Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu dari cabang dari ilmu eksak yang
diimplementasikan pada hampir semua bidang ilmu pengetahuan dan terorganisis
secara sistematis. Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan yang
merupakan alat pikir, alat berkomunikasi, dan alat untuk memecahkan berbagai
persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi,
generalitas dan individualitas. Secara garis besar, matematika mempunyai cabang-
cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis (Uno dan
Kuadrat,2014:109).
Dari semua cabang dalam Matematika, Geometri menjadi salah satu materi
yang umum dipelajari dan sering digunakan oleh setiap orang dalam kehidupan
sehari-hari. Pembelajaran geometri mulai usia dini sampai dengan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) mengutamakan proses memahami dan
menginterpretasi bangun geometri yang terdapat dalam lingkungan sekitar ke
dalam bentuk formal. Pengalaman pengalaman dengan berbagai konsep seperti
titik, garis, sudut, bangun-bangun geometri, dan ide-ide geometri lainnya secara
intuitif seharusnya telah dikenal oleh anak melalui pengamatan pada lingkungan
bahkan dapat memasuki pemahaman pikiran siswa sebelum diinternalisasikan
dengan materi geometri dalam aspek formal yang ada di sekolah (Ashar, Sutji
Rochaminah, Gandung Sugita,2016:292-293). Adapun pokok bahasan dalam
geometri terbagi menjadi beberapa macam beberapa diantaranya yaitu bangun
datar dan bangun ruang.
Pemahaman siswa pada materi pokok bangun datar dan bangun ruang
dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh. Menurut Agus Suprijono (2012: 7)
Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah
satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang
dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak
dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. Sedangkan
hasil belajar matematika siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa terhadap
pelajaran matematika yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman dan latihan-
latihan selama proses belajar mengajar yang menggambarkan penguasaan siswa

1
terhadap materi pelajaran matematika yang dapat dilihat dari nilai matematika dan
kemampuannnya dalam memecahkan masalah-masalah matematika. Namun hasil
belajar yang baik tidak selalu didapatkan siswa di sekolah karena banyak masalah
yang timbul dari kurangnya pemahaman materi pembelajaran yang berimbas pada
hasil belajar siswa.
Berdasarkan Penelitian I Putu Nadiat Mika, I Nyoman Murdiana,
Sukayasa (2016) yang memberikan siswa tes identifikasi mengenai materi keliling
dan luas daerah layang-layang di kelas VII SMP Negeri 12 Palu, didapatkan hasil
bahwa kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa disebabkan karena siswa
kurang memahami konsep tentang materi keliling dan luas daerah layang-layang.
Peneliti berasumsi bahwa permasalahan tersebut disebabkan karena siswa
cenderung hanya menghafal rumus yang ada sehingga masalah-masalah tersebut
berdampak pada hasil belajar siswa menjadi rendah.
Berdasarkan Penelitian Apsah Ude, Wayan Sukayasa dan Tegoeh S
Karniman (2016) yang mana mereka melakukan dialog dengan guru matematika
MTs Alkhairaat Pusat Palu. Berdasarkan hasil dialog diperoleh informasi bahwa
pembelajaran cenderung didominasi oleh guru. Sehingga siswa kurang mendapat
kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dalam penelitian
tersebut juga diperoleh informasi tentang kesulitan siswa dalam mempelajari
geometri. Satu diantara kesulitan siswa dalam mempelajari geometri adalah siswa
masih sulit membedakan unsur-unsur kubus dan balok yaitu sisi, rusuk, titik
sudut, diagonal sisi, diagonal ruang, dan bidang diagonal.
Berdasarkan uraian di atas, diperoleh informasi bahwa kebanyakan siswa
yang mengalami kesulitan dalam belajar geometri diantaranya disebabkan oleh
kurangnya pemahaman konsep materi geometri yang diajarkan guru, hal itu bisa
terjadi karena siswa cenderung hanya menghafal rumus yang ada sehingga
masalah-masalah tersebut berdampak pada hasil belajar siswa menjadi rendah.
Selain itu penyebab hasil belajar siswa pada materi geometri masih rendah
dikarenakan pembelajaran cenderung didominasi oleh guru. Sehingga siswa
kurang mendapat kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Hal
itu juga bisa terjadi karena masih banyak guru yang belum menerapkan model
pembelajaran yang tepat pada mata pelajaran Geometri di Sekolah. Untuk

2
mengatasi kesulitan belajar khususnya dalam bidang geometri, guru seharusnya
menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran sesuai dengan kondisi yang
terjadi.
Salah satu pendekatan yang relevan dengan materi geometri adalah
pendekatan geometri Van Hiele. Model Pembelajaran Van Hiele menguraikan
tahap-tahap perkembangan mental anak dalam geometri. Pembelajaran dengan
teori belajar Van Hiele melalui 5 fase yaitu fase informasi, fase orientasi, fase
penjelasan, fase Orientasi bebas, dan fase integrasi (Hardiana dkk, 2014:182).
Berdasarkan uraian diatas penulis ingin melihat bagaimana pengaruh
model pembelajaran Van Hiele terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam
materi geometri pada pokok bahasan bangun bangun datar dan bangun.
Diharapkan dengan diketahuinya kesulitan siswa dapat memberikankan
pengetahuan untuk guru agar dapat memperbaiki proses pengajaran dan hasil
belajar siswa. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka
penulis mengangkat sebuah judul proposal penelitian yaitu “Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran Van Hiele Terhadap Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Bangun Datar Dan Bangun Ruang Di SMP N 18
Kota Jambi ”.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang diteliti dan yang dipecahkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :

1. Apakah terdapat peningkatan Hasil belajar siswa melalui penerapan model


van hiele terhadap materi bangun ruang dan bangun datar?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan hasil belajar
siswa melalui model van hiele dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional?
3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dengan model van hiele
pada materi bangun datar jika dibandingkan dengan materi bangun ruang?

1.3 Batasan Penelitian


Lingkup penelitian ini dibatasi pada beberapa hal berikut ini:

3
1. Penelitian ini dilakukan dikelas VII & VIII SMP N. 18 Kota Jambi dan
materi pelajaran yang disajikan adalah Bangun Datar dan Bangun Ruang
2. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui penerapan model pembelajaran
Van Hiele

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilakukan karena diharapkan dapat memberikan
masukan terhadap penyelengraan pembelajaran matematika kelas VII & VIII
SMP khususnya dalam materi bangun datar dan bangun ruang, karena soal-
soal pada materi bangun datar dan bangun ruang memerlukan pemahaman
yang mendalam terutama dalam kemampuan memecahkan masalah.
Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui Apakah terdapat peningkatan Hasil belajar siswa melalui


penerapan model van hiele terhadap materi bangun ruang dan bangun
datar?
2. Mengetahui Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan
hasil belajar siswa melalui model van hiele dibandingkan dengan model
pembelajaran metode konvensional?
3. Mengetahui Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dengan model
van hiele pada materi bangun datar jika dibandingkan dengan materi
bangun ruang?

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung terutama dalam rangka
pengimplementasian kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar mengajar dikelas
secara khusus. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan, terutama kepada pihak-pihak seperti diuraikan sebagai berikut :

1. Bagi Guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif model
pembelajaran di sekolah dalam kegiatan belajar mengajar.

4
2. Bagi Siswa, dapat mendorong mereka lebih aktif dan kreatif dalam
menyelesaikan suatu permasalaban yang berkaitan dengan permasalahan
matematik yang sedang dipelajari, dapat mengemukakan argumentasi dan
bertukar pikiran dengan teman-temannya, mampu bekerja sama,
berinteraksi sosial, menghargai pendapat orang lain serta siswa akan
mampu menunjukkan dan berbagi tentang kelebihan yang dimilikinya.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melihat pengaruh Model
Pembelajaran Van Hiele Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi
Bangun Datar dan Bangun Ruang Di SMP N 18 Kota Jambi?

1.6 Definisi Operasional


Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang
digunakan maka beberapa istilah perlu didefinisikan secara operasional.

1. Model pembelajaran Van Hiele adalah Model Pembelajaran yang


menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak dalam geometri.
Pembelajaran dengan teori belajar Van Hiele melalui 5 fase yaitu fase
informasi, fase orientasi, fase penjelasan, fase Orientasi bebas, dan fase
integrasi
2. Hasil belajar matematika siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa
terhadap pelajaran matematika yang diperoleh dari pengalaman-
pengalaman dan latihan-latihan selama proses belajar mengajar yang
menggambarkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika
yang dapat dilihat dari nilai matematika dan kemampuannnya dalam
memecahkan masalah-masalah matematika.

1.7 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

"Penerapan model pembelajaran Van Hiele lebih meningkatkan hasil belajar


matematika dibandingkan dengan penerapan metode konvensional”.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Matematika
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting siswa.
matematika memegang peranan penting bagi siswa. oleh sebab itulah matematika
dipelajari dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Melihat pentingnya mata
pelajaran ini, maka siswa benar-benar harus bisa mengikuti pembelajaran dengan
baik.

Matematika adalah ilmu pengetahuan yang bersifat deduktif aksiomatik


yang berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol yang tersusun
secara hirearkis. Matematika juga merupakan bahasa simbolis untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan yang
memudahkan manusia berfikir dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-
hari.

Pengertian matematika dikemukakan oleh banyak ahli dalam bukunya H.


Erman Suherman, dkk antara lain :
James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan
bahwa “matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,
besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya
dalam jumlah yang banyak yang terbagi kedalam 3 bidang yaitu aljabar,
analisis dan geometri”.

2.2 Hasil Belajar Matematika


Menurut Djamarah (dalam Rahma Fitri, Helma, Hendra Syarifuddin,
2014:18) Hasil belajar merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan dan
dapat dipandang sebagai salah satu ukuran keberhasilan siswa dalam pendidikan
di sekolah. Hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa
dalam segala hal yang dipelajari di sekolah menyangkut pengetahuan, kecakapan
atau keterampilan yang dinyatakan sesudah penilaian.

6
Hasil belajar adalah penguasaan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa dari suatu kegiatan yang
mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dinyatakan dengan skor/nilai yang
diperoleh dari tes hasil belajar setelah proses pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi
dan penilaian hasil belajar penting dilakukan sebab hasil belajar sebagai
ungkapan dan perwujudan hasil dari pelaksanaan pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar


matematika siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa terhadap pelajaran
matematika yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman dan latihan-latihan
selama proses belajar mengajar yang menggambarkan penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran matematika yang dapat dilihat dari nilai matematika dan
kemampuannnya dalam memecahkan masalah-masalah matematika.

2.3 Model Pembelajaran Van Hiele


Van Hiele adalah seorang pengajar matematika Belanda yang telah
mengadakan penelitian di lapangan, melalui observasi dan tanya jawab,
kemudian hasil penelitiannya ditulis dalam disertasinya pada tahun 1954.
Penelitian yang dilakukan Van Hiele melahirkan beberapa kesimpulan mengenai
tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri. Van Hiele
(dalam Ismail, 1998) menyatakan bahwa terdapat 5 tahap pemahaman geometri
yaitu: Tahap pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan keakuratan.
(Purwoko, 2012:42).

Model Van Hiele tidak hanya memuat tingkat-tingkat pemikiran


geometrik. Menurut Van Hiele (dalam Ismail, 1998), kenaikan dari tingat yang
satu ke tingkat berikutnya tergantung sedikitpada kedewasaan biologis atau
perkembangannya, dan tergantung lebih banyak kepada akibat pembelajarannya.
Guru memegang peran penting dan istimewa untuk memperlancar kemajuan,
terutama untuk memberi bimbingan mengenai pengharapan (Purwoko, 2012:42).

Walaupun demikian, model pembelajaran Van Hiele tidak mendukung


model teori absorbsi tentang belajar mengajar. Van Hiele menuntut bahwa tingkat
yang lebih tinggi tidak langsung menurut pendapat guru, tetapi melalui pilihan-

7
pilihan yang tepat. Lagi pula, anak-anak sendiri akan menentukan kapan saatnya
untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi. Meskipun demikian, siswa tidak akan
mencapai kemajuan tanpa bantuan guru. Oleh karena itu, maka ditetapkan fase-
fase pembelajaran yang menunjukkan tujuan belajar siswa dan peran guru dalam
pembelajaran dalam mencapai tujuan sebagai berikut:

Fase 1. Informasi

Pada awal tingkat ini, guru dan siswa menggunakan tanya-jawab dan
kegiatan tentang objek-objek yang dipelajari pada tahap berpikir siswa. Dalam hal
ini objek yang dipelajari adalah sifat komponen dan hubungan antar komponen
bangun-bangun segi empat. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa sambil
melakukan observasi. Tujuan dari kegiatan ini adalah: (1) guru mempelajari
pengalaman awal yang dimiliki siswa tentang topik yang dibahas. (2) guru
mempelajari petunjuk yang muncul dalam rangka menentukan pembelajaran
selanjutnya yang akan diambil.

Fase 2: Orientasi

Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat yang dengan cermat
telah disiapkan guru. Aktivitas ini akan berangsur-angsur menampakkan kepada
siswa struktur yang memberi ciri-ciri sifat komponen dan hubungan antar
komponen suatu bangun segi empat. Alat atau pun bahan dirancang menjadi tugas
pendek sehingga dapat mendatangkan respon khusus.

Fase 3: Penjelasan

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan pandangan yang


muncul mengenai struktur yang diobservasi. Di samping itu, untuk membantu
siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat, guru memberi bantuan
sesedikit mungkin. Hal tersebut berlangsung sampai sistem hubungan pada tahap
berpikir mulai tampak nyata.

8
Fase 4: Orientasi Bebas

Siswa menghadapi tugas-tugas yang lebih kompleks berupa tugas yang


memerlukan banyak langkah, tugas yang dilengkapi dengan banyak cara, dan
tugas yang open-ended. Mereka memperoleh pengalaman dalam menemukan cara
mereka sendiri, maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas. Melalui orientasi di
antara para siswa dalam bidang investigasi, banyak hubungan antar objek menjadi
jelas.

Fase 5: Integrasi

Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari. Guru
dapat membantu siswa dalam membuat sintesis ini dengan melengkapi survey
secara global terhadap apa yang telah dipelajari. Hal ini penting, tetapi kesimpulan
ini tidak menunjukkan sesuatu yang baru. Pada akhir fase kelima ini siswa
mencapai tahap berpikir yang baru. Siswa siap untuk mengulangi fase-fase belajar
pada tahap sebelumnya (Purwoko, 2012:49-50).

2.4 Materi Bangun Datar (Layang-layang)


Layang-layang adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh dua
pasang rusuk yang masing-masing pasangannya sama panjang dan saling
membentuk sudut.
a. Sifat-Sifat Layang-Layang
1) sisinya sepasang-sepasang sama panjang
2) sepasang sudut yang berhadapan sama panjang
3) salah satu diagonal membagi dua sama panjang diagonal lainnya, maka
kedua diagonal tersebut saling tegak lurus.
b. Rumus Keliling Layang-Layang
Keliling layang-layang sama halnya dengan keliling segiempat lainnya, yaitu
jumlah keempat sisinya. Perhatikan gambar layang-layang di bawah ini. Keliling
layang-layang ABCD adalah :

Gambar 2.2. Layang-layang

9
𝐴𝐵+𝐵𝐶 + 𝐶𝐷 + 𝐷𝐴

Karena𝐴𝐵 = 𝐵𝐶 dan 𝐷𝐴= 𝐶𝐷,

makakelilinglayang-layang ABCD = 2(AB + CD)

Misalkan Keliling adalah K, dan diagonal-diagonalnya 𝑑1 dan 𝑑2 maka K=


2(𝑑1 +𝑑2 )

c. Rumus Luas Daerah Layang-Layang

Gambar di bawahinimenunjukkanlayang-layang PQRS dengan diagonal 𝑃𝑅 = 𝑄𝑆


salingberpotongantegaklurus di titik T.

Gambar 2.3 Layang-layang PQRS

Luas PQRS = luas PQR + luas PRS

= ½PR x QT + ½PR x ST

= ½PR (QT + ST )

= ½PR x QS

Jadi luas layang-layang PQRS = ½PR x QS

1
Misalnyaluasadalah L dan diagonal-diagonalnya 𝑑1 dan 𝑑2 , maka L = 2 𝑥 𝑑1 𝑥𝑑2

(Manik, 2009:268-270)

2.5 Materi Bangun Ruang (Kubus dan Balok)

a. Unsur-unsur Bangun Ruang Kubus dan Balok


1. Bidang sisi (sisi)
Sisi pada bangun ruang berupa bidang datar, karena yang membatasi
bagian dalam dan luar bangun ruang adalah bidang.

10
2. Rusuk
Sisi-sisi bangun ruang (tidak hanya kubus dan balok) ada yang saling
berpotongan membentuk sebuah garis (garis lurus dan lengkung).
3. Titik Sudut
Pertemuan tiga atau lebih rusuk pada bangun ruang yang membentuk suatu
titik.
4. Diagonal sisi
Garis yang menghubungkan dua buah titik sudut yang saling berhadapan
dalam satu bidang
5. Diagonal Ruang
Garis yang menghubungkan dua buah titik sudut yang saling berhadapan
tak sebidang
6. Bidang diagonal
Daerah yang dibatasi oleh dua buah diagonal bidanga dan dua buah rusuk
yang saling berhadapan, dan membagi bangun ruang menjadi dua bagian
b. Jaring-jaring bangun Kubus dan Balok

Gambar 2.4 Jaring-jaring Kubus

Gambar 2.5 jaring-jaring Balok

c. Luas permukaan Kubus dan Balok

11
Gambar 2.6 Bangun Balok
Bila panjang balok sama dengan 𝑝 satuan panjang, lebar balok 𝑙 satuan panjang
dan tinggi balok 𝑡 satuan panjang, maka luas sisi balok dapat dihitung sebagai
berikut:
Luas sisi depan =𝑝𝑥𝑡
Luas sisi belakang =𝑝𝑥𝑡
Luas sisi samping kanan = 𝑙 𝑥 𝑡
Luas sisi samping kiri =𝑙𝑥𝑡
Luas sisi atas =𝑝𝑥𝑙
Luas sisi bawah =𝑝𝑥𝑙
Jadi luas sisi Balok = 2(𝑝 𝑥 𝑡) + 2 (𝑝 𝑥 𝑙) + 2 (𝑙 𝑥 𝑡)

Misalkan luas permukaan balok dinyatakan dalam L, maka:𝐿 = 2(𝑝 𝑥 𝑡) +


2 (𝑝 𝑥 𝑙) + 2 (𝑙 𝑥 𝑡). Sedangkan untuk kubus, karena panjang rusuk-rusuknya
sama, maka panjang, lebar dan tingginya dapat dinamakan s, sehingga luas
permukaannya (L) dirumuskan:𝐿 = 6(𝑠 × 𝑠) = 6𝑠 2 (Endah Budi Rahayu,
2008:172-196).

2.6 Hasil Study Yang Relevan


Beberapa penelitian yang relevan dengan model pembelajaran Van
hiele antara lain :

1. Sebuah penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VII SMP Negeri 12
Palu tahun ajaran 2015/2016 oleh Mika dkk dengan. " Penerapan Model
Pembelajaran Van Hiele Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Keliling Dan Luas Daerah Layang Layang Di Kelas VII SMP
Negeri 12 Palu.." Menyimpulkan bahwa Penerapan Model Belajar Van
Hiele dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP N 12 Palu,
selain itu aktivitas dan motivasi siswa juga mengalami peningkatan.

