PENDAHULUAN
1
konsekuensi pembatasan pemakaian. Tidak seperti sekarang dimana terjadi
lagi kealotan dalam penentuan kebijakan tersebut.
Saat pemerintah sedang menggodok kebijakan pembatasan pemakaian
BBM bersubsidi. Ada wacana untuk memberlakukan wajib pertamax untuk
kendaraan pribadi dengan ukuran mesin 1500 CC keatas dan ada rencana
kenaikan harga BBM non subsidi yang signifikan. Seketika itu juga pro dan
kontra di berbagai kalangan masyarakat dan politisi mulai marak terdengar. Yang
kontra mengatakan :
1. Akan sangat sulit kebijakan pembatasan tersebut di lapangan. Secara
teknis sarana SPBU dan prasarana lainnya tidak siap, personil-personil
yang dilapangan harus mempumyai persyaratan seperti ini dan itu.
Kebijakan ini hanya menimbullkan kekacauan saja.
2. Mereka mengatakan juga, tidak ada negara lain di dunia ini yang
memberlakukan pembatasan konsumsi BBM pada masyarakatnya seperti
ini. Lagipula apa dasar undang-undangnya untuk memberlakukan
kebijakan seperti ini?
3. Mereka bertanya, ini sebenarnya program jangka pendek atau program
jangka panjang? Apakah ini hanya untuk menyelamatkan APBN
pemerintah saja? Apa benar ini memang untuk rakyat?
4. Daripada kami harus beli pertamax lebih baik kami beli BBM dari SPBU
asing. Sudah pasti lebih murah dan lebih berkualitas.
Dan masih banyak lagi suara-suara sumbang untuk hal tersebut diatas.
Kembali kepada hal yang lebih utama, meskipun suara-suara diatas adalah suara
masyarakat juga, meskipun pemberlakuan kebijakan pembatasan BBM itu sangat
sulit dilakukan di lapangantetapi sebaiknya kebijakan seperti ini harus tetap
dilakukan dengan pertimbangan bahwa :
Pembatasan konsumsi BBM bersubsidi jauh lebih bijak, jauh lebih baik
dan jauh lebih adil daripada menaikkan harga BBM.
Seharusnya sebagai warga negara yang baik kita berusaha untuk
memahami kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan pemerintah untuk mengatasi
krisis ini. Rakyat kecil juga akan paham bahwa negara ini adalah negara
pengimpor BBM, bahwa harga BBM dunia sangat rentan naik-turun harga, dan
2
pertumbuhan penduduk yang ada juga memicu kenaikan konsumsi BBM dalam
negeri. Jadi silahkan saja pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang baru.
Baik merupakan kebijakan konversi BBM yang didahulukan ataupun pembatasan
konsumsi BBM bersubsidi yang lebih mudah dijalankan. Yang penting buat
masyarakat hanyalah dua hal yaitu : memenuhi rasa keadilan dan tidak membuat
masyarakat menjadi lebih sulit.
Manfaat yang diperoleh dari adanya pembahasan lebih lanjut mengenai topik yang
terkait kebijakan pemerintah terhadap subsidi BBM yaitu :
3
1.4.3 Bagi Masyarakat
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
ada pengurangan jumlah penerima subsidi, namun hanya karena perubahan
asumsi makro "Jadi tidak ada pengurangan dalam artian bahwa ada penurunan dan
tidak setinggi hitungan di awal. Tapi ini tidak menurunkan apa-apa, hanya
implikasi dari asumsi” tekannya. Sementara Direktur Jendral Anggaran
Kementrian Keuangan Askolani menambahkan penurunan subsidi energi sejauh
ini belum mengubah arah kebijakan tarif energi dari pemerintah, seperti harga
BBM, LPG, dan listrik. "Belum ada perubahan," imbuhnya singkat.
Harga BBM yang naik akan menjadi pemacu dari kenaikan harga
komoditas lain, mengingat peran vital BBM mulai dari proses produksi hingga
pengangkutan. Dampak dari kenaikan harga BBM tidak hanya dirasakan oleh
pemilik kendaraan bermotor saja. Masyarakat yang tidak memiliki kendaraan
bermotor juga turut terdampak dengan adanya kenaikan BBM ini.
