Anda di halaman 1dari 12

MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTICPADA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)

Meilida Eka Sari


Seketaris Prodi PGMI IAI Al- Azhaar Lubuklinggau
meilidaekasari@gmail.com

Abstrak
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik dalam aspek terapan maupun
aspek penalaran, mempunyai peranan yang penting dalam upaya penguasaan
ilmu dan teknologi. Indikasi pentingnya matematika dapat dilihat
daripembelajaran matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan
di setiap jenjang pendidikan terutama salah satunya pada pembelajaran
matematika Madrasah Ibtidaiyah (MI). Siswa perlu diberi kesempatan agar dapat
mengkontruksi dan menghasilkan matematika dengan cara dan bahasa mereka
sendiri melalui guru sebagai mediator pembelajaran, dengan optimalisasi
pengetahuan siswa dari objek lingkungan sekitar memunculkan adanya
pembelajaran matematika yang bersifat nyata yang disebut Realistic Mathematics
Education. Realistic Mathematics Education di Indonesia lebih dikenal sebagai
Pendekatan Matematika Realistik.

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Matematika Realistic, MI

Pendahuluan
Matematika merupakan bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sehingga fungsi
teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.1 Matematika adalah ilmu dasar
yang menunjang ilmu yang lain dalam pengaplikasiannya oleh karena itu
pemahaman matematika dengan benar akan berimplikasi terhadap kemampuan
dalam mengakaji beberapa ilmu yang berkaitan dengan matematika. Sejak kapan
matematika sebaiknya harus dipelajari adalah sebuah pertanyaan yang ditanyakan
oleh sebagian orang. belajar matematika sebaiknya dimulai dari lingkungan
keluarga. namun yang paling tepat adalah penguasaan dan pemahaman

1
Abdurrahman Mulyono,Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), hal 252

705
pembelajaran matematika memang sebaiknya ditanamkan sejak anak masih duduk
dibangku sekolah dasar atau sekolah madrasa.
Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih
menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam
pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke
siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung
monoton sehingga mengakibatkan peserta didik merasa jenuh dan tersiksa.
Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru
hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode dan
model yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang
direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu
pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya,
kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik,
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-
sumber belajar yang ada.
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik dalam aspek terapan
maupun aspek penalaran, mempunyai peranan yang penting dalam upaya
penguasaan ilmu dan teknologi. Indikasi pentingnya matematika dapat dilihat
daripembelajaran matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan di
setiap jenjang pendidikan. Pendidikan matematika yang masih jauh dari harapan
tersebut ternyata dibarengi dengan aktivitas siswa yang kurang terlibat aktif dalam
proses pembelajaran matematika.
Pada tahap pengembangan kegiatan inti pembelajaran, ketika penyajian
konsep dan demonstrasi keterampilan matematis melalui pembahasan contoh soal,
hanya segelintir siswa saja yang dapat diajak berkomunikasi, dalam arti dapat
menjawab pertanyaan atau mengajukan pertanyaan. Sebagian besar siswa takut
mengemukakan pendapat atau gagasan di hadapan guru, padahal guru sudah
membuka kesempatan untuk bertanya, menjawab atau memberi tanggapan atas
penjelasan yang sudah disampaikan.
Sejalan dengan paradigma baru pendidikan di Indonesia yang lebih
menekankan pada siswasebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan

706
berkembang. Siswa perlu diberi kesempatan agar dapat mengkontruksi dan
menghasilkan matematika dengan cara dan bahasa mereka sendiri melalui guru
sebagai mediator pembelajaran. Optimalisasi pengetahuan siswa dari objek
lingkungan sekitar memunculkan adanya pembelajaran matematika yang bersifat
nyata yang disebut Realistic Mathematics Education.
Realistic Mathematics Education di Indonesia lebih dikenal sebagai
Pendekatan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan yang bertujuan
memotivasi siswa untuk memahami konsep matematika dengan mengaitkan
konsep tersebut dengan permasalahan dalam kehidupan sehari - hari. Oleh karena
itu, permasalahan yang digunakan dalam pembelajaran dengan Pendekatan
Matematika Realistik harus mempunyai keterkaitan dengan situasi nyata yang
mudah dipahami dan dibayangkan oleh siswa MI sehingga dapat meningkatkan
struktur pemahaman matematika siswa.
Pembahasan
Pembelajara Matematika
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang
mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan. Kegiatan tersebut adalah
belajar dan mengajar, kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi
suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara siswa dengan guru, antara siswa
dengan siswa dan siswa dengan lingkungan disaat pembelajaran matematika
sedang berlangsung.2
Matematika adalah mata pelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian orang,
hal tersebut tak lepas dari bidang kajian matematika yang dominan tentang rumus
dan angka-angka sehingga bagi sebagian orang menganggap pembelajaran
metematika kelihatan rumit dan butuh teknik khusus dalam mempelajarinya.
Pembelajaran matematika memang bersifat abstrak sehingga butuh perantara atau
media khusus dalam mengajarkan matematika.

2
Nirmala. Pembelajaran Matematika dengan PendekatanPemecahan Masalah untuk
Meningkatkan KemampuanPemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SekolahDasar.
(Bandung: Tesis UPI. 2009), hal 15

707
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berfikirlogis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, sertakemampuanbekerjasama.
Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada
keadaan yang selalu berubah, tidakpasti, dan kompetitif.3

Mata pelajaranmatematikamemilikitujuansebagaiberikut:4

a. Konsepmatematika

Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan


mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakanpenalaran

Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi


matematika dalam membuat generasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan
dan pernyataan matematika.

c. Memecahkanmasalah

Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memhami masalah,


merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkansolusi yang
diperoleh.

d. Mengomunikasigagasan

Mengomunikasigagasandengansimbol, tabel, diagram, atau media lain


untukkeadaanataumemperjelasmasalah.

3
BSNP, Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untukSatuan Pendidikan
Dasar dan Menengah,(Jakarta :BSNP,2006), hal 146
4
BSNP, Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untukSatuan Pendidikan
Dasar dan Menengah,(Jakarta :BSNP,2006), hal 147

708
Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI
meliputi aspek- aspek sebagai berikut: bilangan, geometri dan pengukuran,
pengolahan data.
Model Pembelajaran Matematika Realistic
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran. Kognitif dapat diartikan sebagai
pengetahuan yang luas, daya nalar, kreativitas, perkembangan berbahasa, serta
daya ingat. pikiran dan melalui pikiran dapat digunakan dengan cepat dan tepat
untuk mengatasi suatu situasi untuk memecahkan masalah.5
Penggunaaan model pembelajaran yang tepat dapat menimbulkan rasa
senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi
dalam mangerjakan tugas memberikan kepada siswa memperoleh hasil belajar
yang baik, dalam hal ini guru memiliki peran penting dalam mengorganisasikan
dan mengatur lingkungan belajar siswa.6
Teori Pembelajaran Matematika Realistic pertama kali diperkenalkan dan
dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh institute Freudenthal.
Pembelajaran Matematika Realistic telah dikembngkan dan diujicobakan selama
33 tahun di Belanda dan terbukti berhasil merangsang penalaran dan kegiatan
berpikir siswa.7Pembelajaran Matematika Realisticpadadasarnya adalah
pemanfaatan realita danlingkungan yang dipahami peserta didik
untukmemperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai tujuan
pendidikanmatematika secara lebih baik daripada masalalu.8

Prinsip dan KarakteristikPembelajaranMatematikaRealistik

5
Mayke S. Tedja Saputra, Bermain, Mainan dan Permainan, (Jakarta: PT Grasindo,2001),
hal 25
6
Anurrahman,Belajar dan pembelajaran, (Bandung : Penerbit Alfabeta. 2009), hal 143
7
Hobri,Model - Model Pembelajaran Inovatif, (Jember: Center for Society Studies, 2009),
hal 160
8
Soedjadi, R.,Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan dalam Pembelajaran
Matematika.(Makalah disajikan pada Seminar Nasional Realistic Mathematics Education di
FMIPA UNESA. 2001), hal 2

709
GravemeijermengemukakantigaprinsipkunciPembelajaranMatematikaRealis
tik, yaitu.9

1) Penemuankembalisecaraterbimbingmelaluimatematisasiprogresif(Guided
Reinvention Through Progressive Mathematizing).

Menurutprinsip“Guided
Reinvention”,siswaharusdiberikesempatanmengalami proses yang samadengan
proses yang dilalui para ahliketikakonsep -konsepmatematikaditemukan.

2) Fenomenadidaktik(Didactical Phenomenology).

Menurutprinsipfenomenadidaktik, situasi yang


mejaditopikmatematikadiaplikasikanuntukdiselidikiberdasarkanduaalasan; (1).
Memunculkanragamaplikasi yang harusdiantisipasidalampembelajaran, dan (2).
Mempertimbangkankesesuaiansituasidaritopiksebagaihal yang berpengaruhuntuk
proses pembelajaran yang bergerakdarimasalahnyatakematematika formal.

3) Pengembangan model mandiri(self developed models).

Model matematikadimunculkan dan dikembangkansendiri oleh


siswaberfungsimenjembatanikesenjanganpengetahuan informal dan matematika
formal, yang berasaldaripengetahuan yang telahdimilikisiswa.

Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik sebagai berikut:10


1) Menggunakanmasalahkontekstual(the use of contex)

Pembelajarandimulaidenganmenggunakanmasalahkontekstualsebagaititiktol
akatautitikawaluntukbelajar. Masalahkontekstual yang
menjaditopikpembelajaranharusmerupakanmasalahsederhana yang dikenalisiswa.

9
Hobri,Model - Model Pembelajaran Inovatif...hal. 166
10
Hobri,Model - Model Pembelajaran Inovatif... hal 168-170

710
2) Menggunakan model (use models, bridging by verti instruments)

Model disinisebagaisuatujembatanantara real dan abstrak yang


membantusiswabelajarmatematika pada level abstraksi yang berbeda. Istilah
model berkaitandengan model situasi dan model matematik yang dikembangkan
oleh siswasendiri(self develop models).Peranself develop
modelsmerupakanjembatanbagisiswadarisituasi real
kesituasiabstrakataudarimatematika informal kematematika formal.
Artinyasiswamembuat model sendiridalammenyelesaikanmasalah. Pertama model
situasi yang dekatdengan dunia nyatasiswa. Generalisasidariformalisasi model
tersebutakanberubahmenjadimodel – of masalahtersebut.
Melaluipenalaranmatematikmodel – of akanbergesermenjadimodel – for masalah
yang sejenis. Pada akhirnya, akanmenjadi model matematika formal.

3) Menggunakankontribusisiswa(student contribution)

Kontribusi yang besar pada proses


belajarmengajardiharapkandatangnyadarisiswa. Hal iniberartisemuapikiran
(konstruksi dan produksi) siswadiperhatikan.

4) Interaktivits(interactivity)

Interaksiantarsiswadengan guru merupakanhal yang


mendasardalampembelajaranmatematikarealistik. Secaraeksplisitbentuk -
bentukinteraksi yang berupanegosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju,
tidaksetuju, pertanyaanataurefleksidigunakanuntukmencapaibentuk formal
daribentuk - bentuk informal siswa.

5) Terintegrasidengantopiklainnya(intertwining)

DalamPembelajaranMatematikaRealistikpengintegrasian unit -unit


matematikaadalahesensial.
Jikadalampembelajarankitamengabaikanketerkaitandenganbidang yang lain,

711
makaakanberpengaruh pada pemecahanmasalah.
Dalammengaplikasikanmatematika, biasanyadiperlukanpengetahuan yang
lebihkompleks.

KarakteristikPembelajaranMatematikaRealistik di atasdiungkapkan pula


oleh Marpaung, yaitu:11

1) Siswaaktif, guru aktifmenjadimatematikasebagaiaktivitasmanusia.


2) Memulaidenganmasalahkontekstual/realistikmenjadiMasalahRealistikartinyada
patdibayangkan oleh siswaatauberasaldarimasalahmasalahdalam dunia nyata.
3) Memberikankesempatankepadasiswauntukmenyelesaikanmasalahdengancarase
ndiri-sendirimenjadiLintasanbelajarsiswa.
4) Menciptakansuasanapembelajaran yang menyenangkanmenjadiKondisibelajar.
5) Siswadapatmenyelesaikanmasalahsecaraindividuataudalamkelompok
(kecilataubesar) menjadi (diskusi, interaksi, negosiasi).
6) Pembelajarantidakselalu di kelas (bisa di luarkelas, duduk di lantai,
pergikeluarsekolahuntukmengamatiataumengumpulkan data)
menjadiVariasiPembelajaran.
7) Guru
memberikankesempatankepadasiswauntukmerenungkanprosesataumaknamenja
diRefleksi.
8) Siswabebasmemilih modus representasi yang
sesuaidenganstrukturkognitifnyasewaktumenyelesaikansuatumasalah
(penggunaanmodel) menjadiTranslasi modus representasiatau model. menjadi
Guru bertindaksebagaifasilitatormenjadiTutwuriHandayani.
9) Kalausiswamembuatkesalahandalammenyelesaikanmasalah,
jangandimarahitetapidihargai dan
dibantumelaluipertanyaanpertanyaanBimbingan dan tenggang rasa.
Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Matematika Realistis

11
Marpaunget al.,Pendekatan Sosio Kultural dalam Pembelajaran Matematika dan Sains,
Pendidikan yang Humanistis, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hal. 6

712
Beberapakekuatanataukelebihandari model
pembelajaranmatematikarealistik,yaitu:12

a. Pembelajaranmatematikarealistikmemberikanpengertian yang
jelaskepadasiswatentangketerkaitanmatematikadengankehidupansehari-hari
dan kegunaan pada umumnyabagimanusia.
b. Pembelajaranmatematikarealistikmemberikanpengertian yang
jelaskepadasiswabahwamatematikaadalahsuatubidangkajian yang dikonstruksi
dan dikembangkansendiri oleh siswatidakhanya oleh mereka yang
disebutpakardalambidangtersebut.
c. Pembelajaranmatematikarealistikmemberikanpengertian yang
jelaskepadasiswabahwacarapenyelesaiansuatusoalataumasalahtidakharustungga
l dan tidakharussamaantara yang satudengan orang yang lain.
d. Pembelajaranmatematikarealistikmemberikanpengertian yang
jelaskepadasiswabahwadalammempelajarimatematika, proses
pembelajaranmerupakansesuatu yang utama dan orang harusmenjalani proses
itu dan berusahauntukmenemukansendirikonsep-
konsepmatematikadenganbantuanpihak lain yang sudahlebihtahu (misalnya
guru). Tanpakemauanuntukmenjalanisendiri proses tersebut, pembelajaran
yang bermaknatidakakantercapai.
Beberapa kelemahn dari model pembelajaran matematika realistik,yaitu:13
a. Tidakmudahuntukmerubahpandangan yang mendasartentangberbagaihal,
misalnyamengenaisiswa, guru dan peranansoalataumasalahkontekstual,
sedangperubahanitumerupakansyaratuntukdapatditerapkannyapembelajaranmat
ematikarealistik.

12
Suwarsono, Penerapan Pembelajan Matematika Realistik Untuk Mengembangkan
Pengertian Siswa. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional PMRI” Pendektan Realistik
dan Seni dalam Pendidikan Matematika Indinesia.(Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
2001), hal 5
13
Suwarsono, Penerapan Pembelajan Matematika Realistik Untuk Mengembangkan
Pengertian Siswa. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional PMRI” Pendektan Realistik
dan Seni dalam Pendidikan Matematika Indinesia,(Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
2001), hal 5

713
b. Pencariansoal-soalkontekstual yang memenuhisyarat-syarat yang
dituntutdalampembelajaranmatematikarealistiktidakselalumudahuntuksetiappo
kokbahasanmatematika yang dipelajarisiswa, terlebih-lebihkarenasoal-
soaltersebutharusbisadiselesaikandenganbermacam-macamcara.
c. Tidakmudahbagi guru untukmendorongsiswa agar
bisamenemukanberbagaicaradalammenyelesaikansoalataumemecahkanmasalah
.
d. Tidakmudahbagi guru untukmemberibantuankepadasiswa agar
dapatmelakukanpenemuankembalikonsep-konsepatauprinsip-
prinsipmatematika yang dipelajari.

LangkahDalamKegiatan Inti Proses PembelajaranMatematikaRealistik

LangkahDalamKegiatan Inti Proses


PembelajaranMatematikaRealistik,yaitu:14

a. Memahamimasalahkontekstual

Guru memberikanmasalahkontekstual dan


siswamemahamipermasalahantersebut.

b. Menjelaskanmasalahkontekstual

Guru menjelaskansituasi dan kondisisoaldenganmemberikanpetunjukatau


saran seperlunya (terbatas) terhadapbagian - bagiantertentu yang
belumdipahamisiswa. Penjelasaninihanyasampaisiswamengertimaksudsoal.

c. Menyelesaikanmasalahkontekstual

Siswasecaraindividumenyelesaikanmasalahkontekstualdengancaramerekase
ndiri. Guru

14
Hobri,Model - Model Pembelajaran Inovatif...hal. 170-172

714
memotivasisiswauntukmenyelesaikanmasalahdengancaramerekadenganmemberik
anpertanyaan/petunjuk/saran.

d. Membandingkan dan mendiskusikanjawaban

Guru menyediakanwaktu dan kesempatan pada


siswauntukmembandingkandanmendiskusikanjawabandarisoalsecaraberkelompok
. Untukselanjutnyadibandingkan dan didiskusikan pada diskusikelas.

e. Menyimpulkan Dari diskusi

Guru mengarahkansiswamenarikkesimpulansuatuprosedurataukonsep,
dengan guru bertindaksebagaipembimbing

Kesimpulan
Matematika adalah mata pelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian orang,
hal tersebut tak lepas dari bidang kajian matematika yang dominan tentang rumus
dan angka-angka sehingga bagi sebagian orang menganggap pembelajaran
metematika kelihatan rumit dan butuh teknik khusus dalam mempelajarinya,
matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar
untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama
Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih
menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam
pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke
siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung
monoton sehingga mengakibatkan peserta didik merasa jenuh dan tersiksa.
Dengan menggunakan model pembelajaran matematika realisticpadadasarnya
adalah pemanfaatan realita danlingkungan yang dipahami peserta didik
untukmemperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai tujuan
pendidikanmatematika secara lebih baik dari pada masalalu.
Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas
kepada siswa tentang keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari dan

715
kegunaan pada umumnya bagi manusia. Pembelajaran matematika realistik
memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa matematika adalah suatu
bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya
oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut. Pembelajaran matematika
realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa cara penyelesaian
suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara yang satu
dengan orang yang lain.

Daftar Pustaka
Abdurrahman, Mulyono,Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.2003.
Anurrahman, Belajar dan pembelajaran. Bandung : Penerbit Alfabeta, 2009.
BSNP. Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untukSatuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: 2006.
Hobri. Model - Model Pembelajaran Inovatif. Jember: Center for Society Studies,
2009.
Marpaung. "Pendekatan Sosio Kultural dalam Pembelajaran Matematika dan
Sains", et al. Pendidikan yang Humanistis, Yogyakarta: Kanisius, 1998.
Suwarsono. Penerapan Pembelajan Matematika Realistik Untuk Mengembangkan
Pengertian Siswa. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional
PMRI”2001.
Pendektan Realistik dan Seni dalam Pendidikan Matematika Indinesia.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. sitas Sanata Dharma. Tanggal
14-15 November 2001
Soedjadi, R.,Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan dalam Pembelajaran
Matematika. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Realistic
Mathematics Education di FMIPA UNESA tanggal 24 Februari 2001.
Nirmala, Pembelajaran Matematika dengan PendekatanPemecahan Masalah
untuk Meningkatkan KemampuanPemahaman dan Komunikasi Matematik
Siswa SekolahDasar. Bandung: Tesis UPI.2009.

716

Anda mungkin juga menyukai