Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan topik
pembahasan mengenai Belajar dan Pembelajaran. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas dari dosen kami, Ibu Nurhaeda, S.Pd., M.Pd. dalam mata kuliah
belajar dan pembelajaran.
Dalam makalah ini, kami akan merinci berbagai aspek yang berkaitan
dengan belajar dan pembelajaran. Kami akan membahas pengertian dasar dari
kedua konsep ini, serta menggali lebih dalam mengenai bagaimana proses belajar
dan pembelajaran berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, kami juga
akan membahas peran teknologi dalam mendukung pembelajaran, metode-metode
pembelajaran yang efektif, dan tantangan-tantangan yang sering dihadapi dalam
proses pembelajaran..
Dalam penyusunan makalah ini, kami merujuk kepada berbagai literatur,
sumber informasi, dan kajian sejarah yang relevan. Kami juga mencoba
menerapkan pemahaman yang kami peroleh dari mata kuliah ini untuk mengulas
secara mendalam mengenai topik yang diberikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan dan
keterbatasan, baik dalam hal konten maupun penulisan. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan saran, kritik, dan masukan yang membangun guna
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat dan
memberikan wawasan baru bagi pembaca.

Makassar, 11 September 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara pembelajaran maka yang menjadi sorotan dan orientasi
yang utama tertuju pada kualitas pesertadidik sebagai output dalam proses
pembelajaran. Pemberlajaran khususnya di Indonesia masih dipandang
rendah pola pembelajrannya dibandingkan dengan negara-negara maju,
kita sebut Negara Malaysia yang dulu mereka banyak berguru di
Indonesia, namun saat sekarang Malaysia jauh lebih maju sentor
pembelajarannya di banding Negara kita. Bahkan model dan teori
pembelajaran mereka jauh lebih unggul telah menggunakan model-model
yang variatif dalam proses belajar mengajarnya (Ahdar, 2019).
Proses belajar dan pembelajaran merupakan aspek yang tak
terpisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui proses belajar, individu
memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya. Tidak dapat dipungkiri bahwa tanpa adanya proses belajar,
manusia akan kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap aktivitas
sehari-hari memerlukan pengetahuan yang diperoleh melalui proses
belajar.
Pendidikan, pada dasarnya, berfungsi sebagai sarana untuk
membantu manusia menggali potensi dirinya sehingga mampu
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Namun,
dalam konteks perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan
dihadapkan pada berbagai tantangan dan hambatan yang perlu diatasi.
Salah satu kendala yang signifikan adalah masalah mutu pendidikan yang
dihadapi di negara ini. Oleh karena itu, penting bagi para pengelola
pendidikan untuk berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dan konsep dasar dari “Belajar” dan “Pembelajaran” ?
2. Seperti apa itu proses belajar?
3. Bagaimana saja teori-teori pembelajaran?
4. Bagaimana sebuah Hakekat pembelajaran?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui definisi dan konsep dasar dari “Belajar” dan
“Pembelajaran”.
2. Untuk mengetahui proses belajar.
3. Untuk mengetahui teori-teori pembelajaran.
4. Untuk mengetahui Hakekat sebuah pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defini dan Konsep Dasar Belajar dan Pembelajaran


1. Definisi dan Konsep Dasar Belajar
Belajar adalah proses dimana seseorang mendapatkan pengetahuan,
keterampilan, pemahaman, atau pengalaman baru melalui berbagai
jenis kegiatan, pengalaman, atau interaksi dengan lingkungannya.
Selama proses ini, informasi atau keterampilan yang diperoleh
dipahami, disimpan, dan digunakan untuk meningkatkan pemahaman,
kinerja, dan kemampuan individu dalam berbagai aspek kehidupan.
Penting untuk dicatat bahwa belajar tidak hanya terjadi dalam setting
pendidikan formal seperti sekolah atau universitas, melainkan juga
dalam konteks-konteks sehari-hari, interaksi sosial, dan eksplorasi
pribadi sepanjang perjalanan hidup seseorang. Pengertian belajar
menurut para ahli adalah sebagai berikut:
 James O. Whittaker, merumuskan belajar adalah proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau dirubah melalui
latihan atau pengalaman
 Cronbach berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktifitas
yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman
 Drs. Slameto merumuskan pengertian belajar menurutnya
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan.
 Gagne memberikan dua definisi belajar, yang pertama
belajar ialah suatu proses yang memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
Yang kedua, belajar adalah penguasaan pengetahuan dan
ketrampilan yang diperoleh dari instruksi.
 Traves mengemukakan, belajar adalah proses
menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
Bertolak dari berbagai definisi yang telah diuraikan para pakar
tersebut, secara umum belajar dapat dipahami sebagai suatu tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
(permanent) sebagai hasil pengalaman.
Dalam konteks ini, perlu disoroti bahwa perubahan perilaku yang
terjadi akibat proses kematangan (maturation), kondisi seperti gila,
mabuk, kelelahan, dan kejenuhan tidak dapat dianggap sebagai hasil
dari proses belajar
Adapun, ada beberapa karakteristik yang dapat membedakan
proses belajar. Berdasarkan definisi belajar yang telah disebutkan
sebelumnya, berikut adalah beberapa aspek yang mencerminkan sifat
belajar:

 Terjadi perubahan tingkah laku (kognitif, afektif,


psikomotor, dan campuran) baik yang dapat diamati
maupun yang tidak dapat diamati secara langsung.
 Perubahan tingkah laku hasil belajar pada umumnya akan
menetap atau permanen.
 Proses belajar umumnya membutuhkan waktu tidak
sebentar dimana hasilnya adalah tingkah laku individu.
 Beberapa perubahan tingkah laku yang tidak termasuk
dalam belajar adalah karena adanya hipnosa, proses
pertumbuhan, kematangan, hal gaib, mukjizat, penyakit,
kerusakan fisik.
 Proses belajar dapat terjadi dalam interaksi sosial di suatu
lingkungan masyarakat dimana tingkah laku seseorang
dapat berubah karena lingkungannya.
Setidaknya ada delapan jenis belajar yang dilakukan oleh manusia.
Adapun beberapa jenis belajar adalah sebagai berikut:

 Belajar rasional, yaitu proses belajar menggunakan


kemampuan berpikir sesuai dengan akal sehat (logis dan
rasional) untuk memecahkan masalah.
 Belajar abstrak, yaitu proses belajar menggunakan
berbagai cara berpikir abstrak untuk memecahkan masalah
yang tidak nyata.
 Belajar keterampilan, yaitu proses belajar menggunakan
kemampuan gerak motorik dengan otot dan urat syaraf
untuk menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.
 Belajar sosial, yaitu proses belajar memahami berbagai
masalah dan cara penyelesaian masalah tersebut. Misalnya
masalah keluarga, persahabatan, organisasi, dan lainnya
yan berhubungan dengan masyarakat.
 Belajar kebiasaan, yaitu proses pembentukan atau
perbaikan kebiasaan ke arah yang lebih baik agar individu
memiliki sikap dan kebiasaan yang lebih positif sesuai
dengan kebutuhan (kontekstual).
 Belajar pemecahan masalah, yaitu belajar berpikir
sistematis, teratur, dan teliti atau menggunakan berbagai
metode ilmiah dalam menyelesaikan suatu masalah.
 Belajar apresiasi, yaitu belajar kemampuan dalam
mempertimbangkan arti atau nilai suatu objek sehingga
individu dapat menghargai berbagai objek tertentu.
 Belajar pengetahuan, yaitu proses belajar berbagai
pengetahuan baru secara terencana untuk menguasai materi
pelajaran melalui kegiatan eksperimen dan investigasi.

