Anda di halaman 1dari 13

Erudio ( Journal of Educational Innovation), Volume 3, Nomor 2, Juni 2017 67

e-ISSN : 2549 – 8673

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA


MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)
Sri Rahayuningsih

Program studi Pendidikan Matematika,Universitas Wisnuwardhana Malang


Email: math.edu_unidha@yahoo.co.id

ABSTRAK

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan
dasar. Di satu pihak, sebagai ratu, matematika merupakan bentuk tertinggi dari logika. Di pihak lain,
sebagai pelayan, matematika bukan saja memberikan sistem pengorganisasian ilmu yang bersifat logis
namun juga pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk model matematika. Banyak metode pembelajaran
yang merangsang mahasiswa untuk belajar mandiri, kreatif, dan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Di antara metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika
yang memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar mandiri, kreatif, dan lebih aktif adalah
dengan metode pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR). Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui penerapan model pembelajaran matematika model Auditory Intellectualy Repetition
(AIR) dalam menyelesaikan masalah peluang. Pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan
pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa
pada materi peluang, khususnya materi menentukan ruang sampel suatu kejadian dan menentukan
peluang suatu kejadian. Peningkatan hasil belajar terutama terjadi pada aspek kognitif.

Kata kunci: Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR), materi peluang, hasil belajar

PENDAHULUAN berkaitan antara yang satu dengan yang


lainnya, yaitu belajar dan pembelajaran
Kondisi ideal sebuah proses
menjadi tidak lagi saling berkaitan karena
pembelajaran khususnya pembelajaran
proses belajar mengajar terfokus pada guru
matematika akan lebih efektif dan
dan peserta didik kurang diperhatikan
bermakna apabila peserta didik
keberadaanya. Akibatnya kegiatan belajar
berpartisipasi aktif. Salah satu ciri
mengajar lebih menekankan pada
kebermaknaan dalam proses belajar
pengujian dari pada pembelajaran. Kata
mengajar adalah adanya keterlibatan atau
pembelajaran dapat diartikan sebagai
partisipasi peserta didik dalam proses
perubahan dalam kemampuan sikap, atau
belajar mengajar. Partisipasi merupakan
pelatihan. Perubahan kemampuan yang
suatu sikap berperan serta, ikut serta,
hanya berlangsung sekejap dan kemudian
keterlibatan, atau proses belajar bersama
kembali ke perilaku semula menunjukkan
saling memahami, menganalisis,
belum terjadi peristiwa pembelajaran,
merencanakan dan melakukan tindakan.
walaupun mungkin terjadi pengajaran.
Namun pada kenyataannya, dua buah
Dosen yang selalu monoton dalam
konsep pendidikan yang seharusnya saling
Sri Rahayuningsih, Penerapan Model Pembelajaran Matematika … 72

penyampaian materi menyebabkan proses matematika khususnya materi peluang.


belajar mengajar menjadi kurang optimal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
Terkait dengan masalah yang hasil penerapan model pembelajaran
dihadapi, bahwa mahasiswa memiliki matematika model Auditory Intellectualy
pengetahuan awal yang berbeda saat Repetition (AIR) dalam menyelesaikan
masuk kelas, maka dapat digunakan masalah peluang.
pendekatan pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) sebagai alternatif Pembelajaran Auditory Intellectually
dalam proses pembelajaran matematika Repetition (AIR)
dikarenakan model pembelajaran Pembelajaran Auditory Intellectualy
kooperatif memiliki perbedaan dengan Repetition (AIR) meliputi proses Auditory,
model pengajaran konvensional, yaitu Intellectualy, dan Repetition. Auditory
model pembelajaran kooperatif bermakna bahwa belajar haruslah dengan
memberikan hasil belajar akademik yang melalui mendengarkan, menyimak,
lebih baik dan mengembangkan berbicara, presentasi, argumentasi,
keterampilan sosial mahasiswa secara mengemukakan pendapat, dan
efektif. menanggapi. Intellectualy bermakna
Banyak metode pembelajaran yang bahwa belajar haruslah menggunakan
merangsang mahasiswa untuk belajar kemampuan berfikir (mind-on), harus
mandiri, kreatif, dan lebih aktif dalam dengan konsentrasi pikiran dan berlatih
mengikuti kegiatan pembelajaran. Di menggunakannya melalui bernalar,
antara metode pembelajaran yang dapat menyelidiki, mengidentifikasi,
digunakan dalam pembelajaran matematika menemukan, mencipta, mengkonstruksi,
yang memberi kesempatan kepada memecahkan masalah, dan menerapkan.
mahasiswa untuk belajar mandiri, kreatif, Sedangkan Repetition adalah pengulangan
dan lebih aktif, terdapat metode yang bermakna pendalaman, perluasan,
pembelajaran Auditory Intellectualy pemantapan dengan cara peserta didik
Repetition (AIR). dilatih melalui pemberian tugas atau quiz
Peneliti akan menerapkan model [2].
pembelajaran matematika model AIR agar Teori belajar yang mendukung model
proses belajar mengajar dapat berjalan pembelajaran Auditory Intellectually
optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran Repetition (AIR) salah satunya adalah
Erudio ( Journal of Educational Innovation), Volume 3, Nomor 2, Juni 2017 73
e-ISSN : 2549 – 8673

