Anda di halaman 1dari 6

Kelas 3 Materi Benda DiLingkunganku

1. Kalimah, K. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)


Terhadap Nilai Siswa Kelas III pada Tema 3 Subtema 1 “Benda di Sekitarku” di SDN
2 Makarti Jaya. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3(1).
Permasalahan yang dihadapi yaitu Perubahan kurikulum yang secara signifikan
berganti-ganti membuat siswa kesulitan dalam mengikuti pembelajaran. Sudah sering
mendengar keluhan siswa betapa beratnya mereka mengikuti beban dari sekolah.
Mereka dituntut untuk mengetahui segala hal yang dituntut oleh kurikulum.
Walaupun kapasitas intelektualnya dapat menjangkau beban tersebut, siswa seperti
telepas dari dunianya.
Sehingga guru yang harus berfikir bagaimana mensiasati agar pembelajaran dapat
berhasil. Upaya yang dilakukan guru berbagai macam, mulai dari dengan
memvariasikan media pembelajaran,pendekatan belajar hingga model pembelajaran
yang dipakai. Saat ini berbagai macam model pembelajaran yang telah dikembangkan
oleh para ahli bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam proses belajar
mengajar.Masalah digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan, kemampuan
analisis, dan inisiatif siswa terhadap materi pembelajaran dalam hal ini materi aneka
benda di lingkungan ku.
Solusi yang tepat untuk mengatasi permasalah diatas adalah dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah (PBM) yang dirasa cocok digunakan pada
pembelajaran pada materi aneka benda di sekitar ku. Model Pembelajaran Berbasis
Masalah memberikan pengaruh yang lebih baik dan secara signifikan meningkatkan
keterampilan proses sains siswa sekolah dasar. Temuan ini menuntut para guru untuk
menyajikan masalah yang mampu meningkatkan rasa keingintahuan guru. Masalah-
masalah dapat diperoleh dari lingkungan sekitar maupun digali dari pengalaman
siswa sendiri.

2. Supramono, A. (2016). Pengaruh model pembelajaran quantum (quantum


teaching) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas III SD YPS Lawewu kecamatan Nuha
kabupaten Luwu Timur. Jurnal Nalar Pendidikan, 4(2).

Malasalahnya yaitu siswa kurang terlibat dalam artian bahwa pembelajaran


berpusat kepada guru. Guru yang mendominasi pembelajaran dengan menjelaskan
pelajaran melalui media yang disiapkan atau hanya memberikan contoh saja,
sehingga pengetahuan siswa hanya pada apa yang disampaikan oleh guru. Siswa
tidak mengemukakan secara langsung ide yang mereka peroleh. Berdasarkan
permasalahan tersebut, menunjukkan kurang melibatkan secara maksimal seluruh
aspek pembelajaran seperti suasana kelas yang kurang dimanfaatkan oleh guru untuk
dikaitkan dengan pembelajaran, interaksi guru dan siswa serta rancangan
pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi tidak menyenangkan bagi
siswa. Disisi lain juga ada kecenderungan bahwa aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran IPA masih rendah karena pembelajaran masih berpusat kepada guru.

Solusinya adalah dengan menggunakan Salah satu model yang dapat meningkatkan
suasana dan aktivitas pembelajaran menjadi lebih kondusif pada pembelajaran IPA
yaitu melalui Model Pembelajaran Quantum (Quantum Teaching).Model
Pembelajaran Quantum (Quantum Teaching) merupakan model pembelajaran yang
dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif, mendesain pembelajaran
menjadi lebih menarik, penyampaian isi dan proses pembelajaran menjadi lebih
mudah dan menyenangkan.

Pembelajaran quantum mengonsep tentang menata lingkungan belajar yang tepat,


bagaimana upaya penataan situasi lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik
maupun mental. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran quantum adalah salah
satu model pembelajaran yang melibatkan seluruh aspek-aspek yang mendukung
pencapaian tujuan pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan dan bermakna bagi pendidik dan peserta didik.

3. Hendrawan, A. S., Yulianti, Y., & Yuniasih, N. (2020, November). Pengembangan


Permainan Puzzle Karambol Berbasis Constextual Teaching and Learning (CTL) Pada
Materi Keberagaman di Lingkungan Sekitar Untuk Kelas 3 Sekolah Dasar. In
Prosiding Seminar Nasional PGSD UNIKAMA (Vol. 4, No. 1, pp. 230-237).

Permasalahnya adalah Kurangnya media yang ada di sekolah dikarenakan guru tidak
cukup punya waktu untuk membuat media sendiri. Sedangkan siswa lebih tertarik
dan antusias menerima pembelajaran yang berinovatif, praktik, dan bermain. Untuk
pembelajaran IPA banyak praktik dan memahami materi benda dilingkungan sekitar
sehingga dibutuhkan hal yang menarik,

nyata, dan sesuai dengan karakteristik usia peserta didik.Untuk mengatasi masalah
tersebut dibutuhkan inovasi media pemebelajaran yang dikaitkan dengan permainan
sehingga mampu menarik perhatian siswa dan menjadikan pembelajaran yang
bermakna dalam bentu permainan puzzle.

Solusinya yaitu Pendekatan pembelajaran materi Benda di lingkungan sekitar yang


dapat digunakan salah satunya ialah Contextual Teaching and Learning (CTL). Dengan
menggunakan Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa diharapkan lebih mudah
memahami konsep pembelajaran dengan mengkaitkan di dalam kehidupan sehari-
hari.Pengembangan permainan puzzle karambol berbasis contekstual teaching and
learning pada materi keberagaman di lingkungan sekitar untuk kelas 3 sekolah dasar
dikembangkan berdasarkan tahapan sesuai dengan 4-D (Define, Design,
Development, Disseminate).
Dapat disimpulkan bahwa permainan puzzle karambol berbasis Contexstual
Teaching and Learning (CTL) mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
Benda lingkungan sekitar dan sangat efektif untuk diterapkan.Berdasarkan kriteria-
kriteria kualitas permainan puzzle karambol berbasis Contextual Teaching and
Learning (CTL) yang telah terpenuhi, maka permainan puzzle karambol berbasis
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi Benda dilingkungan sekitar
untuk kelas 3 SD Negeri Kebonsari 04 Malang telah memenuhi kriteria kelayakan
media pembelajaran yaitu, valid, praktis dan efektif.

4. Mulyandani, N., & Hasyda, S. (2022, February). PENERAPAN MODEL


PEMBELAJARAN CTL TYPE CRH DALAM MENINGKATKAN LITERASI NUMERASI
PESERTA DIDIK DI SD. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL ILMU SOSIAL, SAINS DAN
TEKNOLOGI (Vol. 1, No. 1, pp. 361-369).

Permasalahannya yaitu dalam proses kegiatan pembelajaran ditemukan kurang


efektif dalam menerapkan literasi numerasi. Adapun kendala-kendala pada saat
observasi yakni; 1). Dalam peserta didik kurang aktif, 2). Kurangnya siswa dalam
menerima kegiatan belajar mengejar dikelas 3). Ditemukan sebagaian peserta belum
dapat membaca menulis dan menghitung dengan baik.

Solusinya Berdasarkan permasalahan yang ditemukan adalah dengan menawarkan


model pembelajaran yang dapat berpengaruh aktivitas peserta didik dalam belajar
dan lebih melibatkan peserta didik dalam proses belajar yakni dengan menerapkan
model pembelajaran CTL type Course Rivew Horay (CRH). Model CTL type CRH ialah
model yang membantu pendidik menghubungkan materi dengan kenyataan yang ada
disekitarna.CTL type CRH memilki kelebihan diantaranya, pembelajaran menjadi lebih
kongkret dan ril, artinya peserta didik dapat memahami kaitan antara pengalaman
belajar disekolah dengan fakta dilingkungan. Model pembelajan sangat berperan
dalam proses belajar. Jika pendidik memakai model yang tepat maka hasilnya dapat
maksimal. Mengingat objekstudi dari mata pelajaran IPA tentang Bermain di
lingkunganKu maka perlu menerapkan model pembelajaran yang konteks atau nyata,
oleh karenanya guru menerapkan CTL type CRH yang dianggap tepat dalam
pembelajaran. CRH merupakan pembelajaran kontektual yang dapat meningkatkan
kemampuan peserta dan bersifat menyenangkan. oleh karna itu siswa perlu adanya
keterampilan dalam proses belajar mengajar.

5. Lestari, D. P., & Sukartiningsih, W. (2022). PENGEMBANGAN BUKU DIGITAL


BERPENDEKATAN BALANCE LITERACY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TEMA 3 BENDA DI SEKITARKU KELAS III SEKOLAH
DASAR. JURNAL EDUCATION AND DEVELOPMENT, 10(1), 312-320.

permasalahan yaitu, (1) budaya literasi di sekolah yang rendah; (2) kegiatan
pembelajaran yang konvensional, tidak memanfaatkan teknologi informasi (IT); dan
(3) guru kurang mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa saat kegiatan
pembelajaran. Dari beberapa paparan permasalahan dalam kegiatan pembelajaran di
atas, tentunya memberikan dampak negatif pada peserta didik misalnya peserta didik
mudah merasa jenuh dan kurang termotivasi.

Solusinya dengan cara mengoptimalkan media pembelajaran yang mengadopsikan


teknologi yang termutakhir. Dan dengan ini nantinya akan melaksanakan
pengembangan buku siswa dengan menggunakan media flip book berbasis balance
literacy guna menaikkan kemampuan berpikir kritis siswa. Sehinggga, dirancang
penelitian dengan Pengembangan Buku Digital Berpendekatan Balance Literacy untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.media pembelajaran buku digital
dengan menggunakan pendekatan literasi berimbang (balanced literacy) yang layak
untuk digunakan di dalam berlangsungnya pembelajaran. Dan media pembelajaran
buku digital dengan menggunakan pendekatan literasi berimbang (balanced literacyI)
ini efektif dalam menaikkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Jadi, berdasarkan analasis dari 5 jurnal tersebut model atau media pembelajaran yang
banyak digunakan pada materi Benda DiLingkunganKu yaitu Model Contextual
Teaching and Learning (CTL).

A. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran konstekstual adalah suatu konsep belajar yang membantu guru


mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang benar-benar
bersifat kontekstual akan terjadi apabila siswa (peserta didik) mampu memproses
informasi baru atau pengetahuan yang sedemikian rupa sesuai dengan acuan pikiran
siswa (memori, pengalaman, dan respon). Contextual Teaching and Learning (CTL)
adalah pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan
kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat maupun warga Negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi
tersebut bagi kehidupannya.

B. Kelebihan Pembelajaran CTL

1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan nyata. Artinya siswa dituntut untuk
dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata.

2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep


kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme,
dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.

3) Kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara


penuh, baik fisik maupun mental

4) Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh


informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di
lapangan.

5) Materi pelajaran dapat ditemukan sendirioleh siswa, bukan hasil pemberian dari
guru.

6) Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran


yang bermakna.

C.Kekurangan Model CTL

1) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual


berlangsung.
2) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas
yang kurang kondusif.
3) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam CTL, guru tidak lagi
berperan sebagai pusat informasi.

D. Langkah -Langkah CTL


1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4. Ciptakan masyarakat belajar.

5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

Anda mungkin juga menyukai