6
waktu yang tidak singkat, sementara, pembelian kebutuhan pokok itu tidak bisa
ditunda.
Mau tidak mau mereka menuntut kenaikan upah (jika bekerja di suatu
instansi atau perusahaan) atau menghemat pengeluaran. Dengan melakukan
penghematan pengeluaran, masyarakat menjadi selektif dalam penggunaan
pengeluarannya. Pengeluaran yang kurang penting dipangkas atau tidak dilakukan
sama sekali. Penghematan pengeluaran membuat daya beli masyarakat menjadi
turun.
Perusahaan juga akan kena imbas dari kenaikan harga BBM yang
berakibat turunnya daya beli masyarakat. Produsen komoditas yang tidak menjadi
prioritas masyarakat akan mengalami penurunan penjualan, padahal di sisi lain
biaya operasional perusahaan meningkat akibat naiknya BBM bersubsidi.
Penurunan penjualan dan naiknya biaya operasional membuat perusahaan
berpotensi mengalami kerugian. Kerugian yang dialami bisa berimbas kepada
karyawan yang dipekerjakan. Untuk mengurangi kerugian, produsen bisa saja
mengurangi jumlah karyawan, atau bahkan menutup usahanya. Padahal, karyawan
itu di sisi lain juga mengalami kesulitan akibat meningkatnya kebutuhan hidup
sehari- hari.
7
Inflasi
Sumber: Reforminer
Institute (2011)
*)tidak termasuk dampak yang tidak dapat dikuantifikasikan
8
data di bawah ini jika dilihat di tahun 2005 ketika pemerintah menaikkan harga
BBM subsidi, inflasi tahunannya mencapai 17,11%. Bukan tidak mungkin hal
yang sama akan terjadi di tahun 2012.
9
Dampak positif keempat adalah penghematan terhadap pemakaian minyak
bumi. Minyak bumi adalah sumber daya alam yang tidak terbarukan. Suatu saat,
cadangan minyak bumi akan habis, dan butuh waktu jutaan tahun untuk
menghasilkan minyak bumi lagi. Terkontrolnya pemakaian BBM seperti dampak
positif ketiga, berdampak pula terhadap eksploitasi minyak bumi yang bisa
dikurangi. Dengan demikian, cadangan minyak bumi bisa lebih lestari lagi.
10
Dampak positif ke delapan, Pengurangan subsidi BBM menyebabkan
harga BBM naik sehingga permintaan akan kendaraan bermotor (barang
komplementer) menurun dan industri kendaraan bermotor akan mengalami
penurunan. Penurunan jumlah permintaan kendaraan bermotor dapat mengerem
laju pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat yang pada
akhirnya akan mencegah pencemaran udara yang lebih parah dan mengurangi
potensi terjadinya kemacetan, terutama di kota- kota besar sebagai akibat dari
total panjang jalan yang sudah tidak proporsional dengan jumlah kendaraan
bermotor yang beredar di jalan.
11
akar masalah “subsidi BBM” di samping menciptakan banyak hal dan prosedur
baru di luar kerangka standar APBN yang sistemnya telah lebih mapan.
12
subsidi. Ini karena sifat fisik minyak mentah dan operasi kilang yang tak
membedakan penggunaan untuk BBM maupun non-BBM serta bervariasinya
produk-prouk yang dihasilkan dari kilang-kilang yang ada.
Hal yang kritis adalah selama ini angka-angka yang digunakan untuk
menetapkan besaran subsidi tersebut adalah angka-angka yang merupakan laporan
atau hasil perhitungan PERTAMINA sendiri, yang juga mendapat audit Badan
Pemeriksa Keuangan. Pemerintah (Departemen Keuangan) menggunakan angka-
angka dari PERTAMINA itu untuk menentukan jumlah subsidi yang mesti
dibayarkan Pemerintah.
13