12
2. Sebuah penelitian eksperimen sejati pada siswa SMP kelas VIII MTs
Alkhairat Pusat Palu tahun ajaran 2015/2016 oleh Ude. A dkk dengan
judul " Penerapan Model Pembelajaran Van Hiele Untuk. Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kubus Dan Balok Di Kelas VIII MTS
Alkhairaat Pusat Palu." Menyimpulkar bahwa Penerapan Model Belajar
Van Hiele dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII MTs
Alkhairaat Pusat Palu, selain itu aktivitas dan motivasi siswa juga
mengalami peningkatan.

13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan kerangka, pola, atau rancangan yang
menggambarkan alur dan arah penelitian yang didalamnya terdapat langkah-
langkah atau tahap-tahap yang menunjukan suatu urutan kerja. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen (experimental
method). Penggunaan metode ini bertujuan mengetahui sejauh mana
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel bebas adalah proses belajar dengan menggunakan model
pembelajaran van hiele, sedangkan variabel terikatnya adalah peningkatan
hasil belajar matematika siswa pada materi bangun datar dan bangun ruang.
Oleh sebab itu pada penelitian ini menggunakan dua buah kelompok,
kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen yang diberi perlakuan
model belajar Van Hiele dan kelompok yang kedua sebagai kelompok kontrol
yang diberi perlakuan dengan metode pembelajaran diskusi. Diskusi adalah
kegiatan siswa yang didalamnya terkandung unsur mengemukakan pendapat
tanya jawab antar siswa, atau bahkan sanggahan.

3.2 Desain Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen karena adanya manipulasi perlakuan dimana kelas yang satu
mendapat pembelajaran penelitian model Van Hiele dan kelas yang lain
mendapat pembelajaran biasa pada awal dan akhir pembelajaran kedua kelas
di beri tes, sehingga desain penelitiannya adalah sebagai berikut :
A1 : O1 X O2
A2 : O1 O2
Keterangan:
A1 : Kelas eksperimen
A2 : Kelas control
O1 : Pretest
O2 : Postest
X : Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Van Hiele

14
Agar kedua kelas homogen maka variabel-variabel yang dipergunakan
untuk peneliti perlu dinetralkan yaitu sebagai berikut.
a. Untuk menyamakan pengetahuan dasar siswa maka akan diberi tes awal
(pretest).
b. Waktu belajar yang digunakan tidak terlalu jauh berbeda antara kedua kelas.
c. Buku pelajaran yang dipakai sama untuk kedua kelas.
d. Penjaringan data dilakukan pada pertemuan terakhir yang berupa tes uraian
(postest).
Pada kelas kontrol, akan diadakan metode pembelajaran diskusi dan
pemberian latihan-latihan. Sedangkan pada kelas eksperimen akan diadakan
pengajaran dengan model pembelajaran Van Hiele serta latihan-latihan yang sama
dengan latihan-latihan kelas kontrol. Dari sini dilakukan tes akhir, dari hasil tes
akhir dapat dilihat apakah terjadi perbedaan skor antara kelas eksperimen dengan
kelas kontrol.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi dan sampel dalam penelitian ini akan dijelaskan secara lebih rinci
sebagai berikut:
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono
2011: 119). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII &
VIII SMPN 18 Kota Jambi
b. Sampel
Sampel dari populasi yaitu kelas VII A DAN VIII A SMP N 18 Kota
Jambi Dengan jumlah siswa kelas VII A 27 siswa, dan untuk kelas VIII
sebanyak 25 siswa.

15
3.4 Instrumen
Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini antara lain :
1. Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan
aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes ini berupa tes awal (pretes) dan
tes akhir (postes), masing-masing tes terdiri dari 5 buah soal uraian untuk
menentukan seberapa jauh kemampuan pemecahan masalah matematik.
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus
memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki validitas, reliabilitas dan
objektivitas. Maka sebelum soal tersebut diberikan kepada siswa, soal itu
harus dianalisis validitas, reliabilitasnya dan daya pembeda serta indeks
kesukaran soal. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur
apa yang hendak diukur. Reliabilitas berkaitan dengan masalah
kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan
tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Sehingga kedua
hal tersebut sangat penting diuji terlebih dahulu, agar hasil yang
didapatkan dapat memenuhi standar penilaian.
Sebelum penelitian ini dilakukan, instrumen diujicobakan terlebih
dahulu, supaya dapat terukur ketepatan (validitas), keajegan (reabilitas),
indeks kesukaran dan daya pembeda dari instrumen tersebut. Langkah-
langkah uji coba instrumen adalah sebagai berikut:
a. Insrumen dikonsultasikan terlebih dahulu dengan anggota peneliti dan
dengan guru bidang studi matematika yang bersangkutan di SMP
Negeri 18 Kota Jambi tempat penelitian. Hal ini bertujuan mengetahui
validitas teoritik instrumen yang akan diujicobakan.
b. Setelah mengalami perbaikan dan telah dikonsultasikan, instrumen
diujicobakan tehadap kelas VII & VIII di SMP Negeri 18 yang telah
mempelajari materi mengenai geometri.
c. Setelah diujicobakan, kemudian diukur validitas, reabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda dari instrumen tersebut.

16
1) Uji Validitas Butir Soal
Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien validitas ini
adalah momen produk (product moment) atau metoda Pearson, yaitu:
N ∑ XY − ∑ X ∑ Y
rxy =
√(∑ X 2 − (∑ X)2 )(∑ Y 2 − (∑ Y)2 )
Dengan : N = Banyak testi
X = Skor Soal Item
Y = Total Nilai
Besarnya koefisien validitas diinterpretasikan menurut
Suherman (1990: 147) yang menyataka kriterian validitas butir soal
yang diuraikan secara lengkap sebagai berikut:
0,90 < rxy ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi
0,70 ≤ rxy < 0,90 Validitas tinggi
0,40 ≤ rxy < 0,70 Validitas sedang
0,20 ≤ rxy < 0,40 Validitas rendah
0,00 ≤ rxy < 0,20 Validitas sangat rendah

2) Uji Reliabilitas
Dalam uji reliabilitas ini digunakan rumus Rulon.
n ∑ Si2
r11 = ( ) (1 − 2 )
n−1 St
Dimana : n = Banyak butir soal
Si2 = Jumlah varians skor tiap item
St2 = Varian skor total
Skala penilaian reliabilitas soal
r11 < 0,20 : Soal sangat rendah
0,20 ≤ r11 < 0,40 : Soal rendah
0,40 < r11 < 0,60 : Soal sedang
0,60 ≤ r11 < 0,80 : Soal tinggi
0,80 ≤ r11 ≤ 1,00 : Soal sangat tinggi

3) Uji Daya Pembeda

17
Uji ini diadakan untuk mengidentifikasi soal-soal yang baik,
kurang baik dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh
informasi tentang kejelekan sebuah soal dan "petunjuk" untuk
mengadakan perbaikan.
JBA − JBB JBA − JBB
DP = atau DP =
JSA JSB
(Erman Suherman & Kusumah, 1990: 201)
Dengan : DP = Daya pembeda
JBA = Jumlah benar untuk kelompok atas
JBB = Jumlah benar untuk kelompok bawah
JSA = Jumlah siswa kelompok atas (higher group)
JSB = Jumlah siswa kelompok bawah (lower group)
Skala penilaian daya pembeda :
DP ≤ 0 : Soal Sangat Jelek
0,00 < DP < 0,20 : Soal Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 : Soal Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 : Soal Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 : Soal Sangat Baik

4) Uji Indeks Kesukaran Soal


JBA − JBB
IK =
JSA + JSB
(Erman Superman & Kusumah, 1990 : 213)
Dengan : IK = Indeks kesukaran
JBA = Jumlah Benar Kelompok Atas
JBB = Jumlah Benar Kelompok Bawah
JSA = Jumlah Siswa Kelompok Atas
JSB = Jumlah Siswa Kelompok Bawah
Skala penilaian indeks kesukaran :
IK = 0 : Soal Sangat Sukar
0,00 ≤ IK < 0,30 : Soal Sukar
0,30 ≤ IK < 0,70 : Soal Sedang
0,70 ≤ IK < 1,00 : Soal Mudah

18
IK = 1,00 : Soal Terlalu Mudah

2. Angket
Menurut Ruseffendi (1994:107) angket adalah sekumpulan
pertanyaan atau pernyataan yang harus dilengkapi oleh responden dengan
memilih jawaban atau menjawab pertanyaan melalui jawaban yang sudah
disediakan dengan mengisi. Angket ini digunakan untuk mengetahui
sikap siswa terhadap model pembelajaran van hiele pada mata pelajaran
matematika.

3. Lembar Observasi
Untuk data hasil observasi dikumpulkan dan disajikan dalam
bentuk tabel atau diagram yang sesuai yaitu sikap siswa yang diamati.

3.5 Prosedur Penelitian


Dalam prosedur penelitian penulis melakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
Adapun langkah-langkah dalam pengambilan data penelitian ini yaitu terdiri dari:
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini penulis mempersiapkan semua yang berhubungan dengan
pelaksanaan penelitian antara lain:
a. Mempersiapkan kelas objek penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan kurikulum
c. Mempersiapkan soal-soal tes awal
d. Mempersiapkan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran van
hiele pada kelas eksperimen dan pengajaran diskusi pada kelas kontrol.

2. Tahap Pelaksanaan
a. Pemberian Tes awal / Pretes
Tes awal diberikan sebelum dilakukan perlakuan pembelajaran van hiele
pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas Kontrol.

19
b. Pelaksanaan perlakuan atau pembelajaran
Pada awal pelaksanaan tes awal sampel atau subyek di bagi ke dalam dua
kelas yaitu kelas eksperimen yang akan menggunakan model pembelajaran van
hiele dan kelas kontrol yaitu kelas yang menggunakan model pembelajaran biasa.
Pada tahap pertama kedua kelas tersebut melakukan tes awal dengan soal yang
sama. Pada tahap kedua, kelas di bedakan perlakuan pembelajarannya. Selama
tiga kali pertemuan.
1) Perlakuan pada kelas Eksperimen
Pembelajaran pada kelas eksperimen meliputi beberapa tahap :
a) Pendahuluan, meliputi kegiatan apersepsi, motivasi, menginformasikan
prosedur pembelajaran yang akan dilaksanakan, memberikan acuan bahan
belajar yang akan disajikan dan tujuan pembelajaran yang akan di capai.
b) Memberikan pembelajaran dengan model van hiele, yaitu dengan membentuk
kelompok 2-5 orang yang heterogen. Setelah pembagian kelompok,
selanjutnya adalah menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak
dalam geometri. Pembelajaran dengan teori belajar Van Hiele melalui 5 fase
yaitu fase informasi, fase orientasi, fase penjelasan, fase Orientasi bebas, dan
fase integrasi
c) penutup, diakhiri dengan meyimpulkan materi dan mengakhiri kegiatan.

2) Perlakuan pada kelas Kontrol


Pembelajaran pada kelas control meliputi beberapa tahap :
a) Pendahuluan, meliputi kegiatan apersepsi, motivasi, menginformasikan materi
yang akan disajikan dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
b) Melaksanakan pembelajaran model biasa, yaitu diskusi, Tanya jawab dan
latihan soal.
c) Penutup, diakhiri dengan kegiatan mengerjakan soal yang sama dengan kelas
eksperimen.

3) Pelaksanaan tes akhir


Pemberian tes akhir dilakukan setelah tiga kali pertemuan pada kelas
eksperimen maupun kelas control dengan soal yang sama pada kedua kelompok.

20
3. Tahap Evaluasi
Dilakukannya tes sebelum perlakuan dan dan setelah perlakuan.
Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa yang pembelajarannya
menggunakan van hiele apakah lebih baik daripada yang menggunakan
pembelajaran model biasa, dengan cara membandingkan hasil dari kedua kelas
yang menggunakan masing-masing model pembelajaran tersebut.

3.6 Teknik Analisis data


Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai
berikut.

1. Menghitung skor pretest dan postest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2. Menghitung selisih dari pretest dan postest dari kelompok kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
3. Menghitung rata-rata dan simpangan baku dari hasil data.
4. Menghitung uji normalitas.
Uji normalitas data pre-test dan post-test dilakukan untuk mengetahui
normal atau tidaknya distribusi nilai pre-test dan post-test. Uji normalitas ini
menggunakan uji Liliefors yang berguna untuk menguji apakah suatu sampel
berasal dari suatu populasi dengan distribusi tertentu, terutama distribusi normal.
Prosedurnya:
1. Pengamatan x1, x2, …, xn dijadikan bilangan baku z1, z2, …, zn dengan
menggunakan rumus:
̅
𝒙𝒊 −𝒙
zi = 𝒔

dimana 𝑥̅ dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku


sampel.
2. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal,
kemudian dihitung peluang F(zi) = P (z ≤ zi).
3. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, …, zn yang lebih kecil atau sama dengan
zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka:
𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂 𝐳𝟏,𝐳𝟐,…,𝐳𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 ≤𝐳𝐢
S(zi) = 𝒏

21
4. Hitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
5. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.
Sebut harga terbesar ini L0.
Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, kita bandingkan L0 dengan
nilai kritisnya untuk taraf nyata 𝛼 = 0,05. Kriterianya adalah tolak hipotesis nol
bahwa populasi berdistribusi normal jika L0 yang diperoleh dari data pengamatan
melebihi nilai kritisnya. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima.
5. Menghitung uji homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah sampel-sampel tersebut
berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Dalam bahasa statistik, uji ini
digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi
yang sama atau tidak.
Dalam penelitian ini uji homogenitas yang digunakan adalah uji Bartlett
dengan prosedur sebagai berikut.
a. Hipotesis
H0 : 𝜎12 = 𝜎22 = … = 𝜎𝑘2 (populasi yang homogen)
H1 : ada dua variansi yang tidak sama (populasi yang tidak homogen)
b. Misalkan sampel berukuran n1, n2, …, nk dengan data Yij (i = 1,2,…,k dan j =
1,2,…,nk) dan hasil pengamatan telah disusun. Selanjutnya sampel-sampel
dihitung variansnya masing-masing yaitu s12, s22, …, sk2
c. Hitung nilai yang dibutuhkan:
Varians gabungan dari semua sampel
⅀(𝒏𝒊 −𝟏)𝒔𝟐𝒊
s2 = ⅀(𝒏𝒊 −𝟏)

Harga satuan B dengan rumus:


B = (log s2) ⅀(ni – 1)
d. Uji Bartlett digunakan rumus statistik chi-kuadrat yaitu:
x2 = (ln 10) {B - ⅀(ni – 1) log si2}
dengan ln 10 = 2,3036
Dengan taraf nyata 𝛼 = 0,05, kita tolak H0 jika x2 ≥ x2(1 – a)(k – 1), dimana
x2(1 – a)(k –1) didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1 – 𝛼 ) dan
dk = ( k – 1).