2. Definisi dan Konsep Dasar pembelajaran


Pembelajaran, yang sering disamakan dengan istilah "mengajar,"
berasal dari kata dasar "ajar," yang merujuk pada petunjuk yang
diberikan kepada seseorang agar mereka dapat memahami atau
mengikuti sesuatu. Dengan penambahan awalan "pe" dan akhiran "an,"
kata "pembelajaran" terbentuk, yang menggambarkan suatu proses,
tindakan, atau cara mengajar yang bertujuan agar peserta didik
bersedia untuk belajar.
Pembelajaran sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu proses
interaksi antara peserta didik, pendidik, dan sumber belajar dalam
suatu lingkungan pendidikan. Pembelajaran berperan sebagai alat
bantu yang digunakan oleh pendidik untuk memfasilitasi proses
pemerolehan pengetahuan, penguasaan keterampilan, pembentukan
tabiat, dan pengembangan sikap serta kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, tujuan pembelajaran adalah membantu peserta didik
agar mereka dapat belajar dengan efektif.
Pembelajaran bukanlah sesuatu yang terbatas pada fase pendidikan
formal saja, tetapi merupakan suatu proses yang berlangsung
sepanjang hidup seseorang dan dapat terjadi di berbagai konteks dan
waktu. Meskipun istilah pembelajaran memiliki kesamaan dengan
pengajaran, keduanya memiliki konotasi yang berbeda. Dalam konteks
pendidikan, pengajaran sering kali hanya mengacu pada tindakan guru
dalam memberikan pelajaran kepada peserta didik, sementara
pembelajaran mencakup lebih dari itu, termasuk interaksi antara guru
dan peserta didik.
Pembelajaran bisa dianggap sebagai suatu sistem yang bertujuan
untuk mendukung proses belajar peserta didik. Ini mencakup
serangkaian peristiwa yang telah direncanakan dan disusun dengan
baik untuk mempengaruhi dan mendukung perkembangan belajar
internal peserta didik.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran dapat didefinisikan sebagai
suatu proses interaksi antara peserta didik, pendidik, dan sumber
belajar dalam lingkungan belajar. Definisi ini sejalan dengan
pandangan Munandar (dalam Suyono dan Hariyanto, 2011) yang
menekankan pentingnya pembelajaran dalam mendorong kreativitas
anak, membuat peserta didik aktif, mencapai tujuan pembelajaran
secara efektif, dan berlangsung dalam suasana yang menyenangkan.
Trianto (2010) juga memberikan pandangan yang serupa,
menggambarkan pembelajaran sebagai suatu proses yang kompleks
dan interaktif antara pengembangan dan pengalaman hidup peserta
didik. Pembelajaran ini adalah upaya sadar dari guru untuk
membimbing siswanya, mengarahkan interaksi siswa dengan berbagai
sumber belajar lainnya, dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Aqib (2013) menganggap bahwa proses pembelajaran melibatkan
langkah-langkah yang sistematis, dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, hingga evaluasi, dengan tujuan agar pembelajaran dapat
berjalan efektif dan efisien.
Sementara menurut Prof. Surya (2014), pembelajaran adalah suatu
proses di mana individu berinteraksi dengan lingkungannya untuk
mencapai perubahan perilaku yang komprehensif.
Dengan dasar-dasar teori pembelajaran menurut para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi yang
melibatkan peserta didik, guru, lingkungan belajar, dan sumber belajar
lainnya. Proses ini bertujuan untuk mencapai perubahan dalam sikap
dan pola pikir peserta didik sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

B. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran


1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme adalah suatu teori perkembangan perilaku yang
memfokuskan pada pengukuran, observasi, dan dampak dari respons
pelajar terhadap berbagai rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan
ini bisa diperkuat melalui pemberian umpan balik, baik yang bersifat
positif maupun negatif, tergantung pada perilaku yang diharapkan.
Teori ini selanjutnya berkembang menjadi aliran psikologi belajar
yang memengaruhi arah perkembangan teori dan praktik pendidikan
dan pembelajaran. Aliran ini dikenal sebagai behaviorisme yang fokus
pada terbentuknya perilaku yang dapat diamati sebagai hasil dari
proses pembelajaran (Ahdar, 2019).
Aliran psikologi belajar yang memiliki pengaruh besar terhadap
perkembangan teori dan praktik pendidikan hingga saat ini adalah
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada pembentukan
perilaku yang dapat diamati sebagai hasil dari proses belajar.
Teori behavioristik, dengan model hubungan stimulus-responsnya,
memandang individu yang sedang belajar sebagai subjek yang bersifat
pasif. Dalam teori ini, perilaku atau respons tertentu dapat terbentuk
melalui pengulangan atau latihan berulang. Perilaku ini cenderung
menjadi lebih kuat jika diberi penguatan (reinforcement) dan bisa
menghilang jika mendapatkan hukuman.
Penerapan teori behavioristik dalam konteks pembelajaran
tergantung pada beberapa faktor, seperti tujuan pembelajaran, jenis
materi yang diajarkan, karakteristik peserta didik, serta media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pendekatan pembelajaran yang
didasarkan pada teori behavioristik menganggap pengetahuan sebagai
sesuatu yang objektif, pasti, stabil, dan tidak berubah.
Dalam pandangan ini, pengetahuan telah diorganisir dengan baik,
sehingga pembelajaran dianggap sebagai upaya untuk memperoleh
pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Mengajar, dalam konteks ini,
dipahami sebagai proses mentransfer pengetahuan kepada individu
yang sedang belajar atau peserta didik. Fungsi pikiran atau akal adalah
untuk menginternalisasi struktur pengetahuan yang telah ada melalui
proses berpikir yang dapat dianalisis dan diuraikan. Oleh karena itu,
makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini sangat
dipengaruhi oleh karakteristik struktur pengetahuan yang telah ada
sebelumnya.
Seorang peserta didik diharapkan memiliki pemahaman yang
serupa dengan apa yang diajarkan oleh pengajar atau guru. Artinya, isi
yang dipahami oleh instruktur harus juga dipahami oleh siswa.
Pendekatan behavioristik sangat sesuai untuk mengembangkan
keterampilan yang memerlukan latihan dan repetisi, yang mencakup
elemen-elemen seperti kecepatan, spontanitas, fleksibilitas, refleks,
daya tahan, dan lain sebagainya. Contoh-contoh penerapannya
termasuk pembelajaran bahasa asing melalui percakapan, menguasai
keterampilan mengetik, berlatih tari, menggunakan komputer,
berenang, berolahraga, dan lain sebagainya.
Teori ini juga cocok digunakan untuk melatih anak-anak yang
masih memerlukan bimbingan kuat dari orang dewasa, cenderung
mengulangi tindakan, memerlukan pembiasaan, suka meniru, dan
merespons positif terhadap penghargaan langsung seperti pujian atau
hadiah.
Pendekatan behavioristik, yang didasarkan pada model hubungan
stimulus-respons, menganggap individu yang sedang belajar sebagai
peserta yang aktif dalam proses pembelajaran. Respons atau perilaku
tertentu dapat ditanamkan melalui metode pelatihan atau latihan
berulang. Perilaku ini cenderung menjadi lebih kuat jika diberikan
penguatan positif dan bisa berkurang jika mendapatkan hukuman.
Dengan demikian, pendekatan ini memungkinkan siswa untuk
memahami dan menguasai keterampilan yang diperlukan melalui
latihan yang terstruktur dan berulang-ulang, serta dengan bimbingan
yang sesuai dari instruktur.
Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau
mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, diikuti dengan penjelasan
mengenai perilaku yang diharapkan. Pendidikan berbasis behaviorisme
dianggap sebagai kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar
dan pemahaman dasar dalam berbagai bidang subjek serta manajemen
kelas yang efektif. Ada ahli yang menyatakan bahwa teori belajar
behavioristik berfokus pada perubahan perilaku yang dapat diamati,
diukur, dan dinilai secara konkret (Ahdar, 2019).
Ciri dari teori behaviorisme adalah sebagai berikut:
 Mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil: Teori
behaviorisme menekankan pada analisis unsur-unsur kecil
dari perilaku dan pembelajaran.
 Bersifat mekanistis: Pendekatan ini memperlakukan
individu sebagai mesin atau mekanisme yang merespons
stimulus dari lingkungannya.
 Menekankan peran lingkungan: Teori behaviorisme
memberi penekanan pada pengaruh lingkungan eksternal
terhadap perilaku individu.
 Mementingkan pembentukan reaksi atau respon: Fokus
utama adalah pada pembentukan reaksi atau respons yang
diinginkan melalui penguatan dan hukuman.
 Menekankan pentingnya latihan: Latihan dan pengulangan
memiliki peran sentral dalam memperkuat perilaku yang
diinginkan.
 Mementingkan mekanisme hasil belajar: Teori ini berfokus
pada mekanisme yang terlibat dalam proses pembelajaran,
seperti penguatan dan hukuman
 Mementingkan peran kemampuan: Kemampuan individu
dalam merespons stimulus dan meresponsnya dengan
perilaku yang diinginkan dianggap penting.
 Hasil belajar adalah munculnya perilaku yang diinginkan:
Tujuan utama dari pembelajaran behavioristik adalah
munculnya perilaku yang diinginkan melalui proses
pembelajaran.