aliran psikologis tingkah laku serta sebagai fasilitator yang mengarahkan


pendekatan pembelajaran matematika peserta didik, meluruskan, dan melengkapi
berdasarkan paham kontruktivisme. sehingga konstruksi pengetahuan yang
Tokoh-tokoh dalam aliran psikologi dimilikinya menjadi benar. Oleh karena itu
tingkah laku di antaranya Ausebel dan peserta didik diberi kesempatan
Edward L. Thorndike. Teori Ausebel menghayati proses penemuan atau
dikenal dengan belajar bermakna dan penyusunan suatu konsep sebagai suatu
pentingnya pengulangan sebelum keterampilan.
pembelajaran dimulai [3]. Teori Thorndike
Peluang
salah satunya mengungkapkan the law of
Dalam matematika, istilah peluang atau
exercise (hukum latihan) yang pada
kemungkinan digunakan untuk
dasarnya menyatakan bahwa stimulus dan
menyatakan atau memperkirakan suatu
respons akan memiliki hubungan satu sama
kejadian yang akan berlangsung. Teori
lain secara kuat jika proses pengulangan
peluang pertama kali diuraikan oleh
sering terjadi [3]. Semakin banyak
beberapa ilmuwan seperti Blaise Pascal,
kegiatan pengulangan maka hubungan
Laplace, Fermat, dan Gauss yang mengkaji
yang akan terjadi akan semakin bersifat
seberapa besar peluang untuk
otomatis.
memenangkan perjudian. Dengan
Sedangkan berdasarkan pendekatan memahami teori peluang, kita akan
paham konstruktivisme, pembelajaran mengetahui bahwa peluang untuk
matematika adalah proses pemecahan memenangkan perjudian itu sangat kecil.
masalah. Paul mengemukakan bahwa
a. Pengertian percobaan, ruang sampel,
aliran konstruktivisme memandang bahwa
dan titik sampel
untuk belajar matematika yang terpenting
Misal dilakukan suatu percobaan
adalah bagaimana membentuk pengertian
dengan melemparkan sebuah uang logam
pada peserta didik [4]. Dalam aliran ini
ke udara sampai jatuh ke tanah. Dari
peserta didik yang mempelajari
percobaan tersebut akan muncul sisi
matematika senantiasa membentuk
gambar atau sisi angka. Seluruh hasil
pengertian sendiri. Hal ini menekankan
percobaan yang mungkin dihimpun dalam
bahwa pada saat belajar matematika yang
suatu himpunan {G,A}, yang disebut
terpenting adalah proses belajar peserta
sebagai ruang sampel. Anggota-anggota
didik, sedangkan guru hanya bertindak
dari ruang sampel disebut titik sampel.
Sri Rahayuningsih, Penerapan Model Pembelajaran Matematika … 74

