Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peran penting dalamkehidupan
manusia dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).Kemajuan dan
perkembangan tersebut berkaitan dengan cara dan kemampuanberpikir. Pembelajaran
matematika merupakan salah satu pembelajaran yangdapat melatih dan mengembangkan
kemampuan berpikir.
Matematika adalah ilmu pengetahuan yang sangat penting. Bukan tanpa alasan
matematika diberikan di semua jenjang pendidikan. Dalam standar isi untuk
satuanpendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika (Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tanggal 23 mei 2006 tentang standar isi)
dijelaskan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai
dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Adapun tujuan matematika sekolah, khusus di Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah
Ibtidiyah (MI) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep danmengaplikasikan konsep
atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, 2)
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematikadalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika, 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancangmodel matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang
diperoleh, 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lainuntuk memperjelas keadaan atau masalah, dan 5) Memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitumemiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan
minat dalam mempelajari matematika,serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Namun penyampaian konsep dalam pembelajaran matematika SD saat ini pada
umumnya hanya bersifat sebagai penyampaian informasi, tanpa banyak melibatkan siswa
untuk dapat membangun sendiri pemahamannya. Padahal pemahaman matematis itu
penting, seperti dikemukakan oleh Santrock (2008) bahwa pemahaman konsep adalah
aspek kunci dari pembelajaran. Demikian pula, pemahaman matematis merupakan
landasan penting untuk berpikir dalam menyelesaikan persoalan-persoalan matematika
maupun masalah kehidupan nyata. Selain itu, kemampuan pemahaman matematis sangat
mendukung pada pengembangan kemampuan matematis lainnya, yaitu pemecahan
masalah, komunikasi, koneksi, penalaran, berpikir logis, berpikir kritis, dan berpikir
kreatif matematis.Jadi pemahaman matematis merupakan kemampuan matematis yang
sangat penting dan harus dimiliki siswa dalam belajar matematika. Hudoyo (2003)
menyatakan “Tujuan belajar matematika adalah agar pengetahuan yang disampaikan
dapat dipahami peserta didik.” Artinya siswa bisa memahami materi matematika itu
secara konsep.
Dalam kenyataannya, kemampuan pemahaman konsep matematis yang dimiliki oleh
siswa di Indonesia tergolong masih rendah. Hal ini diperoleh darihasil studi Trends in
Student Achievement in Mathematics and Science (TIMSS) tahun 2015. Skor rata-rata
prestasi matematika berdasarkan studi TIMSSmenunjukkan bahwa Indonesia berada pada
posisi 44 dari 49 negara yang disurveidengan skor rata-rata siswa Indonesia yaitu 397.
Lebih lanjut, dari hasil studiProgram for International Student Assessment (PISA) tahun
2015 jugamemberikan hasil yang serupa. Skor rata-rata prestasi literasi
matematikaberdasarkan studi PISA menunjukkan bahwa Indonesia berada pada posisi 62
dari 70 negara yang disurvei dengan skor rata-rata yaitu 386.4 Rangking tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan hasil belajar matematika di Indonesia masihtergolong
rendah dibanding rata-rata skor internasional yaitu 490.
Peneliti juga melakukan observasi awal semester genap di MI Sunan Kalijogo
Kendalrejo, mendapatkan beberapa informasi terkait kemampuan siswa dalam memahami
sebuah konsep dan materi matematika, di antaranya : 1) siswa sering lupa terhadap materi
lama yang telah diajarkan sebelumnya, padahal materi itu memiliki keterkaitan dengan
materi baru yang akan diajarkan. 2) siswa masih susah untuk memahami soal cerita yang
terkesan panjang, 3) siswa lebih suka mengerjakan soal dalam kategori mudah, dan 4)
siswa sering merasa bosan mengikuti pembelajaran matematika dengan metode
pembelajaran yang konvensional atau ceramah.
Kubus dan balok merupakan salah satu materi geometri yang diajarkanuntuk siswa
SD kelas V. Pada materi tersebut, siswa mengalami kesulitan dalammenyelesaikan soal
karena kurangnya pemahamansiswa pada materi sebelumnya tentang geometri di kelas IV
yaitu tentang bangun datar. Siswa belum memiliki pemahaman konsep secara matematis
yang matang tentang apa itu bangun datar, juga dalam aplikasinya.
Kesulitan tersebut disebabkan karena siswa terbiasa menghafal rumus dan siswa
belum terbiasa untuk belajar mengetahui bagaimana suatu rumus didapat, sehingga siswa
yang tidak ingat rumus akan merasa kesulitan dalammenyelesaikan soal. Effendi
menyatakan bahwa siswa hanya fokus padaketerampilan berhitung seperti penjumlahan,
pengurangan, perkalian danpembagian sejumlah bilangan. Faktor lainnya, yaitu
kebanyakan siswa memahamikonsep matematis yang baru tanpa didasari pemahaman
mengenai konsepmatematis sebelumnya.Kondisi tersebut bertentangan dengan
hakikatmatematika, yaitu bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang hierarki, dimana
terdapat keterkaitan antara satu konsep dengan konsep lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa pemahaman konsep matematis siswa
perlu diperhatikan. Hal ini juga terlihat dari hasil belajar siswadalam matematika yang
