Anda di halaman 1dari 11

Universitas Terbuka Pendidikan Guru Sekolah Dasar

JUDUL

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE


SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 1 SD NEGERI 3 TUBAN
Ni Komang Erni Yanti
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Terbuka
E-mail : erniyanti43@gmail.com

ABSTRACT
Cooperative learning and problem posing are models of learning that can be developed and
implemented to address the issues of low activity and learning achievement. One of the methods
in cooperative learning that can be used to encourage students to actively pose problems is the
snowball throwing method. This research adopts a qualitative approach with the Classroom
Action Research (CAR) method, consisting of two cycles. Based on the research results, it is found
that cooperative learning using the snowball throwing method has proven to enhance the learning
outcomes of 1st-grade students at SD Negeri 3 Tuban. This is evident from the average scores
obtained in the initial data, Cycle I, and Cycle II (71, 75, and 80) and the classical learning
completeness of 83.3%. Therefore, it is recommended that mathematics teachers incorporate the
cooperative learning model, specifically the Snowball Throwing method, into their mathematics
instruction.
Keywords: Mathematics Learning, Cooperative Learning Model, Snowball Throwing

ABSTRAK
Pembelajaran kooperatif dan pengajuan masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang
dapat dikembangkan dan diterapkan untuk mengatasi masalah rendahnya aktifitas dan prestasi
belajar. Salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan agar siswa aktif
mengajukan masalah adalah metode snowball throwing. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing terbukti dapat
membantu meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD Negeri 3 Tuban. Hal ini dapat ditunjukkan
dari skor nilai rata-rata yang diperoleh dari data awal, siklus I dan siklus II (71, 75, dan 80) dan
ketuntasan belajar klasikal adalah 83,3%. Untuk itu, disarankan kepada guru matematika dalam
pembelajaran matematika dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball
Throwing.
Kata Kunci: Pembelajaran matematika, Model pembelajaran kooperatif, Snowball throwing

PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan yang
begitu pesat. Setiap negara berusaha mempersiapkan diri untuk dapat bersaing dengan
negara lain. Salah satu usaha yang dilakukan adalah meningkatkan sumber daya manusia
yang paling tepat dilaksanakan lewat jalur pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka
dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap
jenis dan jenjang pendidikan. Semuanya berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang
integral (Firdaus 2016).

Ni Komang Erni Yanti Page - 1


Universitas Terbuka Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Anthony Robbins dalam Trianto (2011) mendefinisikan belajar sebagai proses


menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu
(pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu:
1) penciptaan hubungan, 2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan 3)
sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna belajar, disini bukan berangkat dari
sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua
pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada pemikiran
reproduktif, hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang
diberikan (Asmarani 2017). Proses-proses pemikiran seperti berfikir kreatif jarang
dilatihkan. Kenyataan ini didukung oleh pendapat Siswono (2008) yang mengatakan
bahwa perangkat pembelajaran yang menekankan berfikir kreatif dalam matematika tidak
tersedia. Buku siswa atau LKS yang ada (digunakan di sekolah) cenderung menekankan
pada penguasaan konsep dan memiliki satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang
diberikan.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang
peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika
merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis.
Penguasaan ilmu ini sangat dibutuhkan oleh siswa baik dalam pendidikan di sekolah
maupun dalam kehidupan sehari-hari, karena begitu banyak aktifitas yang dilakukan
dalam kehidupan yang melibatkan matematika. Mengingat pentingnya peranan
matematika, maka prestasi belajar khususnya untuk mata pelajaran matematika di sekolah
harus diperhatikan (Hirzi dkk. 2015)
Namun hingga dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa matematika masih
menjadi salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh kebanyakan siswa. Hal
tersebut dapat menjadi kesan awal yang kurang baik bagi peserta didik sehingga dalam
pembelajaransiswa cenderung kurang antusias dan kurang aktif. Akibatnya prestasi
belajar siswa kurang memuaskan. Keadaan serupa juga terjadi pada kelas 1 di SD Negeri
3 Tuban dimana prestasi belajar siswa juga kurang memuaskan.

LANDASAN TEORITIS
Berikut beberapa landasan teoritis yang digunakan untuk menganalisis,
menginterpretasi, atau menghubungkan informasi yang disajikan dalam penelitian ini.
Serta bertujuan untuk memahami topik penelitian, mengaitkan temuan, atau
mengembangkan argumen dalam penulisan penelitian. Hal-hal tersebut diantaranya
sebagai berikut,
1. Metode Pembelajaran di Sekolah
Metode pembelajaran di sekolah merujuk pada pendekatan atau strategi yang
digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dan membantu
mereka memahami, mengingat, dan mengaplikasikan pengetahuan serta keterampilan
yang diajarkan. Metode pembelajaran mencakup cara guru menyajikan informasi,
mengelola kelas, melibatkan siswa, dan mengevaluasi pemahaman mereka.

Ni Komang Erni Yanti Page - 2


Universitas Terbuka Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Metode pembelajaran melibatkan teknik-teknik khusus dan pendekatan dalam proses


pengajaran, dan bisa berbeda-beda tergantung pada subjek, tujuan pembelajaran, dan
preferensi guru. Tujuan dari penggunaan metode pembelajaran adalah menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan memotivasi siswa untuk aktif berpartisipasi dalam
pembelajaran. Guru juga dapat memilih metode pembelajaran berdasarkan karakteristik
siswa, seperti gaya belajar, tingkat pemahaman, dan minat mereka.
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan pemahaman siswa,
meningkatkan motivasi belajar, dan merangsang pemikiran kritis serta kreativitas siswa.
Oleh karena itu, pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan konteks
pembelajaran dapat memberikan dampak yang positif terhadap proses pendidikan siswa
di sekolah. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat di sekolah sangat penting karena
memiliki dampak besar pada proses pembelajaran dan perkembangan siswa.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa penggunaan metode pembelajaran yang
efektif sangat penting di sekolah,
a) Memfasilitasi Pemahaman yang Mendalam
Metode pembelajaran yang interaktif dan relevan dapat membantu siswa
memahami konsep-konsep pelajaran dengan lebih mendalam. Mereka tidak hanya
menghafal fakta, tetapi juga memahami konteks dan penerapan dari apa yang mereka
pelajari.
b) Meningkatkan Keterlibatan Siswa
Metode pembelajaran yang menarik dan bervariasi dapat meningkatkan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Siswa yang aktif terlibat cenderung lebih
bersemangat belajar dan memiliki motivasi intrinsik yang tinggi.
c) Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis
Banyak metode pembelajaran mendorong siswa untuk berpikir kritis,
menganalisis informasi, dan memecahkan masalah. Hal ini penting untuk membekali
siswa dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk menghadapi tantangan
dunia nyata.
d) Mendorong Kolaborasi dan Keterampilan Sosial
Metode pembelajaran kooperatif dan proyek berbasis kelompok mendorong siswa
untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan menghargai keragaman pendapat. Ini
mengajarkan keterampilan sosial yang penting untuk kehidupan sehari-hari dan
karier di masa depan.
e) Memfasilitasi Pembelajaran Diri
Beberapa metode pembelajaran, seperti pembelajaran terbalik, mengajarkan siswa
bagaimana belajar sendiri dan mengelola waktu mereka. Ini adalah keterampilan
yang sangat berharga yang akan membantu siswa selama studi mereka dan dalam
karier mereka nanti.
f) Mengakomodasi Gaya Pembelajaran yang Berbeda
Setiap siswa memiliki gaya pembelajaran yang berbeda. Penggunaan berbagai
metode pembelajaran memungkinkan guru untuk mencocokkan pendekatan

Ni Komang Erni Yanti Page - 3


Universitas Terbuka Pendidikan Guru Sekolah Dasar

pembelajaran dengan gaya belajar individu siswa, memastikan bahwa setiap siswa
dapat memahami dan mengingat materi dengan lebih baik.
g) Meningkatkan Retensi dan Pemahaman Jangka Panjang
Metode pembelajaran yang aktif dan mendalam membantu siswa untuk
mempertahankan pengetahuan dalam jangka panjang. Mereka tidak hanya mengingat
informasi untuk ujian, tetapi juga memahami konsep-konsep yang mendasarinya,
yang bisa mereka aplikasikan di berbagai situasi.
Dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan relevan, sekolah
dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung pertumbuhan siswa secara
holistik, membekali mereka dengan keterampilan dan pengetahuan yang mereka
butuhkan untuk mencapai kesuksesan di masa depan. Ada berbagai metode pembelajaran
yang digunakan di sekolah untuk mengajar siswa.
Pemilihan metode pembelajaran dapat bergantung pada tujuan pembelajaran, materi
pelajaran, dan kebutuhan siswa. Beberapa metode pembelajaran yang umum digunakan
di sekolah meliputi:
a) Pembelajaran Langsung (Direct Instruction): Guru memberi penjelasan langsung
tentang konsep atau keterampilan kepada siswa. Metode ini sering digunakan untuk
menyampaikan informasi dasar.
b) Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning): Siswa bekerja sama dalam
kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini mengajarkan
keterampilan kerja sama, komunikasi, dan pemecahan masalah.
c) Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning): Siswa belajar melalui
proyek atau tugas yang melibatkan riset, perencanaan, dan presentasi. Metode ini
menekankan pada aplikasi praktis dari pengetahuan dan keterampilan.
d) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning): Siswa mempelajari
materi dengan memecahkan masalah nyata atau kasus-kasus yang kompleks. Metode
ini mendorong pemikiran kritis dan pemecahan masalah.
e) Pembelajaran Berbasis Game (Game-Based Learning): Pembelajaran disusun dalam
bentuk permainan atau simulasi untuk meningkatkan keterlibatan siswa dan
memfasilitasi pembelajaran konsep-konsep kompleks.
f) Pembelajaran Daring (Online Learning): Siswa belajar melalui platform daring
menggunakan materi pembelajaran digital, video, dan interaksi online. Pembelajaran
daring bisa bersifat sinkron (real-time) atau asinkron (tidak real-time).
g) Pembelajaran Berbasis Keterampilan (Skills-Based Learning): Fokus pembelajaran
pada pengembangan keterampilan tertentu, seperti keterampilan berbicara,
mendengarkan, menulis, atau keterampilan matematika.
h) Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning): Siswa belajar melalui
pengalaman langsung, misalnya kunjungan lapangan, simulasi, atau percobaan
praktis. Metode ini meningkatkan pemahaman konsep melalui pengalaman langsung.
i) Pembelajaran Terbalik (Flipped Learning): Siswa mempelajari materi secara mandiri
di rumah melalui video atau bahan pembelajaran lainnya, sementara waktu di kelas
digunakan untuk diskusi, latihan, dan pemecahan masalah.

Ni Komang Erni Yanti Page - 4


Universitas Terbuka Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Pilihan metode pembelajaran tergantung pada kebutuhan siswa, tujuan


pembelajaran, dan pendekatan pendidikan yang dianut oleh sekolah atau guru. Banyak
guru juga menggunakan pendekatan gabungan (blended approach) yang menggabungkan
berbagai metode pembelajaran untuk mencapai hasil yang terbaik bagi siswa.
2. Pelajaran Matematika
Pelajaran matematika untuk siswa Sekolah Dasar (SD) adalah dasar dalam
pengembangan pemahaman matematika. Matematika adalah subjek yang penting dalam
kehidupan sehari-hari dan membantu siswa mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah, berpikir logis, dan berkomunikasi. Ada beberapa konsep matematika dasar yang
diajarkan kepada siswa SD diantaranya yaitu, angka dan operasi, bilangan bulat, pecahan,
ukuran dan pengukuran, geometri, data dan spesifik, serta aljabar dasar.
Pendidikan matematika memiliki banyak manfaat penting bagi siswa Sekolah Dasar
(SD). Beberapa manfaat utama termasuk,
a) Pengembangan Kemampuan Berpikir Logis
Matematika melibatkan pemecahan masalah, pengembangan pola, dan pemikiran
logis. Ini membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis.
b) Kemampuan Berpikir Abstrak
Matematika melibatkan konsep-konsep abstrak yang membantu siswa berpikir di
luar batas konkret dan menggali pemahaman tentang konsep-konsep kompleks.
c) Peningkatan Kemampuan Memecahkan Masalah
Pelajaran matematika melibatkan berbagai metode untuk memecahkan masalah.
Siswa belajar merumuskan masalah, mencari solusi, dan menguji solusi tersebut.
d) Pengembangan Keterampilan Kehidupan
Matematika adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Siswa belajar
tentang konsep-konsep matematika yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-
hari, seperti menghitung uang, mengukur benda, dan memecahkan masalah praktis.
e) Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi
Belajar matematika juga melibatkan membaca, menulis, dan mengkomunikasikan
ide-ide matematika. Siswa belajar menyusun argumen matematika dan menjelaskan
solusi dengan jelas.
f) Pengembangan Keterampilan Pemrograman
Pemahaman matematika menjadi dasar yang kuat untuk memahami konsep-
konsep pemrograman komputer. Keterampilan matematika yang baik dapat
membantu siswa memahami algoritma dan pemecahan masalah dalam
pemrograman.
g) Peningkatan Daya Tahan Terhadap Frustrasi
Memecahkan masalah matematika tidak selalu mudah, tetapi melalui latihan dan
ketekunan, siswa belajar untuk mengatasi rasa frustasi dan terus mencoba mencari
solusi.

Ni Komang Erni Yanti Page - 5


Universitas Terbuka Pendidikan Guru Sekolah Dasar

h) Persiapan untuk Mata Pelajaran Lanjutan


Pemahaman matematika yang baik di tingkat SD membentuk dasar yang kuat
untuk pembelajaran matematika yang lebih kompleks di tingkat yang lebih tinggi.
i) Peningkatan Kreativitas
Matematika membutuhkan pemikiran kreatif dalam menemukan solusi yang unik
dan inovatif untuk masalah-masalah matematika.
j) Pemberdayaan Sosial dan Ekonomi
Memiliki pemahaman yang kuat tentang matematika dapat membuka pintu bagi
peluang pendidikan dan pekerjaan di masa depan, membantu meningkatkan kualitas
hidup sosial dan ekonomi siswa.
Siswa Sekolah Dasar sering menghadapi berbagai kendala saat mempelajari
matematika. Beberapa kendala umum yang mereka hadapi meliputi,
a) Kurangnya Pemahaman Konsep Dasar
Siswa mungkin kesulitan memahami konsep dasar matematika seperti operasi
hitung, pecahan, dan geometri. Kesulitan memahami konsep dasar ini dapat membuat
mereka kesulitan dalam memahami materi yang lebih kompleks.
b) Kesulitan dalam Memahami Simbol dan Notasi
Simbol dan notasi matematika bisa menjadi sulit dipahami bagi beberapa siswa.
Mereka mungkin bingung dengan simbol-simbol matematika seperti +, -, ×, ÷, atau
simbol-simbol dalam rumus matematika.
c) Kurangnya Keterampilan Penghitungan
Siswa mungkin mengalami kesulitan dalam melakukan perhitungan matematika
dasar, seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, terutama jika
mereka belum memiliki keterampilan penghitungan yang cukup.
d) Ketidakminatan atau Ketakutan terhadap Matematika
Beberapa siswa mungkin tidak tertarik pada matematika atau bahkan merasa takut
terhadap mata pelajaran ini. Sikap negatif terhadap matematika dapat menghambat
kemampuan belajar mereka.
e) Kurangnya Pengalaman Praktis
Matematika dalam kehidupan sehari-hari seringkali tidak diajarkan dengan cara
yang relevan atau praktis. Siswa mungkin sulit melihat hubungan antara konsep
matematika dengan kehidupan sehari-hari mereka.
f) Kurangnya Dukungan dan Bimbingan
Siswa mungkin tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari guru atau orang tua
dalam memahami konsep matematika. Bimbingan dan dukungan yang kurang dapat
membuat mereka merasa frustrasi dan kehilangan minat dalam mempelajari
matematika.
g) Kurangnya Materi Pembelajaran yang Relevan dan Menarik
Materi pembelajaran yang monoton atau tidak menarik dapat membuat siswa
kehilangan minat. Penggunaan metode pengajaran yang tidak menarik atau kurang
inovatif juga dapat mengurangi motivasi belajar siswa.

Ni Komang Erni Yanti Page - 6


Universitas Terbuka Pendidikan Guru Sekolah Dasar

3. Pemahaman tentang Snowball Throwing


Snowball Throwing adalah suatu permainan melempar bola salju sebagai salah satu
strategi pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan (Hamid dalam Alfiah & Arigiyati 2015). Sedangkan menurut
Asmarani (2017), bola salju yang dimaksud disini adalah kertas yang dibentuk seperti
bola dan kertas tersebut berisi pertanyaan atau soal yang dibuat oleh masing-masing
siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing merupakan salah satu contoh
dari metode pembelajaran aktif. Hakekatnya metode pembelajaran aktif untuk
mengarahkan perhatian peserta didik terhadap materi yang dipelajari. Pembelajaran aktif
adalah proses belajar yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif, sehingga peserta
didik aktif bertanya dan mengemukakan gagasan (Suprijono 2011). Selain itu model
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing merupakan salah satu jenis tipe dari
pembelajaran kooperatif (Riyanto 2009). Jadi menurut peneliti, snowball throwing
merupakan salah satu jenis metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran kooperatif
untuk mengarahkan atensi peserta didik terhadap materi yang dipelajari dan mengajak
siswa untuk belajar secara aktif.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing adalah
sebagai berikut (Suprijono 2011),
a) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
b) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
c) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
ketua kelompok menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
d) Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu
pertanyaan yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
e) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar
dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit.

METODE PENELITIAN
Sebuah karya ilmiah tidak terlepas dari yang namanya penggunaan metode
penelitian. Metode penelitian sendiri merupakan sebuah cara atau langkah secara
sistematis untuk mendapatkan suatu data berdasarkan pada logika dan fakta yang dimiliki.
Penelitian sendiri berarti pengumpulan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu yang
dilakukan secara ilmiah. Disini berarti seseorang melakukan penelitian secara mendalam
pada suatu hal untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam membuat karya ilmiah.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan
jenisnya adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek penelitian yaitu kelas 1 SD
Negeri 3 Tuban. Instrumen yang digunakan adalah tes dan lembar observasi. Observasi
dilakukan oleh dua orang rekan sejawat yang mengobservasi aktivitas peneliti dan
kegiatan siswa. Lembar observasi yang digunakan terbagi menjadi dua yakni lembar
observasi guru dan lembar observasi siswa. Intrumen lain yang juga digunakan sebagai

Ni Komang Erni Yanti Page - 7


Universitas Terbuka Pendidikan Guru Sekolah Dasar

sumber data dalam penelitian ini adalah catatan lapangan yang diperoleh selama proses
pelaksanaan penelitian. Catatan lapangan memuat kejadian dan fakta di kelas, tempat
berlangsungnya penelitian. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa
tahap yaitu, mereduksi data, menyajikan data, dan penarikan kesimpulan. Untuk
pengecekan keabsahan datanya dibutuhkan ketekunan pengamatan, triangulasi, dan
pemeriksaan teman sejawat. Kemudian tahap-tahap pelaksanaan penelitiannya terdiri
dari, tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi, dan refleksi.

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN


Berikut ini merupakan pembahasan dari hasil penelitian Model Pembelajaran
Kooperatif Learning Tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas 1 SD Negeri 3 Tuban.
Proses Implementasi Model Pembelajaran Snowball Throwing
Pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe snowball
throwing dilaksanakan dalam dua pertemuan yang terbagi dalam dua siklus yaitu siklus I
dan siklus II. Sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai, peneliti terlebih dahulu
membuat rencana pembelajaran sebagai persiapan mengajar dan siswa di kelompokkan
pada kelompok-kelompok kecil. Kelompok yang dibentuk terdiri dari siswa yang
berkemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini karena dianggap bahwa
kelompok yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah akan
dapat memaksimalkan proses belajar karena masing-masing siswa mempunyai
kemampuan awal yang berbeda yang pada akhirnya diharapkan prestasi belajar
matematika siswa meningkat. Penentuan kelompok dilakukan sebelum pembelajaran
berlangsung karena untuk menghemat penggunaan waktu sebelum pembelajaran dimulai
(Lumika 2010).
Pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I dengan kompetensi dasar yaitu memahami
teknik pengumpulan dan penyajian data dua variabel menggunakan tabel, grafik batang,
diagram lingkaran, dan grafik garis. Siklus II dengan kompetensi dasar yaitu
mengumpulkan, mengolah, menginterpretasi, dan menyajikan data hasil pengamatan
dalam bentuk tabel, diagram, dan grafik. Model pembelajaran kooperatif tipe snowball
throwing dilakukan dengan tiga tahap. Pada tahap awal, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran kepada siswa, mengkaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan memotivasi
siswa dalam belajar. Motivasi belajar sangat berperan penting dalam rangka menyiapkan
siswa untuk belajar. Hal ini dianggap bahwa motivasi belajar mendorong peserta didik
untuk belajar dengan sungguh-sungguh sehingga pembelajaran lebih bermakna dan dapat
dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan tercapai maka perlu dilakukan apresepsi mengenai materi statistik yaitu
menentukan sisi, rusuk, titik sudut, diagonal ruang dan bidang diagonal. Apresepsi
bertujuan untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Pada tahap inti, sebelum proses pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing
berlangsung, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari siswa
yang heterogen berdasarkan prestasi akademik, bahwa pengelompokan heterogenitas

Ni Komang Erni Yanti Page - 8


Universitas Terbuka Pendidikan Guru Sekolah Dasar

merupakan ciri-ciri yang menonjol pada model pembelajaran kooperatif. Pada kegiatan
inti, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari, kemudian guru memanggil masing-
masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi sedangkan siswa
yang lain ditugaskan untuk mempelajari materi secara individu. Setelah mendapat
penjelasan dari guru masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya dan
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. Kemudian guru
memberikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab dalam satu kelompok. Setelah itu, masing-masing siswa diberikan satu
lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan yang menyangkut materi yang
sudah dijelaskan oleh ketua kelompok dan kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat
seperti bola dan dilempar dari siswa ke siswa yang lain. Setelah siswa dapat satu bola atau
satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
Pada akhir pembelajaran, guru memberikan tes kepada siswa untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan siswa dalam memahami materi yang dipelajari. Hal ini karena
pembentukan konsep atau generalisasi perlu diikuti latihan soal agar siswa yakin bahwa
setiap konsep yang dipelajari itu benar-benar telah dimengerti sebelum mempelajari
konsep atau generalisasi berikutnya.
Hasil Penelitian Model Pembelajaran Snowball Throwing
Keberhasilan tindakan diukur dengan pencapaian ketuntasan belajar yang
disesuaikan dengan Kriteria Ketentusan Minimum (KKM) yang digunakan pada mata
pelajaran matematika di SD Negeri 3 Tuban adalah 70. Adapun ketuntasan secara klasikal
yaitu sebesar 75% siswa mencapai nilai ≥ 70 dari jumlah siswa. Sebelum penelitian,
peneliti menggunakan nilai ulangan harian untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan
diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa pada ulangan harian adalah 71,94 dan
persentase ketuntasan belajar klasikal diperoleh sebanyak 65,63%.
Tabel 1 Nilai rata-rata hasil belajar siswa
Keterangan Prestasi Awal Siklus I Siklus II
Nilai rata – rata 71 75 80
KKM 70 70 70
Siswa yang memenuhi KKM 18 siswa 21 siswa 25 siswa
Ketuntasan belajar siswa 60% 70% 83,3%

Berdasarkan tabel di atas model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing


pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang diukur dari hasil
tesnya. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada tes akhir siklus I adalah 75 dan nilai
tersebut adalah rata-rata secara klasikal. Dari hasil belajar individu dapat diketahui bahwa
siswa yang tuntas belajar adalah 21 dari seluruh siswa yang memperoleh nilai ≥ 70
sehingga nilai ketuntasan belajar secara klasikal untuk tes akhir siklus I adalah 70% dan

Ni Komang Erni Yanti Page - 9


Universitas Terbuka Pendidikan Guru Sekolah Dasar

siswa yang tidak tuntas adalah 30%. Dari hasil belajar matematika pada siklus I peneliti
dapat menyimpulkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata siswa
setelah diberikan tindakan meningkat dari 71 menjadi 75. Ketuntasan belajar yang dapat
dicapai dengan menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70 diperoleh
sebanyak 70% siswa atau sebanyak 21 siswa. Hal ini menunjukkan bahawa kreteria
keberhasilan penelitian belum tercapai karena siswa yang mencapai KKM masih kurang
dari 75%. Oleh sebab diputuskan untuk melaksanakan siklus II guna memenuhi
ketuntasan belajar yaitu mencapai 75% dari total keseluruhan siswa.
Pada tes akhir siklus II hasil ketuntasan belajar diperoleh nilai rata-rata hasil belajar
siswa adalah 80 dan nilai tersebut adalah rata-rata secara klasikal. Dari hasil belajar
individu dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar adalah 25 siswa dari seluruh
siswa yang memperoleh nilai ≥ 73 sehingga nilai ketuntasan belajar siswa untuk tes akhir
siklus II adalah 83,3% dan siswa tidak tuntas adalah 16,7%. Dari data hasil belajar
matematika pada siklus II peneliti dapat menyimpulkan bahwa adanya peningkatan hasil
belajar siswa karena persentase ketuntasan yang diperoleh berada diatas nilai ketuntasan
pada indikator keberhasilan tindakan. Nilai rata-rata siswa setelah diberi tindakan
meningkat dari 75 menjadi 80. Ketuntasan belajar yang dapat dicapai dengan
menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70 diperoleh sebanyak 83,3%
siswa atau sebanyak 25 siswa. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal dalam kelas sudah
tuntas karena diperoleh sebanyak 25 siswa telah mencapai kriteria yang telah ditentukan.
Dengan hasil ini diperoleh informasi bahwa model pembelajaran kooperatif tipe snowball
throwing berhasil mencapai kriteria yang telah ditetapkan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis penelitian tersebut, maka diperoleh beberapa kesimpulan
yaitu sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat
meningkatkan hasil belajar matematika.
2. Deskripsi kegiatan pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada pokok
bahasan Statistik adalah sebagai berikut,
a) Kegiatan Awal
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa, mengkaitkan dengan
kehidupan sehari-hari dan memotivasi siswa dalam belajar. Motivasi belajar
sangat berperan penting dalam rangka menyiapkan siswa untuk belajar.
b) Kegiatan Inti
Sebelum proses pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berlangsung,
guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari siswa yang
heterogen berdasarkan prestasi akademik. Kemudian guru menyampaikan
materi yang akan dipelajari, kemudian guru memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi sedangkan siswa yang
lain ditugaskan untuk mempelajari materi secara individu.

Ni Komang Erni Yanti Page - 10


Universitas Terbuka Pendidikan Guru Sekolah Dasar

c) Kegiatan Akhir
Pada akhir pembelajaran, guru memberikan tes kepada siswa untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan siswa dalam memahami materi yang dipelajari.
3. Hasil Belajar
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan data hasil dari siswa kelas 1 SD Negeri
3 Tuban yaitu pada siklus I mendapat nilai rata-rata 75, dengan 21 siswa yang
memenuhi KKM, serta presentase ketuntasan belajar siswa yaitu 70%. Pada siklus II
mendapat nilai rata-rata 80, dengan 25 siswa yang memenuhi KKM, serta presentase
ketuntasan belajar siswa yaitu 83,3%.

DAFTAR PUSTAKA
Alfiah, Yuli. & Arigiyati, T.A. (2015). Efektivitas Model Pembelajaran Snowball
Throwing Melalui Pemanfaatan Prized Chart terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas VII SMP N 11 Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 3 (2),
169-176.
Asmarani, Dewi. (2017). Pembelajaran Statistik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Hasil Belajar di Kelas VII SMP
Negeri 1 Singosari. Jurnal Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Vol. 5 (1), 55-64.
Firdaus, Andi Mulawakkan. (2016). Efektivitas pembelajaran matematika melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Jurnal Tadris
Matematika, Vol. 9 (1), 61-74.
Hamid, Sholeh. (2012). Metode Edutainment. Yogyakarta: Diva Press.
Hirzi, R.S. Sripatmi. Hapipi. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Snowball Throwing pada Pembelajaran Segiempat Untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Prestasi Belajar Siswa SMPN 1 Lingsar Kelas VII-1 Tahun Pelajaran
2012/2013. Jurnal Pijar MIPA, Vol. 10 (1), 37-40.
Lumika, Kholif. (2010). Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two
Stray (TS- TS) pada Materi Dimensi Dua untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas XI SMK PGRI 02 Malang.
Riyanto, Yatim. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi
Pendidikan dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto. (2011). Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Jakarta: Kencana.
Yanti, S. (2020). Penggunaan Metode Snowball Throwing untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Soal Cerita pada Siswa SD. Jurnal Ilmiah Wahana
Pendidikan,, Vol. 6 (3), 227-231.

Ni Komang Erni Yanti Page - 11

Anda mungkin juga menyukai