Anda di halaman 1dari 28

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI PEWARISAN SIFAT PADA


MAKHLUK HIDUP DI KELAS IX SMP NEGERI 1 KAMBERA

Oleh:
Nama : Maris Harabi Loda
NIM : 2320041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN WIRA WACANA SUMBA
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan. Belajar merupakan suatu ciri khas manusia yang dapat
dibedakan dengan makhluk hidup lain. Belajar yang dilakukan manusia
merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan
dimana saja, baik di sekolah, di kelas, di jalanan dalam waktu yang tak dapat
ditentukan sebelumnya. Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi yang edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Pada proses belajar mengajar ini terjadi komunikasi dua arah dalam
mempelajari suatu materi pelajaran, pertama adalah mengajar yang dilakukan oleh
pihak guru sebagai pendidik, sedangkan kedua adalah belajar yang dilakukan oleh
siswa atau peserta didik (Oemar Hamalik. 1990, h. 21).
Kurikulum 2013 menekankan pembentukan manusia yang produktif,
kreatif, dan inovatif. Pengembangan kurikulum 2013 bertujuan diantaranya yaitu
agar mutu pendidikan meningkat dengan melakukan penyeimbangan antara soft
skill dan hard skill. Pembelajaran merupakan sebuah proses yang didalamnya
terjadi interaksi antara peserta didik, tenaga pendidik, dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar agar dapat terjadinya proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tingkah laku, dan pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik (Suardi, 2018). Untuk menunjang proses
tersebut maka diperlukan adanya sebuah pola pembelajaran berupa kerangka
konseptual dengan prosedur sistematis yang tidak lepas dari peran dan kegunaan
sumber belajar atau bahan ajar yang digunakan oleh guru. Sumber belajar yang
digunakan ini dapat mengoptimalkan pembelajaran dan meningkatkan
pemahaman peserta didik sehingga adanya peningkatan mutu pendidikan.
Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi yang edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Pada
proses belajar mengajar ini terjadi komunikasi dua arah dalam mempelajari suatu
materi pelajaran, pertama adalah mengajar yang dilakukan oleh pihak guru
sebagai pendidik, sedangkan kedua adalah belajar yang dilakukan oleh siswa atau
peserta didik (Usman, dkk. 2008, h. 85).
Model pembelajaran yang akan digunakan yaitu problem based learning
(PBL), Pembelajaran berbasis masalah terbukti dapat meningkatkan motivasi
peserta didik dalam belajar, memperkuat kemampuan memproses informasi,
mendorong aplikasi konsep tingkat tinggi ke dalam situasi nyata, dan membantu
peningkatan team building (Muniroh, 2015). Pembelajaran berbasis masalah
adalah model pembelajaran yang menggunakan permasalahan sebagai konteks
pembelajaran untuk peserta didik, sehingga peserta didik dapat belajar tentang
cara berpikir dan keterampilan dalam penyelesaian masalah. Kegiatan pemecahan
masalah yang dilakukan oleh peserta didik melalui metode-metode ilmiah
sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan
masalah tersebut (Ismaya, 2019).
Pembelajaran berbasis masalah ini memiliki fase-fase yang harus
dilakukan dalam pembelajaran, fase-fase ini dilakukan sehingga guru tidak
mengalami kebingungan saat melakukan pembelajaran menggunakan model
berbasis masalah ini. Fase-fase pembelajaran berbasis masalah yaitu (1)
Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada peserta didik, (2)
Mengorganisasikan peserta didik untuk meneliti, (3) Membantu investigasi
mandiri dan kelompok, (4) Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya,
(5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Fahrurrozi dan
Hamdi, 2017).

Hasil penelitian Ina Insania, dkk (2022) Penerapan Model Problem Based
Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pewarisan
Sifat di Kelas IX E SMP Unggulan Amanatul Ummah menunjukkan bahwa model
pembelajaran problem based learning pada materi pewarisan sifat dapat
meningkatkan nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 72 dan siklus II
sebesar 84. Proses pembelajaran dari dua siklus mengalami peningkatan sebanyak
86.7%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model Problem Based
Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Pewarisan
Sifat di kelas IX E SMP Unggulan Amanatul Ummah.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses belajar mengajar di
dalam kelas ditemukan bahwa rendahnya hasil belajar siswa di SMP Negeri 1
Kambera untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya materi
pokok Pewarisan Sifat. Penyebabnya adalah dalam pembelajaran IPA yang masih
berpusat pada guru dan siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di sekolah bahwa
ditemukan juga hasil belajar siswa yang kurang memuaskan dan banyak siswa
yang lalai mengerjakan tugas yang diberikan guru, siswa lebih banyak bermain
dari pada mendengarkan penjelasan guru saat menyampaikan materi
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aktivitas belajar siswa di kelas IX SMP Negeri 1 KAMBERA
dengan penerapan model pembelajaran Problem bassed learning (PBL)?
2. Bagaiman penerapan model pembelajaran Problem bassed learning (PBL)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Pewarisan Sifat Pada
Makhluk Hidup di kelas IX SMP NEGERI 1 KAMBERA?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik setelah menerapkan model
pembelajaran Problem bassed learning (PBL) untuk meningkatkan hasil
belajar peserta didik pada materi pewarisan sifat pada makhluk hidup di IX
SMP Negeri 1 Kambera?
C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan aktivitas belajar siswa di kelas IX SMP Negeri 1
Kambera dengan penerapan model pembelajaran Problem bassed learning
(PBL)?
2. penerapan model pembelajaran Problem bassed learning (PBL) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Pewarisan Sifat Pada Makhluk
Hidup di kelas IX SMP Negeri 1 Kambera?
3. Untuk peningkatan hasil belajar peserta didik setelah menerapkan model
pembelajaran Problem bassed learning (PBL) untuk meningkatkan hasil
belajar peserta didik pada materi pewarisan sifat pada makhluk hidup di IX
SMP Negeri 1 Kambera?

D. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, manfaat yang dapat
disumbangkan kepada guru, siswa serta pihak yang berkepentingan, antara lain
sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan mampu
menghasilkan manfaat teoritis, yaitu berupa sumbangan pemikiran dan
tolak ukur pada penelitian yang akan datang atau lebih lanjut dalam rangka
memperbaiki kualitas atau mutu sumber daya manusia dan pendidikan,
khususnya dalam pembelajaran biologi. Manfaat teoritis lainnya ialah
membantu mengembangkan model pembelajaran PBL dengan media
animasi dalam pembelajaran lainnya.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi siswa
Penerapan model pembelajaran PBL dengan media animasi dapat
merangsang siswa berfikir kritis, inovatif, dan membantu
mengembangkan kemampuan dengan belajar bersama
kelompoknya.
b) Bagi guru
Dapat membantu atau mempermudah dalam proses pembelajaran
dan tentunya dapat mengembangkan kemampuan siswa.
c) Bagi sekolah
Penerapan model pembelajaran PBL dapat memberikan sumbangan
yang bersifat kritis dalam upaya meningkatkan kualitas belajar
biologi dan meningkatkan pembelajaran lainnya sehingga dapat
menghasilkan output yang berkualitas.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang dibahas
maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
2. Subjek Penelitian ini adalah peserta didik kelas IX SMP Negeri 1 Kambera
3. Objek penelitian ini adalah pendekatan problem based learning dan hasil
belajar IPA peserta didik kelas IX SMP Negeri 1 Kambera
4. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kambera
F. Defenisi Istilah
1. Model Pembelajaran PBL
Pembelajaran Problem Bassed Learning (PBL) merupakan model
pemelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat memengetahui pengetahuan
yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah. Model PBL yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah model yang digunakan untuk membantu siswa lebih
berpikir kritis sehingga akan lebih mudah dalam memahami materi pewarisan
sifat pada makhluk hidup di SMP Negeri 1 Kambera.
2. Hasil belajar
Menurut Oemar Hamalik (2011:30) Hasil belajara adalah bila
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tau menjadi tau, dan dari tidak mengerti menjadi
mengerti.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. PEMBELAJARAN
1. Pengertian pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses perubahan yang disadari dan
disengaja, mengacu adanya kegiatan sistemik untuk berubah menjadi lebih
baik dari seorang individu. Sedangkan menurut Sudjana (2012: 28),
pembelajaran merupakan usaha yang disengaja oleh pendidik untuk
memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan belajar. Sedangkan menurut
Komalasari (2013: 3), pembelajaran adalah suatu sistem atau proses belajar
mengajar dimana siswa dan guru dilaksanakan dan dinilai secara sistematis
sehingga pembelajaran dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien. Pembelajaran adalah proses pembelajaran yang ditentukan oleh guru
untuk mengembangkan berpikir kreatif, meningkatkan kemampuan berpikir
siswa, dan meningkatkan kemampuannya untuk mengkonstruksi pengetahuan
baru dalam meningkatkan penguasaan mata pelajaran. Pembelajaran
merupakan perpaduan dua kegiatan belajar dan mengajar. Sedangkan menurut
Suardi (2018: 7), belajar adalah proses dimana siswa berinteraksi dengan guru
dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Dari sudut pandang teori
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu interaksi
dan upaya yang dirancang oleh pendidik dan siswa dengan menggunakan
prinsip-prinsip belajar dan teori belajar yang efisien dan efektif dalam
pelaksanaan proses belajar.
2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah salah satu aspek yang perlu
dipertimbangkan ketika merencanakan pembelajaran, karena semua kegiatan
pembelajaran mengarah pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pembelajaran
pada hakekatnya adalah hasil belajar yang diharapkan dalam pelaksanaan
belajar mengajar (Nana Sudjana, 2014: 30). Menurut Andi Setiawan (2017:
21), tujuan pembelajaran ialah aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu
rencana pembelajaran. Sedangkan menurut Andi Setiawan (2017: 186), tujuan
pembelajaran ialah untuk memperoleh kompetensi operasional yang ingin
dicapai atau ditargetkan siswa dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran
(RPP).
Tujuan pembelajaran adalah perilaku yang diharapkan dapat dicapai
atau dapat dilakukan siswa dalam kondisi dan tingkat kemampuan tertentu
(Wina Sanjaya 2017:85). Menurut Juhinot Simanjuntak (2021: 242), tujuan
pembelajaran ialah untuk mencapai suatu perubahan tingkah laku atau
kemampuan siswa setelah melakukan suatu kegiatan belajar. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran merupakan bagian penting dari
pembelajaran dan siswa diharapkan dapat mencapai hasil belajar, baik dari
segi perubahan perilaku siswa maupun dari segi hasil belajar. Tujuan
pembelajaran ini dapat dicapai oleh siswa dengan bantuan guru.
B. Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran adalah model yang prosedural atau sistematis
yang berpedoman pada pencapaian tujuan pembelajaran, yang meliputi
strategi, teknik, materi, alat, media, dan metode. Menurut Damardi (2017: 42).
Model pembelajaran adalah rencana atau pola yang digunakan sebagai
pedoman perencanaan 12 pembelajaran di kelas. Sedangkan menurut
Suprihatiningrum (2013:145), model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang menggambarkan secara sistematis proses pembelajaran untuk
mengelola pengalaman belajar siswa guna mencapai tujuan pembelajaran
tertentu yang diinginkan. Model pembelajaran adalah suatu bentuk
pembelajaran yang dijelaskan dari awal sampai akhir, dan diperkenalkan
secara khusus oleh guru. Model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai
model yang digunakan untuk persiapan pelajaran, pengorganisasian materi,
dan pemberian instruksi kepada guru di kelas. Dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah suatu rancangan yang dapat digunakan dalam
melaksanakan pembelajaran, berdasarkan kurikulum, dengan menggunakan
rangkaian demonstrasi bahan ajar dari berbagai aspek, yang dirancang untuk
mendukung proses belajar mengajar siswa yang relevan secara deklaratif, serta
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
Kehidupaan identik dengan menghadapai masalah. Model
pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari
kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berfikir tingkat tinggi.
Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka,
negosiasi, dan demokratis. Menurut Duch (1995) dalam Aris Shoimin
(2014:130) mengemukakan bahwa pengertian dari model Problem Based
Learning adalah: model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan
nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan
keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan .
Sedangkan menurut Kamdi (2007:77) Model Problem Based Learning diartikan
sebagai sebuah model pembelajaran yang di dalamnya melibatkan siswa untuk
berusaha memecahkan masalah dengan melalui beberapa tahap metode ilmiah
sehingga siswa diharapkan mampu mempelajari pengetahuan yang berkaitan
dengan masalah tersebut dan sekaligus siswa diharapkan akan memilki
keterampilan dalam memecahkan masalah.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Problem Based Learning menjadi sebuah pendekatan pembelajaran
yang berusaha menerapkan masalah yang terjadi dalam dunia nyata sebagai
sebuah konteks bagi para siswa dalam berlatih bagaimana cara berfikir kritis dan
mendapatkan keterampilan dalam pemecahan masalah, serta tak terlupakan untuk
mendapatkan pengetahuan sekaligus konsep yang penting dari materi ajar yang
dibicarakan.
C. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Problem Based Learning
Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu (2005) dalam
Aris Shoimin (2014:130) menjelaskan karakteristik dari PBM, yaitu:
a. Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada
siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh
teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat
mengembangkan pengetahuannya sendiri.
b. Autenthic problems from the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang
autentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah
tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya
nanti.
c. New information is acquired through self-directed learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja belum
mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasayaratnya
sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya,
baik dari buku atau informasi lainnya.
d. Learning occurs in small group
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha
mengembangkan pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan
dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian
tugas yang jelas dan penerapan tujuan yang jelas.
e. Teachers act as facilitators
Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai
fasilitator. Meskipun begitu guru harus selalu memantau
perkembangan aktivitas siswa dan mendorong mereke agar mencapai
target yang hendak dicapai.
Sedangkan ciri dari model problem Based learning secara umum dapat
dikenali dengan adanya enam ciri yang dimilikinya, adapun keenam ciri
tersebut adalah:
1. Kegiatan belajar mengajar dengan model Problem Based Learning
dimulai dengan pemberian sebuah masalah.
2. Masalah yang disajikan berkaitan dengan kehidupan nyata para siswa
3. Mengorganisasikan pembahasan seputar disiplin ilmu.
4. Siswa diberikan tanggungjawab yang maksimal dalam membentuk
maupun menjalankan proses belajar secara langsung.
5. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil.
6. Siswa dituntut untuk mendemonstrasikan produk atau kinerja yang
telah mereka pelajari.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
model Problem Based Learning dimulai oleh adanya masalah yang dalam hal
ini dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru, kemudian siswa
memperdalam pengetahuannya tentang materi yang mereka telah ketahui dan
dan apa yang perlu mereka ketahui untuk memecahkan masalah tersebut.
Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan
sehingga mereka terdorong untuk berperan aktif dalam belajar.
D. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning
Aris Shoimin (2014:131) mengemukakan bahwa langkah-langkah
dalam model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang
dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik,
tugas, jadwal, dll).
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah,
pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagai tugas
dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Sedangkan langkah-langkah dalam model pembelajaran Problem
Based learning secara umum adalah:
a. Orientasi siswa kepada masalah
Kegiatan yang pertama dilakukan dalam model ini adalah
dijelaskannya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru,
selanjutnya disampaikannya terkait logistik yang dibutuhkan,
diajukannya suatu masalah yang harus dipecahkan siswa,
memotivasi para siswa agar dapat terlibat secara langsung untuk
melakukan aktivitas pemecahan masalah yang menjadi pilihannya.

b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar


Guru dapat melakukan perannya untuk membantu siswa dalam
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang terkait
dengan masalah yang disajikan.
c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru melakukan usaha untuk mendorong siswa dalam
mengumpulkan informasi yang relevan, mendorong siswa untuk
melakukan eksperimen, dan untuk mendapat pencerahan dalam
pemecahan masalah.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu para siswa-siswinya dalam melakukan
perencanaan dan penyiapan karya yang sesuai misalnya laporan,
video atau model, serta guru membantu para siswa untuk berbagi
tugas antar anggota dalam kelompoknya.
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu para siswa dalam melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dalam setiap proses yang mereka
gunakan.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai langkah-langkah dalam
model pembelajaran Problem Based Learning dapat diambil kesimpulan
bahwa langkah-langkah dalam model PBL ini dimulai dengan menyiapkan
logistic yang dibutuhkan lalu penyajian topik atau masalah, dilanjutkan
dengan siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil, mencari solusi dari
permasalahan dari berbagai sumber secara mandiri atau kelompok,
menyampaikan solusi dari permasalahan dalam kelompok berupa hasil karya
dalam bentuk laporan, dan kemudian melakukan evaluasi terhadap proses apa
saja yang mereka gunakan.

E. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based


Learning
a. Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Aris Shoimin (2014:132) berpendapat bahwa kelebihan model


Problem Based Learning diantaranya:
1. Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah
dalam situasi nyata.
2. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri
melalui aktivitas belajar.
3. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada
hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi
beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi.
4. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
5. Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari
perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi.
6. Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.
7. Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah
dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
8. Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja
kelompok dalam bentuk peer teaching.
Sedangkan menurut Suyanti (2010) kelebihan dalam penerapan model
Problem Based Learning diantaranya adalah:
1. PBL dirancang utamanya untuk membantu pebelajar dalam
membangun kemampuan berfikir kritis, pemecahan masalah, dan
intelektual mereka, dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyelesaikan dengan pengetahuan baru.
2. Membuat mereka menjadi pebelajar yang mandiri dan bebas.
3. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk
memahami isi pelajaran, dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
siswa.
4. Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
5. Membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan, juga
dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil
maupun proses belajarnya.
6. Melalui PBL bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang
harus dimengerti siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau
dari buku-buku.
7. Dapat mengembangkan minat siswa untuk terus-menerus belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal berakhir.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dengan
menggunakannya model pembelajaran Problem Based Learning yaitu:
a. Melatih siswa memiliki kemampuan berfikir kritis, kemampuan
memecahkan masalah, dan membangun pengetahuannya sendiri.

b. Terjadinya peningkatan dalam aktivitas ilmiah siswa.

c. Mendorong siswa melakukan evaluasi atau menilai kemajuan


belajarnya sendiri.

d. Siswa terbiasa belajar melalui berbagai sumber-sumber


pengetahuan yang relevan.

e. Siswa lebih mudah memahami suatu konsep jika saling


mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan temannya.

b. Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning


Aris Shoimin (2014:132) berpendapat bahwa selain memiliki
kelebihan, model Problem Based Learning juga memilki kelemahan,
diantaranya sebagai berikut:

a. PBM tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada


bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih
cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu
yang kaitannya dengan pemecahan masalah.
b. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang
tinggi terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.
Sedangkan menurut Suyanti (2010) kelemahan dalam penerapan model
Problem Based Learning diantaranya adalah:
1. Manakala siswa tidak memilki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui Problem Based
learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak mau belajar
apa yang mereka ingin pelajari.
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat di atas adalah
model Problem Based Learning ini memerlukan waktu yang tidak sedikit,
Pembelajaran dengan model ini membutuhkan minat dari siswa untuk
memecahkan masalah, jika siswa tidak memiliki minat tersebut maka
siswa cenderung bersikap enggan untuk mencoba, dan model
pembelajaran ini cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan
pemecahan masalah.

F. Materi Pewarisan Sifat pada Makhluk Hidup


a. Materi Genetik
Materi genetik memegang peranan penting dalam proses pewarisan
sifat. Warna kulit, bentuk rambut, bentuk hidung, atau bahkan beberapa
jenis penyakit tertentu tidak serta-merta dimiliki oleh seseorang. Setiap ciri
atau sifat yang ada pada setiap orang adalah warisan dari orang tua yang
diwariskan pmelalui materi genetik. Ayah akan mewariskan materi
genetiknya melalui sel sperma, sedangkan ibu akan mewariskan materi
genetik melalui sel ovum. Materi genetik dari ayah dan ibu akan
bergabung melalui proses fertilisasi. Oleh karena adanya penggabungan
materi genetik inilah, pada dirimu muncul beberapa ciri yang mirip dengan
ayah dan beberapa ciri yang mirip dengan ibu.
Molekul yang berperan sebagai materi genetik adalah asam nukleat.
Ada dua macam asam nukleat yang berperan sebagai materi genetik yaitu
DNA (deoxyribonucleic acid) dan RNA (ribonucleic acid). Pada suatu
untai DNA terdapat unit yang memengaruhi sifat atau yang menentukan
ciri setiap makhluk hidup yang disebut gen. DNA terletak di dalam inti sel.
Namun, adapula DNA yang tidak terdapat di dalam inti sel. DNA
merupakan untaian yang sangat panjang. DNA melilit pada protein yang
disebut protein histon. Seluruh untai DNA tersebut dikenal dengan
kromosom. Oleh karena itu, kita dapat melihat struktur kromosom pada
saat sel akan membelah. Sebagai contoh kamu dapat melihat kromosom
dengan jelas pada sel akar bawang merah pada Gambar 1.1.

Gamabr 1.1 Kromosom Dapat Terlihat pada Sel-Sel Akar Bawang


yang Mengalami Pembelahan

b. Struktur DNA dan RNA


Penemuan struktur DNA tak lepas dari penelitian dari Maurice Wilkins
dan Rosalind Franklin yang menggunakan teknik kristalografi (difraksi)
sinar-X untuk mempelajari struktur DNA pada tahun 1950 hingga 1953.
Berdasarkan penelitian Rosalind Franklin, pada tahun 1953, Frances Crick
dan James Watson mengemukakan bahwa DNA memiliki struktur seperti
suatu untai ganda yang membentuk heliks atau bentuk ulir. Perhatikan
Gambar 1.2 !
Gambar 1.2 Struktur Molekul DNA (a) Struktur Heliks, (b) Struktur
Kimia
Parsial DNA
Asam nukleat baik DNA maupun RNA terdiri dari subunit nukleotida.
Masing-masing nukleotida tersusun atas gugus fosfat, gula, dan basa
nitrogen. Pada DNA, gulanya berupa gula deoksiribosa, sedangkan pada
RNA gulanya adalah gula ribosa. Nukleotida ini dapat dibagi menjadi
struktur yang lebih kecil disebut nukleosida. Satu unit nukleosida tersusun
atas gula dan basa nitrogen (tanpa gugus fosfat). Ada empat senyawa basa
nitrogen yang menyusun DNA yaitu adenin (A) yang selalu berpasangan
dengan timin (T), serta guanin (G) yang selalu berpasangan dengan sitosin
(C). Basa nitrogen adenin dan guanin dikelompokkan dalam basa purin,
sedangkan timin dan sitosin dikelompokkan dalam basa pirimidin. Pada
RNA tidak terdapat basa nitrogen timin (T). Basa nitrogen timin ini pada
RNA digantikan oleh basa nitrogen urasil (U). Tahukah kamu, struktur
heliks DNA terbentuk karena adanya beberapa jenis ikatan kimia. Antara
untai DNA diikat oleh ikatan hidrogen. Antara basa nitrogen dan gula
diikat oleh ikatan glikosida, sedangkan antar nukleotida dihubungkan
dengan ikatan fosfodiester.
c. Peranan Materi Genetik dalam Penentuan Sifat
Dalam pewarisan sifat dikenal istilah sifat dominan dan sifat resesif.
Sebagai contoh, karakter jenis cuping yang terpisah dapat dikatakan
mampu menutupi atau mengalahkan ciri jenis cuping telinga melekat.
Karakter yang mampu mengalahkan atau menutupi karakter yang lain
disebut sifat dominan. Karakteristik yang kalah (dalam fenomena ini
karakter cuping melekat) disebut sifat resesif. Gen bertanggung jawab atas
sifat suatu organisme. Gen dapat dilambangkan dengan huruf tertentu. Gen
dominan dapat ditulis dengan huruf kapital, sedangkan gen resesif ditulis
dengan huruf biasa (kecil). Karakter cuping yang terpisah dikode oleh gen
G (dominan) sedangkan karakter cuping yang melekat dikode oleh gen g
(resesif). Variasi atau bentuk alternatif dari suatu gen (dalam hal ini yaitu
gen G dan gen g) disebut alela.
Susunan kromosom pada sel penyusun tubuh berbeda dengan susunan
kromosom pada sel kelamin (sel telur atau ovum dan sel sperma).
Kromosom pada sel tubuh susunannya berpasangan. Keadaan kromosom
yang berpasangan disebut dengan diploid (di = dua), sedangkan susunan
kromosom pada sel kelamin tidak berpasangan dan disebut dalam keadaan
haploid. Keadaan diploid ditulis dengan simbol 2n dan keadaan haploid
ditulis dengan simbol n, sehingga kromosom sel kelamin jumlahnya
setengah dari kromosom sel tubuh. Jumlah kromosom sel tubuh manusia
sebanyak 23 pasang. Pada keadaan diploid atau 2n, jumlah kromosomnya
23 × 2 = 46 buah kromosom. Kromosom nomor 1 sampai nomor 22
disebut autosom (kromosom tubuh), sedangkan kromosom nomor 23
disebut gonosom (kromosom kelamin). Kromosom nomor 23 (gonosom)
inilah yang membedakan kamu laki-laki atau perempuan. Pada biologi,
lakilaki diberi simbol ♂ (atau jantan pada hewan dan tumbuhan), dan
perempuan diberi simbol ♀ (atau betina pada hewan dan tumbuhan).
Penulisan kromosom kelamin atau gonosom laki-laki ditulis dengan
pasangan huruf XY dan untuk perempuan ditulis dengan pasangan huruf
XX. Kariotipe atau susunan kromosom laki-laki dapat ditulis dengan
rumus 22AA + XY dan untuk perempuan ditulis dengan rumus 22AA +
XX. Pada sel kelamin, kromosom tidak dalam keadaan berpasangan
(haploid), sehingga kariotipe sel kelamin jantan (sel sperma) adalah 22A +
X atau 22A + Y, sedangkan kariotipe sel kelamin betina (sel ovum) yaitu
22A + X.
Gambar 1.3 Diagram Kromosom Perkawinan Laki-Laki dengan
Perempuan

Masih ingatkah kamu bahwa sel-sel sperma ada yang mengandung


kromosom kelamin Y dan ada yang mengandung kromosom kelamin X?
Gen-gen pada kromosom kelamin Y memiliki peranan penting dalam
menentukan jenis kelamin pada manusia. Pada sel ovum hanya terdapat
autosom dan kromosom kelamin X saja. Jadi, ketika sel telur yang
mengandung kromosom kelamin X bertemu dengan sel sperma yang
mengandung kromosom kelamin X maka akan menghasilkan anak
(keturunan) dengan jenis kelamin perempuan (XX). Jika sel telur yang
mengandung kromosom kelamin X bertemu dengan sel sperma yang
mengandung kromosom kelamin Y maka akan menghasilkan anak
(keturunan) dengan jenis kelamin laki-laki (XY). Keturunan dalam proses
pewarisan sifat dapat disebut dengan filial (F), sedangkan orang tua atau
induk disebut dengan parental (P).

G. Penelitian Yang Relevan


2.1 Tabel Penelitian yang Relevan

No Nama/Tahun/Judul Penelitian Hasil Penelitian


1 Ina Insania, dkk (2022) Penerapan Model Hasil penelitian menunjukkan
Problem Based Learning (PBL) Untuk bahwa model pembelajaran
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada problem based learning pada
Materi Pewarisan Sifat di Kelas IX E materi pewarisan sifat dapat
SMP Unggulan Amanatul Ummah meningkatkan nilai rata-rata
hasil belajar pada siklus I
sebesar 72 dan siklus II
sebesar 84. Proses
pembelajaran dari dua siklus
mengalami peningkatan
sebanyak 86.7%. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah
penerapan model Problem
Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi Pewarisan
Sifat di kelas IX E SMP
Unggulan Amanatul Ummah.