b. Menentukan ruang sampel b. Menghitung peluang dengan


percobaan dengan mendata titik-titik pendekatan definisi peluang
sampelnya Secara umum misalkan suatu
Misal sebuah botol berisi empat percobaan dengan setiap hasil memiliki
kelereng, yaitu kelereng merah, kuning, kesempatan sama untuk terjadi, dengan
hijau, dan putih, lalu diambil dua kelereng ruang sampel S dan A adalah suatu
dari botol, satu persatu, tanpa kejadian pada percobaan tersebut, maka
dikembalikan lagi. Ruang sampel peluang A terjadi dapat dinyatakan oleh
percobaan di atas adalah {MH, MK, MP, pernyataan berikut.
HM, HK, HP, KM, KH, KP, PM, PH, PK}.
Istilah: Rasio antara cacah anggota
Notasi huruf berurutan, seperti MH,
kejadian dengan cacah anggota sampel
menyatakan warna kelereng yang terambil
berturut-turut pada pengambilan pertama Simbol: misal cacah anggota kejadian A

dan ke dua. adalah n(A) dan cacah anggota ruang


sampel S adalah n(S), maka peluang
2. Peluang Suatu Kejadian
kejadian A, P(A) adalah p( A)  n( A) n( S ) .
a. Menghitung peluang dengan
pendekatan frekuensi relatif (nisbi)
Jika P(A’) menyatakan peluang kejadian
Untuk memahami cara menghitung
bukan A, maka P(A’) = 1- P(A)
peluang dengan pendekatan frekuensi
relatif, perhatikan contoh melemparkan c. Frekuensi harapan

uang logam berikut. Misalkan pada Dalam matematika banyaknya harapan

lemparan sebanyak sepuluh kali diperoleh suatu kejadian A terjadi sering disebut

hasil munculnya suatu angka sebanyak 4 sebagai frekuensi harapan (Fh). Frekuensi

kali maka dikatakan bahwa frekuensi harapan kejadian A = banyak percobaan


dikalikan dengan P(A), yaitu
munculnya angka tersebut adalah 4 dan
frekuensi relatif munculnya angka tersebut Fh = n x P(A),

adalah 4 Jadi, secara umum, jika dengan n = banyak percobaan [5].


10  0 ,4 .

suatu percobaan dilakukan sebanyak n kali,


dan kejadian A terjadi sebanyak p kali
METODE PENELITIAN
maka Frekuensi nisbi (relatif) kejadian A
Jenis penelitian yang dilaksanakan
adalah p .
n adalah Penelitian Tindakan Kelas
Erudio ( Journal of Educational Innovation), Volume 3, Nomor 2, Juni 2017 75
e-ISSN : 2549 – 8673

(Classroom Action Research) atau biasa Objek Penelitian


disebut dengan PTK. Menurut Wardhani Penelitian ini dilaksanakan pada 41
(2008: 14) Penelitian Tindakan Kelas orang mahasiswa semester III Jurusan
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru Pendidikan Matematika Universitas
di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi Wisnuwardhana Malang yang terdiri dari
diri, dengan tujuan untuk memperbaiki 28 perempuan dan 13 laki-laki.
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil
belajar peserta didik menjadi meningkat Instrumen Penelitian
[6]. Pendekatan yang digunakan dalam Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif penelitian ini adalah peneliti, Satuan Acara
karena penelitian ini sesuai dengan ciri-ciri Perkuliahan (SAP) dan Lembar Kerja
penelitian kualitatif (Sudjana, 1989: 197), Mahasiswa (LKM), soal tes prestasi,
yaitu: (a) menggunakan lingkungan lembar observasi aktivitas peneliti dan
alamiah sebagai sumber data langsung, (b) mahasiswa serta angket.
bersifat deskriptif analitik, (c) tekanan
penelitian ada pada proses bukan pada Prosedur Pengumpulan data
hasil, (d) bersifat induktif, (e) Prosedur pengumpulan data yang
mengutamakan makna. Selanjutnya digunakan adalah observasi, pemberian tes,
Sudjana (1989: 200) mengatakan bahwa pengumpulam data angket dan
penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori pengumpulan dokumen pembelajaran.
yang dipersiapkan sebelumnya, tetapi Data tentang hasil belajar mahasiswa
dimulai dari lapangan berdasarkan diperoleh dari hasil evaluasi yang berupa
lingkungan alami [7]. Data dan informasi tes prestasi atau ulangan harian. Data
lapangan ditarik makna dan konsepnya, tentang kondisi pembelajaran matematika
melalui pemaparan deskriptif analitik, diperoleh dari lembar observasi yang diisi
lebih mengutamakan proses terjadinya oleh observer. Data tentang tingkat
suatu peristiwa dan tingkah laku dalam kemajuan motivasi belajar matematika
situasi alami. Generalisasi tak perlu pada mahasiswa diperoleh dari lembar
dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi angket yang diedarkan setelah kegiatan
terjadi dalam konteks ruang, waktu dan pembelajaran pada akhir siklus.
situasi tertentu.
Sri Rahayuningsih, Penerapan Model Pembelajaran Matematika … 76

