Anda di halaman 1dari 28

Pengaruh Metode Pembelajaran Siswa Aktif dengan Teknik Card Sort

Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa


Pada Pokok Bahasan Lingkaran pada Kelas
VIII SMP Negeri 3 Batanghari

Proposal Penelitian

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika

Disusun oleh:
Dian Agustina (A1C217042)

Dosen Pengampu :
Dr. Drs. Syaiful, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di


semua jenjang pendidikan. Matematika berfungsi sebagai alat untuk memahami
atau menyampaikan suatu informasi dari persamaan atau tabel dalam
matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal cerita atau soal
matematika lainnya. Kegunaan matematika itu besar baik sebagai ilmu
pengetahuan, sebagai alat, maupun sebagai pembentuk sikap yang diharapkan
(Ruseffendi, 2006: 208).
Belajar matematika bagi para siswa juga merupakan pola pikir dalam
pembentukan suatu konsep maupun dalam pemahaman suatu hubungan diantara
konsep-konsep itu. Pemahaman berhubungan dengan penguasaan atau mengerti
tentang sesuatu. Ilmu matematika berawal dari sebuah konsep, dan yang harus
dilakukan siswa adalah untuk memahami serta mengerti konsep tersebut. Dalam
kegiatan pembelajaran matematika, pemahaman konsep matematis sangat
diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematis.
Pemahaman konsep ini sangat penting dimiliki oleh siswa karena merupakan hal
yang dasar bagi siswa untuk belajar matematika dengan benar. Siswa yang telah
memahami konsep matematika akan lebih mudah mempelajari ilmu matematika.
Kurang pahamnya siswa terhadap konsep-konsep matematis erat kaitannya
dengan kelemahan-kelemahan yang dimiliki siswa.
Wahyudin (1999: 251) menyatakan ada lima penyebab rendahnya tingkat
pencapaian konsep pokok bahasan dalam mata pelajaran matematika yaitu:
1. Kurang memiliki pengetahuan prasyarat yang baik.
2. Kurang memiliki kemampuan-kemampuan yang memahami serta
mengenali konsep-konsep dasa matematis yang berkaitan dengan
pokok bahasan yang sedang dipelajari.
3. Kurang memiliki kemampuan dan ketelitian dalam menyimak atau
mengenal sebuah persoalan matematika yang berkaitan dengan
pokok bahasan tertentu.

2
4. Kurang memiliki kemampuan dan ketelitian dalam menyimak
kembali sebuah jawaban yang diperoleh.
5. Kurang memiliki kemampuan nalar yang logis dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan matematika.

Berdasarkan pada hal-hal yang diungkapkan oleh Wahyudin, rendahnya


pemahaman konsep matematis dapat membuat siswa kesulitan belajar
matematika. Apabila pemahaman konsep matematis siswa ditingkat dasar atau
sekolah menengah pertama rendah, maka tidak dapat dipungkiri untuk tingkat
pendidikan yang lebih tinggi, siswa tersebut merasa kesulitan hingga akhirnya
tidak suka belajar matematika.
Metode pembelajaran yang dapat menjadi pilihan dalam praktik
pendidikan saat ini adalah metode pembelajaran aktif. Metode pembelajaran
aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang
dimiliki peserta didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar
yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Selain
itu metode pembelajaran aktif juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa
atau anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Metode pembelajaran aktif adalah metode yang sangat menarik perhatian
siswa dan memacu siswa untuk lebih memotivasi dirinya sendiri serta potensi
yang mereka miliki. Metode pembelajaran aktif ini mengubah pola pembelajaran
yang biasanya berpusat pada guru atau teacher center menjadi berpusat pada
siswa atau student center.
Realita dilapangan, ketika melaksanakan observasi di SMP Negeri 3
Batanghari mendapatkan beberapa permasalahan. Dalam pelaksanaan
pembelajaran, guru cenderung menggunakan model konvensional yang
menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Dari hasil ulangan
harian terdapat beberapa siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM dan dari
pengerjaan soal masih terdapat beberapa konsep matematika yang belum
dipahami. Mengatahui betapa pentingnya pemahaman konsep matematis siswa,
hal ini tidak sejalan dilapangan.
Agar pelaksanaan pembelajaran matematika berhasil maka guru harus
memilih model, metode, strategi, pendekatan, dan teknik yang cocok untuk

3
tujuan prilaku dan konsep yang telah ditentukan (Susilawati, 2011:71). Oleh
karena itu, teknik pembelajaran card sort akan mencoba menyelesaikan
permasalahan diatas. Metode pembelajaran siswa aktif ini menggunakan teknik
card sort berupa kelompok kartu yang dapat digunakan untuk mengajarkan
konsep, penggolongan sifat, fakta atau suatu objek atau mengulangi informasi.
Teknik card sort dalam pembelajaran matematika akan digunakan
sebagai media untuk menyampaikan konsep matematis yang diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep tersebut. Teknik pembelajaran
card sort merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk
mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta tentang objek atau
mereview informasi. Dengan pembelajaran siswa aktif dengan teknik card sort
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa, sehingga peran guru tidak lagi dominan, dan kemampuan pemahaman
pemahaman konsep matematis siswa dapat berkembang, yang pada akhirnya
diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa (Zaini dkk, 2008: 50).
Materi lingkaran merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran
matematika di SMP yang sangat fundamental dan mempunyai keterkaitan yang
berkelanjutan dengan materi lingkaran yang digunakan dalam penelitian ini.
Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Siswa Aktif dengan Teknik
Card Sort Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa
pada Pokok Bahasan Lingkaran Kelas VIII SMP Negeri 3 Batangahari”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh metode pembelajaran siswa
aktif dengan teknik card sort terhadap kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa pada pokok bahasan Lingkaran Kelas VIII SMP Negeri 3
Batanghari?

4
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran siswa aktif
dengan teknik card sort terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa pada pokok bahasan Lingkaran Kelas VIII SMP Negeri 3 Batanghari
.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagi siswa, dengan pembelajaran siswa aktif dengan tenik card sort ini
diharapkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dapat meningkat.
2. Bagi guru, apabila pembelajaran matematika menggunakan metode pembelajaran
siswa aktif dengan teknik card sort berhasil meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa, penggunaan metode pembelajaran siswa
aktif dengan teknik card sort ini dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan
keaktifan siswa dan peningkatan pemahaman konsep matematis siswa.
3. Bagi peneliti, menambah wawasan mengenai inovasi dalam pengembangan
pendekatan pembelajaran matematika sebagai rujukan dalam penelitian
selanjutnya.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pembelajaran Aktif


2.1.1 Pengertian Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif adalah belajar yang memperbanyak aktivitas siswa dalam
mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, untuk dibahas dalam proses
pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja
menambah pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis dan sintesis (Rosyada, 2008:
34). Belajar aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, menyenangkan, dan penuh
gairah, bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk bergerak leluasa dan
berfikir keras (moving about and thinking aloud). Selama proses belajar siswa dapat
beraktivitas, bergerak dan melakukan sesuatu dengan aktif.
Keaktifan siswa tidak hanya keaktifan fisik tapi juga keaktifan mental.
Belajar aktif sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang bermuara pada
belajar mandiri, maka kegiatan belajar mengajar yang dirancang harus mampu
melibatkan siswa secara aktif. Siswa dan guru dalam belajar aktif sama berperan untuk
menciptakan suatu pengalaman belajar yang bermakna.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu
metode belajar yang mana siswa tidak hanya sekedar mendengarkan informasi yang
disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa juga melihat apa yang dijelaskan oleh guru
dan terakhir siswa melakukan atau mencobakan langsung apa yang telah dipelajari
untuk memperoleh hasil belajar.

2.1.2 Dimensi-Dimensi Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif akan lebih tampak dan menunjukkan kadar yang tinggi
apabila pembelajaran berorientasi pada siswa. Terdapat 7 dimensi proses pembelajaran
yang mengakibatkan terjadinya pembelajaran aktif, yaitu:

1. Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.


2. Tekanan pada aspek afektif dalam belajar.

6
3. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama berbentuk interaksi
antarsiswa.
4. Penerimaan guru terhadap perbuatan dan kontribusi siswa yang kurang
relevan atau bahkan sama sekali salah.
5. Kekompakan kelas sebagai kelompok.
6. Kebebasan diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan
penting dalam kehidupan sekolah.
7. Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah siswa baik yang
berhubugan maupun yang tidak berhubungan dengan pembelajaran
(Nurhayati, 2008: 166-167).

2.1.3 Karakteristik Pembelajaran Aktif


Sekolah yang melakukan pembelajaran aktif dengan baik harus mempunyai
karakteristik, yaitu: pembelajaran berpusat pada siswa, guru membimbing dalam
terjadinya pengalaman belajar, tujuan kegiatan tidak hanya sekedar mengejar standar
akademis, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan penilaian (Nurhayati, 2008: 167).

1. Pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa berperan lebih aktif dalam


mengembangkan cara-cara belajar mandiri. Siswa berperan serta pada
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses belajar. Pengalaman siswa
lebih diutamakan.
2. Guru membimbing dalam terjadinya pengalaman belajar. Guru bukan satu-
satunya sumber belajar. Guru merupakan salah satunya sumber belajar, yang
memberikan peluang bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan atau
ketrampilan sendiri melalui usaha sendiri, dapat mengembangkan motivasi
dari dalam dirinya, dan dapat mengembangkan pengalaman untuk membuat
suatu karya.
3. Tujuan kegiatan pembelajaran tidak hanya untuk sekedar mengejar standar
akademis. Selain pencapaian standar akademis, kegiatan ditekankan untuk
mengembangkan siswa secara utuh dan seimbang.
4. Pengelolaan kegiatan pembelajaran ditekankan pada kreativitas siswa, dan
memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan
mantap.

7
5. Penilaian dilakukan untuk mengukur dan mengamati kegiatan dan kemajuan
siswa, serta mengukur ketrampilan dan hasil belajar siswa (Nurhayati, 2008:
168).

2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Aktif


Menurut Ridwan Abdullah Sani (2013: 240-241) menyatakan kelebihan
pembelajaran aktif antara lain :
a. Meningkatkan keterampilan peserta didik diantaranya ketrampilan berfikir,
ketrampilan memecahkan masalah dan ketrampilan komunikasi
b. Meningkatkan keterlibatan aktif peserta didik
c. Meningkatkan ingatan peserta didik pada konsep yang dipelajari
d. Meningkatkan rasa memiliki proses pembelajaran
e. Mengurangi ceramah guru
f. Meningkatkan gairah belajar di kelas
g. Melibatkan aktifitas berfikir tingkat tinggi

Kekurangan pembelajaran aktif antara lain :


a. Tidak bisa menyelesaikan silabus
b. Tidak bisa mengontrol kelas
c. Peserta didik tidak melakukan apa yang diinghinkan guru
d. Peserta didik banyak yang tidak menyukai
e. Peserta didik susah diajak bekerja dalam tim
f. Peserta didik terkesanikut-ikutan dalam mengerjakan tugas

2.1.5 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan pembelajaran aktif


a. Tujuan pembelajaran harus ditunjukkan dengan jelas
b. Peserta didik perlu diberitahu apa yang akan dilakukan dalam proses
pembelajaran
c. Peserta didik perlu mendapatkan petunjuk yang jelas dalam setiap
kegiatan, agar pembelajaran berjalan dengan efektif
d. Guru perlu memilih teknik pembelajaran aktif yang sesuai dengan konsep
yang dipelajari peserta didik
e. Guru perlu menciptakan iklim pembelajaran aktif

8
2.2 Pembelajaran dengan Card Sort

2.2.1 Pengertian Metode Card Sort

Dalam Bahasa Arab istilah yang sering dipakai untuk menunjuk kata metode
adalah thariqah. Metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara
sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Metode adalah cara yang teratur
dan sitematis untuk mencapai tujuan, cara-cara yang dilaksanakan untuk mengadakan
interaksi belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan pelajaran kepada peserta didik. Karena penyampaian itu berlangsung
dalam interaksi edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat
berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran merupakan alat
untuk menciptakan proses belajar mengajar.
Menurut Winarno Surahmad (2008:78-79) menegaskan bahwa metode
pengajaran adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai
tujuan. Makin baik metode yang diterapkan, maka makin efektif pencapaian tujuan.
Sedangkan untuk menetapkan apakah sebuah metode dapat disebut baik diperlukan
patokan yang bersumber dari beberapa faktor yang di antaranya adalah tujuan yang
akan dicapai dan yang merupakan faktor utama.
Adapun yang dimaksud metode pengajaran menurut Abu Bakar Muhammad
adalah sebagai suatu aturan yang dilalui oleh guru di dalam menyampaikan
pelajarannya, agar dapat sampai pengetahuan itu kepada pikiran siswa dengan bentuk
yang baik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Metode dalam pembelajaran banyak sekali jenisnya, karena metode dipengaruhi
oleh beberapa faktor:
1. Tujuan yang beragam jenis dan fungsinya
2. Peserta didik yang beragam tingkat kematangannya
3. Situasi yang beragam keadaannya
4. Fasilitas yang beragam kualitas dan kuantitasnya
5. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda

9
Metode Pengajaran merupakan bagian dari strategi pengajaran. Metode
Pengajaran dipilih berdasarkan dari atau dengan pertimbangan jenis strategi
pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Begitu pula metode merupakan bagian
yang integral dengan sistem pengajaran maka perwujudannya tidak dapat dilepaskan
dengan komponen sistem pengajaran yang lain. Hal ini berarti pula bahwa di dalam
memilih metode yang akan dioperasikan dalam interaksi belajar mengajar, senantiasa
dengan mempertimbangkan komponen sistem pengajaran yang lain. Para pendidik
(guru) harus memilih metode pengajaran yang setepat-tepatnya, yang dipandang lebih
efektif dari pada metode-metode lainnya, sehingga kecakapan dan pengetahuan yang
diberikan oleh guru itu benar-benar menjadi milik siswa.
Jadi jelaslah bahwa metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat
untuk mencapai tujuan, makin tepat metodenya diharapkan makin efektif pula
pencapaian tujuan tersebut. Penggunaan metode yang tepat dalam proses belajar
mengajar sangat mempengaruhi hasil yang ingin dicapai. Jadi antara metode dan
materi yang disampaikan harus ada keserasian. Apabila antara keduanya terjadi
kesenjangan maka tujuan yang dicita-citakan tidak akan tercapai. Dengan demikian
metode menempati peranan yang penting dan sangat bermanfaat dalam proses belajar
mengajar. Untuk itu metode harus mendapatkan perhatian dari para pendidik.
Dalam penggunaan metode selain kesesuaian dari materi seorang guru harus
menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas, jumlah kelas. Demikian juga tingkat
intelektual, perbedaan kesanggupan dan kecepatan. Ada enam unsur dasar dari suatu
metode, antara lain:
a) Authority, yaitu adanya semacam dari seorang guru, membuat murid yakin dan
percaya pada dirinya sendiri.
b) Infantilisasi, murid seakan-akan seperti anak kecil yang menerima "authority"
dari guru. Ilmu masuk tanpa disadari seperti apa yang dialami oleh seorang anak
kecil.
c) Dual komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan non verbal yang berupa
rangsangan semangat dari keadaan ruangan dan dari kepribadian seorang guru.
d) Intonasi, guru menyajikan materi pelajaran dengan tiga intonasi yang berlainan.
e) Rhythm, yaitu pelajaran membaca dilakukan dengan irama, berhenti sejenak di
antara kata-kata dan rasa yang disesuaikan dengan nafas irama dalam.

10
f) Keadaan Pseudo-Passive, keadaan murid rileks tetapi tidak tidur sambil
mendengar irama music.
Metode Card Sort (mensortir kartu) yaitu suatu strategi yang digunakan
pendidik dengan maksud mengajak peserta didik untuk menemukan konsep dan fakta
melalui klasifikasi materi yang dibahas dalam pembelajaran (Jumanta, 2014: 180-181).

2.2.2 Prosedur Penerapan Metode Card Sort

Gerakan fisik yang dominan dalam strategi ini dapat membantu mendinamisir
kelas yang jenuh dan bosan. Adapun langkah-langkah penerapan metode card sort
antara lain:
a) Bagikan kertas yang bertuliskan informasi atau kategori tertentu secara
acak.
b) Tempelkan kategori utama di papan atau kertas di dinding kelas.
c) Mintalah peserta didik untuk mencari temanya yang memiliki kertas/
kartu yang berisi tulisan yang sama untuk membentuk kelompok dan
mendiskusikannya.
d) Mintalah mereka untuk mempresentasikannya.

Sedangkan Menurut Dedi Wahyudi Penerapan strategi (metode) belajar card


sort dengan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan, sebagai berikut:
1) Langkah pertama, guru membagikan selembar kartu kepada setiap siswa
dan pada kartu tersebut telah dituliskan suatu materi. Kartu tersebut
terdiri dari kartu perhuruf.
2) Langkah kedua, siswa diminta untuk mencari teman (pemegang kartu)
yang sesuai dengan masalah yang ada pada kartunya untuk satu
kelompok.
3) Langkah ketiga, siswa akan berkelompok dalam satu mufrodat atau
masalah masing-masing.
4) Langkah keempat, siswa diminta untuk menempelkan di papan tulis
bahasan yang ada dalam kartu tersebut berdasarkan urutanurutan
bahasannya yang dipegang kelompok tersebut.

11
5) Langkah kelima, seorang siswa pemegang kartu dari masingmasing
kelompok untuk menjelaskan dan sekaligus mengecek kebenaran urutan
per-huruf dalam satu mufrodat.
6) Langkah keenam, bagi siswa yang salah mencari kelompok sesuai
bahasan atau materi pelajaran tersebut, diberi hukuman dengan mencari
judul bahasan atau materi yang sesuai dengan kartu yang dipegang.
7) Langkah ketujuh, guru memberikan komentar atau penjelasan dari
permaianan tersebut.

Tujuan Menggunakan Metode Card Sort :


Tujuan dari strategi dan metode belajar menggunakan card sort ini adalah
untuk mengungkapkan daya ingat terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari
siswa.

2.2.3 Hal- Hal yang Harus Diperhatikan dalam Penggunaan Card Sort :
1) Kartu-kartu tersebut jangan diberi nomor urut
2) Kartu-kartu tersebut dibuat dalam ukuran yang sama
3) Jangan memberi “tanda kode” apapun pada kartu-kartu tersebut
4) Kartu-kartu tersebut terdiri dari “beberapa bahasan” dan dibuat dalam jumlah
yang banyak atau sesuai dengan jumlah siswa,
5) Materi yang ditulis dalam kartu-kartu tersebut, telah diajarkan dan telah
dipelajari oleh siswa. Metode ini dapat mengaktifkan siswa yang kelelahan.
Metode dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam mempelajari
materi yang bersifat konsep, karakteristik klasifikasi,fakta,dan mereview
materi (Jumanta, 2014: 183-186).

2.3 Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis


2.3.1 Definisi Pemahaman dan Konsep
Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan yaitu agar
mahasiswa mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya.
Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental, karena dengan
pemahaman akan dapat mencapai pengetahuan prosedur.

12
Menurut Purwanto (1994:44) pemahaman adalah tingkat kemampuan yang
mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang
diketahuinya. Sementara Mulyasa (2005 : 78) menyatakan bahwa pemahaman adalah
kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Selanjutnya Ernawati
(2003:8) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemahaman adalah
kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu
materi yang disajikan dalam bentuk lain yang dapat dipahami, mampu memberikan
interpretasi dan mampu mengklasifikasikannya.
Menurut Virlianti (2002:6) mengemukakan bahwa pemahaman adalah konsepsi
yang bisa dicerna atau dipahami oleh peserta didik sehingga mereka mengerti apa
yang dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk mengungkapkan konsepsi
tersebut, serta dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait. Berdasarkan
pengertian pemahaman diatas, penulis menyimpulkan pemahaman adalah suatu cara
yang sistematis dalam memahami dan mengemukakan tentang sesuatu yang
diperolehnya.
Setiap materi pembelajaran matematika berisi sejumlah konsep yang harus
disukai siswa. Pengertian konsep Menurut Ruseffendi (1998:157) adalah suatu ide
abstrak yang memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan
objek atau kejadian itu merupakan contoh dan bukan contoh dari ide tersebut.

2.3.2 Pemahaman Konsep Matematika


Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan konsep akan
memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Pada setiap pembelajaran
diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa memiliki bekal dasar
yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain seperti penalaran, komunikasi,
koneksi dan pemecahan masalah.
Penguasan konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga dapat
mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan bahan pelajaran
dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa menjelaskan atau
mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami konsep atau prinsip dari suatu

13
pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai susunan kalimat yang tidak
sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama.
Menurut Sanjaya (2009: 55) mengatakan apa yang di maksud pemahaman
konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran,
dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang
dipelajari, tetapi mampu mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang mudah
dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang
sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Berdasarkan uraian diatas, penulis
dapat menyimpulkan definisi pemahaman konsep adalah Kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk mengemukakan kembali ilmu yang diperolehnya baik dalam bentuk
ucapan maupun tulisan kepada orang sehingga orang lain tersebut benar-benar
mengerti apa yang disampaikan.
Mengingat pentingnya pemahaman konsep tersebut, Menurut Hiebert dan
Carpenter (dalam Dafril: 2011) pengajaran yang menekankan kepada pemahaman
mempunyai sedikitnya lima keuntungan, yaitu:
1. Pemahaman memberikan generative artinya bila seorang telah memahami
suatu konsep, maka pengetahuan itu akan mengakibatkan pemahaman yang
lain karena adanya jalinan antar pengetahuan yang dimiliki siswa sehingga
setiap pengetahuan baru melaui keterkaitan dengan pengetahuan yang sudah
ada sebelumnya.
2. Pemahaman memacu ingatan artinya suatu pengetahuan yang telah dipahami
dengan baik akan diatur dan dihubungkan secara efektif dengan pengetahuan-
pengetahuan yang lain melalui pengorganisasian skema atau pengetahuan
secara lebih efisien di dalam struktur kognitif berfikir sehingga pengetahuan
itu lebih mudah diingat.
3. Pemahaman mengurangi banyaknya hal yang harus diingat artinya jalinan
yang terbentuk antara pengetahuan yang satu dengan yang lain dalam struktur
kognitif siswa yang mempelajarinya dengan penuh pemahaman merupakan
jalinan yang sangat baik.
4. Pemahaman meningkatkan transfer belajar artinya pemahaman suatu konsep
matematika akan diperoleh siswa yang aktif menemukan keserupaan dari

14
berbagai konsep tersebut. Hal ini akan membantu siswa untuk menganalisis
apakah suatu konsep tertentu dapat diterapkan untuk suatu kondisi tertentu.
5. Pemahaman mempengaruhi keyakinan siswa artinya siswa yang memahami
matematika dengan baik akan mempunyai keyakinan yang positif yang
selanjutnya akan membantu perkembangan pengetahuan matematikanya.

2.3.3 Indikator Pemahaman Konsep


Menurut Sanjaya (2009: 98), indikator yang termuat dalam pemahaman
konsep diantaranya :
a. Mampu menerangka secara verbal mengenai apa yang telah dicapainya
b. Mampu menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara serta
mengetahui perbedaan
c. Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya
persyaratan yang membentuk konsep tersebut
d. Mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur
e. Mampu memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang dipelajari,
f. Mampu menerapkan konsep secara algoritma
g. Mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.

Pendapat diatas sejalan dengan Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor


506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2001 tentang rapor pernah diuraikan bahwa
indikator siswa memahami konsep matematika adalah mampu :
a. Menyatakan ulang sebuah konsep,
b. Mengklasifikasi objek menurut tertentu sesuai dengan konsepnya,
c. Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep,
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,
e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep,
f. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi
tertentu,
g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

15
Mengetahui kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika maka perlu
diadakan penilaian terhadap pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika.
Tentang penilaian perkembangan anak didik dicantumkan indikator dari kemampuan
pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika Tim PPPG Matematika 2005:86
(dalam Dafril, 2011) Indikator tersebut adalah :
a. Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep adalah kemampuan siswa untuk
mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya. Contoh:
pada saat siswa belajar maka siswa mampu menyatakan ulang maksud dari
pelajaran itu.
b. Kemampuan mengklafikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsep adalah kemampuan siswa mengelompokkan suatu objek menurut
jenisnya berdasarkan sifat-sifat yang terdapat dalam materi. Contoh: siswa
belajar suatu materi dimana siswa dapat mengelompokkan suatu objek dari
materi tersebut sesuai sifat-sifat yang ada pada konsep.
c. Kemampuan member contoh dan bukan contoh adalah kemampuan siswa untuk
dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi. Contoh: siswa
dapat mengerti contoh yang benar dari suatu materi dan dapat mengerti yang
mana contoh yang tidak benar
d. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika
adalah kemampuan siswa memaparkan konsep secara berurutan yang bersifat
matematis. Contoh: pada saat siswa belajar di kelas, siswa mampu
mempresentasikan/memaparkan suatu materi secara berurutan.
e. Kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep
adalah kemampuan siswa mengkaji mana syarat perlu dan mana syarat cukup
yang terkait dalam suatu konsep materi. Contoh: siswa dapat memahami suatu
materi dengan melihat syarat-syarat yang harus diperlukan/mutlak dan yang
tidak diperlukan harus dihilangkan.
f. Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu
adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan
prosedur. Contoh: dalam belajar siswa harus mampu menyelesaikan soal dengan
tepat sesuai dengan langkah-langkah yang benar.

16
g. Kemampuan mengklafikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah
adalah kemampuan siswa menggunakan konsep serta prosedur dalam
menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Contoh: dalam
belajar siswa mampu menggunakan suatu konsep untuk memecahkan masalah.

2.3.4 Pembelajaran Matematika untuk Kemampuan Pemahaman Konsep


Pelajaran matematika sering merupakan momok bagi para siswa. Banyak siswa
dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi yang membenci mata pelajaran ini. Kesulitan
yang harus dihadapi dengan berbagai penggunaan logika dan rumus dalam
menyelesaikan soal merupakan kendala dan permasalahan besar. Namun ada teori
belajar matematika yang sebenarnya mudah untuk dilakukan. Menurut Suherman
(2001: 111) Dengan menerapkan teori ini, matematika bukanlah menjadi mata
pelajaran yang harus dihindari. Teori tesebut yaitu: Memahami konsep dan bukan
menghapal rumus, maksudnya teori belajar matematika pertama yang harus diingat
adalah bahwa belajar matematika berarti memahami konsep untuk setiap soal yang
dihadirkan. Walau di dalam matematika ada rumus yang harus dihapal, namun inti dari
pelajaran matematika adalah pemahaman. Seberapa hebat anda dalam menghafal
berbagai rumus matematika, tidak akan bermanfaat jika konsep dasarnya tidak
dipahami. Pemahaman konsep menjadi modal utama dalam menguasai pelajaran
matematika. Itulah teori belajar matematika yang paling utama yang harus dikuasai
terlebih dahulu.

17
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Batanghari pada semester ganjil


tahun ajaran 2019/2020. Berdasarkan permasalahan yang diteliti yaitu untuk melihat
ada tidaknya pengaruh metode pembelajaran siswa aktif dengan teknik Card Sort
terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa pada materi Lingkaran, maka
penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
Untuk tujuan penelitian, diperlukan dua kelompok siswa (sampel). Masing-
masing kelompok disebut kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen diberi perlakuan menggunakan metode pembelajaran aktif dengan teknik
Card Sort pada materi lingkaran dan kelompok control tidak diberi perlakuan.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control Group
Pretest-posttest Design, seperti berikut:

Tabel 1
Randomized Control Group Pretest-posttest Design

𝐴1 𝑂1 X 𝑂2

𝐴2 𝑂1 - 𝑂2

Keterangan:
𝐴1 : Kelas eksperimen
𝐴2 : Kelas control
𝑂1 : Pretest
𝑂2 : Postest
𝑋 : Pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran siswa aktif teknik
Card Sort (Suryabrata, 2008: 105-106).

18
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Batanghari. Waktu penelitian akan
dilakukan pada bulan September-Oktober 2019.
1. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian ini akan dijelaskan secara lebih rinci
sebagai berikut:
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono 2011: 119). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Batanghari.

Tabel 2
Keadaan Populasi Penelitian di SMP Negeri 3 Batanghari
Siswa Laki-
No. Kelas Siswa Perempuan Jumlah
Laki

1. VIII-A 16 18 34

2. VIII-B 17 18 35

3. VIII-C 15 19 34

4. VIII-D 17 20 37

5. VIII-E 13 24 37

Jumlah 78 99 177

b. Sampel
Dalam penelitian pendidikan, subjek yang dikenai penelitian
biasanya dilakukan terhadap sampel. Sampel merupakan bagian dari
populasi. Sehubungan dengan hal ini suatu pendapat yang menyatakan

19
bahwa: “Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi maka
penelitiannya disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau
wakil dari populasi yang diteliti” (Suharsimi dan Arikunto: 1985: 92).
Dalam penelitian ini, sesuai dengan pendapat ahli di atas, maka
yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-
D dan VIII-E dengan jumlah siswa masing-masing 37 orang siswa.
Adapun teknik pengambilan sampel adalah dengan pengambilan secara
acak.

3.2.2 Variabel Penelitian


Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel
bebas. Berikut ini adalah variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian, yaitu:
a. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2011: 64). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII
SMP Negeri 3 Batanghari pada pembelajaran materi lingkaran.
b. Variabel Bebas
Menurut Sugiyono (2011: 64), variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu pembelajaran
materi lingkaran menggunakan metode pembelajaran siswa aktif dengan teknik
Card Sort.

3.3 Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan secara kolaboratif.
Dalam penelitian kolaboratif pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu
sendiri sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya
proses tindakan adalah peneliti (Arikunto, 2002:17). Ada beberapa tahapan dalam
penelitian ini yaitu:
a. Perencanaan (plan)

20
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran, hand out, lembar kerja siswa, lembar observasi pemahaman
konsep, lembar hasil tes, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran siswa aktif
dengan teknik Card Sort.

b. Tindakan (act)
Pelaksanaan tahap tindakan dilakukan oleh guru dengan menerapkan
metode pembelajaran siswa aktif dengan teknik Card Sort. Proses pembelajaran
dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran matematika kelas VIII-D. Materi yang
akan diberikan adalah materi lingkaran.

c. Pengamatan (observe)
Dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi yang telah disiapkan dan mencatat kejadian-kejadian yang tidak
terdapat dalam lembar observasi dengan membuat lembar catatan lapangan.
Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran siswa aktif dengan teknik Card Sort
digunakan sebagai pedoman peneliti dalam melakukan observasi pelaksanaan
pembelajaran siswa aktif dengan teknik Card Sort. Sedangkan lembar observasi
pemahaman konsep siswa digunakan pada setiap pembelajaran sehingga kegiatan
observasi tidak terlepas dari konteks permasalahan dan tujuan penelitian. Catatan
lapangan merupakan catatan tertulis tentang hasil pengamatan di kelas yang tidak
terdapat di lembar observasi.Dalam penelitian ini catatan lapangan digunakan
untuk mengamati hal-hal yang terjadi selama penerapan metode pembelajaran
siswa aktif dengan teknik Card Sort.

d. Refleksi (reflect)
Pada tahap ini peneliti bersama guru melakukan evaluasi dari
pelaksanaan tindakan pada siklus I yang digunakan sebagai bahan pertimbangan
perencanaan pembelajaran siklus berikutnya. Jika hasil yang diharapkan belum
tercapai maka dilakukan perbaikan yang dilaksanakan pada siklus kedua dan
seterusnya.

21
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti ada 4 teknik, yaitu
dokumentasi, wawancara tidak terstruktur, observasi, dan tes. Berikut adalah
penjelasan mengenai teknik pengumpulan data yaitu:
a. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang
(Sugiyono 2011: 326). Jadi pengumpulan data dilakukan dengan cara
menghimpun tulisan, gambar, atau karya-karya monumental atau memanfaatkan
dokumen yang sudah ada. Dokumentasi diperoleh dari hasil kuis siswa, lembar
observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, daftar kelompok siswa, dan foto-
foto selama proses pembelajaran.

b. Wawancara Tidak Terstruktur


Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono 2011: 191).
Wawancara tidak terstruktur ini digunakan peneliti untuk memperoleh data awal
dari penelitian yaitu berupa metode pembelajaran apakah yang digunakan guru
selama ini. Selain itu, wawancara juga peneliti gunakan untuk mengklarifikasi
dan melengkapi data jika ada perbedaan antara data yang tertulis dan data yang
sebenarnya.

c. Observasi
Dalam penelitian ini terdapat dua pedoman observasi yaitu observasi
pemahaman konsep siswa dan obsevasi pelaksanaan pembelajaran siswa aktif
dengan teknik Card Sort. Observasi pemahaman konsep siswa difokuskan pada
pengamatan pemahaman konsep siswa selama proses pembelajaran pada materi
lingkaran. Sedangkan observasi pelaksanaan pembelajaran siswa aktif dengan
teknik Card Sort difokuskan pada aktivitas guru maupun siswa selama proses
pembelajaran. Dan pengamatan yang belum terdapat pada pedoman observasi
dituliskan pada lembar catatan lapangan.

22
d. Tes
Menurut Sudjana (1999: 35), tes pada umumnya digunakan untuk menilai
dan mengukur hasil belajar siswa, terutama pemahaman konsep berkenaan
dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pengajaran. Dalam penelitian ini tes berfungsi untuk mengukur kemampuan
pemahaman konsep siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Batanghari dengan materi
lingkaran. Tes digunakan berupa kuis individu yang fungsinya untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa setelah mempelajari materi lingkaran dengan
menggunakan metode pembelajaran siswa aktif dengan teknik Card Sort.

3.5 Instrumen Penilaian


Di dalam sebuah penelitian pasti membutuhkan instrumen penelitian guna
menjadi alat ukur untuk memperoleh data penelitian. Beberapa instrumen penelitian
yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu soal-soal. Langkah dalam pengujian instrumen
ini terdiri dari:
a. Validitas
Validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2011: 211). Suatu instrumen yang
valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang
kurang valid memiliki validitas rendah. Validitas ini berkenaan dengan
kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Untuk
menguji validitas tes, digunakan rumus korelasi product moment yang ada
(Ridwan, 2008: 98) yaitu:
𝑁 ∑𝑛 𝑛 𝑛
𝑖=1 𝑋𝑖𝑌𝑖−∑𝑖=1 𝑋𝑖 ∑𝑖=1 𝑌𝑖
𝑟xy =
√{𝑁 ∑𝑛 2 𝑛 𝑛 2 𝑛
𝑖=1 𝑋𝑖 −(∑𝑖=1 𝑋𝑖)}{𝑁 ∑𝑖=1 𝑌𝑖 −(∑𝑖=1 𝑌𝑖)
2}

Keterangan :
Xi = Skor butir soal
Yi = Skor total butir soal
rxy= Koefisien validitas soal
N = Jumlah siswa
n = Jumlah item soal
Jika rxy > 0, maka soal valid tetapi jika rxy < 0 maka soal tidak valid

23
b. Reliabilitas
Reliabilitas mengandung pengertian bahwa suatu instrumen dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Apabila datanya memang sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kali pun diambil tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada
tingkat keterandalan sesuatu.Untuk menentukan reliabilitas tes, rumus yang
digunakan adalah rumus K-R 20 sebagai berikut:
𝑛 2
∑𝑚 2 (∑𝑖=1 𝑋𝑖 )
𝑛 𝑆 2 −∑𝑛
𝑖=1 𝑝𝑖 𝑞𝑖 𝑖=1 𝑋𝑖 −
r11 = [𝑛−1] [ ]dengan S 2 = 𝑁
𝑆2 𝑁

Keterangan:
r11 = Realibilitas tes secara keseluruhan
𝑝𝑖 = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
𝑞𝑖 = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
∑𝑛𝑖=1 𝑝𝑖 𝑞𝑖 = jumlah hasil kali 𝑝𝑖 dan 𝑞𝑖
𝑆 2 = Variansi dari tes
n = Banyak item
𝑋𝑖 = Skor total butir soal
N = Jumlah peserta didik

Sebagai kriteria penghitung reliabilitas soal didasarkan pada ketentuan di


bawah ini:
0,00 ≤ r 11<0,20 : reliabilitas sangat rendah
0,20≤ r 11< 0,40 : reliabilitas rendah
0,40 ≤ r 11<0,60 : reliabilitas cukup
0,60≤ r 11< 0, 80 : reliabilitas tinggi
0,80≤r 11≤ 1,00 : reliabilitas sangat tinggi

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen


cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Oleh karena itu, agar diperoleh tes yang baik

24
maka soal yang baik maka soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal
yang memiliki reliabilitas sangat tinggi, tinggi, dan cukup.

c. Analisis Tingkat Kesukaran Soal


Selain uji validitas dan reliabilitas, untuk memperoleh soal yang baik
juga perlu adanya keseimbangan dari tingkat kesukaran soal tersebut.
Keseimbangan yang dimaksud yakni jumlah antara soal mudah, sedang, dan
sukar proporsional. Oleh karena itu, diperlukan analisis tingkat kesukaran
soal. Analisis tingkat kesukaran soal dapat dilakukan bila soal diujicobakan
terlebih dahulu.
Rumus untuk menghitung taraf kesukaran:

𝐵
P =𝐽𝑆

Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyak siswa yang menjawab soal tersebut dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Dengan kriteria:
0.00 ≤ P < 0.30 : Sukar
0.30 ≤ P < 0.70 : Sedang
0.70 P < 1.00 : Mudah (Arikunto, 2012: 223)

d. Analisis Daya Pembeda Soal


Daya pembeda soal merupakan kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (siswa yang mempunyai kemampuan
tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (siswa yang mempunyai
kemampuan rendah). Fungsi dari daya beda itu adalah mendeteksi perbedaan
individual yang sekecil-kecilnya di antara para subjek tes.
Indeks daya pembeda dihitung atas dasar pembagian kelompok
menjadi dua bagian, yaitu kelompok atas yang merupakan kelompok peserta

25
tes yang berkemampuan tinggi dengan kelompok bawah yang merupakan
kelompok peserta tes yang berkemampuan rendah.
Daya beda hitung soal dihitung dengan rumus :

𝐵𝑎 𝐵𝑏
D= − 𝐽𝑏 = 𝑃𝑎 − 𝑃𝑏
𝐽𝑎

Keterangan :
D = Indeks diskriminasi atau daya pembeda
Ja = Banyak peserta kelompok atas
Jb = Banyak peserta kelompok bawah
Ba = Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar
Bb = Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Pa = Proporsi kelompok atas yang menjawab benar
Pb = Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Dengan criteria nilai D adalah :


D < 0.00 (Negatif) : Jelek sekali
0.00 ≤ D< 0.20 : Jelek
0.20 ≤ D< 0.40 : Cukup
0.40 ≤ D< 0.70 : Baik
0.70 ≤ D< 1.00 : Sangat Baik

3.6 Jadwal Penelitian


Jadwal penelitian dalam table yang dilampirkan pada lampiran 1.

3.7 Personalia Penelitian


Peneliti
Nama Lengkap : Dian Agustina
NIM : A1C217042
Fakultas/Prodi : KIP/ Pendidikan Matematika
Perguruan Tinggi : Universitas Jambi
Waktu yang disediakan : 5 jam / minggu

26
Konsultan Metodologi Penelitian
Dr. Drs. Syaiful, M.Pd

3.8 Anggaran

Tabel 3
Rincian Biaya Penelitian
No. Rincian Harga Satuan Biaya

1. Izin Penelitian - Rp. 50.000

2. 2 Rangkap print proposal Rp. 17.000 Rp. 34.000

3. 2 Rangkap Print Laporan Rp. 30.000 Rp. 60.000

4. Penjilidan - Rp. 50.000

3. Alat Tulis Rp. 40.000 Rp. 40.000

4. Transportasi - Rp. 60.000

5. Konsumsi 15 kali Rp. 10.000 Rp. 150.000

6. Biaya Tak Terduga - Rp. 100.000

Total Rp. 544.000

27
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikaan . Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 1985. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta

Sudjana, Nana. 1999. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:


Alfabeta

Susilawati, Wati 2011. Perencanaan Sistem Pembelajaran matematika. Diktat kuliah


di lingkungan UIN Sunan Djati . Bandung : Tidak diterbitkan.

28

Anda mungkin juga menyukai