2 Lilik Kustiyani (2021) Penerapan Model Hasil penelitian ini


Problem Based Learning dengan Media menunjukkan bahwa aktivitas
Powerpoint untuk Meningkatkan belajar siswa pada siklus I
Aktivitas dan Hasil Belajar memperoleh rata-rata skor
Perkembangbiakan Makhluk Hidup 20,55 atau sebesar 72,37%
(sedang), siklus II meningkat
menjadi 25,20 atau sebesar
90,05% (sangat tinggi). Pada
akhir tindakan siklus I nilai
rata-rata yang diperoleh
72,89 atau sebesar 73,68%
mengalami peningkatan
26,31% dari kondisi awal.
Nilai rata-rata siklus II
diperoleh 79,74 atau sebesar
89,47% ketuntasan belajar
sehingga mengalami
peningkatan sebesar 15,79%
dari siklus I. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa
penerapan model
pembelajaran problem based
learning dengan media
powerpoint dapat
meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar
perkembangbiakan makhluk
hidup pada siswa kelas VI
SD.
3 Windi Arningsi Nainggolan, dkk (2023) Hasil penelitian ini
Penerapan Model Pembelajaran Problem menunjukkan bahwa hasil
Based Learning dalam Meningkatkan belajar siswa kelas XII IPA
Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi MAS YASPI Labuhan Deli
Genetika di MAS 1 Yaspi Labuhan Deli setelah pembelajaran Problem
Based Learning mengalami
peningkatan hasil belajar
pada Materi Genetika
didapatkan hasil peningkatan
dari pemahaman siswa dari
perbandingan antara
pertemuan I dan didapatkan
rata-rata nilai sebanayak 50
serta pertemuan II didapatkan
nilai ratarata 80.

H. Kerangka Berpikir
Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal dengan melatih
kemampuan siswa adalah dengan cara menggunakan model pembelajaran
yang tepat. Model pembelajaran yang dirasa tepat untuk menggantikan metode
ceramah adalah metode Problem Based Learning (PBL) karena metode PBL
ini meliputi analisis masalah, pengumpulan dan penyatuan informasi,
kemudian mencari penyelesaian masalah dan terakhir mempresentasikan
penemuan sehingga model PBL ini membiasakan siswa mencari solusi dari
sebuah masalah yang ada disekitarnya sehingga siswa terbiasa berpikir dan
kemampuan siswa tentu akan terlatih.
Model PBL dikatakan menjadi model yang baik untuk meningkatkan
kamampuan siswa juga diperkuat dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
Fitriyanti (2012) model pembelajaran PBL memberikan perbedaan
kemampuan berpikir kritis siswa dalam pretest dan posttest yang dilakukan
dan terjadi peningkatan kemampuan pada hasil posttest yang didapat. Adapun
peta konsep kerangka pemikiran sebagai berikut :

Guru
Materi Pewarisan Sifat
Pada Makhluk Hidup

Kegiatan pembelajaran Model Problem


siswa tidak menggunakan Based Learning
perlakuan

Analisis

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom
actionresearch), sebagaimana yang diungkapkan oleh Basuki bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas
secara bersama. Arah dan tujuan penelitian tindakan kelas yaitu demi
kepentingan siswa agar mampu meningkatkan aktivitas bertanya dan
prestasi belajar yang memuaskan.

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan salah satu bentuk


penelitian tindakan. Adapun ciri-ciri penelitian tindakan kelas (PTK) lebih
diarahkan pada praktek pemecahan masalah yang terjadi dalam konteks
pembelajaran, khususnya dalam konteks kelas, sebagai suatu unit
pembelajaran. Penelitian tindakan kelas (PTK) lebih diarahkan pada
penanganan masalah-masalah real dan situasional di kelas. Penelitian
Tindakan Kelas termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang
dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Penelitian tindakan kelas (PTK)
berbeda dengan penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis
dan membangun teori yang bersifat umum (general). Penelitian tindakan
kelas (PTK) lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya
kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil
action researchbisa saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar
yang mirip dengan yang dimiliki peneliti.

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


Tempat yang dijadikan untuk penelitian adalah di SMP Negeri 1
Kambera, waktu penelitian yang dilakukan adalah pada semester ganjil
tanggal dan saat PLP di sekolah.

C. POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IX SMP Negeri 1
Kambera, jumlah populasi keseluruhan adalah 120 orang.
2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan
teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan peneliti, adapun yang menjadi sampel dalam
penelitian ini adalah peserta didik kelas IX , dengan jumlah peserta
didik sebanyak 30 orang.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data merupakan salah satu bagian penting dalam
peroses penelitian. Sejauh mana data yang terkumpul dapat
menggambarkan keadaan responden atau obyek yang diteliti. Pada
penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala
atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Observasi adalah
memperhatikan sesuatu dengan menggunakan panca indra. Jadi,
mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman,
pendengaran, peraba, dan pengecap, apa yang ditulis merupakan
hasil pengamatan langsung.

2. Tes

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini


menggunakan tes. Dalam konteks pembelajaran tes digunakan
untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes yang digunakan meliputi
pretest (tes awal) yang digunakan sebelum menerapkan model PBL
dan posttest (tes akhir) yang diberikan setelah kegiatan belajar
mengajar berlangsung untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam memahami materi pewarisan sifat pada makhluk
hidup. Tes akan diberikan untuk seluruh siswa.

E. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen merupakan alat dan bahan yang digunakan oleh peneliti
untuk
mengumpulkan data penelitian. Adapun instrument yang digunakan
adalah:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk melihat aktivitas belajar
siswa dalam proses pembelajaran pada materi pewarisan sifat pada
makhluk hidup menggunakan model PBL. Lembar observasi ini
dapat diukur dengan kegiatan Visual Activities, Writing Activities,
Listening Activities, Oral Activities, Motor Activities, Mental
activities, dan Emotional Activities.
b. Soal
Soal tes merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur
pengetahuan siswa. Tes yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sejumlah soal pilihan ganda (multiple choice) sebanyak 25
soal yang sesuai dengan materi pelajaran. Tes yang dilakukan ini
bertujuan untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Butir soal
yang diberikan dianalisis terlebih dahulu dengan validitas,
realibilitas, dan tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal.
Soal tes yang digunakan terlebih dahulu divalidasi pada
validator ahli dengan cara mengukur tujuan khusus tertentu yang
sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan, materi yang
diajarkan tertera dalam kurikulum disebut dengan validitas isi.

F. TEKNIK ANALISIS DATA


Data yang diperoleh dalam penelitian adalah data kuantitatif dan
kualitatif.
Data berupa hasil pretest-posttest dan juga observasi. Setelah data
terkumpul
secara keseluruhan, maka akan dideskripsikan data penelitian dengan
tahap-tahap sebagai berikut:
1. Analisis Aktivitas Belajar Siswa

Data tentang kreativitas siswa melalui lembar observasi akan


dianalisis untuk mendeskripsikan hasil penelitian. Data diolah dengan
menggunakan rumus persentase yaitu: Adapun rumus persentase
adalah:

F
P= x 100
N

Keterangan:
P : Angka persentase yang dicari
F : Frekuensi kreativitas yang muncul
N : Jumlah kreativitas seluruh aspek
100 : Bilangan tetap (konstanta).
Data observasi aktivitas siswa dapat dideskripsikan berdasarkan hasil
observer selama proses pembelajaran dengan kriteria sebagai berikut:
81% - 100% = Aktivitas Belajar Siswa Sangat Baik
61% - 80% = Aktivitas Belajar Siswa Baik
41% - 60% = Aktivitas Belajar Siswa Cukup Baik
0% - 40% = Aktivitas Belajar Siswa Kurang Baik
2. Hasil Belajar Siswa
Untuk peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari
perbedaan antara nilai pretest dan post-test yang dihitung
menggunakan rumus N-gain sabagai berikut:
(Skor Posttest−Skor Pretest )
N−Gain=
( Skor Maksimum−Skor Pretest )

Dengan kriteria normalisasi nilai N-gain:


0, 70 < g < 1, 00 Tinggi
0, 30 ≤ g ≤ 0, 70 Sedang
0, 00 < g < 0, 30 Rendah

Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dikatakan meningkat jika


nilai post-test yang didapatkan lebih tinggi dibandingkan nilai pre-test, untuk
pembuktian selanjutnya menggunakan uji-t untuk melihat apakah H0 diterima
atau ditolak. Adapun rumus uji-t sebagai berikut:

Md
t=
√∑ d −¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿
2

keterangan:
Md = Rata-rata dari gain antara tes akhir dan tes awal
d = Gain (selisih) skor tes akhir terhadap tes awal setiap subjek
n = Jumlah subjek
Statistik uji-t tersebut digunakan untuk menguji hipotesis yang
dirumuskan sebagai berikut:
Ho: µ1≤ µ2
Ha: µ1≥ µ2 Kriteria pengujian adalah ditolak Ho jika t hitung ≤ ttabel dan
diterima Ha jika thitung ≥ ttabel dengan penggunaan taraf signifikan a = 0,05.

DAFTAR PUSTAKA

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.


Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta : Grafindo.
Reta, I. K. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan
Berpikir Kritis Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran IPA
Indonesia, 2 (1).
Reta, I. K. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan
Berpikir Kritis Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran IPA
Indonesia, 2 (1).
Arends. (2013). Model –Model Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Magdalena Rita. (2015). Penerepan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
serta Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri 5 Kelas XI Kota
Samarinda. Jurnal Proceeding Biology Education Conference. (ISSN:2528-5742). Vol 13(1)
2016: 299-306.
Sanjaya Wina. (2010), Model–Model Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Nafiah Nurun Yuyun. (2014), Penerapan Model Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan
Vokal,Vol 4, Nomor 1, Februari 2014
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafndo, 2011).
Fadli Ilham, Efektifitas Penggunaan CNC Simulator Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Dalam Mata Pelajaran CNC Dasar DI SMKN 6, (Bandung: universitas Pendidikan Indonesia,
2013).
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi VI, Jakarta: Bina
Aksara.
Hamzah B. Uno, Satria Koni. (2012). Assesment Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai