling merupakan kegiatan
belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang
teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus dan melibatkan proses
kognitif.
4. Menurut Abu Ahmadi, belajar merupakan proses dimana tingkah laku ditimbulkan
atau diubah melalui latihan pengalaman.

Tujuan teori belajar sosial yaitu menjelaskan bahwa perilaku manusia mempunyai
interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh
lingkungan. Kebanyakan perilaku manusia dipelajari observasional melalui
pemodelan yaitu dari mengamati orang lain.

B. Prinsip Teori Belajar Sosial

Menurut Bandura, belajar harus memuat prinsip-prinsip berikut.

• Determinis resiprokal(Reciprocal determinism)


Maksud determinis resiprokal adalah konsep keterkaitan secara bolak-balik antara
lingkungan dan perilaku. Menurut Bandura, perilaku seseorang bisa dibentuk oleh
lingkungan. Senada dengan hal itu, lingkungan juga bisa dibentuk oleh perilaku manusia
di sekitarnya.

• Tanpa penguatan(reinforcement)
Bandura menekankan bahwa penguatan bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku
seseorang. Seseorang bisa belajar hanya dari melihat dan meniru hal yang dilihat.

• Kognisi dan regulasi diri(self-regulation/cognition)


Menurut Bandura, manusia bisa menjadi pengamat atas perilakunya sendiri, memberi
penguatan, dan hukuman atas kesalahan sendiri. Tidak hanya itu, beliau juga menganggap
bahwa manusia bisa mengatur lingkungan, membentuk dukungan kognitif, dan
bertanggungjawab atas perilakunya sendiri.
Dikutip dari Simply Psychology, teori belajar sosial atau social learning theory adalah
teori yang menekankan pentingnya mengamati, mencontoh, dan meniru perilaku, sikap,
serta reaksi emosional dari orang lain
Bentuk belajar sosial Albert Bandura adalah menekankan tentang pentingnya peserta
didik mengolah sendiri pengetahuan atau informasi yang diperoleh dari pengamatan
model di sekitar lingkungan.

C. Penerapan Pembelajaran Sosial

Perhatian
Untuk bisa belajar, anak harus memberikan atensi atau perhatian. Apa pun yang
mengalihkan perhatian mereka dapat berdampak buruk pada proses pembelajaran
sosialnya.
Retensi
Kemampuan untuk menyimpan informasi juga penting. Ada banyak faktor yang
berpengaruh terhadap hal ini, terutama dalam kemampuan untuk menyerap hal baru.
Reproduksi
Setelah memberikan perhatian dan menyimpannya, tiba saatnya untuk melakukan
tindakan yang telah dipelajari. Inilah peran penting dari latihan sehingga perilaku barunya
dapat semakin terasah.
Motivasi

Tahap terakhir untuk memastikan proses belajar berlangsung lancar adalah motivasi
untuk meniru perilaku yang telah dilihat. Konsep pemberian hadiah atau hukuman bisa
menjadi cara menggali motivasi.

D. Konsep Teori Belajar Sosial

Menurut Bandura, sebagian besar perilaku manusia dipelajari secara observatif lewat
modeling. Dengan melihat bagaimana orang lain berperilaku, maka akan muncul konsep
baru yang dipercaya menjadi cara bertindak yang tepat.

• Manusia belajar lewat observasi

Salah satu eksperimen psikologi yang paling terkenal adalah boneka bernama Bobo.
Anak-anak yang menjadi partisipan dalam studi Bandura mengobservasi bagaimana
orang dewasa bertindak kasar terhadap Bobo.
Ketika mereka diminta bermain dalam sebuah ruangan bersama Bobo, anak-anak mulai
meniru tindakan agresif, seperti yang dilihat sebelumnya.
Dari situ, Badura mengidentifikasi tiga konsep dasar dari pembelajaran observatif:
1. Model langsung atau live model yang melibatkan individu melakukan sesuatu
2. Model simbolik yang melibatkan karakter fiksi atau nonfiksi lewat buku, film,
program televisi, dan media online
3. Model instruksi verbal dengan deskripsi dan penjelasan dari sebuah perilaku
Artinya, teori belajar sosial tidak mengharuskan terlibat langsung dalam sebuah aktivitas.
Mendengarkan instruksi atau petunjuk secara lisan juga bisa menjadi media untuk
mempelajari hal-hal baru.

