Anda di halaman 1dari 13

PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

A. Pendahuluan
Peranan guru sangat kompleks, berkembang sesuai dengan perkembangan
sejarah dan zaman, serta harapan masyarakat. Perubahan paradigma dan tata nilai pada
abad ke-18 dan 19, standar seorang guru lebih ditekankan pada kehidupan pribadi atau
moralnya daripada kemampuan profesionalnya.
Guru yang efektif merupakan pribadi yang berkualitas dan dapat membangun
hubungan yang baik dengan siswanya, memahami pengetahuan dasar tentang belajar
dan mengajar, dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, mempunyai
sikap dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan refleksi dan memecahkan
masalah, serta meyakinkan bahwa belajar merupakan proses sepanjang hidup. Selain itu
guru yang efektif dapat mengembangkan strategi, metode, dan keterampilannya untuk
mencapai keberhasilannya.
Secara konseptual pekerjaan guru meliputi tiga fungsi utama: (1) pemimpin, (2)
pengelola pembelajaran, dan (3) pengorganisasi. Sebagai pemimpin, diharapkan guru
dapat memainkan perannya di dalam kelas, seperti membuat perencanaan, memberi
motivasi, mengalokasikan waktu, memberikan penilaian, dan mencari serta memilih
sumber belajar yang sesuai. Pengelolaan pembelajaran, mengacu pada metoda dan
proses dilakukan guru ketika melaksanakan tugas mengajar sehari-hari. Pengorganisasi,
mengacu pada pekerjaan guru yang berhubungan dengan masyarakat, termasuk bekerja
dengan teman sejawat, orang tua, dan pimpinan sekolah.
Proses belajar mengajar mengandung kegiatan interaksi antara guru, siswa dan
komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif. Jadi belajar tidak
hanya merupakan suatu transfer pengetahuan saja dari guru kepada siswa tetapi siswa
diberi persoalan-persoalan yang membutuhkan pencarian, pengamatan, percobaan,
analisis, sintesis, perbandingan, pemikiran dan penyimpulan oleh siswa, agar siswa
menemukan sendiri jawaban terhadap suatu konsep atau teori. Bertolak dari
pembahasan tersebut dapat dilihat bahwa tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran di sekolah haruslah membelajarkan siswa bagaimana belajar. Tujuan
pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran ini mengandung makna untuk
meletakkan landasan bagi belajar seumur hidup. Tujuan ini harus tercapai kalau kita

ingin memenuhi tuntutan percepatan perubahan yang berlangsung terus-menerus. Pada


masa sekarang ini, bukanlah waktunya lagi bagi guru untuk menjadi orang pertamatama yang bertindak sebagai komunikator fakta-fakta, konsep, dan prinsip-prinsip yang
mantap. Adanya berbagai penemuan penelitian, menyebutkan fakta, konsep, prinsip
seringkali berumur semakin pendek. Oleh karena itu, tujuan pokok penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran di sekolah secara operasional adalah membelajarkan siswa agar
mampu memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi dirinya
sendiri. Bertolak dari hal ini, maka hal-hal pokok yang hendaknya menjadi pengalaman
siswa adalah berupa cara-cara penting untuk memproses dan memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang menjadi kebutuhannya.
Cain dan Evans (Rustaman, 2005) menyatakan bahwa sains mengandung empat
hal, yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap dan teknologi. Jika sains
mengandung keempat hal tersebut di atas, maka ketika belajar sainspun siswa perlu
mengalami keempat hal tersebut.
Dalam belajar sains siswa seharusnya tidak hanya belajar produk saja, tetapi
harus belajar tentang aspek proses, sikap dan teknologi agar siswa dapat benar-benar
memahami sains secara utuh. Namun seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa
pada kenyataannya, mengajar adalah transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Oleh
karena itu tidaklah mengherankan mengapa banyak guru mengajar dengan cara
ceramah, sebab bagi mereka sains adalah sekumpulan pengetahuan yang harus di
transfer kepada siswa.
Konstruktivisme telah mempengaruhi banyak studi tentang miskonsepsi dan
konsepsi alternatif dalam bidang sains dan saat ini dunia pendidikan sains telah
menunjukkan pergeseran yang lebih menekankan proses belajar mengajar dan metode
penelitian yang menitikberatkan konsep bahwa dalam belajar seseorang mengkonstruksi
pengetahuannya. Dalam pendidikan sains juga telah lama diusahakan agar partisipasi
siswa dalam membangun pengetahuannya telah ditekankan. Semua itu menunjukkan
bahwa pendidikan sains telah mengarah pada kontruktivisme.
Sains mengandung berbagai masalah yang kompleks dan abstrak. Bahkan
tingkatan SMA saja masih sangat memungkinkan mengalami kegagalan dalam
memahami konsep-konsep sains tanpa alat-alat yang konkret dan kesempatan untuk
melakukan manipulasi yang dilakukan di laboratorium (Lawson, 1975 dalam Afgani

2005). Proses belajar mengajar seyogianya lebih memusatkan perhatian kepada siswa
karena siswa merupakan komponen utama dalam pembelajaran. Jadi, dalam proses
belajar siswa bisa dikatakan sebagai yang memiliki kepentingan. Pada umumnya,
keberhasilan suatu proses belajar-mengajar dilihat dari kemampuan kognitif siswa
dengan menilai kemampuan mereka dalam menjawab soal-soal yang diberikan.
Penilaian ini hanya menilai pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini menghasilkan banyaknya
konsep yang harus dipelajari anak didik melalui pembelajaran, sedangkan guru tidak
mungkin lagi mengajarkan banyak konsep kepada siswa. Salah satu alternatif yang
dikembangkan

dalam

pembelajaran

yaitu

pembelajaran

dengan

pendekatan

keterampilan proses. Menurut Dimyari dan Mudjiono (1999) Pendekatan keterampilan


proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilanketerampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan
mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa.
Berdasarkan pandangan IPA sebagai proses dan uraian tentang kegiatan
pembelajaran di sekolah, timbul pertanyaan apakah yang bisa dilakukan untuk
mengidealkan kegiatan pembelajaran di sekolah? salah satu jawaban atas pertanyaan
tersebut adalah penerapan Pendekatan Keterampilan Proses.
Untuk memperoleh arahan yang jelas, mengenai substansi yang akan dibahas
dalam tulisan ini diajukan beberapa pertanyaan sebagai rumusan masalah, sebagai
berikut:
a. Bagaimana sains diajarkan dalam proses belajar mengajar di kelas?
b. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Keterampilan Proses?
c. Apa yang mendasari perlunya Pendekatan Keterampilan Proses?
d. Apa teori-teori yang mendasari Pendekatan Keterampilan Proses?
e. Jenis-jenis Keterampilan seperti apa yang termasuk ke dalam Keterampilan Proses?
f. Bagaimana peberapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam proses belajar
mengajar sains di sekolah?

B. Pembelajaran Sains dan Hasil Belajar


1. Pembelajaran Sains
Belajar merupakan kebutuhan pokok yang sangat mendasar bagi setiap individu,
karena dengan belajar individu mengalami suatu perubahan tingkah laku. Perubahan
tingkah laku ini dapat ditunjukkan seperti berubahnya tingkat pengetahuan yang
dimiliki. Keterampilan dan sikap serta perubahan aspek-aspek lainnya.
Pendidikan sains telah mengalami pergeseran yang lebih menekankan proses
belajar mengajar dan metode penelitian yang menitikberatkan konsep bahwa dalam
belajar seseorang mengkontribusi pengetahuannya. Dalam pendidikan sains juga telah
lama diusahakan agar partisipasi murid dalam membangun pengetahuannya lebih
ditekankan.
Menurut Bruner (Sagala, 2006) dalam proses belajar dapat dibedakan pada tiga
fase yaitu: (1) Informasi, dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang
menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan
memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita
ketahui sebelumnya. (2) Transformasi, informasi itu harus dianalisis, diubah atau
ditransformasi kedalam bentuk yang lebih abstrak, atau konseptual agar dapat
digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan;
dan (3) Evaluasi, kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh
dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Siswa membentuk sendiri pengetahuan mereka secara aktif melalui interaksi
dengan lingkungannya karena perkembangan konseptual merupakan hasil dari interaksi
antara konsep yang telah ada dengan pengalaman yang baru. Oleh sebab itu, suatu
pendekatan proses dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati
proses penemuan atau menyusun suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Dengan demikian suatu proses belajar tidak hanya merupakan transfer pengetahuan.

2. Hasil Belajar
Informasi yang paling penting dalam pembuatan keputusan tentang keberhasilan
proses belajar mengajar di kelas adalah hasil belajar, baik yang sifatnya pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap. Berkenaan dengan hasil belajar terdapat berbagai

pendapat. Di bawah ini dikemukakan pengertian hasil belajar menurut beberapa tokoh
pendidikan.
Mager (Rustaman, 2005) menyatakan bahwa hasil belajar seseorang siswa selalu
dinyatakan dalam terbentuknya tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar yang telah
dialami oleh siswa tersebut. Teori inilah yang dijadikan landasan oleh Bloom dalam
mengkategorikan tingkah laku tersebut menjadi tiga ranah (domain), yaitu ranah
kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap dan nilai) dan ranah psikomotor
(keterampilan motorik).
Menurut R.M. Gagne (Surya, 2004) mengemukakan bahwa hasil pembelajaran
ialah berupa kecakapan manusiawi (human capabilities) yang meliputi: (1) informasi
verbal, (2) kecakapan intelektual, yang terdiri dari (a) diskriminasi, (b) konsep konkrit,
(c) konsep abstrak, (d) aturan, dan (e) aturan yang lebih tinggi; (3) strategi kognitif, (4)
sikap, (5) kecakapan motorik.
Menurut Sudjana (1989) dalam Afgani (2005) keberhasilan dalam belajar
mengajar dapat diukur dari dua segi yaitu: segi proses belajar dan hasil belajar. Proses
belajar artinya keberhasilan pengajaran terletak dalam proses belajar dalam keberhasilan
belajar siswa, sedangkan hasil belajar siswa diperoleh sebagai akibat proses belajar.

C. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses


Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini menghasilkan banyaknya
konsep yang harus dipelajari anak didik melalui pembelajaran, sedangkan guru tidak
mungkin lagi mengajarkan banyak konsep kepada siswa. Salah satu alternatif yang
dikembangkan

dalam

pembelajaran

yaitu

pembelajaran

dengan

pendekatan

keterampilan proses.
R.B Sund (Suriaty, 1996) menyatakan bahwa Science is both a body of
knowledge and aprocesy, dilihat dari kalimat ini maka jelaslah bahwa yang dimaksud
sains (IPA) adalah kumpulan dari pengetahuan fakta, konsep, proses dan lain-lain. Dan
bagaimana proses untuk mendapatkan pengetahuan itu.
Berdasarkan pandangan IPA sebagai proses, dalam pembelajaran IPA saat ini
digunakan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai
wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan
fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya

ialah ada dalam diri siswa. Senada dengan hal tersebut, (Kurniati 2001: mengungkapkan
bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan yang memberi kesempatan
kepada siswa agar dapat menemukan fakta, membangun konsep-konsep, melalui
kegiatan dan atau pengalaman-pengalaman seperti ilmuwan. Dari dua pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses menekankan pada
penumbuhan dan pengembangan sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa
sehingga mampu memproses infromasi untuk memperoleh fakta, konsep, maupun
pengembangan konsep dan nilai.
Dari batasan-batasan Pendekatan Ketarampilan Proses tersebut, kita memperoleh
suatu gambaran bahwa Pendekatan Keterampilan Proses bukanlah tindakan intruksional
yang berada di luar kemampuan siswa. Pendekatan Keterampilan Proses justru
dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh
siswa.
1. Pendekatan Keterampilan Proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat
tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu
pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan.
2. Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa
bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan menceritakan atau
mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Di sisi yang lain, siswa merasa
bahagia sebab mereka aktif dan tidak menjadi pembelajar yang pasif.
3. Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat
siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus. (Funk, 1985 dalam
Dimyati, 1999)
Dari uraian di atas, maka dengan demikian unsur keterampilan proses, ilmu
pengetahuan, serta sikap dan nilai yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran yang
menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses, saling berinteraksi dan mempengaruhi
satu dengan yang lainnya. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses seperti telah
dikemukakan di atas, menunjukkan pada kita bahwa penerapan Pendekatan
Keterampilan Proses selalu menuntut adanya keterlibatan fisik maupun mentalintelektual siswa. Lebih dari pada itu, Pendekatan Keterampilan Proses tidak mungkin
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif (dahulu
kita mengenal dengan istilah CBSA). Pendekatan Keterampilan Proses berjalan secara

optimal apabila kadar keterlibatan aktifitas siswa berlangsung dalam yang tinggi dan
sebaliknya. Dengan kata lain, Pendekatan Keterampilan Proses berinteraksi secara
timbal balik dengan penerapan metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif
(CBSA?).

D. Teori-Teori Belajar yang Mendukung Pendekatan Keterampilan Proses


Keterampilan proses merupakan asimilasi dari berbagai keterampilan intelektual
yang

dapat

diterapkan

mengemukakan

bahwa

pada

proses

kemampuan

pembelajaran.
berpikir

anak

Piaget
akan

(Duherti,
berkembang

2003)
bila

dikomunikasikan secara jelas dan cermat yang dapat disajikan berupa grafik, diagram,
tabel, gambar atau bahasan isyarat lainnya.
Brunner (Hendrik, 2000) mengemukakan bahwa dalam pengajaran dengan
pendekatan keterampilan proses penemuan anak akan menggunakan pikirannya untuk
melakukan berbagai konsep atau prinsip. Dalam proses penemuan (discovery) anak
melakukan operasi mental berupa pengukuran, prediksi, pengamatan, inferensi, dan
pengelompokkan. Operasi mental yang menyangkut keterampilan intelektual tersebut
dapat mengembangkan kemampuan anak dalam membentuk pengetahuan, anak akan
mengetahui lingkungan dengan bekal konsep atau pengetahuan (prior knowledge) yang
telah ada. Jika objek yang diamati dengan konsep prior tadi, maka pengetahuan anak
akan bertambah. Pada hekekatnya hasil kegiatan pengamatan itu menyebabkan
meningkatnya pengetahuan si anak. Oleh sebab itu proses mental di atas digunakan
sebagai dasar bagi pengembangan keterampilan proses sains untuk menemukan konsep
dan prinsip. Kemudian Bruner (Hendrik, 2000) menyatakan jika seseorang individu
belajar dan mengembangkan pikirannya, maka sebenarnya ia telah menggunakan
potensi intelektual untuk berfikir dan ia setuju bahwa melalui sarana keterampilanketerampilan proses sains anak akan dapat didorong secara internal membentuk
intelektual secara benar.
Ausubel (Dahar, 1996) berpendapat jika anak belajar dengan perolehan
informasi melalui penemuan, maka belajar ini menjadi belajar yang bermakna. Hal ini
termasuk apabila informasi yang diperolehnya dapat berkaitan dengan konsep atau
infromasi yang sudah ada padanya.

Dari tiga pakar di atas menurut Hendrik (2000) dapatlah ditarik kesimpulan yang
menghubungkan ketiganya dalam suatu bentuk dukungan terhadap penggunaan
keterampilan proses sains yaitu adanya kemampuan dan tahap intelektual serta
pandangan belajar terhadap perkembangan pengetahuan anak, maka cara belajar anak
dengan mengembangkan berbagai aspek discovery akan menyebabkan hasil belajar
yang bermakna. Hal tersebut dapat terjadi jika dikembangkan proses belajar mengajar
dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses.

E. Hal-hal yang Mendasari Pembelajaran dengan Menggunakan PKP


Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam kegiatan pembelajaran
didasarkan pada hal-hal berikut:
1. Percepatan Perubahan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Percepatan perubahan IPTEK ini, tidak memungkinkan bagi guru bertindak sebagai
satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teori-teori. Untuk mengatasi
hal-hal ini perlu pengembangan keterampilan memperoleh dan memproses semua
fakta, konsep, dan prinsip pada siri siswa.
2. Pengalaman intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil
belajar yang optimal.
Ini berarti kegaitan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan kepada siswa
memperlihatkan unjuk-kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua
fakta, konsep, dan prinsip sangat dibutuhkan.
3. Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ilmu.
Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara pemprosesan dan
pemerolehan kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan. Hal ini akan
mengarahkan siswa pada kesadaran keterbatasan manusiawi dan keunggulan
manusiawi, apabila dibandingkan dengan keterbatasan dan keunggulan ilmu
pengetahuan dan teknologi

H. Penerapan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran


Penerapan Keterampilan Proses dalam pembelajaran bukan meruapakan hal
yang mengada-ada, akan tetapi merupakan hal yang wajar dan harus dilaksanakan oleh
setiap guru dalam pembelajarannya. Untuk dapat menerapkan Pembelajaran
Keterampilan Proses dalam pemeblajaran, kita perlu mempertimbangkan dan
memperhatikan karakteristik siswa dan karakteristik mata pelajaran/bidang studi. Selain
itu, kita perlu menyadari bahwa dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat terjadi
pengembangan lebih dari satu macam keterampilan proses.
Untuk keterampilan dasar yakni mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi,
mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan pengembangannya tidak berhenti
hanya jenjang sekolah dasar.
Dalam pembelajaran sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) maupun sekolah
menengah atas (SMA) atau sekolah menengah kejuruan (SMK), penerapan
pengembangan keterampilan proses tetap dilakukan. Penerapan keterampilan dasar
Pendekatan Keterampilan Proses pada semua jenjang pendidikan diperlukan untuk
mendukung penerapan keterampilan terintegrasi PKP.
Cony Semiawa, et.al, (1986) dalam bukunya Pendekatan Keterampilan Proses,
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan suatu pengajaran.
Menurutnya dalam merencanakan suatu pembelajaran harus dipikirkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Siswa sebagai orang yang terlibat dalam situasi belajar mengajar.
2. Waktu yang akan digunakan dalam pengajaran.
3. Urutkan bagaimana materi akan dibahas.
4. Rangkaian perkembangan bagaimana proses berpikir dan jenis keterampilan yang
akan ditumbuhkan pada siswa.
5. Alat peraga yang akan digunakan, dan
6. Penilaian pelajran yang diberikan
Dalam perencanaan pengajaran tentu harus tergambar juga teknik pelaksanaan
yang dilakukan guru, juga penilaian keseluruhan juga teknik pelaksanaan yang
dilakukan guru, juga penilaian keseluruhan yang meliputi penilaian prestasi
(acchievement) dan penilaian perbuatan (kemampuan/keterampilan serta sikap dalam

melakukan tugas). Secara praktis dapat dilakukan langkah-langkah untuk menyusun


perencanaan pengajaran sebagai berikut:
1. Lihat kurikulum, dalam hal ini standar kompetensi dan kompetensi dasar, pokok
bahasan dan indikator pencapaiannya, kelas, semester, dan waktu pengajaran.
2. Jabarkan kompetensi dasar dan standar konpetensi ke dalam indikator-indikator
keberhasilan/capaian.
3. Usahakan agar setiap indikator pencapaian tersebut dapat diukur dengan cara
membuat rencana penilaian berupa bentuk soal atau bentuk lainnya.
4. Tentukan pendekatan dengan metode yang akan dipilih.
5. Carilah sebanyak mungkin sumber untuk memperkaya pemberian pengalaman
belajar serta tentukan alat dan bahan pelajaran yang akan digunakan untuk
mengajar.
6. Buatlah gambaran teknik pelaksanaan bisa dalam bentuk Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang mudah dipahami dan dipelajari.

I. Pengukuran Keterampilan Proses


Pengukuran keterampilan proses memiliki karakteriktik umum dan khusus
sebagaimana yang dikemukakan oleh Rustaman, et al. (2001) yaitu:
1. Karakteristik Umum
Pembahasan pokok uji pada karakteristik umum lebih ditunjukkan untuk
membedakan dengan pokok uji biasa yang mengukur penguasaan konsep. Karakteristik
pokok uji tersebut yaitu:
a. Pokok uji tidak boleh dibebani konsep (non concept burdan). Hal ini diupayakan
agar pokok uji tersebut tidak rancu dengan pengukuran penguasaan konsepnya.
Konsep dijadikan konteks. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh penyusun dan
pokok uji sudah tidak asing lagi bagi siswa (dekat dengan keadaan sehari-hari
siswa).
b. Pokok uji keterampilan proses mengandung sejumlah informasi yang harus diolah
oleh responden atau siswa. Infromasi pokok uji dalam keterampilan proses dapat
berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian atau objek aslinya.

10

c. Seperti pokok uji pada umumnya aspek yang akan diukur oleh pokok uji
keterampilan proses harus jelas dan hanya mengandung satu aspek saja, misalnya
interpretasi.
d. Sebaiknya ditampilkan gambar untuk membantu menghadirkan objek.

2. Karakteristik Khusus
Pada karakteristik khusus ini jenis keterampilan proses tertentu dibahas dan
dibandingkan satu sama lain sehingga jelas perbedaannya. Karakteristik tersebut antara
lain:
a. Observasi: harus dari objek atau peristiwa yang sesungguhnya.
b. Interpretasi: harus menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola.
c. Klasifikasi: harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan perbedaan, atau
diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokkkan atau ditentukan
jumlah kelompok yang harus terbentuk.
d. Prediksi: harus jelas pola atau kecenderungan untuk dapat mengajukan dugaan atau
ramalan.
e. Berkomunikasi: harus ada satu bentuk pernyataan tertentu untuk diubah ke bentuk
penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan, atau tabel ke bentuk
grafik.
f. Berhipotesis: harus dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau
menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan dua variabel atau lebih,
biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau membuktikan
g. Merencanakan Percobaan atau Penyelidikan: harus memberi kesempatan untuk
mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan
prosedur yang harus ditempuh, menentukan peubah (variabel), mengendalikan
variabel.
h. Menerapkan Konsep atau Prinsip: harus memuat konsep/prinsip yang akan
diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya.
i. Mengajukan Pertanyaan: harus memunculkan sesuatu yang mengherankan,
mustahil, tidak biasa atau kontradiktif agar responden/siswa termotivasi untuk
bertanya.

11

Berdasarkan pernyataan di atas, maka untuk mengukur keterampilan proses IPA


yang dimiliki siswa dapat dilakukan dengan bentuk tes tertulis, lisan dan observasi.
Keterampilan proses IPA bukanlah keterampilan tangan dengan menggunakan alat-alat
melainkan keterampilan berpikir proses dengan menggunakan proses-proses IPA. Oleh
karena itu pokok ujinyapun dapat berbentuk tes tertulis walaupun seringkali diperlukan
alat untuk melengkapi pokok uji tersebut (Darliana, 1990 dalam Duherti, 2000).

J. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang diajukan dan uraian pembahasan
yang telah dikemukakan di atas, maka dapat kami simpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Sesuai dengan karakteristik dan sifat-sifat serta hakikat sains, maka penerapan
pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran sains adalah sebagai upaya
agar siswa mampu belajar tentang sains secara bermakna.
2. Berdasarkan beberapa pernyataan diatas tentang karakteristik dan jenis-jenis dapat
disimpulkan bahwa keterampilan proses IPA merupakan aspek-aspek kegiatan
intelektual yang biasa dilakukan oleh seorang ilmuwan dalam menyelesaikan
masalah dan menemukan produk IPA yang berupa fakta, konsep dan pengembangan
sikap dan nilai.
3. Yang

mendasari

perlunya

penerapan

pembelajaran

dengan

menggunakan

keterampilan proses diantaranya adalah: 1) Percepatan IPTEK, 2) Pengalaman


intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang
optimal, 3) Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi
kebenaran ilmu.
4. Beberapa teori yang mendukung atau yang mendasari diantaranya Piaget, Bruner,
dan Ausubel tentang pembelajaran bermakna.
5. Terdapat dua jenis keterampilan dalam PKP yakni: keterampilan dasar dan
keterampilan terintegrasi.
6. Pendekatan Keterampilan Proses sangat sesuai diterapkan dalam proses belajar
mengajar di sekolah.

12

Referensi
Funk, James H. Dkk. 1985. Learning Science Process Skills. Lowa: Kanada/Hunt
Publishing Company.
Hendrik, Putrolo S. (2000). Pembelajaran Konsep Struktur Tumbuhan dengan
Menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Melalui Kegiatan Laboratorium. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak
diterbitkan.
Kurniati, Tuti. (2001). Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis PPs UPI. Bandung:
Tidak diterbitkan.
Ratna, W.D. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Rostina, S. (2000). Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa dalam pembelajaran Zat
Aditif pada Zat Makanan dengan Metode Praktikum. Tesis PPs UPI. Bandung:
Tidak diterbitkan.
Rustaman, Nuryani. Dkk. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang:
Universitas Negeri Malang (UM Press).
Semiawan, C. Dkk. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.

13

Anda mungkin juga menyukai