Dalam konteks konsep pembelajaran, pendekatan behavioristik


cenderung memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Proses pembelajaran cenderung bersifat pasif, di mana
pembelajar secara reaktif merespons stimulus dari
lingkungan.
 Pengolahan informasi oleh pembelajar cenderung bersifat
rendah, dan materi pembelajaran sering terisolasi dari
konteks dunia nyata atau situasi.
 Pembelajar memiliki sedikit tanggung jawab atas
pendidikannya sendiri, karena proses pembelajaran lebih
diarahkan oleh guru atau instruktur.
 Penting untuk diingat bahwa sementara teori behaviorisme
memiliki nilai dalam pembelajaran keterampilan dasar yang
memerlukan latihan, pendekatan pembelajaran yang lebih
holistik dan berpusat pada pemahaman kognitif juga
penting dalam mengembangkan pemahaman yang lebih
mendalam dan keterampilan berpikir kritis.

2. Teori Kognitifisme
3. Teori Kontruktivisme
Konstruktivisme berasal dari kata "konstruksi" yang memiliki arti
"membangun". Ketika diterapkan dalam konteks filsafat pendidikan,
konstruksi diinterpretasikan sebagai usaha untuk membangun kerangka
kehidupan yang berkembang menjadi lebih maju secara budaya.
Teori konstruktivisme mengartikan pembelajaran sebagai sebuah
aktivitas yang sangat aktif, di mana peserta didik secara mandiri
membangun pengetahuannya sendiri. Mereka mencari makna,
mengejar pemahaman tentang materi yang dipelajari, dan
menyimpulkan konsep serta ide-ide baru dengan memanfaatkan
pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka.

Beberapa karakteristik dan prinsip dasar teori konstruktivisme


dalam pembelajaran meliputi:
 Pengembangan strategi untuk mendapatkan dan
menganalisis informasi: Peserta didik diajak untuk
mengembangkan keterampilan dalam mencari dan
menganalisis informasi yang relevan.
 Pengetahuan terbentuk dari perspektif yang beragam:
Pengetahuan tidak hanya dipahami dari satu sudut pandang
saja, tetapi melalui berbagai sudut pandang yang beragam
(multiple perspectives).
 Peran utama peserta didik dalam proses pembelajaran:
Peserta didik memiliki peran sentral dalam mengatur dan
mengendalikan proses berpikir mereka sendiri, serta dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
 Penggunaan scaffolding dalam pembelajaran: Scaffolding
adalah proses pemberian bimbingan atau panduan kepada
peserta didik untuk mengembangkan pemahaman mereka
secara mandiri.
 Peran pendidik sebagai fasilitator, tutor, dan mentor:
Pendidik berperan sebagai fasilitator yang mendukung
proses pembelajaran peserta didik, sekaligus tutor yang
membantu dalam mengatasi kesulitan, dan mentor yang
memberikan arahan lebih lanjut.
 Pentingnya evaluasi proses dan hasil belajar yang otentik:
Evaluasi dilakukan secara berkelanjutan untuk memahami
sejauh mana peserta didik telah mencapai pemahaman yang
mendalam, bukan hanya penilaian berdasarkan hasil akhir.

