PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
lain guru hanya mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik tanpa adanya
keaktifan dalam belajar dari peserta didiknya sendiri. Mungkin keberlakuan
metode ini hanya pada masa dulu itu saja, Seiring dengan perkembangan zaman,
metode ini tidak serta merta berlaku pada era global yang menuntut untuk lebih
aktif dan kreatif agar bisa bersaing didalam kancah dunia yang luas sekarang ini.
Akan tetapi pada kenyataannya banyak guru-guru yang masih menggunakan
metode ini dan juga terkadang guru yang sudah memahaminya pun tidak sedikit
melaksanakan metode ini juga dengan alasan tidak mau ribet dan pengen yang
simple aja yang penting materi tersampaikan. Maka, berangkat dari permasalahan
itu, disini penulis membuat makalah dengan tema “Menganalisis kelemahan
praktik pembelajaran di SD”
B. Rumusan masalah
1. Apakah ada kelemahan pada praktik pembelajaran di SD?
2. Bagaimana Kelemahan dalam praktik pembelajaran di SD?
C. Tujuan
1. Mengetahui apakah ada kelemahan yang terjadi pada praktik pembelajaran
di SD
2. Hal yang dapat mempengaruhi kelemahan praktik pembelajaran di SD
sehingga dapat memberikan solusi-solusi yang tepat terhadap
permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran tersebut
D. Manfaat
Memperluas pengetahuan penulis dan kepada pembaca mengenai
kelemahan-kelamahan yang terjadi pada praktik pembelajaran di SD, sehingga
dapat memberikan solusi yang baik untuk menyikapi permasalahan ini agar
pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan secara efektif dan sesuai, baik dari
segi tujuan pembelajaran maupun secara umum dari tujuan kurikulum itu
sendiri.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep belajar
Belajar merupakan proses yang dapat mempengaruhi individu melalui
stimulus yang diberikan kepadanya agar memiliki suatu pengetahuan dan
perubahan. Menurut sunarya (1997) (dalam Rusman, 2015 hlm. 113) belajar
dapat diartikan sebagai proses yang dilakukan oleh individu dengan tujuan
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil dari pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungan. Melalui sebuah
pengalaman, individu memperoleh sebuah pengetahuan dan aktualisasi
perilaku dan karakteristik sebagai hasil dari stimulus yang didapatkannya di
lingkungan, baik itu dilingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun
lingkungan sekitar atau sosial masyarakat. Stimulus yang didapatkannya
tergantung dari karakteristik lingkungannya itu seperti apa, sehingga dapat
merubah individu tersebut, apakah ia dapat menjadi baik atau tidak baik,
apakah ia menjadi individu yang rajin atau tidak dan sebagainya. Itu semua
tergantung dari lingkungannya. Sehingga terbentuklah kebiasaan-kebiasaan
individu yang mencerminkan respon terhadap stimulus yang diberikan
kepadanya. Kemudian pengertian belajar menurut (Wingkel, 1987) (dalam
Riyanto, 2010 hlm. 61) belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang
berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat adanya interaksi
antara individu dengan individu dengan lingkungan.
Seluruh aktivitas baik mental, fisik maupun psikis berlangsung secara
bersamaan dalam melakukan proses belajar, lalu hasil yang didapatkan
sebagai respon dapat terjadinya perbahan baik itu dari segi tingkah laku,
3
pengetahuan yang didapatkan akibat adanya interaksi antar individu yang di
stimulus oleh lingkungan. Belajar juga merupakan suatu aktivitas yang
dilakukan oleh individu agar ia memiliki bekal untuk masa depannya kelak
menjadi pribadi yang utuh. Melalui berbagai macam proses tentu banyak
sekali rintangan yang dihadapi selama ia melakukan proses belajar tersebut.