masih belum menunjukkan adanya kemampuanpemahaman konsep yang baik. Untuk
mencapai atau meningkatkan pemahamankonsep siswa dalam matematika bukanlah suatu
hal yang mudah. Hal ini,dikarenakan pemahaman terhadap suatu konsep matematika
harus dilakukansecara individual. Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda
dalammemahami konsep-konsep matematika. Namun demikian, peningkatanpemahaman
konsep matematika perlu diupayakan demi keberhasilan siswa dalam belajar.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru dituntut untuk
profesional dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Olehkarena itu, guru
harus mampu mendesain pembelajaran matematika dengan metode, model, strategi atau
pendekatan yang mampu menjadikan siswa sebagaisubjek belajar bukan lagi objek
belajar.
Di antara model pembelajaran yang dapat mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran matematika adalah model pembelajaran yang berlandaskan pada paham
kontruktivisme.Pada paham kontruktivisme, suatu pendekatan yang pada
dasarnyamenekankan pentingnya siswa untuk membangun sendiri pengetahuan
merekalewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Siswa perlu dibiasakan
untukmemecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, danbergelut
dengan ide.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang menganut paham konstruksivisme di mana
siswa membangun sendiri kemampuannya adalahpendekatan inkuiri yaitu suatu rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankanpada proses berpikir secara kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukansendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Menurut Piaget dalam Sanjaya menyatakan bahwa “pengetahuan itu akanlebih
bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa”.Pada prosesinkuiri siswa
dituntut merumuskan permasalahan, mengolahnya, kemudianmemecahkannya, sehingga
mereka dapat menemukan sendiri konsep-konsep atauprinsip yang sesuai.Disisi lain,
siswa belajar mengalami bukan menghafal, mengingatpengetahuan bukan sebuah
perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang dikontruksi oleh
siswa. Namun demikian, dalam pembelajaransiswa tidak bisa menemukan sendiri
pengetahuannya, melainkan harus denganarahan dan bantuan guru sehingga pembelajaran
inkuiri yang dirasa tepat dalampembelajaran di tingkat SD/MI adalah pembelajaran
inkuiri terbimbing dimanasiswa diarahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari
serangkaian aktifitasyang dilakukan sehingga siswa seolah-olah menemukan sendiri
pengetahuantersebut.
Hal ini telah dibuktikan oleh berbagai penelitian, salah satu penelitianyang
mengungkapkan bahwa kemampuan pemahaman konsep dapat diasah dandikembangkan
dengan pembelajaran inkuiri terbimbing adalah penelitian Ariska Azmi (2019) yang
berjudul “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP”. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa pendekatan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP, sehingga kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa SMP yang diajarkan dengan pendekatan inkuiri
terbimbing lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP
yang diajarkan dengan non inkuiri terbimbing.
Selain itu, bahan ajar sebagai media untuk pembelajaran matematika di sekolah
terbatas, yaitu hanya modul bahan ajar dari salah satu penerbit. Modul tersebut kurang
menarik karena kurangnya materi pendukung dan tulisan serta gambar kurang menarik
bagi siswa. Pemahaman matematis siswa kurang terasah jika tidak ada buku penunjang
lain sebagai media pembelajaran yang lebih menarik dan sesuai dengan karakteristik
siswa.
Salah satu bahan ajar cetak yang menarik serta efektif dan efisien karena bisa
dipelajari secara mandiri maupun dengan bimbingan guru adalah modul. Dalam buku
Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (2004)yang diterbitkan oleh Diknas, modul
diartikan sebagai sebuah buku `yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar
secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Modul juga dimaknai sebagai
seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis, sehingga penggunanya dapat
belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator atau guru. Dengan demikian, sebuah modul
harus dapat dijadikan sebagai bahan ajar sebagai pengganti fungsi pendidik, yang dapat
menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima peserta didik.
Dari uraian di atas, timbullah masalah apakah penggunaan modul berbasis pendekatan
inkuiri erbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa dalam
materi bangun ruang. Berdasarkan masalah di atas, peneliti tertarikuntuk melakukan
penelitian dengan judul: “Pengembangan Modul Matematika Berbasis Inkuiri Terbimbing
Pada Materi Bangun Ruang Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa Kelas V MI Sunan Kalijogo Kendalrejo Kabupaten Blitar”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalahadalah:
1. Bagaimana proses pengembangan modul matematika berbasisinkuiri terbimbing pada
materi bangun ruang untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa
kelas V MI Sunan Kalijogo Kendalrejo?
2. Apakah modul matematika berbasisinkuiri terbimbingyang dikembangkanmemenuhi
kriteria dilihat dari validitas, praktikalitas, dan efektivitas?
3. Apakah modul matematika berbasisinkuiri terbimbing yang telah dikembangkan dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa kelas V MI Sunan Kalijogo
Kendalrejo?