Dalam konsep ini, pendidikan berfokus pada upaya untuk


membangun pemahaman yang mendalam dan kemampuan berpikir
kritis pada peserta didik, dengan pendidik berperan sebagai fasilitator
dalam proses ini.
Karena alasan tersebut, pengelolaan pembelajaran seharusnya
ditekankan pada bagaimana mengelola peserta didik dalam proses
pemikiran mereka, bukan hanya mengenai bagaimana peserta didik
menyerap informasi dan lingkungan belajar. Ini juga mencakup
penilaian terhadap pencapaian dan kinerja peserta didik, yang mungkin
melibatkan penghargaan eksternal seperti penilaian akademik atau
sertifikat.
Penerapan teori konstruktivisme sering digunakan dalam model
pembelajaran berfokus pada pemecahan masalah, seperti pembelajaran
penemuan (discovery learning) dan pembelajaran berbasis masalah
(problem-based learning). Teori ini menekankan bahwa peserta didik
harus aktif terlibat dalam aktivitas berpikir, mengembangkan konsep
mereka sendiri, dan memberikan makna terhadap materi yang
dipelajari.
Pengembangan peserta didik sebagai individu yang memiliki
kemampuan awal sebagai dasar sebelum belajar adalah prinsip utama
dalam paradigma konstruktivis. Oleh karena itu, walaupun
kemampuan awal peserta didik mungkin sederhana atau berbeda dari
pendapat guru, hal ini harus diterima dan dijadikan dasar untuk
pembelajaran dan panduan lebih lanjut. Dalam pendekatan
konstruktivis, peserta didik dianggap sebagai pembangun aktif
pengetahuan mereka sendiri.
Menurut Ahdan dalam jurnalnya yaitu “Belajar dan
Pembelajaran” .
Peran utama guru dalam proses belajar adalah mengelola
pembelajaran, yang mencakup aspek-aspek berikut:
 Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
pengambilan keputusan dan tindakan.
 Mendorong kemandirian peserta didik dengan memberikan
peluang untuk mengambil keputusan dan bertindak sendiri.
 Memberikan dukungan dan menciptakan lingkungan
belajar yang memungkinkan peserta didik memiliki peluang
pembelajaran yang optimal.
Dalam proses pembelajaran berdasarkan teori konstruktivisme,
sejumlah faktor akan berperan mulai dari sarana pembelajaran,
kemampuan awal peserta didik, peran guru, hingga hasil belajar
peserta didik. Selama proses pembelajaran ini berlangsung, pemikiran
tentang evaluasi akan muncul, terutama dalam konteks evaluasi hasil
belajar peserta didik.
Evaluasi dalam pendekatan konstruktivistik dapat mengambil
berbagai bentuk, terutama fokus pada tugas-tugas yang memungkinkan
peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri.
Evaluasi semacam ini mencerminkan proses berpikir tingkat tinggi,
seperti yang dinyatakan dalam taksonomi Merrill pada tingkat
"penemuan," strategi "prinsip" dalam model Gagne, serta dalam
"sintesis" dalam Taksonomi Bloom. Tujuan evaluasi ini adalah untuk
membantu peserta didik dalam mengkonstruksi pengalaman mereka
sendiri dan mengaitkannya dengan berbagai konteks serta sudut
pandang yang beragam.

4. Teori Humanisme
Teori humanistik memandang tujuan belajar sebagai upaya untuk
mengembangkan potensi manusia secara penuh. Proses pembelajaran
dianggap berhasil jika peserta didik mampu memahami diri mereka
sendiri dan lingkungan sekitarnya. Dalam teori ini, siswa diharapkan
aktif berusaha untuk mencapai aktualisasi diri yang terbaik. Teori
belajar ini berfokus pada pemahaman perilaku belajar dari perspektif
pelaku belajar sendiri, bukan dari sudut pandang pengamat eksternal.
Dalam teori humanistik, pendidikan lebih dari sekadar
penyampaian pengetahuan atau keterampilan; ia juga berperan dalam
membantu individu mengenali, memahami, dan mengembangkan
potensi diri mereka. Teori ini menekankan pentingnya aspek
psikologis, emosional, dan sosial dalam proses pembelajaran.
Salah satu konsep utama dalam teori humanistik adalah "self-
actualization" atau aktualisasi diri, yang mengacu pada usaha individu
untuk mencapai potensi penuh mereka dan menjadi versi terbaik dari
diri mereka sendiri. Pendidik dalam pendekatan ini berperan sebagai
fasilitator yang mendukung perkembangan pribadi dan pertumbuhan
siswa.
Dalam rangka mencapai tujuan belajar yang sesuai dengan teori
humanistik, pendekatan pembelajaran harus menekankan aspek-aspek
seperti pengembangan kepribadian, kreativitas, pemahaman diri, dan
kemampuan untuk beradaptasi dalam berbagai situasi.
Teori humanistik menempatkan penekanan yang sangat besar pada
apa yang dipelajari daripada pada proses belajar itu sendiri. Teori ini
lebih banyak membahas konsep-konsep pendidikan yang bertujuan
untuk membentuk individu sesuai dengan cita-cita yang diinginkan,
serta menciptakan proses belajar yang ideal.
Dengan kata lain, teori humanistik lebih berfokus pada pemahaman
belajar dalam bentuknya yang paling ideal, dibandingkan dengan
analisis proses belajar yang terjadi dalam keadaan sebenarnya, seperti
yang umumnya diperiksa oleh teori-teori belajar lainnya. Dalam
praktiknya, pendekatan belajar yang diusulkan oleh teori humanistik
juga tercermin dalam pendekatan belajar yang diajukan oleh seorang
ahli bernama Ausubel.
Pandangan Ausubel tentang belajar yang berarti atau "Meaningful
Learning," yang juga termasuk dalam aliran kognitif, berpendapat
bahwa belajar melibatkan proses asimilasi makna atau pemahaman
yang mendalam.
Dari pemikiran di atas, terlihat bahwa perbedaan antara pandangan
satu dengan yang lain sering kali hanya muncul karena perbedaan
sudut pandang atau penekanan yang diberikan. Kadang-kadang,
perbedaan ini hanya sebatas dalam penyampaian atau penekanan yang
berbeda. Jadi, berbagai pandangan atau penjelasan yang berbeda
hanyalah variasi dalam pemahaman suatu konsep dari sudut pandang
yang berbeda.
Dengan demikian, pendekatan teori humanistik dengan pendekatan
elektiknya, yang mencoba menggabungkan dan merangkum berbagai
teori belajar dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup manusia,
bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga seharusnya dilakukan.
Banyak tokoh terkenal yang menganut pendekatan humanistik, seperti
Kolb dengan konsep "Belajar Empat Tahap," Honey dan Mumford
dengan klasifikasi berbagai jenis peserta didik, Huberman dengan
"Tiga Macam Tipe Belajar," serta Bloom dan Krathwohl dengan
"Taksonomi Bloom."

C. Hakekat Pembelajaran
Istilah "pembelajaran" melibatkan perencanaan dan perancangan
(desain) sebagai upaya untuk mengedukasi siswa. Oleh karena itu, dalam
konteks pembelajaran, peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan guru
sebagai satu-satunya sumber pembelajaran, tetapi mungkin juga
berinteraksi dengan berbagai sumber pembelajaran yang digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Konsep "sistem" adalah
istilah yang memiliki makna yang luas. Contohnya, manusia, organisasi,
mobil, tata surya, semuanya dapat dianggap sebagai sistem. Istilah
"sistem" berasal dari bahasa Yunani "systema," yang berarti suatu
himpunan bagian atau komponen yang berhubungan secara teratur dan
membentuk suatu keseluruhan. Dalam konteks pembelajaran, sistem
merujuk pada kesatuan unsur-unsur yang saling berinteraksi secara
fungsional, dimana masukan diubah menjadi keluaran.
Dengan kata lain, pembelajaran sebagai suatu sistem adalah proses
interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam suatu lingkungan belajar
tertentu, yang melibatkan susunan tertentu, dan menghasilkan umpan
balik. Berikut adalah komponen-komponen pembelajaran sebagai suatu
sistem:

Gambar 1 Bagan Hakekat Pembelajaran


1. Input
 Kurikulum: Ini mencakup semua pengalaman
pembelajaran yang direncanakan dan dijalankan baik
secara individu maupun dalam kelompok, baik di
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Kurikulum
adalah suatu sistem pembelajaran yang digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran, dan efektivitas sistem
pembelajaran diukur berdasarkan sejauh mana tujuan-
tujuan tersebut tercapai.
 Peserta didik: Ini mengacu pada individu atau
komponen manusiawi yang terlibat dalam proses
pembelajaran. Peserta didik adalah pihak yang aktif
dalam mengikuti dan mengambil bagian dalam
pembelajaran.
 Pengajar: Ini merujuk kepada guru, dosen, atau sumber
belajar lainnya yang memiliki tanggung jawab dalam
memberikan bimbingan, pengajaran, dan panduan
kepada peserta didik. Pengajar memiliki peran penting
dalam membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran.
 Sarana dan prasarana: Ini mencakup segala bagian
atau alat yang diperlukan untuk memfasilitasi dan
mendukung proses pembelajaran. Sarana dan prasarana
ini mencakup lingkungan fisik, materi pembelajaran,
teknologi, serta fasilitas lain yang mendukung
kelancaran penyelenggaraan kegiatan dalam proses
pembelajaran.

2. Proses
 Materi: Merupakan materi pelajaran yang digunakan
oleh pengajar dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Materi ini dirancang secara terstruktur sehingga
menciptakan lingkungan yang mendukung peserta didik
dalam proses belajar.
 Metode: Ini adalah strategi atau cara yang diterapkan
oleh seorang pendidik saat mengajar kepada peserta
didik. Metode ini digunakan untuk memfasilitasi
pemahaman dan pembelajaran peserta didik.
 Media: Merupakan alat bantu yang digunakan oleh
pendidik untuk menyampaikan materi pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Media ini dapat
berupa berbagai alat atau teknologi yang membantu
dalam proses komunikasi dan pemahaman materi
Pelajaran.

3. Output
Peserta didik dengan kompetensi khusus merujuk pada
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, yakni mencapai hasil
tertentu setelah menjalani proses belajar. Keberhasilan
pencapaian kompetensi oleh peserta didik dapat dicapai ketika
seluruh komponen pembelajaran sebagai sistem, termasuk
input, proses, output, dan umpan balik, telah tercapai dan
berjalan dengan baik.

4. Feedback
Umpan balik adalah informasi yang diperoleh dari hasil
upaya belajar yang telah dilakukan oleh peserta didik.
Informasi ini berkaitan dengan kemampuan siswa dan guru,
dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keduanya.
Informasi ini mencakup apa yang telah dicapai, bagaimana
hasilnya, serta langkah-langkah yang perlu diambil untuk
perbaikan.
Proses pembelajaran dapat dirancang secara individual oleh
guru untuk mengakomodasi perbedaan siswa. Idealnya,
kegiatan pembelajaran untuk siswa yang memiliki tingkat
pemahaman yang berbeda harus disesuaikan, meskipun
tujuannya sama, karena setiap siswa memiliki karakteristik
unik. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman terhadap
berbagai pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran sangat
penting dan tidak dapat diabaikan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada akhir perjalanan penelusuran kami terhadap topik "Belajar
dan Pembelajaran," kami berhasil merangkum definisi dan konsep dasar
yang mendasarinya. Belajar diartikan sebagai suatu proses di mana
individu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman baru
melalui beragam aktivitas yang melibatkan interaksi dengan
lingkungannya. Sementara itu, pembelajaran merujuk pada upaya individu
untuk menggabungkan pengetahuan baru ini dalam pemahaman yang lebih
dalam dan dalam rangka meningkatkan kinerja serta kemampuan di
berbagai aspek kehidupan.
Berbagai teori pembelajaran yang telah kami telaah, seperti
behaviorisme, konstruktivisme, dan kognitivisme, memberikan wawasan
tentang beragam pendekatan dalam memahami bagaimana manusia
belajar. Meskipun pendekatan-pendekatan ini memiliki perbedaan dalam
penekanannya, semuanya memberikan kontribusi penting dalam
memperdalam pemahaman kita terhadap proses belajar dan pengajaran.
Dalam intinya, pembelajaran adalah tentang pengembangan individu, di
mana individu menggabungkan, menyesuaikan, dan menerapkan
pengetahuan baru dalam kehidupan sehari-hari mereka.

B. SARAN
Disarankan untuk tetap terbuka terhadap pengalaman baru dalam
kehidupan, aktif mencari peluang untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan, dan bijak dalam mengintegrasikan teknologi dalam proses
pembelajaran. Selain itu, dianjurkan untuk menjaga semangat
pembelajaran yang berkelanjutan, berkomitmen untuk terus
mengembangkan diri, dan mencari dukungan dari komunitas pembelajaran
yang dapat memberikan inspirasi dan dorongan positif. Terakhir, mari
hadapi dengan percaya diri setiap tantangan dalam proses pembelajaran,
karena sering kali itulah kesempatan terbaik untuk belajar dan tumbuh
secara mendalam.

Anda mungkin juga menyukai