Anda di halaman 1dari 37

RESUME

STRATEGI PEMBELAJARAN DI SD

OLEH

LUXCYA MARTIR WONA UNA 202102018

PROGRAM STUDI PENDIDKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

CITRA BAKTI

2022
Pertemuan 1

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. Pengertian Belajar

Beberapa ahli mendefinisikan belajar sesuai dengan aliran filsafat yang dianutnya, antara lain
sebagai berikut:

a. Ernest ER. Hilgard; seseorang dapat dikatakan belajar kalau dapat melakukan sesuatu dengan
cara latihan-latihan sehingga yang bersangkutan menjadi berubah

b. Walker : belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil
dari pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan rohani, kelelahan, motivasi,
perubahan dalam situasi stimulus atau faktor-faktor samar-samar lainnya yang tidak
berhubungan langsung dengan kegiatan belajar

c. Winkel ; belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan –
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan
berbekas.

d. Cronbach : menyatakan belajar itu merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari
pengalaman. Menurut Cronbach bahwa belajar yang sebaik – baiknya adalah dengan
mengalami sesuatu yaitu menggunakan panca indra. Dengan kata lain bahwa belajar adalah suatu
cara mengamati, membaca, meniri, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti
arah tertentu.

e. Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia
yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan.

Dalam pengertian yang umum dan sederhana, belajar sering diartikan sebgai aktivitas untuk
memperoleh pengetahuan. Pendapat lain mengatakan belajar adalah proses orang memperoleh
berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap.

Berdasarkan pandangan tentang belajar di atas maka Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat dikatakan belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Kesimpulan

Dalam semua proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan


kegiatan yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.

Dalam pengertian yang umum dan sederhana, belajar sering diartikan sebgai aktivitas untuk
memperoleh pengetahuan. Pendapat lain mengatakan belajar adalah proses orang memperoleh
berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap.

Berdasarkan pandangan tentang belajar di atas maka Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Hasil dan bukti belajar adalah : perubahan tingkah laku.

Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,dan tidak mengerti menjadi mengerti.

Pada garis besarnya pengalaman itu terbagi menjadi 2 :

1. Pengalaman langsung, partisipasi sesungguhnya, berbuat, dsb

2. Pengalaman pengganti.

a. Melalui observasi langsung

1. Melihat kejadian-kejadian aktual, mengenai objek-objek, dan benda-benda konkrit.

2. Melihat drama dan pantomimik

b. Melalui gambar

1. Melihat gambar hiduo

2. Melihat fotografi

c. Melalui grafis

- Peta, diagram, grafik dan blue print

d. Melalui kata – kata

1. Membaca

2. Mendengar

e. Melalui simbol – simbol


- Simbol – simbol teknis, terminologi, rumus-rumus dan indeks.

Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur
rohaniah. Sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah.

Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap
perubahan pada aspek – aspek tersebut adalah ;

1) Pengetahuan

2) Pengertian

3) Kebiasaan

4) Keterampilan

5) Apresiasi

6) Emosional

7) Hubungan sosial

8) Jasmaniah

9) Etis atau budi pekerti

10) Sikap.

Kalau seseorang telah melakukan perbuatan belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan
dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut

Il. Ciri – Ciri Belajar

Beberapa ciri umum dari kegiatan belajar adalah sebagai berikut :

1) Belajar menunjukan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja.

Aktivitas ini menunjukan pada keaktifan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu.
Banyak aktivitas seseorang yang merupakan cerminan dari kegiatan belajar, walaupun diri
individu tersebut tidak secara nyata memahami bahwa dirinya melakukan kegiatan belajar. Suatu
kegiatan belajar dikatakan semakinj baik apabila intensitas keaktifan jasmaniah maupun mentral
seseorang semakin tinggi. Sebaliknya meskipun seseorang dikatakan belajar namun bilamana
keaktifan jasmaniah dan mental rendah berarti kegiatan belajar tersebut tidak dilakukan secara
intensif.
2) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat
berupa manusia, atau obiek-obiek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman
atau pengetahuan baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah
diperoleh atau ditemukan sebelumnya.

Contoh : ketika seorang anak memperhatikan bagaiman seorang pemanjat tebing melakukan
aktivitasnya. Semakin kuat interaksi individu tersebut dengan obyek (berupa kegiatan tersebut)
maka akan semakin besar pula perhatian dan dorongan individu itu untuk memahami aktivitas
yang dilakukan olweh seseorang pemanjat tebing tersebut.

3) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.

walaupun tidak Semua perubahn tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas
belajar pada umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar juga dapat menyentuh pada aspek afektif, termasuk pada perubahan aspek emosional.
Perubahan – perubahan pada aspek ini umumnya tidak mudah dilihat dalam waktu yang singkat,
akan tetapi seringkali dalam rentang waktu yang relatif lama. Contoh; seorang anak ole kedua
orangtuanya dibiasakan berlaku santun dalam berbicara, bisa menghargai orang lain, mampu
bersikap jujur, terbuka, menyayangi sesama teman, mampu berkomunikasi, semakin
bertanggungjawab, semakin tumbuh keuletan dalam menghadapi berbagai masalah dan rintangan
dsb merupakan aspek-aspek nilai dan kecerdasan emosional yang penumbuhkembangannya lebih
memakan rentang waktu yang relatif lama untuk sampai pada perubahan yang lebih permanen.

Perubahan hasil belajar juga ditandai dengan perubahan kemampuan berpikir. Guru dapat
mengembangkan model-model pembelajaran yang terarah pada latihan – latihan berpikir kritis
siswa, misalnya model – model pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) yang akan
sangat mendukung kemampuan berpikir siswa.

Ill. Prisip – prinsip Belajar

Prinsip – prinsip belajar adalah sebagai berikut.

a. Berdasarkan persyaratan yang diperlukan untuk belajar

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan
membimbing untuk mencapai tujuan instruksional

2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk
mencapai tujuan instruksional

3. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan


kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif
4. Belajar perlu ada interaksi siswa denga lingkungannya.

b. Sesuai hakikat belajar

1. Belajar itu proses kontinu maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya

2. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery

3. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian
yang lainnya) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan
menimbulkan response yang diharapkan.

c. Sesuai materi bahan yang dipelajari

1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana
Sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengantujuan instruksional


yang harus dicapainya.

d. Sesuai keberhasilan belajar

1. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang

2. Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali – kali agar pengertian/keterampilan/ sikap
itu mend alam pada siswa.

IV. Faktor – factor yang mempengaruhi belajar

1. Faktor individu, faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri, antara lain :

 Kematangan/Pertumbuhan

Mengajarkan sesuatu baru berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya dan
potensi-potensi jasmani rohaninya telah matang untuk itu.

 Kecerdasan/Intelegensi

Dapat atau tidaknya seseorang mempelajari sesuatu tergantung pula dengan kecerdasannya.
Kemampuan atau kecerdasan tiap individu berbeda-beda.

 Latihan/Ulangan

Semakin banyak latihan dan mengulangi sesuatu, semakin menguasai dan makin mendalam
kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya. Tanpa latihan, pengalaman, kecakapan, dan
pengetahuan yang telah dimiliki akan menjadi berkurang dan hilang. Karena latihan, karena
sering kali melakukan sesuatu, seseorang dapat timbul minatnya kepada sesuatu tersebut. Makin
besar minat makin besar pula perhatian dan keinginan untuk belajar.

 Motivasi

Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk melakukan sesuatu. Makin besar motif
makin besar kenginan seseorang untuk belajar.

 Sifat-Sifat Pribadi Seseorang

Tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadian yang berbeda-beda. Sifat tersebut sedikit
banyak mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang.

2. Faktor luar individu atau faktor sosial, antara lain :

 Keadaan Keluarga

Keuangan keluarga, ketentraman keluarga, kelengkapan keluarga, pengetahuan keluarga, fasilitas


yang diberikan keluarga, suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam menentukan
pencapaian belajar yang dialami seseorang.

 Guru dan Cara Mengajar

Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimikili guru, dan cara
mengajar guru turut menentukan pencapaian belajar anak.

 Alat-alat Pelajaran

Ada tidaknya, cukup tidaknya alat-alat pelajaran berpengaruh pula dalam pencapaian belajar.
Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah
dengan cara mengajar yang baik dan kecakapan guru dalam menggunakan a lat-alat tersebut
akan mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak.

 Motivasi Sosial

Selain motivasi dari dalam diri sendiri, dibutuhkan pula motivasi dari orang-orang di sekitar
pebelajar, seperti gur u, orang tua, tetangga, saudara, teman, dll. Jika guru dan orang tua dapat
memberikan motivasi yang baik pada anak-anak, timbul dalam diri anak dorongan dan hasrat
untuk belajar lebih baik. Anak dapat menyadari guna belajar dan tujuan dari pelajaran yang
ditempuh jika diberi motivasiyang baik dan sesuai.

 Lingkungan dan Kesempatan


INSTRUMENTAL INPUT

Anak dari keluarga baik, memiliki intelegensi baik, dan bersekolah dengan guru dan fasilitas
yang baik belum tentu dapat belajar dengan baik. Hal tersebut dapat pula karena pengaruh
lingkungan yang buruk dan negatif serta faktor-faktor lain yang terjadi di luar kemampuannya.
TEACHING-LEARNING PROCESS OUTPUT
RAW INPUT
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses tentu ada yang diproses (input) ini dan
hasil proses (output). Dengan pendekatan sistem, kegiatan
ENVIRONMENTAL INPUT belajar dapat dapat digambarkan
sebagai berikut:

Gambar 1. Kegiatan Belajar

Di dalam proses belajar mengajar itu, sejumlah faktor lingkungan berpengaruh dan sejumlah
faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan untuk menunjang keluaran yang
dikehendaki. Faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalm menghasilkan keluaran.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar, yaitu :

1. Faktor Luar

a. Lingkungan, yaitu alam dan sosial

b. Instrumental, antara lain : kurikulum/bahan pelajaran, guru, sarana dan fasilitas, dan
administrasi.

2. Faktor Dalam

1. Fisiologi, yaitu kondisi fisik dan kondisi panca indera

2. Psikologi, antara lain : bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif.
V. Pembelajaran

A. Konsep pembelajaran

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan


meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Oleh karena pembelajaran
merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan
proses belajar maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan jenis belajar
serta hasil belajar tersebut. Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses
belajar terjadi karena pembelajaran. Proses belajar terjadi juga dalam konteks interaksi sosial-
kultural dalam lingkungan masyarakat.

Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru
dan siswa. Sebelumnya, kita menggunakan istilah “proses belajar-mengajar” dan “pengajaran“.
Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction”. Menurut Gagne, Briggs, dan
Wager (1992), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan
terjadinya proses belajar pada siswa. Instruction is a set of events that affect learners in such a
way that learning is facilitated. (Gagne, Briggs, dan Wager, 1992, ). Kita lebih memilih istilah
pembelajaran karena istilah pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh
langsung terhadap proses belajar siswa. Kalau kita menggunakan kata “pengajaran“, kita
membatasi diri hanya pada konteks tatap muka guru-siswa di dalam kelas. Sedangkan dalam
istilah pembelajaran, interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik. Siswa dapat
belajar melalui bahan ajar cetak, program radio, program televisi, atau media lainnya. Tentu saja,
guru tetap memainkan peranan penting dalam merancang setiap kegiatan pembelajaran. Dengan
demikian, pengajaran merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran.

Kini, kita sudah memiliki konsep dasar pembelajaran seperti hal itu dirumuskan dalam Pasal 1
butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yakni “Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”

Dalam konsep tersebut terkandung 5 konsep, yakni

a. Dalam kamus Ilmiah Populer (Tim Prima Pena, 2006:209), kata interaksi mengandung arti
pengaruh timbal balik; saling mempengaruhi satu sama lain.

b. Peserta didik, menurut Pasal 1 butir 4 UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

c. Sementara itu dalam Pasal 1 butir 6 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidik
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
d. Sumber belajar atau learning resources, secara umum diartikan sebagai segala sesuatu yang
dapat digunakan oleh peserta didik dan pendidik dalam proses belajar dan pembelajaran. Jika
dikelompokkan sumber belajar dapat berupa sumber belajar tertulis/cetakan, terekam, tersiar,
jaringan, dan lingkungan (alam, sosial, budaya, spiritual).

e. Lingkungan belajar atau learning environment adalah lingkungan yang menjadi latar
terjadinya proses belajar seperti di kelas, perpustakaan, sekolah, tempat kursus, warnet, keluarga,
masyarakat, dan alam semesta.

Dari pengertian di atas, kita mengetahui bahwa ciri utama pembelajaran adalah :

- inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Ini menunjukkan bahwa unsur
kesengajaan dari pihak di luar individu yang melakukan proses belajar, dalam hal ini pendidik
secara perorangan atau secara kolektif dalam suatu sistem, merupakan ciri utama dari konsep
pembelajaran. Perlu diingat bahwa tidak semua proses belajar terjadi dengan sengaja.

- Di samping itu, ciri lain dari pembelajaran adalah adanya interaksi yang sengaja diprogramkan.
Interaksi tersebut terjadi antara peserta didik yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik
dengan pendidik, siswa lainnya, media, dan atau sumber belajar lainnya.

- Ciri lain dari pembelajaran adalah adanya komponen-komponen yang saling berkaitan satu
sama lain. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi
pembelajaran.

1. Tujuan pembelajaran mengacu pada kemampuan atau kompetensi yang diharapkan dimiliki
siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran tertentu.

2. Materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibahas dalam pembelajaran dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik
dan media dalam rangka membangun proses belajar, antara lain membahas materi dan
melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.
Proses pembelajaran dalam arti yang luas merupakan jantungnya dari pendidikan untuk
mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.
Pertemuan 2,3

Pendekatan Dalam Mengajar

A. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran adalah ide atau prinsip cara memandang dalam menentukan
kegiatan pembelajaran. Pernyataan tersebut senada dengan Rusman (2018) yang berpendapat
bahwa pendekatan pembelajaran adalah tahap pertama pembentukan suatu ide dalam
memandang dan menentukan objek kajian.

Berbeda dengan metode pembelajaran yang telah menentukan langkah di kelas atau model
pembelajaran yang memiliki kerangka konseptual, pendekatan pembelajaran itu lebih luas lagi.
Artinya, pendekatan merupakan landasan berpikir atau filosofi dalam menentukan pembelajaran.

Pengertian Pendekatan Pembelajaran menurut Para Ahli

a. Gulo

Pendekatan menurut Gulo (dalam Suprihatingrum, 2013, hlm. 146) adalah sudut pandang kita
dalam memandang seluruh masalah yang ada dalam kegiatan belajar-mengajar (pembelajaran).
Sudut pandang tersebut menggambarkan cara berpikir dan sikap seorang pendidik dalam
menyelesaikan persoalan yang dihadapi pada kegiatan pembelajaran.

b. Sanjaya

Sementara itu, Sanjaya (dalam Suprihatiningrum, 2013, hlm. 146) berpendapat bahwa
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran.

c. Wati

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang guru terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum (Wati, 2010, hlm. 7). Pendekatan mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.

d. Rahmawati

Pendekatan pembelajaran ialah jalan atau cara yang akan ditempuh dan digunakan oleh pendidik
untuk memungkinkan siswa belajar sesuai dengan tujuan tertentu (Rahmawati, 2011, hlm. 74).

Dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah pandangan atau sudut


pandang berupa rencana awal untuk menentukan pelaksanaan proses pembelajaran dalam
menerapkan perlakuan (tindakan kelas) yang akan digunakan dalam kegiatan belajar-
mengajar.
B. Ciri Ciri Pendekatan Pembelajaran

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditentukan beberapa unsur penting yang


membedakan pendekatan dari konsepsi pembelajaran yang lain, yakni:

1. Merupakan sebuah filosofi/landasan.

2. Merupakan sudut pandang.

3. Serangkaian gagasan untuk mencapai tujuan tertentu.

4. Jalan yang ditempuh untuk menyampaikan pembelajaran.

Pendekatan merupakan sebuah filosofi atau landasan sudut pandang dalam melihat bagaimana
proses pembelajaran dilakukan sehingga tujuan yang diharapkan tercapai.

C. Jenis Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan dalam pembelajaran secara garis besar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: teacher
centered (berpusat pada guru) dan student centered (berpusat pada siswa).

 Pendekatan Teacher Centered

Pada pendekatan ini, pembelajaran berpusat pada Guru sebagai seorang ahli yang memegang
kontrol selama proses pembelajaran dalam aspek organisasi, materi, dan waktu. Guru bertindak
sebagai pakar yang mengutarakan pengalamannya sehingga dapat menstimulus perkembangan
siswa.

Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan beberapa strategi seperti: pembelajaran
langsung (direct instruction), dan pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori.

 Pendekatan Student Centered

Sementara itu, pendekatan student centered mendorong siswa untuk mengerjakan sesuatu
sebagai pengalaman praktik dan membangun makna atas pengalaman yang diperolehnya. Pusat
pembelajaran diserahkan langsung ke peserta didik dengan supervisi dari Guru.

Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran seperti
discovery learning dan inquiry (penyingkapan atau penyelidikan).

D. Macam Macam Pendekatan Pembelajaran

Contoh pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut.

1. Pendekatan Kontekstual (CTL)


Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang dikenal
dengan sebutan CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang
mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa.

Melalui pendekatan kontekstual diharapkan hasil belajar dapat lebih bermakna bagi siswa,
karena siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya dalam kehidupan mereka dalam jangka
panjang. Pendekatan pembelajaran kontekstual lebih mengutamakan aktivitas siswa dalam
pembelajaran sehingga siswa dapat menemukan konsep tentang materi pembelajaran dan
mengaitkan konsep tersebut dengan situasi dunia nyata mereka. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Johnson (dalam Siregar & Nara, 2011, hlm. 117) bahwa kekuatan, kecepatan, dan
kecerdasan otak (IQ) tidak lepas dari faktor lingkungan atau faktor konteks, karena ada
antarmuka (jembatan penghubung) antara kognisi dan lingkungan. Komponen – komponen yang
menyusun pendekatan kontekstual dan sekaligus menjadi cirinya adalah sebagai berikut (Siregar
& Nara, 2011, hlm. 117).

1. Membangun hubungan untuk menemukan makna (relating),

2. Melakukan sesuatu yang bermakna (experiencing),

3. Belajar secara mandiri,

4. Kolaborasi (collaborating),

5. Berpikir kritis dan kreatif (applying),

6. Mengembangkan potensi individu (transfering),

7. Standar pencapaian yang tinggi,

8. Asesmen yang autentik.

2. Pendekatan Ekspositori (Expository)

Pendekatan Ekspositori menekankan pada penyampaian informasi yang disampaikan sumber


belajar kepada peserta pembelajaran. Dalam pendekatan ekspositori sumber belajar dapat
menyampaikan materi sampai tuntas, artinya pembelajaran dilaksanakan secara holistik dan tidak
khusus.

Pendekatan Ekspositori lebih cocok untuk jenis bahan belajar yang bersifat informatif dan
umum. Misalnya prinsip-prinsip dasar yang perlu dipahami untuk menunjang tahap
pembelajaran lebih lanjut.

Pendekatan ini juga hanya cocok apabila jumlah peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
relatif lebih banyak seperti dalam keadaan perkuliahan antar program studi di perguruan tinggi.
Pendekatan ini cenderung berpusat pada sumber belajar, dan memiliki ciri atau karakteristik
sebagai berikut:

1. adanya dominasi sumber belajar dalam pembelajaran,

2. bahan belajar terdiri dari konsep-konsep dasar atau materi yang baru bagi warga belajar,

3. materi lebih cenderung bersifat informasi,

4. terbatasnya sarana pembelajaran.

3. Pendekatan Induktif

Menurut Purwanto dalam Rahmawati (2011, hlm. 75) pendekatan induktif dalam
pembelajaran adalah pendekatan yang bermula dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus
kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu fakta, prinsip, atau aturan.

Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh khusus kemudian sampai kepada


generalisasinya. Dengan kata lain, pengajaran berawal dengan menyajikan sejumlah keadaan
khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, prinsip atau aturan yang
spesifik.

Karakteristik atau ciri dari pendekatan ini meliputi:

1. Dimulai dengan melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang bersifat khusus, kemudian
siswa dibimbing guru untuk dapat menyimpulkan generalisasinya (prinsip, hukum yang
mengatur hal-hal khusus tersebut).

2. Kegiatan utama siswa adalah: mengamati, menyelidiki, memeriksa, memikirkan, dan


menganalisis berdasarkan kemampuan masing-masing hal-hal yang bersifat khusus dan
membangun konsep atau generalisasi atau sifat-sifat umum berdasar hal-hal khusus tersebut.

3. Siswa memiliki kesempatan ikut aktif di dalam menemukan suatu rumus atau formula umum
yang diperoleh dari penyelidikan contoh-contoh khususnya.

4. Memiliki semangat untuk menemukan, adanya kesadaran akan hakikat pengetahuan, dan
mampu berpikir logis.

5. Menemukan dan memahami rumus atau teorema tersebut membutuhkan waktu yang tidak
singkat.

4. Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif adalah pembelajaran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum lalu
diarahkan pada hal yang bersifat khusus. Ya, pendekatan ini adalah kebalikan dari pendekatan
induktif.
Deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum kemudian
menarik kesimpulan yang bersifat khusus (Busrah, 2012, hlm. 5).

Oleh karena itu Pembelajaran dengan pendekatan deduktif terkadang sering disebut
pembelajaran tradisional yaitu guru memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan
teori (contoh).

Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau
pengetahuan kepada siswa.

Karakterisitk atau ciri pendekatan deduktif adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran menekankan transfer informasi oleh guru kepada siswa berupa pemaparan
abstraksi, definisi dan penjelasan istilah-istilah.

2. Dilandasi suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika siswa
telah mengetahui wilayah persoalan dan konsep dasarnya.

3. Menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus yaitu guru memberikan
materi dan kemudian memberikan contoh-contoh khususnya.

4. Lebih menekankan ingatan siswa dan siswa bersifat pasif dalam kegiatan pembelajaran. Guru
berperan banyak dalam kegiatan pembelajaran.

5. Pendekatan Konstruktivisme

Dalam kelas konstruktivis seorang guru tidak mengajarkan kepada anak bagaimana
menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah dan mendorong siswa untuk
menemukan cara mereka sendiri dalam meyelesaikan permasalahan.

Pendekatan ini tidak menginginkan siswa untuk dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan apa
yang ada dalam sumber belajar. Guru tidak akan sesederhana mengatakan bahwa jawaban dari
siswa benar atau salah namun justru lebih mengutamakan perkembangan daya kritis siswa dalam
menyikapi berbagai opsi jawaban yang ada.

Guru terus mendorong siswa untuk menyetujui atau justru menolak ide seseorang dan saling
bertukar pikiran hingga persetujuan dicapai. Siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang
berada dalam dirnya sendiri dan saling berbagi strategi dan penyelesaiannya dengan sesama
siswa yang disupervisi oleh guru.

6. Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Dalam pendekatan ini siswa didorong untuk memperoleh pengalaman menggunakan


pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah
yang bersifat tidak rutin atau jarang ditemui (masih belum dikuasai).
Jika suatu masalah diberikan kepada siswa dan siswa tersebut dapat langsung mengetahui cara
menyelesaikannya dengan benar, maka persoalan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah.
Harus terjadi kesenjangan antara ekspektasi dan realita.

Menurut Dewey (dalam Sanjaya, 2011, hlm. 217) langkah utama dalam pendekatan pemecahan
masalah adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah.

2. Menganalisis masalah. Pemecahan masalah menekankan pada pentingnya identifikasi masalah


untuk menentukan berbagai kemungkinan penyelesaiannya, sehingga analisis adalah hal yang
wajib dilakukan.

3. Mengembangkan beberapa hipotesis. Hipotesis adalah alternatif penyelesaian dari pemecahan


masalah.

4. Mengumpulkan data: langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah.

5. Menguji beberapa hipotesis. Mengevaluasi kelemahan dan kelebihan hipotesis.

6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.

7. Pendekatan Open-Ended

Siswa dihadapkan pada open-ended tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi
lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban.

Pendekatan open-ended memiliki prinsip yang serupa tapi tak sama dengan pendekatan
pemecahan masalah, yaitu dimulai dengan memberikan suatu masalah kepada siswa.

Bedanya permasalahan yang disajikan adalah masalah yang memiliki banyak jawaban yang
benar. Masalah yang memiliki lebih dari satu jawaban disebut sebagai masalah tidak lengkap
atau open-ended problem.

Karakteristik dari pendekatan open-ended ini adalah:

1. kegiatan siswa harus terbuka, artinya tidak hanya hitam dan putih (benar dan salah) saja.

2. kegiatan materi memiliki ragam berpikir yang berbeda.

3. kegiatan siswa dan kegiatan materi atau permasalahan merupakan satu kesatuan.

8. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah proses pembelajaran yang dirancang agar
peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, prosedur, hukum atau prinsip melalui tahapan
saintifik, yakni:

1. mengamati;

2. merumuskan masalah;

3. mengajukan/merumuskan hipotesis;

4. mengumpulkan data;

5. menganalisis data;

6. menarik kesimpulan;

7. mengomunikasikan.

Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran k13. Artinya, kurikulum 2013


menggunakan pendekatan ini sebagai induk model dan metode pembelajarannya.

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran (menurut kurikulum 2013) menggunakan 5 langkah


yang tidak harus berurut namun harus selalu ada dalam proses pembelajaran. Beberapa langkah
tersebut adalah sebagai berikut.

a. Mengamati

Mengamati berarti peserta didik mengidentifikasi suatu objek menggunakan panca indera dengan
atau tanpa alat bantu.

Alternatif kegiatannya meliputi: observasi lingkungan, mengamati gambar, video, grafik data
atau tabel, menganalisis peta, hingga membaca berbagai informasi yang tersedia di media masa
(medali cetak ataupun internet).

Bentuk hasil belajar dari kegiatan mengamati adalah siswa dapat mengidentifikasi masalah. Kata
kerja operasional yang dibutuhkan dalam evaluasi agar kemampuan siswa dapat terukur.

b. Menanya

Merupakan kegiatan siswa untuk mengungkapkan yang ingin diketahuinya berkenaan dengan
suatu objek, peristiwa, maupun proses tertentu. Dalam kegiatan ini siswa dapat bertanya secara
individu maupun kelompok mengenai apa yang belum diketahuinya.

Siswa dapat bertanya kepada guru, narasumber, atau siswa lainnya. Siswa juga dapat bertanya
kepada dirinya sendiri lewat bimbingan guru, sehingga siswa dapat mandiri dan terbiasa untuk
melakukannya.
Pertanyaan dapat diajukan secara lisan atau melalui tulisan dan harus membangkitkan motivasi
siswa agar tetap aktif dan bergembira dalam pembelajaran. Sementara bentuknya dapat berupa
kalimat pertanyaan atau kalimat hipotesis.

Bentuk hasil belajar dari menanya adalah siswa dapat merumuskan masalah dan merumuskan
hipotesis.

c. Mengumpulkan Data

Kegiatan siswa mencari informasi sebagai bahan untuk dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan
mengumpulkan data dapat dilakukan dengan studi pustaka (membaca buku), observasi lapangan,
eksperimen (jua coba), wawancara, menyebarkan kuesioner, dll.

Hasil belajar yang didapatkan melalui kegiatan ini adalah siswa dapat menguji hipotesis.

d. Mengasosiasi

Merupakan kegiatan siswa dalam mengolah data dalam serangkaian aktivitas fisik dan psikis
(pikiran) dengan bantuan alat tertentu. Kegiatan mengolah data antara lain melakukan
pengurutan, menghitung, membagi, menyusun data dan melakukan klasifikasi.

Kegiatan konkretnya antara lain membuat tabel, bagan, grafik, peta konsep hingga merumuskan
perhitungan dan pemodelan tertentu. Selanjutnya siswa menganalisis data untuk membandingkan
atau menentukan hubungan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada.

Sehingga dapat ditarik simpulan ada ditemukan konsep dan prinsip penting yang bermakna
dalam menambah skema kognitif, meluaskan pengalaman dan wawasan pengetahuannya.

Hasil belajar dari kegiatan mengasosiasi atau menalar adalah siswa dapat menyimpulkan hasil
kajian dari hipotesis.

e. Mengomunikasikan

Kegiatan siswa yang mendeskripsikan dan menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan
sebelumnya di atas, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan data dan mengolahnya, serta
mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan.

Bentuk kegiatan dapat berupa presentasi lisan di depan siswa lainnya menggunakan diagram,
bagan, gambar menggunakan teknologi sederhana atau teknologi informasi dan komunikasi.

Hasil belajar dari kegiatan mengomunikasikan adalah siswa dapat menjabarkan dan
mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis.

Materi lebih lengkap dan jelas mengenai pendekatan saintifik dapat disimak pada artikel di
bawah ini.
9. Pendekatan Inquiry (Inkuiri)

Pendekatan inquiry adalah pendekatan yang berusaha untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk belajar melalui penyingkapan atau penyelidikan terhadap suatu
permasalahan. Seperti problem solving, pendekatan inquiry lebih berpusat pada keaktifan siswa
yang berusaha memecahkan permasalahan secara mandiri.

Dalam pendekatan ini materi yang disajikan tidak dibahas sampai tuntas, sehingga memberi
peluang kepada peserta didik untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan menggunakan
berbagai cara yang distimulus oleh Guru.

Bruner mengungkapkan bahwa landasan yang mendasari pendekatan inquiri adalah karena hasil
belajar dengan cara ini lebih mudah diingat dan menerap pada siswa. Selain itu, materi juga
menjadi lebih mudah untuk disampaikan kepada seluruh peserta didik.

Pengetahuan dan kecakapan kognitif yang didapatkan melalui pendekatan ini juga
menumbuhkan motif intrinsik karena peserta didik merasa puas atas penemuannya sendiri.
Menurut Rusyan dkk (1992) Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menggunakan
pendekatan Inquiry yaitu:

1. Stimulation, sumber belajar mulai dengan bertanya mengajukan persoalan atau memberi
kesempatan kepada warga belajar untuk membaca atau mendengarkan uraian yang memuat
permasalahan.

2. Problem Statement, peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan.


Permasalahan yang dipilih selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis

3. Data Collection, untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis itu,
peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan,
membaca literatur, mengamati objeknya, mewawancarai nara sumber, uji coba sendiri dan
sebagainya.

4. Data Processing, Semua informasi itu diolah, dilacak, diklasifikasikan, ditabulasikan kalau
mungkin dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

5. Verification, Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada tersebut,
pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek terbukti atau
tidak.

6. Generalization, Berdasarkan hasil verifikasi maka peserta didik menarik generalisasi atau
kesimpulan tertentu.
Pertemuan 4,5

Strategi Mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran

A. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran berasal dari bahasa Latin yakni “Strategia” yang artinya seni
penggunaan rencana dalam meraih suatu tujuan. Pada mulanya, istilah itu sering digunakan
dalam dunia militer tetapi sekarang istilah ini sudah sering dipakai pada berbagai bidang
termasuk pembelajaran.

Strategi pembelajaran didefinisikan dengan sebuah perencanaan yang mengandung rangkaian


kegiatn yang dibentuk dalam sebuah tindakan (rangkaian kegiatan) yang dirancan untuk meraih
tujuan pendidikan tertentu.

Strategi pembelajaran adalah suatu rencana, metode dan perangkat aktivitas yang terencana
untuk meraih tujuan pembelajaran. Definisi lain dari strategi pembelajaran yaitu suatu rencana
rangkaian kegiatan yang pada pemakaian metode dan penggunaan akan semua sumber daya atau
kekuatan demi adanya pembelajaran yang disusun untuk meraih tujuan tertentu.

B. Komponen-komponen Strategi Pembelajaran efektif

1. Tujuan

Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pembelajaran. Mau dibawa
kemana siswa, apa yang harus dimiliki oleh siswa, semuanya tergantung pada tujuan yang ingin
dicapai. Jika diibaratkan, tujuan sama dengan komponen jantung pada sistem tubuh manusia.
Oleh karenanya, tujuan merupakan komponen yang pertama dan utama.

2. Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran adalah komponen kedua dalam sistem pembelajaran. Dalam konteks tertentu,
bahan pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses
pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi.

3. Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah
diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar
mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar akan menentukan
sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.

4. Metode

Metode adalah cara yang digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan pesan pembelajaran
kepada peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran dan komponen yang juga mempunyai
fungsi yang sangat menentukan. Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh
komponen ini.

5. Alat

Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat
mempunyai fungsi yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha
mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan.

Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran. Yang dimaksud
dengan alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dll. Sedangkan alat bantu pengajaran
adalah berupa globe, papan tulis, batu tulis, batu kapur, gambar, diagram, slide, video dan
sebagainya. Alat bantu pengajaran dapat juga dikatakan sebagai media. Hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam memilih media adalah :

a) Ketepatan dengan tujuan pembelajaran.

b) Dukungan terhadap isi pelajaran.

c) Kemudahan memperoleh media.

d) Keterampilan guru dalam menggunakannya.

e) Ketersediaan waktu menggunakannya.

f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa.

Alat bantu pengajaran terutama media yang menggunakan audiovisual mempunyai sifat sebagai
berikut :

a. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi

b. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian

c. Kemampuan untuk meningkatkan transper (pengalihan) belajar

d. Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement) atau pengetahuan hasil yang


dicapai

e. Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan)

6. Sumber pelajaran

Belajar mengajar, telah diketahui, bukanlah berproses dalam kehampaan, tetapi berproses dalam
kemaknaan, didalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik. Nilai-nilai itu
tidak datang dengan sendirinya tetapi terambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam proses
belajar mengajar.

Macam-macam Sumber-sumber belajar sebagai berikut :

a. Manusia (dalam keluarga, sekolah dan masyarakat)

b. Buku / perpustakaan/ bahan materi

c. Media Massa (majalah, surat kabar, radio, tv, dll)

d. Alam Lingkungan

e. Alat Pengajaran atau perlengkapan ( buku pelajaran, peta, gambar, kaset, tape, papan tulis,
kapur , spidol, dll)

f. Museum (Tempat penyimpanan benda-benda kuno)

g. Aktivitas yang meliputi : pengajaran berprogram, simulasi, karyawisata, sistem pengajaran


modul.

7. Evaluasi

Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam sistem proses pembelajaran. Evaluasi bukan saja
berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga berfungsi
sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran. Melalui
evaluasi kita dapat melihat kekurangan dalam pemanfaatan berbagai komponen sistem
pembelajaran.

Pengertian dari evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya,


yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar
siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. Dari pengertian itu,
tujuan evaluasi dapat dilihat dari 2 segi, yaitu:

a) Tujuan Umum

1. Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan
yang diharapkan

2. Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat

3. Menilai metode mengajar yang dipergunakan

b) Tujuan Khusus

1. Merangsang kegiatan siswa


2. Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan

3. Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang
bersangkutan

4. Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan
lembaga pendidikan

5. Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode mengajar

Evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi mempunyai fungsi
sebagai berikut :

1. Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar
mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi murid.

2. Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid

3. Unutk menentukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat
kemampuan yang dimiliki oleh murid

4. Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, yang
nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang
timbul.

Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokkan ke
dalam 2 jenis, yaitu :

a) Tes

• Digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan
materi pembelajaran

• Tes harus memiliki dua kriteria yaitu kriteria validitas dan kriteria reliabilitas

• Tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes kelompok dan tes individual

b) Non Tes

• Adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk
sikap, minat dan motivasi.

• Jenis-jenis non tes : Observasi, Wawancara, Studi Kasus, Skala Sikap

C. Dasar-dasar dalam memilih strategi pembelajaran


Beberapa prinsip-prinsip yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam memilih strategi
pembelajaran secara tepat dan akurat, pertimbangan tersebut mesti berdasarkan pada penetapan.

1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan


dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Tujuan
pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru. Misalnya, seorang
guru Olahraga dan Kesehatan menetapkan tujuan pembelajaran agar siswa dapat
mendemontrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar.

Dalam hal ini metode yang dapat membantu siswa-siswa mencapai tujuan adalah metode
ceramah, guru memberi instruksi, petunjuk, aba-aba dan dilaksanakan di lapangan, kemudian
metode demonstrasi, siswa-siswa mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik dan
benar, selanjutnya dapat digunakan metode pembagian tugas, siswa-siswa kita tugasi, bagaimana
menjadi keeper, kapten, gelandang, dan apa tugas mereka, dan bagaimana mereka dapat
bekerjasama dan menendang bola. Dalam contoh ini, terdapat kemampuan siswa pada tingkat
kognitif dan psikomotorik. Demikian juga diaplikasikan kemampuan Afektif, tentang bagaimana
kemampuan mereka dalam bekerjasama dalam bermain bola dari metode pemberian tugas yang
diberikan guru kepada setiap individu.

Terdapat empat komponen pokok dalam merumuskan indikator hasil belajar yaitu:

a. Penentuan subyek belajar untuk menunjukkan sasaran belajar.

b. Kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat ditampilkan melalui
peformnce siswa.

c. Keadaan dan situasi dimana siswa dapat mendemonstrasikan performance- nya

d. Standar kualitas dan kuantitas hasil belajar.

Berdasarkan indikator dalam penentuan tujuan pembelajaran maka dapat dirumuskan tujuan
pembelajaran mengandung unsur; Audience (peserta didik), Behavior (perilaku yang harus
dimiliki), Condition (kondisi dan situasi) dan Degree (kualitas dan kuantítas hasil belajar).

2. Aktivitas dan Pengetahuan Awal Siswa

Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas
tidak dimaksudkan hanya terbatas pada aktifitas fisik saja akan tetapi juga meliputi aktivitas
yang bersifat psikis atau aktivitas mental.

Pada awal atau sebelum guru masuk ke kelas memberi materi pengajaran kepada siswa, ada
tugas guru yang tidak boleh dilupakan adalah untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.
Sewaktu memberi materi pengajaran kelak guru tidak kecewa dengan hasil yang dicapai siswa,
untuk mendapat pengetahuan awal siswa guru dapat melakukan pretes tertulis, tanya jawab di
awal pelajaran. Dengan mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat menyusun strategi
memilih metode pembelajaran yang tepat pada siswa-siswa.

Apa metode yang akan kita pergunakan? Sangat tergantung juga pada pengetahuan awal siswa,
guru telah mengidentifikasi pengetahuan awal. Pengetahuan awal dapat berasal dari pokok
bahasan yang akan kita ajarkan, jika siswa tidak memiliki prinsip, konsep, dan fakta atau
memiliki pengalaman, maka kemungkinan besar mereka belum dapat dipergunakan metode yang
bersifat belajar mandiri, hanya metode yang dapat diterapkan ceramah, demonstrasi, penampilan,
latihan dengan teman, sumbang saran, pratikum, bermain peran dan lain-lain. Sebaliknya jika
siswa telah memahami prinsip, konsep, dan fakta maka guru dapat mempergunakan metode
diskusi, studi mandiri, studi kasus, dan metode insiden, sifat metode ini lebih banyak analisis,
dan memecah masalah.

3. Integritas Bidang Studi/Pokok Bahasan

Mengajar merupakan usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya
mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan
aspek psikomotor. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek
kepribadian secara terintegritas. Pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah,
program studi diatur dalam tiga kelompok. Pertama, program pendidikan umum. Kedua,
program pendidikan akademik. Ketiga, Program Pendidikan Agama, PKn, Penjas dan Kesenian
dikelompokkan ke dalam program pendidikan umum. Program pendidikan akademik bidang
studinya berkaitan dengan keterampilan. Karena itu metode yang digunakan lebih berorientasi
pada masing-masing ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang terdapat dalam pokok
bahasan.

Umpamanya ranah psikomotorik lebih dominan dalam pokok bahasan tersebut, maka metode
demonstrasi yang dibutuhkan, siswa berkesempatan mendemostrasikan materi secara bergiliran
di dalam kelas atau di lapangan. Dengan demikian metode yang kita pergunakan tidak terlepas
dari bentuk dan muatan materi dalam pokok bahasan yang disampaikan kepada siswa.

Dalam pengelolaan pembelajaran terdapat beberapa prinsip yang harus diketahui di antaranya:

a. Interaktif

Proses pembelajaran merupakan proses interaksi baik antara guru dan siswa, siswa dengan siswa
atau antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi memungkinkan kemampuan
siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.

b. Inspiratif
Proses pembelajaran merupakan proses yang inspiratif, yang memungkinkan siswa untuk
mencoba dan melakukan sesuatu. Biarkan siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya
sndiri, sebab pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap subjek
belajar.

c. Menyenangkan

Proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan. Proses pembelajaran


menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruangan yang apik dan menarik dan pengelolaan
pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model
pembelajaran, media dan sumber-sumber belajar yang relevan.

d. Menantang

Proses pembelajaran merupakan proses yang menantang siswa untuk mengembangkan


kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan itu dapat
ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-
coba, berpikir intuitif atau bereksplorasi.

e. Motivasi

Motivasi merupakan aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Motivasi dapat
diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak dan melakukan sesuatu.
Seorang guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi
kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekadar untuk memperoleh
nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.

4. Alokasi Waktu dan Sarana Penunjang

Waktu yang tersedia dalam pemberian materi pelajaran satu jam pelajaran 45 menit, maka
metode yang dipergunakan telah dirancang sebelumnya, termasuk di dalamnya perangkat
penunjang pembelajaran, perangkat pembelajaran itu dapat dipergunakan oleh guru secara
berulang-ulang, seperti transparan, chart, video pembelajaran, film, dan sebagainya. Metode
pembelajaran disesuaikan dengan materi, seperti Bidang Studi Biologi, metode yang akan
diterapkan adalah metode praktikum, bukan berarti metode lain tidak kita pergunakan, metode
ceramah sangat perlu yang waktunya dialokasi sekian menit untuk memberi petunjuk, aba-aba,
dan arahan. Kemudian memungkinkan mempergunakan metode diskusi, karena dari hasil
praktikum siswa memerlukan diskusi kelompok untuk memecah masalah/problem yang mereka
hadapi.

5. Jumlah Siswa
Idealnya metode yang kita terapkan di dalam kelas perlu mempertimbangkan jumlah siswa yang
hadir, rasio guru dan siswa agar proses belajar mengajar efektif, ukuran kelas menentukan
keberhasilan terutama pengelolaan kelas dan penyampaian materi.

Para ahli pendidikan berpendapat bahwa mutu pengajaran akan tercapai apabila mengurangi
besarnya kelas, sebaliknya pengelola pendidikan mengatakan bahwa kelas yang kecil-kecil
cenderung tingginya biaya pendidikan dan latihan. Kedua pendapat ini bertentangan, manakala
kita dihadapkan pada mutu, maka kita membutuhkan biaya yang sangat besar, bila pendidikan
mempertimbangkan biaya sering mutu pendidikan terabaikan, apalagi saat ini kondisi
masyarakat Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Pada sekolah dasar umumnya mereka menerima siswa maksimal 40 orang, dan sekolah lanjutan
maksimal 30 orang. Kebanyakan ahli pendidikan berpendapat idealnya satu kelas pada sekolah
dasar dan sekolah lanjutan 24 orang.

Ukuran kelas besar dan jumlah siswa yang banyak, metode ceramah lebih efektif, akan tetapi
yang perlu kita ingat metode ceramah memiliki banyak kelemahan dibandingkan metode lainnya,
terutama dalam pengukuran keberhasilan siswa. Disamping metode ceramah guru dapat
melaksanakan tanya jawab, dan diskusi. Kelas yang kecil dapat diterapkan metode tutorial
karena pemberian umpan balik dapat cepat dilakukan, dan perhatian terhadap kebutuhan
individual lebih dapat dipenuhi.

6. Pengalaman dan Kewibawaan Pengajar

Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman, pribahasa mengatakan ”Pengalaman adalah
guru yang baik”, hal ini diakui di lembaga pendidikan, kriteria guru berpengalaman, dia telah
mengajar selama lebih kurang 10 tahun, maka sekarang bagi calon kepala sekolah boleh
mengajukan permohonan menjadi kepala sekolah bila telah mengajar minimal 5 tahun. Dengan
demikian guru harus memahami seluk-beluk persekolahan. Strata pendidikan bukan menjadi
jaminan utama dalam keberhasilan belajar akan tetapi pengalaman yang menentukan,
umpamanya guru peka terhadap masalah, memecahkan masalah, memilih metode yang tepat,
merumuskan tujuan instruksional, memotivasi siswa, mengelola siswa, mendapat umpan balik
dalam proses belajar mengajar. Jabatan guru adalah jabatan profesi, membutuhkan pengalaman
yang panjang sehingga kelak menjadi profesional, akan tetapi profesional guru belum terakui
seperti profesional lainnya terutama dalam upah 50 (payment), pengakuan (recognize).
Sementara guru diminta memiliki pengetahuan menambah pengetahuan (knowledge esspecialy
dan skill) pelayanan (service) tanggung jawab (responsbility) dan persatuan (unity) (Glend
Langford, 1978).

Disamping berpengalaman, guru harus berwibawa. Kewibawaan merupakan syarat mutlak yang
bersifat abstrak bagi guru karena guru harus berhadapan dan mengelola siswa yang berbeda latar
belakang akademik dan sosial, guru merupakan sosok tokoh yang disegani bukan ditakuti oleh
anakanak didiknya. Kewibawaan ada pada orang dewasa, ia tumbuh berkembang mengikuti
kedewasaan, ia perlu dijaga dan dirawat, kewibawaan mudah luntur oleh perbuatan-perbuatan
yang tercela pada diri sendiri masing-masing. Jabatan guru adalah jabatan profesi terhomat,
tempat orang-orang bertanya, berkonsultasi, meminta pendapat, menjadi suri tauladan dan
sebagainya, ia mengayomi semua lapisan masyarakat.

D. Prinsip-prinsip startegi pembelajaran

1. Berorientasi pada tujuan

Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas guru dan
siswa, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ini sangat penting,
sebab mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh karenanya keberhasilan suatu strategi
pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.

2. Aktivitas

Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh
pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran
harus dapat mendorong aktivitas siswa. aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik,
akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.

3. Individualitas

Mengajar adalah usaha mengembangkan aetiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada
sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku
setiap siswa.

4. Integritas

Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar
bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan tetapi juga meliputi
pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotorik. Oleh karena itu, strategi pembelajaran
harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegrasi.

· Interaktif

Prinsip interaktif mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan
pengetahuan dari guru ke siswa; akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur
lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

· Inspiratif

Proses pembelajaran adalah proses yang inspiratif, yang memungkinkan siswa untuk mencoba
dan melakukan sesuatu. berbagai informasi dan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran
bukan harga mati, yang bersifat mutlak, akan tetapi mereka merupakan hipotesis yang
merangsang siswa untuk mau mencoba dan mengujinya. Oleh karena itu, guru mesti membuka
berbagai kemungkinan yang dapat dikerjakan siswa. Biarkan siswa berbuat dan berpikir sesuai
dengan inspirasinya sendiri, sebab pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif yang bisa
dimaknai oleh setiap subjek belajar sendiri.

· Menyenagkan

proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh
potensi itu hanya mungkin dapat berkembang makalah siswa terbebas dari rasa takut atau
menegangkan. Oleh karena itu perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses
yang menyenangkan (enjoying learning).

· Menantang

Proses pembelajaran adalah suatu proses yang menantang siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat
ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-
coba, berpikir secara intuitif atau bereksplorasi. Apapun yang diberikan dan dilakukan guru
harus dapat merangsang siswa untuk berpikir (learning how to learn) dan melakukan (learning
how to do).

· Motivasi

Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi,
tidak mungkin Siswa memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi
merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran. Motivasi dapat
diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu.

E. Macam-macam Strategi Pembelajaran

1. Strategi inkuiri atau SPI

Strategi inkuiri atau SPI atau strategi bertanya meliputi sejumlah kegiatan pembelajaran yang
menitikberatkan pada proses berpikir analitis dan kritis dalam mencari dan menjawab
pertanyaan. Sedangkan tanya jawab sering diajukan antara siswa dan guru untuk proses berpikir
ini.

2. Strategi ekspositoris atau SPE

Sistem pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada proses
pemberian pengetahuan atau materi yang diberikan secara lisan oleh guru kepada siswa yang
ingin membantu siswa menguasai materi secara efektif.

3. Strategi berdasarkan strategi atau SPBM


Pembelajaran SPBM merupakan strategi pembelajaran yang memadukan beberapa kegiatan
pembelajaran yang menonjolkan proses pemecahan masalah ilmiah. SPBM didasarkan pada
psikologi kognitif, yang dapat dibebaskan dari asumsi bahwa belajar adalah proses mengubah
perilaku melalui pengalaman.

4. Strategi kooperatif atau DSS

Strategi sistem pembelajaran kooperatif menggunakan kelompok kecil atau tim yang terdiri dari
empat sampai enam orang yang memiliki latar belakang akademis ras, kuat, atau gender.

5. Strategi pembelajaran projects based learning ( Berbasis proyek)

Strategi proyek merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan berangkat dari
suatu latar belakang masalah untuk mengerjakan suatu proyek atau aktivitas nyata yang akan
membuat siswa mengalami kendala kontekstual sehingga harus melakukan investigasi/inkuiri.

6. Strategi pembelajaran quantum

Quantum teaching berasal dari dua kata yaitu "quantum" yang berarti interaksi yang mengubah
energi menjadi cahaya dan "teaching" berarti mengajar. Dengan demikian Quantum Teaching
adalah orekstrasi (desain pembelajaran) bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan
disekitar momen belajar.

Prinsip-prinsip Quantum
 Segalanya berbicara
 Segalanya bertujuan
 Pengalaman sebelum pemberian nama
 Akui setiap usaha
Model Quantum Teaching
1. Tumbuhan merupakan tahap menumbuhkan minat siswa terhadap pembelajaran yang akan
dilakukan
2. Alami tahap ketika guru menciptakan/mendatangkan pengalaman yang dapat mengerti semua
siswa
3. Namai tahap memberikan kata kunci, konsep, model, rumus/Strategi atas pengalaman yang
telah diperoleh siswa
4. Demonstrasi memberikan kesempatan untuk menerapkan pengetahuan ke dalam
pembelajaran yang lain dan ke dalam kehidupan mereka.
5. Ulangi pengulangan/memperkuat koneksi saraf sehingga menguatkan struktur kognitif siswa
6. Rayakan wujud pengakuan untuk menyelesaikan partisipasi dan memperoleh keterampilan
dalam ilmu pengetahuan.
Pertemuan 6,7

Metode Mengajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran

A. Pengertian

Metode pembelajaran adalah cara kerja sistematis yang memudahkan pelaksanaan pembelajaran
berupa implementasi spesifik langkah-langkah konkret agar terjadi proses pembelajaran yang
efektif mencapai untuk suatu tujuan tertentu seperti perubahan positif pada peserta didik. 

Ada beberapa karakteristik metode pembelajaran, diantaranya adalah:

1. Memungkinkan terciptanya kondisi kondusif selama proses pembelajaran.

2. Memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam mempelajari bahan ajar selama proses
pembelajaran

3. Memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

4. Memungkinkan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar yang mencakup segenap
potensi dalam dirinya secara seimbang.

5. Memungkinkan peserta didik untuk melakukan refleksi secara bebas terhadap pengalaman
belajar yang diperoleh ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitar (fisik dan sosial).

6. Mendorong tumbuh-kembangnya kepribadian peserta didik, utamanya sikap terbuka,


demokratis, disiplin, tanggungjawab, dan toleran serta kmitmen terhadap nilai-nilai sosiobudaya
bangsanya.

Upaya guru dalam memilih metode yang tepat dalam mendidik peserta didiknya harus pula
disesuaikan dengan tuntutan dan karakteristik peserta didiknya. Seorang guru harus
megusahakan agar pelajaran yang disampaikan kepada peserta didiknya mudah diterima, tidak
cukup hanya dengan bersikap lembut saja. Seseorang harus memikirkan metode-metode yang
akan digunakan, seperti memilih waktu yang tepat, materi yang cocok, pendekatan yang baik,
efektivitas penggunaan metode, dan sebagainya. Untuk itu, seorang guru dituntut untuk
mempelajari berbagai metode sebelum seorang guru menggunakan metode yang digunakan
dalam mengajarkan suatu mata pelajaran, seperti ceramah, bercerita, mendemostrasikan,
memecahkan masalah (problem solving), diskusi, tanya jawab, pemberian tugas (resitasi),
karyawisata, sosiodrama, eksperimen, latihan (drill), dan lainnya.

B. Kriteria pemilihan metode pembelajaran

Berikut adalah kriteria pemilihan metode pembelajaran yang akan

digunakan, antara lain:


a. Kompentensi yang ingin dicapai melalui pembelajaran

Kompetensi merupakan hasil belajar yang diupayakan keterwujudannya melalui pembelajaran.


Ditinjau dari aspek perilaku atau penampilan, suatu kompetensi meliputi pengetahuan, sikap, dan
nilai serta keterampilan. Semua

kompetensi itu perlu rumusan secara jelas, singkat dan spesifik sehingga dapat dilaksanakan dan
diukur tingkat ketercapaiannya setelah pembelajaran usai sekaligus menjadikan orientasi dalam
pemilihan metode pembelajaran.

b. Bahan pengetahuan yang akan disajikan melalui pembelajaran.

Bahan pengetahuan eisya berbeda sesuai dengan matapelajaran yang diajarkan di sekolah. Bahan
ini sebagai sarana pembentukan kompetensi atau kemampuan peserta didik yang akan tercapai
melalui proses pembelajaran.

c. Karakteristik peserta didik

Peserta didik sebagai sasaran bentukan memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara satu
dengan yang lain. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dalam pemilihan metode pembelajaran
sehingga upaya intervensi selama pembelajaran diharapkan dapat membuahkan hasil yang
berkualitas

d. Berpedoman pada tujuan.

Tujuan adalah keinginan yang hendak dicapai dalam setiap kegiatan interaksi edukatif. Tujuan
mampu memberikan garis yang jelas dan pasti kemana kegiatan interaksi edukatif akan dibawa.
Tujuan dapat memberikan pedoman yang jelas

bagi guru dalam mempersiapkan segala sesuatunya dalam rangka pengajaran, termasuk
pemilihan metode mengajar. Metode mengajar yang dipilih guru tidak boleh dipertentangkan
dengan tujuan yang telah dirumuskan, tapi metode mengajar yang dipilih itu harus mendukung
kemana kegiatan interaksi edukatif berproses guna mencapai tujuannya. Ketidak jelasan
perumusan tujuan akan menjadi kendala dalam pemilihan metode mengajar.

e. Kemampuan guru

Kemampuan guru bermacam-macam, disebabkan latar belakang pedidikan dan pengalaman


mengajar. Seorang guru dengan latar belakang pedidikan keguruan akan lain kemampuannya bila
dibandingkan dengan seseorang dengan latar belakang pedidikan bukan keguruan. Kemampuan
guru yang berpengalaman tentu lebih berkualitas dibandingkan dengan kemampuan guru yang
kurang berpengalaman dalam pendidikan dan pengajaran. Dari latar belakang pedidikan dan
pengalaman mengajar akan mempengaruhi bagaimana cara pemilihan metode mengajar yang
baik dan benar. Jadi, kemampuan guru patut dipertimbangkan dalam pemilihan metode
mengajar.
f. Situasi kelas

Situasi kelas adalah sisi lain yang patut diperhatikan dan dipertimbangkan guru ketika akan
melakukan pilihan terhadap metode mengajar. Guru yang berpengalaman akan tahu benar bahwa
kelas dari hari ke hari dan dari waktu ke waktu selalu berubah sesuai kondisi psikologis anak
didik. Dinamika kelas seperti ini patut diperhitngkan guru dari sudut manapun. Ketika guru
berusaha membagi anak didik ke dalam beberapa kelompok, guru akan menciptakan situasi kelas
kepada sitasi yang lain. Di sini tergambar metode mengajar mana yang harus dipilih sesuai degan
situasi kelas dann tujuan yang ingin dicapai. Jadi, situasi kelas mempengaruhi pemilihan metode
mengajar.

g. Kelengkapan fasilitas

Penggunaan metode perlu didukung fasilitas. Fasilitas yang dipilih harus sesuai degan
karakteristik metode mengajar yang akan digunakan. Ada metode mengajar tertentu yang tidak
dapat dipakai, karena ketiadaan fasilitas di suatu sekolah. Sekolah-sekolah yang maju bisanya
mempunyai fasilitas belajar yang lengkap sehingga sangat membantu guru dalam melaksanakan
pengajaran dalam kelas. Sekolahsekolah di daerah terpencil pada umumnya kekurangan fasilitas
belajar sehingga kegiatan interaksi edukatif berjalan apa adanya secara sederhana.

h. Kelebihan dan kelemahan metode

Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dua sisi ini perlu dierhatikan guru. Jumlah
anak didik di kelas dan kelengkapan fasilitas mempunyai andil tepat tidaknya suatu metode
dipergunakan untuk membantu proses pengajaran. Metode yang tepat untuk pengajaran
tergantung dari kecermatan guru dalam memilihnya penggabungan metode pun tidak luput dari
pertimbangan berdasarkan kelebihan dan kelemahan yang manapun juga. Pemilihan metode
yang terbaik adalah mencari titik kelemahan dan kelebihan suatu metode. Kemudian seorang
guru memilih metode yang dapat meutupi kelemahan metode lainnya. Itu pula sebabnya bahwa
dalam proses pembelajaran tidak ada sebuah metode pun yang dianggap paling tepat untuk

digunakan pada semua ertemuan, semua waktu, dan semua materi. Setiap metode
memilikikarakteristik tersediri. Seorang

C. Jenis Jenis Metode Pembelajaran yang dapat digunakan di SD yaitu :

1. Metode Ceramah

Metode ceramah itu merupakan cara mengimplementasikan materi pelajaran secara lisan
kepada sekelompok peserta didik. Metode ceramah itu merupakan cara guru untuk
menyampaikan atau menjelaskan oleh materi ajar secara lisan kepada siswa serta secara
langsung. Jadi kesimpulan dari tujuan sebenarnya dari metode ceramah ini untuk meningkatkan
daya ingat daya konsentrasi siswa sehingga siswa dapat menyimpulkan dari materi yang sudah
didapat dari guru-guru.
kemudian metode ceramah ini juga murah dan sederhan sifatnya, Kenapa murah karena tidak
menggunakan media apapun yang pastinya metode ini hanya menggunakan tutur kata atau
ucapan yang bisa dilakukan oleh Guru.

2. Metode Tanya Jawab

Metode yang selanjutnya yaitu metode tanya jawab, metode tanya jawab merupakan metode atau
tehnik mengajar dua arah antara guru dan siswa maupun sebaliknya. Menurut pendapat dari
Rusdiana mengatakan bahwa metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dengan
memberikan pertanyaan dalam bentuk pertanyaan. Jadi dalam metode tanya-jawab adalah acara
guru menyajikan pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang dilakukan oleh guru kepada peserta
didik maupun Sebaliknya.

Adapun tujuan dari metode tanya-jawab ini adalah berfungsi untuk melatih peserta didik berpikir
dan berbicara secara sistematis .

3. Metode Diskusi

Metode diskusi Winataputra dalam buku Nasution mengatakan bahwa metode diskusi ini ada
cara untuk mengumpulkan pendapat atau membuat kesimpulan disertai dengan menyiapkan
alternatif apa jawaban untuk memecahkan suatu permasalahan. Adapun kemudian menurut
pendapat ahli lainnya yaitu Majid dalam bukunya mengatakan bahwa cara guru untuk
memberikan permasalahan kepada siswa jadi kita dapat simpulkan atau menarik dari kedua
pendapat ahli tersebut bahwa metode diskusi ini adalah acara menyampaikan bahan pelajaran
dengan memberikan kesempatan untuk berpendapat menyimpul atau membuat kesimpulan serta
menyiapkan atau alternatif jawaban terkait dengan suatu permasalahan.

Jadi adapun tujuan dari metode ini yaitu untuk memecahkan suatu permasalahan yang di berikan
kepada siswa melalui suatu metode.

4. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas menurut Halimah dalam bukunya yang mengatakan bahwa metode
pemberian tugas adalah cara interaksi belajar mengajar dengan cara memberikan tugas-tugas
kepada peserta didik baik kelompok maupun perorangan

Menurut pendapat ahli yang kedua yaitu Rusdiana dalam bukunya mengatakan bahwa metode
pemberian tugas ini adalah acara guru memberikan pertanyaan kepada siswa agar dapat
melakukan kegiatan proses belajar lebih kita dapat simpulkan bahwa metode pemberian tugas ini
adalah cara menyajikan bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada peserta didik baik
secara perorangan maupun kelompok Sehingga peserta didik atau siswa dapat melakukan
kegiatan pembelajaran
Tujuan dari metode ini agar peran aktif sisw di sini dapat melakukan proses belajar-mengajar
yang terjadi baik di dalam kelas maukpun diluar kelas

5. Metode Simulasi

Menurut pendapat Rusdiana mengatakan bahwa metode simulasi adalah cara penyajian
pelajaran dengan menggunakan situasi tiruan atau berpura-pura dalam proses belajar. Selain itu
pendapat Nasution mengatakan bahwa metode simulasi adalah cara mengajar dengan
menggunakan benda atau kegiatan yang bukan aslinya jadi hanya tiruan.

Dari kedua pendapat diatas ini kita dapat simpulkan bahwa metode simulasi ini adalah acara
menyampaikan pelajaran dengan bentuk benda tiruan bukan benda asli atau kegiatan yang bukan
sebenarnya.

Tujuan dari metode simulasi ini agar siswa dapat berinteraksi dengan lingkungan dan dapat
mengingatkan di para siswa atau peserta didik dengan masa lalunya.

6. Metode Demonstrasi

Winata Putra dalam buku Nasution mengatakan bahwa metode demonstrasi yaitu metode yang
menyajikan pelajaran dengan mempertunjukkan objek secara langsung atau kegiatan . Selain itu
Rusdiana yang mengatakan bahwa metode demonstrasi adalah sesuatu cara penyajian pelajaran
dengan cara memperagakan atau mempertunjukkan tentang style atau cara kepada siswa secara
langsung tentang suatu proses situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari atau yang akan
di ajarkan.

Jadi kita dapat petik kesimpulan dari kedua teori atau pendapat tersebut metode demonstrasi itu
adalah cara penyajian pelajaran dengan cara memperagakan atau mempertunjukkan sesuatu
kepada siswa tentang suatu proses situasi ataupun benda ataupun suatu benda baik itu di ruang
maupun bukan yang bisa dilakukan di dalam di luar ataupun di dalam kelas.

Adapun tujuan dari metode ini yaitu untuk melatih peserta didik mengkonkritkan informasi yang
bersifat abstrak dan mengembangkan kemampuan pengamatannya.

7. Metode Eksperimen

Rusdiana mengatakan bahwa metode eksperimen adalah cara menyajikan pelajaran


dengan menugaskan peserta didik untuk melakukan suatu kegiatan percobaan sehingga para
muridatau peserta didik itu dapat mengalaminya sendiri terhadap sesuatu hal yang dipelajari.

Yang kedua menurut pendapat Winataputra metode eksperimen bahwa dalam penyajiannya itu
memberikan penugasan kepada siswa untuk melakukan suatu percobaan sehingga siswa itu dapat
melakukannya sendiri.
Jadi intinya metode eksperimen ini adalah penyajian atau penyampaian materi pelajaran dengan
memberikan tugas pada siswa atau murid untuk melakukan suatu percobaan dimana siswa itu
dapat mengalami sendiri tujuan dari metode eksperimen ini agar siswa kita dapat melatih siswa
untuk menyimpulkan Apakah fakta yang diperoleh dari hasil percobaan sehingga siswa itu dapat
mendapatkan informasi atau pelajaran.

8. Metode Studi Kasus

Metode studi kasus atau case study dapat digunakan dalam pembelajaran aktif. Metode ini
memanfaatkan situasi atau kasus tertentu yang dapat memberikan siswa pembelajaran bermakna
dan bermanfaat. Guru dapat memberikan sebuah cerita tentang tema atau konsep yang akan akan
dipelajari. Setelah itu, siswa dapat berdiskusi untuk melakukan analisa, sintesisa, dan evaluasi
berdasarkan kasus atau masalah yang sedang dipelajari.

9. Metode Diskusi Kelompok

Metode diskusi kelompok merupakan metode yang memungkinkan terjadi interaksi dan saling
tukar pendapat, pengalaman, dan informasi. Metode pembelajaran ini menarik karena dapat
mendorong siswa untuk berinteraksi dan saling membantu memahami pendapat berbeda yang
mungkin muncul selama kegiatan berlangsung. Selain memahami pelajaran, Guru juga dapat
melatih siswa bagaimana menghargai pendapat orang lain melalui metode diskusi kelompok ini.

10. Metode Tugas Proyek

Metode tugas proyek adalah metode pembelajaran yang sangat menantang. Siswa harus
melakukan riset, eksperimen, dan tak jarang harus langsung terjun ke lapangan untuk melakukan
pengamatan. Metode ini menghendaki siswa untuk menghasilkan sebuah produk tertentu dalam
waktu yang telah ditentukan.  Siswa dapat melakukan tugas proyek secara individu maupun
secara kelompok. Kegiatan ini melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.

11. Metode Kunjung Karya

Metode pembelajaran kunjung kerja atau kunjung karya ini biasanya dilakukan setelah metode
pembelajaran tugas proyek dilakukan. Jenis metode pembelajaran ini membuat siswa untuk
saling melihat hasil karya teman-temannya. Mereka dapat mengamati dan juga belajar bertanya.
Selain itu, Guru dapat mendorong siswa untuk memberikan komentar dan saran yang
membangun. Sementara siswa yang karyanya dikunjungi atau dilihat dapat belajar menjawab
pertanyaan, menanggapi komentar dan saran secara produktif.

12. Metode Bermain Peran

Metode ini adalah salah satu macam metode pembelajaran yang dirancang untuk memecahkan
masalah dengan meminta siswa melakukan peran tertentu. Guru dapat memberikan topik atau
kasus pada siswa. Misalnya guru memberikan kasus jembatan kampung ambruk karena hujan
deras, dan contoh lainnya. Kemudian siswa dibagikan perannya. Ada yang menjadi pak RT,
warga, dan lain sebaginya. Dari kegiatan bermain peran, siswa yang sedang berperan dan juga
yang mengamati dapat membuat analisa apakah setiap peran sudah bekerja dengan baik atau
tidak. Mereka juga dapat menyimpulkan bagaimana mengatasi masalah dari mengamati peran-
peran yang dimainkan temannya.

Masih banyak metode lainnya yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran selain
metode yang yang sudah dipaparkan dia atas.

Anda mungkin juga menyukai