Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. serta selawat dan salam kepada Nabi
Muhmmad saw. Berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya. penulis dapat menyelesaikan Desain
Pembelajaran Matematika. Desain ini merupakan salah satu syarat untuk lulus mata pelajaran
Strategi Belajar Mengajar yang di ampu oleh dosen Fitriati S.Pd, M.Ed.

Desain Pembelajaran Matematika ini diharapkan dapat diterapkan oleh seorang guru,
yang ingin menampilkan kinerjanya secara optimal di kelas. Sebelum memulai menyampaikan
materi didepan kelas terlebih dahulu ysng penting diperhatikan adalah bagaimana mendesain
tujuan, kompetensi dan indikator pembelajaran. Selanjutnya seorang guru harus mengenali
karakteristik peserta didik secara lebih detail, dapat melakukan interaksi belajar, yang kuncinya
adalah kemampuan berkomunikasi, baik secara verbal maupun non verbal, dapat merancang
pesan pembelajaran, strategi pengelompokan siswa, strategi melaksanakan pembelajaran,
pemanfaatan media pembelajaran, menentukan muatan pembelajaran, analisis tugas atau tagihan-
tagihan kegiatan dalam pembelajaran dan terakhir melakukan evaluasi pembelajaran.

Ucapan terimakasih penulis kepada Ibu Fitriati S.Pd, M.Ed selaku dosen mata kuliah
Strategi Belajar Mengajar dan teman-teman satu keompok yang telah membantu dalam
penyusunan desain pembelajaran ini. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, dan semoga Desain Pembelajaran Matematika ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam
pendidikan. Dalam menghadapi perkembangan zaman, matematika dipandang sebagai ilmu yang
mendasari perkembangan teknologi modern berbagai macam ilmu yang lain. Matematika
memiliki aplikasi yang beragam dan digunakan diberbagai bidang seperti sains, teknik,
kedokteran, dan ilmu sosila (Sarma dan Ahmed, 2013).

Matematika juga merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari sehingga diajarkan
pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Dalam Permendikbud No. 59 Tahun 2014
(Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014), pembelajaran matematika memiliki tujuan
sebgai berikut.

1. Dapat memahami konsep matematika, yaitu menjelaskan keterkaitan antar konsep, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian masalah, dan mampu membuat
generalisasi berdasarkan fenomena atau data.
3. Menggunakan penalaran dari sifat, melakukan manipulasi matematika baik dalam
penyederhanaan, maupun menganalisa komponen yang ada dalam pemecahan masalah.
4. Mengomunikasikan gagasan, penalaran serta mampu menyusun bukti matematika dengan
menggunakan kalimat lengkap, symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah.
6. Memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam matematika dan
pembelajarannya, seperti taat azas, konsisten dan menjunjung tinggi kesepakatan, toleran,
menghargai pendapat orang lain, santun, demokrasi, ulet, tangguh, kreatif, menghargai
kesemestaan (konteks, lingkungan), tanggung jawab, adil, jujur, teliti, dan cermat.
7. Melakukan kegiatan motoric menggunakan pengetahuan matematika.
8. Menggunakan alat peraga sederhana maupun hasil teknologi untuk melakukan kegiatan-
kegiatan matematika.

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) memaparkan bahwa tujuan umum


pembelajaran matematika adalah agar siswa dapat memiliki kemampuan, seperti berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, serta kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan
informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah dan kompetitif. Sejalan
dengan itu, National Council of Teachers of Mathematics (2004) menguraikan bahwa terdapat
lima tujuan pembelajaran matematika, yaitu : a) siswa dapat belajar untuk menghargai
matematika (learn to value mathematics); b) siswa menjadi percaya diri terhadap kemampuan
diri sendiri dalam mengerjakan matematika (besome confident in their ability to do
mathematics); c) siswa dapat menjadi seorang pemecah masalah matematika (become
mathematical problem solvers); d) siswa mampu belajar berkomunikasi secara matematis (learn
to communicate mathematically) dan e) siwa mampu belajar menalar secara matematis (learn to
reason mathematically). Dari tujuan pembelajaran matematika tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis
dan metematis, tetapi juga diharapkan siswa dapat menerapkan pengetahuan matematikanya
dalam kehidupan sehari-hari.

