A. Pendahulan
1. Latar Belakang
mana saja dari lahirnya seseorang di dunia bahkan sampai kembalinya seorang
tersebut.
Pendidikan berasal dari pecahan kata yaitu pendidik, didik, dan didikan yang
artinya pendidik adalah orang yang mendidik, didik adalah memberi tuntutan,
arahan, serta ajaran mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran, sedangkan didikan
adalah hasil dari pendidik mendidik orang agar menjadi pribadi yang terarah.
Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang yang telah terdidik
untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam upaya
Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
negara.
Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa proses dari pendidikan adalah belajar.
Belajar adalah kegiatan manusia sepanjang hayat. Belajar merupakan proses yang
diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Dalam
kurikulum pendidikan Indonesia, salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada
Seperti halnya ilmu yang lain, matematika memiliki aspek teori dan aspek
terapan dan matematika sekolah. Oleh karena itu, perlu bagi semua orang untuk
Matematika merupakan salah satu ilmu yang mampu menggiring kita untuk
berpikir kritis, sistematis, dan logis dalam pengembangan sains dan teknologi. Hal
tersebut tercantum dalam Permendikbud no 58 tahun 2014 tentang Kurikulum
kemampuan pemecahan masalah adalah hal yang sangat penting. Oleh karena itu
pembelajaran matematika hendaknya selalu mengarah untuk melatih kemampuan
siswa dalam memecahan masalah, sehingga selain dapat memecahkan dan menguasai
matematika dengan baik juga dapat melatih dalam hal mengembangkan pikiran dan
berpikir secara kritis, logis, sistematis maka dapat berprestasi secara optimal.
meskipun di Indonesia masalah pendidikan tidak ada habisnya dan menjadi salah satu
masalah yang sudah lumrah adanya. Namun hal tersebut bukan berarti sistem
pendidikan di Indonesia tidak baik. Guru diminta untuk mendorong siswa belajar
pengalaman lapangan tanggal 16 Juli 2019 hingga 27 September 2019 pada semester
ganjil tahun ajaran 2019/2020 terhadap proses pembelajaran matematika siswa kelas
VIII di MTs Masmur Pekanbaru maka ditemukan beberapa hal yaitu selama proses
disampaikan oleh guru. Setelah selesai mendengarkan penjelasan dari guru, siswa
mencatat yang guru tulis di papan tulis. Kemudian siswa mengerjakan soal latihan
pada contoh soal yang diberikan kepada guru. Apabila terdapat soal yang berbeda
dari contoh, siswa menjadi kesulitan untuk mengerjakannya sehingga ada sebagian
siswa yang tidak mengerjakan bahkan melihat jawaban dari temannya. Salah satunya
apabila diberikan soal yang berbasis cerita, siswa sangat kesulitan untuk berpikir
kritis bagaimana cara memecahkan masalahnya, akhirnya siswa menjadi malas dalam
Dalam hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah sehingga
berdampak pada nilai ulangan harian siswa. Adapun persentase ketuntasan siswa
berdasarkan nilai ulangan harian siswa kelas VIII2 di MTs Masmur Pekanbaru pada
mata pelajaran matematika semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 sebagai berikut:
2019/2020 yang dilakukan peneliti saat praktik pengalaman lapangan tersebut dengan
siswa kelas VIII2 MTs Masmur Pekanbaru diperoleh informasi bahwasanya banyak
siswa bahkan semua siswa di kelas tersebut yang tidak mencapai KKM yang
ditetapkan yaitu 78. Berdasarkan nilai ulangan harian tersebut rata-rata nilai ulangan
harian siswa pada materi pola bilangan dan barisan bilangan yaitu 32.33 tidak ada
siswa yang tuntas. Pada materi sistem koordinat kartesius rata-rata nilai ulangan
siswa yaitu 76.26 dan persentase siswa yang tuntas adalah 65.52% dari jumlah siswa
30 orang. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-
Selanjutnya peneliti melihatkan contoh soal uraian berbasis cerita kepada guru
dan peneliti menanyakan apakah guru pernah memberikan soal-soal seperti tersebut
kepada siswa. Guru mengatakan bahwa siswa di sini terlalu sulit untuk
menyelesaikan soal dengan masalah yang kompleks. Artinya siswa diminta untuk
berpikir secara kritis dalam memecahkan soal tersebut sehingga guru tersebut jarang
memberikan soal seperti soal yang peneliti perlihatkan. Dalam hal tersebut peneliti
mengganti soal tersebut dalam bentuk soal dengan pemecahan masalah yang ringan
siswa, peneliti melakukan tes pemecahan masalah pada tanggal 06 November 2019
kepada 30 orang siswa kelas VIII2 MTs Masmur Pekanbaru pada materi pola dan
persentase siswa kelas VIII2 MTs Masmur Pekanbaru yang melakukan tahapan
pemecahan masalah pada mata pelajaran matematika semester ganjil tahun ajaran
Berdasarkan tabel 2 di atas diketahui bahwa terdapat 59% siswa yang tidak
melakukan tahapan memahami masalah, 64% siswa yang tidak melakukan tahapan
rencana penyelesaian, dan untuk aspek memeriksa kembali sebanyak 88% siswa yang
tidak melakukan tahap ini. Berdasarkan jawaban siswa diketahui bahwa tidak semua
siswa melakukan setiap tahapan memecahkan masalah dengan benar. Sebagian besar
siswa menjawab soal yang diberikan masih keliru atau belum sempurna. Artinya,
masalah untuk diselesaikan secara mandiri sehingga dapat melatih pemikiran siswa
karena itu, inovasi dalam proses pembelajaran sangat diperlukan dan diperbaiki. Hal
ini dikarenakan agar kegiatan belajar mengajar lebih berfokuskan kepada aktivitas
Dalam hal ini peran guru juga diperlukan agar siswa belajar lebih aktif dalam
kehidupan. Salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan kontribusi dalam
Visual Thinking.
pembelajaran yang disajikan dalam bentuk masalah yang kontekstual sehingga dapat
merangsang siswa untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan PBL, siswa bekerja
dalam kelompok untuk memecahkan masalah yang ada di dunia nyata (real world).
Selain itu, PBL menyajikan agar siswa mampu dihadapkan dengan permasalahan
dan mengemukakan pendapatnya kepada orang lain. Model pembelajaran PBL lebih
sempurna jika disertai dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru
Matematis Siswa Kelas VIII MTs Masmur Pekanbaru Ditinjau dari Perbedaan
Gender”.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang menjadi kajian
Pekanbaru?
3. Tujuan Penelitian
sebagai berikut:
Pekanbaru.
4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
perbedaan gender.
b. Bagi guru, penerapan PBL yang disertai dengan pendekatan visual
thinking dapat digunakan sebagai salah satu metode dan alternatif dalam
dapat dijadikan modal bagi peneliti untuk siap melaksanakan tugas yang
5. Definisi Operasional
berpikir kritis siswa. Model pembelajaran ini diterapkan di kelas dalam bentuk
tim atau kelompok guna untuk melatih siswa dalam bekerja sama dan
permasalahan yang ada di dunia nyata. Pada model ini terdapat 5 fase yaitu
orientasi terhadap masalah, mengorganisir masalah, mengumpulkan
yang berupa gambar, angka, diagram, simbol, serta tabel sehingga dapat
d. Perbedaan gender
masalah yang diambil. Ketika dihadapkan pada soal yang berbasis pemecahan
B. Kajian Teori
apabila kita ingin mencapai tujuan tertentu tetapi cara penyelesaiannya tidak jelas.
Dengan kata lain jika seorang siswa dilatih untuk menyelesaikan suatu masalah
tertentu maka siswa itu menjadi mempunyai keterampilan yang baik dalam
informasi dan menyadari bahwa perlu untuk meneliti kembali hasil yang
diperolehnya.
Menurut Polya (1957) ada empat tahap pemecahan masalah yaitu memahami
1) Membaca (read); Aktifitas yang dilakukan siswa pada tahap ini adalah
mengidentifikasikan masalah, mencatat kata kunci, bertanya kepada teman
apa yang ditanyakan masalah tersebut, atau menyatakan kembal masalah
ke dalam bahasa yang lebih mudah dipahami.
2) Mengeksplorasi (explore); Proses ini meliputi pencarian pola untuk
menentukan konsep atau prinsip untuk digunakan dalam masalah. Pada
tahap ini siswa mengidentifikasi masalah yang diberikan,
merepresentasikan masalah ke dalam cara yang mudah dipahami.
Pertanyaan yang digunakan pada tahap ini adalah, “seperti apa masalah
tersebut”?
3) Memilih suatu strategi (select a strategy); Pada tahap ini, siswa membuat
kesimpulan atau hipotesis mengenai bagaimana cara menyelesaikan
masalah yang ditemui berdasarkan apa yang sudah diperoleh pada dua
tahap pertama.
4) Menyelesaikan masalah (solve the problem); Pada tahap ini, siswa
menerapkan metode atau strategi yang telah ditentukan di tahap tiga untuk
digunakan dalam menyelesaikan masalah.
5) Meninjau kembali dan mendiskusikan (review and extend); Pada tahap ini,
siswa meninjau kembali jawabannya dan mencari variasi dalam cara
memecahkan masalah.
Berdasarkan tahap pemecahan masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa aktivitas pemecahan masalah antara Polya, Krulik dan Rudnick
menurut Polya, Krulik dan Rudnick, menurut Carson (2007: 8) dapat dilihat pada
Selain itu, tahap pemecahan masalah menurut Polya juga digunakan secara
yang jelas. Sementara itu, indikator tahap pemecahan masalah menurut Polya adalah
sebagai berikut:
(1) Indikator memahami masalah, yaitu mengetahui apa saja yang diketahui dan
ditanyakan pada masalah dan menjelaskan masalah sesuai dengan kalimat
sendiri.
(2) Indikator membuat rencana, yaitu menentukan cara atau rumus yang akan
digunakan dalam memecahkan masalah.
(3) Indikator melaksanakan rencana, yaitu menerapkan atau menggunakan rumus
yang telah direncanakan untuk menyelesaikan masalah.
(4) Indikator melihat kembali, yaitu memeriksa atau mengoreksi kembali hasil
jawaban yang telah diberikan dalam menyelesaikan masalah.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan
dimiliki oleh siswa dalam menghadapi situasi yang baru dan mempunyai
meningkatkan rasa ingin tahu siswa pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah
diberikan kepada siswa ketika siswa belum mempelajari konsep atau materi yang
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa PBL
(Problem Based Learning) merupakan model pembelajaran yang digunakan oleh guru
guna untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang diawali dengan permasalahan-
permasalahan dan berpusat kepada siswa agar siswa mampu menyelesaikan dan
bahkan lebih nilai karakter dari 18 nilai karakter yang dikemukakan Kemendikbud,
kebangsaan, cinta tanah air, nasionalisme, peduli lingkungan, dan peduli sosial
maupun keagamaan.
tahap yaitu: tahap persiapan, tahap penyajian kelas, dan tahap evaluasi.
a. Tahap Persiapan
2013
2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan pada
berbasis masalah
1. Kegiatan Awal
mengabsen siswa.
sebelumnya
2. Kegiatan Inti
tersebut.
Mengamati
ii. Guru menanamkan sikap cermat dan teliti dalam mengamati masalah
Menanya
Mengumpulkan informasi
Mempresentasikan
i. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas
telah didiskusikan
3. Penutup
c. Tahap Evaluasi
semua materi yang telah dipelajari dalam kegiatan pembelajaran kepada siswa dan
meminta siswa untuk mengerjakan secara individu dalam waktu yang telah
menggambarkan sifat-sifat dan ciri khas suatu pokok bahasan yang diajarkan. Dalam
pedagogis dari pilihan metode pembelajaran yang akan diterapkan dan digunakan
yaitu:
(1) Pemikiran visual membantu memahami masalah kompleks lebih mudah, (2)
Visualisasi masalah kompleks, menjadi lebih mudah untuk berkomunikasi dan
Bagi orang lain untuk menyelesaikannya, (3) Pemikiran visual membantu orang
berkomunikasi lintas budaya dan bahasa, (4) Pemikiran visual membuat
komunikasi dari sisi emosional menjadi lebih baik, (5) Visualisasi membantu
memfasilitasi penyelesaian masalah non linier, (6) Visualisasi masalah
memungkinkan orang berpikir bersama dengan gagasan masing-masing dengan
menciptakan bahasa yang sama, (7) pemetaan visual masalah dapat membantu
untuk melihat kesenjangan dari solusi yang dapat ditemukan; (8) Visualisasi
membantu orang untuk menghafal, membuat gagasan menjadi konkret dan
dengan demikian menciptakan hasil yang lebih akurat pada akhirnya; (9)
Pemikiran visual dapat memberi Anda gambaran yang diperlukan untuk belajar
dari kesalahan Anda; (10) Visualisasi berfungsi sebagai motivasi yang hebat
untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Zhukovskiy V.I & Pivovarov D.P dalam tulisannya dikisahkan The
Nature of Visual Thinking bahwa Visual Thinking adalah pola pikir yang tidak lisan
verbal. Visual Thinking adalah jembatan kognitif antara pikiran verbal dan aktivitas
praktis antara kata dan gambar dan merupakan suatu pemikiran abstrak menjadi
Thinking, yaitu: (1) Dengan Visual Thinking, informasi yang diperoleh langsung
diproses dan hanya dengan melihat gambar saja. (2) Visual Thinking dapat membantu
visual thinking merupakan proses berpikir analitis, kreatif, dan jelas dalam
cara mengatasi masalah dengan berpikir secara abstrak dalam bentuk visual (gambar)
yang bertujuan untuk dapat menghasilkan gambaran baru, bentuk visual baru dan
Langkah-langkah Visual Thinking menurut Bolton (Nurd in, 2012: 29) dalam
Ariawan (2017) adalah: (1) Looking, pada tahap ini, siswa megidentifikasi masalah
dan hubungan timbal baliknya, merupakan aktivitas melihat dan mengumpulkan; (2)
solusi, kegiatan pengenalan pola; (4) Showing and Telling, menjelaskan apa yang
beberapa tahap yaitu: tahap persiapan, tahap penyajian kelas, dan tahap evaluasi.
a. Tahap Persiapan
2013
2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan pada
1. Kegiatan Awal
materi sebelumnya
2. Kegiatan Inti
tersebut.
Mengamati
ii. Guru menanamkan sikap cermat dan teliti dalam mengamati masalah
Menanya
Mengumpulkan informasi
depan kelas
telah didiskusikan
c. Penutup
d. Tahap Evaluasi
semua materi yang telah dipelajari dalam kegiatan pembelajaran kepada siswa dan
meminta siswa untuk mengerjakan secara individu dalam waktu yang telah
6. Perbedaan Gender
yang membedakan antara laki-laki dan perempuan baik secara biologis, mentalitas,
tentunya antara laki-laki dan perempuan memiliki solusi yang berbeda dalam
kemampuan laki-laki meskipun laki-laki memiliki kepercayaan diri yang lebih dari
kesamaan gender telah diakui menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam tes
matematis siswa
Guru harus kreatif dan bijaksana dalam menentukan suatu model atau strategi
yang akan digunakan dalam proses pembelajaran agar tercipta proses belajar
mengajar yang efektif. Dengan digunakannya strategi yang baik siswa diharapkan
dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL). PBL dalam Bahasa
mengajar dengan menggunakan cara mengkaitkan masalah dunia nyata sebagai bahan
dari suatu materi. Dalam kelas yang menerapkan PBL, siswa bekerja dalam bentuk
kelompok untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan dunia nyata (real
word), masalah yang diberikan bukan hanya sekedar memberikan latihan setelah
yang digunakan guru. Oleh karena itu, guru harus berusaha semaksimal mungkin
yang ada pada siswa. Meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar adalah salah
satu tujuan dari pendekatan. Model pembelajaran yang disertai dengan pendekatan
pembelajaran akan melengkapi dan memberikan kesempurnaan dalam proses belajar.
Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Siak Hulu yang ditinjau dari gaya kognitif field
b. Husni Thamrin dan Edy Surya (2017) dalam penelitiannya yang berjudul
tujuan pengajaran tetap tercapai serta dalam metode PBL, peserta didik
berkelompok.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Rizki Isnaini (2019) yaitu Penerapan Model
bahwa berdasarkan hasil lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa
setiap pertemuan yaitu pertemuan 1 sampai 8 terlihat aktivitas guru dan siswa
pada setiap siklusnya. Berdasarkan analisis data hasil belajar diperoleh bahwa
analisis hasil tindakan sejalan dengan hipotesis tindakan yang diajukan yaitu
siswa kelas XI IPA2 SMA Swasta Bina Siswa tahun ajaran 2018/2019.
9. Hipotesis Tindakan
C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian
tahap penelitian mengikuti yang dikemukakan oleh Arikunto (2014: 16) bahwa
penelitian tindakan kelas dalam perencanaannya dimulai dengan rencana
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII2 MTs Masmur Pekanbaru yang
ahli yang berbeda tanggapan mengenai bagan model penelitian tindakan, namun
secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim diketahui, yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Berikut merupakan
kapan, di mana, oleh siapa tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahapan menyusun
rancangan berarti peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu
pengamatan untuk membantu merekam fakta yang ada dan terjadi di lapangan selama
terpisah maka peneliti dan pelaksana harus bersepakat dalam melakukan tindakan
antara keduanya. Dikarenakan pelaksana guru peneliti adalah pihak yang paling
pelaksanaan tindakan dapat berjalan secara realistis, wajar, dan dapat dikelola dengan
baik.
merupakan implementasi atau penerapan isi dari rancangan yaitu dengan mengenakan
tindakan di kelas. Dalam tahap ke-2 ini hal yang perlu diingat adalah bahwa guru
harus ingat untuk melaksanakan dan berusaha menaati apa yang telah dirumuskan
dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar dan tidak dibuat-buat. Dalam
kegiatan mengamat dilakukan pada waktu tindakan sedang berlangsung. Ketika guru
sedang melaksanakan tindakan, tentu tidak sempat untuk menganalisis peristiwa yang
sedang terjadi. Oleh karena itu, guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat
agar melakukan “pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan sedang
berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik, guru pelaksana mencatat apa yang
terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus yang berikutnya.
Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah
dilakukan. Apabila guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan maka kegiatan
refleksi ini sangat tepat untuk dilakukan. Jika penelitian tindakan ini dilakukan
melalui beberapa siklus, maka dalam tahap refleksi terakhir, peneliti menyampaikan
rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya,
atau kepada peneliti sendiri apabila ingin melakukan penelitian lebih lanjut dalam
kesempatan lain. Catatan-catatan kecil yang dibuat sebaiknya bersifat rinci sehingga
siapa pun yang akan melaksanakan penelitian dalam lain kesempatan tidak akan
5. Instrumen Penelitian
a. Silabus
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP
secara rinci dari suatu materi atau tema tertentu mengacu pada silabus.
i. Lembar Pengamatan
Dalam mengumpulkan data tentang aktivitas guru dan siswa selama proses
b. Teknik Tes
soal uraian terdiri dari 3 soal yang setiap soal diberikan skor penilaian
sebagai berikut:
Data yang telah diperoleh dari lembar pengamatan dan tes kemampuan
menggambarkan data tentang aktivitas guru dan siswa kemudian data kuantitatif
yang bertujuan untuk data tentang hasil pemecahan masalah matematis siswa
Analisis data kualitatif pada penelitian ini merupakan analisis dari lembar
untuk analisis ini adalah sebagai berikut. Rumus yang digunakan untuk
beriku:
Nilai=
∑ skor yang diperoleh ×100 %
∑ skor maksimal
Nilai kemampuan pemecahan masalah yang diperoleh dari perhitungan
Ketuntasan Klasikal=
∑ siswa yang mendapatkan skor tuntas × 100 %
∑ jumlah seluruh siswa
Indikator ketuntasan kemampuan pemecahan masalah secara klasikal
apabila 70% dari seluruh jumlah siswa dinyatakan tuntas dalam tes
pemecahan masalah.
sebagai berikut:
(Sudjana, 2005: 94)
2
s=
√ nx i2−( ∑ x i )
n ( n−1 )
Keterangan:
n : Banyaknya subjek
2. Lebih dari atau sama dengan 70% dari seluruh jumlah siswa tuntas dalam tes
pemecahan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Dian Fitri. 2018. Analisis Pemecahan Masalah Berbasis Polya pada
Materi Perkalian Vektor ditinjau dari Gaya Belajar. Jurnal Matematika dan
Pembelajaran. Vol. 6, No. 1.
Apriani, Erni., dkk. 2017. Kemampuan Pemecahan Masalah Mamatika ditinjau dari
Kemampuan Awal Matematika dan Perbedaan Gender. Universitas Negeri
Semarang.
BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
BNSP.
Carson, Jamin. 2007. A Problem With Problem Solving: Teaching Thinking Without
Teaching Knowledge. The Mathematics Educator 2007, Vol. 17, No. 2, 7–14.
Isnaini, Ahmad., dan Edy Surya. 2017. Visual Thinking dalam Pembelajaran
Matematika. Artikel Visual Thinking. Program Pascasarjana. Universitas
Negeri Medan.
Maarif, Hanafi., dan Wahyudi. 2015. Eksperimentasi Problem Based Learning dan
CIRC dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Siswa Kelas V SD.
Jurnal Scholaria. Vol. 2, No. 2.
Mawaddah, Siti., dan Anisah, Hana. 2015. Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa pada Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) di SMP. Edu-Mat
Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 3, No. 2.
Nur, Andi Saparuddin., dan Markus Palobo. 2018. Profil Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa ditinjau dari Perbedaan Gaya Kognitif dan
Gender. Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif. Vol. 9, No. 2.
Polya. 1957. How to Solve It. A New Aspect of Mathematical Method Second Edition.
New York: Princeton University Press.
Saefuddin, Asis & Ika Berdiati. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
Saputri, Rizki Isnaini., dkk. 2019. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
XI SMA Swasta Bina Siswa. Jurnal Aksiomatik. Vol. 7, No. 2.
Slameto, 2015. Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kharisma Putra Utama.
Zhukovskiy, Vladimir I., & Pivovarov, Daniel V. 2008. The Nature of Visual
Thinking. Journal of Siberian Federal University. Humanities & Social
Sciences 1 (2008) 149-158.