Analisis data Teknik analisis yang digunakan untuk


1. Data Penerapan Model Pembelajaran mengetahui peningkatan hasil belajar
Kooperatif Tipe AIR pada mahasiswa peserta didik pada penelitian ini adalah
Untuk mengetahui penerapan model dengan membandingkan persentase
pembelajaran kooperatif tipe AIR ketuntasan belajar secara klasikal dalam
diperlukan data hasil pengamatan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
lembar observasi mengenai ketepatan tipe AIR pada beberapa siklus yang
dosen dan mahasiswa dalam menerapkan dilaksanakan. Persentase ketuntasan
tahapan model pembelajaran kooperatif klasikal dihitung dengan cara
tipe AIR berdasarkan SAP dan catatan membandingkan jumlah peserta didik yang
lapangan. mencapai ketuntasan belajar dengan
Persentase keberhasilan tindakan guru jumlah peserta didik secara keseluruhan
dan peserta didik ini dihitung dengan (peserta didik maksimal) kemudian
menggunakan rumus dikalikan 100%.

Persentase Keberhasil an 
 skor yang muncul  100 %
 skor maksimal HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan.
2. Data Hasil Belajar dengan Menerapkan
Masing-masing pertemuan, mempunyai
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
alokasi waktu 80 menit. Sebelum
AIR
melaksanakan kegiatan pada siklus I,
Untuk mengetahui peningkatan hasil
peneliti melakukan tahap perencanaan,
belajar dengan menerapkan model
yang meliputi penyusunan Satuan Acara
pembelajaran kooperatif tipe AIR
Perkuliahan (SAP), Lembar Kerja
diperlukan data hasil belajar dari aspek
Mahasiswa (LKM), dan soal tes prestasi.
kognitif pada penelitian ini, yang diperoleh
Peneliti juga menyusun instrumen
dari nilai kuis yang berupa tes prestasi.
penilaian lainnya seperti lembar observasi
Hasil belajar dianalisis dengan Kriteria
yang akan diisi oleh observer. Hasil
Ketuntasan Belajar untuk mengetahui
penelitian tindakan kelas siklus I di
ketuntasan belajar baik secara individual
semester III Pendidikan Matematika
maupun secara klasikal. Seorang peserta
Universitas Wisnuwardhana Malang
didik disebut tuntas belajar jika telah
adalah sebagai berikut.
mencapai nilai ≥ 75. Ketuntasan klasikal
apabila 75% kelas mencapai nilai ≥ 75.
Erudio ( Journal of Educational Innovation), Volume 3, Nomor 2, Juni 2017 77
e-ISSN : 2549 – 8673

Hasil Tes Prestasi, LKM dan skor maksimal 44. Dari hasil tersebut dapat
Rangkuman dilakukan perhitungan sebagai berikut
Tes prestasi dilakukan pada akhir diperoleh Persentase keberhasilan sebesar
siklus, yaitu pada pertemuan kedua. 39
x100%  88,64% . Dari perhitungan di
Jumlah mahasiswa yang mengikuti tes 44

adalah 26 mahasiswa. Alokasi waktu yang atas dan uraian dalam lembar observasi

diberikan adalah 60 menit. Soal yang aktivitas peneliti maka peneliti

dikerjakan berupa 5 nomor soal uraian. menyimpulkan ketercapaian pembelajaran

Hasil tes prestasi menunjukkan rata-rata masuk dalam kategori “sangat baik”

nilai kelas sebesar 52,15 dan persentase dengan persentase keberhasilan 88,64%.

mahasiswa yang mencapai indikator Berdasarkan lembar observasi aktivitas

keberhasilan (nilai ≥ 75) adalah 28% atau mahasiswa dapat diketahui bahwa skor

sebanyak 7 mahasiswa. Sedangkan untuk yang muncul untuk aktivitas mahasiswa

LKM merupakan nilai kelompok, 80% adalah 36 dari skor maksimum 44, maka

mahasiswa mendapatkan nilai ≥ 75 persentase keberhasilan aktivitas

(dengan rata-rata LKM kelompok 78,05) 36


mahasiswa adalah x100%  81,82% .
44
dan untuk rangkuman, 80% mahasiswa
Seperti yang telah diuraikan dari hasil
memperoleh nilai ≥ 75 (dengan rata-rata
perhitungan diatas maka dapat diketahui
nilai 80,46). Hal ini menunjukkan bahwa
ketercapaian pembelajaran mempunyai
pembelajaran kelompok dan rangkuman
skor dengan kategori ”baik”.
dapat dilaksanakan dengan baik oleh
mahasiswa, sedangkan hasil tes prestasi
Refleksi
masih belum dapat menunjukkan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I
keberhasilan proses pembelajaran secara
ternyata masih mengalami kekurangan dan
menyeluruh.
hambatan yang mengakibatkan upaya
Pengamatan Aktivitas Peneliti dan meningkatkan hasil belajar matematika
Mahasiswa saat Pembelajaran mahasiswa belum berhasil. Oleh karena itu
Hasil observasi aktivitas mahasiswa diperlukan refleksi atau kajian kembali
selama pembelajaran menggunakan model terhadap hasil pengamatan yang diperoleh.
pembelajaran kooperatif tipe AIR siklus I Refleksi kemudian dilaksanakan oleh
berdasarkan lembar observasi aktivitas peneliti. Permasalahan atau kekurangan-
peneliti skor yang muncul adalah 39 dari kekurangan yang muncul selama kegiatan
Sri Rahayuningsih, Penerapan Model Pembelajaran Matematika … 78

pembelajaran berlangsung pada siklus I Berdasarkan hasil dari siklus I ini,


adalah sebagai berikut: 1) Lembar Kerja dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
Mahasiswa (LKM) masih berupa materi pembelajaran AIR masih belum berhasil,
dan contoh soal, kemudian mahasiswa karena belum memenuhi indikator
diminta untuk mengerjakan latihan soal. keberhasilan. Sesuai dengan rencana PTK,
Hal ini menyebabkan LKM kurang bersifat penelitian dilanjutkan pada siklus II
konstruktivis dan mahasiswa menjadi dengan materi yang sama, yakni
berfikir prosedural sesuai contoh soal yang menentukan peluang suatu kejadian. Pada
diberikan serta kurangnya waktu yang siklus II akan dilaksanakan perbaikan
tersedia untuk berdiskusi. 2) Beberapa untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan
mahasiswa kurang aktif apabila peneliti yang terjadi pada siklus I.
meminta melakukan presentasi di depan
kelas. Mahasiswa yang menjelaskan dan Siklus II
menjawab pertanyaan masih didominasi Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II
oleh mahasiswa yang pandai. 3) hampir sama dengan kegiatan pada siklus
Mahasiswa belum terlalu memahami I, akan tetapi telah dilakukan beberapa
penjelasan peneliti, sehingga peneliti dan perbaikan tindakan yang didasarkan pada
observer masih harus berkeliling untuk hasil refleksi siklus I. Revisi tindakan
mengetahui pemahaman mahasiswa tersebut antara lain sebagai berikut.
tentang prosedur mengerjakan LKM. 4) a) Peneliti membuat LKM yang lebih
Ketika presentasi berlangsung, masih ada konstruktivis, dengan lebih banyak
mahasiswa yang kesulitan membuat memberikan kesempatan pada mahasiswa
rancangan peta konsep (rangkuman), untuk memberikan dan mencari jawaban
sehingga mahasiswa merangkum materi yang tepat dari berbagai sumber, termasuk
dari sumber-sumber yang lain di luar dengan cara bertanya pada Peneliti atau
presentasi. 5) Karena keterbatasan jam observer, b) Peneliti membentuk kelompok
pelajaran dan kegiatan pembelajaran AIR dengan anggota yang berbeda dari
memerlukan waktu yang cukup lama, ada kelompok yang dibentuk pada siklus I
skenario pembelajaran yang belum dengan tujuan siswa mendapatkan
terlaksana dengan maksimal, misalnya pengalaman dan pengetahuan yang
presentasi yang terlalu singkat. berbeda dari mahasiswa lainnya, c) dalam
pembelajaran presentasi, seluruh kelompok
Erudio ( Journal of Educational Innovation), Volume 3, Nomor 2, Juni 2017 79
e-ISSN : 2549 – 8673

diminta untuk maju dan mahasiswa yang Hasil Tes Prestasi, LKM dan
dalam proses diskusi dianggap kurang Rangkuman
optimallah yang diminta untuk Pada siklus II hasil tes prestasi yang
melaksanakan presentasi untuk mewakili diperoleh mahasiswa lebih baik daripada
kelompoknya, sehingga presentasi tidak siklus I. Mahasiswa yang dapat mencapai
didominasi oleh mahasiswa yang pandai, indikator keberhasilan dengan mendapat
d) Mahasiswa diharuskan membuat peta nilai ≥ 75 mencapai 84%. Persentase
konsep (rangkuman) yang lebih baik, ketuntasan ini mengalami peningkatan dari
dengan media yang baik dan membuat siklus I yang hanya mencapai 28%. Rata-
rancangan konsep sebaik mungkin, e) rata tes prestasi juga menunjukkan
Peneliti lebih intensif berkeliling untuk peningkatan yaitu dari 52,15 pada siklus I
mengontrol keadaan kelas agar mahasiswa menjadi 82,8 pada siklus II. Seluruh
berkonsentrasi dalam pelaksanaan mahasiswa juga sudah mendapatkan nilai ≥
pembelajaran, f) Peneliti memberikan 75 dalam menyelesaikan LKM yang
tambahan waktu untuk berdiskusi agar merupakan nilai kelompok, dengan rata-
mahasiswa memiliki waktu lebih untuk rata 93 dan untuk rangkuman seluruh
bertukar pikiran dengan anggota kelompok mahasiswa juga sudah mendapatkan nilai >
yang lain. 75 dengan rata-rata yang dicapai adalah
Sebelum melakukan kegiatan pada 81,28.
siklus II, peneliti melakukan tahap
perencanaan yang meliputi penyusunan Pengamatan Aktivitas Peneliti dan
RPP, LKM dan tes prestasi mengenai Mahasiswa saat Pembelajaran
volume benda putar. Peneliti juga Hasil observasi aktivitas mahasiswa
menyusun instrumen penelitian lainnya selama pembelajaran menggunakan model
seperti lembar observasi, angket, dan pembelajaran kooperatif tipe AIR siklus II
pedoman wawancara. Hasil penelitian adalah sebagai berikut. Berdasarkan
tindakan kelas pada siklus II adalah lembar observasi aktivitas peneliti skor
sebagai berikut. yang muncul adalah 40 dari skor maksimal
44. Dari hasil tersebut diperoleh persentase
40
x100 %  90 ,91 %
keberhasilan sebesar 44 . Dari
perhitungan di atas dan uraian dalam
lembar observasi aktivitas peneliti maka
Sri Rahayuningsih, Penerapan Model Pembelajaran Matematika … 80

peneliti menyimpulkan ketercapaian senang dengan adanya pembelajaran


pembelajaran masuk dalam kategori kooperatif, khususnya dengan
“sangat baik” dengan persentase pembelajaran AIR. Sebanyak 84%
keberhasilan 90,91%. responden memberikan apresiasi positif
Berdasarkan lembar observasi pada pembelajaran ini. Dan hampir seluruh
aktivitas mahasiswa dapat diketahui bahwa mahasiswa atau sekitar 96% berpendapat
skor yang muncul untuk aktivitas bahwa pembelajaran yang melibatkan
mahasiswa adalah 37 dari skor maksimum peran aktif mahasiswa lebih baik daripada
44, maka persentase keberhasilan aktivitas pembelajaran yang monoton berupa
37 ceramah.
x100%  84,09%
mahasiswa adalah 44 . Seperti
Hasil angket mahasiswa menunjukkan
yang telah diuraikan dalam lembar
bahwa pembelajaran AIR mampu
observasi aktivitas mahasiswa dan dari
meningkatkan motivasi belajar, keaktifan
hasil perhitungan di atas maka Peneliti
dan antusiasme mahasiswa. Hasil angket
menyimpulkan ketercapaian pembelajaran
mendukung hasil observasi yang dilakukan
mempunyai skor dengan kategori ”baik”.
oleh pengamat, tidak ada pertentangan data
antara hasil observasi dengan angket
Hasil Angket
maupun hasil wawancara.
Angket diberikan pada akhir siklus II.
Hasil angket dari 25 mahasiswa
Refleksi
menunjukkan adanya respons yang baik
Hasil refleksi yang dilakukan oleh
terhadap pembelajaran AIR. Sekitar 60%
peneliti bersama guru pada akhir siklus II
mahasiswa mengatakan bahwa pelajaran
menunjukkan bahwa secara umum
matematika itu sulit, namun hampir 100%
pembelajaran yang dilaksanakan pada
mahasiswa mengatakan bahwa matematika
siklus II telah berjalan sesuai dengan yang
sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-
direncanakan. Hasil belajar matematika
hari. Persentase mahasiswa yang merasa
mahasiswa dalam pembelajaran siklus II
nyaman menggunakan metode
mengalami peningkatan. Adapun beberapa
konvensional adalah 52% dan selebihnya
temuan yang timbul selama proses
merasa kurang nyaman. Namun 100%
pembelajaran berlangsung beserta langkah
responden menginginkan adanya
perbaikan yang dapat dilakukan
perubahan model pembelajaran yang lebih
berdasarkan hasil refleksi siklus II adalah
menyenangkan. 84% mahasiswa sangat
Erudio ( Journal of Educational Innovation), Volume 3, Nomor 2, Juni 2017 81
e-ISSN : 2549 – 8673

sebagai berikut: 1) LKM yang lebih Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil tes
menantang dapat membuat kegiatan prestasi, baik dilihat dari perilaku dan
diskusi dan presentasi lebih menarik, 2) keterampilan mahasiswa yang ditunjukkan
Bantuan yang diberikan oleh dan observer di kelas pada siklus II, pembelajaran AIR
dalam membimbing kelompok sangat dapat meningkatkan hasil belajar
membantu mahasiswa dalam memahami mahasiswa dalam matematika.
LKM, sehingga peran peneliti dalam hal
ini terbantu oleh peran observer, 3) PEMBAHASAN
Penentuan perwakilan kelompok yang Pada siklus I tes prestasi menghasilkan
melaksanakan presentasi oleh peneliti nilai rata-rata kelas 52,15, persentase
membuat seluruh anggota kelompok mahasiswa yang mencapai indikator
menyiapkan diri sebaik-baiknya agar saat keberhasilan 28% (7 mahasiswa), 80%
menjelaskan di depan kelas dapat dipahami mahasiswa memperoleh nilai LKM ≥ 75
oleh seluruh mahasiswa, 4) Peneliti dengan rata-rata 78,05, dan 80%
memberitahukan kepada mahasiswa untuk mahasiswa memperoleh nilai rangkuman ≥
mengulang materi sebelumnya, karena 75 dengan rata-rata 80,46. Pada siklus II
pada pertemuan terakhir akan diadakan tes tes prestasi menghasilkan nilai yang lebih
prestasi membuat mahasiswa lebih siap. baik daripada siklus I. Mahasiswa yang
Sedangkan kendala yang masih tampak dapat mencapai indikator keberhasilan
sampai pada siklus II berakhir adalah pada sebanyak 84% dengan rata-rata 82,80.
kurangnya manajemen waktu dalam Nilai LKM mahasiswa mengalami
pelaksanaan pembelajaran, sehingga pada peningkatan dengan rata-rata 93 dan 100%
siklus II skenario pembelajaran masih ada mahasiswa dapat menuntaskan indikator
yang belum terlaksana secara optimal, keberhasilan dengan mendapatkan nilai ≥
seperti dalam kegiatan presentasi. Setelah 75. Selain itu, 84% mahasiswa
tindakan dilakukan pada siklus II berakhir, mendapatkan nilai ≥ 75 untuk nilai
peneliti bersama dengan observer rangkuman, dengan rata-rata yang
melakukan refleksi terhadap data yang diperoleh adalah 81,28. Rangkuman
diperoleh selama pelaksanaan tindakan. merupakan nilai individu. Hal ini
Refleksi yang dilakukan sekaligus menunjukkan bahwa pembelajaran
merupakan kegiatan akhir dari rangkaian kelompok dan portofolio rangkuman
tindakan yang telah dilakukan. dilaksanakan dengan baik oleh mahasiswa.
Sri Rahayuningsih, Penerapan Model Pembelajaran Matematika … 82

Seluruh mahasiswa juga sudah mampu 2) beberapa mahasiswa masih kurang aktif
mencapai indikator keberhasilan yang dalam diskusi kelompok, 3) mahasiswa
ditetapkan dalam penelitian tindakan kelas. masih enggan bertanya apabila ada materi
Hasil observasi aktivitas peneliti dan yang belum terlalu dipahami.
mahasiswa menunjukkan adanya Dalam pelaksanaan diskusi,
peningkatan. Pada siklus I persentase mahasiswa mulai terbiasa dengan
keberhasilan yang ditunjukkan pada pembelajaran kooperatif dan mahasiswa
lembar observasi aktivitas peneliti saling membantu dalam menyelesaikan
mencapai 88,64%, sedangkan pada siklus LKM. Dalam melaksanakan presentasi,
II persentase keberhasilan meningkat pembagian tugas memang kurang begitu
menjadi 90,91%. Baik pada siklus I diperhatikan oleh mahasiswa, namun
maupun pada siklus II hasil observasi secara umum sikap mahasiswa dalam
aktivitas peneliti masuk dalam kategori melaksanakan presentasi cukup baik, dan
sangat baik. Hasil observasi aktivitas terlihat ada peningkatan kekompakan
mahasiswa juga mengalami peningkatan dalam siklus II. Dalam bertanya juga
dari 81,82% pada siklus I menjadi 84,09% demikian, pada siklus I dapat dikatakan
pada siklus II. Hasil observasi aktivitas tidak ada mahasiswa yang mengajukan
mahasiswa pada kedua siklus masuk dalam pertanyaan berarti, namun pada siklus II
kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun banyak yang sifatnya pertanyaan
peneliti mampu menerapkan pembelajaran serentak, hal ini menunjukkan adanya
AIR dengan baik dan mahasiswa pun antusias mahasiswa untuk ikut andil secara
antusias mengikuti pembelajaran AIR. aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain
Hasil observasi aktivitas peneliti dan itu, saat mahasiswa menyimak presentasi,
mahasiswa pada siklus I maupun siklus II baik pada siklus I maupun siklus II terlihat
selalu masuk dalam kategori “baik”, adanya keseriusan mahasiswa dalam
namun hal ini tidak diimbangi dengan hasil membuat catatan dan materi yang
tes prestasi mahasiswa pada siklus I yang dipresentasikan oleh kelompok lain.
belum memenuhi indikator keberhasilan. Dengan demikian dapat dikatakan
Hal ini dikarenakan beberapa hal antara pembelajaran AIR mampu membuat
lain: 1) terbatasnya waktu yang tersedia mahasiswa lebih antusias dalam mengikuti
sehingga banyak skenario pembelajaran kegiatan pembelajaran matematika.
yang belum terlaksana dengan maksimal,
Erudio ( Journal of Educational Innovation), Volume 3, Nomor 2, Juni 2017 83
e-ISSN : 2549 – 8673

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan hasil penelitian dan
[1] Sumantri, J. S. 2000. Pengantar
pembahasan maka dapat disimpulkan Filsafat Ilmu. Bandung: Remaja
Rosdakarya
bahwa pelaksanaan pembelajaran
[2] Muhfida. 2010. Model-model
matematika menggunakan pembelajaran pembelajaran kooperatif.
www.muhfida.com, diakses 22
Auditory Intellectually Repetition (AIR)
Agustus 2015.
dapat meningkatkan hasil belajar [3] Suherman, dkk. 2001. Strategi
Pembelajaran Matematika
mahasiswa pada materi peluang,
Kontemporer. Bandung: UPI.
khususnya materi menentukan ruang [4] Uno, H. B. 2007. Model
pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara.
sampel suatu kejadian dan menentukan
[5] Junaidi, S. dan Siswono, E. 2006.
peluang suatu kejadian. Hasil belajar yang Matematika SMP Untuk Kelas IX.
Surabaya: Gelora Aksara Pratama.
meningkat terutama dalam aspek kognitif.
[6] Wardhani, IG.A.K. dkk. 2008.
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Universitas Terbuka.
[7] Sudjana, N. 1989. Penelitian dan
Penilaian Dalam Pendidikan.
Bandung: C.V. Sinar Baru.

Anda mungkin juga menyukai