Anda di halaman 1dari 17

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN BERBASIS

MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DISERTAI LEMBARAN


KERJA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X SMAS ISLAM
BOARDING SCHOOL RAUDHATUL JANNAH

Oleh
Yulia Ningsih, S.Pd NIY. 069014036
Guru Mata Pelajaran Biologi di SMAS IBS Raudhatul Jannah Payakumbuh,

DINAS PENDIDIKAN PROPINSI SUMATERA BARAT


SMAS IBS RAUDHATUL JANNAH PAYAKUMBUH
TAHUN 2021

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aktivitas belajar merupakan aspek yang sangat penting dalam
pembelajaran. dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang menekankan
aktivitas belajar akan menjadi lebih bermakna dan membawa siswa pada
pengalaman belajar yang mengesankan. Selain itu, siswa juga dapat
terlibat secara aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa mampu
mengembangkan bakat yang dimiliki, berpikir kritis dan memecahkan
permasalahan yang mengarah pada peningkatan hasil belajar. Idealnya
aktivitas belajar perlu ditingkatkan dalam pembelajaran, tak terkecuali
dalam pembelajaran biologi. Peningkatan aktivitas belajar memberikan
manfaat dalam pembelajaran biologi, yaitu pembelajaran biologi menjadi
lebih bermakna sarat nilai keberanian, percaya diri, tanggung jawab dan
lebih humanis bagi pengalaman belajar siswa. Selain itu, pembelajaran
biologi yang semula hanya sebatas pada hafalan akan dapat mencakup
pemahaman dalam menerima pelajaran.
Kenyataan di lapangan, sampai saat ini masih tampak
kecenderungan guru kurang memperhatikan aktivitas belajar dalam
pembelajaran biologi. Pelaksanaan pembelajaran biologi masih berpusat
pada guru dan kurang melibatkan siswa. Guru masih menggunakan model
ceramah, sehingga peran guru sangat dominan, sementara siswa hanya
mendengarkan dan menyimak materi atau pengetahuan yang disampaikan
oleh guru. Dengan pembelajaran biologi yang demikian, kurang
memberikan makna bagi pengalaman belajar siswa dan belum mencakup
pemahaman dalam menerima pelajaran. Realitas yang terjadi di kelas
SMAS Islam Boarding School Raudhatul Jannah, terlihat bahwa masih ada
beberapa siswa kurang bersemangat dan kurang terlibat pada saat
pembelajaran biologi berlangsung. Beberapa siswa terlihat mengantuk saat
guru menerangkan materi pelajaran. Ketika diberi pertanyaan, sebagian
besar siswa tidak berani menjawab. Hanya ada 5 siswa yang aktivitas
belajarnya optimal dalam pembelajaran biologi dari 20 siswa yang berada
di kelas tersebut. Hal ini yang menyebabkan aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran biologi masih rendah. Beberapa siswa terlihat bosan dengan
penyampaian materi yang dilakukan oleh guru. Hal ini nampak dengan
kegiatan yang dilakukan siswa, seperti mencoba mengganggu temannya
yang memperhatikan guru dan melakukan kegiatan sendiri yang tidak ada
hubungannya dengan pembelajaran.
Pembelajaran biologi yang diterapkan oleh guru belum sepenuhnya
terpusat pada siswa. Para siswa hanya menunggu materi yang disampaikan
oleh guru dan kurang diberi kesempatan untuk mencari dan
menemukannya sendiri. Guru belum menerapkan model pembelajaran
yang bervariasi selama pembelajaran biologi berlangsung. Model
pembelajaran yang sering digunakan guru yaitu ceramah. Saat guru
menggunakan model ceramah, siswa cenderung pasif. Walaupun guru
sudah menggunakan berbagai media pembelajaran yang menarik seperti
slide powerpoint, video, dan gambar, akan tetapi interaksi pembelajaran
yang terjadi tetap satu arah. Siswa hanya antusias saat menonton video
atau film yang diputar. Setelah itu siswa tetap cenderung pasif dan tidak
memiliki keberanian bertanya maupun mengemukakan pendapat di depan
guru dan siswa yang lain. Kurang bervariasinya model pembelajaran yang
digunakan guru tentu akan menyebabkan rasa jenuh dan bosan pada siswa.
Guru belum terbiasa menerapkan model pembelajaran yang bervariasi dan
penerapan model pembelajaran yang konvensional dianggap lebih praktis
dan mempersingkat waktu. Kejenuhan dan kebosanan siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran tentu akan berpengaruh pada
pemahaman materi yang tidak maksimal, sehingga hasil belajar yang
diperoleh juga kurang maksimal.
Setelah memperhatikan paparan di atas, maka perlu dipikirkan
penyajian pembelajaran biologi yang tepat untuk siswa sehingga aktivitas
dan hasil belajar dapat meningkat. Pemilihan model pembelajaran yang
tepat sangat penting agar dapat mengembangkan aktivitas dan hasil
belajar. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian eksperimen berjudul “Efektivitas Pembelajaran melalui
Pendekatan Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Disertai
Lembaran Kerja untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
dalam pembelajaran biologi siswa kelas X SMAS Islam Boarding
School Raudhatul Jannah”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas,
maka rumusan masalah penelitian ini adalah: “Apakah dengan
menerapkan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)
disertai lembaran kerja pada konsep Pencemaran dapat meningkatkan
aktivitas belajar biologi?”

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar dalam pembelajaran biologi siswa kelas X SMAS Islam
Boarding School Raudhatul Jannah melalui Pendekatan Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) Disertai Lembaran Kerja.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini hendaknya ini diharapkan berguna bagi:
1. Bagi peserta didik, penelitian tindakan kelas ini dapat meningkatkan
minat belajar biologi.
2. Bagi guru, sebagai bahan masukan dalam usaha meningkatkan aktivitas
belajar peserta didik melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning) yang disertai lembaran kerja.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan
permasalahan-permasalahan pembelajaran biologi, agar pembelajaran
biologi menjadi lebih optimal, dan mampu memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditentukan.
4. Bagi masyarakat, dengan membekali peserta didik dengan beberapa
keterampilan seperti bekerjasama, mandiri dan berkomunikasi dapat
mengimplementasikan keterampilan tersebut di tengah-tengah
masyarakat.

\
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Model Pembelajaran
Pendidikan memegang peran penting dalam mempersiapkan
sumber daya manusia yang berkaualitas. Oleh karena itu, pendidikan
hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut
bisa tercapai apabila siswa dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada
waktunya dengan prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar seseorang,
ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang yaitu, kemampuan
guru (profesionalisme guru) dalam mengelola pembelajaran dengan
metode-metode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi siswa untuk
mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan pembelajaran yang
lebih baik.
Menurut Nana Sudjana (2005: 76) metode pembelajaran adalah,
“Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran”. Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan,
“Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang
dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa
dalam upaya untuk mencapai tujuan”.
Berdasarkan definisi atau pengertian metode pembelajaran yang
dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar
terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan.
Menurut Nana Sudjana (1989:78 – 86), terdapat bermacam-macam metode
dalam mengajar, yaitu Metode ceramah, Metode Tanya Jawab, Metode
Diskusi, Metode Resitasi, Metode Kerja Kelompok, Metode Demonstrasi
dan Eksperimen, Metode sosiodrama (role-playing), Metode problem
solving, Metode sistem regu (team teaching), Metode latihan (drill),
Metode karyawisata (Field-trip), Metode survai masyarakat, dan Metode
simulasi.

a. Problem Based Learning (PBL)


Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya
permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar
berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh
pengetahuan (Duch, 1995). Finkle dan Torp (1995) menyatakan bahwa
PBM merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang
mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-
dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta
didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang
tidak terstruktur dengan baik. Dua definisi di atas mengandung arti
bahwa PBL atau PBM merupakan setiap suasana pembelajaran yang
diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari.
PBM bermula dari suatu program inovatif yang dikembangkan di
Fakultas Kedokteran Universitas McMaster, Kanada (Neufeld & Barrows,
1974). Program ini dikembangkan berdasar kenyataan bahwa banyak
lulusannya yang tidak mampu menerapkan pengetahuan yang mereka
pelajari dalam praktek sehari-hari. Dewasa ini PBM telah menyebar ke
banyak bidang seperti hukum, ekonomi, arsitektur, teknik, dan kurikulum
sekolah.
Menurut Boud dan Felleti (1991, dalam Saptono, 2003)
menyatakan bahwa “Problem Based Learning is a way of constructing and
teaching course using problem as a stimulus and focus on student
activity”. H.S. Barrows (1982), sebagai pakar PBL menyatakan bahwa
definisi PBL adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada
prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk
mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru.. PBL adalah
metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono,
2004)
Berdasarkan pendapat pakar-pakar tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa PROBLEM BASED LEARNING (PBL) merupakan
metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar
dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-
masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan
keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL
menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu
untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber
pembelajaran.
Sehingga dapat diartikan bahwa PBL adalah proses pembelajaran yang
titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu
dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior
knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan
dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil
merupakan poin utama dalam penerapan PBL. PBL merupakan satu proses
pembelajaran di mana masalah merupakan pemandu utama ke arah
pembelajaran tersebut. Dengan demikian, masalah yang ada digunakan
sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat
menyokong keilmuannya.