1.3 TUJUAN PENGEMBANGAN


Adapun tujuan penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah diatas :
1. Mengembangkan modul matematika berbasis inkuiri terbimbing pada materi bangun
ruang untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematissiswa kelas V MI
Sunan Kalijogo Kendalrejo.
2. Menghasilkan modul matematika berbasis inkuiri terbimbingyang valid, praktis, dan
efektif untuk siswa kelas V MI Sunan Kalijogo Kendalrejo.
3. Menghasilkan modul matematika berbasis inkuiri terbimbing yang dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa kelas V MI Sunan Kalijogo
Kendalrejo.

1.4 MANFAAT PENGEMBANGAN


Modul Matematika berbasis berbasis inkuiri terbimbing yang telah dikembangkan dapat
bermanfaat:
1. Bagi siswa
a. Memberikan pengalaman baru dan mendorong siswa untuk dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman matematis, sehingga pembelajaran dapat berjalan lebih
aktif dan bermakna.
b. Dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa sehingga diharapkan
dapat menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi guru
a. Sebagai pedoman untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa
dalam materi lainnya.
b. Sebagai pedoman dalam merancang RPP, bahan ajar, dan lembar evaluasi mengenai
pemahaman matematis siswa secara khusus.
c. Sebagai alternatif dalam mempersiapkan proses pembelajaran matematika khususnya
untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa dan umumnya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah.
3. Bagi peneliti
a. Dapat membuat modul matematika berbasis inkuiri terbimbing yang valid, praktis
dan efektif.
b. Mendapat pengetahuan dan keterampilan dalam merancang modul matematika
berbasis inkuiri terbimbing.

1.5 SPESIFIKASI PRODUK PENGEMBANGAN

1.6 KETERBATASAN PENGEMBANGAN

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI


2.1.1 Modul
A. Pengertian Modul
Dalam buku Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (2004) yang diterbitkan
oleh Diknas, modul diartikan sebagai sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta
didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Dengan demikian,
sebuah modul dapat dijadikan sebagai bahan ajar dengan fungsi dapat menjelaskan sesuatu
dengan bahasa yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
usianya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, modul adalah kegiatan program belajar
mengajar yang dapat dipelajari oleh peserta didik dengan bantuan yang minimal dari guru
atau dosen pembimbing, meliputi perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas,
penyediaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan dan alat untuk penilai, serta pengukuran
keberhasilan peserta didik dalam penyelesaian pelajaran. Jadi modul memuat komponen-
komponen pembelajaran yang jelas seperti perencanaan tujuan, materi, dan penilaian agar
peserta didik dapat secara mandiri menggunakannya.
Hal serupa juga dikemukakan oleh St. Vembriarto (1985) dalam buku yang berjudul
Pengantar Pengajaran Modul, modul adalah suatu unit program kegiatan belajar mengajar
terkecil yang secara terperinci menggariskan hal-hal seperti tujuan instruksional umum, topik,
tujuan instruksional khusus, pokok materi, kedudukan dan fungsi satuan modul, peranan
guru, alat dan sumber belajar, kegiatan belajar, lembaran kerja, serta program evaluasi.
Sementara itu, Surahman (2010:2) mengatakan bahwa modul adalah satuan program
pembelajaran terkecil yang dapat dipelajari oleh peserta didik secara perorangan (self
instructional); setelah menyelesaikan satu satuan dalam modul, selanjutnya peserta didik
dapat melangkah maju dan mempelajari satuan modul berikutnya. Sedangkan modul
pembelajaran yang dikembangkan di Indonesia merupakan suatu paket bahan ajar yang
memuat tujuan pembelajaran, petunjuk pembelajaran, materi, kunci jawaban, dan penilaian.
Dari beberapa pandangan yang sudah disebutkan di atas, penulis menyimpulkan
bahwa modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis sesuai dengan
karakteristik peserta didik, agar mereka dapat belajar dengan bantuan guru maupun secara
mandiri, sehingga mereka dapat menguasai materi serta mengerjakan penilaian yang ada
dengan baik. Kemudian setelah peserta didik menguasai suatu materi pada satu satuan modul,
mereka dapat melanjutkan materi pada satu satuan modul tingkat berikutnya, dan begitu
seterusnya sampai selesai, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai oleh peserta didik.

B. Fungsi, Tujuan, dan Kegunaan Modul


1. Fungsi Modul
Sebagai salah satu bentuk bahan ajar cetak, modul memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Bahan ajar mandiri
Modul dalam proses pembelajaran berfungsi meningkatkan kemampuan peserta didik
untuk belajar sendiri tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik.
b. Pengganti fungsi pendidik
Modul sebagai bahan ajar mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan
mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka. Jadi
modul bisa berfungsi sebagai pengganti fungsi atau peran pendidik.
c. Alat evaluasi
Dengan modul, peserta didik dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat
penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari.
d. Bahan rujukan
Modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik sebagai
bahan rujukan mereka.
2. Tujuan Modul
Adapun tujuan penyusunan atau pembuatan modul antara lain sebagai berikut:
a. Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan
pendidik.
b. Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran.
c. Melatih kejujuran peserta didik.
d. Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta didik.
e. Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah
dipelajari.
3. Kegunaan Modul
Menurut Belawati, dkk (2003) dalam buku yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar,
Andriani menyatakan kegunaan modul dalam proses pembelajaran antara lain sebagai
berikut:
a. Penyedia informasi dasar.
b. Bahan instruksi atau petunjuk bagi peserta didik.
c. Bahan pelengkap dengan ilustrasi dan foto yang komunikatif.
d. Menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik.
e. Menjadi bahan untuk berlatih bagi peserta didik dalam melaksanakan penilaian
sendiri (self assessment).

C. Karakteristik Modul
Setiap ragam bentuk bahan ajar pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik
tertentu yang membedakannya dengan bentuk bahan ajar yang lain. Begitu pula dengan
modul, bahan ajar ini memiliki karakteristik tertentu. Menurut Nur Mohammad (2010) dalam
tulisannya berjudul Pengembangan Bahan Ajar, modul memiliki beberapa karakteristik
antara lain sebagai berikut:
a. Modul dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri.
b. Merupakan program pembelajaran yang utuh dan sistematis.
c. Mengandung tujuan, bahan atau kegiatan, dan evaluasi.
d. Disajikan secara komunikatif (dua arah).
e. Diupayakan dapat mengganti beberapa peran pengajar.
f. Cakupan batasan terfokus dan terukur.
g. Mementingkan aktivitas belajar pemakai.
Sedangkan menurut Vembriarto (1985:36), modul memiliki lima karakteristik sebagai
berikut:
a. Modul merupakan unit (paket) pengajaran terkecil dan lengkap.
b. Modul memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematis.
c. Modul memuat tujuan belajar yang dirumuskan secara eksplisit dan spesifik.
d. Modul memungkinkan siswa belajar sendiri (independent)
e. Modul adalah realisasi pengakuan perbedaan individual, yakni salah satu perwujudan
pengajaran individual.

D. Jenis-Jenis Modul
1. Menurut Penggunanya
Dilihat dari penggunanya, modul terbagi menjadi dua macam yaitu:
a. Modul untuk peserta didik
Modul yang berisi kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik.
b. Modul untuk pendidik
Modul yang berisi petunjuk pendidik, tes akhir modul, dan kunci jawaban tes akhir
modul.
2. Menurut Tujuan Penyusunannya
Menurut Vembriarto (1985), modul dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Modul Inti
Modul inti adalah modul yang disusun dari kurikulum dasar, yang merupakan
tuntutan dari pendidikan dasar umum yang diperlukan oleh seluruh warga negara
Indonesia. Modul pengajaran ini merupakan hasil penyusunan dari unit-unit program
yang disusun menurut tingkat (kelas) dan bidang studi (mata pelajaran). Adapun unit-
unit program itu sendiri diperoleh dari hasil penjabaran kurikulum dasar. Kurikulum
dasar disusun guna memberikan pendidikan dasar umum yang terdiri atas
pengetahuan, keterampilan fisik dan intelektual, serta sikap.
b. Modul Pengayaan
Modul pengayaan adalah modul hasil dari penyusunan unit-unit program
pengayaan yang berasal dari program pengayaan yang bersifat memperluas (dimensi
horisontal) dan atau memperdalam (dimensi vertikal) program pendidikan dasar yang
bersifat umum tersebut. Modul ini disusun sebagai bagian dari usaha untuk
mengakomodasi peserta didik yang telah menyelesaikan dengan baik program
pendidikan dasarnya mendahului teman-temannya. Dengan adanya modul pengayaan
ini, lembaga pendidikan tidak akan menghambat peserta didik yang proses belajarnya
cepat.

E. Unsur-Unsur Modul
Modul sebagai bahan ajar berisi beberapa unsur yaitu sebagai berikut:
1. Judul
Bagian ini berisi identitas nama modul dari suatu mata pelajaran tertentu.
2. Petunjuk belajar
Bagian ini berisi petunjuk bagi pendidik maupun peserta didik. Di dalamnya
dijelaskan tentang bagaimana pendidik sebaiknya mengajarkan materi kepada peserta
didik dan bagaimana peserta didik sebaiknya mempelajari materi yang ada dalam
bahan ajar tersebut.
3. Kompetensi yang akan dicapai
Maksudnya adalah kompetensi atau tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik
meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator pencapaian hasil
belajar yang harus dikuasai peserta didik.
4. Informasi pendukung
Informasi pendukung merupakan berbagai informasi tambahan yang dapat
melengkapi bahan ajar, sehingga peserta didik akan semakin mudah untuk menguasai
pengetahuan yang akan mereka peroleh, serta pengetahuan yang diperoleh akan
semakin komprehensif.
5. Latihan-latihan
Merupakan suatu bentuk tugas yang diberikan kepada peserta didik untuk melatih
kemampuan mereka setelah mempelajari bahan ajar, sehingga kemampuan tersebut
akan semakin terasah dan terkuasai secara matang.
6. Petunjuk kerja atau lembar kerja
Petunjuk kerja atau lembar kerja adalah satu lembar atau beberapa lembar kertas
berisi sejumlah langkah prosedural cara pelaksanaan aktivitas atau kegiatan tertentu
yang harus dilakukan oleh peserta didik berkaitan dengan praktik dan lain sebagainya.
7. Evaluasi
Merupakan salah satu bagian dari proses penilaian yang terdapat sejumlah pertanyaan
yang ditujukan kepada peserta didik untuk mengukur seberapa jauh penguasaan
kompetensi yang berhasil mereka kuasai setelah mengikuti proses pembelajaran,
sehingga kita dapat mengetahui efektivitas bahan ajar yang kita buat ataupun proses
pembelajaran yang kita selenggarakan.
Di samping struktur modul semacam itu, ada struktur modul lain yang dikemukakan oleh
para pakar, dua di antaranya disampaikan oleh Surahman dan Vembriarto.
1. Struktur Modul Menurut Surahman
Dalam pandangan Surahman (2010:2), ternyata modul dapat disusun dalam struktur
sebagai berikut.
a. Judul modul
b. Petunjuk umum
c. Materi modul
d. Evaluasi semester
2. Struktur Modul Menurut Vembriarto
Menurut Vembriarto (1985:37-38) dalam tulisannya berjudul Pengantar Pengajaran
Modul, unsur-unsur modul yang sedang dikembangkan di Indonesia meliputi tujuh
unsur sebagai berikut.
a. Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik.
b. Petunjuk untuk pendidik
c. Lembaran kegiatan peserta didik
d. Lembaran kerja bagi siswa
e. Kunci lembaran kerja
f. Lembaran evaluasi
g. Kunci lembaran evaluasi

F. Langkah-Langkah Penyusunan Modul


Dalam menyusun sebuah modul, ada empat tahapan yang harus kita lakukan yaitu
sebagai berikut.
1. Analisis kurikulum
2. Menentukan judul modul
3. Pemberian kode modul
4. Penulisan modul
a. Perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai
b. Penentuan alat evaluasi atau penilaian
c. Penyusunan materi
d. Urutan pengajaran
e. Struktur bahan ajar modul

G. Pengembangan Modul
Kita seharusnya mampu mengembangkan modul menjadi bahan ajar yang inovatif
dan dibangun secara kreatif, sehingga modul mampu menjadi bahan ajar yang menarik dan
memotivasi peserta didik untuk belajar. Berkaitan dengan hal tersebut, Rowntree menjelaskan
ada sembilan aspek yang harus kita perhatikan pada saat mengembangkan modul yaitu:
1. Membantu pembaca untuk menemukan cara mempelajari modul.
2. Menjelaskan hal-hal yang perlu pembaca persiapkan sebelum mempelajari modul.
3. Menjelaskan hal-hal yang diharapkan dari pembaca setelah mereka selesai
mempelajari modul.
4. Memberi pengantar tentang cara pembaca menghadapi atau mempelajari modul.
5. Menyajikan materi sejelas mungkin, sehingga pembaca dapat mengaitkan materi yang
dipelajari dari modul dengan pengetahuan sebelumnya.
6. Memberi dukungan kepada pembaca agar berani mencoba segala langkah yang
dibutuhkan untuk memahami materi modul.
7. Melibatkan pembaca dalam latihan serta kegiatan yang akan membuat mereka
berinteraksi dengan materi yang sedang dipelajari.
8. Memberikan umpan balik (feedback) pada latihan dan kegiatan yang dilakukan
pembaca.
9. Membantu pembaca untuk meringkas dan merefleksikan apa yang sudah mereka
pelajari dari modul.
Di samping itu, Rowntree juga mengungkapkan empat tahapan dalam pengembangan
modul yaitu sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
2. Memformulasikan garis besar materi
3. Menuliskan materi
Ada empat hal penting yang harus kita perhatikan yaitu:
a. Menentukan materi yang akan ditulis
b. Menentukan gaya penulisan
c. Menentukan banyaknya kata yang digunakan
d. Menentukan format dan tata letak (layout)
1. Penentuan tampilan modul
2. Penentuan format modul
4. Menentukan format dan tata letaknya

2.1.2 Matematika
2.1.3 Inkuiri Terbimbing
2.1.4 Bangun Ruang
2.1.5 Kemampuan Pemahaman Matematis

2.2 PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN


2.3 KERANGKA BERPIKIR
BAB III
METODE PENGEMBANGAN

3.1 MODEL PENGEMBANGAN


3.2 PROSEDUR PENGEMBANGAN
3.3 SUMBER DATA DAN SUBJEK PENELITIAN
3.4 TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
3.5 UJI KEABSAHAN DATA
3.5.1 UJI VALIDITAS
3.5.2 UJI RELIABILITAS
3.6 TEKNIK ANALISA DATA

Anda mungkin juga menyukai