Fakta yang sebenarnya menunjukkan bahwa pembelajaran matematika belum mengarah


kepada tujuan di atas. Sebagian besar siswa merasa kurang tertarik dengan pelajaran matematika.
Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika (Kislenko,
Grevholm & Lepik, 2005). Hal ini mengakibatkan siswa menjadi malas untuk mengerjakan soal-
soal matematika, bahkan menganggap bahwa matematika adalah pelajaraan yang tidak menarik
dan sangat membosankan. Guru mengajarkan matematika dengan melatih siswa melakukan
perhitungan matematis dibandingkan mendidik siswa untuk berpikir matematis (Noyes, 2007).
Kesulitan siswa dalam mempelajari matematika dan tidak senagnya mereka terhadap pelajaran
matematika anatara lain diakibatkan oleh proses pembelajaran yang lebih dominan menyajika
rumus-rumus tanpa memberikan kesempatan bagi siswa untuk membangun pemahaman
mengenai suatu konsep matematika. Seperti yang dikemukakan oleh Senk dan Thompson (dalam
Turmudi, 2010) bahwa dalam kelas tradisional, pada umumnya guru-guru mejelaskan
pembelajaran matematika secara monoton. Telese dan Abete (2002) juga mengunkapkan
pembelajaran matematika dikelas pada umumnya terlihat membosankan karena bersifat rutin dan
terpaku pada aturan-aturan yang diberikan. Guru menjelaskan rumus-rumus terlebih dahulu
sehingga sifatnya serah yaitu siswa hanya menerima dari guru kemudian siswa mengerjakan
soal-soal yang diberikan.

Aturaan sinus dan cosinus adalah salah satu bagian materi Trigonometri yang perlu
dikuasai siswa SMA khususnya siswa yang memilih jurusan IPA. Karakteristik materi
Trigonometri secara umum sama dengan karakteristik matematika. Menurut Soedjadi (2007 : 9)
matematika memiliki karakteristik yaitu : memiliki objek kajian yang abstrak, bertumpu pada
kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki symbol yang kosong dari arti, memperhatikan
semesta pembicaraan dan konsisten dalam sistemnya. Berdasarkan karakteristik itulah, materi
trigonometri aturan sinus dan cosinus merupakan materi yang sulit dikuasai oleh SMA kelas X.
Oleh karena itu, perlu disiapkan sebuah Desain pembelajaran yang bisa diikuti siswa secara aktif
dan memudahkan siswa dalam memahami materi tersebut.

Dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning siswa dapat menggunakan


proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery atau penemuan
dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan, dan inferensi
(kesimpulan). Penggunaan discovery learning, ingin mrngubah oriented ke student oriented.
Mengubah modus ekspositori, saat siwa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru
ke modus Discovery, saat siwa diarahkan mampu menemukan informasi sendiri (Kemendikbud,
2014 : 89)

B. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Discovery Learning

1. Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan model Discovery Learning


(Pembelajaran Penemuan) mampu menentukan konsep aturan sinus dan cosinus, serta
siswa dapat menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, kerjasama dan
proaktif.
2. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi banyak siswa dalam
pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
3. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi
konkret maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan informasi tambahan yang
diberikan.
4. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan
menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam
menemukan.
5. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama dan
efektif, saling membagi informasi,serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang
lain.
6. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-
konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
7. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus,
lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan di aplikasikan dalam situasi belajar
yang baru.
8. Mengetahui validitas Lembar Kerja Siswa berbasis Metode Discovery Learning
terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMA pada materi aturan
sinus dan cosinus.
9. Mengetahui kepraktisan Lembar Kerja Siswa berbasis Metode Discovery Learning pada
materi aturan sinus dan cosinus dalam proses pembelajaran dikelas.
10. Mengetahui aktifitas Lembar Kerja Siswa berbasis Metode Discovery Learning
terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada materi aturan sinus dan
cosinus untuk siswa SMA kelas X.
BAB II

PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DAN COSINUS

A. Materi Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Aturan sinus dan cosinus merupakan dua aturan dalam trigonometri yang melibatkan
segitiga sembarang, dimana aturan ini adalah melibatkan hubungan antara sudut dan sisi
dalam segitiga sembarang tersebut.

 ATURAN SINUS (Sinus Rule)


Aturan sinus adalah bentuk persamaan yang menghubungkan anatara panjang sisi
segitiga dengan nilai Sinus suatu sudut yang ada dihadapan sisi tersebut dalam bentuk
perbandingan.
Bentuk umum dari aturan sinus adalah :

a b c
sin α
= sin β
= sin γ

Keterangan :

a = sisi BC

b = sisi AC

c = sisi AB

α = besar sudut A
β = besar sudut B

γ = besar sudut C

Contoh :

Jika diketahui dalam segitiga ABC. sin2A + sin2B = sin2C. Tentukan sudut C!

Jawab :

a b c
Dari aturan sinus :
sin A
= sin B
= sin C
maka diperoleh :

a c a sin A
i. = → =
sin A sin C c sin C

b c b sin B
ii. = → =
sin B sin C c sin C

Dari sin2A + sin2B = sin2C, maka diperoleh :

sin 2 A sin 2 B
iii. + =1
sin 2 C sin 2 C

Substitusi (i) dan (ii) keadalam (iii), maka diperoleh :

2 2
a b
2 + 2 = 1 ↔ a +b = c
2 2 2

c c

Karena a2+b2 = c2 maka segitiga ABC siku-siku di C, sehingga C=90o

 ATURAN COSINUS (Cosinus Rule)


Aturan cosinus adalah sebuah persamaan dalam segitiga sembarang yang biasa juga
digunakan untuk panjang sisi segitiga didepan suatu sudut dengan memanfaatkan dua sisi
segitga beserta nilai kosinus sudut yang didapat oleh kedua sisi tersebut.
Bentuk umum aturan kosinus
a2 = b2 + c2 – 2 bc cos α
b2 = a2 + c2 – 2 ac cos β
c2 = a2 + b2 – 2 ab cos γ

atau,

2 2 2
b +c −a
Cos A =
2. b . c
a2 +c 2−b 2
Cos B =
2. a . c
2 2 2
a +b −c
Cos C =
2. a. b

Dalam sembarang segitiga ABC, berlaku hubungan :

Contoh :

Dalam segitga ABC berlaku hubungan a2= b2 + c2 - bc√ 3. Tentukan besar sudut A!

Cara Cepat :

Diketahui dalam segitiga ABC berlaku hubungan a2= b2 + c2 - bc√ 3. Dan menurut aturan
cosinus dalam segitiga ABC berlaku a2= b2 + c2 – 2 bc cos α , sehingga diperoleh : 2 cos
1
α = √ 3. ↔ cos α = √ 3 ↔ α = 30o
2

B. Kegiatan Pembelajaran
Menurut Kemdikbud (2015) langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery
learning dikelas adalah sebagai berikut :

(1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak meberi jawaban agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktifitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang
dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengekplorasi materi ajar. Dalam hal
ini, Bruner memberikan stimulasi dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan
mengajukan pertanyaan-pertnyaanyang mendorong peserta didik melakukan eksplorasi. Dengan
demikian seorang guru harus menguasai teknik-teknik bertanya atau stimulus kepada peserta
didik agar tujuan mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai (Syah, 2004).

(2) Problem statement (Identifikasi Masalah)

Pada langkah ini guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudia salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah) (Syah,2004). Berdasarkan permasalahan yang dipilih, peserta didik merumuskan
pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang
diajukan.

(3) Data Collection (Pengumpulan data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para peserta didik
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis (Syah,2004). Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian, peserta didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati
objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi
dari tahap ini adalah peserta didik belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang
berhubungan dengan permasalahn yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja
peserta didik menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

(4) Data Processing (Pengolahan Data)

Menurut Syah (2004), pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi
yang telah diperoleh para peserta didik baik wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan. Semua infomasi hasil bacaan, wawancar, observasi, dan sebagainya, semuanya
diolah, dilacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002). Data Processing disebut juga
dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi.
Berdasarkan generalisasi tersebut peserta didik akan mendapatkan pengetahuan baru tentang
alternatif jawaban/penyelesaian masalah yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

(5) Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini peserta didik melakukan penyelidikan untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternative, dihubungkan dengan hasil
data processing (Syah, 2004). Verification menurut Bruner bertujuan agar proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru meberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada,
pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab
atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

(6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang


dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama (Syah,
2004). Berdasarkan hasil verifikasi, peserta didik merumuskan dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan peserta didik harus memeperhatikan proses
generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau
prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses
pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu. Langkah-langkah pembelajaran
tersebut diharapkan dapat membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-
keterampilan serta proses-proses kognitifnya (Maulana, 2015)

C. Soal Latihan Beserta Kunci Jawabannya

1. Diketahui △ABC dengan panjang sisi a=4 cm, ∠A=120∘, dan ∠B=30∘. Panjang sisi c=⋯⋅


3
A. 2√ 2 cm                  D. .  √ 2 cm
4
4
B.   √ 3cm                 E. √ 3 cm
3
4
C.  √ 3cm     
3

1 3
2. Pada △JKL, diketahui sin⁡L = , sin⁡J = , dan JK = 5 cm. Panjang KL adalah ⋯ cm.
3 5
A. 5                      C. 9                      E. 15
B. 7                      D. 12   

3. Perhatikan gambar △ABC di bawah ini.

Perbandingan panjang BC dan AC adalah ⋯⋅
A. 3:4

B. 4: 3
C. √ 2: √3

D. √ 3 :2 √ 2

E. √ 3 : √ 2
4. Pada △ABC, diketahui (b+c):(c+a):(a+b) =4:5:6. Nilai dari sin⁡A:sin⁡B:sin⁡C=⋯⋅
A. 7 : 5 : 3                     D. 4 : 5 : 6
B. 3 : 5 : 7                     E. 6 : 5 : 4
C. 7 : 3 : 5

5. Pada △ABC, diketahui bahwa ∠B=70∘, ∠C=80∘, dan BC=2 cm. Jika R adalah panjang jari-jari


lingkaran luar segitiga ABC, maka nilai R=⋯ cm.
A. 1                     C. 4                    E. 10
B. 2                     D. 8

6. Panjang sisi-sisi pada △ABC berbanding 6 : 5 : 4. Cosinus sudut yang terbesar dari segitiga


tersebut adalah ….

1
A.
2

2
B. .
3

3
C.
4

4
D. .
5

5
E. .
6

7. Jika panjang sisi-sisi segitiga ABC berturut-turut adalah AB = 4 cm, BC = 6 cm, dan AC =


5 cm, sedangkan ∠BAC = α, ∠ABC = β, dan ∠BCA = γ, maka sin⁡α : sin.⁡β : sin⁡γ =⋯⋅
A. 4 : 5 : 6               

B. 5 : 6 : 4 

C. 6 : 5 : 4

D. 4 : 6 : 5

E. 6 : 4 : 5     
8. Diketahui suatu taman ditengah kota berbentuk segitiga sembarang. Jika sudut apit sebesar 60 o
dan dua sisi yang mengapitnya masing-masing panjangnya 18 meter dan 16 meter, maka luas
taman tersebut adalah…

A. 72 m2

B. 72√ 2 m2

C. 72√ 3 m2

D. 144 m2

E.
√ 106 m2
4

9. Disebuah museum terdapat miniature piramida berbentuk limas segiempat beraturan. Dari data
museum diketahui panjang rusuk tegak piramida 4 meter dan membentuk sudut 30 o dipuncaknya.
Luas satu sisi tegak piramida tersebut adalah…

A. 40 dm2

B. 80 dm2

C. 400 dm2

D. 800 dm2

E. 4.000 dm2

10. Diketahui A dan B adalah titik-titik ujung sebuahterowongan yang dilihat dari C dengan
sudut ACB = 45o.Jika jarak CB = p meter dan CA = 2p√ 2 meter, maka panjang terowongan
adalah…

A. p√ 5 meter

B. p√ 7 meter

C. 3p√ 2 meter

D. 4p meter
E. 5p meter

11. Sebuah kapal berlayar dari pelabuhan A ke pelabuhan B sejauh 60 mil dengan arah 40 o dari
A, kemudian berputar haluan dilanjutkan ke pelabuhan C sejauh 90 mil dengan arah 160 o dari B.
jarak terdekat dari pelabuhan A ke C adalah….

A. 20√ 2 mil

B. 20√ 3 mil

C. 20√ 5 mil

D. 20√ 7 mil

E. 20√ 11 mil

KUNCI JAWABAN

1. B    

2. C

3. C

4. A

5. B

6. C

7. C

8. C

9. C

10. A
11. D

    

Referensi

Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar dan Terpopuler. Diva
Press : Yogyakarta. Hal. 104-105
http://www.ilmumatematika.com/tips-menggunakan-aturan-sinus-dan-aturan-cosinus/

Anda mungkin juga menyukai