Mungkin pernah juga kita ketahui bahwa ada beberapa teori-teori belajar
menurut beberapa aliran yaitu Behavioristik, Kognitif, Humanistis, dan
Sibernetika.
a. Aliran Behavioristik
Teori behaviorisme mendefinisikan belajar adalah suatu perubahan
perilaku individu yang merupakan hasil dari suatu stimulus eksternal dan
respon dari suatu stimulus tersebut (Ansyar, 2015). Dalam teori
behaviorisme, individu atau anak tidak memiliki potensi dan kemampuan
apapun dari mulai lahirnya. Sehingga dibutuhkan stimulus stimulus yang
berasal baik dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat social
budaya, maupun di lingkungan sekolahnya agar ia memiliki potensi dan
kemampuannya. (Sukmadinata. 2016, hlm. 56)
b. Aliran Kognitif
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori yang tendensinya lebih
menekankan terhadap proses belajar individu itu sendiri. Karena belajar
itu tidak hanya merupakan sebuah stimulus dan respon saja, akan tetapi
dapat melibatkan kemampuan proses bepikir yang kompleks. Teori ini
juga berkaitan dengan teori sibernetik. (Riyanto, 2010 hlm. 9)
c. Aliran Teori Humanistis
Teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal
daripada belajar secara apa adanya, seperti yang kita amati dalam dunia
keseharian. (Riyanto, 2010 hlm. 17)
4
d. Aliran Sibernetika
Teori sibernetika merupakan teori belajar yang dianggap paling baru
yang berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Meurut
teori ini belajar adalah pengelolaan informasi. Sekilas dapat dilihat bahwa
teori ini memiliki kesamaan dengan teori kognitif yang lebih cenderung
terhadap proses. (Riyanto, 2010 hlm. 20)
B. Konsep Pembelajaran
5
guru baik pada dimensi penguasaan ilmu, kompetensi guru, keterampilan dan
perilaku yang dapat dipercaya.(Supriadi, 2009. P 28)
Terkadang disekolah selalu memiliki asumsi bahwa berhasil atau
tidaknya peserta didik dalam segi mata pelajarannya itu tergantung dari segi
guru yang mengajar. Guru lah yang berperan penting terhadap siswa yang
memiliki karakteristik berbeda-beda, kemampuan dari seorang guru itu tidak
hanya melihat satu dari semua siswanya yang ada dikelas karena terlihat
menonjol dari segi kognitifnya, melainkan seorang pendidik itu harus bisa
melihat keseluruhan peserta didiknya baik dalam segi aspek kognitif, aspek
psikologis, dan pada aspek belajarnya. Sehingga sebagai pendidik tentu harus
paham terhadap apa yang harus dilakukannya dalam merancang proses
pembelajaran dengan baik, sesuai dengan kemampuan dan karakteristik
peserta didik yang tidak terlepas dari beberapa aspek tersebut. Apalagi sebagai
guru sekolah dasar yang harus memiliki kompetensi yang lebih karena peran
guru sekolah dasar ini tidak seperti guru bidang studi pada umumnya, yaitu
cenderung pada guru kelas yang mengajar seluruh mata pelajaran umum
seperti Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, IPS dan PKN. Bagi guru kelas
sekolah dasar harus memiliki kompetensi dari semua mata pelajaran umum
tersebut. Tidak hanya itu, guru Sekolah Dasar juga harus bisa memahami
karakteristik peserta didik yang unik karena pada hakikatnya anak sekolah
dasar itu masih perlu bimbingan dan arahan sebab pada masa ini mereka
masih pada proses anak-anak dan remaja awal.
C. Metode pembelajaran
Proses pembelajaran pun perlu dilakukan dengan berbagai macam
metode, seorang pendidik atau guru sebaiknya tidak hanya menggunakan satu
metode dalam pembelajaran. Artinya, kebanyakan guru hanya memegang satu
metode dalam pembelajaran misalnya seorang guru dari awal pembelajaran
sampai dengan akhir proses tersebut hanya menggunakan metode ceramah.
Pada metode ini siswa menjadi kurang memberikan kesempatan untuk aktif
6
didalam proses belajar, gurunya saja yang menyampaikan informasi dan siswa
hanya menerima informasi secara pasif karena kurang memberikan
kesempatan untuk siswa menjadi aktif. Banyak praktisi pendidikan, terutama
guru, belum memahami esensi metode pembelajaran aktif (active learning ).
Mereka gampang terjebak pada unsur permukaan belaka, yakni aktivitas
fisik, padahal esensi active learning justru terdapat dalam proses mental
dalam memproduksi pengetahuan yang melibatkan knowledge, attitude,
danbehavior. (Kumara, 2004. P 64).
D. Media pembelajaran
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
Terkadang saya melihat guru baru datang ke sekolah ketika 1 jam pelajaran
sudah berlalu. Menurut saya ini dapat berpengaruh terhadap ketidak efektifan
proses pembelajaran sehingga dampaknya siswa akan melewati beberapa
waktu yang seharusnya ia gunakan untuk belajar. Dan mungkin targetan
pencapaian kompetensi siswa didalam sebuah rencana pelaksaan
pembelajaran akan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu
pula, ketika gurunya belum masuk ke kelas karena keterlambatannya,
menyebabkan siswa berkeliaran keluar masuk kelas dan keadaan dikelas
menjadi tidak kondusif. Sehingga akan mengganggu kefektifan
berlangsungnya kegiatan pembelajaran dikelas yang lain.
9
C. Dari segi Media pembelajaran
Kemudian dari segi penggunaan media pembelajaran, disini guru
jarang sekali menggunakan media ketika proses pembelajaran, bahkan saya
melihat di sebuah lemari yang berisi kumpulan kit yang digunakan untuk
praktikum siswa yang telah usang begitu saja. Mungkin entah baru sekali
dipakai atau sama sekali tidak, yang jelas saya perhatikan guru tidak
menggunakan media proses pembelajaran. Sehingga siswa hanya diberikan
materi pelajaran yang sifatnya masih abstrak. Tanpa adanya media maka
materi suatu pelajaran akan cenderung kurang dipahami oleh siswa jika guru
tidak memberikan contoh yang konkrit kepada siswanya, karena pada
dasarnya siswa SD itu perlu diajarkan melalui contoh yang dapat dilihat
langsung oleh mereka baik menggunakan media sederhana maupun
menggunakan beberapa alat teknologi yang ada di sekolah tersebut.
10
rumah (PR) yang harus dikerjakan siswa, tanpa adanya refleksi sebagai
kesimpulan dari pelajarn yang telah disampaikan. Seharusnya memang RPP
yang dibuat oleh guru itu benar-benar dilakukan dengan baik sesuai dengan
pedoman dan mereka buat. Terkadang guru membuat RPP yang sangat bagus,
akan tetapi pada pelaksanaan proses pembelajarannya tidak sesuai dengan
RPP yang ia buat, ataupun mungkin sebaliknya.
E. Solusi
Kemudian bagaimana solusi yang harus dilakukan? Menurut saya,
Solusi yang dilakukan permasalahan tadi adalah jika kita berperan sebagai
guru di sekolah tertentu, mungkin kita yang harus menjadi contoh yang baik
bagi siswa maupun bagi para guru-guru yang lainnya, yaitu dari segi
kedisiplinan. Kemudian apabila kita sudah mengetahui berbagai problematika
dalam proses pembelajaran serta kelemahannya didalam pembelajaran maka
harus bisa mengevaluasi diri sebagai pendidik. Apakah siswa sudah bisa
memahami konsep materi pelajaran yang disampaikan ataukah sebaliknya.
Sehingga harus adanya perubahan apabila terjadi kelemahan dalam proses
pembelajaran dengan cara membuat inovasi dalam pembelajarnnya. Inovasi
seperti apakah itu? Menurut saya tergantung dari guru itu sendiri akan
memberikan inovasi pembelajaran seperti apa dari materi apa. Misalnya
mungkin kita bisa menggunakan permainan edukatif yang relevan dengan
materi pelajaran sebagai alternatif agar siswa senang dalam belajar. Selain itu
juga perlunya motivasi yang kuat kepada guru itu sendiri agar ia mau
berinovasi dari segi cara mengajar dan mau berubah dari cara dulu mengajar
dengan asal mengajar saja tanpa melihat tanggung jawab sebagai pendidik.
Cara lama harus di tinggalkan, motivasi guru untuk melakukan inovasi harus
dikuatkan agar semua guru-guru di Indonesia bisa menciptakan peserta didik
yang produktif sebagai generasi emas bagi masa yang akan datang.
11
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Saya harap dengan disusunnya makalah ini merupakan tugas bagi saya sebagai
mahasiswa melalui beberapa pengalaman saya tersebut mengenai proses
pembelajaran serta kelemahan-kelemahan dalam praktiknya dapa menjadi bahan
evaluasi baik bagi saya pribadi maupun bagi pendidik pada umumnya. Gunakan cara-
cara baru didalam pembelajaran dalam artian sebagai pendidik atau guru harus berani
dalam berinovasi.
12