PENDAHULUAN
1
Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan di SDN 2 Wanasaba
menujukkan bahwa hasil belajar matematika belum memuaskan Indikasinya dapat dilihat
dari hasil belajar siswa yang belum mencapai tutas dari KKM yang telah ditentukan.
Kurikulum yang digunakan di sekolah ini yaitu KTSP, namun paradigma lama di
mana guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teach center) masih dipertahankan
dengan alasan pembelajaran seperti ini adalah yang peraktis dan tidak menyita waktu,
padahal terkadang siswa menjadi tidak aktif. Olehnya itu peneliti menawarkan alternatif
untuk mengatasi masalah yang ada berupa penerapan model pembelajaran lain yang
lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan siswa untuk
mengembangkan potensinya secara maksimal. Model pembelajaran yang dimaksud
adalah model pembelajaran kooperatif.
2
Dengan dasar inilah yang mendorong peneliti mencoba mengadakan penelitihan
dengan judul “ Pengaruh Model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads
Together) Tehadap hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN 2 Wanasaba Tahun
Pembelajaran 2013/2014”.
B. Idetifikasi Masalah
Beberapa permasalahan yang dapat ditemukan berdasarkan latar belakang pada penelitian
ini adalah
1. Sikap siswa yang cenderung merasa mata pelajaran matematika susah untuk
dimengerti
2. Siswa belum mampu menbangun kepercayaan diiri terhadap kemampuannya untuk
menyelesaikan masalah-masalah matematika
3. Pembelajaran yang biasa diterapkan selama ini menggunakan metode di mana
pembelajaran berpuasat pada guru, siswa pasif, dan kurang terlibat dalam
pembelajaran (teacher center)
4. Hasil belajar matematika siswa SDN 2 Wanasaba masih rendah
C. Pembatas Masalah
Adapun permasalahan yang akan dikaji secara terarah dan terfokus dalam penelitian ini
adalah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)
terhadap hasil belajar matematika.
D. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian adalah;
“Adakah pengaruh positif dan signifikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT terhadap hasil belajar Matematika siwa kelas IV SDN 2 Wanasaba?’’.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
“Untuk mengetahui pengaruh positif dan signifikan penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas IV SDN 2
Wanasaba”
3
F. Manfaat Penelitian
1). Dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini, diharapkan
membantu siswa lebih mudah dalam memahami matematika dan bersikap yang
positif terhadap mata pelajaran matematika sehingga berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa yang memuaskan
2). Dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan untuk dapat bertukar
pengetahuan dengan siswa yang lain sehingga meningkatkankan pemahaman
siswa
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teoritis
1. Pembelajaran Matematika
5
Matematika sekolah mempunyai peranan sangat penting baik bagi siswa supaya bekal
pengetahuan dan untuk pembentukan sikap serta pola pikirnya, warga negara pada umumnya
supaya dapat hidup layak, untuk kemajuan negaranya, dan matematika itu sendiri dalam rangka
melestarikan dan mengembangkannya (Suherman dkk, 2003:61).
Pengertian matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia matematika adalah ilmu
tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan
dalam penyelesaian masalah bilangan.
James dan James (1976) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika
mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang
lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan
geometri (Suherman dkk, 2003:16).
Dalam buku yang sama Johnson dan Rising (1972) mengatakan bahwa matematika adalah
pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa
yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, refresentasinya
dengan symbol dan padat, lebih berupa symbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.
Adapun istilah pembelajaran, berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar.
Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau
tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal
yang guru lakukan di dalam kelas.
6
Secara umum pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa menjadi berubah ke arah yang lebih baik
(Darsono, 2002:24).
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu upaya membantu untuk
menkonstruksikan (membangun) konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan
kemampuan sendiri melalui proses internasional sehingga konsep prinsip itu terbangun kembali.
Dimana guru berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan siswa untuk mengaktifkan seluruh
unsur dinamis dalam proses belajar, yang mengarah pada konstruksi pengetahuan.
7
2. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Trianto (2010:22) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya
buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
Dalam buku yang sama Soekamto mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencakan aktivitas belajar mengajar.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu
pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang segala bentuk pembelajaran.
Irzani (2009:25) mengatakan model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:
8
Tabel 1.
9
belajar.
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah
(heterogen)
c. Bila mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-
beda
d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.
10
Tabel 2.
11
belajar individu dan kelompok
1) Kelebihan
Arends (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tidak satupun studi menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh negatif. Temuan penelitian ini
menunjukan bahwa penggunaan model-model yang ada dalam pembelajaran kooperatif terbukti
lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model-model
pembelajaran individu yang digunakan selama ini. Penelitian ini juga meningkatkan belajar
terjadi tidak tergantung pada usaha siswa, mata pelajaran, atau aktivitas belajar.
2) Kekurangannya
Johnson, dkk (1991) menyatakan bahwa beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para
ahli pendidikan ditemukan bahwa siswa yang berkemampuan tinggi merasakan kekecewaan
ketika mereka harus membantu temannya yang berkemampuan rendah. Mereka mengatakan
bahwa efek yang harus dihindari dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya pertentangan
12
antar kelompok yang memiliki nilai lebih tinggi dengan kelompok yang memiliki nilai yang
lebih rendah.
a). Karakteristik
13
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang
dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
1. Pembentukan kelompok
2. Diskusi masalah
3. Tukar jawaban antar kelompok.
Tahap 1: Penomoran
Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan setiap anggota kelompok
diberi nomor 1-5, berguna untuk memudahkan dalam memanggil siswa dengan penomoran
kepala.
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota
dalam timnya mengetahui jawaban itu.
Tahap 4: Menjawab
Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai me
ngacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
14
b) Langkah-langkah pembelajaran NHT
a. Pendahuluan
Fase 1: Persiapan
b. Kegiatan inti
Tahap pertama
Tahap kedua
Mengajukan pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan berupa tugas untuk mengerjakan soa
l-soal di LKS.
Tahap ketiga
Berpikir bersama: Siswa berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban
pertanyaan dalam media pembelajaran tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawaban tersebut.
Tahap keempat
15
1) Menjawab: Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan at
au mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk seluruh kelas. Kelompok lain
diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.
2) Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok dan memberikan semangat
bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik.
3) Guru memberikan soal latihan sebagai pemantapan terhadap hasil dari pengerjaan pertanyaan
di LKS.
c. penutup;
Fase 3: penutup
Davidson (1985) mencatat bahwa sejak tahun 1960-an, berbagai jenis belajar berkelompok
telah banyak dikembangkan untuk berbagai jenis tugas atau pembelajaran matematika.
Ausubel (1968) menyebutnya “group centered approach”, yang dalam grup atau kelompok itu
terjadi interaksi dan saling mempengaruhi antara siswanya. Pengaruh itu terjadi dengan berbagai
alasan sesuai motivasi dan orientasi setiap siswanya.
Kelman (1971) menyatakan bahwa di dalam kelompok terjadi saling pengaruh secara
sosial. Pertama, pengaruh itu dapat diterima seseorang karena ia memang berharap untuk
menerimanya. Yang kedua, memang ia ingin mengadopsi atau meniru tingkah laku atau
keberhasilan orang lain atau kelompok tersebut karena sesuai dengan salah satu sudut pandang
16
kelompoknya. Ketiga, karena pengaruh itu kongruen dengan sikap atau nilai yang ia miliki.
Ketiganya mempengaruhi sejauh kerja kooperatif tersebut dapat dikembangkan.
Slavin (1991) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok
saling membantu untuk menguasai bahan ajar. Lowe (1989) menyatakan bahwa belajar
kooperatif secara nyata semakin meningkatkan pengembangan sikap sosial dan belajar dari
teman sekelompoknya dalam berbagai sikap positif. Keduanya memberikan gambaran bahwa
belajar kooperatif meningkatkan kepositipan sikap sosial dan kemampuan kognitif sesuai tujuan
pendidikan.
Tabel 3.
Sintak Pembelajaran kooperatif tipe NHT
17
NO Fase Kegiatan
5. Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang ditunjukkan dengan nilai yang
diberikan oleh guru (Lukman Ali, 1995:787). Pendapat lain menganggap belajar sebagai
18
perubahan kelakuan pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dengan lingkungannya (Uzer Usman, 1995:5).
Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil belajar berupa
peningkatan kemampuan analitis, penalaran kritis, pemecahan masalah, dan keterampilan
komunikasi baik dilihat dari segi proses maupun akademik yang diperoleh dari hasil tes atau
evaluasi yang dilakukan oleh guru setelah proses pembelajaran berakhir.
a. Faktor Kematangan
Kematangan adalah sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-
alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru.Berdasarkan pendapat di atas, maka
kematangan adalah suatu organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam diri
makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-masing kematang
itu datang atau tiba waktunya dengan sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil
jika anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses belajar mengajar.
Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat mempengaruhi dari keluarga
antara lain: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, keadaan keluarga,
pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah.
c. Faktor Lingkungan Sekolah
19
B. Kerangka Berpikir
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Matematika, guru
harus mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dengan menerapkan berbagai model
pembelajaran. Dalam pembelajaran Matematika, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh
guru dalam mengajarkan suatu pokok bahasan adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang diajarkan, karena melihat kondisi siswa yang mempunyai karakteristik yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam menerima materi pelajaran yang disajikan guru
di kelas, ada siswa yang mempunyai daya serap cepat dan ada pula siswa yang mempunyai daya
tanggap yang lama.
20
C. Hipotesis Penelitian
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena data dikumpulkan
sebelum kejadian yang dipersoalkan belum ada atau gejala yang diteliti sengaja diadakan
(Suharsimi Arikunto, 1997 : 77). Dimana peneliti mengadakan eksperimen agar timbul
gejala-gejala yang diinginkan sesuai dengan tujuan peneliti. Pada penelitian ini
mengambil satu akibat sebagai variabel terikat dan satu penyebab sebagai satu variabel
bebasnya, Dalam metode ini peneliti menggunakan analisis statistik untuk menguji
hipotesis.
B. Desain Penelitian.
Penelitian ini melibatkan dua kelas yang diberi perlakuan yang berbeda. Untuk
mengetahui hasil belajar Matematika siswa dilakukan dengan memberikan tes pada kedua
kelas sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
Keterangan :
22
X1 = Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number
Head Together pada materi gaya
X2 = Pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number
Head Together tetapi menggunakan model Konvensional pada materi gaya.
T1 = Pretes diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum perlakuan.
Tes yang diberikan berupa tes hasil belajar pada materi gaya
T2 = Postes diberikan setelah perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
C. Prosedur penelitian
1. Tahap Persiapan
Menetapkan jadwal penelitian
Menyusun rencana / skenario pembelajaran
Menyusun dan memvalidkan instrument penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
Menentukan kelas sampel dari populasi yang ada menjadi kelas eksperimen dan
kelas kontrol
Memberikan test kemampuan awal (pre test) pada kedua kelas
Melaksanakan PBM pada kedua kelas yaitu pada kelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together dan
pada kelas kontrol dengan menggunakan konvensional.
Uji kemampuan akhir (postest) untuk mengukur test belajar siswa setelah diberi
perlakuan
Uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis pada kelas eksperimen dan
control
3. Menarik kesimpulan
23
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini sudah dilaksanakan di SDN 2 Kesik Tahun Pembelajaran 2015/2016.
Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan/direncanakan mulai pada bulan
Februari sampai dengan bulan Afril 2016.
E. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
“Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup
dan waktu yang ditentukan”. ( Nurul Zuriah, 2007:116). Sedangkan, menururt Sugiyono
(2006:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek / subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelejari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN 2 Kesik sebanyak
2 kelas yang terdiri dari 29 orang satu kelas.
2. Sampel
Sampel sering didefinisikan sebagai bagian dari populasi yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu. (Nurul Zuriah, 2007:119). Menurut Sugiyono
(2008:118)” sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”. (bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan waktu, dana dan tenaga maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu). (Sugiyono, 2010:
118).
Suharsimi Arikunto (2006: 131) mengemukakan bahwa:Jika kita hanya akan
meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel
apabila kita bermaksud menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Yang dimaksud
dengan menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu
yang berlaku bagi populasi.
24
Sejalan dengan pendapat di atas, teknik sampling yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Sample Random Sampling atau pengambilan acak sederhana. Dalam hal ini,
semua populasi dianggap sama dan memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai
sampel. Apabila populasi penelitiannya kurang dari 100, lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tapi jika populasinya lebih besar
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Suharsimi Arikunto, 2002 :112).
Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara acak.Yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Wanasaba Tahun
pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari dua kelas masing-masing kelas sebayak 29 siswa.
F. Variabel Penelitian
1. Identifikasi Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008:60).
Menurut S.Margono (Nurul Zuriah, 2007:144)”,variabel didefinisikan sebagai
konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel juga dapat diartikan sebagai
pengelompokan logis dari dua atribut atau lebih”.Pendapat lain yang senada
mengemukakan juga bahwa variabel dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua
bagian yaitu sebagai berikut :
a. Variabel bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel independen (terikat) (Sugiyono, 2008: 61).,
maka yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah “ Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numberet Heads Together).
b. Variabel terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008: 61).Maka yang menjadi variabel
terikat pada peneliti ini adalah “ Prestasi Belajar Siswa “.
Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan antar variable tersebut dapat
digambarkan dalam bentuk hubungan sebagai berikut:
25
X Y
Keterangan:
X = Variabel bebas (pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT)
Y = Variabel terikat (prestasi belajar matematika)
2. Definisi Oprasiaonal
Yang perlu untuk didefinisikan secara operasional adalah :
a. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan
adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan.
r √ n−2
t=
r √ n−2 t=
√ i−r 2 √ 1−r 2
26
Kriteria : Jika t hitung > t tabel, maka soal valid, pada taraf nyata 5% dk = n – 2
Jika t hitung < tabel, maka soal tidak valid.
Keterangan : r = koefisien korelasi
r2 = koefisien determinasi
n = jumlah peserta tes
4. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu artinya dapat dipercaya
jadi dapat diandalkan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang
tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tepat. Maka pengertian reliabilitas
tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes (Suharsimi Arikunto, 1997 : 154).
Tinggi rendahnya validitas menunjukan tinggi rendahnya reliabilitas. Dalam penelitian ini
uji reliabilitas yang digunakan peneliti adalah rumus alpha sebagai berikut :
( )( ∑ σi
)
2
n
r 11= 1− 2
n−1 σt
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan
berbagai cara. Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan tes.
27
1. Tes
Penelitian ini menggunakan tes sebagai teknik pengumpulan data yang dibuat
oleh peneliti, kemudiaan nanti meminta masukan kepada guru mata pelajaran Matematika
untuk memperbaiki kisi-kisi soal yang sudah dibuat oleh peneliti.Kisi-kisi sebagai alat
ukur tentang daya serap siswa dalam belajar Matematika diperoleh dari hasil tes setelah
siswa mengikuti pembelajaran. Tes tersebut disusun dalam bentuk esay sebanyak 10 soal,
dimana dari 10 (sepuluh) indikator ada yang diambil 1 soal, 2 soal dan 3 soal, dan setiap
butir soal diberikan skor sesuai dengan tingkat kesukaran dari masing-masing soal. Soal
tersebut diambil dari buku pelajaran matematika yang berkaitan dengan satuan berat, data
hasil tes tersebut berupa data kuantitatif.
2. Dokumentasi
F. Instrumen Penelitian
Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrument pengumpulan data sebenarnya
tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah
memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah
ditentukan, karena mengevaluasi adalah juga mengadakan pengukuran, Berdasarkan
pengertian ini, maka apabila kita menyebut jenis metode dan alat atau instrumen
pengumpulan data, maka sama saja dengan menyebut alat evaluasi, atau setidak-tidaknya
hampir seluruhnya sama (Suharsimi Arikunto, 1997 : 127).
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan jenis tes. Tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Tes ini disusun dalam bentuk tes essay yang terdiri dari 10 soal dan penskorannya, setiap
butir soal diberikan skor sesuai dengan tingkat kesukaran dari masing-masing soal.
28
Sedangakan aktivitas siswa yang dimaksud adalah berbuat, artinya berbuat untuk
mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan berdemonstrasi.
Berkaitan dengan pengujian validitas instrument Suharsimi Arikonto ( 1995: 63-69)
menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkt keandalan atau
keselisihn suatu alat ukur.
1. Uji Validitas Butir Soal
Untuk mengetahui baik tidaknya butir soal yang diberikan kita harus mengetahui
validitas dari soal tersebut. Validitas butir soal suatu tes adalah ketepatan mengukur yang
dimiliki oleh sebuah soal. Sebuah soal dikatakan valid jika dapat mengukur secara tepat
apa yang hendak diukur (Arikunto, 2002: 145). Untuk mengetahui validitas butir soal
digunakan korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut :
N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
rxy = √{ N ∑ X −( ∑ X ) }{ N ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2 2 2
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi
29
kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.
Reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes (Suharsimi Arikunto,
2012: 100). Untuk perhitungan reliabilitas tes digunakan rumus K-R 21, dengan
perumusan sebagai berikut:
( )(
r 11=
n
n−1
1−
M ( n−M )
nSt 2 )
Keterangan :
r 11 = Reliabilitas Instrumen.
n = Banyaknya butir soal atau butir pertanyaan.
M = Skor rata-rata.
St2 = Varians total.
(Suharsimi Arikunto, 2012: 117)
r tabel maka soal tergolong dalam kategori reliabel dan jika hasil r hitung < r tabel maka soal
tersebut dikatakan tidak reliabel.
3. Tingkat Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal
yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk memecahkannya. Sebaliknya soal
yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Untuk mengetahui tingkat
kesukaran soal digunakan rumus :
B
P=
JS
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
30
Tabel 3.
Kriteria Indeks Kesukaran Soal
N Nilai Kriteria
O
1 0,00 – 0,30 Sukar
Keterangan :
31
Bb = Banyak siswa kelompok bawah yang menjawab benar
Adapun kriteria daya beda soal dapat dilihat pada table 4 berikut :
Tabel 4.
Kriteria Daya Beda Soal
NO Nilai Kriteria
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang
akan dianalisis dengan statistik berdistribusi normal atau tidak. Untuk itu digunakan
Chi-kuadrat sebagai berikut :
32
2
∑ ( f o −f h )
x 2=
fh
2
Keterangan : x = nilai chi – kuadrat
f 0= frkuensi observasi
f h= frekuensi harap
Kriteria :
Data berdistribusi normal jika x 2hitung < x 2tabel, dan sebaliknya jikadata tidak
berdistribusi normal jika x 2hitung > x 2 tabel pada taraf uji 95%.
b. Uji Homogenitas
Setelah uji data dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah menguji
homogenitas data dengan menggunakan teknik uji Barlett yang perhitungannya
menggunakan rumus :
x2 = ( ln 10 ) { B - ∑ ( dk log Si2)}
Keterangan :
ln 10 = 2,3026 yang merupakan logaritma asli dari bilangan 10.
B = Satuan Barlett
Si2 = Standar Devisia Total
ni = Besaran Ukuran Sampel
B = ( log Si ) ∑ ( ni – 1 )
Kriteria :
Jika x 2hitung < x 2pada tabel, maka datanya homogen, jika x 2hitung > x 2tabel, maka
datanya tidak homogen pada taraf signifikan 5%, dk = ni + n2 – 2.
2. Teknik Uji Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya masih harus diuji, secara empiris (Sumadi Suryabrata, 2003 : 21). Ahli
Lain mengatakan hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi
Arikunto, 1997 : 64).
Uji Hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah penerapan ”metode
demonstrasi melalui model pembelajaran student active learning” lebih berpengaruh
33
atau tidak terhadap prestasi belajar siswa. Uji Hipotesis dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus uji-t sebagai berikut :
X 1− X 2
t=
Keterangan :
n 1 +n2 −2
( + )
n1 n2
2
s1 = Standar deviasi kelas eksperimen
2
s2 = Standar deviasi kelas kontrol
t
< hitung maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima.
34
DAFTAR PUSTAKA
Alwi Mijjahamudin , dkk. 2013. Penelitian Pendidikan ( Program Study Pendidikan Sekolah Dasar ):
STKIP Selong
Ibrahim, M., (2002) Pembelajaran Kooperatif, Penerbit Universitas Negeri Surabaya, Surabaya
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung
: Alfabeta.
Suprijono Agus, 2009. Cooperative learning (Teori & Aplikasi PIAKEM) .Surabaya :Pustaka Belajar.
35