Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

(Classroom Action Research)

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MATERI TEKANAN


HIDROSTATIS UNTUK MENINGKATAN PRESTASI SISWA SMK
MUHAMMADIYAH 1 SLEMAN

SMK Muhammadiyah 1 Sleman TP. 2021/2022


Alamat : Jl. Agrowisata Km. 01 Panasan Triharjo Sleman Yogyakarta
Telp. (0274) 869183
Website : www.smkm1-sleman.sch.id Email : smkm1sleman@gmail.com
BAB 1

1. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi

sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

mereka. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa” (Trianto, 2010:1).

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pendidikan formal (sekolah) dewasa ini

adalah masih rendahnya hasil belajar yang dimiliki siswa. Hal ini nampak dari rata-rata hasil

belajar siswa yang tergolong rendah atau tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal sebesar 75,

seperti kurangnya kemampuan siswa untuk mengungkapkan kembali apa yang telah

dikomunikasikan kepadanya, kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur

tertentu dalam menyelesaikan soal dengan tepat. Karena itu maka pemilihan model pembelajaran

dalam situasi kelas yang bersangkutan sangatlah penting. Upaya pengembangan teknik

pembelajaran tersebut berlandas pada pengertian bahwa kegiatan mengajar merupakan suatu

bentuk upaya memberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar atau

dengan kata lain membelajarkan siswa. Dari sini terkalor suatu pengertian bahwa belajar tidak

semata-mata berorientasi kepada hasil, melainkan juga berorientasi kepada proses. Kualitas

proses akan memberikan perubahan dalam menentukan kualitas hasil yang dicapai. Oleh karena

itu, untuk menyampaikan materi harus digunakan metode, model, teknik, dan pendekatan yang

tepat, karena cakupan isi materi tidak dapat digunakan hanya dengan satu model pembelajaran
saja dan dibutuhkan ketepatan guru dalam memilih model yang sesuai dengan materi ajar

khususnya pada mata pelajaran fisika.

Proses belajar mengajar fisika masih didominasi dengan metode klasikal yaitu ceramah

dan tanya jawab sehingga mengakibatkan pembelajaran fisika masih bersifat Teacher-Centered.

Hal ini menjadi kurang bermakna sehingga motivasi, dan prestasi siswa dalam belajar fisika

belum optimal (Purwanto, 2008). Hasil penelitian tentang variasi metode mengajar tahun 2009

terhadap 31 responden guru dominasi mengajar pada metode ceramah, latihan dan tanya jawab,

sedangkan 236 responden siswa, dominasi mengajar dalam proses belajar mengajar (PBM), pada

metode ceramah, latihan dan pembahasan (Muhammad Yani, 2009). Hasil penelitian yang lain

menunjukkan bahwa dominasi metode mengajar yang sering dilakukan dalam proses PBM

dengan 33 responden guru adalah tanya jawab, penugasan dan latihan, sedangkan 127 responden

siswa, dominasi mengajar guru adalah mencatat, penugasan dan ceramah (Eko Mulyadi, 2009).

Metode dan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik, meningkatkan

kinerja siswa dan inovasi pembelajaran Fisika di SMK sangat diperlukan. Oleh sebab itu dipilih

model pembelajaran penerapan Problem Based Learning untuk meningkatkan prestasi siswa

kelas X MM di SMK Muhammadiyah 1 Sleman Tahun Pelajaran 2021/2022. Model Problem

Based Learning dipilih untuk menyelesaikan masalah di kelas X MM karena kecendurungan

siswa yang pasif, perlu untuk diaktifkan melalui kegiatan berbasis masalah.

2. Perumusan masalah dan Identifikasi Masalah

Perumusan masalah Problem Based Learning dalam penelitian ini adalah :

- Bagaimana proses pembelajaran Fisika dengan model Problem Based Learning untuk

meningkatkan prestasi siswa kelas X MM di SMK Muhammadiyah 1 Sleman?


3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk :

- Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X MM di SMK Muhammadiyah 1 Sleman dengan

penerapan Model Project Based Learning dalam pembelajaran Fisika

4. Manfaat Penelitian

1). Bagi peserta didik

Dapat membuat pembelajaran di kelas semakin menyenangkan, mendapatkan pengalaman

baru saat belajar, meningkatkan kemampuan kinerja(performance) dan meningkatkan

prestasi belajar

2). Bagi guru

Dapat dijadikan masukkan di bidang studi fisika dalam menentukan model pembelajaran

yang tepat sesuai dengan kemampuan tiap kelas, pada mata pelajaran yang bersangkutan

dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Belajar dan Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Proses dimana seseorang mencari dan memahami informasi baru atau pengetahuan yang belum

dipahami dinamakan proses belajar. Belajar adalah bertindak, belajar berarti segala upaya atau

tindakan yang bertujuan untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan diri.