2. Langkah – langkah Problem Based Learning (PBL)


2.1 Orientasi siswa pada masalah
Pertama, sampaikan pada siswa tentang tujuan pembelajaran yang
ingin Anda capai. Kemudian, sajikan sebuah masalah yang harus
dipecahkan siswa. Masalah digunakan untuk meningkatkan rasa ingin
tahu, kemampuan analisis, juga inisiatif. Pastikan setiap anggota paham
berbagai istilah serta konsep yang ada dalam masalah. Sebagai guru,
Anda juga berperan sebagai pemberi motivasi agar setiap siswa terlibat
langsung dalam pemecahan masalah.
2.2 Mengorganisasi siswa
Setiap anggota dalam kelompok akan menyampaikan informasi yang
sudah dimiliki perihal masalah yang ada. Kemudian, akan terjadi diskusi
yang membahas informasi faktual, dan juga informasi yang dimiliki
setiap siswa. Nah, di sinilah brainstorming dilakukan. Peran Anda
sebagai guru adalah membantu siswa untuk mengorganisasikan tugas
belajar yang relevan dengan masalah yang disajikan.
2.3 Membimbing penyelidikan
Mendorong siswa dalam pengumpulan informasi yang relevan,
melaksanakan eksperimen, hingga mendapat insight untuk pemecahan
masalah.
2.4 Mengembangkan hasil karya
Metode pembelajaran problem based learning. (Sumber: pinterest.com)
Membantu siswa ketika proses perencanaan dan penyajian karya.
Beberapa di antaranya video, model, laporan, dan membagi tugas di
antara anggota dalam kelompok.
2.5 Analisis dan evaluasi
Arahkan siswa untuk melakukan refleksi dan evaluasi dalam setiap
proses yang dijalankan dalam penyelidikan. Kelompokkan bagian yang
sudah dianalisis keterkaitannya satu dengan lain. Manakah yang paling
menunjang, bertentangan, dan lain-lain.

2. Aktivitas Pembelajaran Biologi


Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menghasilkan perubahan pada pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan
keterampilan pada siswa sebagai latihan yang dilaksanakan secara
sengaja dan sadar untuk memperoleh hasil belajar (Rosiana & Margiati,
2012). Aktivitas belajar berperan penting dalam menentukan hasil belajar
yang baik pada siswa (Fatmawati, Santosa, & Ariyanto, 2013). Hasil
belajar yang baik merupakan tujuan dari siswa yang melakukan sebuah
pendidikan melalui proses belajar. Aktivitas belajar yang baik merupakan
kondisi ketika siswa aktif dalam mengolah dan merespon informasi yang
disampaikan oleh guru. Siswa yang aktif di dalam kelas dapat dilihat
ketika anak tersebut melakukan aktivitas belajar seperti mendengarkan
pendapat orang lain, berdiskusi, mengerjakan laporan tugas, membantu
teman yang kesulitan dan lain-lain (Susanto, 2016).
…….Berdasarkan pengamatan di SMAS Islam Boarding School
Raudhatul Jannah mengenai aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran
Biologi bahwa masih ada beberapa aktivitas belajar siswa yang belum
optimal. Berdasarkan hasil analis kebutuhan awal melalui observasi &
wawancara, aktivitas belajar siswa di SMAS Islam Boarding School
Raudhatul Jannah terlihat ada beberapa aktivitas belajar yang terlaksana
dan ada beberapa aktivitas belajar yang tidak terlaksana. Begitu pula
dengan respon siswa, ada sebagian siswa yang terlihat antusias dan ada
sebagian siswa juga yang terlihat biasa saja ketika ingin memulai
pembelajaran. Keadaan di dalam ruang kelas X SMAS Islam Boarding
School Raudhatul Jannah ada beberapa siswa yang tidak melakukan
aktivitas belajar. Ada sebagian siswa juga tidak memperhatikan
penjelasan guru terutama siswa yang duduk di bangku belakang.
Akhirnya kejadian ini akan membuat siswa tidak memahami materi yang
disampaikan oleh guru dan siswa tidak melaksanakan aktivitas belajar
yang seharusnya mereka lakukan. Siswa juga cenderung pasif pada saat
guru memberikan waktu kepada siswa untuk menanyakan bagian materi
Biologi yang belum dimengerti. Keadaan ini dapat dilihat pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
3. Konsep materi pencemaran
Pencemaran lingkungan didefinisikan sebagai perubahan faktor abiotik
akibat kegiatan yang melebihi ambang batas toleransi ekosistem biotik.
Misalnya saja penggunaan kendaraan bermotor ataupun alat pengolah
bahan baku yang terkadang tidak sesuai dengan standarisasi lingkungan.
Ada dua jenis bahan dalam pencemaran:
 Degradable, yaitu polutan yang dapat diuraikan kembali atau dapat
diturunkan sifat bahayanya ke tingkat yang dapat diterima oleh proses
alam. Contohnya adalah kotoran manusia atau hewan dan limbah
tumbuhan.
 Non-Degradable, yaitu polutan yang tidak dapa diuraikan oleh
kemampuan proses alam itu sendiri. Contohnya merkuri, timah hitam,
arsenik, dan lain-lain.
Pencemaran lingkungan disebabkan oleh beragam faktor. Namun, faktor
terbesarnya adalah manusia. Sadar atau tidak, kita telah berkontribusi
dalam proses pencemaran lingkungan. Mulai dari pertambahan jumlah
penduduk yang tak terkendali, banyaknya sumber-sumber zat
pencemaran sehingga alam tak mampu menetralisir.

B. Penelitian yang Relevan (bila ada)


Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang berjudul ”Penerapan Model Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas Xi
Biologi 4 Sma Negeri 1 Sedayu Tahun Ajaran 2017/2018” oleh Rossa
Delima rningtiyas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi
dan prestasi belajar peserta didik kelas XI BIOLOGI 4 SMA N 1 Sedayu
tahun ajaran 2017/2018 melalui pembelajaran model Problem Based
Learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dilaksanakan dalam dua siklus. Analisis data pada penelitian ini
berpedoman pada analisis Statistik Deskriptif dengan Persentase. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan tes tertulis, angket, dan observasi.
Motivasi peserta didik dilihat dengan menggunakan observasi dan angket.
Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan motivasi belajar
peserta didik dari siklus I ke siklus II pada kuesioner motivasi belajar
siswa sebesar 8,86% pada kategori tinggi dan sangant tinggi. Sedangkan
peningkatan prestasi belajar ditandai dengan bertambahnya peserta didik
yang nilainya mencapai kriteria ketuntasan minimal secara keseluruhan.
Pada siklus I sebesar 64,5% atau sebanyak 20 siswa mencapai kriteria
ketuntasan minimal. Pada siklus II terjadi peningkatan peserta didik yang
mencapai nilai ketuntasan minimal sebesar 77,14 % atau sebanyak 24
siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Ekonomi
Siswa Kelas XI BIOLOGI 4 SMA Negeri 1 Sedayu Tahun Ajaran
2017/2018.
C. Kerangka Berpikir

Kondisi Awal Guru belum Prestasi belajar


menggunakan Model PBL belum optimal

Pelaksanaan Tindakan Guru sudah Siklus 1


menggunakan Model PBL

Kondisi Akhir Prestasi Belajar Sklus 2


Meningkat

Kerangka Berfikir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik SMAS IBS Raudhatul
Jannah.
Lokasi penelitian adalah di SMAS IBS Raudhatul Jannah.
Waktu penelitian : 01 September 2021- 30 September 2021
B. Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini prosedur yang dilakukan
adalah :
1. Penetapan focus masalah penelitian
2. Perencanaan tindakan perbaikan
3. Observasi
4. Analisis dan refleksi
5. Rencana tindak lanjut
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan datanya adalah observasi aktivitas peserta didik
selama proses pembelajaran berlangsung.
D. Teknik Analisis Data
Menganalis data adalah suatu proses mengolah dan
menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai
informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang
jelas sesuai dengan tujuan penelitian.
Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif dan analisis
kunatitatif (Sanjaya, 2011: 106)
1. Analisis data Kualitatif Analisis data kualitatif digunakan untuk
menentukan peningkatan proses belajar khususnya berbagai tindakan yang
dilakukan guru (Sanjaya, 2011: 106) Menurut Sugiyono (2010: 337-345)
aktivitas dalam analisis data yaitu Reduksi Data, Penyajian Data,
Penarikan Kesimpulan.
a. Reduksi Data Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya
cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan
rinci. Aktifitas reduksi data ini yaitu merangkum, memilih
hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
b. Penyajian Data Penyajian data biasanya berupa teks yang
bersifat naratif. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga
akan semakin mudah dipahami.
c. Penarikan Kesimpulan Langkah ketiga dalam analisis data
kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi
2. Analisis data kuantitatif Analisis data kuantitatif digunakan untuk
menentukan peningkatan hasil belajar siswa sebagai pengaruh dari
setiap tindakan yang dilakukan guru (Sanjaya, 2011: 106). Data
prestasi belajar siswa dapat diketahui dengan menghitung mean (rata-
rata) dari daftar nilai siswa. Selanjutnya dari data Penarikan
Kesimpulan Pengumpulan Data Reduksi Data Penyajian Data 46
penghitungan mean yang telah diperoleh mengacu pada tabel kategori
pencapaian hasil belajar.
a. Mean (rata-rata nilai siswa)
M =∑ Xi N
Keterangan :
M = Rata-rata Mean
Xi = Jumlah nilai semua peserta didik
N = Jumlah peserta didik (Sutrisno Hadi, 2004: 40)
b. Kategori pencapaian

Tabel 4. Kategori pencapaian


(Sumber : Suharsimi Arikunto, 2006:210)

E. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini meliputi indikator
proses dan hasil dalam penelitian penggunaan pendekatan proses. Dari
segi proses ditandai oleh kreatifan peserta didik dalam pembelajaran dan
pemahaman peserta didik pada materi pencemaran.
Adapun kriteria yang digunakan untuk mengungkapkan kemampuan
menulis karangan argumentasi murid adalah sesuai dengan kriteria standar
yang dikemukakan oleh Nurkancana (Warda, 2009) adalah sebagai
berikut:
“Tindakan kemampuan 90%-100% dikategorikan sangat tinggi,
80%-89% dikategorikan tinggi, 65%-79% dikategorikan sedang,
55%-64% dikategorikan rendah, dan 0%-54% dikategorikan sangat
rendah.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka peneliti menentukan tingkat
keberhasilan tindakan pada penelitian ini dilihat pemahaman murid secara
individu pada setiap siklus telah meningkat dan menunjukkan tingkat
pencapaian ketuntasan belajar dengan nilai 7,5.
F. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Jadwal penelitian dirinci dengan tabel berikut:
No. Kegiatan Penelitian Minggu Bulan ke-2 Bulan ke-4
ke-1 dan ke 3
1 Persiapan PTK:
- Observasi/pra tindakan; √
- Penyusunan tindakan; √
- Penyusunan instrumen √
pembelajaran dan
pengumpulan data.
2 Pelaksanaan(siklus PTK):
- Pelaksanaan siklus 1. √
- Refleksi siklus 1. √
- Pelaksanaan siklus 2. √
- Refleksi siklus 2 √
- Pelaksanaan siklus 3 (jika √
diperlukan).
- Refleksi siklus 3. √
3 Pelaporan PTK √
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2003. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2009. Panduan Pengembangan Bahan Ajar: Kemendiknas: Jakarta.

Dit.Pembinaan SMA. 2015.Model-model Pembelajaran: Kemendiknas: Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono.2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Kemendikbud (2016): Permendikbud no. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses


Pendidikan Dasar dan Menengah.

Kemendikbud (2016): Permendikbud no. 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian


Pendidikan.

Lufri, dan kawan-kawan. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Padang: UNP.

Nurhawilis. 2015. Peningkatan Aktivitas dan Kompetisi Siswa Melalui Penerapan


Pendekatan PBL Disertai LKS Pada Materi Pewarisan Sifat Kelas IX SMP
N 11 Padang. Tesis. Pascasarjana. Padang: Jurusan Biologi UNP.

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta:


Rineka Cipta.

Sudjana.S. 2006. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Produktion.

LAMPIRAN (terlampir)

Anda mungkin juga menyukai