ABSTRAK
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan
dasar. Di satu pihak, sebagai ratu, matematika merupakan bentuk tertinggi dari logika. Di pihak lain,
sebagai pelayan, matematika bukan saja memberikan sistem pengorganisasian ilmu yang bersifat logis
namun juga pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk model matematika. Banyak metode pembelajaran
yang merangsang mahasiswa untuk belajar mandiri, kreatif, dan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Di antara metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika
yang memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar mandiri, kreatif, dan lebih aktif adalah
dengan metode pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR). Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui penerapan model pembelajaran matematika model Auditory Intellectualy Repetition
(AIR) dalam menyelesaikan masalah peluang. Pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan
pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa
pada materi peluang, khususnya materi menentukan ruang sampel suatu kejadian dan menentukan
peluang suatu kejadian. Peningkatan hasil belajar terutama terjadi pada aspek kognitif.
Kata kunci: Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR), materi peluang, hasil belajar
lemparan sebanyak sepuluh kali diperoleh suatu kejadian A terjadi sering disebut
hasil munculnya suatu angka sebanyak 4 sebagai frekuensi harapan (Fh). Frekuensi
Persentase Keberhasil an
skor yang muncul 100 %
skor maksimal HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan.
2. Data Hasil Belajar dengan Menerapkan
Masing-masing pertemuan, mempunyai
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
alokasi waktu 80 menit. Sebelum
AIR
melaksanakan kegiatan pada siklus I,
Untuk mengetahui peningkatan hasil
peneliti melakukan tahap perencanaan,
belajar dengan menerapkan model
yang meliputi penyusunan Satuan Acara
pembelajaran kooperatif tipe AIR
Perkuliahan (SAP), Lembar Kerja
diperlukan data hasil belajar dari aspek
Mahasiswa (LKM), dan soal tes prestasi.
kognitif pada penelitian ini, yang diperoleh
Peneliti juga menyusun instrumen
dari nilai kuis yang berupa tes prestasi.
penilaian lainnya seperti lembar observasi
Hasil belajar dianalisis dengan Kriteria
yang akan diisi oleh observer. Hasil
Ketuntasan Belajar untuk mengetahui
penelitian tindakan kelas siklus I di
ketuntasan belajar baik secara individual
semester III Pendidikan Matematika
maupun secara klasikal. Seorang peserta
Universitas Wisnuwardhana Malang
didik disebut tuntas belajar jika telah
adalah sebagai berikut.
mencapai nilai ≥ 75. Ketuntasan klasikal
apabila 75% kelas mencapai nilai ≥ 75.
Erudio ( Journal of Educational Innovation), Volume 3, Nomor 2, Juni 2017 77
e-ISSN : 2549 – 8673
Hasil Tes Prestasi, LKM dan skor maksimal 44. Dari hasil tersebut dapat
Rangkuman dilakukan perhitungan sebagai berikut
Tes prestasi dilakukan pada akhir diperoleh Persentase keberhasilan sebesar
siklus, yaitu pada pertemuan kedua. 39
x100% 88,64% . Dari perhitungan di
Jumlah mahasiswa yang mengikuti tes 44
adalah 26 mahasiswa. Alokasi waktu yang atas dan uraian dalam lembar observasi
Hasil tes prestasi menunjukkan rata-rata masuk dalam kategori “sangat baik”
nilai kelas sebesar 52,15 dan persentase dengan persentase keberhasilan 88,64%.
keberhasilan (nilai ≥ 75) adalah 28% atau mahasiswa dapat diketahui bahwa skor
LKM merupakan nilai kelompok, 80% adalah 36 dari skor maksimum 44, maka
diminta untuk maju dan mahasiswa yang Hasil Tes Prestasi, LKM dan
dalam proses diskusi dianggap kurang Rangkuman
optimallah yang diminta untuk Pada siklus II hasil tes prestasi yang
melaksanakan presentasi untuk mewakili diperoleh mahasiswa lebih baik daripada
kelompoknya, sehingga presentasi tidak siklus I. Mahasiswa yang dapat mencapai
didominasi oleh mahasiswa yang pandai, indikator keberhasilan dengan mendapat
d) Mahasiswa diharuskan membuat peta nilai ≥ 75 mencapai 84%. Persentase
konsep (rangkuman) yang lebih baik, ketuntasan ini mengalami peningkatan dari
dengan media yang baik dan membuat siklus I yang hanya mencapai 28%. Rata-
rancangan konsep sebaik mungkin, e) rata tes prestasi juga menunjukkan
Peneliti lebih intensif berkeliling untuk peningkatan yaitu dari 52,15 pada siklus I
mengontrol keadaan kelas agar mahasiswa menjadi 82,8 pada siklus II. Seluruh
berkonsentrasi dalam pelaksanaan mahasiswa juga sudah mendapatkan nilai ≥
pembelajaran, f) Peneliti memberikan 75 dalam menyelesaikan LKM yang
tambahan waktu untuk berdiskusi agar merupakan nilai kelompok, dengan rata-
mahasiswa memiliki waktu lebih untuk rata 93 dan untuk rangkuman seluruh
bertukar pikiran dengan anggota kelompok mahasiswa juga sudah mendapatkan nilai >
yang lain. 75 dengan rata-rata yang dicapai adalah
Sebelum melakukan kegiatan pada 81,28.
siklus II, peneliti melakukan tahap
perencanaan yang meliputi penyusunan Pengamatan Aktivitas Peneliti dan
RPP, LKM dan tes prestasi mengenai Mahasiswa saat Pembelajaran
volume benda putar. Peneliti juga Hasil observasi aktivitas mahasiswa
menyusun instrumen penelitian lainnya selama pembelajaran menggunakan model
seperti lembar observasi, angket, dan pembelajaran kooperatif tipe AIR siklus II
pedoman wawancara. Hasil penelitian adalah sebagai berikut. Berdasarkan
tindakan kelas pada siklus II adalah lembar observasi aktivitas peneliti skor
sebagai berikut. yang muncul adalah 40 dari skor maksimal
44. Dari hasil tersebut diperoleh persentase
40
x100 % 90 ,91 %
keberhasilan sebesar 44 . Dari
perhitungan di atas dan uraian dalam
lembar observasi aktivitas peneliti maka
Sri Rahayuningsih, Penerapan Model Pembelajaran Matematika … 80
sebagai berikut: 1) LKM yang lebih Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil tes
menantang dapat membuat kegiatan prestasi, baik dilihat dari perilaku dan
diskusi dan presentasi lebih menarik, 2) keterampilan mahasiswa yang ditunjukkan
Bantuan yang diberikan oleh dan observer di kelas pada siklus II, pembelajaran AIR
dalam membimbing kelompok sangat dapat meningkatkan hasil belajar
membantu mahasiswa dalam memahami mahasiswa dalam matematika.
LKM, sehingga peran peneliti dalam hal
ini terbantu oleh peran observer, 3) PEMBAHASAN
Penentuan perwakilan kelompok yang Pada siklus I tes prestasi menghasilkan
melaksanakan presentasi oleh peneliti nilai rata-rata kelas 52,15, persentase
membuat seluruh anggota kelompok mahasiswa yang mencapai indikator
menyiapkan diri sebaik-baiknya agar saat keberhasilan 28% (7 mahasiswa), 80%
menjelaskan di depan kelas dapat dipahami mahasiswa memperoleh nilai LKM ≥ 75
oleh seluruh mahasiswa, 4) Peneliti dengan rata-rata 78,05, dan 80%
memberitahukan kepada mahasiswa untuk mahasiswa memperoleh nilai rangkuman ≥
mengulang materi sebelumnya, karena 75 dengan rata-rata 80,46. Pada siklus II
pada pertemuan terakhir akan diadakan tes tes prestasi menghasilkan nilai yang lebih
prestasi membuat mahasiswa lebih siap. baik daripada siklus I. Mahasiswa yang
Sedangkan kendala yang masih tampak dapat mencapai indikator keberhasilan
sampai pada siklus II berakhir adalah pada sebanyak 84% dengan rata-rata 82,80.
kurangnya manajemen waktu dalam Nilai LKM mahasiswa mengalami
pelaksanaan pembelajaran, sehingga pada peningkatan dengan rata-rata 93 dan 100%
siklus II skenario pembelajaran masih ada mahasiswa dapat menuntaskan indikator
yang belum terlaksana secara optimal, keberhasilan dengan mendapatkan nilai ≥
seperti dalam kegiatan presentasi. Setelah 75. Selain itu, 84% mahasiswa
tindakan dilakukan pada siklus II berakhir, mendapatkan nilai ≥ 75 untuk nilai
peneliti bersama dengan observer rangkuman, dengan rata-rata yang
melakukan refleksi terhadap data yang diperoleh adalah 81,28. Rangkuman
diperoleh selama pelaksanaan tindakan. merupakan nilai individu. Hal ini
Refleksi yang dilakukan sekaligus menunjukkan bahwa pembelajaran
merupakan kegiatan akhir dari rangkaian kelompok dan portofolio rangkuman
tindakan yang telah dilakukan. dilaksanakan dengan baik oleh mahasiswa.
Sri Rahayuningsih, Penerapan Model Pembelajaran Matematika … 82
Seluruh mahasiswa juga sudah mampu 2) beberapa mahasiswa masih kurang aktif
mencapai indikator keberhasilan yang dalam diskusi kelompok, 3) mahasiswa
ditetapkan dalam penelitian tindakan kelas. masih enggan bertanya apabila ada materi
Hasil observasi aktivitas peneliti dan yang belum terlalu dipahami.
mahasiswa menunjukkan adanya Dalam pelaksanaan diskusi,
peningkatan. Pada siklus I persentase mahasiswa mulai terbiasa dengan
keberhasilan yang ditunjukkan pada pembelajaran kooperatif dan mahasiswa
lembar observasi aktivitas peneliti saling membantu dalam menyelesaikan
mencapai 88,64%, sedangkan pada siklus LKM. Dalam melaksanakan presentasi,
II persentase keberhasilan meningkat pembagian tugas memang kurang begitu
menjadi 90,91%. Baik pada siklus I diperhatikan oleh mahasiswa, namun
maupun pada siklus II hasil observasi secara umum sikap mahasiswa dalam
aktivitas peneliti masuk dalam kategori melaksanakan presentasi cukup baik, dan
sangat baik. Hasil observasi aktivitas terlihat ada peningkatan kekompakan
mahasiswa juga mengalami peningkatan dalam siklus II. Dalam bertanya juga
dari 81,82% pada siklus I menjadi 84,09% demikian, pada siklus I dapat dikatakan
pada siklus II. Hasil observasi aktivitas tidak ada mahasiswa yang mengajukan
mahasiswa pada kedua siklus masuk dalam pertanyaan berarti, namun pada siklus II
kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun banyak yang sifatnya pertanyaan
peneliti mampu menerapkan pembelajaran serentak, hal ini menunjukkan adanya
AIR dengan baik dan mahasiswa pun antusias mahasiswa untuk ikut andil secara
antusias mengikuti pembelajaran AIR. aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain
Hasil observasi aktivitas peneliti dan itu, saat mahasiswa menyimak presentasi,
mahasiswa pada siklus I maupun siklus II baik pada siklus I maupun siklus II terlihat
selalu masuk dalam kategori “baik”, adanya keseriusan mahasiswa dalam
namun hal ini tidak diimbangi dengan hasil membuat catatan dan materi yang
tes prestasi mahasiswa pada siklus I yang dipresentasikan oleh kelompok lain.
belum memenuhi indikator keberhasilan. Dengan demikian dapat dikatakan
Hal ini dikarenakan beberapa hal antara pembelajaran AIR mampu membuat
lain: 1) terbatasnya waktu yang tersedia mahasiswa lebih antusias dalam mengikuti
sehingga banyak skenario pembelajaran kegiatan pembelajaran matematika.
yang belum terlaksana dengan maksimal,
Erudio ( Journal of Educational Innovation), Volume 3, Nomor 2, Juni 2017 83
e-ISSN : 2549 – 8673