• Pengaruh kondisi mental

Konsep teori pembelajaran sosial selanjutnya adalah pengaruh kondisi mental terhadap
proses pembelajaran anak.
Bandura menekankan bahwa faktor lingkungan bukan satu-satunya faktor yang
berpengaruh terhadap cara manusia berperilaku. Faktor lain dapat bersumber dari dalam
diri (intrinsik) anak.
Kondisi mental dan motivasi juga turut menentukan apakah seorang anak mengadaptasi
sebuah perilaku atau tidak. Faktor intrinsik ini bisa berupa rasa bangga, kepuasan, hingga
pencapaian atas target tertentu.
Adanya pemikiran internal dan kognisi dianggap membantu menghubungkan teori belajar
sosial dengan kognitifnya. Perpaduan dua hal ini disebut oleh Bandura sebagai teori
kognitif sosial.

• Pembelajaran bukan jaminan perubahan

Salah satu pertanyaan yang mungkin dilontarkan seputar teori ini adalah: kapan
menentukan sesuatu telah dipelajari anak?
Pada banyak kasus, belajar atau tidaknya anak bisa terlihat langsung ketika mereka
menunjukkan perilaku baru. Contohnya, anak belajar mengayuh sepeda setelah melihat
bagaimana caranya.
Namun, terkadang hasil dari proses observasi ini tidak langsung terlihat. Inilah yang
menambahkan prinsip bahwa apa pun yang dilihat anak – baik secara langsung maupun
tidak – bukanlah kunci perubahan perilaku mereka.

E. Mengimplementasikan Teori Belajar Sosial

Pada dasarnya, teori yang digagas Bandura memiliki konsep yang tidak terlalu rumit,
yaitu seseorang hanya mengamati lalu meniru atau mengulang kembali hal yang ia amati.
Pengamatan itupun tidak harus dalam bentuk melihat aktivitas fisik, melainkan bisa
berupa kegiatan mendengarkan.
Untuk mengimplementasikan ini, Bandura pernah membuat eksperimen menggunakan
boneka yang diberi nama Bobo. Pada eksperimen tersebut, anak-anak diminta mengamati
perilaku kasar dan agresif orang dewasa terhadap boneka tersebut.
Saat anak-anak tersebut diminta untuk bermain bersama Bobo, mereka meniru tindakan
agresif orang dewasa yang dilihatnya. Itulah contoh yang menunjukkan bahwa teori ini
mudah untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Teori belajar sosial mudah untuk diimplementasikan karena teori ini mengedepankan
adanya perubahan perilaku dari pengamatan.

BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan

1. Kognitif adalah segala kegiatan seseorang yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar dalam memahami sebuah peristiwa dan kemudian menjadi paham
karenanya.
2. Menurut Drever, kognitif adalah istilah umum yang melingkupi metode pemahaman,
yakni persepsi, penilaian, penalaran, imajinasi, dan penangkapan makna.
3. Fungsi dan peran kognitif antara lain memori atau daya ingat, Perhatian, fungsi
eksekutif, keluwesan dalam berbahasa.
4. Persepsi dan pemahaman dan suatu bentuk perubahan akan informasi pengetahuan.
5. Tahap sesorimotor, praoperasional, operasional konkret, operasional formal. Dan
Pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), evaluasi (C5),
mencipta (C6).
6. Teori belajar sosial adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku
melalui proses pengamatan. Salah satu contoh teori belajar sosial adalah ketika
seorang anak memperhatikan perilaku orangtuanya setiap hari, seperti pergi ke kantor,
menjalani hobi, atau menolong orang lain yang membutuhkan. Anak kemungkinan
dapat meniru perilaku-perilaku positif tersebut.
7. Menurut Komalasari, Wahyuni, dan Karsih, yaitu modeling merupakan kegiatan
belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang
teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus dan melibatkan proses
kognitif.
8. Perhatian, retensi, reproduksi, dan motivasi.
9. Manusia belajar lewat observasi, pengaruh kondisi mental, pembelajaran bukan
jaminan berubah.
10. Teori belajar sosial mudah untuk diimplementasikan karena teori ini mengedepankan
adanya perubahan perilaku dari pengamatan.

Daftar Pustaka

https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/kognitif/

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/download/
2524/2577#:~:text=Pendekatan%20kognitif%20menekankan%20bahwa
%20tingkah,stimulus%20sebelum%20me%2D%20lakukan%20reaksi
https://katadata.co.id/safrezi/berita/61e5417a3bbd2/kognitif-adalah-aktivitas-mental-ini-
pengertian-dan-fungsinya

https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/teori-belajar-sosial

https://ainamulyana.blogspot.com/2012/09/teori-pembelajaran-sosial-dan-teori.html?m=1

https://www.websitependidikan.com/2017/12/konsep-prinsip-dan-implikasi-teori-belajar-
sosial-bandura.html?m=1

https://www.sehatq.com/artikel/teori-pembelajaran-sosial-benarkah-anak-meniru-apa-
yang-dilihatnya

Anda mungkin juga menyukai