1. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi
sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar
mereka. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pendidikan formal (sekolah) dewasa ini
adalah masih rendahnya hasil belajar yang dimiliki siswa. Hal ini nampak dari rata-rata hasil
belajar siswa yang tergolong rendah atau tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal sebesar 75,
seperti kurangnya kemampuan siswa untuk mengungkapkan kembali apa yang telah
tertentu dalam menyelesaikan soal dengan tepat. Karena itu maka pemilihan model pembelajaran
dalam situasi kelas yang bersangkutan sangatlah penting. Upaya pengembangan teknik
pembelajaran tersebut berlandas pada pengertian bahwa kegiatan mengajar merupakan suatu
bentuk upaya memberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar atau
dengan kata lain membelajarkan siswa. Dari sini terkalor suatu pengertian bahwa belajar tidak
semata-mata berorientasi kepada hasil, melainkan juga berorientasi kepada proses. Kualitas
proses akan memberikan perubahan dalam menentukan kualitas hasil yang dicapai. Oleh karena
itu, untuk menyampaikan materi harus digunakan metode, model, teknik, dan pendekatan yang
tepat, karena cakupan isi materi tidak dapat digunakan hanya dengan satu model pembelajaran
saja dan dibutuhkan ketepatan guru dalam memilih model yang sesuai dengan materi ajar
Proses belajar mengajar fisika masih didominasi dengan metode klasikal yaitu ceramah
dan tanya jawab sehingga mengakibatkan pembelajaran fisika masih bersifat Teacher-Centered.
Hal ini menjadi kurang bermakna sehingga motivasi, dan prestasi siswa dalam belajar fisika
belum optimal (Purwanto, 2008). Hasil penelitian tentang variasi metode mengajar tahun 2009
terhadap 31 responden guru dominasi mengajar pada metode ceramah, latihan dan tanya jawab,
sedangkan 236 responden siswa, dominasi mengajar dalam proses belajar mengajar (PBM), pada
metode ceramah, latihan dan pembahasan (Muhammad Yani, 2009). Hasil penelitian yang lain
menunjukkan bahwa dominasi metode mengajar yang sering dilakukan dalam proses PBM
dengan 33 responden guru adalah tanya jawab, penugasan dan latihan, sedangkan 127 responden
siswa, dominasi mengajar guru adalah mencatat, penugasan dan ceramah (Eko Mulyadi, 2009).
Metode dan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik, meningkatkan
kinerja siswa dan inovasi pembelajaran Fisika di SMK sangat diperlukan. Oleh sebab itu dipilih
model pembelajaran penerapan Problem Based Learning untuk meningkatkan prestasi siswa
siswa yang pasif, perlu untuk diaktifkan melalui kegiatan berbasis masalah.
- Bagaimana proses pembelajaran Fisika dengan model Problem Based Learning untuk
4. Manfaat Penelitian
prestasi belajar
Dapat dijadikan masukkan di bidang studi fisika dalam menentukan model pembelajaran
yang tepat sesuai dengan kemampuan tiap kelas, pada mata pelajaran yang bersangkutan
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
a. Pengertian Belajar
Proses dimana seseorang mencari dan memahami informasi baru atau pengetahuan yang belum
dipahami dinamakan proses belajar. Belajar adalah bertindak, belajar berarti segala upaya atau
tindakan yang bertujuan untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan diri.
Winkel dalam (Purwanto, 2013: 39) menjelaskan belajar merupakan aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam diri seseorang dan proses interaksi aktif dengan lingkungan yang
merupakan aktivitas atau upaya dari seseorang untuk mendapatkan informasi, menambah
wawasan dan mengembangkan keterampilan akan potensi diri sendiri. Pengertian belajar
menurut Dahar dalam (Puwanto, 2013: 41) yaitu belajar sebagai perubahan perilaku seseorang
yang diamati berkaitan antara stimulus dan respons menurut prinsip yang mekanistik. Belajar
adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidup. Proses
belajar ini terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannnya. Oleh karena
itu belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja (Deny Budi, 2011: 6).
Berdasarkan pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa, belajar adalah upaya atau aktivitas dari
pembelajaran siswa di sekolah. Hasil belajar didapatkan siswa setelah menjani tes atau ujian
sebagai akhir serangkaian kegiatan pembelajaran. Hasil belajar menurut pandangan Snelbeker
dalam (Rusmono, 2012: 8) yaitu perubahan-perubahan, keterampilan atau kemampuan baru yang
diperoleh siswa setelah melalui proses belajar, karena belajar pada dasarnya bagaimana
berubahnya perilaku seseorang berubah akibat dari pengalaman. Bisa dikatakan pengalaman
adalah hal yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang, dalam hal ini pengalaman
yang dimasud adalah pengalaman pembelajaran. Winkel dalam (Purwanto, 2013: 45)
mengartikan hasil belajar sebagai perubahan yang mempengaruhi manusia dalam bersikap dan
bertingkah laku.
Perubahan sikap dan tingkah laku yang dimaksud mencakup 3 aspek yaitu, aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif merupakan tujuan belajar yang berhubungan dengan
tujuan belajar yang menjelaskan pada minat, emosi, nilai-nilai, dan sikap. Ranah psikomotorik
diartikan sebagai kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, karena psikomotorik berkaitan
Menurut Anderson dan Krathwohl dalam (Rusmono, 2012: 8) menyebut ranah kognitif dalam
taksonomi Bloom merevisi menjadi 2 dimensi, yaitu proses kognitif dan pengetahuan. Dimensi
kognitif terdiri atas 6 tingkatan yang meliputi ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi
dan menciptakan, sedangkan dimensi pengetahuan terdiri dari empat tingkatan yang terdiri atas
pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan
metakognitif
Model pembelajaran merupakan cara atau proses yang sistematis yang dilakukan oleh pendidik
proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran. Oleh sebab itu, pendidik diharapkan mampu mempelajari model pembelajaran.
Model pembelajaran yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran di kelas guna
membuat siswa termotivasi dalam belajar, menjadi lebih bersemangat, dan tidak mudah merasa
kemampuan dan potensi dirinya dalam pembelajaran. Panen dalam (Rusmono, 2012: 74)
menjelaskan bahwa model pembelajaran PBL dalam penerapannya siswa diharapkan terlibat
data, dan menggunakan data untuk memecahan masalah. Kemendikbud (2013b) dalam (Abidin,
2014: 159) memandang model PBL suatu model pembelajaran yang mengajarkan peserta didik
untuk belajar bagaimana belajar dan bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan yang ada dunia nyata. Permasalahan yang diberikan digunakan untuk memikat
peserta didik pada rasa ingin tahu tentang pembelajaran yang dilakukan. Permasalahan diberikan
kepada peserta didik sebelum peserta didik diberikan konsep atau materi pembelajaran yang
untuk siswa agar belajar berfikir kritis, mempunyai keterampilan memecahkan masalah dan
b. Tujuan PBL
pada permasalahan baru, pengintegrasian konsep High Order Thinking Skills (HOT’s) yakni
pengembangan kemampuan berfikir kritis kemampuan pemecahan masalah dan secara aktif
mengembangkan keinginan dalam belajar dengan mengarahkan belajar diri sendiri dan
keterampilan. Tujuan PBL adalah meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berfikir kritis,
analisis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif dalam memecahan masalah melalui
eksplorasi data secara empiris untuk menumbuhkan sikap ilmiah (Sanjaya, 2010: 213). Tujuan
PBL secara lebih rinci dikemukakan oleh Ibrahim dan Nur dalam (Rusman, 2014: 242) yaitu
masalah, belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman
Berdasarkan pendapat dari dua ahli di atas bisa disimpulkan bahwa tujuan dari model
pembelajaran PBL adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis, analisis,
sistematis serta logis dalam memecahkan masalah serta mencari solusi yang tepat. Selain itu,
model pembelajaran PBL mengajarkan siswa untuk mengembangkan kemandirian siswa dalam
Berdasar teori Barrow, Min Liu (2005) dalam (Shoimin, 2014: 130) menjelaskan karakteristik
1) Learning is Student-Centered
Proses pembelajaran menitikberatkan kepada siswa sebagai orang yang belajar. Karena PBL
pengetahuannya sendiri.
2) Authentic Problems Form The Organizing Focus for Learning Masalah yang diberikan kepada
siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa diharapkan mampu dengan mudah memahami
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua
pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya,
Agar terjadi tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif, maka
PBL dilaksakan dalam bentuk kelompok kecil. Setiap Kelompok dituntut membagi tugas yang
perkembangan aktivitas belajar siswa dan mendorong siswa agar mencapai target yang akan
dicapai. Ciri-ciri model PBL menurut Baron dalam (Rusmono, 2012: 74) diantaranya adalah
masalah, tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa, guru berperan sebagai fasilitator. Kemudian
masalah yang digunakan menurutnya harus relevan dengan tujuan pembelajaran, mutakhir,
menarik, berdasarkan informasi yang luas, terbentuk secara konsisten dengan masalah lain, dan
termasuk dalam dimensi kemanusiaan. Inti dari pembelajaran PBL adalah pembelajaran yang
menuntut guru dan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, dimana guru berperan sebagai
fasilitator memantau dan membantu siswa dalam proses belajar secara kolaboratif, komunikatif,
dan kooperatif.
Menurut Nur dalam (Rusmono, 2012: 81) langkah-langkah PBL adalah sebagai berikut:
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses yang mereka gunakan. Menurut Rusmono (2012: 82) menjelaskan, yang lebih
dipentingkan dalam model pembelajaran PBL adalah dari segi proses belajar dan bukan hanya
sekedar hasil belajar yang diperoleh siswa. Apabila proses belajar berlangsung secara maksimal,
maka kemungkinan besar hasil belajar yang diperoleh juga akan optimal. Adapun bentuk
penerapan dari kegiatan pembelajaran yang terdiri atas kegiatan pendahuluan, penyajian, dan
Kegiatan Pembelajaran
pembelajaran PBL
Guru membuka pelajaran dan berdoa, kemudian siswa memperkenalkan dirinya kepada guru
mata pelajaran dan seluruh siswa di kelas. Guru memberikan motivasi belajar agar siswa
bersemangat dalam pembelajaran. Sebelum pembelajaran dimulai guru membagi siswa dalam ke
dalam kelompok yang terdiri 3 sampai 4 orang. Guru juga menjelaskan model pembelajaran
yang digunakan, yaitu model PBL dan memberikan apersepsi tentang materi pembelajaran yang
akan dipelajari.
2) Penyajian
Setiap kelompok siswa menerima bahan ajar atau buku pembelajaran sebagai bahan untuik
diskusi. Setiap siswa memperoleh pengetahuan dari buku pembelajaran yang mereka baca.
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan diskusi
Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap inidividu dan setiap kelompok
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa akan materi pembelajaran yang telah didapat.
diskusi kelompok yang telah dilaksanakan. Sedangkan untuk kelompok yang lainnya diharuskan
mengajukan pertanyaan atau sanggahan terhadap hasil dari diskusi kelompok tersebut.
Guru memberikan tanggapan terhadap presentasi setiap kelompok dan memberikan sanggahan
terhadap hasil diskusi, kemudian memberikan umpan balik dari penjelasan siswa.
3) Penutup
Siswa merangkum materi yang telah dipelajari dan yang telah didiskusikan di kelas, dan guru
memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan, kemudian guru memberikan
posttest dari materi yang telah dipelajari untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
PBL adalah model pembelajaran yang mengajarkan siswa untuk belajar secara berkelompok
untuk memecahkan masalah dan mencari solusi dari materi pembelajaran, memberikan ruang
untuk siswa agar terlibat aktif dalam proses pembelajaran serta melatih keberanian dalam
Model yang digunakan dalam pembelajaran banyak jenisnya dan memiliki karakteristik sendiri-
sendiri yang menjadikan ciri khas dari model pembelajaran tersebut. Tidak semua model
pembelajaran dapat diterapkan kepada siswa dalam pembelajaran, karena masing-masing model
sebagai berikut.
a) Pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
b) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan
e) Pemecahan masalah (Problem Solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
suatu benda akibat adanya gaya gravitasi. Tekanan Hidrostatis mampu meningkat seiring dengan
Kita ambil sedikit kesimpulan jika besarnya tekanan hidrostatis juga tergantung dari ketinggian
zat cair, massa jenis zat cair, dan juga percepatan gravitasi bumi. Tekanan hidrostatis tersebut
akan menekan ke segala arah dan satuan tekanan yaitu Newton per meter kuadrat (N/m2) atau
Pascal (Pa).
Akibat gaya gravitasi, berat partikel pada air akan menekan partikel – partikel disektar maupun
dibawahnya. Kemudian partikel – partikel air dibawahnya akan saling menekan sampai ke dasar
air jadi tekanan dibawah tersebut akan lebih besar dari tekanan yang ada diatas.
Selanjutnya mari kami sajikan persamaan atau rumus tekanan Hidrostatis dapat dihitung sebagai
berikut.
Setelah membahas mengenenai persamaan Tekanan Hidrostatis, mari kita lanjutkan Tekanan
Hidrostatis dalan Kehidupan Sehari Hari atau yang sering digunakan dalam ilmu kelautan.
Selanjutnya mari kita bahas mengenai sifat – sifat tertentu dari sebuah tekanan hidrostatis,
1. Semakin dalam letak suatu titik dari permukaan zat cair, tekanannya semakin besar
7. Tekanan hidrostatik juga akan bergantung pada massa jenis zat cair
tekanan hidrostatis hanya bergantung kepada massa jenis, kedalaman, dan percepatan gravitasi.
Meskipun bentuk wadahnya berbeda, namun tekanan hidrostatis ketiga titik tersebut besarnya
sama.
Adapun beberapa contoh tekanan Hidrostatis diantaranya seperti kapal selam berada
dipermukaan laut ingin menuju ke dasar laut maka kapal selam perlu menaikkan Tekanan
Contoh tekanan Hidrostatis lainya yakni saat kapal selam akan menuju ke permukaan laut, kapal
selam perlu menurunkan Tekanan Hidrostatisnya dengan cara membuang air laut yang ada
Hal serupa mengenai penerapan tekanan hidrostatis sering terjadi saat berenang dipantai maupun
di kolam renang.
air. Apabila massa jenis airnya 2.000 kg/m3 dan percepatan gravitasi buminya 20 m/s2. Cari dan
Diketahui:
h = 20 m
ρ = 2.000 kg/m3
g = 20 m/s2
Ditanya : P = .... ?
Jawab :
P=ρ.g.h
P = 2.000 . 20 . 20
P = 800.000 N/m2
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)., yang merupakan salah satu
upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas peran dan tanggungjawab guru
khususnya dalam pengelolaan (Sanjaya, 2011:13). Subjek penelitian adalah siswa dan guru mata
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian yang bersifat deskriptif.
Penggunaan pendekatan penilaian ini disesuaikan dengan tujuan pokok penelitian, yaitu untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran
Adapun rancangan siklus pada penelitian tindakan kelas yang dilakukan dari awal hingga akhir
dilakukan pada bulan Januari 2022 semester genap tahun ajaran 2021/2022.
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas X MM di SMK Muhammadiyah 1
Sleman yang berjumlah 23 orang. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah
hasil belajar fisika siswa kelas X MM, pada materi Tekanan Hidrostatis melalui penerapan model
Data yang di ambil berupa hasil belajar siswa, aktivitas guru dan siswa, kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran, dan respon siswa terhadap model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar test awal (pre-test) dan test akhir
(post-test), lembar pengamatan aktivitas guru, lembar pengamatan kemampuan guru mengelola
Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji persentase dengan
metode kuantitatif. Deskriptif persentase ini diolah dengan cara seperti yang dikemukakan oleh Sudjana
P= 𝑓 /𝑁 x 100 %
N = Jumlah responden
Ketuntasan individual pada materi yang akan ditentukan tercapai apabila perolehan skor siswa
mencapai nilai KKM, yaitu ≥ 75 atau dengan nilai konversi ≥ 2,66, sedangkan ketuntasan
Sebaliknya apabila hasil yang di peroleh di bawah 75% maka aktivitas guru dan siswa dikatakan
kurang atau tidak baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2012:183) yang mengatakan
bahwa “Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah
Analisis data respon siswa terhadap pembelajaran dengan metode Problem Based Learning
(PBL) dengan menggunakan angket respon siswa. Tanggapan siswa dikatakan baik apabila
memperoleh hasil sekurang-kurangnya 75%. Sebaliknya apabila hasil yang diperoleh di bawah
Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian yang bersifat deskriptif.
Penggunaan pendekatan penelitian ini disesuaikan dengan tujuan pokok penelitian, yaitu untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar fisika dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang merupakan salah
satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas peran dan tanggung jawab
Adapun rancangan siklus pada penelitian tindakan kelas yang dilakukan dari awal hingga akhir
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas X MM di SMK Muhammadiyah 1
Sleman yang berjumlah 23 orang. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah
hasil belajar fisika kelas X MM , pada materi Tekanan Hidrostatis melalui pendekatan model
Data yang di ambil berupa hasil belajar siswa, aktivitas guru dan siswa, kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran, dan respon siswa terhadap model pembelajaran problem based
learning (PBL).
Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini meliputi lembar test awal (pr- test), dan test
akhir (post-test), lembar pengamatan aktivitas guru, lembar pengamatan kemampuan guru
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji persentase dengan metode kuantitatif.
P= 𝑓 /𝑁 x 100 %
Ketuntasan individual pada materi yang akan ditentukan tercapai apabila perolehan skor siswa
mencapai nilai KKM, yaitu ≥ 75 atau dengan nilai konversi ≥ 2,66, sedangkan ketuntasan
Aktivitas guru dan siswa dikatakan baik apabila memperoleh hasil sekurang-kurangnya 75%.
Sebaliknya apabila hasil yang di peroleh di bawah 75% maka aktivitas guru dan siswa dikatakan
kurang atau tidak baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2012:183) yang mengatakan
bahwa “Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah
Analisis data respon siswa terhadap pembelajaran dengan metode Problem Based Learning
(PBL) dengan menggunakan angket respon siswa. Tanggapan siswa dikatakan baik apabila
memperoleh hasil sekurang-kurangnya 75%. Sebaliknya apabila hasil yang diperoleh di bawah
Sanjaya, Wina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu: untuk
Mulyasa, Enco. 2012. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan