Oleh:
Nama : Maris Harabi Loda
NIM : 2320041
Hasil penelitian Ina Insania, dkk (2022) Penerapan Model Problem Based
Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pewarisan
Sifat di Kelas IX E SMP Unggulan Amanatul Ummah menunjukkan bahwa model
pembelajaran problem based learning pada materi pewarisan sifat dapat
meningkatkan nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 72 dan siklus II
sebesar 84. Proses pembelajaran dari dua siklus mengalami peningkatan sebanyak
86.7%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Pewarisan
Sifat di kelas IX E SMP Unggulan Amanatul Ummah.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses belajar mengajar di
dalam kelas ditemukan bahwa rendahnya hasil belajar siswa di SMP Negeri 1
Kambera untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya materi
pokok Pewarisan Sifat. Penyebabnya adalah dalam pembelajaran IPA yang masih
berpusat pada guru dan siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di sekolah bahwa
ditemukan juga hasil belajar siswa yang kurang memuaskan dan banyak siswa
yang lalai mengerjakan tugas yang diberikan guru, siswa lebih banyak bermain
dari pada mendengarkan penjelasan guru saat menyampaikan materi
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aktivitas belajar siswa di kelas IX SMP Negeri 1 KAMBERA
dengan penerapan model pembelajaran Problem bassed learning (PBL)?
2. Bagaiman penerapan model pembelajaran Problem bassed learning (PBL)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Pewarisan Sifat Pada
Makhluk Hidup di kelas IX SMP NEGERI 1 KAMBERA?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik setelah menerapkan model
pembelajaran Problem bassed learning (PBL) untuk meningkatkan hasil
belajar peserta didik pada materi pewarisan sifat pada makhluk hidup di IX
SMP Negeri 1 Kambera?
C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan aktivitas belajar siswa di kelas IX SMP Negeri 1
Kambera dengan penerapan model pembelajaran Problem bassed learning
(PBL)?
2. penerapan model pembelajaran Problem bassed learning (PBL) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Pewarisan Sifat Pada Makhluk
Hidup di kelas IX SMP Negeri 1 Kambera?
3. Untuk peningkatan hasil belajar peserta didik setelah menerapkan model
pembelajaran Problem bassed learning (PBL) untuk meningkatkan hasil
belajar peserta didik pada materi pewarisan sifat pada makhluk hidup di IX
SMP Negeri 1 Kambera?
D. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, manfaat yang dapat
disumbangkan kepada guru, siswa serta pihak yang berkepentingan, antara lain
sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan mampu
menghasilkan manfaat teoritis, yaitu berupa sumbangan pemikiran dan
tolak ukur pada penelitian yang akan datang atau lebih lanjut dalam rangka
memperbaiki kualitas atau mutu sumber daya manusia dan pendidikan,
khususnya dalam pembelajaran biologi. Manfaat teoritis lainnya ialah
membantu mengembangkan model pembelajaran PBL dengan media
animasi dalam pembelajaran lainnya.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi siswa
Penerapan model pembelajaran PBL dengan media animasi dapat
merangsang siswa berfikir kritis, inovatif, dan membantu
mengembangkan kemampuan dengan belajar bersama
kelompoknya.
b) Bagi guru
Dapat membantu atau mempermudah dalam proses pembelajaran
dan tentunya dapat mengembangkan kemampuan siswa.
c) Bagi sekolah
Penerapan model pembelajaran PBL dapat memberikan sumbangan
yang bersifat kritis dalam upaya meningkatkan kualitas belajar
biologi dan meningkatkan pembelajaran lainnya sehingga dapat
menghasilkan output yang berkualitas.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PEMBELAJARAN
1. Pengertian pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses perubahan yang disadari dan
disengaja, mengacu adanya kegiatan sistemik untuk berubah menjadi lebih
baik dari seorang individu. Sedangkan menurut Sudjana (2012: 28),
pembelajaran merupakan usaha yang disengaja oleh pendidik untuk
memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan belajar. Sedangkan menurut
Komalasari (2013: 3), pembelajaran adalah suatu sistem atau proses belajar
mengajar dimana siswa dan guru dilaksanakan dan dinilai secara sistematis
sehingga pembelajaran dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien. Pembelajaran adalah proses pembelajaran yang ditentukan oleh guru
untuk mengembangkan berpikir kreatif, meningkatkan kemampuan berpikir
siswa, dan meningkatkan kemampuannya untuk mengkonstruksi pengetahuan
baru dalam meningkatkan penguasaan mata pelajaran. Pembelajaran
merupakan perpaduan dua kegiatan belajar dan mengajar. Sedangkan menurut
Suardi (2018: 7), belajar adalah proses dimana siswa berinteraksi dengan guru
dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Dari sudut pandang teori
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu interaksi
dan upaya yang dirancang oleh pendidik dan siswa dengan menggunakan
prinsip-prinsip belajar dan teori belajar yang efisien dan efektif dalam
pelaksanaan proses belajar.
2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah salah satu aspek yang perlu
dipertimbangkan ketika merencanakan pembelajaran, karena semua kegiatan
pembelajaran mengarah pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pembelajaran
pada hakekatnya adalah hasil belajar yang diharapkan dalam pelaksanaan
belajar mengajar (Nana Sudjana, 2014: 30). Menurut Andi Setiawan (2017:
21), tujuan pembelajaran ialah aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu
rencana pembelajaran. Sedangkan menurut Andi Setiawan (2017: 186), tujuan
pembelajaran ialah untuk memperoleh kompetensi operasional yang ingin
dicapai atau ditargetkan siswa dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran
(RPP).
Tujuan pembelajaran adalah perilaku yang diharapkan dapat dicapai
atau dapat dilakukan siswa dalam kondisi dan tingkat kemampuan tertentu
(Wina Sanjaya 2017:85). Menurut Juhinot Simanjuntak (2021: 242), tujuan
pembelajaran ialah untuk mencapai suatu perubahan tingkah laku atau
kemampuan siswa setelah melakukan suatu kegiatan belajar. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran merupakan bagian penting dari
pembelajaran dan siswa diharapkan dapat mencapai hasil belajar, baik dari
segi perubahan perilaku siswa maupun dari segi hasil belajar. Tujuan
pembelajaran ini dapat dicapai oleh siswa dengan bantuan guru.
B. Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran adalah model yang prosedural atau sistematis
yang berpedoman pada pencapaian tujuan pembelajaran, yang meliputi
strategi, teknik, materi, alat, media, dan metode. Menurut Damardi (2017: 42).
Model pembelajaran adalah rencana atau pola yang digunakan sebagai
pedoman perencanaan 12 pembelajaran di kelas. Sedangkan menurut
Suprihatiningrum (2013:145), model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang menggambarkan secara sistematis proses pembelajaran untuk
mengelola pengalaman belajar siswa guna mencapai tujuan pembelajaran
tertentu yang diinginkan. Model pembelajaran adalah suatu bentuk
pembelajaran yang dijelaskan dari awal sampai akhir, dan diperkenalkan
secara khusus oleh guru. Model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai
model yang digunakan untuk persiapan pelajaran, pengorganisasian materi,
dan pemberian instruksi kepada guru di kelas. Dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah suatu rancangan yang dapat digunakan dalam
melaksanakan pembelajaran, berdasarkan kurikulum, dengan menggunakan
rangkaian demonstrasi bahan ajar dari berbagai aspek, yang dirancang untuk
mendukung proses belajar mengajar siswa yang relevan secara deklaratif, serta
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
Kehidupaan identik dengan menghadapai masalah. Model
pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari
kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berfikir tingkat tinggi.
Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka,
negosiasi, dan demokratis. Menurut Duch (1995) dalam Aris Shoimin
(2014:130) mengemukakan bahwa pengertian dari model Problem Based
Learning adalah: model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan
nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan
keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan .
Sedangkan menurut Kamdi (2007:77) Model Problem Based Learning diartikan
sebagai sebuah model pembelajaran yang di dalamnya melibatkan siswa untuk
berusaha memecahkan masalah dengan melalui beberapa tahap metode ilmiah
sehingga siswa diharapkan mampu mempelajari pengetahuan yang berkaitan
dengan masalah tersebut dan sekaligus siswa diharapkan akan memilki
keterampilan dalam memecahkan masalah.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Problem Based Learning menjadi sebuah pendekatan pembelajaran
yang berusaha menerapkan masalah yang terjadi dalam dunia nyata sebagai
sebuah konteks bagi para siswa dalam berlatih bagaimana cara berfikir kritis dan
mendapatkan keterampilan dalam pemecahan masalah, serta tak terlupakan untuk
mendapatkan pengetahuan sekaligus konsep yang penting dari materi ajar yang
dibicarakan.
C. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Problem Based Learning
Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu (2005) dalam
Aris Shoimin (2014:130) menjelaskan karakteristik dari PBM, yaitu:
a. Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada
siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh
teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat
mengembangkan pengetahuannya sendiri.
b. Autenthic problems from the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang
autentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah
tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya
nanti.
c. New information is acquired through self-directed learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja belum
mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasayaratnya
sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya,
baik dari buku atau informasi lainnya.
d. Learning occurs in small group
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha
mengembangkan pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan
dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian
tugas yang jelas dan penerapan tujuan yang jelas.
e. Teachers act as facilitators
Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai
fasilitator. Meskipun begitu guru harus selalu memantau
perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereke agar mencapai
target yang hendak dicapai.
Sedangkan ciri dari model problem Based learning secara umum dapat
dikenali dengan adanya enam ciri yang dimilikinya, adapun keenam ciri
tersebut adalah:
1. Kegiatan belajar mengajar dengan model Problem Based Learning
dimulai dengan pemberian sebuah masalah.
2. Masalah yang disajikan berkaitan dengan kehidupan nyata para siswa
3. Mengorganisasikan pembahasan seputar disiplin ilmu.
4. Siswa diberikan tanggungjawab yang maksimal dalam membentuk
maupun menjalankan proses belajar secara langsung.
5. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil.
6. Siswa dituntut untuk mendemonstrasikan produk atau kinerja yang
telah mereka pelajari.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
model Problem Based Learning dimulai oleh adanya masalah yang dalam hal
ini dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru, kemudian siswa
memperdalam pengetahuannya tentang materi yang mereka telah ketahui dan
dan apa yang perlu mereka ketahui untuk memecahkan masalah tersebut.
Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan
sehingga mereka terdorong untuk berperan aktif dalam belajar.
D. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning
Aris Shoimin (2014:131) mengemukakan bahwa langkah-langkah
dalam model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang
dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik,
tugas, jadwal, dll).
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah,
pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagai tugas
dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Sedangkan langkah-langkah dalam model pembelajaran Problem
Based learning secara umum adalah:
a. Orientasi siswa kepada masalah
Kegiatan yang pertama dilakukan dalam model ini adalah
dijelaskannya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru,
selanjutnya disampaikannya terkait logistik yang dibutuhkan,
diajukannya suatu masalah yang harus dipecahkan siswa,
memotivasi para siswa agar dapat terlibat secara langsung untuk
melakukan aktivitas pemecahan masalah yang menjadi pilihannya.
