Anda di halaman 1dari 31

1

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD IT
BUSTANUL ULUM KECAMATAN
SITUJUAH LIMO NAGARI”

Disusun oleh:
Nama : MIRA TANIA
NIM : 835458629
Semester : VIII
Kelas :B
 
PROGRAM S1 PGSD UNIVERSITAS TERBUKA
POKJAR TANJUNG PATI UPBJJ-UT PADANG
TAHUN 2020

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui
Metode Pembelajaran Problem Based Learning Pada Siswa Kelas V SD IT Bustanul
Ulum Kecamatan Situjuah Limo Nagari. Dalam penelitian ini pembelajaran dengan
metode pembelajaran problem based learning yang akan dilaksanakan yaitu
menggunakan masalah kontekstual pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari
dengan bantuan media stopwatch dan meteran.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subyek penelitian adalah
siswa kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu Bustanul Ulum yang berjumlah 20 orang
dan guru kelas V. Obyek penelitian adalah hasil belajar jarak, kecepatan dan waktu
menggunakan metode pembelajaran problem based learning. Untuk menguji validitas
instrumen dalam penelitian ini menggunakan validitas konstrak dengan menggunakan
pendapat ahli (experts jugdement). Data hasil penelitian diperoleh dari observasi dan tes
hasil belajar. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan deskriptif
kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar menggunakan metode
pembelajaran Problem Based Learning terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil
observasi pelaksanaan simulasi Siklus 1, Siklus 2 dan Siklus 3.
Kata kunci : Hasil Belajar, Problem Based Learning

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Pendidikan diharapkan mampu membentuk manusia
yang berkepribadian dan berintelektual tinggi. Ki Hajar Dewantara
memaknai pendidikan sebagai proses menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak peserta didik, agar mereka sebagai manusia dan
2

sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan


setinggi-tingginya. Hal ini sesuai dengan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas Pasal 1 ayat 1, yang menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”
Matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami sehingga
siswa menjadi takut saat mendengar kata matematika (Antonius Cahya
Prihandoko, 2006: 9). Oleh karena itu, penguasaan terhadap matematika
harus diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan
betul dan benar sejak dini.. Matematika harus disajikan dalam suasana yang
menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar matematika.
Berdasarkan observasi dalam video GPO website ut.ac.id yang
dilakukan pada hari Rabu 15 April 2020 pada mata pelajaran Matematika
menunjukkan bahwa guru menyampaikan materi dengan metode ceramah
tanpa melibatkan keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran.
Guru juga tidak menggunakan alat peraga untuk menyampaikan
materi pembelajaran dan bahkan guru tidak mengkaitkan materi dengan
lingkungan siswa, sehingga konsep pembelajaran yang sedang diajarkan
benar-benar abstrak. Guru hanya bertanya pada siswa setelah selesai
menjelaskan apakah ada yang belum dipahami oleh siswa dan kurangnya
memberikan soal latihan untuk dikerjakan siswa. Metode seperti ini terkesan
kurang efektif, karena siswa hanya sekedar mendengarkan penjelaskan dari
guru tanpa pernah menemukan dan memahami sendiri tentang konsep yang
sedang diajarkan. Berdasarkan hal tersebut di atas, ketepatan dalam
pemberian pendekatan pembelajaran sangat menentukan hasil belajar siswa.
Dengan pendekatan pembelajaran yang tepat, siswa dapat termotivasi dan
senang dengan apa yang akan guru sampaikan.
3

B. Identifikasi Masalah
Guru belum mengaitkan pembelajaran dengan apa yang ada di
kehidupan nyata atau ada di lingkungan siswa. Pembelajaran masih
cenderung besifat abstrak, pembelajaran yang berlangsung masih
menggunakan metode ceramah, belum menanamkan konsep kepada siswa,
rendahnya hasil belajar siswa karena kurangnya latihan soal dan evaluasi
siswa, kurangnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran
C. Analisis Masalah
Berdasarkan hasil pembelajaran selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, penyebab kurang berhasilnya pembelajaran Matematika di
dalam video GPO website ut.ac.id yaitu siswa kurang memahami konsep,
guru kurang menguasai metode mengajar yang bervariasi, pembelajaran
masih cenderung bersifat abstrak, guru belum mengaitkan pembelajaran
dengan apa yang ada dalam kehidupan nyata atau di lingkungan siswa.
D. Alternatif /Solusi Pemecahan Masalah
Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran Matematika adalah menggunakan metode Problem Based
Learning (PBL) adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya
permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir
kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh
pengetahuan (Duch, 1995).
Berdasarkan uraian di atas, pendekatan pembelajaran yang dapat
diterapkan untuk menjawab masalah tersebut adalah model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL). Peneliti ingin mengkaji masalah ini dengan
mengadakan penelitian mengenai Penerapan Metode Pembelajaran Problem
Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa
Kelas V SD IT Bustanul Ulum Kecamatan Situjuah Limo Nagari,
Kabupaten Lima Puluh Kota.
E. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka
peneliti membatasi permasalahan pada Penerapan Model Pembelajaran
4

Problem Based Learning dapat meningkatkan Hasil Belajar Matematika


siswa.
F. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka peneliti
dapat merumuskan permasalahan ini adalah “Bagaimana Model
Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Pada Siswa Kelas V SD IT Bustanul Ulum Kecamatan Situjuah
Limo Nagari’’
G. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD IT
Bustanul Ulum Kecamatan Situjuah Limo Nagari.
H. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi empirik tentang hal-hal yang mempengaruhi
hasil belajar Matematika siswa, memberikan wawasan tentang
pembelajaran Matematika
2. Manfaat Praktis
a) Manfaat bagi Siswa
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan siswa dalam
pembelajaran dengan model pembelajaran PBL, meningkatkan
minat dan motivasi siswa dalam proses kegiatan pembelajaran,
meningkatkan keaktifan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
b) Manfaat bagi Guru
Memperkaya model dan metode dalam kegiatan pembelajaran,
mengembangkan keterampilan guru kelas khususnya, dalam
menerapkan model pembelajaran PBL untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa.
c) Manfaat bagi Sekolah
5

Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam meningkatkan dan


memajukan prestasi sekolah, dapat memberikan kontribusi
dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
d) Manfaat bagi Peneliti lain
Memberikan informasi kepada peneliti lain tentang keefektifan
penerapan model pembelajaran PBL untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Belajar
Belajar merupakan proses di mana manusia mencari pengalaman
untuk terus bertahan hidup. Menurut Burton (1984) dalam Siregar (2014: 4),
“Belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena
adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya sehingga mereka
lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”.
B. Hakikat Hasil Belajar
Sudjana (2006: 22) mendefinisikan hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya.
C. Hakikat Metode Pembelajaran Problem Based Learning
Problem Based Learning (PBL) adalah metode pengajaran yang
bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta
didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan
memperoleh pengetahuan (Duch,1995).
1. Tahapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Orientasi peserta didik terhadap masalah, mengorganisasikan peserta
didik. membimbing penyelidikan individu dan kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
2. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Untuk mendorong kerjasama penyelesaian tugas antar siswa, memiliki
elemen-elemen belajar mengajar sehingga mendorong tingkah laku
6

pengamatan siswa dan dialog dengan lainnya, melibatkan siswa dan


menyelidiki pilihan sendiri yang memungkinkan mereka memahami
dan menjelaskan fenomena dunia nyata, melibatkan ranah (kognitif,
afektif, dan psikomotorik) pada siswa secara seimbang sehingga
hasilnya bisa lebih lama diingat oleh siswa, dapat membangun
optimisme siswa bahwa masalah adalah sesuatu yang menarik untuk
dipecahkan bukan suatu yang harus dihindari.
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran PBL
a) Kelebihan Model Problem Based Learning (PBL)
Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan, melibatkan
secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan
berpikir siswa yang lebih tinggi, pengetahuan tertanam
berdasarkan skemata yang dimiliki oleh siswa sehingga
pembelajaran lebih bermakna, siswa dapat merasakan manfaat
dari pembelajaran sebab masalah-masalah yang diselesaikan
langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, menjadikan siswa
lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan
menerima pendapat dari orang lain, menanamkan sikap sosial
yang positif diantara siswa, pengkondisian siswa dalam belajar
kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan
temannya sehingga pencapaian ketuntasan siswa dapat
diharapkan.
b) Kekurangan model Problem Based Learning (PBL)
Persiapan pembelajaran (alat, problem, dan konsep) yang
kompleks, sulitnya mencari permasalahan yang relevan, sering
terjadi mis konsepsi, dan memerlukan waktu yang cukup
panjang (Endriani, 2011)
D. Hakikat Teori Belajar
Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu: Teori
Belajar Jean Piaget dan Pandangan Konstruktivisme. Piaget (Abdulah dan
Ridwan, 2008: 2) terkenal dengan teori belajarnya yang biasa disebut
7

perkembangan mental manusia atau teori perkembangan kognitif atau


disebut juga teori perkembangan intelektual yang berkenaan dengan
kesiapan anak untuk mampu belajar. Sedangkan dalam kaitannya dengan
teori belajar konstruktivisme, Piaget dikenal sebagai konstruktivis pertama,
menegaskan bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran anak. Kaitan
antara teori belajar Piaget dan pandangan konstruktivisme dengan
pembelajaran berbasis masalah adalah prinsip-prinsip pembelajaran berbasis
masalah sejalan dengan pandangan teori belajar tersebut. Siswa secara aktif
mengkonstruksi sendiri pemahamannya, dengan cara interaksi dengan
lingkungannya melalui proses asimilasi dan akomodasi.
E. Kajian yang Relevan
Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan atau
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu Rizka
Vitasari, http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/
dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar
Matematika Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas V SD
Negeri 5 Kutosari. Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika
melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas V SD Negeri 5
Kutosari. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan langkah-langkah
penerapan model Problem Based Learning, meningkatkan keaktifan, dan
meningkatkan hasil belajar matematika. Penelitian ini menggunakan teknik
Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas V berjumlah 16 siswa. Prosedur penelitian tindakan kelas berupa
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan tindakan
dilaksanakan dalam dua siklus masing-masing siklus tiga pertemuan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, angket,
dan tes. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Analisis data menggunakan teknik analisis kuantitatif dan
kualitatif, meliputi reduksi data, sajian data, dan verifikasi data. Hasilnya
menunjukkan bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan keaktifan
dan hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD.
8

F. Kerangka Berpikir

Aktivitas Metode Hasil


belajar siswa Pembelajaran Problem belajar siswa
rendah Based Learning meningkat

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

Kondisi awal Pembelajaran Hasil belajar


belum menggunakan Matematika siswa
metode Problem belum mencapai
Based Learning KKM

Siklus 1:
PTK
Pembelajaran
Tindakan Peneliti berkolaborasi
menggunakan
dengan guru kelas V
Problem Based
Learning

Kondisi Hasil belajar Siklus 2, 3: Pembelajaran


Akhir Matematika menggunakan Problem
mencapai KKM Based Learning

Gambar 2. Kerangka Pikir Problem Based Learning


G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti yang
diungkapkan di atas, maka dalam penelitian ini akan diajukan hipotesis
tindakan yaitu penerapan metode pembelajaran problem based learning
dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD IT
Bustanul Ulum Situjuah Limo Nagari tahun pelajaran 2019/2020.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut
Suharsimi Arikunto (2007: 3) mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan
Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama. Kemudian Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010: 9)
9

menyebutkan bahwa PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru


di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan
memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan hasil belajar matematika melalui metode pembelajaran
Problem Based Learning.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD IT Bustanul Ulum
Situjuah Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota dengan jumlah
siswa 20 orang, serta guru kelas V SD IT Bustanul Ulum Situjuah
Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota.
Namun dengan mewabahnya COVID-19, maka subjek
penelitian yang seharusnya siswa kelas V SD IT Bustanul Ulum,
diganti menjadi video simulasi pembelajaran tanpa anak.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah hasil belajar Matematika khususnya
materi tentang jarak, kecepatan dan waktu.
C. Setting dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada SD IT Bustanul Ulum yang
beralamat di Situjuah Banda Dalam Kecamatan Situjuah Limo Nagari
Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
2. Waktu Penelitian
Tabel 1. Jadwal Penelitian
Waktu penelitian Uraian Kegiatan
Rabu, 15 April 2020 Siklus I
Jumat, 17 April 2020 Siklus II
Senin, 20 April 2020 Siklus III
10

D. Desain dan Prosedur Penelitian


Berikut adalah alur dalam penelitian tindakan kelas yang dikutip oleh
Suharsimi Arikunto (2006: 93)
Keterangan: Siklus I:

0 1. Perencanaan I
2. Tindakan I
3. Observasi I
►4
▼ 4. Refleksi I
1
▲3

Siklus II dan III:


◄2
1. Perencanaan II, III
►4 2. Tindakan II, III
▼ 3. Observasi II, III
▲3 1
4. Refleksi II, III

◄2
Gambar 3. Model Penelitian Tindakan Kelas
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan observasi awal
tentang materi jarak, waktu dan kecepatan, ternyata kemampuan pemecahan
masalah siswa masih rendah. Sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), maka penelitian
ini memiliki tahap atau siklus sebagai berikut:
1. Siklus I
a) Permasalahan
Dalam siklus ini permasalahan diperoleh dari observasi
video GPO website ut.ac.id. Sehingga peneliti dapat menduga
kesulitan yang dialami siswa dalam memahami materi dalam
menyelesaikan pemecahan masalah yaitu siswa mengalami
kesulitan dalam memahami makna soal karena kurangnya
latihan dan evaluasi, siswa mengalami kesulitan dalam
mengaitkan antara yang diketahui dengan yang ditanya dari soal,
siswa mengalami kesulitan dalam menentukan konsep
11

matematika yang akan digunakan dalam menyelesaikan suatu


permasalahan.
b) Tahap Perencanaan Tindakan I
Berdasarkan permasalahan yang diperoleh maka pada
siklus I ini diterapkan model pembelajaran PBL. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh dalam rencana tindakan I
adalah membuat RPP yang berisikan langkah-langkah kegiatan
dalam pembelajaran dengan model pembelajaran PBL, membuat
LKPD untuk membantu kelancaran proses pembelajaran,
membuat tes siklus I untuk mengukur tingkat kemampuan siswa
dalam pemecahan masalah matematika, membuat pedoman
peskoran tes kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa, membuat lembar observasi untuk melihat situasi
pembelajaran di kelas.
c) Pelaksanaan Tindakan I
Setelah tahap perencanaan tindakan I disusun, maka tahap
selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan I, yaitu melakukan
kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
PBL. Dimana peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan guru
bertindak sebagai pengamat yang akan memberi masukan
selama pembelajaran sedang berlangsung, membagikan LKPD I
dan menyuruh siswa menyelesaikan masalah yang terdapat
dalam LKPD, menyuruh siswa membentuk kelompok belajar.
Setiap kelompok terdiri atas 5-7 orang, menyuruh siswa untuk
mendiskusikan masalah yang diberikan dengan kelompoknya,
memberikan kesempatan siswa untuk melakukan tanya jawab
tentang soal yang diberikan dan tentang materi yang kurang
paham, pada akhir tindakan I, diberikan tes kemampuan
pemecahan masalah I kepada siswa untuk mengetahui
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
d) Observasi I
12

Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan


tindakan I pembelajaran. Pada kegiatan ini, observasi dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah kondisi belajar
mengajar sudah terlaksana sesuai dengan rancangan rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran PBL.
e) Analisis Data I
Data yang diperoleh dari tes kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dianalisis setelah itu dilakukan
perhitungan untuk memperoleh hasil dari tes kemampuan
pemecahan masalah siswa dan observasi I.
f) Refleksi I
Refleksi merupakan perenungan terhadap tuntas tidaknya
pelaksanaan tindakan pada siklus I, jika siklus I belum mencapai
ketuntasan yang direfleksikan adalah masalah–masalah apa yang
diperoleh pada pelaksanaan siklus I dan apa yang harus
dilakukan untuk mengatasi masalah–masalah untuk perbaikan
pada pembelajaran siklus.
2. Siklus II
Setelah dilaksanakan siklus I dan hasil perbaikan yang
diharapkan belum tercapai terhadap tingkat penguasaan yang telah di
tetapkan peneliti maka tindakan masih perlu dilanjutkan pada siklus II.
Pada siklus II diadakan perencanaan kembali yang mempunyai
tahapan seperti siklus I, yaitu:
a) Permasalahan II
Dalam siklus ini permasalahan diperoleh dari observasi
video GPO website ut.ac.id. Berdasarkan video tersebut
diketahui kesulitan-kesulitan yang dialami yaitu kurangnya
pengelolaan kelas oleh guru sehingga sebagian siswa gaduh dan
malas mengikuti pelajaran, penggunaan media yang kurang
sesuai. Media yang digunakan guru terlalu kecil sehingga siswa
tidak begitu jelas membacanya, kurang menanamkan konsep
13

perkalian kepada siswa, siswa hanya sekadar menghafal


perkalian.
Berdasarkan hal tersebut di atas, diperoleh bahwa
indikator keberhasilan pada Siklus I belum tercapai.
b) Tahap Perencanaan Tindakan II
Membuat rencana pembelajaran (RPP) dengan
menerapkan model pembelajaran PBL dan membuat tes
kemampuan pemecahan masalah II. Perencanaan pada siklus II
lebih meningkatkan pada uraian kegiatan dan lebih menekankan
pada peningkatan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) yang efektif dan efisien.
c) Pelaksanaan Tindakan II
Setelah rencana tindakan II disusun, maka tahap
selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan II yang sama dengan
pelaksanaan tindakan pada siklus I (dengan perbaikan proses
pembelajaran yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
PBL yang lebih intensif dan terprogram, bahkan beberapa
kelompok mendapat bimbingan langsung dari guru, sehingga
pelaksanaannya lebih efektif dan efisien.
d) Observasi II
Observasi dilakukan pada saat yang bersamaan saat
pelaksanaan tindakan pembelajaran. Pada kegiatan ini, observasi
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kondisi
belajar mengajar sudah terlaksana sesuai dengan rancangan
rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran
PBL.
e) Analisis Data II
Data yang diperoleh dari tes kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dianalisis berupa tabel setelah itu
dilakukan perhitungan untuk memperoleh hasil tes kemampuan
pemecahan masalah siswa.
14

