Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era globalisasi yang serba modern menuntut setiap negara untuk menghasilkan sumber daya
manusia dengan kesiapan yang lebih matang dalam segala hal. Bidang pendidikan merupakan salah
satu bidang yang sangat berpengaruh untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan
untuk menghadapi tuntutan zaman. Namun, mendidik anak sejak dini hingga menjadi individu yang
berkualitas, dan mempertahankan kualitas tersebut bukan hal yang mudah. Perlu proses yang
panjang untuk membentuk individu yang mampu mengikuti alur era globalisasi. Untuk mewujudkan
hal tersebut, tentu individu harus melakukan suatu proses yang disebut belajar.

Dalam pendidikan, belajar merupakan kata kunci yang paling penting. Jika tidak ada belajar maka
tidak akan ada pendidikan. Dan didalam pendidikan akan terjadi suatu pembelajaran yang akan
membentuk individu yang berkualitas.

Berdasarkan uraian di atas maka penyusun mengajukan makalah yang berjudul “ Hakikat Belajar dan
Pembelajaran” yang nantinya dapat memperjelas pengertian dan hakikat dari belajar dan
pembelajaran itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah pengertian dari belajar dan pembelajaran?

Apakah tujuan belajar dan pembelajaran?

Apakah faktor yang memengaruhi belajar dan pembelajaran?

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami pengertian belajar dan pembelajaran.

Untuk mengetahui dan memahami tujuan dari belajar dan pembelajaran.

Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Hakikat Belajar

Secara harfiah, Belajar adalah yang tidak tahu menjadi tahu. Secara keilmuan, belajar merupakan
perilaku kognitif yang memerlukan tingkat keterbukaan kondisi tertentu yang akan menghasilkan
perubahan perilaku atau disposisi untuk bertindak (dtindak lanjuti). Menurut kamus bahasa
Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah
laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang
berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam
berpikir, bersikap, dan berbuat (W. Gulo, 2002: 23).

Menurut Nana Sudjana (2002), pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi.
Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru dan
siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. belajar ada kaitannya dengan
usaha atau rekayasa pembelajar. Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan
pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai hasil
belajar sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar
siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau pembelajaran. Proses belajar siswa tersebut
menghasilkan perilaku yang dikehendaki, suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran.

2.2.Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli

1. Belajar menurut Skinner

Belajar menurut Skinner adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka

responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Dalam
belajar ditemukan adanya hal berikut:

a. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pembelajar,

Respons si pembelajar, dan

Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang
menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons si pembelajar yang baik diberi
hadiah. Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman. (Mudjiono,
2002:9)

2. Belajar Menurut Gagne

Menurut Gagne, belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Belajar adalah seperangkat
proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi
kapabilitas baru.

Menurut Gagne, belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal,
dan hasil belajar. Belajar merupakan interaksi antara “keadaan internal dan proses kognitif siswa”
dengan “stimulus dari lingkungan”. Prses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil
belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan
siasat kognitif.

a. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk


bahasa, baik lisan maupun tertulis.

b. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan


lingkungan hidup serta memprsentasikan konsep dan lambang.

c. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya


sendiri.
d. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerakan jasmani dalam
urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap
obyek tersebut.

Belajar Menurut Pandangan Piaget

Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Perkembangan


intelektual melalui tahap-tahap berikut. (i) Sensori motor (0-2 tahun), (ii) pra operasional (2-7
tahun), (iii) operasional konkret (7-11 tahun), dan (iv) operai formal (11-ke atas).

Belajar pengetahuan meliputi tiga fase. Fase-fase itu adalah :

a. Eksplorasi, siswa mempelajari gejala dengan bimbingan

b. Pengenalan konsep, siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan

gejala

c. Aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih

lanjut.

Menurut Piaget, pembelajaran terdiri dari empat langkah berikut.

a. Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri.

b. Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut.

c. Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan

menunjang proses pemecahan masalah.

d. Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan

revisi.