22
6. Pengujian hipotesis
H0 : 𝜇 1 = 𝜇 2 , berarti hasil belajar matematika siswa dengan
menggunakan model pembelajaran van hiele sama dengan
hasil belajar matematika siswa tanpa menggunakan alat
peraga.
H1 : 𝜇 1 > 𝜇2 , berarti hasil belajar matematika siswa dengan
menggunakan model pembelajaran van hiele lebih baik
daripada hasil belajar matematika siswa menggunakan
model pembelajaran klasikal

Untuk menguji hipotesis dapat digunakan statistik dibawah ini.

̅𝒙̅̅𝟏̅−𝒙
̅̅̅𝟐̅
t= 𝟏 𝟏
𝒔√ +
𝒏𝟏 𝒏𝟐

(𝑛1 – 1)𝑠12 + (𝑛2 − 1)𝑠22


Dengan s2 = 𝑛1 + 𝑛2 − 2

Dimana:
𝑥1 = rata-rata dari kelompok kelas eksperimen yang menggunakan van hiele
̅̅̅
𝑥2 = rata-rata dari kelompok kelas kontrol tanpa menggunakan van hiele
̅̅̅
s = standar deviasi gabungan
n1 = jumlah anggota sampel yang menggunakan van hiele
n2 = jumlah anggota sampel tanpa menggunakan van hiele
s1 = standar deviasi kelompok kelas eksperimen yang menggunakan van hiele
s2 = standar deviasi kelompok kelas kontrol tanpa menngunakan van hiele
Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika t ≥ t1 -𝛼dimana𝛼 = 0,05 , t1 -

𝛼didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n - 1) dan peluang (1 – 𝛼).

3.7 Jadwal Penelitian


Penelitian ini direncanakan akan berlangsung kurang lebih 4 bulan
terhitung mulai bulan penanda tanganan kontrak penelitian. Secara rinci jadwal
kegiatan penelitian tertera pada tabel berikut:

Tabel 3.7 Jadwal Penelitian di SMP N. 18 Kota Jambi :

23
oktober November
No JENIS KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4
Pengurusan izin dan persiapan
1 X
penelitian

2 Penyusunan rencana penelitian X


Pengumpulan data awal dan
3 X
analisis kebutuhan

4 Desain perangkat pembelajaran X


Pengembangan intrumen
5 X
penelitian

6 Uji coba instrumen X

7 Seminar hasil penelitian X

8 Penyusunan laporan akhir X

3.8 Anggaran Penelitian


Berdasarkan tahapan penelitian yang ada maka perencanaan rincian
anggaran biaya untuk kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8 Anggaran penelitin di SMP N. 18 Kota Jambi :

Banyak
NO Keterangan Harga satuan Jumlah harga
barang

1 Transportasi Rp 8.500 3 liter Rp 25.500

2 Foto Copy Soal Rp 500 60 lembar Rp 30.000

Foto copy proposal


3 Rp 150 30 lembar Rp 6.500
+ jilid

4 Kertas HVS Rp 50.000/Rim 1 Rp 50.000

5 ATK Rp 15.000 Rp 15.000

7 Biaya tak terduga Rp 100.000 Rp 100.000

Jumlah harga keseluruhan Rp 227.000

24
Penelitian ini tidak melibatkan penelitian lembaga melainkan penelitian pribadi,
sehingga sumber dana yang didapat ialah dari peneliti itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

25
Ashar., S. Rochaminah, dan G. Sugita, 2016. Penerapan langkah-langkah teori van
hiele untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Hubungangaris
dan sudut di kelas VII SMP NegeriSatu Atap Lik Layana Indah. 03(03).
292-302.

Fitri, R., Helma., Hendra ,dan Syarifuddin, 2014. Penerapan Strategi The Firing
Line Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Xi Ips Sma Negeri 1
Batipuh.3(1):18-22.

Manik, Dame Rosida. 2009. Penunjang Matematika Untuk SMP/MTs kelas 7.


Jakarta. Sari Ilmu Pratama

Mika., I. P. N., I N. Murdiana, dan Sukayasa. 2016. Penerapan Model


Pembelajaran Van Hiele Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Keliling Dan Luas Daerah Layang Layang Di Kelas Vii Smp
Negeri 12 Palu. 3(3):335-345.

Purwoko. 2012. “Teori Belajar Van Hiele”. dalam Pengembangan


Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: SEAM OLEC

Rahayu, Endah Budi. Dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika
SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta. PPDPN

Uno, Hamzah B. dan Kuadrat, Masri.2014. Mengelola Kecerdasan dala


Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Ude,A., W, Sukayasa., dan T. S.Karniman. 2016. Penerapan ModelPembelajaran


Van Hiele Untuk. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kubus
Dan Balok Di Kelas Viii Mts Alkhairaat Pusat Palu. 5(3):98-109

26

Anda mungkin juga menyukai