f) Refleksi II
Kesimpulan dari analisis data dijadikan refleksi untuk
melihat kemampuan pemecahan masalah siswa. Hasil refleksi
ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan
pada siklus berikutnya. Jika kemampuan pemecahan masalah
siswa sudah mencapai target penelitian maka siklus II ini
berhenti, akan tetapi jika kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa belum tercapai target penelitian maka akan
berlanjutnya pada siklus selanjutnya.
3. Siklus III
Setelah dilaksanakan siklus II dan hasil perbaikan yang
diharapkan belum tercapai terhadap tingkat penguasaan yang telah di
tetapkan peneliti maka tindakan masih perlu dilanjutkan siklus III.
Pada siklus III diadakan perencanaan kembali yang mempunyai
tahapan seperti siklus I dan II, yaitu:
a) Permasalahan III
Dalam siklus ini permasalahan diperoleh dari observasi
video GPO website ut.ac.id. Berdasarkan video tersebut
diketahui kesulitan-kesulitan yang dialami yaitu guru kurang
melakukan apersepsi, kurang menanamkan konsep dasar kepada
siswa, siswa hanya menghafal rumus, kegiatan pembelajaran
masih berpusat pada guru, siswa menjadi kurang aktif,
Berdasarkan hal tersebut di atas, diperoleh bahwa indikator
keberhasilan pada Siklus II belum tercapai.
b) Tahap Perencanaan Tindakan III
Membuat rencana pembelajaran (RPP) dengan
menerapkan model pembelajaran PBL dan membuat tes
kemampuan pemecahan masalah III. Perencanaan pada siklus III
lebih meningkatkan pada uraian kegiatan dan model
pembelajaran PBL yang efektif dan efisien.
c) Pelaksanaan Tindakan III
15

Setelah rencana tindakan III disusun, maka tahap


selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan III yang sama dengan
pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II (dengan perbaikan
proses pembelajaran yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran PBL yang lebih intensif dan terprogram, bahkan
beberapa kelompok mendapat bimbingan langsung dari guru,
sehingga pelaksanaannya lebih efektif dan efisien.
d) Observasi III
Observasi dilakukan pada saat yang bersamaan saat
pelaksanaan tindakan pembelajaran. Pada kegiatan ini, observasi
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kondisi
belajar mengajar sudah terlaksana sesuai dengan rancangan
rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran
PBL.
e) Analisis Data III
Data yang diperoleh dari tes kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dianalisis berupa tabel setelah itu
dilakukan perhitungan untuk memperoleh hasil tes kemampuan
pemecahan masalah siswa.
f) Refleksi III
Kesimpulan dari analisis data dijadikan refleksi untuk
melihat kemampuan pemecahan masalah siswa. Hasil refleksi
ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan
pada siklus berikutnya. Jika kemampuan pemecahan masalah
siswa sudah mencapai target penelitian maka siklus III ini
berhenti, akan tetapi jika kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa belum tercapai target penelitian maka akan
berlanjutnya pada siklus selanjutnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan
tes dan observasi. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif
16

siswa. Bentuk tes yang digunakan adalah berbentuk post test. Sedangkan
observasi digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa selama
mengikuti pembelajaran.
Namun karena mewabahnya COVID-19, maka teknik pengumpulan
data yang dapat dilaksanakan hanya observasi saja, karena simulasi
pembelajaran dilakukan tanpa anak.
F. Teknik Analisis Data
Suharsimi Arikunto (2006: 239) menjelaskan bahwa analisis data
penelitian ada dua macam yaitu analisis data deskriptif kuantitatif dan
deskriptif kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Deskriptif kuantitatif digunakan untuk
menganalisis data yang berupa angka-angka untuk menganalisis hasil tes,
sedangkan deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang
berupa kata-kata atau informasi yang berbentuk kalimat pada lembar
observasi.
Ngalim Purwanto (2006: 112), cara menilai hasil yang dicapai setiap
siswa dihitung dari persentase jawaban yang benar adalah sebagai berikut:
R
S= x 100
N
Keterangan:
S = nilai yang dicari
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = skor maksimal dari tes tersebut
Penghitungan menurut Suharsimi Arikunto (2005: 284), menggunakan
rumus sebagai berikut:

X=
∑X
N
Keterangan :
X = Nilai rata-rata
∑X = Jumlah semua nilai siswa
N = Jumlah siswa
17

Ngalim Purwanto (2006: 102), rumus penilaian dengan persen sebagai


R
berikut: NP= x 100 %
SM
Keterangan:
NP = nilai persen yang dicari
R = skor mentah yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = bilangan tetap
Data yang berwujud angka-angka hasil perhitungan dan pengukuran
tersebut diproses dengan cara dijumlah dan dibandingkan dengan jumlah
yang diharapkan sehingga diperoleh persentase. Berdasarkan pendapat
tersebut, hasil dan perhitungan persentase penelitian ini, peneliti
menafsirkan ke dalam kriteria sebagai berikut.
Tabel 2. Kriteria Keberhasilan Tindakan
No Tingkat Penguasaan Bobot Predikat
1 86 – 100 % 4 Sangat Baik
2 76 – 85% 3 Baik
3 60 – 75% 2 Cukup
4 55 – 59% 1 Kurang
5. ≤ 54% 0 Kurang sekali
Sumber: Ngalim Purwanto (2006: 103)
Namun karena mewabahnya COVID-19, maka teknik analisis data
yang dapat dilaksanakan hanya deskriptif kualitatif saja, karena simulasi
pembelajaran dilakukan tanpa anak.
G. Indikator Keberhasilan
Tindakan dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila hasil
belajar matematika pada aspek kognitif telah mencapai 80% dari 20 siswa
kelas V SD IT Bustanul Ulum mencapai nilai KKM yaitu 75. Hasil belajar
afektif yang berupa perilaku siswa dikatakan berhasil apabila 80% dari 15
siswa telah menunjukkan sesuai dengan lembar observasi.
18

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Siklus I
a) Permasalahan
Dalam siklus ini permasalahan diperoleh dari observasi
video GPO website ut.ac.id. Sehingga peneliti dapat menduga
kesulitan yang dialami siswa dalam memahami materi dalam
menyelesaikan pemecahan masalah. Identifikasi masalah
berdasarkan video tersebut yaitu pada saat membuka
pembelajaran, guru belum memotivasi siswa, pembelajaran
masih berpusat pada guru (teacher center), sehingga siswa
menjadi kurang aktif, guru belum menanamkan konsep dasar
kepada siswa, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam
memahami konsep akar pangkat tiga lebih dari 1.000, guru
kurang memberi latihan soal evaluasi, sehingga siswa
mengalami kesulitan dalam menentukan konsep matematika
yang akan digunakan dalam menyelesaikan suatu permasalahan,
pada kegiatan penutup, guru belum melakukan tindak lanjut
seperti memberikan tugas pekerjaan rumah untuk mengetahui
sampai dimana tingkat pemahaman siswa.
b) Tahap Perencanaan Tindakan I
Berdasarkan permasalahan yang diperoleh maka pada
siklus I ini diterapkan model pembelajaran PBL. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh dalam rencana tindakan I
adalah membuat RPP yang berisikan langkah-langkah kegiatan
dalam pembelajaran dengan model pembelajaran PBL, membuat
LKPD untuk membantu kelancaran proses pembelajaran,
membuat tes siklus I untuk mengukur tingkat kemampuan siswa
dalam pemecahan masalah matematika, membuat pedoman
19

peskoran tes kemampuan pemecahan masalah matematika


siswa, membuat lembar observasi untuk melihat situasi
pembelajaran di kelas.
c) Pelaksanaan Tindakan I
Setelah tahap perencanaan tindakan I disusun, maka tahap
selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan I, yaitu melakukan
kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
PBL. Dimana peneliti bertindak sebagai guru, video simulasi
tanpa anak berdurasi 3 menit. Yang terdiri dari kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup, pada kegiatan pendahuluan,
kelas dibuka dengan salam, memotivasi siswa dengan cara
menayakan kabar dengan yel-yel, mengecek kehadiran siswa,
dan berdoa bersama. Selanjutnya mengulas materi pembelajaran
sebelumnya. Dalam video simulasi tanpa anak siklus I ini belum
terlihat guru mengajak siswa menyanyikan lagu wajib nasional
untuk menjaga semangat nasionalisme. Selain itu guru belum
menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran, pada
kegiatan inti, Siswa mengamati guru menjelaskan tentang
operasi bilangan akar dan pangkat. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang
telah disampaikan oleh guru. Siswa mencoba berdiskusi dengan
temannya tentang operasi bilangan akar dan pangkat dan
menunjuk beberapa siswa untuk maju dan menjelaskan hasil
diskusi tentang operasi bilangan akar dan pangkat dengan
bimbingan guru. Guru memberikan pembenaran dan masukan
apabila terdapat kesalahan atau kekurangan pada siswa. Guru
menyatakan bahwa siswa telah paham tentang operasi bilangan
akar dan pangkat. Guru memberikan soal latihan operasi
bilangan akar dan pangkat kepada siswa secara individu. Guru
menunjuk beberapa siswa untuk menuliskan hasil pekerjaanya
didepan kelas secara bergantian. Siswa mempresentasikan
20

secara lisan kepada teman-temannya tentang operasi bilangan


akar dan pangkat. Siswa menyampaikan manfaat operasi
bilangan akar dan pangkat pangkat tiga. Didalam video belum
terlihat peran siswa, karena simulasi dilakukan tanpa anak,
sehingga saat-saat siswa seharusnya berperan hanya dianggap
telah dilaksanakan oleh guru, pada kegiatan penutup guru
memberikan penguatan dan menyimpulkan bersama-sama
tentang materi akar pangkat tiga. Guru mengapresiasi hasil kerja
siswa dan memberikan motivasi untuk menambah semangat
belajar siswa. Guru menyampaikan tugas dirumah. Salam dan
do’a penutup di pimpin oleh salah satu siswa, dalam video
simulasi tanpa anak Siklus I belum terlihat guru mengajak siswa
menyanyikan salah satu lagu daerah atau lagu wajib nasional,
selain itu guru belum memberikan pesan moral yang harus
ditanam sejak dini kepada siswa.
d) Observasi I
Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan I pembelajaran. Pada kegiatan ini, observasi dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah kondisi belajar
mengajar sudah terlaksana sesuai dengan rancangan rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran PBL.
e) Analisis Data I
Data yang diperoleh dari tes kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dianalisis setelah itu dilakukan
perhitungan untuk memperoleh hasil dari tes kemampuan
pemecahan masalah siswa dan observasi I.
f) Refleksi I
Refleksi merupakan perenungan terhadap tuntas tidaknya
pelaksanaan tindakan pada siklus I, jika siklus I belum mencapai
ketuntasan yang direfleksikan adalah masalah–masalah apa yang
diperoleh pada pelaksanaan siklus I dan apa yang harus
21

dilakukan untuk mengatasi masalah–masalah untuk perbaikan


pada pembelajaran siklus.
2. Siklus II
Setelah dilaksanakan siklus I dan hasil perbaikan yang
diharapkan belum tercapai terhadap tingkat penguasaan yang telah di
tetapkan peneliti maka tindakan masih perlu dilanjutkan pada siklus II.
Pada siklus II diadakan perencanaan kembali yang mempunyai
tahapan seperti siklus I, yaitu:
a) Permasalahan II
Dalam siklus ini permasalahan diperoleh dari observasi
video GPO website ut.ac.id. Identifikasi masalah berdasarkan
video tersebut yaitu kurangnya pengelolaan kelas oleh guru
sehingga sebagian siswa gaduh dan malas mengikuti pelajaran,
penggunaan media yang kurang sesuai. Media yang digunakan
guru terlalu kecil sehingga siswa tidak begitu jelas membacanya,
kurang menanamkan konsep perkalian kepada siswa, siswa
hanya sekadar menghafal perkalian. Berdasarkan hal tersebut
diperoleh bahwa indikator keberhasilan pada Siklus I belum
tercapai.
b) Tahap Perencanaan Tindakan II
Membuat rencana pembelajaran (RPP) dengan
menerapkan model pembelajaran PBL dan membuat tes
kemampuan pemecahan maslah II. Perencanaan pada siklus II
lebih meningkatkan pada uraian kegiatan dan lebih menekankan
pada peningkatan model pembelajaran PBL yang efektif dan
efisien.
c) Pelaksanaan Tindakan II
Setelah rencana tindakan II disusun, maka tahap
selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan II yang sama dengan
pelaksanaan tindakan pada siklus I (dengan perbaikan proses
pembelajaran yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
22

PBL yang lebih intensif dan terprogram, sehingga


pelaksanaannya lebih efektif dan efisien. Berikut pelaksanaan
tindakan II yaitu melakukan kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran PBL. Dimana peneliti
bertindak sebagai guru, video simulasi tanpa anak berdurasi 3
menit. Yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti dan penutup,
pada kegiatan pendahuluan, kelas dibuka dengan salam,
memotivasi siswa dengan cara menayakan kabar dengan yel-yel,
mengecek kehadiran siswa, dan berdoa bersama. Selanjutnya
mengulas materi pembelajaran sebelumnya. Dalam video
simulasi tanpa anak siklus II ini belum terlihat guru mengajak
siswa menyanyikan lagu wajib nasional untuk menjaga
semangat nasionalisme. Selain itu guru belum menyampaikan
tujuan dan langkah-langkah pembelajaran, pada kegiatan inti,
Siswa mengamati dan guru menjelaskan tentang penjumlahan
berulang. Mengetahui pengertian perkalian sebagai penjumlahan
berulang. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang telah disampaikan oleh guru.
Siswa menanyakan penjelasan guru yang belum di pahami. Guru
meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan tersebut secara
individu. Guru menunjuk beberapa siswa untuk menuliskan
hasil pekerjaanya didepan kelas secara bergantian. Siswa
mempresentasikan secara lisan kepada teman-temanya tentang
perkalian (penjumlahan berulang). Guru memberikan
pembenaran dan masukan apabila terdapat kesalahan atau
kekurangan pada siswa. Guru menyatakan bahwa siswa telah
paham tentang perkalian (penjumlahan berulang). Didalam
video belum terlihat peran siswa, karena simulasi dilakukan
tanpa anak, sehingga saat-saat siswa seharusnya berperan hanya
dianggap telah dilaksanakan oleh guru. Pada kegiatan penutup
Guru memberikan penguatan dan menyimpulkan bersama-sama
23

tentang materi perkalian (penjumlahan berulang). Guru


mengapresiasi hasil kerja siswa dan memberikan motivasi untuk
menambah semangat belajar siswa. Guru menyampaikan tugas
dirumah. Salam dan do’a penutup di pimpin oleh salah satu
siswa. Dalam video simulasi tanpa anak Siklus I belum terlihat
guru mengajak siswa menyanyikan salah satu lagu daerah atau
lagu wajib nasional, selain itu guru belum memberikan pesan
moral yang harus ditanam sejak dini kepada siswa.
d) Observasi II
Observasi dilakukan pada saat yang bersamaan saat pelaksanaan
tindakan pembelajaran. Pada kegiatan ini, observasi dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah kondisi belajar
mengajar sudah terlaksana sesuai dengan rancangan rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran PBL.
e) Analisis Data II
Data yang diperoleh dari tes kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dianalisis berupa tabel setelah itu
dilakukan perhitungan untuk memperoleh hasil tes kemampuan
pemecahan masalah siswa.
f) Refleksi II
Kesimpulan dari analisis data dijadikan refleksi untuk
melihat kemampuan pemecahan masalah siswa. Hasil refleksi
ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan
pada siklus berikutnya. Kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa belum tercapai target penelitian maka akan
berlanjutnya pada siklus selanjutnya yaitu siklus III.
3. Siklus III
Setelah dilaksanakan siklus II dan hasil perbaikan yang
diharapkan belum tercapai terhadap tingkat penguasaan yang telah di
tetapkan peneliti maka tindakan masih perlu dilanjutkan siklus III.
Pada siklus III diadakan perencanaan kembali yang mempunyai
24

tahapan seperti siklus I dan II, yaitu:


a) Permasalahan III
Dalam siklus ini permasalahan diperoleh dari observasi
video GPO website ut.ac.id. Identifikasi masalah berdasarkan
video tersebut yaitu guru kurang melakukan apersepsi, kurang
menanamkan konsep dasar kepada siswa, siswa hanya
menghafal rumus, kegiatan pembelajaran masih berpusat pada
guru, siswa menjadi kurang aktif. Berdasarkan hal tersebut di
atas, diperoleh bahwa indikator keberhasilan pada Siklus II
belum tercapai.
b) Tahap Perencanaan Tindakan III
Membuat rencana pembelajaran (RPP) dengan menerapkan
model pembelajaran PBL dan membuat tes kemampuan
pemecahan masalah III. Perencanaan pada siklus III lebih
meningkatkan pada uraian kegiatan dan model pembelajaran
PBL yang efektif dan efisien. Disini peneliti menggunakan
media berupa puzzle segitiga Jokowi untuk menghafal rumus
jarak, kecepatan dan waktu.
c) Pelaksanaan Tindakan III
Setelah rencana tindakan III disusun, maka tahap
selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan III yang sama dengan
pelaksanaan indakan pada siklus I dan II (dengan perbaikan
proses pembelajaran yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran PBL) yang lebih intensif dan terprogram, bahkan
beberapa kelompok mendapat bimbingan langsung dari guru,
sehingga pelaksanaannya lebih efektif dan efisien. Berikut
pelaksanaan tindakan III yaitu melakukan kegiatan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran PBL.
Dimana peneliti bertindak sebagai guru, video simulasi tanpa
anak berdurasi 3 menit. Yang terdiri dari kegiatan pendahuluan,
inti dan penutup, pada kegiatan pendahuluan, kelas dibuka
25

dengan salam, memotivasi siswa dengan cara menanyakan kabar


dengan yel-yel, mengecek kehadiran siswa, dan berdoa bersama.
Selanjutnya mengulas materi pembelajaran sebelumnya,
menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran,
dalam video simulasi tanpa anak siklus III ini belum terlihat
guru mengajak siswa menyanyikan lagu wajib nasional untuk
menjaga semangat nasionalisme, pada kegiatan inti, Siswa
mengamati puzzle segitiga kecepatan yang dibawa guru. Siswa
mengidentifikasi permasalahan yang diberikan. Siswa diajak
untuk menanya, meliputi sesuatu yang belum mereka ketahui,
misalnya: Bagaimana cara menyelesaikan soal tersebut?. Siswa
dibagi menjadi 5 kelompok. Tiap kelompok mempersiapkan
stopwatch dan meteran. Setiap kelompok diberi permasalahan
oleh guru. Siswa dengan penuh tanggung jawab menyelesaikan
soal yang diberikan. Siswa dengan penuh percaya diri
menyelesaikan permasalahan pada soal dan menemukan konsep
menemukan hubungan antarsatuan kecepatan.. Siswa dengan
penuh tanggung jawab meneliti kembali hasil pekerjaan masing-
masing. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi ke
depan kelas dengan penuh percaya diri. Guru memberi
penguatan. Didalam video belum terlihat peran siswa, karena
simulasi dilakukan tanpa anak, sehingga siswa yang seharusnya
berperan hanya dianggap telah dilaksanakan oleh guru. Pada
kegiatan penutup, Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyampaikan simpulan tentang materi pelajaran yang
telah dipelajari. Guru memberikan penguatan kepada siswa
setelah siswa menyampaikan simpulannya. Guru menyimpulkan
jawaban dari siswa mengenai materi pelajaran yang telah
dipelajari. Guru memberikan umpan balik hasil tes siswa dan
aktivitas yang dilakukan siswa dalam pembelajaran meliputi
penilaian sikap dan keterampilan pada saat kegiatan belajar
26

mengajar berlangsung. Guru memberi penguatan terhadap hasil


tes siswa, penilaian sikap, dan penilaian keterampilan. Guru
memberikan pekerjaan rumah. Guru menyampaikan rencana
pembelajaran matematika pada pertemuan berikutnya, dengan
memberi tugas untuk mempelajari materi pelajaran yang akan di
bahas pada pertemuan berikutnya. Guru melakukan refleksi, dan
menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. Dalam
video simulasi tanpa anak Siklus I belum terlihat guru mengajak
siswa menyanyikan salah satu lagu daerah atau lagu wajib
nasional, selain itu guru belum memberikan pesan moral yang
harus ditanam sejak dini kepada siswa.
d) Observasi III
Observasi dilakukan pada saat yang bersamaan saat
pelaksanaan tindakan pembelajaran. Pada kegiatan ini, observasi
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kondisi
belajar mengajar sudah terlaksana sesuai dengan rancangan
rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran
PBL.
e) Analisis Data III
Data yang diperoleh dari tes kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dianalisis berupa tabel setelah itu
dilakukan perhitungan untuk memperoleh hasil tes kemampuan
pemecahan masalah siswa.
f) Refleksi III
Kesimpulan dari analisis data dijadikan refleksi untuk
melihat kemampuan pemecahan masalah siswa. Hasil refleksi
ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan
pada siklus berikutnya. Jika kemampuan pemecahan masalah
siswa sudah mencapai target penelitian maka siklus III ini
berhenti, akan tetapi jika kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa belum tercapai target penelitian maka akan
27

berlanjutnya pada siklus selanjutnya.


B. Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian tentang penerapan metode
pembelajaran PBL untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa
kelas V SD Islam Terpadu Bustanul Ulum Kecamatan Situjuah Limo Nagari
Tahun Pelajaran 2019/2020.
Hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran PBL khususnya pada
materi jarak, kecepatan dan waktu siswa kelas V mengalami peningkatan
yang cukup baik ini terbukti bahwa pembelajaran dengan metode
pembelajaran PBL sesuai dengan karakteristik siswa kelas V yang berada
pada tahap operasional konkret. Siswa SD yang ada pada tahap pra-konkret
belum memahami hukum kekekalan, sehingga sulit mengerti konsep-konsep
operasi, seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian.
Sedangkan siswa SD pada tahap berpikir konkret sudah bisa memahami
hukum kekekalan, tetapi belum bisa diajak untuk berpikir secara deduktif
sehingga pembuktian dalil-dalil matematika sulit untuk dimengerti oleh
siswa. Pada pembelajaran dengan metode pembelajaran PBL, siswa akan
dihadapkan pada situasi-situasi konkret, dimana siswa akan bekerja secara
berkelompok maupun secara individu dalam situasi yang menyenangkan
dengan adanya permasalahan nyata yang harus dipecahkan dengan bantuan
media benda konkret dan alat peraga.
Pada siklus I, sudah melaksanakan pembelajaran dengan metode
pembelajaran PBL. Hal itu dapat dibuktikan dengan video simulasi tanpa
anak yang telah dilaksanakan, meskipun belum memenuhi indikator
keberhasilan. Berdasarkan data-data tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I masih belum berhasil. Untuk itu
peneliti dan observer melaksanakan tindakan pada siklus berikutnya dengan
melakukan refleksi, kekurangan-kekurangan yang muncul pada siklus I akan
diperbaiki pada siklus berikutnya yaitu siklus II.
Pada siklus II, hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan metode
pembelajaran PBL dengan sangat baik. Hal itu dapat dibuktikan pada video
28

simulasi tanpa anak siklus II. Berdasarkan data-data tersebut, peneliti


menyimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dikatakan
belum berhasil. Untuk itu peneliti dan observer melaksanakan tindakan pada
siklus berikutnya dengan melakukan refleksi, kekurangan-kekurangan yang
muncul pada siklus II akan diperbaiki pada siklus berikutnya yaitu siklus III.
Pada siklus III, hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan metode
pembelajaran PBL dengan sangat baik. Hal itu dapat dibuktikan pada video
simulasi tanpa anak siklus III. Berdasarkan data-data tersebut, peneliti
menyimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus III sudah
dikatakan berhasil. Oleh karena itu peneliti menyudahi pelaksanaan tindakan
hanya sampai pada siklus III. Secara keseluruhan peningkatan pembelajaran
matematika tentang jarak, kecepatan dan waktu melalui metode pembelajaran
PBL pada siswa kelas V SD IT Bustanul Ulum telah mencapai titik
keberhasilan.
Keberhasilan pembelajaran Matematika siswa kelas V SD IT Bustanul
Ulum ditandai dengan adanya peningkatan dan perubahan pada setiap siklus,
(Asrori (2009), pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
yang diperoleh melalui pengalaman individu yang bersangkutan. Dengan
adanya pelaksanaan pembelajaran yang diberikan oleh guru, artinya guru
telah memberikan pengalaman belajar langsung kepada setiap siswa.
Dalam penelitian ada anak yang masih belum paham materi tentang
jarak, kecepatan dan waktu, terbukti dengan masih adanya nilai siswa yang
belum mencapai KKM, ini disebabkan karena siswa tersebut belum paham
tentang jarak, kecepatan dan waktu. Hal tersebut mengacu pada pendapat
Ausubel (dalam Depdiknas 2006) dalam M. Jaenuri yang mengatakan bahwa
pengetahuan dasar yang dimiliki siswa akan sangat menentukan bermakna
tidaknya suatu proses pembelajaran. Itulah sebabnya para guru harus
mengecek, memperbaiki dan menyempurnakan pengetahuan para siswa
sebelum membahas materi baru.
B. Keterbatasan Penelitian
Interaksi antara guru dan siswa tidak terlihat, karena hanya dilakukan melalui
29

video simulasi tanpa anak. Sehingga hanya guru yang berperan dalam
pembelajaran, padahal pembelajaran menggunakan metode PBL lebih
menitik beratkan peran siswa dalam pembelajaran, hasil belajar jarak,
kecepatan dan waktu pada siswa tidak dapat diobservasi karena pembelajaran
hanya dilakukan melalui video simulasi tanpa anak sehingga data yang
diperoleh kurang valid, tidak adanya uji validitas secara empirik untuk
mengukur kelayakan soal sebelum digunakan untuk peneliti.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa penerapan metode pembelajaran problem based learning (PBL) pada
proses pembelajaran dengan materi jarak, kecepatan dan waktu dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Islam Terpadu Bustanul Ulum.
Penerapan metode pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil
belajar matematika dalam proses pembelajaran menggunakan media benda
konkret dan alat peraga menggunakan meteran dan stopwatch. Siswa
melaksanakan pembelajaran tentang jarak, kecepatan dan waktu dengan
bantuan media benda konkret berupa meteran dan stopwatch, selanjutnya
siswa membentuk kelompok untuk mengerjakan LKPD yang berisi masalah
sehari-hari siswa tentang jarak, kecepatan dan waktu. Siswa mengerjakan
soal pada LKPD dengan bantuan media meteran dan stopwatch sesuai
langkah-langkah pada pembelajaran dengan menggunakan metode PBL
yaitu orientasi peserta didik terhadap masalah, mengorganisasikan peserta
didik, membimbing penyelidikan individu dan kelompok, mengembangkan
dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
Hal ini dapat dibuktikan pada saat observasi pembelajaran tentang
materi jarak, kecepatan dan waktu, diperoleh nilai rata-rata kelas meningkat.
Pada siklus I dikenai tindakan yaitu guru menggunakan PBL sebagai
metode pembelajaran pada materi jarak, kecepatan dan waktu untuk
30

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.


B. Saran
1. Bagi Guru
Seorang guru SD khususnya kelas tinggi sebaiknya menerapkan
metode pembelajaran PBL dalam pembelajaran matematika, pada
materi jarak, kecepatan dan waktu untuk meningkatkan pemahaman
siswa, sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan metode
pembelajaran PBL hendaknya guru mempersiapkan segala kebutuhan
baik alat atau bahan yang digunakan selama proses pembelajaran
sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
2. Bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah hendaknya melaksanakan monitoring atau pembinaan
pelaksanaan pembelajaran-pembelajaran yang inovatif seperti
pembelajaran dengan metode pembelajaran PBL pada guru-guru SD,
kepala sekolah hendaknya memberikan atau menyediakan fasilitas
yang memadai kepada guru-guru SD untuk melaksanaan pembelajaran
dengan metode pembelajaran PBL.
3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain hendaknya lebih kritis dalam menghadapi masalah yang
muncul dalam dunia pendidikan, khususnya dalam masalah
pembelajaran sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi dalam memberikan informasi tentang pelaksanaan
pembelajaran dengan metode pembelajaran PBL, hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi peneliti lain
untuk menggunakan metode, model atau pendekatan pembelajaran
yang tepat dalam pembelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Asrori, H. M. (2009). Penelitian Tindakan Kelas Peningkatan Kompetensi
Profesional Guru. Yogyakarta: Multi Press.
Budiningsih C Asri. (2006). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY.
31

Depdiknas. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai