Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Allah SWT atas ridha dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘Pendekatan
Kognitif dan Pendekatan Belajar Sosial’.
Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Linda Rohayati, M.Pd.I sebagai
dosen pembimbing yang telah mengamanahkan tugas ini kepada kami. Ucapan terima kasih
juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu baik secara moral maupun
material sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini akan menjelaskan tentang Pengertian, Fungsi, Teori dan Konsep ‘Pendekatan
Kognitif dan Belajar Sosial’. Dari kedua pendekatan ini banyak yang perlu kita terapkan
dimasyarakat.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan tersebut. Kritik dan saran dari Ibu
Linda Rohayati, M.Pd.I senantiasa ditunggu oleh kami guna meningkatkan kualitas tulisan ke
depannya.
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
Pendekatan Kognitif dan Pendekaran Belajar Sosial
Pendekatan Kognitif
A. Pengertian Kognitif
B. Fungsi dan Peran Kognitif
C. Teori dan Prinsip Belajar Kognitif
D. Pendekatan dan Perkembangan Kognitif
E. Level, Ranah dan Aspek Kognitif
Pendekatan Belajar Sosial
A. Pengertian Teori Belajar Sosial
B. Prinsip Teori Belajar Sosial
C. Penerapan Pembelajaran Sosial
D. Konsep Teori Belajar Sosial
E. Mengimplementasikan Teori Belajar Sosial
Bab III Penutupan
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
PENDEKATAN KOGNITIF DAN PENDEKATAN BELAJAR
SOSIAL
Pendekatan Kognitif
A. Pengertian Kognitif
Kognitif adalah segala kegiatan seseorang yang berkaitan dengan proses belajar mengajar
dalam memahami sebuah peristiwa dan kemudian menjadi paham karenanya.Disinilah
praktek kecerdasan kognitif bekerja dalam memproses sebuah pengetahuan.
Secara makna, kognitif adalah semua aktivitas mental yang membuat suatu individu
mampu menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu peristiwa, sehingga
individu tersebut mendapatkan pengetahuan setelahnya.
Kognitif tidak bisa dipisahkan dengan kecerdasan seseorang. Contoh kognitif bisa
ditunjukkan ketika seseorang sedang belajar, membangun sebuah ide, dan memecahkan
masalah.
• Perhatian
Peran kedua dari kognitif adalah perhatian. Bentuk perhatian merupakan penyeleksi
rangsangan yang nantinya menjadi fokus perhatian dan bisa diabaikan secara bersamaan.
Rangsangan yang dimaksud bisa berupa bau, suara, maupun gambar.
• Fungsi Eksekutif
Fungsi ini mengarahkan manusia untuk menjadi perencana dan melaksanakan sesuatu
yang telah ia rencanakan. Nah, dari sinilah seseorang terlihat bagaimana cara
menyelesaikan setiap permasalahanya.
Tujuan teori belajar kognitif adalah untuk membentuk hubungan yang teruji, yang
teramalkan dari tingkah laku orang-orang pada ruang kehidupan mereka secara spesifik
sesuai dengan situasi psikologisnya.
Pendekatan kognitif adalah bentuk istilah yang menyatakan bahwa melalui tingkah
lakulah seorang individu akan mengalami proses mental yang nantinya bisa
meningkatkan kemampuan menilai, membandingkan, atau menanggapi stimulus sebelum
terjadinya reaksi.
Pendekatan ini memberikan penekanan terhadap isi pikiran manusia agar manusia
tersebut mendapatkan pengalaman, pemahaman, standar moral, dan sebagainya.
Setiap anak memiliki kemampuan kognitif yang berbeda-beda. Hal itu karena
perkembangan kognitifnya juga berbeda-beda. Namun demikian, ada hal-hal umum yang
bisa dijadikan acuan perkembangan kognitif pada anak.
Teori Piaget mengelompokkan perkembangan kognitif anak ke dalam empat tahapan,
yaitu sebagai berikut.
1. Tahap sensorimotor (18-24 bulan)
Pada tahap ini, bayi mulai mampu mengembangkan akalnya untuk memahami dunia
luar melalui indra sensorik dan kegiatan motoriknya.
2. Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Pada tahap ini, anak belum bisa mengoptimalkan kemampuan kognitif tersebut.
Artinya, anak belum bisa melogika sesuatu.
3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai bisa berpikir secara rasional dan terorganisir. Artinya, anak
sudah mulai berpikir secara logis saat mengalami atau melihat sesuatu di sekitarnya.
4. Tahap operasional formal (12 tahun ke atas)
Tahap keempat ini menandakan seorang anak sudah bisa berpikir secara lebih luas,
menalar dan menganalisis sesuatu, memanipulasi ide di pikirannya, dan tidak
tergantung dengan manipulasi konkret.
Teori belajar sosial adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku melalui
proses pengamatan. Teori ini menganggap bahwa harus ada pemodelan yang nantinya
bisa dijadikan pengamatan oleh individu yang sedang belajar. Itulah mengapa teori sosial
sama dengan teori pemodelan.
Teori belajar ini merupakan bentuk pengembangan dari teori belajar behavioristik, di
mana tujuan utamanya menekankan pada perubahan perilaku.
Salah satu contoh teori belajar sosial adalah ketika seorang anak memperhatikan perilaku
orangtuanya setiap hari, seperti pergi ke kantor, menjalani hobi, atau menolong orang lain
yang membutuhkan. Anak kemungkinan dapat meniru perilaku-perilaku positif tersebut.
Di antara beberapa teori belajar lain, teori ini tergolong masih baru, yaitu dikembangkan
pada tahun 1986 oleh Albert Bandura, sehingga biasa disebut teori belajar bandura.
Tujuan teori belajar sosial yaitu menjelaskan bahwa perilaku manusia mempunyai
interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh
lingkungan. Kebanyakan perilaku manusia dipelajari observasional melalui
pemodelan yaitu dari mengamati orang lain.
• Tanpa penguatan(reinforcement)
Bandura menekankan bahwa penguatan bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku
seseorang. Seseorang bisa belajar hanya dari melihat dan meniru hal yang dilihat.
Perhatian
Untuk bisa belajar, anak harus memberikan atensi atau perhatian. Apa pun yang
mengalihkan perhatian mereka dapat berdampak buruk pada proses pembelajaran
sosialnya.
Retensi
Kemampuan untuk menyimpan informasi juga penting. Ada banyak faktor yang
berpengaruh terhadap hal ini, terutama dalam kemampuan untuk menyerap hal baru.
Reproduksi
Setelah memberikan perhatian dan menyimpannya, tiba saatnya untuk melakukan
tindakan yang telah dipelajari. Inilah peran penting dari latihan sehingga perilaku barunya
dapat semakin terasah.
Motivasi
Tahap terakhir untuk memastikan proses belajar berlangsung lancar adalah motivasi
untuk meniru perilaku yang telah dilihat. Konsep pemberian hadiah atau hukuman bisa
menjadi cara menggali motivasi.
Menurut Bandura, sebagian besar perilaku manusia dipelajari secara observatif lewat
modeling. Dengan melihat bagaimana orang lain berperilaku, maka akan muncul konsep
baru yang dipercaya menjadi cara bertindak yang tepat.
Salah satu eksperimen psikologi yang paling terkenal adalah boneka bernama Bobo.
Anak-anak yang menjadi partisipan dalam studi Bandura mengobservasi bagaimana
orang dewasa bertindak kasar terhadap Bobo.
Ketika mereka diminta bermain dalam sebuah ruangan bersama Bobo, anak-anak mulai
meniru tindakan agresif, seperti yang dilihat sebelumnya.
Dari situ, Badura mengidentifikasi tiga konsep dasar dari pembelajaran observatif:
1. Model langsung atau live model yang melibatkan individu melakukan sesuatu
2. Model simbolik yang melibatkan karakter fiksi atau nonfiksi lewat buku, film,
program televisi, dan media online
3. Model instruksi verbal dengan deskripsi dan penjelasan dari sebuah perilaku
Artinya, teori belajar sosial tidak mengharuskan terlibat langsung dalam sebuah aktivitas.
Mendengarkan instruksi atau petunjuk secara lisan juga bisa menjadi media untuk
mempelajari hal-hal baru.
Konsep teori pembelajaran sosial selanjutnya adalah pengaruh kondisi mental terhadap
proses pembelajaran anak.
Bandura menekankan bahwa faktor lingkungan bukan satu-satunya faktor yang
berpengaruh terhadap cara manusia berperilaku. Faktor lain dapat bersumber dari dalam
diri (intrinsik) anak.
Kondisi mental dan motivasi juga turut menentukan apakah seorang anak mengadaptasi
sebuah perilaku atau tidak. Faktor intrinsik ini bisa berupa rasa bangga, kepuasan, hingga
pencapaian atas target tertentu.
Adanya pemikiran internal dan kognisi dianggap membantu menghubungkan teori belajar
sosial dengan kognitifnya. Perpaduan dua hal ini disebut oleh Bandura sebagai teori
kognitif sosial.
Salah satu pertanyaan yang mungkin dilontarkan seputar teori ini adalah: kapan
menentukan sesuatu telah dipelajari anak?
Pada banyak kasus, belajar atau tidaknya anak bisa terlihat langsung ketika mereka
menunjukkan perilaku baru. Contohnya, anak belajar mengayuh sepeda setelah melihat
bagaimana caranya.
Namun, terkadang hasil dari proses observasi ini tidak langsung terlihat. Inilah yang
menambahkan prinsip bahwa apa pun yang dilihat anak – baik secara langsung maupun
tidak – bukanlah kunci perubahan perilaku mereka.
Pada dasarnya, teori yang digagas Bandura memiliki konsep yang tidak terlalu rumit,
yaitu seseorang hanya mengamati lalu meniru atau mengulang kembali hal yang ia amati.
Pengamatan itupun tidak harus dalam bentuk melihat aktivitas fisik, melainkan bisa
berupa kegiatan mendengarkan.
Untuk mengimplementasikan ini, Bandura pernah membuat eksperimen menggunakan
boneka yang diberi nama Bobo. Pada eksperimen tersebut, anak-anak diminta mengamati
perilaku kasar dan agresif orang dewasa terhadap boneka tersebut.
Saat anak-anak tersebut diminta untuk bermain bersama Bobo, mereka meniru tindakan
agresif orang dewasa yang dilihatnya. Itulah contoh yang menunjukkan bahwa teori ini
mudah untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Teori belajar sosial mudah untuk diimplementasikan karena teori ini mengedepankan
adanya perubahan perilaku dari pengamatan.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Kognitif adalah segala kegiatan seseorang yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar dalam memahami sebuah peristiwa dan kemudian menjadi paham
karenanya.
2. Menurut Drever, kognitif adalah istilah umum yang melingkupi metode pemahaman,
yakni persepsi, penilaian, penalaran, imajinasi, dan penangkapan makna.
3. Fungsi dan peran kognitif antara lain memori atau daya ingat, Perhatian, fungsi
eksekutif, keluwesan dalam berbahasa.
4. Persepsi dan pemahaman dan suatu bentuk perubahan akan informasi pengetahuan.
5. Tahap sesorimotor, praoperasional, operasional konkret, operasional formal. Dan
Pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), evaluasi (C5),
mencipta (C6).
6. Teori belajar sosial adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku
melalui proses pengamatan. Salah satu contoh teori belajar sosial adalah ketika
seorang anak memperhatikan perilaku orangtuanya setiap hari, seperti pergi ke kantor,
menjalani hobi, atau menolong orang lain yang membutuhkan. Anak kemungkinan
dapat meniru perilaku-perilaku positif tersebut.
7. Menurut Komalasari, Wahyuni, dan Karsih, yaitu modeling merupakan kegiatan
belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang
teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus dan melibatkan proses
kognitif.
8. Perhatian, retensi, reproduksi, dan motivasi.
9. Manusia belajar lewat observasi, pengaruh kondisi mental, pembelajaran bukan
jaminan berubah.
10. Teori belajar sosial mudah untuk diimplementasikan karena teori ini mengedepankan
adanya perubahan perilaku dari pengamatan.
Daftar Pustaka
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/kognitif/
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/download/
2524/2577#:~:text=Pendekatan%20kognitif%20menekankan%20bahwa
%20tingkah,stimulus%20sebelum%20me%2D%20lakukan%20reaksi
https://katadata.co.id/safrezi/berita/61e5417a3bbd2/kognitif-adalah-aktivitas-mental-ini-
pengertian-dan-fungsinya
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/teori-belajar-sosial
https://ainamulyana.blogspot.com/2012/09/teori-pembelajaran-sosial-dan-teori.html?m=1
https://www.websitependidikan.com/2017/12/konsep-prinsip-dan-implikasi-teori-belajar-
sosial-bandura.html?m=1
https://www.sehatq.com/artikel/teori-pembelajaran-sosial-benarkah-anak-meniru-apa-
yang-dilihatnya