H. Kerangka Berpikir
Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal dengan melatih
kemampuan siswa adalah dengan cara menggunakan model pembelajaran
yang tepat. Model pembelajaran yang dirasa tepat untuk menggantikan metode
ceramah adalah metode Problem Based Learning (PBL) karena metode PBL
ini meliputi analisis masalah, pengumpulan dan penyatuan informasi,
kemudian mencari penyelesaian masalah dan terakhir mempresentasikan
penemuan sehingga model PBL ini membiasakan siswa mencari solusi dari
sebuah masalah yang ada disekitarnya sehingga siswa terbiasa berpikir dan
kemampuan siswa tentu akan terlatih.
Model PBL dikatakan menjadi model yang baik untuk meningkatkan
kamampuan siswa juga diperkuat dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
Fitriyanti (2012) model pembelajaran PBL memberikan perbedaan
kemampuan berpikir kritis siswa dalam pretest dan posttest yang dilakukan
dan terjadi peningkatan kemampuan pada hasil posttest yang didapat. Adapun
peta konsep kerangka pemikiran sebagai berikut :
Guru
Materi Pewarisan Sifat
Pada Makhluk Hidup
Analisis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom
actionresearch), sebagaimana yang diungkapkan oleh Basuki bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas
secara bersama. Arah dan tujuan penelitian tindakan kelas yaitu demi
kepentingan siswa agar mampu meningkatkan aktivitas bertanya dan
prestasi belajar yang memuaskan.
2. Tes
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen merupakan alat dan bahan yang digunakan oleh peneliti
untuk
mengumpulkan data penelitian. Adapun instrument yang digunakan
adalah:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk melihat aktivitas belajar
siswa dalam proses pembelajaran pada materi pewarisan sifat pada
makhluk hidup menggunakan model PBL. Lembar observasi ini
dapat diukur dengan kegiatan Visual Activities, Writing Activities,
Listening Activities, Oral Activities, Motor Activities, Mental
activities, dan Emotional Activities.
b. Soal
Soal tes merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur
pengetahuan siswa. Tes yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sejumlah soal pilihan ganda (multiple choice) sebanyak 25
soal yang sesuai dengan materi pelajaran. Tes yang dilakukan ini
bertujuan untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Butir soal
yang diberikan dianalisis terlebih dahulu dengan validitas,
realibilitas, dan tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal.
Soal tes yang digunakan terlebih dahulu divalidasi pada
validator ahli dengan cara mengukur tujuan khusus tertentu yang
sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan, materi yang
diajarkan tertera dalam kurikulum disebut dengan validitas isi.
F
P= x 100
N
Keterangan:
P : Angka persentase yang dicari
F : Frekuensi kreativitas yang muncul
N : Jumlah kreativitas seluruh aspek
100 : Bilangan tetap (konstanta).
Data observasi aktivitas siswa dapat dideskripsikan berdasarkan hasil
observer selama proses pembelajaran dengan kriteria sebagai berikut:
81% - 100% = Aktivitas Belajar Siswa Sangat Baik
61% - 80% = Aktivitas Belajar Siswa Baik
41% - 60% = Aktivitas Belajar Siswa Cukup Baik
0% - 40% = Aktivitas Belajar Siswa Kurang Baik
2. Hasil Belajar Siswa
Untuk peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari
perbedaan antara nilai pretest dan post-test yang dihitung
menggunakan rumus N-gain sabagai berikut:
(Skor Posttest−Skor Pretest )
N−Gain=
( Skor Maksimum−Skor Pretest )
Md
t=
√∑ d −¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿
2
keterangan:
Md = Rata-rata dari gain antara tes akhir dan tes awal
d = Gain (selisih) skor tes akhir terhadap tes awal setiap subjek
n = Jumlah subjek
Statistik uji-t tersebut digunakan untuk menguji hipotesis yang
dirumuskan sebagai berikut:
Ho: µ1≤ µ2
Ha: µ1≥ µ2 Kriteria pengujian adalah ditolak Ho jika t hitung ≤ ttabel dan
diterima Ha jika thitung ≥ ttabel dengan penggunaan taraf signifikan a = 0,05.
DAFTAR PUSTAKA