4. Belajar Menurut Rogers

Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan. Rogers


mengemukakan saran tentang langkah-langkah pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru.
Pembelajaran meliputi hal berikut:

a. Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara

terstruktur.

b. Guru dan siswa membuat kontrak belajar.

c. Guru menggunakan metode inkuiri, atau belajar menemukan (discovery

learning).
d. Guru menggunakan metode simulasi.

e. Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan

berpartisipasi dengan kelompok lain.

f. Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.

2.3. Tujuan Belajar

Beberapa ahli mengemukakan pendapat mereka mengenai tujuan belajar. Sukandi, 1983
berpendapat bahwa tujuan belajar adalah mengadakan perubahan tingkah laku dan perbuatan.
Perbuatan itu dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengertian,
sebagai pengetahuan atau penerima dan penghargaan

Menurut Surakhmat, 1986 tujuan belajar adalah mengumpulkan pengetahuan, penanaman konsep
dan pengetahuan, dan pembentukan sikap dan perbuatan.

Demikian pula bahwa tujuan belajar itu dimaknai sebagai pernyataan mengenai keterampilan atau
konsep yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik pada akhir priode pembelajaran (Slavin,
1994).

Dari pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Tujuan Belajar adalah merubah tingkah
laku dan perbuatan yang ditandai dengan kecakapan, keterampilan, kemampuan dan sikap sehingga
tercapainya hasil belajar yang diharapkan.

2.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Belajar

Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar
individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi
hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.

1. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan

kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Pertama, keadaan
jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi
fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.
Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang
maksimal. Oleh karena keadaan jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha
untuk menjaga kesehatan jasmani.

Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi
pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang
berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar,
pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh
manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar

2. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat

memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar
adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.

a) Kecerdasan/inteligensi siswa

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu
menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat

inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu mencapai
kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua,
dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar,
maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau
guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya.

b) Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah
yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi
sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga
perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan
dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.

c) Minat

Minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas
belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau
bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau
pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang
akan dipelajarinya.

d) Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap
adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif . Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang
atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengan
tisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru
yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya.

e) Bakat

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat(aptitude)
didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan
pada masa yang akan datang. Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai
kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah
kemampuan seseorangyang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu
akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan berhasil.

b. Faktor Eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor internal, faktor-faktor eksternal juga dapat
memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar
dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan
nonsosial.

1. Lingkungan Sosial

a. Lingkungan sosial masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan
siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas
belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam
alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

b. Lingkungan sosial keluarga

Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua,
demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak
terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau
adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

c. Lingkungan sosial sekolah

Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang
siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar
lebih baik di sekolah.

Maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki
oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan
tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
2. Lingkungan Nonsosial

a. Lingkungan alamiah

Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat,
atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut
merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitasbelajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi
lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.

b. Faktor instrumental

Yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung
sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software,
seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, dan lain sebagainya. Faktor
materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap
aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar
yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

2.5. Teori Belajar

1. Teori Belajar Behaviorisme

Teori belajar behaviorisme menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati,
diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans
tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi
penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap
stimulans.

Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).

Ciri-Ciri Teori Behaviorisme adalah sebagai berikut.

a. Mementingkan faktor lingkungan

b. Menekankan pada faktor bagian

c. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode

obyektif

d. Sifatnya mekanis

e. Mementingkan masa lalu

Ada tiga jenis teori Behaviorisme:

a. Teori Belajar Respondent Conditioning


Teori ini diperkenalkan oleh Pavlov, yang didasarkan pada pemikiran bahwa perilaku atau tingkah
laku merupakan respon yang dapat diamati dan diramalkan. Fisiolog Pavlov (1849-1936) mengkaji
stimuli (rangsangan tak bersyarat) yang secara spontan memanggil respon. Melalui conditioning,
stimuli netral (netral spontan) memancing refleks namun sengaja dibuat agar mampu memancing
respon refleks. Bila satu stimuli menghasilkan respon, maka stimuli kedua yang tidak relevan
dihadirkan serempak dengan stimuli pertama, dan akhirnya respon tadi muncul tanpa menghadirkan
stimuli pertama.

b. Teori Belajar Operant Conditioning

B.F. Skinner sebagai tokoh teori belajar Operant Conditionioning berpendapat bahwa belajar
menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati., sedang perilaku dan belajar diubah oleh
kondisi lingkungan. Teori Skinner (1954) sering disebut Operant Conditioning yang berunsur
rangsangan atau stimuli, respon, dan konsekuensi. Stimuli (tanda/syarat) bertindak sebagai
pemancing respon, sedangkan konsekuensi tanggapan dapat bersifat positif atau negatif namun
keduanya memperkukuh atau memperkuat (reinforcement).

c. Teori Observation Learning (Belajar Pengamatan) atau Socio-Cognitive Learning

(Belajar Sosio-Kognitif)

Proses belajar yang bersangkut-paut dengan peniruan disebut dengan belajar observasi
(observation learning). Albert Bandura (1969) menjelaskan bahwa belajar observasi merupakan
sarana dasar untuk memperoleh perilaku baru atau mengubah pola perilaku yang sudah dikuasai.
Belajar observasi biasa juga disebut belajar sosial (Sosial learning) karena yang menjadi obyek
observasi pada umumya perilaku belajar orang lain.

Albert Bandura (1969) mengartikan belajar sosial sebagai aktivitas meniru melalui pengamatan
(observasi). Individu yang perilakunya ditiru menjadi model pebelajar yang meniru .
istilah Modeling digunakan untuk menggambarkan proses belajar sosial. Model ini merujuk pada
seseorang yang berperilaku sebagai stimuli bagi respon pebelajar.

John W. Santrock (1981) menyebut pandangan Albert Bandura tentang teori belajar sebagai teori
belajar sosial kognitif. Hal ini didasarkan pemikiran bahwa meniru perilaku model melibatkan proses-
proses psikologis yang sangat bersifat kognitif seperti perhatian (attention), ingatan (retention),
kinerja motorik (motorik reproduction), kondisi penguatan dan insentif. Walter Mischel (1973)
cenderung menggunakan instilah cognitive social-learning theory, karena di dalamnya terkandung
harapan (expectancies), strategi memproses informasi dan memaknai stimuli secara pribadi, anutan
nilai subyektif dilekatkan pada stimuli (subjective stimuli values).

2. Teori Belajar Kognitivisme

Teori kognitivisme mengacu pada wacana psikologi kognitif, dan berupaya menganalisis secara
ilmiah proses mental dan struktur ingatan atau cognitif dalam aktivitas belajar.

a. Teori Perkembangan Kognitif

Teori ini dikemukakan oleh Jean Piaget, yang memandang individu sebagai struktur kognitif,
peta mental, skema, atau jaringan konsep guna memahami dan menanggapi pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan.

b. Teori Kognisi Sosial


Teori ini dikembangkan oleh L.S. Vygotsky, yang didasari oleh pemikiran bahwa budaya
berperan pening dalam belajar seseorang.

c. Teori Pemrosesan Informasi

Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif information processing,
karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf sistem informasi yaitu sensory atau intake
register, working memory, long-term memory.

3. Teori Belajar Konstruktivisme

Konsep dasar belajar menurut teori belajar konstruktivisme adalah pengetahuan baru dikonstruksi
sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.

10

Pembelajaran konstuktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik
untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada
dalam diri mereka masing-masing.

4. Teori Belajar Humanisme

Menurut teori belajar humanisme, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanisme lebih
mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, daripada bidang kajian psikologi
belajar.

2.6. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran artinya suatu proses belajar yang terjadi karena adanya guru sebagai pengajar atau
pendidik dan adanya murid atau peserta didik sebagai yang diajar atau sebagai penerima ilmu
pengetahuan atau keterampilan. Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang
mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka
pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa,
sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24).

Adapun yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu
generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini
tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu
memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002: 128). Maka dapat dipahami bahwa
pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan peserta
didik, dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran oleh peserta didik(student of
learning), dan bukan pengajaran oleh guru(teacher of teaching) (Suryosubroto, 1997: 34).

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan,
sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah
mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.
Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar
mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai
fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan
kemampuan belajar peserta didik.

11

2.7. Tujuan Pembelajaran

2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran adalah sebagai berikut

Faktor Kecerdasan

Yang dimaksud dengan kecerdasan ialah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan berfikir
yang bersifatnya rumit dan abstrak. Kecerdasan adalah suatu kemapuan yang dibawa dari lahir
sedangkan pendidikan tidak dapat meningkatkannya, tetapi hanya dapat mengembangkannya.

2. Faktor Belajar

Yang dimaksud dengan faktor belajar adalah semua segi kegiatan belajar, misalnya kurang dapat
memusatkan perhatian kepada pelajaran yang sedang dihadapi, tidak dapat menguasai kaidah yang
berkaitan sehingga kurang menguasai cara-cara belajar efektif dan efisien.

12

3. Faktor Sikap

Sikap dapat menentukan kualitas belajar seseorang. Diantara sikap yang dimaksud di sini adalah
minat, keterbukaan pikiran, prasangka atau kesetiaan. Sikap yang positif terhadap pelajaran
merangsang cepatnya kegiatan belajar.

4. Faktor Kegiatan

Faktor kegiatan ialah faktor yang ada kaitannya dengan kesehatan, kesegaran jasmani dan keadaan
fisik seseorang.

5. Faktor Emosi dan Sosial

Faktor emosi seperti tidak senang dan rasa suka dan faktor sosial seperti persaingan dan kerja sama
sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar. Ada diantara faktor ini yang sifatnya mendorong
terjadinya belajar tetapi ada juga yang menjadi hambatan terhadap belajar efektif.

6. Faktor Lingkungan

Yang dimaksud faktor lingkungan ialah keadaan dan suasana tempat seseorang belajar. Selain
kenyamanan tempat belajar, hubungan yang kurang serasi dengan teman juga dapat menganggu
kosentrasi dalam belajar.

7. Faktor Guru
Kepribadian guru, hubungan guru dengan siswa, kemampuan guru mengajar dan perhatian guru
terhadap kemampuan siswanya turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Guru dapat menimbulkan
semangat belajar yang tinggi dan dapat juga mengendorkan keinginan belajar yang sungguh-
sungguh. Siswa yang baik berusaha mengatasi kesulitan ini dengan memusatkan perhatian kepada
bahan pelajaran, bukan kepada kepribadian gurunya.

2.9. Model-model Pembelajaran

1. Model Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang

lebih berpusat pada guru dan lebih mengutamakan strategi pembelajaran efektif guna memperluas
informasi materi ajar. Model pembelajaran langsung dikembangkan untuk mengefisienkan materi
ajar agar sesuai dengan waktu yang diberikan dalam suatu periode tertentu

13

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak

tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7). Menurut Slavin (1997),
pembelajaran kooperatif, merupakan model pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok
yang memiliki kemampuan heterogen.

3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk

pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses
informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang
dunia sosial dan sekitarnya.

Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan,
2002 : 123).

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya belajar
merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat,
dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen, hasil belajar
ditunjukan dengan tingkah laku,dalam belajar ada aspek yang berperan yaitu motivasi, emosional,
sikap,dan yang lainnya. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar,
kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan kemungkinan terjadinya
kegiatan belajar.

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan

lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah
mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.
Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar
mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai
fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan
kemampuan belajar peserta didik.

3.2. Saran

Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan ejaan, metodologi
penulisan dan pemilihan kata serta cakupan masalah yang masih kurang adalah diantara kekurangan
dalam makalah ini. Karena itu saran dan kritik membangun sangat kami butuhkan dalam
penyempurnaan makalah ini.

15

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta

Gintings Abdorrakhman. 2010. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora

http://ningningocha.wordpress.com/2011/06/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar-

dan-pembelajaran/
http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/30/apa-hubungan-belajar-dan-pembelajaran/

http://henpedia.blogspot.co.id/2014/10/makalah-hakikat-belajar-dan-pembelajaran.html

Gredler, Bell, Margareth E. 1991. Belajar dan Membelajarkan (terjemahan Munandir).

Jakarta: Rajawali Pers.

Rooijakkkers, Ad.. 1990. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia.

http://aidas07.blogspot.co.id/2014/10/makalah-mata-kuliah-belajar-dan.html

Anda mungkin juga menyukai