Winkel dalam (Purwanto, 2013: 39) menjelaskan belajar merupakan aktivitas mental/psikis yang

berlangsung dalam diri seseorang dan proses interaksi aktif dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Belajar

merupakan aktivitas atau upaya dari seseorang untuk mendapatkan informasi, menambah

wawasan dan mengembangkan keterampilan akan potensi diri sendiri. Pengertian belajar

menurut Dahar dalam (Puwanto, 2013: 41) yaitu belajar sebagai perubahan perilaku seseorang

yang diamati berkaitan antara stimulus dan respons menurut prinsip yang mekanistik. Belajar

adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidup. Proses

belajar ini terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannnya. Oleh karena

itu belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja (Deny Budi, 2011: 6).

Berdasarkan pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa, belajar adalah upaya atau aktivitas dari

seseorang yang mempengaruhi perubahan-perubahan dalam pengetahuan, sikap dan

keterampilan dalam diri seseorang.


b. Pengertian Hasil Belajar

Kemampuan dan keterampilan siswa sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses

pembelajaran siswa di sekolah. Hasil belajar didapatkan siswa setelah menjani tes atau ujian

sebagai akhir serangkaian kegiatan pembelajaran. Hasil belajar menurut pandangan Snelbeker

dalam (Rusmono, 2012: 8) yaitu perubahan-perubahan, keterampilan atau kemampuan baru yang

diperoleh siswa setelah melalui proses belajar, karena belajar pada dasarnya bagaimana

berubahnya perilaku seseorang berubah akibat dari pengalaman. Bisa dikatakan pengalaman

adalah hal yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang, dalam hal ini pengalaman

yang dimasud adalah pengalaman pembelajaran. Winkel dalam (Purwanto, 2013: 45)

mengartikan hasil belajar sebagai perubahan yang mempengaruhi manusia dalam bersikap dan

bertingkah laku.

Perubahan sikap dan tingkah laku yang dimaksud mencakup 3 aspek yaitu, aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif merupakan tujuan belajar yang berhubungan dengan

perkembangan pemahaman, pengetahuan intelektual dan keterampilan. Ranah afektif merupakan

tujuan belajar yang menjelaskan pada minat, emosi, nilai-nilai, dan sikap. Ranah psikomotorik

diartikan sebagai kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, karena psikomotorik berkaitan

keterampilan dan kemampuan bertindak setelah mendapatkan pengalaman belajar.

Menurut Anderson dan Krathwohl dalam (Rusmono, 2012: 8) menyebut ranah kognitif dalam

taksonomi Bloom merevisi menjadi 2 dimensi, yaitu proses kognitif dan pengetahuan. Dimensi

kognitif terdiri atas 6 tingkatan yang meliputi ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi

dan menciptakan, sedangkan dimensi pengetahuan terdiri dari empat tingkatan yang terdiri atas
pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan

metakognitif

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran merupakan cara atau proses yang sistematis yang dilakukan oleh pendidik

untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada murid. Model pembelajaran diharapkan

proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran. Oleh sebab itu, pendidik diharapkan mampu mempelajari model pembelajaran.

Model pembelajaran yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran di kelas guna

membuat siswa termotivasi dalam belajar, menjadi lebih bersemangat, dan tidak mudah merasa

jenuh atau bosan saat kegiatan belajar di kelas.

Model pembelajaran PBL memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan

kemampuan dan potensi dirinya dalam pembelajaran. Panen dalam (Rusmono, 2012: 74)

menjelaskan bahwa model pembelajaran PBL dalam penerapannya siswa diharapkan terlibat

dalam proses pembelajaran dan diwajibkan untuk identifikasi permasalahan, mengumpulkan

data, dan menggunakan data untuk memecahan masalah. Kemendikbud (2013b) dalam (Abidin,

2014: 159) memandang model PBL suatu model pembelajaran yang mengajarkan peserta didik

untuk belajar bagaimana belajar dan bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari

permasalahan yang ada dunia nyata. Permasalahan yang diberikan digunakan untuk memikat

peserta didik pada rasa ingin tahu tentang pembelajaran yang dilakukan. Permasalahan diberikan

kepada peserta didik sebelum peserta didik diberikan konsep atau materi pembelajaran yang

berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.


Berdasarkan teroi-teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran PBL

dnhmerupakan model pembelajaran yang menggunakan permasalahan nyata sebagai konteks

untuk siswa agar belajar berfikir kritis, mempunyai keterampilan memecahkan masalah dan

memperoleh pengetahuan. Pemecahan masalah pada model pembelajaran PBL menggunakan

pendekataan studi kasus.

b. Tujuan PBL

Tujuan pembelajaran PBL untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep

pada permasalahan baru, pengintegrasian konsep High Order Thinking Skills (HOT’s) yakni

pengembangan kemampuan berfikir kritis kemampuan pemecahan masalah dan secara aktif

mengembangkan keinginan dalam belajar dengan mengarahkan belajar diri sendiri dan

keterampilan. Tujuan PBL adalah meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berfikir kritis,

analisis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif dalam memecahan masalah melalui

eksplorasi data secara empiris untuk menumbuhkan sikap ilmiah (Sanjaya, 2010: 213). Tujuan

PBL secara lebih rinci dikemukakan oleh Ibrahim dan Nur dalam (Rusman, 2014: 242) yaitu

diantaranya adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan

masalah, belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman

nyata, dan menjadi siswa yang otonom atau mandiri.

Berdasarkan pendapat dari dua ahli di atas bisa disimpulkan bahwa tujuan dari model

pembelajaran PBL adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis, analisis,

sistematis serta logis dalam memecahkan masalah serta mencari solusi yang tepat. Selain itu,

model pembelajaran PBL mengajarkan siswa untuk mengembangkan kemandirian siswa dalam

memecahkan masalah dalam pembelajaran.


c. Karakteristik PBL

Berdasar teori Barrow, Min Liu (2005) dalam (Shoimin, 2014: 130) menjelaskan karakteristik

dari PBL, yaitu :

1) Learning is Student-Centered

Proses pembelajaran menitikberatkan kepada siswa sebagai orang yang belajar. Karena PBL

didukung oleh teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk mengembangkan

pengetahuannya sendiri.

2) Authentic Problems Form The Organizing Focus for Learning Masalah yang diberikan kepada

siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa diharapkan mampu dengan mudah memahami

masalah tersebut dan dapat menerapkannya dalam kehidupannya.

3) New Information is Acquired Through Self-Directed Learning

Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua

pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya,

baik dari buku atau informasi lainnya.

4) Learning Occurs in Small Group

Agar terjadi tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif, maka

PBL dilaksakan dalam bentuk kelompok kecil. Setiap Kelompok dituntut membagi tugas yang

jelas dan menetapkan tujuan yang jelas.

5) Teachers Act as Facilitators


Pada pelaksanaan PBL, guru berperan sebagai fasilitator. Namun, guru harus memantau

perkembangan aktivitas belajar siswa dan mendorong siswa agar mencapai target yang akan

dicapai. Ciri-ciri model PBL menurut Baron dalam (Rusmono, 2012: 74) diantaranya adalah

menggunakan permasalahan dalam dunia nyata, pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian

masalah, tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa, guru berperan sebagai fasilitator. Kemudian

masalah yang digunakan menurutnya harus relevan dengan tujuan pembelajaran, mutakhir,

menarik, berdasarkan informasi yang luas, terbentuk secara konsisten dengan masalah lain, dan

termasuk dalam dimensi kemanusiaan. Inti dari pembelajaran PBL adalah pembelajaran yang

menuntut guru dan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, dimana guru berperan sebagai

fasilitator memantau dan membantu siswa dalam proses belajar secara kolaboratif, komunikatif,

dan kooperatif.

d. Langkah-Langkah Penggunaan PBL

Menurut Nur dalam (Rusmono, 2012: 81) langkah-langkah PBL adalah sebagai berikut:

1) Orientasi Siswa Pada Masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa

terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

2) Mengorganisasi Siswa Untuk Belajar

Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan

dengan masalah tersebut.

3) Membimbing Pengalaman Individual Atau Kelompok


Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4) Mengembangkan Dan Menyajikan Hasil Karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan

membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.

5) Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan

proses yang mereka gunakan. Menurut Rusmono (2012: 82) menjelaskan, yang lebih

dipentingkan dalam model pembelajaran PBL adalah dari segi proses belajar dan bukan hanya

sekedar hasil belajar yang diperoleh siswa. Apabila proses belajar berlangsung secara maksimal,

maka kemungkinan besar hasil belajar yang diperoleh juga akan optimal. Adapun bentuk

penerapan dari kegiatan pembelajaran yang terdiri atas kegiatan pendahuluan, penyajian, dan

penutup yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Bentuk Penerapan

Kegiatan Pembelajaran

Berdasarkan gambar, langkah-

langkah pelaksanaan model

pembelajaran PBL

diuraikan sebagai berikut :


1) Tahap Pendahuluan

Guru membuka pelajaran dan berdoa, kemudian siswa memperkenalkan dirinya kepada guru

mata pelajaran dan seluruh siswa di kelas. Guru memberikan motivasi belajar agar siswa

bersemangat dalam pembelajaran. Sebelum pembelajaran dimulai guru membagi siswa dalam ke

dalam kelompok yang terdiri 3 sampai 4 orang. Guru juga menjelaskan model pembelajaran

yang digunakan, yaitu model PBL dan memberikan apersepsi tentang materi pembelajaran yang

akan dipelajari.

2) Penyajian

a) Mengorientasikan Siswa Kepada Masalah

Setiap kelompok siswa menerima bahan ajar atau buku pembelajaran sebagai bahan untuik

diskusi. Setiap siswa memperoleh pengetahuan dari buku pembelajaran yang mereka baca.

b) Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan diskusi

untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

c) Membantu Penyelidikan Madiri dan Kelompok

Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap inidividu dan setiap kelompok

untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa akan materi pembelajaran yang telah didapat.

d) Mengembangkan dan Mempresentasikan Hasil Karya dan Pameran


Guru memberikan kesepatan kepada salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusi kelompok yang telah dilaksanakan. Sedangkan untuk kelompok yang lainnya diharuskan

mengajukan pertanyaan atau sanggahan terhadap hasil dari diskusi kelompok tersebut.

e) Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah

Guru memberikan tanggapan terhadap presentasi setiap kelompok dan memberikan sanggahan

terhadap hasil diskusi, kemudian memberikan umpan balik dari penjelasan siswa.

3) Penutup

Siswa merangkum materi yang telah dipelajari dan yang telah didiskusikan di kelas, dan guru

memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan, kemudian guru memberikan

posttest dari materi yang telah dipelajari untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi

yang sudah dipelajari dan memberikan Pekerjaan Rumah (PR).

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

PBL adalah model pembelajaran yang mengajarkan siswa untuk belajar secara berkelompok

untuk memecahkan masalah dan mencari solusi dari materi pembelajaran, memberikan ruang

untuk siswa agar terlibat aktif dalam proses pembelajaran serta melatih keberanian dalam

menyatakan pendapat dan bertanya.

e. Keunggulan dan Kelemahan Model PBL

Model yang digunakan dalam pembelajaran banyak jenisnya dan memiliki karakteristik sendiri-

sendiri yang menjadikan ciri khas dari model pembelajaran tersebut. Tidak semua model

pembelajaran dapat diterapkan kepada siswa dalam pembelajaran, karena masing-masing model

memiliki keunggulan dan kelemahan penerapannya dalam pembelajaran. Berdasarkan (Sanjaya,


2016: 220) menjelaskan bahwa model PBL memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan

sebagai berikut.

1) Keunggulan Model PBL

a) Pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih

memahami isi pelajaran.

b) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan

kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

c) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

d) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer

pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

e) Pemecahan masalah (Problem Solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

2) Kelemahan Model PBL

a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah

yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

b) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang

dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Pengertian Tekanan Hidrostatis


Definisi tekanan Hidrostatis adalah suatu tekanan yang diberikan zat cari ke semua arah pada

suatu benda akibat adanya gaya gravitasi. Tekanan Hidrostatis mampu meningkat seiring dengan

bertambahnya kedalaman yang diukur dari permukaan zat cair.

Kita ambil sedikit kesimpulan jika besarnya tekanan hidrostatis juga tergantung dari ketinggian

zat cair, massa jenis zat cair, dan juga percepatan gravitasi bumi. Tekanan hidrostatis tersebut

akan menekan ke segala arah dan satuan tekanan yaitu Newton per meter kuadrat (N/m2) atau

Pascal (Pa).

Akibat gaya gravitasi, berat partikel pada air akan menekan partikel – partikel disektar maupun

dibawahnya. Kemudian partikel – partikel air dibawahnya akan saling menekan sampai ke dasar

air jadi tekanan dibawah tersebut akan lebih besar dari tekanan yang ada diatas.

Rumus Tekanan Hidrostatis

Selanjutnya mari kami sajikan persamaan atau rumus tekanan Hidrostatis dapat dihitung sebagai

berikut.
Setelah membahas mengenenai persamaan Tekanan Hidrostatis, mari kita lanjutkan Tekanan

Hidrostatis dalan Kehidupan Sehari Hari atau yang sering digunakan dalam ilmu kelautan.

Sifat Tekanan Hidrostatis

Selanjutnya mari kita bahas mengenai sifat – sifat tertentu dari sebuah tekanan hidrostatis,

diantaranya sebagai berikut ini.

1. Semakin dalam letak suatu titik dari permukaan zat cair, tekanannya semakin besar

2. Tekanan hidrostatik akan bergantung pada kedalaman

3. Tekanan zat cair ke segala arah sama besar

4. Pada kedalaman yang sama, tekanannya juga sama

5. Tekanan hidrostatis akan sangat bergantung pada gravitasi

6. Tekanan hidrostatik gak akan bergantung pada bentuk wadah

7. Tekanan hidrostatik juga akan bergantung pada massa jenis zat cair

Penerapan Tekanan Hidrostatis


Tekanan hidrostatis tidak dipengaruhi oleh bentuk wadah. Dari uraian di atas, dijelaskan bahwa

tekanan hidrostatis hanya bergantung kepada massa jenis, kedalaman, dan percepatan gravitasi.

Meskipun bentuk wadahnya berbeda, namun tekanan hidrostatis ketiga titik tersebut besarnya

sama.

Contoh Tekanan Hidrostatis

Adapun beberapa contoh tekanan Hidrostatis diantaranya seperti kapal selam berada

dipermukaan laut ingin menuju ke dasar laut maka kapal selam perlu menaikkan Tekanan

Hidrostatisnya dengan cara memasukkan air laut kedalam kapal.

Contoh tekanan Hidrostatis lainya yakni saat kapal selam akan menuju ke permukaan laut, kapal

selam perlu menurunkan Tekanan Hidrostatisnya dengan cara membuang air laut yang ada

didalam kapal sehingga kapal selam mulai menuju permukaan laut.

Hal serupa mengenai penerapan tekanan hidrostatis sering terjadi saat berenang dipantai maupun

di kolam renang.

Contoh Soal Tekanan Hidrostatis

1. Seorang penyelam sedang melakukan penyelaman pada kedalaman 20 m di bawah permukaan

air. Apabila massa jenis airnya 2.000 kg/m3 dan percepatan gravitasi buminya 20 m/s2. Cari dan

tentukanlah tekanan hidrostatis yang dialami oleh seorang penyelam tersebut?

Diketahui:

h = 20 m
ρ = 2.000 kg/m3

g = 20 m/s2

Ditanya : P = .... ?

Jawab :

P=ρ.g.h

P = 2.000 . 20 . 20

P = 800.000 N/m2

Jadi tekanan hidrostatis yang dialami adalah sekitar 800.000 N/m2


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)., yang merupakan salah satu

upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas peran dan tanggungjawab guru

khususnya dalam pengelolaan (Sanjaya, 2011:13). Subjek penelitian adalah siswa dan guru mata

pelajaran fisika di SMK Muhammadiyah 1 Sleman tahun pelajaran 2021/2022.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian yang bersifat deskriptif.

Penggunaan pendekatan penilaian ini disesuaikan dengan tujuan pokok penelitian, yaitu untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) pada materi tekanan hidrostatis.

Adapun rancangan siklus pada penelitian tindakan kelas yang dilakukan dari awal hingga akhir

dapat dilihat dari gambar berikut:

Penelitian ini dilaksanakan dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 1 Sleman. Penelitian

dilakukan pada bulan Januari 2022 semester genap tahun ajaran 2021/2022.
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas X MM di SMK Muhammadiyah 1

Sleman yang berjumlah 23 orang. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah

hasil belajar fisika siswa kelas X MM, pada materi Tekanan Hidrostatis melalui penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Data yang di ambil berupa hasil belajar siswa, aktivitas guru dan siswa, kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran, dan respon siswa terhadap model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar test awal (pre-test) dan test akhir

(post-test), lembar pengamatan aktivitas guru, lembar pengamatan kemampuan guru mengelola

pembelajaran dan lembar angket respon siswa.

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji persentase dengan

metode kuantitatif. Deskriptif persentase ini diolah dengan cara seperti yang dikemukakan oleh Sudjana

(2001:129) adalah sebagai berikut :

P= 𝑓 /𝑁 x 100 %

Keterangan : P = Persentase yang sedang di cari

f = Frekuensi siswa yang tuntas

N = Jumlah responden

Ketuntasan individual pada materi yang akan ditentukan tercapai apabila perolehan skor siswa

mencapai nilai KKM, yaitu ≥ 75 atau dengan nilai konversi ≥ 2,66, sedangkan ketuntasan

klasikal tercapai apabila 85% siswa lulus KKM.


Aktivitas guru dan siswa dikatakan baik apabila memperoleh hasil sekurang-kurangnya 75%.

Sebaliknya apabila hasil yang di peroleh di bawah 75% maka aktivitas guru dan siswa dikatakan

kurang atau tidak baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2012:183) yang mengatakan

bahwa “Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah

siswa termotivasi belajar menggunakan media pembelajaran”.

Analisis data respon siswa terhadap pembelajaran dengan metode Problem Based Learning

(PBL) dengan menggunakan angket respon siswa. Tanggapan siswa dikatakan baik apabila

memperoleh hasil sekurang-kurangnya 75%. Sebaliknya apabila hasil yang diperoleh di bawah

75%, maka tanggapan siswa dikatakan kurang atau tidak baik.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian yang bersifat deskriptif.

Penggunaan pendekatan penelitian ini disesuaikan dengan tujuan pokok penelitian, yaitu untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar fisika dengan menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) pada materi tekanan hidrostatis.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang merupakan salah

satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas peran dan tanggung jawab

guru khususnya dalam pengelolaan pembelajaran (Sanjaya, 2011:13).

Adapun rancangan siklus pada penelitian tindakan kelas yang dilakukan dari awal hingga akhir

dapat dilihat pada gambar berikut:


Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 1 Sleman. Penelitian dilakukan sekitar

bulan Januari 2022 semester genap tahun ajaran 2021/2022.

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas X MM di SMK Muhammadiyah 1

Sleman yang berjumlah 23 orang. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah

hasil belajar fisika kelas X MM , pada materi Tekanan Hidrostatis melalui pendekatan model

pembelajaran problem based learning (PBL).

Data yang di ambil berupa hasil belajar siswa, aktivitas guru dan siswa, kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran, dan respon siswa terhadap model pembelajaran problem based

learning (PBL).

Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini meliputi lembar test awal (pr- test), dan test

akhir (post-test), lembar pengamatan aktivitas guru, lembar pengamatan kemampuan guru

mengelola pembelajaran dan lembar angket respon siswa.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji persentase dengan metode kuantitatif.

P= 𝑓 /𝑁 x 100 %

Keterangan : P = Persentase yang sedang di cari

f = Frekuensi siswa yang tuntas


N = Jumlah responden

Ketuntasan individual pada materi yang akan ditentukan tercapai apabila perolehan skor siswa

mencapai nilai KKM, yaitu ≥ 75 atau dengan nilai konversi ≥ 2,66, sedangkan ketuntasan

klasikal tercapai apabila 85% siswa lulus KKM.

Aktivitas guru dan siswa dikatakan baik apabila memperoleh hasil sekurang-kurangnya 75%.

Sebaliknya apabila hasil yang di peroleh di bawah 75% maka aktivitas guru dan siswa dikatakan

kurang atau tidak baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2012:183) yang mengatakan

bahwa “Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah

siswa termotivasi belajar menggunakan media pembelajaran”.

Analisis data respon siswa terhadap pembelajaran dengan metode Problem Based Learning

(PBL) dengan menggunakan angket respon siswa. Tanggapan siswa dikatakan baik apabila

memperoleh hasil sekurang-kurangnya 75%. Sebaliknya apabila hasil yang diperoleh di bawah

75%, maka tanggapan siswa dikatakan kurang atau tidak baik.


DAFTAR PUSTAKA

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan Jakarta : Rajawali Pers.

Sanjaya, Wina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu: untuk

meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia

Mulyasa, Enco. 2012. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai