BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, yang satu dengan
Menurut Carin dan Sund (dalam Irwandi, 2010) secara keilmuan, Fisika
(IPA) terdiri dari dimensi proses ilmiah, produk ilmiah dan sikap ilmiah. Proses
antara lain mencakup sikap jujur, objektif, terbuka, tidak mudah percaya dan rasa
ingin tahu. Melalui prosedur ilmiah dan dilandasi sikap ilmiah, akan dihasilkan
siswa untuk belajar dan memberikan pelajaran tentang bagimana siswa untuk
belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang
1
2
Diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh
seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses interaksi antara dua atau
memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif
proposisi suatu bidang studi apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi dan
lain-lain. Peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari dua suatu bidang studi.
Dengan menggunakan peta konsep siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas
Selatan tahun ajaran 2020/2021 penulis menemukan adanya tindakan guru yang
cenderung lebih aktif dari pada siswa hal ini dibuktikan dengan rendahnya nilai
rata-rata hasil ulangan semester kelas XI ATP dalam pembelajaran Fisika masih
relatif rendah yaitu dibawah 7,00. Rendahnya hasil belajar Fisika tersebut salah
pembelajaran.
peneliti menerapkan metode yang menciptakan siswa berfikir sendiri atau secara
yang akan di teliti adalah penerapan metode Diskusi melalui peta konsep untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa SMKN 2 Bengkulu Selatan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
konsep.
D. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar
pembelajaran, maka guru akan lebih baik dalam menyampaikan suatu materi
sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Ada dua faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu metode
pembelajaran. Ibrahim & Syaodih (2003: 108) menjelaskannya sebagai berikut: 1)
Kesesuaian dengan tujuan instruksional Setiap metode pembelajaran memiliki
kekuatan dan kelemahan. Namun metode pembelajaran apapun yang digunakan
harus jelas tujuan yang dicapai, baik tujuan instruksional khusus maupun tujuan
instruksional umum.Mengingat setiap program pengajaran memiliki berbagai
tujuan instruksional yang berbeda, sebaiknya digunakan kombinasi berbagi
metode mengajar yang relevan, yang akan membuat proses belajar lebih hidup,
aktif, dan bermakna. 2) Keterlaksanaan dilihat dari waktu dan sarana Dalam
memilih metode pembelajaran juga perlu dipertimbangkan waktu dan sarana yang
tersedia. Sebagai contoh metode karyawisata tidak bisa dilakukan setiap hari.
Dalam memilih metode pengajaran hendaknya diupayakan pula agar dapat
terwujud proses belajar-mengajar yang menantang dan bermakna serta banyak
melibatkan keaktifan siswa.
2.3 Minat
& Syaodih (2003: 26-27) setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-
sendiri. Bahan ajar dan cara penyampaian disesuaiakan dengan minat dan
kebutuhan tersebut. Walaupun hampir tidak mungkin menyesuaiakan pengajaran
dengan minat dan kebutuhan setiap siswa, namun sedapat mungkin hal tersebut
harus dipenuhi. Pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab
keduanya akan menjadi penyebab timbulnya perhatian.
Yamin (2009: 86) menyatakan hasil belajar dapat diukur dalam bentuk
perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk mengungkap hasil belajar
pada ketiga ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor), diperlukan indikator-
indikator sebagai penunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih prestasi pada
tingkat tertentu.Pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai
indikator-indikator prestasi belajar sangat diperlukan ketika seseorang perlu untuk
menggunakan alat dan kiat evaluasi. Dalam penelitian ini, peningkatan hasil
belajar siswa lebih menitikberatkan pada penilaian kognitif. Menurut Bloom
sebagaimana dikutip oleh Phopam & Baker (2005: 29-30) penilian kognitif
memiliki enam taraf, yaitu:
1. Pengetahuan
Pengetahuan mencakup ingatan tantang sesuatu yang khusus dan umum,
tentang metode dan proses, dan tentang pola struktur.
2. Pemahaman
Taraf ini mencakup bentuk pengertian yang paling rendah. Taraf ini
berhubungan dengan pemahaman yang menunjukkan bahwa siswa mengetahui
apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat menggunakan bahan pengetahuan
tanpa perlu menghubungkannya dengan yang lain.
9
3. Aplikasi
Aplikasi mencakup digunakannya abstraksi dalam situasi yang khusus atau
konkret.Abstraksi yang diterapkan dapat berbentuk prosedur, gagasan umum,
atau metode yang digeneralisasikan.Dapat juga berupa ide, prinsip-prinsip
teknis, atau teori-teori yang harus diingat dan diterapkan.
4. Analisis
Analisis mencakup penguraian suatu ide ke dalam unsur-unsur pokoknya
sehingga menjadi lebih jelas.Analisis digunakan untuk memperjelas suatu ide
dan menunjukkan bagaimana ide tersebut disusun.
5. Sintesis
Sintesis mencakup kemampuan menyatakan unsur-unsur atau bagian-bagian
sehingga menjadi sebuah kesatuan.Sintesis ini adalah kegiatan menghubungkan
potongan-potongan dan menyusunnya sehingga terbentuklah pola atau struktur
yang sebelumnya belum tampak jelas.
6. Evaluasi
Evaluasi menyangkut penilaian bahan dan metode untuk mencapai tujuan
tertentu.Penilaian kuantutatif dan kualitatif diadakan untuk melihat sejauh
mana bahan dan metode memenuhi kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan
ditentukan oleh siswa sendiri, maupun oleh orang lain. Taraf-taraf di atas
digunakan oleh penulis sebagai dasar membuat instrumen tes untuk mengukur
seberapa besar kemampuan kognitif siswa pada pembelajaran fisika.
dalam satu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang sesuatu masalah atau
didik dan peserta didik atau peserta didik dengan guru untuk menganalisis,
tertentu.
2. Unsur-unsur Diskusi
a) Moderator
diskusi.
c) Notulis
d) Peserta
4) Waktu dan tempat diskusi harus tepat, sehingga tidak akan berlarut-larut.
b. Pelaksanaan diskusi
belajar.
pelajarannya masing-masing.
sikap ilmiah.
(Suryosubroto, 1997)
b. Siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan, karena hal itu perlu
(Roestiyah, 2012)
dalam dua dimensi”. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau
materi pelajaran disajikan kepada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Di-
mensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu
pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif adalah fakta-fakta, konsep-
konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa
baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam ben-
tuk final, maupun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa
me-nemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada
terhubungkannya antar konsep yang sedang dipelajari, belajar meliputi dua jenis,
atau konsep baru yang diperoleh segera dikaitkan dengan konsep-konsep yang
sudah ada dalam struktur kognitif mahasiswa. Hasil paduan ini ada-lah informasi
atau konsep baru. Hasil belajar bermakna adalah informasi yang te-lah dipelajari
“Peta konsep adalah suatu alat yang digunakan untuk menyatakan hubu-
oleh kata-kata dalam suatu unit semantik” (Dahar, 1989:122). Dalam bentuknya
yang paling sederhana, suatu peta konsep hanya terdiri atas dua konsep yang
Dalam peta konsep dapat diamati bagaimana konsep yang satu berkaitan dengan
konsep yang lain. Menurut Ausubel (1968) dalam Dahar (1989:123) belajar
bermakna lebih mudah berlangsung apabila konsep baru yang lebih khusus
dikaitkan dengan kon-sep lama yang lebih umum yang sudah ada dalam struktur
kognitif siswa.
Dalam peta konsep, tidak semua konsep memiliki bobot yang sama. Ini
berarti, bahwa ada beberapa konsep yang lebih inklusif daripada konsep-konsep
yang lain. Konsep yang paling inklusif (konsep fokus atau konsep utama) terletak
sama, oleh orang lain menghasilkan peta konsep yang berbeda, sebab untuk orang
15
itu kaitan konsep yang demikinlah yang bermakna. Setiap peta konsep memperli-
hatkan kaitan-kaitan konsep yang bermakna bagi orang yang menyusunnya. Di si-
nilah kita lihat perbedaan-perbedaan individual yang ada pada mahasiswa. De-
ngan kata lain hubungan antara konsep-konsep bagi seseorang itu adalah idiosin-
kratik. Ini berarti bahwa kebermaknaan konsep-konsep itu khas bagi setiap orang
(Dahar. RW:1989), sehingga peta konsep yang dibuat oleh masing- masing orang
akan berbeda.
konsep.Contoh: ekosistem
adanya motivasi sebagai daya penggerak untuk menjadi aktif. Soetomo (1993)
tindakan yang mana tujuan yang akan dicapai berada dalam dirinya sendiri
(motivasi dalam diri) sedangkan metode ekstrinsik adalah dorongan yang datang
dari luar individu. Nasution (1995) mengemukakan bahwa hasil belajar banyak di
16
tentukan oleh motivasi makin tepat memberikan motivasi yang diberikan makin
9. Hasil Belajar
kepribadian yang menyatakan diri sebagai polabaru dari reaksi yang berupa
yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Pada umumnya semula
siswa dalam menyadari pentingnya belajar, berkat informasi dari guru tentang
sasaran belajar, maka siswa mengetahui apa arti bahan belajar baginya.
pemahaman dan kematangan anak, apakah siswa merasa tertarik dan ada
dorongan untuk mempelajari materi yang disampaikan. Atas dasar itulah maka
guru dalam proses belajar mengajar harus mengenal anak, sehingga di harapkan
dalam proses mengajar guru melihat faktor muridlah sebagai pusat perhatianya
(Soetomo, 1993).
metode pembelajaran efeksif, hal ini penting terutama untuk merupakan nilai
Impuls benda didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya dengan selang
waktu ( t) gaya itu bekerja pada benda. “Gaya yang bekerja biasanya sangt besar
dan bekerja pada waktu yang sangat singkat” (Tipler, 1998:242). Impuls temasuk
besaran vektor yang arahnya sama dengan arah gaya. Untuk menghitung besar
impuls dalam satu arah dapat menggunakan persamaan berikut: I = F t (2.2)
Tumbukan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI ATP SMKN 2 Bengkulu
Selatan.
1. Lembar Observasi
berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah
adalah aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dengan metode
diskusi. Lembar observasi siswa digunakan untuk melihat aktivitas siswa saat
20
21
2. Lembaran Tes
belajar mengajar berlangsung, tes ini berguna untuk mengetahui hasil belajar
1. Siklus I
a. Perencanaan
b. Tindakan
c. Observasi
dilakukan observasi terhadap aktivitas guru maupun siswa oleh dua orang
observer.
Katagori Nilai
No Aspek yang diamati
B (3) C (2) K (1)
1. Guru membuka pelajaran dengan salam
dan mengabsensi siswa
2. Guru menyampaikan tujuan, indikator
dan memotivasi siswa
3. Guru menjelaskan materi pembelajaran
yang akan dipelajari
4. Guru membuat struktur kelompok
(pimpinan, sekretaris dan anggota)
5. Guru membagikan Lembar Diskusi
Siswa (LDS)
6. Guru membimbing siswa untuk
mengerjakan LDS melalui peta konsep
7. Guru mencatat ide-ide atau saran-saran
yang penting
8. Guru membimbing siswa untuk
mempresentasikan hasil diskusi
kelompok
9. Guru memberikan evaluasi berupa tes
tertulis
23
Katagori Nilai
No Aspek yang diamati
B (3) C (2) K (1)
1. Siswa mendengarkan dengan baik
indikator yang disampaikan oleh guru
2. Siswa mendengarkan dengan baik
gambaran umum materi yang
disampaikan oleh guru
3. Siswa membuat kelompok dengan
struktur adanya ketua, sekretaris dan
anggota.
4. Siswa mengerjakan dan mendiskusikan
LDS melalui peta konsep
5. Siswa mencatat ide-ide dan saran-saran
yang penting
6. Siswa menyiapkan laporan hasil diskusi
7. Siswa melakukan presentasi kelompok
8. Siswa menyimpulkan bahan pelajaran
9. Siswa mengerjakan tes yang diberikan
Keterangan :
B (3) : Baik
C (2) : Cukup
K (1) : Kurang
d. Refleksi
Hal yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan dan dianalisa pada
tahap ini, begitu juga dengan hasil evaluasinya. Dari hasil analisa pada siklus I ini
yang berupa kelemahan dan kekurangan akan diperbaiki pada siklus berikutnya
2. Siklus II
a. Perencanaan tindakan
b. Pelaksanaan tindakan
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh dua orang observer yang bertugas untuk mengamati
d. Refleksi
E. Analisis Data
digunakan baik (B), cukup (C), dan kurang (K). Dengan memberikan tanda
25
conteng pada lembar observasi guru dan siswa untuk setiap aspek yang diamati
Tabel 3.3.Skor pengamatan setiap aspek yang diamati pada lembar observasi guru
dan siswa.
Kriteria Skor
Baik (B) 3
Cukup (C) 2
Kurang (K) 1
Untuk menghitung nilai rata-rata aktifitas guru dapat dihitung dengan cara
∑ p 1+∑ p 2
X=
2
Keterangan :
X = Nilai rata-rata
skor maksimum yang mungkin adalah 27 dan skor minimum yang mungkin
Interval Kategori
9-14 Kurang
15-20 Cukup
21-27 Baik
Untuk menghitung nilai rata-rata aktifitas siswa dapat dihitung dengan cara
∑ p 1+∑ p 2
X=
2
Keterangan :
X = Nilai rata-rata
skor maksimum yang mungkin adalah 27 dan skor minimum yang mungkin
Interval Kategori
9-14 Kurang
15-20 Cukup
21-27 Baik
(Diantika, 2011)
27
a. Rata-rata
rata adalah :
∑X
X=
N
Keterangan :
X : Rata-rata nilai
∑x : Jumlah nilai
N : Jumlah siswa
(Sudjana, 2006)
apabila 85% siswa mendapat nilai 7,0 ke atas. Ketuntasan belajar klasikal,
Ns
Presentase ketuntasan belajar klasikal (KB) = x 100%
N
Keterangan :
N : Jumlah siswa
BAB IV
A. Hasil
dengan metode diskusi melalui peta konsep untuk meningkatkan aktivitas dan
dilakukan melalui 2 siklus,data tes awal dan tes akhir pada siklus I dan II di
siklus I yang diamati oleh dua orang observer dapat dilihat pada tabel 4.1
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata aktivitas guru pada
siklus I adalah 22.Artinya aktivitas guru selama mengajar secara umum sudah
baik, namun pada lembar observasi yang diisi oleh observer masih ditemukan
aspek yang belum terlaksana dengan baik yaitu guru kurang menyampaikan
28
tujuan, indikator pembelajaran dan memotivasi siswa.
29
siklus I yang diamati oleh dua orang observer dapat dilihat pada tabel 4.2
siswa adalah 22,5 dengan kriteria baik. Kekurangan siswa pada Siklus I adalah
masih ada siswa yang tidak mengerjakan LDS melalui peta konsep dan siswa
Pada proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I ada yang kurang
terlaksana. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan pada siklus II.
3) Masih ada siswa yang tidak mengerjakan LDS melalui peta konsep
Dari hasil observasi aktivitas guru pada siklus II pengamatan aktivitas guru
dapat dilihat pada lampiran 13.a dan 13.b. Data observasi aktivitas guru dapat
Total skor yang didapat dari hasil observasi terhadap aktivitas guru yang
dilakukan oleh dua orang observer pada siklus II yaitu dengan rata-rata skor 24
baik, terlihat pada tabel data observasi siswa bahwa rata-rata skor yang diperoleh
pada siklus II sudah tergolong baik dan aspek-aspek yang diperbaiki juga berjalan
dengan baik.
Tabel 4.7.Peningkatan hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus I
B. Pembahasan
metode diskusi pada pokok bahasan momentum dan impuls. Ternyata dapat
meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas XI ATP SMKN 2
aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7. Metode
semua siswa secara langsung dalam proses belajar, setiap siswa dapat menguji
akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri serta dapat
Berdasarkan hasil observasi guru pada lembar observasi guru pada siklus I
dengan rata-rata skor yaitu 22 dengan kriteria baik.Karena guru memiliki peranan
33
yang sangat penting untuk menjadi seorang sumber belajar bagi siswa dan guru
harus menguasai materi pelajaran yang disampaikan.Selain itu, seorang guru juga
peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting.Peran
bisa menilai baik atau tidaknya seorang guru hanya dari penguasaan materi
bagi anak didiknya. Apapun yang ditanyakan siswa berkaitan dengan materi
keyakinan. Sebaliknya dikatakan guru yang kurang baik manakala ia tidak paham
sambil membaca, suaranya lemah, tidak berani melakukan kontak mata dengan
siswa, miskin dengan ilustrasi, dan lain-lain. Perilaku guru yang demikian bisa
menyebabkan hilangnya kepercayaan pada diri siswa, sehingga guru akan sulit
mengendalikan kelas.
sampaikan, yaitu momentum dan impuls. Guru juga harus optimal dalam
membimbing siswa melaksanakan metode diskusi, karena masih ada siswa yang
skor 22,5 dengan kriteria baik.Pada siklus I ini masih ada siswa yang kurang tertib
dalam melaksanakan metode diskusi, sehingga hanya sebagian siswa saja yang
melaksanakan metode ini dengan tertib.Oleh sebab itu, guru harus lebih optimal
Siswa kurang tertib saat guru membimbing siswa untuk membuat laporan
hasil diskusi kelompok. Karena siswa kurang paham tentang cara menarik
kesimpulan dari subtopik yang didiskusikannya. Hal ini disebabkan oleh kurang
Berdasarkan hasil tes yang diperoleh siswa pada siklus I dapat disimpulkan
bahwa hasil belajarnya belum mencapai ketuntasan karena hanya 15 dari 24 siswa
yang memperoleh nilai 70 ke atas dan rata-rata nilai siswa adalah 69,16 dengan
ketuntasan belajar klasikalnya yaitu 62 % belum tuntas. Hal ini sesuai dengan
secara klasikal 85% dari jumlah siswa di kelas tersebut yang telah mendapat nilai
70 ke atas.
pemahaman yang sama dalam suatu keputusan atau kesimpulan. Sehingga siswa
dapat melakukan diskusi terhadap masalah yang diberikan oleh guru pada Lembar
Pada lembar observasi aktivitas guru siklus II diperoleh rata-rata skor dalah
24 dengan kriteria baik dan terjadi peningkatan dari siklus I. Pada siklus II ini
sudah tergolong kriteria baik. Karena guru telah menjelaskan tujuan dan indikator
pelajaran serta memberikan motivasi kepada siswa dan membimbing siswa untuk
Selain itu guru juga sudah dengan baik membimbing siswa dalam
melakukan metode diskusi ini.Dan guru juga telah dengan baik membimbing
nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap
peningkatan dengan rata-rata skor yaitu 24 dengan kriteria baik, dimana terjadi
peningkatan dari siklus I. Pada sisklus II aktivitas siswa tergolong baik karena
Dari hasil tes yang diperoleh pada siklus II diperoleh nilai rata-rata siswa
yaitu 77,5 dengan presentase ketuntasan belajarnya adalah 87,5% dengan kategori
36
tuntas. Suatu kelas dianggap tuntas bila 85% siswa di kelas tersebut memperoleh
pada siklus I dengan rata-rata skor 22 dengan kriteria baik meningkat pada siklus
II dengan rata-rata skor 24 dengan kriteria baik. Hasil observasi terhadap siswa
pada siklus I dengan rata-rata skor 22,5 dengan criteria baik, rata-rata skor
meningkat menjadi 24 pada siklus II dengan kriteria baik. Serta hasil tes pada
siklus I nilai rata-rata siswa 69,16 dengan ketuntasan belajar mencapai 62%
dengan ktiteria belum tuntas dan meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata
siswa 77,5 dan ketuntasan belajarnya mencapai 87,5% dengan kriteria tuntas.
37
BAB V
A. Kesimpulan
Dari penerapan metode diskusi melalui peta konsep yang telah dilakukan
terhadap aktivitas guru adalah 22 dengan kriteria baik. Sedangkan pada siklus
II, rata-rata skor observasi meningkat menjadi 24 dengan kriteria baik. Rata-
rata skor siswa pada siklus I adalah 22,5 dengan kriteria baik, meningkat
klasikal pada siklus I adalah 62% dengan kriteria tidak tuntas dan meningkat
37
38
B. Saran
1. Guru harus lebih mengerti dan memahami terlebih dahulu mengenai metode
diskusi dan peta konsep yang harus dilakukan pada saat proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta