DISUSUN OLEH
ELSI MARIANTI (856241417)
elsimarianti1988@gmail.com
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS IV MIS
KAJAI KECAMATAN TALAMAU PASAMAN BARAT
ABSTRAK
Kata kunci: model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), prestasi
belajar IPA
2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi yang berkembang pesat saat ini sangat sangat berpengaruh
sekali terhadap dunia pendidikan. Berkembangnya teknologi ini
mengakibatkan berkembangnya ilmu pengetahuan yang memiliki dampak
positif maupun negatif. Perkembangan teknologi ini dimulai dari negara maju,
sehingga Indonesia sebagai negara berkembang perlu mensejajarkan diri
dengan negara-negara yang sudah maju tersebut.
Pendidikan tentu tidak bisa terpisahkan dari pembelajaran di sekolah
yang menginginkan pembelajaran yang bisa menumbuhkan semangat siswa
untuk belajar. Tujuan khusus dari pembelajaran itu hendaknya tercapai sesuai
target. Dengan adanya tujuan pembelajaran akan menumbuhkan sikap yang
akan menjadi pegangan guru dalam suatu proses pembelajaran.
3
peningkatan pembelajaran siswa yaitu model pembelajaran CTL. Pada
dasarnya, pembelajaran CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok
dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan
akademik dengan konteks dari kehidupan siswa sehari-sehari.
Model pembelajaran CTL mampu mengembangkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan masalah-masalah serta mengambil keputusan secara
objektif dan rasional. Disamping itu model pembelajaran CTL mampu
mengembangkan kemampuan berfikir kritis, logis, dan analitis. Dengan CTL
ini siswa benar-benar dilatih dan dibiasakan berfikir secara kritis dan mandiri
dalam proses pembelajaran.
MIS Kajai kecmatan Talamau Pasaman Barat, khususnya pada jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar atau setingkat, proses pembelajaran mata
pelajaran IPA belum optimal, karena selama proses pembelajaran dominan
menggunakan metode ceramah. Berdasarkan pengamatan pada saat observasi
pada mata pelajaran IPA, dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran 65%
menggunakan metode ceramah, 25% diskusi, dan 10% penugasan. Dari
prosentasi tersebut dapat dikatakan dalam proses belajar mengajar guru masih
menggunakan pembelajaran konvensional, dimana siswa cenderung pasif
sehingga siswa terkesan hanya mendapatkan pengetahuan saja atau lebih
bersifat kognitif. Pembelajaran terkesan hanya mengembangkan kemampuan
siswa pada ranah kognitif saja, sedangkan ranah afektif dan psikomotorik
kurang diperhatikan dalam proses belajar mengajar.
Penerapan model pembelajaran CTL dalam pembelajaran IPA melibatkan
siswa untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar peningkatan
kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat terarah lebih baik, dan
siswa dapat lebih bersemangat bukan hanya pasif saat proses belajar mengajar
terjadi.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka akan dilakukan
pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk mengambil penelitian ini dengan judul “Penerapan
model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran IPA Kelas IV MIS Kajai”.
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat didentifikasikan
beberapa masalah, sebagai berikut :
1. Metode yang digunakan oleh guru belum sesuai dengan standar proses
pelaksanaan pembelajaran yang mana mengakibatkan siswa pasif saat
PBM.
2. Dominasi guru dalam proses belajar mengajar menyebabkan sedikitnya
keterlibatan siswa.
3. Pembelajaran konvensional mengarah pada terselesainya suatu materi
tanpa memperhatikan partisipasi dari peserta didik.
4. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih terarah
dan diharapkan masalah yang dikaji lebih mendalam, perlu adanya pembatasan
masalah yang akan diteliti.
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
Metode pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL). CTL adalah
suatu sistem pengajaran yang cocok untuk otak yang menghasilkan makna
dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan
sehari-hari siswa. Materi pelajaran dalam penelitian ini dibatasi pada materi
Hemat Energi
5. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan
masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah:
a. Bagaimana penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL)
dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV MIS Kajai?
b. Apakah penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa
kelas IV MIS Kajai?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara peningkatan prestasi
belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran CTL dan mengetahui ada
tidaknya peningkatan hasil belajar siswa dengan mengunakan model pembelajaran
5
CTL pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV MIS Kajai
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai sarana mengaplikasi pengetahuan yang dimiliki dalam dunia
pendidikan secara langsung.
2. Bagi Sekolah
a. Memberikan alternatif bagi guru tentang metode pembelajaran yang
dapat digunakan.
b. Dapat membimbing siswa-siswi ke arah yang lebih kreatif dan maju.
c. Dengan adanya metode-metode pembelajaran yang baik dan inovatif
maka dapat mewujudkan siswa yang cerdas dan berprestasi serta
diharapkan mampu mengaplikasikan di lingkungan sekitar.
3. Bagi Universitas Terbuka
Dapat menjadi bahan kajian atau referensi bagi mahasiswa di Universitas
Terbuka dan dapat digunakan sebagai bahan penelitian untuk penelitian
lanjutan.
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran CTL (contextual teaching and learning)
Pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan
situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari (Muslich, 2007: 41). Menurut Johnson (2007: 67), model
pembelajaran CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong
para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari
dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam
kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial,
dan budaya mereka.
Melalui model pembelajaran CTL, siswa diharapkan belajar mengalami
bukan menghafal. Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu
filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak Hanya sekedar
6
menghafal, tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan
ketrampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam
kehidupannya (Muslich, 2007: 41).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran CTL adalah konsep pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
melihat makna di dalam materi yang dipelajari dan menghubungkannya
dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari konsep tersebut ada tiga hal
yang harus dipahami, yakni : CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa
untuk menemukan materi, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, CTL
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan. Dalam upaya
itu, siswa memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.
Menurut Wina Sanjaya (2011: 264) dan Masnur Muslich (2007: 44)
model pembelajaran CTL memiliki 7 asas atau komponen yang melandasi
pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu:
a. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar
akan tetapi dikonstruksi dari dalam diri seseorang (Sanjaya, 2011: 264).
Berdasarkan pendapat di atas dapat dianalogikan bahwa siswa lahir
dengan pengetahuan yang masih kosong. Dengan menjalani kehidupan
dan berinteraksi dengan lingkungannya, siswa mendapat pengetahuan
awal yang diproses melalui pengalaman-pengalaman belajar untuk
memperoleh pengetahuan baru. Dalam hal ini anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
b. Menemukan (Inquiri)
Komponen kedua dalam CTL adalah inquiri. Inquiri, artinya proses
pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses
berpikir secara sistematis. Secara umum proses Inquiri dapat dilakukan
melalui beberapa langkah, yaitu: merumuskan masalah, mengajukan
hipotesa, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat
7
kesimpulan (Sanjaya, 2011:265).
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pengetahuan
bukanlah sejumlah fakta dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses
menemukan sendiri. Dengan demikian, dalam proses perencanaan guru
bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal akan tetapi
merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan
sendiri materi yang harus dipahaminya.
c. Bertanya (Questioning)
Peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-
pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk
menemukan setiap materi yang dipelajarinya (Sanjaya, 2011: 266).
Bertanya (Questioning) merupakan komponen dalam pembelajaran
CTL. Belajar dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya guru
yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan
siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan
kemampuan berfikir siswa. Pada sisi lain, kenyataan menunjukkan bahwa
pemerolehan pengetahuan seseorang selalu bermula dari bertanya
(Muslich, 2007: 44).
d. Masyarakat Belajar (Learning Comunity)
Didasarkan pada pendapat Vygotsky, bahwa pengetahuan dan
pemahaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain.
Permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan
bantuan orang lain. Konsep masyarakat belajar (Learning Comunity)
dalam CTL hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan
orang lain, teman, antar kelompok, sumber lain dan bukan hanya guru
(Sanjaya, 2011: 267).
e. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan
sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Modeling
merupakan azas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab
melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis
(abstrak) yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme (Sanjaya,
2011: 267).
f. Refleksi (Reflection)
8
Refleksi merupakan bagian komponen terpenting dari pembelajaran
dengan model CTL yaitu perenungan kembali atas pengetahuan yang
baru dipelajari (Muslich, 2007: 46).
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa dengan
memikirkan apa yang baru saja dipelajari atau pengalaman yang terjadi
dalam pembelajaran, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang
baru diperolehnya merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya.
2. Prestasi Belajar
Menurut Anas Sudijono (2006: 434) prestasi belajar adalah pencapaian
peserta didik yang dilambangkan dengan nilai-nilai hasil belajar, pada dasarnya
mencerminkan sampai sejauh mana tingkat keberhasilan yang telah dicapai
oleh peserta didik dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
Sedangkan menurut Nana Sudjana (2010: 22), prestasi belajar merupakan suatu
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Kemampuan tersebut berupa tingkah laku siswa dalam kehidupan
sehari-hari.
Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil belajar yang telah dicapai melalui pengukuran dan penilaian
terhadap penguasaan pengetahuan dan keterampilan tertentu yang diperoleh
siswa melalui proses belajar mengajar. Prestasi belajar merupakan faktor
penting untuk menentukan sejauh mana tingkat pengetahuan siswa. Tingkat
keberhasilan prestasi belajar sendiri tidak dapat diketahui secara langsung,
karena perubahan tingkah laku bersifat abstrak. Oleh karena itu, guru hanya
mengambil cuplikan perubahan tingkah laku siswa yang dianggap penting dan
diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar
siswa.
3. Hakikat IPA
Definisi tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) telah banyak
dikemukakan. Trianto (2014: 136-137) mendefinisikan IPA adalah suatu
kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada
gejala-gejala alam, lahir, dan berkembang melalui metode ilmiah seperti
observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
9
bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang
sistematika dan dapat mengembangkan pemahaman serta penerapan konsep
untuk dijadikan sebuah produk. Dalam hal ini diharapkan dengan kemampuan
yang dimiliki peserta didik dapat mampu melakukan kerja ilmiah yang diiringi
sikap ilmiah maka akan diperoleh berupa fakta, konsep, hukum, dan teori.
4. Pembelajaran IPA
Trianto (2014: 143) mengemukakan bahwa proses belajar mengajar IPA
lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat
menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori, dan sikap
ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap
kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran IPA
merupakan pembelajaran yang menekankan pendekatan keterampilan proses
agar memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik untuk mencapai
kompetensinya, yang didasari dengan sikap ilmiah.
10
Kamis, 14 April Senin, 18 April 2022 Senin, 25 April 2022
2022
Penelitian ini dilaksanakan pada materi pelajaran IPA materi hemat energi.
Penelitian terdiri dari 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II. 1 sikus terdiri dari 1 x
pertemuan dengan 4 tahap yaitu: (1) perencanaan. (2) pelaksanaan, (3) observasi/
pengamatan, (4) refleksi. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung dengan dilaksanakan 1 pra siklus dan 2 siklus perbaikan.
1. Pra siklus
a. Perencanaan
Pada tahap ini diawali dengan refleksi dan analisis antara peneliti dan
supervisor 2 terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA pada materi
hemat energi dan mengidentifikasi masalah serta menganalisa dan mencari
alternativ perbaikan masalah.
selanjutnya peneliti melakukan tindakan pra siklus sebagai berikut:
a) Identifikasi masalah dan mencari alternativ pemecahan masalah dengan
mencari berbagai sumber dan konsultasi bersama teman sejawat
b) Melakukan konsultasi dengan kepala sekolah dan teman sejawat
b. Pelaksanaan
Langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan pada tahap ini adalah:
Kegiatan Pendahuluan
a. Guru memberikan salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin do’a
b. Guru mengecek kehadiran siswa
c. Guru melakukan apersepsi mengingat kembali tentang pembelajaran
sebelumnya sebelum hemat energi
d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
e. Siswa mampu memahami arti dari kewajiban berhemat energi
f. Siswa mampu memahami hak dalam pemakaian energi
11
g. Siswa mengetahui cara penggunaan alat-alat elektronk agar bisa berhemat
energi
h. Siswa mampu menyelesaikan permasalahan yang melibatkan berbagai hal
tentang hemat energi
Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan materi tentang cara berhemat energi
b. Guru memberikan contoh soal di papan tulis dan meminta siswa untuk
mengerjakannya
c. Jika siswa sudah memahami materi, guru memberikan latihan
d. Guru memeriksa latihan siswa secara bersama-sama
e. Guru menjelaskan dan meluruskan kembali tentang konsep berbagai cara
berhemat energi, kewajiban terhadap berhemat energi, dan hak dalam
pemakaian energi
Kegiatan Penutup
a. Guru dan siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan pembelajaran
secara lisan.
b. Guru memberikan penguatan materi entang hemat energi
c. Guru memberikan tugas di rumah kepada siswa tentang hemat energi
d. Guru dan siswa membaca hamdalah bersama-sama dan dilanjutkan
dengan do’a selesai pembelajaran
c. Pengamatan
Langkah –langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah ssuai perencanaan
yang tersusun
b. Melakukan pengamatan proses pembelajaran IPA dengan sasaran
pengamatan : membahas masalah dengan menggunakan metode
diskusi dan menyelesaikan dan memerkasan hasil evaluasi yang
diperoleh siswa
d. Refleksi
12
minimal (KKM). Oleh karena itu perlu dilaksanakan perbaikan
pembelajaran
2. Siklus I
a. Perencanaan
1. Identifikasi masalah dan penerapan alternatif pemecahan masalah
b. Pelaksanaan
a. Guru memberikan salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin do’a
b. Guru mengecek kehadiran siswa
13
i. Guru membagi siswa menjadi enam kelompok
j. Siswa duduk berdasarkan kelompok
Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan materi tentang hemat energi
2. Guru menjelaskan cara belajar yang akan di lakukan
a. “Masing-masing kelompok akan ustadzah berikan 2 buah kartu, ada kartu
soal dan kartu jawaban”
b. “Setelah mendapatkan kartu, silahkan selesaikan terlebih dahulu soal yang
ada pada kartu tersebut sesuai penjelasan materi yang sudah ustadzah
sampaikan sebelumnya ”
c. “Selanjutnya carilah pasangan kartu mu dengan kartu yang ada pada
kelompok lain sebelum batas waktu habis”
d. “Silahkan ajukan pertanyaan nanti dalam kelompok, jika ada langkah kerja
yang belum dipahami”.
3. Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada masing- masing
kelompok
4. Siswa bersama kelompok mengerjakan soal yang terdapat pada kartu yang
dibagikan.
5. Siswa menggunakan gambar sebagai media pembelajaran
6. Siswa mencari pasangan dari kartu yang telah didapatkan sebelumnya dan
sudah didapatkan penyelesaiannya sebelum batas waktu yang telah ditentukan
7. Siswa melakukan diskusi dengan kelompok sebelum mempresentasikan hasil
temuannya.
8. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya
9. Guru menjelaskan dan meluruskan kembali tentang cara, hak, serta
kewajiban dalam berhemat energi
Kegiatan Penutup
3. Guru memberikan tugas di rumah kepada siswa tentang keliling dan luas
bangun datar
4. Guru dan siswa membaca Hamdallah bersama-sama. Kelas dilanjutkan
14
dengan do’a selesai pembelajaran
c. Pengamatan
d. Refleksi
c) Berdiskusi dengan teman sejawat dan supervisor tentang proses siklus 1 dan
meminta masukan dari supervisor 2
d) Hasil refleksi dapat dijadikan bahan untuk merevisi rencana tindakan dalam
siklus II
e) Supervisor 2 memberikan masukan saran serta tahapan selanjutnya perbaikan
untuk dilaksanakan pada siklus II
3. Siklus II
a. Perencanaan
1. Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I (pertama) belum teratasi dan
penetapan alternatif pemecahan masalah.
2. Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan dalam siklus II (ke dua) mengacu pada identifikasi masalah yang
muncul pada siklus I (pertama) sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang
sudah di tentukan, tindakan yang dilakukan adalah:
15
1. Merancang RPP perbaikan dari refleksi diri dan saran supervisor untuk siklus II
2. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP perbaikan
Yang diperbaiki di siklus I:
Langkah- langkah yang ada dalam rencana pembelajaran untuk siklus II yaitu:
Kegiatan Pendahuluan
1. Guru memberikan salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin do’a
16
Kegiatan Inti
2. Setelah menjelaskan materi guru membuat soal di papan tulis mengenai materi
sambil meminta keaktifan siswa untuk menjawab soal tersebut
3. Guru menjelaskan materi kepada siswa jika maih ada materi yang belum
dipahami
4. Setelah tidak ada lagi pertanyaan dari siswa guru menjelaskan tentang cara
pembelajaran yang akan dilakukan hari ini
6. Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada masing- masing
17
kelompok
7. Siswa bersama kelompok mengerjakan soal yang terdapat pada kartu yang
dibagikan.
8. Siswa menggunakan media gambar dalam mengelompokkan alat-alat penggunaan
energy dan alat-alat yang tidak menggunakan energi
9. Siswa mencari pasangan dari kartu yang telah didapatkan sebelumnya dan
sudah didapatkan penyelesaiannya sebelum batas waktu yang telah ditentukan
10. Siswa melakukan diskusi dengan kelompok sebelum mempresentasikan hasil
temuannya.
11. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya
Kegiatan Penutup
4. Guru memberikan tugas di rumah kepada siswa tentang cara, hak dan
kewajiban dalam berhemat energi
5. Guru dan siswa membaca Hamdallah bersama-sama. Kelas dilanjutkan dengan
18
do’a setelah pembelajaran.
c. Pengamatan
d. Refleksi
c) Berdiskusi dengan teman sejawat dan supervisor tentang proses siklus II dan
meminta masukan dari supervisor 2
d) Hasil refleksi dapat dijadikan bahan untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan
e) Temuan pada siklus II diharapkan lebih baik dari siklus I agar mencapai hasil
yang diinginkan. Standar keberhasilan penelitian ini adalah jika aktivitas dan
hasil belajar siswa selama proses perbaikan pembelajaran sudah menunjukan
peningkatan.
19
dan padat tetapi mengandung pengertian luas.
1. Pra Siklus
Pada pelaksanaan pra siklus, dalam proses pembelajarannya siswa dan guru
saling bertanya jawab tentang materi hemat energy. Pada tahap ini, peneliti
melaksanakan kegiatan awal mengajar belum menggunakan model pembelajaran,
Contextual Teaching and Learning (CTL) tetapi penulis menggunakan metode
ceramah dan Tanya jawab. Setelah dilaksanakan pembelajaran, banyak siswa
belum mencapai nilai pada batas KKM. Berikut hasil belajar IPA siswa dapat
dilihat pada tabel.
Tabel 1. Hasil Perolehan Pra Siklus
20
2 Cahaya Dini 60
3 Diana Fadia 65
4 Farhat Azizan 90
5 Fatan Efri endra 55
6 Iqbal Dafaqri 55
Ramadhan
7 M. Fadhil Al Rasyid 60
8 Muhammad Fazizilah 60
R
9 Nagita Salsabila 70
1 Nur Hafizah 70
0
1 Olivia Aprilia Putri 90
1
1 Raudatul Tisya 90
2
1 Rava Rizkiano Saputra 65
3
1 Rizki Ramadhan 65
4
1 Zia Ulhaq 90
5
Rata – rata 71, 5 10
3 orang orang
Nilai Max. 90
Nilai Min. 55
21
Rentang Jumlah
Nilai Nilai
0 – 55 2
55 – 74 8
75 – 100 5
Jumlah 15
Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa siswa yang belum tuntas sebanyak
10 orang (67%), dimana siswa yang memperoleh nilai di bawah 55 sebanyak 2
orang (13,3%) dan memproleh nilai dengan rentang 55 – 74 sebanyak 8 orang
( 53,3%). Sedangkan siswa yang tuntas hanya sebanyak 5 orang (33,3%). Jadi
berdasarkan data di atas, terlihat bahwa siswa masih banyak yang belum
mencapai kriteria ketuntasan minimum dalam pembelajaran IPA pada materi
hemat energy dan bisa dikatakan hasil belajar siswa masih rendah. Oleh karena itu
perlu dilakukan tindakan atau perlakuan yang dapat meningkatkan hasil belajar
IPA siswa pada materi hemat energi.
22
b. Pelaksanaan Tindakan siklus 1
23
4 Farhat Azizan 95
5 Fatan Efri endra 50
6 Iqbal Dafaqri Ramadhan 55
7 M. Fadhil Al Rasyid 80
8 Muhammad Fazizilah R 65
9 Nagita Salsabila 70
1 Nur Hafizah 70
0
1 Olivia Aprilia Putri 95
1
1 Raudatul Tisya 90
2
1 Rava Rizkiano Saputra 70
3
1 Rizki Ramadhan 60
4
1 Zia Ulhaq 90
5
Rata – rata 75, 7 8orang
3 orang
Nilai Max. 95
Nilai Min. 50
24
Nilai
0 – 55 2
55 – 74 6
75 – 100 7
Jumlah 15
Dari grafik diatas dapat kita ketahui bahwa siswa yang belum tuntas
sebanyak 8 orang (53%), dimana sebanyak 6 orang siswa memperoleh nilai
dengan rentang antara 55 – 74 dan ada 2 orang siswa yang mendapatkan nilai
dibawah 55. Sedangkan siswa yang tuntas atau memperoleh nilai antara 75 –
100 sebanyak 7 orang (47%). Jadi hasil belajar siswa sudah menunjukan hasil
yang cukup bagus dimana sudah lebih 40 % siswa yang tuntas jika
dibandingkan dengan pra siklus tetapi masih belum menunjukan hasil belajar
yang bagus dan masih perlu diadakan perbaikan. Setelah dilakukan refleksi
diri dan mendengar masukan dari supervisor 2 maka peneliti perlu melakukan
perbaikan dan melanjutkan penelitian pada siklus 2.
25
siswa, menjelaskan secara rinci langkah-langkah pembelajaran kepada
siswa, memberikan siswa kesempatan bertanya dan memperbanyak buku
sumber pembelajaran. Perencanaan tindakan siklus II ini bertujuan untuk
meningkatkan aspek-aspek yang belum tercapai pada siklus I.
26
1 Abraham Fikri Al-Fatih 90
2 Cahaya Dini 80
3 Diana Fadia 80
4 Farhat Azizan 95
5 Fatan Efri endra 70
6 Iqbal Dafaqri Ramadhan 75
7 M. Fadhil Al Rasyid 80
8 Muhammad Fazizilah R 80
9 Nagita Salsabila 80
1 Nur Hafizah 85
0
1 Olivia Aprilia Putri 95
1
1 Raudatul Tisya 95
2
1 Rava Rizkiano Saputra 80
3
1 Rizki Ramadhan 80
4
1 Zia Ulhaq 95
5
Rata – rata 84 14 1orang
orang
Nilai Max. 95
Nilai Min. 70
27
Tabel 6. Distribusi hasil evaluasi nilai siswa pada siklus II
Rentang Jumlah
Nilai Nilai
0 – 54 0
55 – 74 1
75 – 100 14
Jumlah 15
28
belajar siswa pada pelajaran IPA materi hemat energi dengan penerapan metode
Contextual Teaching and Learning (CTL). Kekurangan yang ada di siklus I bisa
diselesaikan di siklus II. Penggunaan metode pembelajaran sudah dilaksanakan
dengan baik selama proses pembelajaran di siklus II.
Masalah yang terjadi di siklus I sudah dapat diatasi di siklus II. Siswa sudah
menunjukkan peningkatan yang sangat baik dari segi hasil belajar IPA maupun
dari keaktifan dalam proses pembelajaran. Namun, peneliti tetap mencari
referensi yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Ditemukan bahwa
penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa.
Berdasarkan penelitian dan kajian pustaka yang sudah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa.
Karena metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) mampu
meningkatkan proses belajar mengajar siswa sehingga pembelajaran menjadi
lebih aktif, bersemangat, dan membuat siswa menjadi lebih cepat memahami
materi pelajaran yang disampaikan guru. Oleh karena itu rencana perbaikan tidak
ada lagi karena telah mencapai ketuntasan dengan rata- rata nilai keseluruhan 86.
29
Cahaya Dini 80 80
2 T T
Diana Fadia 75 80
3 T T
Farhat Azizan 95 95
4 T T
Fatan Efri endra 50 B 70 BT
5 T
Iqbal Dafaqri 55 B 75
6 Ramadhan T T
M. Fadhil Al Rasyid 80 80
7 T T
Muhammad Fazizilah 65 BT 80
8 R T
Nagita Salsabila 70 BT 80
9 T
Nur Hafizah 70 BT 85
1 T
0
Olivia Aprilia Putri 95 95
1 T T
1
Raudatul Tisya 90 95
1 T T
2
Rava Rizkiano Saputra 70 BT 80
1 T
3
Rizki Ramadhan 60 BT 80
1 T
4
Zia Ulhaq 90 95
1 T T
5
Jumlah 1130 1260
Nilai Rata-rata 75,3 84
30
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa nilai rata- rata siswa setelah
dilakukan penerapan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) pada
pembelajaran IPA materi hemat energi sangat baik. Oleh karena itu dapat di
simpulkan ada peningkatan hasil belajar yang signifikan dalam penggunaan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pelajaran IPA materi
hemat energi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas IV MIS Kajai dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) mampu
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik, sehingga pembelajaran menjadi
lebih aktif, bersemangat, dan membuat siswa menjadi lebih cepat memahami
materi pelajaran yang disampaikan guru.
2. Penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa
Berdasarkan hasil kajian dan temuan dalam penelitian yang diperoleh, dapat
dikemukakan saran pada pembelajaran IPA berkaitan Hemat Energi yang bermanfaat
bagi guru, dan sekolah
1. Bagi guru
31
2. Bagi sekolah
Penerapan model pembelajaran ini dapat juga digunakan oleh guru lain
sebagai referensi dalam rangka meningkatkan proses dan hasil belajar peserta didik
juga sebagai masukkan dalam rangka meningkatkan lulusan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono. (2006). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Mata
Pelajaran IPA SD/MI. Jakarta: Depdiknas.
Johson, E.B. (2007). CTL Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan
Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa.
Nana Sudjana. (2010). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar
Baru Algensindo.
Nana Syaodih Sukmadinata. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sanjaya. (2005). Contextual Teaching and Learning (CTL). Penerbit : Ghalia
Indonesia.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfa Beta.
Kun Prasetyo. (2013). Bahan Ajar Pemantapan Penguasaan Materi Pendidikan Profesi Guru
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Konsep Dasar Pendidikan IPA. Diakses pada tanggal 3 mei
2022 dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/zuhdan-kun-prasetyo-
meddrprof/diktat-kuliah-ppg-ipa.pdf.
32