Rusni
ABSTRAK
Berdasarkan hasil tanya jawab seputar masalah siswa dengan guru yang telah lama
mengajar matematika di SMP Negeri 1 Peudawa, siswa Kelas IX mempunyai
masalah pemahaman yang kurang dalam belajar biologi sehingga hasil belajar tidak
sesuai dengan yang diharapankan guru. Hal ini membuat saya untuk menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan pemahaman
dan hasil belajar siswa. Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah: 1) Untuk
mendiskripsikan langkah-langkah penerapan model kooperatif tipe make a match
dalam meningkatkan hasil belajar materi sistem koordinasi dan alat indra pada
manusia pada siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Peudawa, 2) Untuk mengetahui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan
hasil belajar materi sistem koordinasi dan alat indra pada manusia pada siswa Kelas
IXSMP Negeri 1 Peudawa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(PTK). Dalam PTK tahap penelitian terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini menggunakan dua
siklus tindakan. Teknik pengumpulan data menggunakan: observasi, wawancara,
tes, catatan lapangan dan dokumentasi. Model pembelajaran kooperatif tipe make a
match ini diujicobakan pada sesi review dengan sintak guru memberikan kartu soal
kepada setiap kelompok kemudian siswa mencari kartu pasanganya (kartu jawaban)
dari soal yang ada di kartu soal yang diterimanya dengan batas waktu tertentu
dengan menyertakan penyelesaiannya. Siswa yang mendapatkan nilai tertinggi
mendapatkan reward. Berdasarkan hasil belajar siswa pada tes awal nilai rata-rata
yang diperoleh siswa adalah 56,97 menjadi 74,24 (siklus I) dan 83,33 (siklus II).
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar
materi sistem koordinasi dan alat indra pada manusia pada siswa Kelas IX SMP
Negeri 1 Peudawa.
Kata Kunci: Kooperatif Make A Match, Hasil Belajar.
PENDAHULUAN
Teknologi dan informasi berkembang dengan cepat dalam berbagai aspek kehidupan
termasuk dalam bidang pendidikan. Pembaharuan mengiringi perputaran zaman tak henti-
hentinya berputar sesuai dengan kurun waktu yang ditentukan. Kebutuhan akan layanan
129
Rusni
individual terhadap peserta didik dan perbaikan kesempatan belajar bagi mereka telah
menjadi pendorong utama timbulnya pembaharuan pendidikan. Menurut Depdiknas tahun
2005, “peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain
melalui peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, pelatihan dan
pendidikan atau dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah
pembelajaran dan nonpembelajaran secara profesional lewat penelitian tindakan secara
terkendali.”
Guru adalah tenaga kependidikan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab
kemanusiaan yang besar yang berkaitan dengan proses generasi bangsa ini menuju gerbang
keberhasilan dalam melepaskan diri dari belenggu kebodohan, yang menuntut
profesionalitas tinggi dalam proses pembelajaran.
Dalam pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling
pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
tergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar yang dirancang dan dijalankan
secara profesional. Guru dituntut mampu mewujudkan proses pembelajaran sehingga
proses belajar mengajar dapat bermanfaat maksimal serta dengan mudah tersampaikan dan
diharapkan seorang siswa cepat menyelesaikan wajib belajarnya dan mandiri untuk masa
depannya nanti.
Belajar dan mengajar merupakan dua aktifitas yang berlangsung secara bersamaan,
simultan dan memiliki fokus yang difahami bersama. M.Sobry Sutikno dalam bukunya
Menuju Pendidikan Bermutu, mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang dimaksud
adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk memperoleh
sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan Thursan Hakim dalam bukunya
Belajar Secara Efektif, mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan
kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan kemampuan lainnya.
Bohar Soeharto mendefinisikan, mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi
atau mengatur (mengelola) lingkungan sehingga tercipta suasana yang sebaoik-baiknya
dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar yang
menyenangkan. Sementara Oemar Hamalik mendefinisikan mengajar sebagai proses
menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa. Menurut bahasa lain mengajar
adalah sistem penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yaitu
tujuan yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa, jenis kegiatan yang
dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.
Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan
siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yan desainnya
secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Sedangkan anak sebagai subyek
pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru.
Biasanya permasalahan yang guru hadapi ketika berhadapan dengan sejumlah anak didik
adalah masalah pengelolaan kelas. Aspek mendasar yang penting untuk dipertimbangkan
adalah bagaimana sebuah pembelajaran itu bisa membangkitkan semangat,
memberdayakan potensi, menggerakkan jiwa yang pada akhirnya mampu mendorong
130
Jurnal Serambi PTK Volume VII, No.2, Juni 2020 ISSN : 2355 -9535
perbaikan diri siswa secara total. Pembelajaran yang aktif bisa dibangun guru oleh seorang
guru yang gembira, tekun, dan setia pada tugasnya, bertnggung jawab, motivator yang
bijak, berfikir positif, terbuka pada ide baru dan saran dari siswa atau orang
tua/masyarakat, setiap hari energinya untuk siswa supaya belajar kreatif, selalu
membimbing, seorang pendengar yang baik, memahami kebutuhan siswa secara
individual, dan mengikuti perkembangan pengetahuan.
Menurut Dra. Roestiyah. N. K., guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat
belajar secara afektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Jika diterapkan
dalam konteks kegiatan belajar mengajar, maka strategi belajar mengajar memiliki
implikasi sebagai berikut:
1. Proses mengenal karakteristik dasar anak didik yang harus dicapai melalui
pembelajaran.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan kultur, aspirasi, dan
pandangan filosofis masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik mengajar.
4. Menetapkan norma-norma atau kriteria-kriteria keberhasilan belajar.
Tujuan diberikannya mata pelajaran biologi yang tercantum pada Kurikulum 1975,
1984, 1994 dan Kurikulum Berbasis Kompetensi pada dasarnya sama dengan tujuan
diberikannya mata pelajaran biologi menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Tujuan itu adalah:
1. Memilikisikapmenghargaibiologidankegunaannyadalamkehidupan
2. Memilikikemampuanberpikirlogis, analitis, sistematis, kritis, dankreatif,
sertamempunyaikemampuanbekerjasama.
Walaupun begitu terkadang dalam pelaksanaan untuk mencapai tujuan daribiologi
dan tujuan pendidikan tidaklah selalu berjalan dengan lancar. Karena memang banyak
berbagai faktor yang menghambatbaikdarisiswamaupunpendidik.
Secara umum, setiap siswa pasti mempunyai masalah-masalah yang berkaitan dengan
emosi, baik disadari maupn tidak. Kadang-kadang hal ini secara tidak langsung akan
memepengaruhi aktivitas, bahkan berpengaruh pada kemampuan mereka dalam belajar.
Apalagi bila masalah-masalah emosi tersebut berhubungan dengan pengalaman negatif
mereka sebelumnya.Berikut beberapa hal yang diduga dapat mengakibatkan masalah-
masalah yang berkaitan dengan emosi siswa diantaranya adalah:
1. Lingkungan belajar siswa yang kurang kondusif, baik di sekolah maupun di rumah;
2. Polusi, sosial yang berasal dari lingkungan siswa yang berdampak terhadap pola
sikap dan pola tindakan siswa;
3. Pengalaman dalam lingkungan keluarga, terutama yang negatif dan kurang
menguntungkan; dan
4. Perubahan sistem nilai sosial yang terjadi di lingkungan dan keseharian siswa.
Semua penyebab tersebut dapat mengakibatkan jiwa siswa tertekan, selanjutnya
mereka kurang atau bahkan tidak memiliki motivasi dalam belajar. Mereka seakan-akan
tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk belajar, apalagi berkompetisi dengan
teman-temannya untuk memperoleh prestasi belajar terbaik. Misalnya saja masalah yang
berkaitan dengan emosi dalam pembelajaran biologi berikut, tidak sedikit siswa yang
131
Rusni
mengeluh dengan pelajaran biologi, benci biologi, menganggap biologi sulit bahkan juga
ada yang mengatakan biologi sebagai momok baginya.
Hal tersebut dalam kegiatan belajar mengajar biologi akan berakibat sebagai berikut:
(i) siswa membolos untuk menghindari mengikuti pelajaran biologi; (ii) siswa gagal dalam
melakukan tugas-tugas biologi; (iii) siswa menolak untuk mengikuti kegiatan-kegiatan
biologi, baik di dalam maupun di luar kelas. Hal tersebut mengidentifikasikan bahwa
mereka mempunyai masalah dalam motivasi belajar biologi.
Masalah rendahnya motivasi belajar biologi siswa disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya adalah:
1. kegagalan berulang yang dialami siswa dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang
berkaitan dengan biologi;
2. kengalaman-pengalaman yang dialami oleh siswa sebelumnya yang berhubungan
dengan ketidaknyamanan dalam belajar biologi;
3. ketidakserasian dalam berinteraksi antara siswa dengan siswa lainnya atau antara
siswa dengan guru;
4. kekeliruan siswa dalam memaknai dan memahami nilai-nilai yang terkandung
dalam biologi.
Kebanyakan masalah yang berkaitan dengan motivasi tersebut bisa disembuhkan
apabila guru memperlihatkan perhatian kepada siswa secara lebih intensif dan sungguh-
sungguh, terutama secara individual sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Selain itu
guru juga harus lebih bersemangat dalam menyajikan materi biologi, memilih hal-hal
menarik dan relevan dengan kehidupan siswa.
Agar siswa lebih termotivasi dan bersungguh-sungguh dalam belajar biologi,
sebaiknya dalam proses belajar mengajar guru perlu memilih dan memanfaatkan teknik,
metode dan model pembelajaran yang efektif dan efisien dalam pembelajaran biologi;
memperlihatkan betapa bermanfaatnya biologi bagi kehidupan melalui contoh-contoh
penerapan biologi dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil tanya jawab seputar masalah siswa dengan guru yang telah lama
mengajar biologi di Kelas IX SMP Negeri 1 Peudawa, siswa Kelas IX mempunyai
masalah pemahaman dan motivasi yang kurang dalam belajar biologi sehingga hasil
belajar tidak sesuai dengan yang diharapankan guru. Hal inimembuatsayauntuk
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan hasil
belajar materi sistem koordinasi dan alat indra pada manusia pada siswa Kelas IX SMP
Negeri 1 Peudawa.
Identifikasi Masalah
Identifikasi berdasarkan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Kurangnya minat dan motivasi terhadap pelajaran biologi.
2. Kurangnya pemahaman konsep pada setiap materi.
3. Sistem pembelajaran yang kurang variatif.
4. Kurangnya interaksi aktif antara siswa dengan guru.
5. Kurangnya pemahaman siswa terhadap biologi.
6. Persentase hasil belajar siswa yang tidak tuntas.
132
Jurnal Serambi PTK Volume VII, No.2, Juni 2020 ISSN : 2355 -9535
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu penelitian yang memberikan
sumbangan nyata bagi peningkatan profesionalisme guru, menyiapkan pengetahuan,
pemahaman, dan wawasan tentang perilaku guru mengajar dan murid dalam belajar.
Dalam penelitian ini dilakukan empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) Perencanaan,
(2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi.
Penelitian ini dilaksanakaan di SMP Negeri 1 Peudawa. Sumber data dalam
Penelitian Tindakan ini adalah siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Peudawa tahun ajaran 2018 -
2019. Subyek penelitian adalah siswa Kelas IX yang berjumlah 33 siswa, terdiri dari 13
siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.
Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil tes siswa. Tes diberikan pada awal sebelum penelitian dan tes setelah adanya
penelitian.
2. Hasil wawancara, yaitu wawancara antara peneliti dan siswa.
3. Hasil observasi, yaitu pengamatan terhadap aktifitas praktisi dan siswa dengan
menggunakan lembar pengamatan yang disediakan oleh peneliti.
4. Catatan lapangan, yang berisikan pelaksanaan kegiatan siswa dalam pembelajaran
selama penelitian berlangsung.
5. Dokumentasi.
TeknisAnalisis Data
Dalam peenelitian ini, metode yang digunakan adalah metode analisis data menurut
Miles & Huberman yaitu analisis model interaktif. Analisis data berlangsung secara
simultan yang dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data (data collection),
reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan kesimpuln ataau verifikasi
(conclution drawing & verifying).
Kriteriakeberhasilantindakaniniakandilihatdari: a) indikator proses dan b) indicator
hasil belajar. Indikator proses maupun indikator hasil belajar dianggap berhasil dengan
ketentuan persentasenya mencapai 75%.
133
Rusni
dan materi pembelajaran, 7) Menyiapkan kartu untuk penggunaan metode make a match
yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Pada tahap pelaksanaan tindakan peneliti membagi ke dalam 6 pertemuan yaitu
pertemuan 1 melakukan tes awal sekaligus memperdalam konsep dasar tentang jenis-jenis
sistem koordinasi dan alat indra manusia. Pertemuan ke 2 mengulas sedikit tentang jenis-
jenis sistem koordinasi dan alat indra manusia kemudian menyampaikan fungsi sistem
koordinasi dan alat indra manusia. Pertemuan ke 3 peneliti melanjutkan tentang materi
sistem koordinasi dan alat indra manusia kemudian membimbing siswa dalam belajar
kelompok dengan pembelajaran kooperatif tipe make a match, dan pada pertemuan ke 4,
memberikan tes akhir siklus I. Karena presentase rata-rata hasil tes akkhir pada siklus I
belum mencapai batas yang dikatakan berhasil yaitu 75%, maka peneliti mengadakan
perbaikan pada siklus II yang dilaksanakan pada pertemuan ke 5. menyampaikan materi
tentang koordinasi dan alat indra manusia kemudian memberikan latihan soal yang
dikerjakan berkelompok dengan make a match. Pada pertemuan terakhir peneliti
memberikan tes akhir siklus II serta memberikan hasil tes akhir siklus I.
Langkah selanjutnya peneliti memberikan satu lembar kertas yang berisi soal
sebanyak 3 soal essay mengenai konsep dasar materi sistem koordinasi dan alat indra
manusia sebagai tes awal (pretest). Tes awal ini dimaksudkan untuk mengetahui sudahkah
konsep dasar materi sistem koordinasi dan alat indra manusia diterima siswa dengan benar.
Tes awal ini diikuti oleh 32 siswa dari 33 siswa Kelas IXdikarenakan salah satu siswa yang
sakit seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Peneliti memberikan batas waktu 20 menit
untuk mengerjakannya. Tes awal berlangsung dengan lancar dan tepat waktu. Berdasarkan
hasil tes awal, diketahui bahwa rata-rata skor tes awal adalah 56,97%, 28 siswa atau
84,84% belum mencapai batas ketuntasan yaitu 70 sedangkan 5 siswa atau 15,15% telah
mencapai batas tuntas. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa, kebanyakan siswa masih belum
memahami konsep dasar materi sistem koordinasi dan alat indra manusia dengan benar.
Pertemuan ke 2 disampaikan materi tentang sistem koordinasi dan alat indra
manusia. Sebelum menyampaikan materi tersebut, peneliti mengulang sebentar tentang
materi jenis-jenis sistem koordinasi dan alat indra manusia memastikan siswa benar-benar
memahami konsep dasar. Setelah sudah jelas, peneliti menyampaikan fungsi alat ekresi
dalam sistem koordinasi dan alat indra manusia beserta latihan soal.
Pada pertemuan ke 3, peneliti melanjutkan materi tentang fungsi sistem koordinasi
dan alat indra manusia. Setelah menyampaikan materi, peneliti membentuk kelompok
heterogen berdasarkan hasil siklus awal.Kelompok yang terbentuk adalah 7 kelompok.
Peneliti menyuruh masing-masing kelompok menempati tempat duduk yang telah
ditentukan oleh peneliti. Peneliti meminta perwakilan masing-masing kelompok maju ke
depan untuk mengambil kartu soal yang dipegang peneliti, setiap kartu soal berisi soal
yang berbeda dengan kartu soal lainnya namun sejenis, yaitu tentang fungsi sistem
koordinasi dan alat indra manusia. Peneliti memberikan fasilitas selembar kertas untuk
menghitung serta menuliskan penyelesaiannya, karena akan dikumpulkan bersama kartu
pasangannya.
Tugas dari kelompok adalah berdiskusi kemudian mencari pasangan dari kartu soal
yang diterima dengan batas waktu 25 menit. Sekiranya sudah mendapatkan jawaban dari
kartu soal, anggota kelompok segera mencari kartu jawaban yang cocok dengan jawaban
yang telah didapat kemudian dijadikan satu (kartu soal dan kartu jawaban) menggunakan
klip yang disediakan oleh peneliti dan langsung dikumpulkan kepada peneliti.
134
Jurnal Serambi PTK Volume VII, No.2, Juni 2020 ISSN : 2355 -9535
Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan pada saat siswa mengikuti pembelajaran.Wawancara ini
digunakan untuk mengetahui respon terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah
dilaksanakan, serta untuk mengetahui pemahaman terhadap materi yang telah
disampaikan. Berikut penggalan hasil wawancara peneliti dengan siswa IX-H.
Peneliti : Bagaimana pembelajaran kali ini? Kalian sudah faham atau belum mengenai
materi yang kalian pelajari dengan mencari pasangan dari yang kalian pegang
tadi?
135
Rusni
LAP : Bingung bu mencari pasangannya, tapi asyik saya bisa sekalian jalan-jalan
dan belajar.
BG : Iya bu asyik, saya tidak jadi mengantuk.
Peneliti : Yang bingung yang mana?
LAP : Jenis sistem koordinasi dan alat indra manusianya banyak yang bikin
bingung.
Peneliti : Lho Bu Anni sudah pernah disampaikan materi sistem koordinasi dan alat
indra manusia, tapi kalian masih bingung. Mungkin kalian masih kurang
belajarnya.
SFZ : Bu Anni menjelaskannya terlalu ringkas dan cepat lho bu, jadi kurang faham
LAP : Iya lho bu..
Refleksi
Berdasarkan kegiatan refleksi terhadap nilai tes akhir siklus I, hasil pengamatan
dan hasil catatan lapangan maka, dapat diperoleh beberapa hal sebagai berikut:
1) Hasil evaluasi siswa berdasarkan pelaksanaan tes akhir siklus I sudah mengalami
peningkatan dari semula (tes awal). Persentase rata-ratanya yang semula adalah
56,97% menjadi 74,24%. Namun hasil tersebut belum mencapai batas keberhasilan
yaitu 75%, sehingga siklus tersebut perlu diperbaiki pada siklus selanjutnya.
2) Selain itu persentase pada hasil observasi siswa tidak sebanding dengan persentase
observasi peneliti dan kurang dari taraf keberhasilan, artinya tindakan yang dilakukan
136
Jurnal Serambi PTK Volume VII, No.2, Juni 2020 ISSN : 2355 -9535
137
Rusni
Wawancara
Wawancara dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dan setelah
pembelajaran selesai dilaksanakan. Wawancara dilakukan kepada subyek wawancara yang
terdiri dari beberapa siswa berdasarkan pertimbangan peneliti. Wawancara ini digunakan
untuk mengetahui respon terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan,
serta untuk mengetahui pemahaman terhadap materi yang telah disampaikan. Berikut
penggalan hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa:
Peneliti : Apakah kalian suka belajar dengan cara belajar (pembelajaran kooperatif
tipe make a match) yang ibu lakukan kepada kalian?
SFZ : Suka bu, walaupun rumit aturan mainnya tapi asyik seperti game yang
ada di tv.
MHF : Saya semakin mengerti bu dengan pembelajaran yang ibu lakukan
karena kita bisa lebih akrab dengan teman-teman sehingga kalau ada
kesulitan bisa bertanya kepada teman yang bisa.
LAP : Ibu di sini terus saja ya, mengajar kami.
Berdasarkan hasil wawancara siklus II ini dapat disimpulkan bahwa siswa sangat
terkesan model pembelajaran kooperatif tipe make a match yang dilakukan oleh peneliti.
138
Jurnal Serambi PTK Volume VII, No.2, Juni 2020 ISSN : 2355 -9535
Refleksi
Berdasarkan kegiatan refleksi terhadap nilai tes akhir siklus II, hasil pengamatan
dan hasil catatan lapangan, maka dapat diperoleh beberapa hal sebagai berikut:
1) Hasil belajar siswa dari nilai tes akhir siklus II menunjukkan peningkatan yang
memuaskan, karena 100% siswa telah mencapai batas ketuntasan yaitu nilai 70.
Kemudian jika dilihat dari nilai rata-rata hasil tes akhirnya mengalami peningkatan
yang cukup baik dari sebelumnya, yaitu dari 74,24pada siklus I menjadi 83,33 pada
siklus II dan persentase rata-rata hasil tes tersebut sudah mencapai batas keberhasilan
yaitu 75%.
2) Aktivitas peneliti telah menunjukkan tingkat keberhasilan pada kriteria baik hal ini
dapat dilihat hasil observasi guru pada proses pembelajaran meningkat dari 80% pada
siklus I meningkat menjadi 81,67%. Seiring peningkatan pada peneliti yang termasuk
kategori baik, aktivitas siswa juga menunjukkan tingkat keberhasilan yang termasuk
kategori baik yang dilihat dari hasil persentase 69,23% pada siklus I meningkat
menjadi 80% pada siklus II. Peningkatan pada siswa lebih banyak menandakan
aktivitas yang dilaksanakan peneliti memberikan efek yang sangat bagus bagi siswa.
3) Keaktifan siswa lebih tersalurkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a
match.
4) Kegiatan pembelajaran menunjukkan bahwa penggunaan waktu sudah sesuai dengan
rencana.
Berdasarkan hasil refleksi, dapat disimpulkan bahwa sudah tidak diperlukannya
pengulangan siklus karena sudah mencapai batas keberhasilan tindakan dan batas
keberhasilan pada rata-rata hasil tes akhir siklus II.
Pembahasan
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajar materi sistem koordinasi dan alat indra manusia pada siswa
Kelas IX SMP Negeri 1 Peudawa. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match
digunakan pada sesi review. Untuk melakukan model pembelajaran kooperatif tipe make a
match ini yang perlu dipersiapkan adalah kartu soal dan kartu jawaban. Model
pembelajaran tersebut dilakukan dengan kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4-6
siswayang anggotanya memiliki kemampuanheterogen dan berdiskusi untuk menemukan
pasangan dari kartu soal yang dipegangnya. Hal ini dapat digunakan agar siswa berperan
139
Rusni
aktif dalam pembelajaran. Setiap kelompok juga harus menyertakan penyelesaian beserta
kartu jawaban yang ditemukan. Guru juga meminta perwakilan kelompok untuk
menjelaskan hasil pekerjaannya. Bagi kelompok yang mendapatkan nilai terbaik
mendapatkan reward.
Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan enam kali pertemuan yang tiap
pertemuannya dua jam pelajaran (2 × 40 menit). Siklus I dilaksanakan selama empat kali
pertemuan yaitu dengan pertemuan pertamamemberikan hasil tes awal dengan persentase
nilairata-rata 56,97%, persentase siswa yang tuntas hanya 15,15% dan persentase siswa
yang tidak tuntas adalah 84,84%.Setelah tes awal dengan hasil yang dirasa siswa belum
memiliki konsep dasar yang kuat, peneliti langsung menyampaikan materi kompetensi
dasar yang ingin dicapai pada siklus I yaitu mengidentifikasi sifat-sifat sistem koordinasi
dan alat indra manusia berdasarkan fungsinya, kemudian kalau materi pada kompetensi
dasar siklus I yang ingin dicapai sudah selesai disampaikan maka menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk sesi review. Pertemuan berikutnya
mengambil nilai tes akhir siklus Idenganpersentase nilairata-rata 74,24% yaitu 75,75%
siswa yang tuntas dan 24,24% siswa yang tidak tuntas. Karena nilai rata-rata tes akhir pada
siklus I belum mencapai batas keberhasilan, maka perlu adanya perbaikan pada siklus II.
Siklus II dilaksanakan pada pertemuan ke lima dengan materi kompetensi dasar
sistem koordinasi dan alat indra manusia serta menggunakan dalam pemecahan masalah
kemudian langsung review dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a
matchkemudian pada pertemuan terakhir mengambil nilai tes akhir siklus II. Berdasarkan
hasil tes siklus II, persentase nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan dari siklus
sebelumnya yaitu mencapai 83,33% dan 100% siswa mencapai KKM.
Adapun suatu peningkatan hasil belajar mulai hasil tes awal, tes akhir siklus I sampai
hasil tes akhir siklus II disajikan pada Grafik 1. diagram batang.
Selain peningkatan hasil belajar, juga terdapat peningkatan pada hasil observasi baik
siswa maupun peneliti. Berdasarkan hasil observasi terhadap peneliti yang dibantu oleh
teman sejawat sebagai observer,persentase hasil observasi terhadap peneliti mencapai80%
pada siklus I dan meningkat menjadi 81,67% pada siklus II sedangkan persentase hasil
observasi terhadap siswa adalah 69,23% pada siklus I dan meningkat menjadi 80% pada
siklus II. Peningkatan hasil tes akhir dan hasil observasi pada siklus II sudah mencapai
batas keberhasilan 75%, sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
140
Jurnal Serambi PTK Volume VII, No.2, Juni 2020 ISSN : 2355 -9535
100
80
60
40
20
0
Post Post
Pretrest test test
Siklus I Siklus II
Nilai rata-rata 56.97 74.24 83.33
Siswa Tuntas 15.15 75.75 100
Siswa Tidak Tuntas 84.84 24.24 0
Berikut adalah penyajian dalam bentuk diagram batang tentang hasil observasi
terhadap peneliti dan siswa.
141
Rusni
Hasil Observasi
82
80
78
76
74 Observasi terhadap peneliti
72 observasi terhadap siswa
70
68
66
64
62
Siklus I Siklus II
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan paparan data dan pembahasan pada Bab IV maka dapat
disimpulkanbahwa:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar
materi sistem koordinasi dan alat indra manusia pada siswa Kelas IX SMP Negeri 1
Peudawa dengan langkah-langkah:
a. Guru menyiapkan kartu soal yang berisi soal sebanyak jumlah siswa dalam satu
kelompok.
b. Guru membagikan kartu soal kepada masing-masing kelompok, kemudian siswa
diberi waktu secukupnya (dikondisikan) untuk berdiskusi mencari jawaban atas kartu
soal yang diterima sedangkan kartu jawaban diletakkan di meja di depan kelas. Siswa
menuliskan hasil penyelesaiannya dan dikumpulkan bersama kartu jawabannya.
c. Siswa diminta untuk mempertanggungjawabkan jawabannya dengan menjelaskan
hasil pekerjaannya di depan kelas.
d. Siswa yang mendapat nilai tertinggi akan mendapatkan reward.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan
hasil belajar materi sistem koordinasi dan alat indra manusia pada siswa Kelas IX
SMP Negeri 1 Peudawa.
DAFTAR PUSTAKA
142
Jurnal Serambi PTK Volume VII, No.2, Juni 2020 ISSN : 2355 -9535
143