Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Keberhasilan proses pembelajaran selalu dilihat dari seberapa baik hasil

belajar yang diperoleh siswa. Hal ini menunjukan bahwa keberhasilan yang

dicapai oleh siswa sangat berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang terjadi.

Proses pembelajaran adalah interaksi dua insan antara guru dan siswa untuk

mencapai tujuan yang diharapkan. Keterkaitan inilah yang sangat menentukan

hasil belajar yang diperoleh siswa. Namun sangat disayangkan bahwa

kenyataannya proses kegiatan belajar mengajar yang terjadi ada saja yang tidak

berdampak baik pada hasil belajar yang diperoleh siswa.

Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar yang diperoleh

siswa. permasalahan-permasalahan yang timbul sangat kompleks. Kondisi siswa,

suasana di dalam kelas, minat belajar siswa, cara penyampaian guru, model atau

metode yang digunakan, dll, mungkin menjadi penyebab rendahnya hasil belajar.

Dilihat dari sudut pandang guru sebagai pendidik, sudah selayaknya

memberikan segenap seluruh kemampuannya untuk memberikan yang terbaik

dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kreativitas guru dituntut dalam hal

penyampaian materi sehingga apa yang disampaikan dapat dipahami dengan

mudah oleh siswa. kenyataannnya sampai saat ini guru masih menggunakan

model pembelajaran konvensional. Sudah seyogyanya proses pembelajaran harus

berpusat kepada siswa.

1
2

Pernyatan di atas didasari oleh pengertian belajar. Belajar adalah proses

perubahan watak yang dialami siswa melalui pengalaman, keterampilan, dan

sikap. Perlu digarisbawahi bahwa disana adanya proses perubahan yang dialami

siswa. dengan segala keterbatasan yang dimiliki guru, proses pembelajaran

sebaiknya memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dan memotivasi siswa

untuk belajar

Salah satu upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan hasil belajar

adalah penerapan model pembelajaran yang variatif. Salah satunya adalah model

pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR). Model ini merupakan

model pembelajaran yang mirip dengan model pembelajaran Somatic Auditory

Visualization Intellectually (SAVI) dan pembelajaran Visualization Auditory

Kinesthetic (VAK), bedanya hanya pada repetisi yaitu pengulangan yang

bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui

pemberian tugas atau kuis.

Maka dari itu, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul

“Meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Dewi Sartika 1 melalui

model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada mata pelajaran

matematika”.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana efektivitas penerapan model pembelajaran AIR dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa?


3

1.3 Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran AIR

dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

1.4 Manfaat penelitian

a. Bagi siswa

 Memberikan Suasana baru dalam proses pembelajaran di dalam

kelas

 Dapat meningkatkan hasil belajar siswa

b. Bagi guru

 Memberikan alternatif model pembelajaran

 Dapat memperbaikan dan meningkatkan hasil belajar siswa

c. Bagi sekolah

 Meningkatkan mutu pendidikan sekolah

 Memberi kesempatan pada guru untuk meningkatkan kompetensi

pribadinya.

1.5 Hipotesis Penelitian

Model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.


4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Belajar

Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya

dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas,

bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.

2.2 Hasil Belajar

Menurut Mulyasa (2708), ”hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa

secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan

prilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu

dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa

yang mengacu pada pengalaman langsung”. Menurut Winkel (dikutip oleh

Purwanto, 2710), “Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia

berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”. Sependapat dengan Mulyasa dan

Winkel. Sudjana (2710) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah prestasi

belajar yang dicapai siswa dalam roses kegiatan belajar mengajar dengan

membawa suatu perubahan dan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa
5

suatu proses belajar dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-

masing sejalan dengan filsafatnya.namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya

kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku pada saat ini yang telah

disempurnakan.

Penilaian hasil bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan

kompetensi peserta didik. Standar nasional pendidikan mengungkapkan bahwa

penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk

memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk penilaian harian,

penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, dan penilaian kenaikan kelas.

2.3 Hakekat Matematika

A. Pengertian Matematika

Kata matematika berasal dari perkataan latin matematika yang mulanya

diambil dari perkataan yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan

itu mempunyai asal kata dari mathema yang berarti pengetahuan dan ilmu atau

knowledge, science. Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya

yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar atau

berpikir.

Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu

pengetahuan yang didapat dengan berpikir atau bernalar. Matematika lebih

menekankan kegiatan dalam dunia rasio atau penalaran, bukan menekankan dari

hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran

manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran. Matematika


6

terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris. Kemudian

pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan

penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep

matematika supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk itu mudah

dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan

bahasa matematika atau notasi matematika yang bernilai global (universal).

Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar

terbentuknya matematika. Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein

dan mathenem yang berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat

hubungannya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian,

ketahuan atau intelegensi.

Pendefinisian matematika sampai saat ini belum ada kesepakatan yang

bulat, namun demikian dapat dikenal melalui karakteristiknya. Sedangkan

karakteristik matematika dapat dipahami melalui hakekat matematika. Hudoyo

mengemukakan bahwa hakikat matematika berkenan dengan ide-ide, struktur-

struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi

matematika berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak. Selanjutnya

dikemukakan bahwa apabila matematika dipandang sebagai struktur dari

hubungan-hubungan maka simbol- simbol formal diperlukan untuk membantu

memanipulasi aturan-aturan yang beroperasi di dalam struktur-struktur. Sedang

Soedjadi berpendapat bahwa simbol-simbol di dalam matematika umumnya masih

kosong dari arti sehingga dapat diberi arti sesuai dengan lingkup semestanya.

1. Definisi para ahli mengenai Matematika


7

a. Nasution, 1980

Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein dan mathenem

yang berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat hubungannya

dengan kata sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian,

ketahuan atau intelegensi.

b. James dan James, 1976

Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan,

besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya.

Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan

geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika

terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris dan

analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.

c. Russefendi, 1989

Matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak

didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil yang

dibuktikan kebenarannya, sehingga matematika disebut ilmu deduktif.

B. Matematika adalah ilmu Deduktif

Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari

kebenaran (generalisasi) dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan

alam dan ilmu pengetahuan yang lain. Metode yang pencarian kebenaran yang

dipakai adalah metode deduktif, tidak dapat dengan cara induktif. Pada ilmu

pengetahuan alam adalah metodeinduktif dan eksperimen.


8

Walaupun dalam matematika mencari kebenaran itu dapat dimulai dengan

cara induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan

harus bisa di buktikan dengan cara deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi

dari sifat, teori atau dalil itu dapat diterima kebenarannya sesudahnya dibuktikan

secara deduktif.

C. Matematika adalah ilmu tentang pola dan hubungan.

Matematika disebut sebagai ilmu tentang pola karena pada matematika

sering dicari keseragaman seperti keturutan, keterkaitan pola darisekumpiulan

konsep-konsep tertentu atau model yang merupakan representasinya untuk

membuat generalisasi. Matematika disebut ilmu tentang hubungan karena konsep

matematika satu dengan lainnya saling berhubungan.

D. Matematika adalah bahasa simbol

Matematika yang tediri dari simbol-simbol yang sangat padat arti dan

bersifat international. Pada arti berati simbol-simbol matematika di tulis dengan

cara singkat tapi mempunyai arti yang luas.

E. Matematika sebagai ratu dan pelayan ilmu

Matematika sebagai ratu ilmu artinya matematika sebagai alat dan

pelayan ilmu yang

lain. Matematika sebagai suatu ilmu yang berfungsi melayani ilmu pengetahuan.

Matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu,

juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan

operasionalnya.
9

F. Kegunaan matematika

1. Matematika sebagai pelayan ilmu yang lain.

Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari

matematika. Contoh :

a. Penemuan dan pengembangan Teori Mendel dalam Biologi melalui

konsep propabolitas.

b. Perhitungan dengan bilangan imajiner digunakan untuk memecahkan

masalah tentang kelistrikan.

c. Dalam ilmu kependudukan, matematika digunakan untuk memprediksi

jumlah penduduk dll.

d. Dengan matematika, Einstein membuat rumus yang dapat digunakan

untuk menaksir jumlah energi yang dapat diperoleh dari ledakan atom.

e. Dalam ilmu pendidikan dan psikologi, khususnya dalam teori belajar,

selain digunakan statistik juga digunakan persamaan matematis untuk

menyajikan teori atau model dari penelitian.

f. Dalam seni grafis, konsep transformasi geometric digunakan untuk

melukis mosaik.

g. Dalam seni musik, barisan bilangan digunakan untuk merancang alat

musik.

h. Banyak teori-teori dari Fisika dan Kimia (modern) yang ditemukan dan

dikembangkan melalui konsep Kalkulus.

i. Teori Ekonomi mengenai Permintaan dan Penawaran dikembangkan

melalui konsep Fungsi Kalkulus tentang Diferensial dan Integral.


10

2. Matematika digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya dalam

kehidupan sehari-hari. Berikut adalah contohnya:

1) Memecahkan persoalan dunia nyata.

2) Menghitung luas daerah.

3) Menghitung laju kecepatan kendaraan.

4) Mengunakan perhitungan matematika baik dalam pertanian, perikanan,

perdagangan, dan perindustrian.

5) Menghitung jarak yang ditempuh dari suatu tempat ke tempat yang lain.

6) Membentuk pola pikir menjadi pola pikir matematis, orang yang

mempelajarinya kritis, sistimatis dan logis.

2.4 Pembelajaran Matematika

Gagne (Pribadi, 2709: 9) mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai ”a

set of events embedded in purposeful activities that facilitate learning”.

Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan

maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar.

Matematika adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Melalui

penggunaan penalaran logika dan abstraksi, matematika berkembang dari

pencacahan, perhitungan, pengukuran, dan pengkajian sistematis terhadap bangun

dan pergerakan benda-benda fisika. Kini, matematika digunakan di seluruh dunia

sebagai salat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu alam, teknik, kedokteran

medis, dan ilmu sosial seperti ekonomi, dan psikologi. Oleh karena itu,

matematika penting untuk dipelajari oleh semua kalangan.


11

Pengajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas mengajar dan aktivitas

belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan guru dalam konteks

mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara belajar dan

mengajar. Jalinan komunikasi ini menjadi indikator suatu aktivitas atau proses

pengajaran yang berlangsung dengan baik. Dengan demikian tujuan pengajaran

adalah tujuan dari suatu proses interaksi antara guru dan peserta didik dalam

kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang

pesat baik meteri maupun kegunaannya. Mata pelajaran matematika berfungsi

melambangkan kemampuan komunikasi dengan menggambarkan bilangan-

bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat memberi

kejelasan dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun tujuan dari pengajaran matematika adalah:

1. Mempersiapkan peserta didik agar sanggup menghadapi perubahan keadaan

dan pola pikir dalam kehidupan dan dunia selalu berkembang, dan

2. Mempersiapkan peserta didik menggunakan matematika dan pola pikir

matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai

ilmu pengetahuan.

Dari uraian di atas jelas bahwa kehidupan ini akan terus berkembang

sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu

peserta didik harus memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola

informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah. Kemampuan ini

membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemampuan


12

bekerja sama yang efektif. Dengan demikian, maka seorang guru harus terus

mengikuti perkembangan matematika dan selalu berusaha agar kreatif dalam

pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat membawa siswa ke arah yang

diinginkan.

2.5 Model Pembelajaran

Model pembelajaran dapat diartikan dengan istilah sebagai gaya atau

strategi yang dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar. dalam penerapannya itu gaya yang dilakukan tersebut mencakup

beberapa hal strategi atau prosedur agar tujuan yang ingin dikehendaki dapat

tercapai. Banyak para ahli pendidikan mengungkapkan berbagai pendapatnya

mengenai pengertian model pembelajaran.

Model pembelajaran tidak terlepas dari kata strategi atau model

pembelajaran identik dengan istilah strategi. model pembelajaran dan strategi

merupakan satu yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya harus beriringan, sejalan,

dan saling mempengaruhi. Istilah strategi itu sendiri dapat diuraikan sebagai taktik

atau sesuatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Selain itu strategi

dalam pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu perangkat materi dan

prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama, terpadu untuk

menciptakan hasil belajar yang diinginkan guru pada siswa. agar tujuan

pendidikan yang telah disusun dapat secara optimal tercapai, maka perlu suatu
13

metode yang diterapkan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan

tersebut.

Dengan demikian dapat dijabarkan bahwa dalam satu strategi

pembelajaran menggunakan beberapa metode. Contohnya bila ingin

melaksanakan sebuah strategi ekspositori misalnya, dapat menggunakan metode

ceramah, metode tanya jawab, atau metode diskusi dengan memanfaatkan sumber

daya yang ada dan mudah didapatkan di sekitar sekolah yaitu bisa dengan

menambahkan media pembelajaran. Oleh sebab itu, strategi berbeda dengan

metode. Strategi lebih menunjukkan pada sebuah perencanaan atau yang biasa

dikenal dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), tentu dengan maksud

untuk mencapai sesuatu. sedangkan metode adalah suatu cara tersendiri yang

dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain, strategi adalah a

plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in

echieving something.

Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip

atau teori pengetahuan. berbagai ahli pendidikan menyusun model pembelajaran

berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis,

analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung dalam model-model

pembelajaran ini banyak diamati oleh peneliti Joyce & Weil. Mereka mempelajari

dan menerapkan berbagai model pembelajaran berdasarkan teori belajar yang

kemudian dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran. dan

mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang

dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka


14

panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, mendidik dan membimbing

siswa terhadap pembelajaran di kelas.

2.6 Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)

Auditory Intellectually Repetition (AIR) merupakan model pembelajaran

yang mirip dengan model pembelajaran Somatic Auditory Visualization

Intellectually (SAVI) dan pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic

(VAK), bedanya hanya pada repetisi yaitu pengulangan yang bermakna

pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian

tugas atau kuis. Vera (Juliani, 2712: 8) berpendapat bahwa, “Model pembelajaran

AIR diartikan sebagai model pembelajaran yang menekankan tiga aspek, yaitu

auditory (belajar dengan mendengar), intellectualy (belajar dengan berfikir), dan

repetition (pengulangan) agar belajar menjadi efektif”.

1. Auditory

Auditory berarti belajar dengan melibatkan pendengaran. Belajar auditori

adalah belajar dengan berbicara dan mendengar. Belajar auditori merupakan cara

belajar yang standar bagi semua orang sejak awal sejarah. pada pembelajaran ini

siswa belajar dari suara, dialog, menceritakan kepada orang lain sebuah

pengalaman, belajar dan berbicara dengan diri sendiri, mengingat bunyi dan

irama, mendengarkan kaset dan dari mengulang apa yang dibaca dalam hati.

Ketika telinga menangkap dan menyimpan informasi, beberapa area

penting di otak menjadi aktif. Guru dapat merancang pembelajaran matematika

yang menarik saluran auditori dengan melakukan tindakan seperti mengajak siswa
15

membicarakan materi apa yang sedang dipelajari, dan siswa diminta untuk

mengungkapkan pendapat atas informasi yang telah didengarkan dari penjelasan

guru.

Merancang pembelajaran yang menarik pada pembelajaran auditori carilah

cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka bicarakan,

pelajari, baca keras-keras dan ajak berbicara saat mereka memecahkan masalah,

membuat model, mengumpulkan informasi, menguasai keterampilan dan lain-lain.

2. Intellectualy

Intellectualy berarti menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran

mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk

merenungkan suatu pengalaman, menciptakan hubungan, makna, rencana, dan

nilai dari pengalaman tersebut. Belajar intelektual adalah bagian untuk merenung,

menciptakan, memecahkan masalah dan membangun makna. Aspek intelektual

dalam belajar aka terlatih jika guru mengajak siswa terlibat dalam aktivitas

seperti:

1. memecahkan masalah;

2. menganalisis masalah;

3. mengerjakan perencanaan strategis;

4. melahirkan gagasan kreatif;

5. mencari dan menyaring informasi;

6. merumuskan pertanyaan;

7. menerapkan gagasan baru pada pekerjaan;

8. meramalkan implikasi suatu gagasan.


16

Takari (Juliani, 2712: 4) mengartikan “Belajar dengan intelektual bukan

berarti belajar tanpa emosi, rasionalistis, berhubungan dan akademis”. Berfikir

pada hakikatnya adalah suatu rahmat dan karunia dari Allah. Sarbana (Juliani,

2712: 4) berpendapat bahwa,

“Berfikir adalah proses aktifnya otak melalui indra mata, telinga dan rasa akan

diolah didalam otak melalui peristiwa listrik yang akan merangsang sekaligus

mengaktifkan sel-sel otak”. Selanjutnya masing-masing sel otak akan saling

berinteraksi melalui sebuah media yang dinamakan neurotransmitter, semakin

banyak hubungan yang terjadi maka fungsi otak akan semakin meningkat yang

berarti makin cerdas.

3. Repetition

Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan,

pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis. Bila

guru menjelaskan suatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang. Karena ingatan

siswa tidak selalu tetap dan mudah lupa, maka perlu dibantu dengan mengulangi

pelajaran yang sedang dijelaskan. Pelajaran yang diulang akan memberikan

tanggapan yang jelas, dan tidak mudah dilupakan, sehingga dapat digunakan oleh

siswa untuk memecahkan masalah. Ulangan dapat diberikan secara teratur, pada

waktu-waktu tertentu, atau setelah tiap unit diberikan, maupun secara insidentil

jika dianggap perlu (Slameto dalam Panjaitan, 2712: 11). Menurut Suherman

(2703) menjelaskan bahwa, “Pengulangan yang akan memberikan dampak positif

adalah pengulangan yang tidak membosankan dan disajikan dalam metode yang

menarik”.
17

Menurut Herdian (Panjaitan, 2712: 11) mengemukakan bahwa, Ada

beberapa jenis kegiatan yang dilakukan dalam Auditory Intellectually Repetion

(AIR) pada matematika, yaitu sebagai berikut.

1) Membentuk pembelajaran kelompok dan diskusi

Pada kegiatan ini siswa dapat saling menukar informasi yang didapatnya

dan siswa dapat mengeluarkan ide mereka secara verbal atau guru mengajak

siswa membicarakan tentang apa yang dipelajari, diantaranya

menterjemahkan pengalaman mereka dengan suara, mengajak mereka

berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan

informasi, dan sebagainya sehingga mereka akan melahirkan gagasan yang

kreatif.

2) Memecahkan masalah

Pada kegiatan ini ada beberapa hal yang dilakukan siswa dalam

mengerjakan perencanaan strategis untuk menyelesaikan soal, yaitu mencari

dan menyaring informasi, merumuskan pertanyaan, membuat model dan

menyelesaikan soal dengan menerapkan seluruh gagasan pada pekerjaan.

3) Melakukan presentasi

Pada kegiatan ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaan

yang telah mereka diskusikan tadi. Siswa diharapkan dapat memikirkan

bagaimana cara mereka untuk menerapkan informasi dalam presentasi

tersebut sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam

memecahkan masalah. Kemudian siswa yang lain menanggapi hasil diskusi


18

kelompok lain sehingga terjadi diskusi antar seluruh siswa dan guru akan

membantu jika siswa mengalami kesulitan.

4) Melakukan repetisi

Pada kegiatan ini guru melakukan repetisi kepada seluruh siswa tetapi

bukan secara berkelompok melainkan secara individu. Repetisi yaitu

pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara

siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun

yang menjadi kelebihan dari model pembelajaran AIR adalah sebagai berikut.

a. Melatih pendengaran dan keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapat

(Auditory).

b. Melatih siswa untuk memecahkan masalah secara kreatif (Intellectually).

c. Melatih siswa untuk mengingat kembali tentang materi yang telah dipelajari

(Repetition).

d. Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif.

Sedangkan yang menjadi kelemahan dari model pembelajaran AIR adalah

dalam model pembelajaran AIR terdapat tiga aspek yang harus diintegrasikan

yakni Auditory, Intellectually, Repetition sehingga secara sekilas pembelajaran ini

membutuhkan waktu yang lama. Tetapi, hal ini dapat diminimalisir dengan cara

pembentukan kelompok pada aspek Auditory dan Intellectually.


19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan PTK 3 siklus yaitu 1) Pra siklus, 2)


Siklus I, 3) Siklus II. Penelitian dilakukan secara kolaborasi. Pada setiap siklus
memuat 4 langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi. Berikut
gambar 3.1 spiral langkah-langkah dalam PTK ini.

Gambar 3.1
Spiral PTK

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian di SD Negeri Dewi Sartika 1 tahun pelajaran 2714/2715.

Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2715.


20

3.3 Subyek Penelitian

Subyek yang akan diteliti atau sampel yang akan diteliti ialah siswa yang
mendapat pembelajaran matematika kelas III SD Negeri Dewi Sartika 1 tahun
pelajaran 2714/2715.

3.4 Prosedur Tindakan

Terdapat 3 siklus dalam penelitian ini. Pada tiap siklus terdapat 4 langkah

prosedur tindakan yang harus dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, dan refleksi. Berikut penjabaran 4 langkah prosedur tindakan

penelitian ini.

A. Perencanaan

Perencanaan merupakan tindakan awal dari setiap siklus, secara terinci,

langkah-langkahnya. Pada tahapan ini guru sebagai peneliti merumuskan rencana

tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses

pembelajaran, perilaku, sikap, dan hasil belajar siswa.

B. Pelaksanaan

Dalam tahap ini, dilaksanakan pemecahan masalah sebagaimana yang

telah dirancangkan dengan merumuskan rencana tindakan, sebagai upaya

perbaikan dan peningkatan atau perubahan proses pembelajaran, perilaku, sikap,

dan hasil belajar siswa yang diiinginkan.

C. Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksananan pembelajaran

baik terhadap proses tindakan, efek tindakan, maupun terhadap hasil tindakan

yang dilakukan. Pengamatan dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui


21

seberapa jauh tindakan yang dilakukan menghasilkan dampak guna membantu

pencapaian tujuan yang direncanakan.

D. Refleksi

Dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi,

masalah yang muncul , dan segala yang berkaitan dengan tindakan yang

dilakukan. Pelaksanaan refleksi oleh peneliti untuk mengevaluasi hasil tindakan

dan merumuskan perencanaan tindakan berikutnya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

dengan menggunakan soal tes tertulis dan lembar pengamatan. Soal tes dilakukan

untuk mengetahui sejauh mana kemampuan penguasaan materi pada siswa setelah

diberikan perlakuan pembelajaran, yang nantinya hasil penilaian tes dapat

digunakan untuk melihat sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa. Lembar

pengamatan dimaksudkan untuk memperoleh data tentang bagaimana sikap siswa

terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan. Pengamatan dilakukan

pada sikap siswa baik secara individual maupun kelompok.

3.6 Instrumen

1. Lembar pengamatan

Lembar pengamatan sikap siswa dalam pembelajaran diberikan dengan

tujuan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan, keaktifan, minat siswa terhadap
22

model pembelajaran yang diberikan oleh guru. Berikut lembar pengamatan yang

ditunjukan oleh tabel 3.1.

Tabel 3.1
Lembar Pengamatan

Siklus I Siklus II

Intellectually

Intellectually
Indikator

Repetition

Repetition
Auditory

Auditory
No. Nama Siswa Pencapaian Model
AIR

1. S1  Belajar dengan
2. S2 berbicara dan
3. S3 mendengar
4. S4 (auditory)
 Belajar dengan
5. S5
berpikir
... ... (Intellectually)
... ...  Belajar bermakna
... ... pendalaman dengan
... ... mengerjakan soal
... ... atau kuis yang
... ... diberikan
... ... (Repetition)

Keterangan : berilah tanda (ceklis) pada kolom yang disediakan.

2. Soal tes

Soal tes yang diberikan harus sesuai dengan materi pembelajaran yang

dilakukan. Soal tes diberikan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan yang berbeda.

3. Dokumentasi

Dokumen kegiatan adalah dokumen yang digunakan selama penelitian

yaitu nilai tes, hasil pekerjaan siswa, dokumen nilai peningkatan siswa, dan foto

kegiatan selama penelitian.


23

3.7 Indikator keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini terjadi jika adanya peningkatan

yang signifikan melalui tahapan siklus yang dilaksanakan. Variabel yang diamati

dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa.

3.8 Jadwal kegiatan

Agustus September Oktober November


No Macam Kegiatan Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Menyusun Proposal
2 Menyusun perangkat pembelajaran
3 Menyusun instrumen penelitian
4 Persiapan tindakan
5 Pelaksanaan tindakan 1
6 Pelaksanaan tindakan 2
7 Analisis data
8 Penyusunan laporan
9 Seminar
24

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan tidak menggunakan model

pembelajaran AIR, rata-rata hasil belajar matematika semester I kelas III SD

Negeri Dewi Sartika 1 menunjukkan nilai 59,81 dengan persentase ketuntasan

hasil belajar 15%. Kondisi tersebut menjadikan indikator pada penelitian ini

bahwa kemampuan belajar matematika siswa kelas III SD Negeri Dewi Sartika 1

adalah rendah. Rendahnya kemampuan siswa tersebut di atas disebabkan karena

siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Berdasarkan hasil

observasi pada waktu guru mengajar, menunjukkan bahwa pembelajaran yang

terjadi cenderung bersifat monoton, satu arah, kurang komunikatif, cenderung

bersifat ceramah, serta siswa kurang terlibat aktif.

Berdasarkan kajian awal tersebut, maka perlu suatu pendekatan

pembelajaran yang mampu meningkatkan situasi kelas yang kondusif, siswa

terlibat aktif dalam belajar, terjadinya komunikasi dua arah, serta siswa meningkat

motivasinya untuk belajar. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran

dengan model pembelajaran AIR.

4.2 Gambaran Umum Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui 3 siklus, siklus tersebut yaitu 1) Pra


Siklus, 2) Siklus I, 3) Siklus II. Dalam pra siklus, guru sebagai peneliti menerima
kondisi awal siswa sebelum diberikan perlakuan pembelajaran. Dengan kata lain,
25

guru belum memberikan model pembelajaran yang akan digunakan. Rata-rata


nilai yang diperoleh siswa adalah 59,81 dengan persentase ketuntasan belajar
sebesar 15%.
Selanjutnya pada siklus I, guru mulai memberikan model pembelajaran

yang digunakan tetapi menitik beratkan pada belajar dengan mendengar dan

mengemukakan pendapat (Auditory) dan belajar dengan berpikir (Intellectually).

Sedangkan pemberian soal-soal latihan (repetition) tidak menjadi fokus utama

pada siklus ini. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 69,44 dengan

persentase ketuntasan hasil belajar sebesar 56%. Hasil tersebut menandakan

adanya peningkatan hasil belajar siswa, namun peningkatan yang terjadi belum

signifikan.

Pada siklus II tidak terlalu berbeda dengan siklus I, hanya pada siklus ini

pemberian soal-soal latihan yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman

siswa (repetition) menjadi fokus utama dalam kegiatan pembelajaran. Hasil yang

diperoleh menunjukan peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan. Rata-rata

nilai yang diperoleh siswa adalah 80,56 dengan persentase ketuntasan hasil belajar

sebesar 89%.

Hasil pengamatan di dalam kelas menunjukan peningkatan pula. Pada

siklus I hasil pengamatan menunjukan persentase sebesar 80%, kemudian pada

siklus II menunjukan persentase sebesar 93%. Dengan demikian, hipotesis dalam

penelitian ini berhasil dibuktikan bahwa model pembelajaran AIR dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.


26

4.3 Deskripsi Pelaksanaan Per Siklus

4.3.1 Pra Siklus

Dalam pra siklus, peneliti dalam hal ini guru, menerima kondisi awal

siswa sebelum diberikan perlakuan pembelajaran. Dengan kata lain, guru belum

memberikan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4.3.2 Siklus I

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, guru bertugas menyiapkan

segala hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Secara garis besar

penyusunan RPP yang sesuai dengan model pembelajaran yang akan digunakan,

mempersiapkan materi yang akan diajarkan, mempersiapkan LKS untuk siswa

mungkin salah satunya.

Sebelum dimulai pelajaran, murid dipersilahkan berdoa terlebih dahulu

menurut kepercayaannya masing-masing, melakukan apersepsi terhadap materi

yang akan diajarkan, membuka komunikasi percakapan dua arah antara guru dan

siswa (Auditory).

Dalam pelaksanaan pada siklus I, guru memberikan model pembelajaran

yang digunakan tetapi menitik beratkan pada belajar dengan mendengar dan

mengemukakan pendapat (Auditory) dan belajar dengan berpikir (Intellectually).

Sedangkan pemberian soal-soal latihan yang bertujuan untuk memperdalam

pemahaman siswa (repetition) tidak menjadi fokus utama pada siklus ini. guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapat

(Auditory), guru memberikan persoalan yang menyangkut materi kepada siswa

(Intellectually).
27

Ada 3 aspek yang diamati dalam penelitian ini. 1) Pengamatan terhadap

siswa dalam belajar dengan berbicara dan mengemukakan pendapat (auditory).

Tugas guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan

pendapat terkait materi yang diajarkan, sehingga interaksi antara guru dan siswa

atau siswa dengan siswa lain terjadi dalam roses pembelajaran. 2) Pengamatan

terhadap siswa dalam belajar dengan berpikir (Intellectually). Agar siswa berpikir

tugas guru adalah memberikan permasalahan terkait materi yang diajarkan. 3)

Pengamatan terhadap siswa dalam mengerjakan latihan soal-soal yang diberikan

oleh guru (repetition). Tugas guru melihat apakah seluruh siswa telah

mengerjakan soal-soal yang diberikan.

Selanjutnya guru melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran yang

telah terjadi, mengidentifikasi masalah baru yang muncul, dan segala yang

berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi

hasil tindakan dan merumuskan perencanaan tindakan berikutnya.

4.3.3 Siklus II

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, selalu diawali dengan

penyusunan RPP yang sesuai dengan model pembelajaran yang akan digunakan,

materi yang akan diajarkan, dan mempersiapkan instrument pembelajaran.

Sebelum dimulai pelajaran, murid dipersilahkan berdoa terlebih dahulu,

selanjutnya melakukan apersepsi terhadap materi yang akan diajarkan, membuka

komunikasi percakapan dua arah antara guru dan siswa (Auditory).

Dalam pelaksanaan pada siklus II, pada siklus ini pemberian soal-soal

latihan yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman siswa (repetition)


28

menjadi fokus utama dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan auditori dan

intelektual bukan menjadi focus utama dalam siklus ini.

Ada 3 aspek yang sesuai dengan model pembelajaran yang diamati dalam

penelitian ini. 1) Pengamatan terhadap siswa dalam belajar dengan berbicara dan

mengemukakan pendapat (auditory). Tugas guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengemukakan pendapat terkait materi yang diajarkan, sehingga

interaksi antara guru dan siswa atau siswa dengan siswa lain terjadi dalam roses

pembelajaran. 2) Pengamatan terhadap siswa dalam belajar dengan berpikir

(Intellectually). Agar siswa berpikir tugas guru adalah memberikan permasalahan

terkait materi yang diajarkan. 3) Pengamatan terhadap siswa dalam mengerjakan

latihan soal-soal yang diberikan oleh guru (repetition). Tugas guru melihat apakah

seluruh siswa telah mengerjakan soal-soal yang diberikan.

Selanjutnya guru melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran yang

telah terjadi, mengidentifikasi masalah baru yang muncul, dan segala yang

berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi

hasil tindakan dan merumuskan perencanaan tindakan berikutnya.

4.4 Hasil Penelitian Per Siklus

4.4.1 Pra Siklus

Tabel 4.1
Data Penelitian Pra Siklus
≥ KKM < KKM
Banyaknya siswa 4 23
Rata-rata nilai 59,81
Persentase ketuntasan 15%
29

Dalam pra siklus, peneliti dalam hal ini guru menerima kondisi awal siswa

sebelum diberikan perlakuan pembelajaran. Dengan kata lain, guru belum

memberikan model pembelajaran yang dianggap dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Hasil yang diperoleh ternyata 4 dari 27 siswa telah mencapai nilai KKM

yang ditentukan. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 59,81 dengan

persentase sebesar 15%.

4.4.2 Siklus I

Siklus I merupakan tindak lanjut dari pra siklus, karena dari pra siklus

menunjukan adanya indikator tingkat hasil belajar siswa yang sangat rendah.

Pembelajaran dilakukan dengan model AIR, yang lebih menekankan pada aspek

auditori dan intelektual di dalam pembelajarannya. Berikut tabel 4.2 hasil

penelitian pada siklus I dan tabel 4.3 pengamatan siklus I di bawah ini.

Tabel 4.2
Data Hasil Penelitian Siklus I
≥ KKM < KKM
Banyaknya siswa 11 9
Rata-rata nilai 69,44
Persentase ketuntasan 56%

Tabel 4.3
Data Hasil Pengamatan Siklus I
Aspek yang diamati
auditory Intellectually repetition
Banyaknya siswa 17 16 15
Persentase 89% 80% 75%
Persentase keseluruhan 80%

Pada siklus I, guru mulai memberikan model pembelajaran yang

digunakan tetapi menitik beratkan pada belajar dengan mendengar dan

mengemukakan pendapat (Auditory) dan belajar dengan berpikir (Intellectually).


30

Sedangkan pemberian soal-soal latihan yang bertujuan untuk memperdalam

pemahaman siswa (repetition) tidak menjadi fokus utama pada siklus ini. Tabel

4.2 menunjukan, 15 dari 27 siswa dinyatakan telah melampaui KKM dengan rata-

rata nilai yang diperoleh siswa adalah 69,44 dengan persentase ketuntasan sebesar

56%.

Hasil pengamatan yang disajikan tabel 4.3 di atas, menunjukan

pengamatan terhadap siswa dalam belajar dengan berbicara dan mengemukakan

pendapat pada siklus I dengan model AIR menunjukan 17 dari 27 siswa yang

aktif, dengan persentase sebesar 89%. Pengamatan terhadap siswa dalam belajar

dengan berpikir pada tabel menunjukan 16 dari 27 siswa yang aktif, dengan

persentase sebesar 80%. Pengamatan terhadap siswa dalam mengerjakan soal-soal

yang diberikan oleh guru pada tabel menunjukan 15 dari 27 siswa, dengan

persentase sebesar 75%. Maka persentase secara keseluruhan terhadap model

pembelajaran AIR pada siklus I menunjukan nilai sebesar 80%.

4.4.3 Siklus II

Siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I, karena dari siklus I belum

menunjukan adanya peningkatan yang signifikan. Pembelajaran dilakukan dengan

model AIR, yang lebih menekankan pada aspek repetisi. Berikut tabel 4.4 hasil

penelitian pada siklus II dan tabel 4.5 pengamatan siklus II di bawah ini.

Tabel 4.4
Data Penelitian Siklus II
≥ KKM < KKM
Banyaknya siswa 24 3
Rata-rata nilai 80,56
Persentase ketuntasan 89%
31

Tabel 4.5
Data Hasil Pengamatan Siklus II
Aspek yang diamati
auditory Intellectually repetition
Banyaknya siswa 19 19 18
Persentase 95% 95% 90%
Persentase keseluruhan 93%

Pada siklus II, guru memberikan langkah-langkah proses pembelajaran

yang tidak jauh berbeda pada siklus I, hanya pada siklus ini lebih menitik beratkan

pada pemberian soal-soal latihan yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman

siswa (repetition). Tabel 4.4 menunjukan, 24 dari 27 siswa dinyatakan telah

melampaui KKM dengan rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 80,56 dengan

persentase ketuntasan hasil belajar sebesar 89%.

Hasil pengamatan yang disajikan tabel 4.5 di atas, menunjukan

pengamatan terhadap siswa dalam belajar dengan berbicara dan mengemukakan

pendapat pada siklus II dengan model AIR menunjukan 19 dari 27 siswa yang

aktif, dengan persentase sebesar 95%. Pengamatan terhadap siswa dalam belajar

dengan berpikir pada tabel menunjukan 19 dari 27 siswa yang aktif, dengan

persentase sebesar 95%. Pengamatan terhadap siswa dalam mengerjakan soal-soal

yang diberikan oleh guru pada tabel menunjukan 18 dari 27 siswa, dengan

persentase sebesar 90%. Maka persentase secara keseluruhan terhadap model

pembelajaran AIR pada siklus II menunjukan nilai sebesar 93%. Hal ini

menunjukan sikap positif siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan.


32

4.5 Pembahasan Hasil

Tabel 4.6
Pembahasan Hasil Belajar Per Siklus
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Nilai rata-rata 59,81 69,44 80,56
Persentase 15% 56% 89%

Persentase Ketuntasan Belajar Siswa


100% 89%
90%
80%
70%
56%
60% Pra siklus
50% Siklus I
40% Siklus II
30%
20% 15%
10%
0%

Diagram 4.1
Persentase Ketuntasan Belajar Siswa

Tabel 4.7
Pembahasan Hasil Pengamatan Per Siklus
Siklus I Siklus II
Auditory Intellectually Repetition Auditory Intellectually Repetition

Persentase 89% 80% 75% 95% 95% 90%


Persentase
80% 93%
keseluruhan
33

Persentase Hasil Pengamatan


95%
93%

90%

85%

Persentase Hasil
80% Pengamatan
80%

75%

70%
Siklus I Siklus II

Diagram 4.2
Persentase Hasil Pengamatan

Tabel 4.6 di atas menunjukan ketuntasan hasil belajar siswa pada pra

siklus memperoleh persentase sebesar 15% dengan rata-rata nilai 59,81. Hal

tersebut jauh dari kata berhasil, karena hanya 4 dari 27 siswa yang mampu

mencapai ketuntasan belajar.

Pada siklus I, guru mulai memberikan model pembelajaran yang

digunakan tetapi menitik beratkan pada belajar dengan mendengar dan

mengemukakan pendapat (Auditory) dan belajar dengan berpikir (Intellectually).

Ketuntasan hasil belajar siswa memperoleh persentase sebesar 56% dengan nilai

rata-rata 69,44. Sedangkan hasil pengamatan dilakukan melalui 3 aspek yaitu

auditori, intelektul, dan repetisi. Nilai rata-rata hasil pengamatan siswa pada siklus

I memperoleh persentase sebesar 80%.


34

Pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar siswa, hal tersebut dapat

dilihat dari peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar 9,9 dibandingkan pada pra

siklus, namun peningkatan yang terjadi belum signifikan.

Selanjutnya pada siklus II, guru lebih menitik beratkan pada pemberian

soal-soal latihan yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman siswa

(repetition). Ketuntasan hasil belajar siswa memperoleh persentase sebesar 89%

dengan nilai rata-rata 80,56. Sedangkan nilai rata-rata hasil pengamatan siswa

pada siklus II memperoleh persentase sebesar 93%. Terjadi peningkatan hasil

belajar siswa, yang dapat dilihat dari peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar

11,5 dibandingkan pada siklus I.

Dari data yang disajikan di atas, dapat disimpulkan bahwa dari setiap

siklus yang dilalui terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar siswa secara

signifikan, begitu pula sikap siswa terhadap model pembelajaran yang diberikan.

Hal ini telah membuktikan kebenaran hipotesis dalam penelitian bahwa model

AIR dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


35

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan yang telah disajikan pada bab IV, Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) pada siswa kelas III di SD Negeri Dewi Sartika 1 tentang

meningkatkan hasil belajar siswa melalui upaya model pembelajaran Auditory

Intellectually Repetition (AIR), secara umum dapat dikemukakan dalam simpulan

dan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian ini.

5.1 Simpulan

1. Berdasarkan hasil pembahasan yang telah disajikan pada bab IV diperoleh

bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Dewi

Sartika 1 menggunakan model Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada

mata pelajaran matematika.

2. Dari hasil pengamatan kelas, siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap

pembelajaran matematika dengan menggunakan model Auditory

Intellectually Repetition (AIR).

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan di atas, maka penulis

menyampaikan saran-saran sebagai berikut.

1. Bagi guru dan calon guru matematika, hendaknya dijadikan sebagai masukan

untuk mencari solusi yang lebih efektif berkaitan dengan meningkatkan hasil

belajar siswa sehingga dapat menjadi salah satu alternatif untuk memperbaiki
36

proses pembelajaran di kelas. Model Auditory Intellectually Repetition (AIR)

dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika yang dapat mengaktifkan

dan meningkatkan kemampuan intelektual siswa.

2. Bagi sekolah, dijadikan masukan dalam rangka meningkatkan mutu

pembelajaran khususnya matematika dan sebagai inovasi pembelajaran serta

menambah wawasan baru.

3. Bagi peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dijadikan bahan

pertimbangan untuk dilakukan penelitian serupa tapi pada materi dan subjek

yang berbeda.
37

DAFTAR PUSTAKA

Pengertian belajar. Sumber tersedia:


http://belajarpsikologi.com/pengertianbelajar-menurut-
ahli/

Hasil belajar. Sumber tersedia:


https://himitsuqalbu.wordpress.com/2714/03/21/definisi-
hasil-belajar-menurut para-ahli/
Hakekat matematika. Sumber tersedia:
https://hartikadwipratiwi.wordpress.com/2713/11/15/maka
lah-hakekat-matematika/
Pembelajaran matematika. Sumber tersedia:
http://www.kajianteori.com/2714/02/pengertian-
pembelajaran-matematika.html
Model pembelajaran. Sumber tersedia:
http://area.blogwahyu.com/2713/12/pengertian-
pendekatan-strategi-dan.html
Model pembelajaran AIR. Sumber tersedia:
http://dhiantienz.blogspot.co.id/2714/01/model-
pembelajaran-air-auditory.html
38

SILABUS

Sekolah : SD Negeri Dewi Sartika 1


Kelas :3
Mata Pelajaran : Matematika
Semester : I (satu)
Standar Kompetensi : 1. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka
Aspek : Bilangan

Penilaian
Alokasi Sumber /
Kompetensi Materi
Kegiatan Pembelajaran Indikator Teknik Bentuk Contoh Waktu Bahan /
Dasar Ajar
Instrumen Instrumen (menit) Alat

1.2. Melakukan  Operasi  Menyediakan kartu  Menuliskan Tugas Isian Singkat Terlampir 3  35 Pusat
penjumlahan Hitung bilangan ribuan, bilangan dalam Individu menit. perbukuan
dan Penjumla ratusan dan puluhan bentuk panjang DepDiknas
pengurangan han dan (ribuan, ratusan, Matematika
tiga angka Penguran  Bermain kartu puluhan, dan SD/MI
gan bilangan untuk satuan) kelas 2.
menentukan letak
angka ribuan,ratusan,  Mengenal nilai
dan puluhan tempat dengan
sampai dengan
ribuan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Siklus I

Satuan Pendidikan : SD Negeri Dewi Sartika 1

Mata pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : III (tiga)/I

Pertemuan ke :

Alokasi Waktu : 3 x 35 menit

Materi Pokok : Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan

I. Standar Kompetensi : Bilangan


Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka

II. Kompetensi Dasar :


1.2 Melakukan penjumlahan dan pengurangan tiga angka

III. Indikator :
1.2.1 Menuliskan bilangan dalam bentuk panjang (ribuan, ratusan, puluhan, dan satuan)

1.2.2 Mengenal nilai tempat dengan sampai dengan ribuan


IV. Metode/Alat Pembelajaran
Model : Auditory Intellectually Repetition (AIR)
Metode : Tanya jawab, diskusi, tugas individual.
Media : Kartu bilangan
V. Tujuan Pembelajaran
 Siswa dapat menuliskan dalam bilangan bentuk panjang
 Siswa dapat mengenal nilai tempat suatu bilangan
 Siswa dapat menyebut letak angka berdasarkan nilai tempat

39
40

VI. Langkah – langkah pembelajaran


Pendahuluan :
1. Apersepsi
 Membahas PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
 Mengingat kembali materi sebelumnya.
 Pemberian Motivasi
2. Kegiatan Inti :
Auditory
1) Guru bertanya kepada siswa tengan kegiatan berbelanja di supermarket
2) Guru memberikan contoh belanja di supermarket beserta harganya.
3) Guru memberikan arahan kepada siswa tentang harga yang tertera pada
barang belanjaan di supermarket seperti susu, pasta gigi dan mie instant
4) Siswa berdiskusi dengan kelompoknya tentang harga barang dan mampu
menuliskan harga sesuai dengan yang dibacanya
5) Guru menggunakan kartu dengan angka ribuan, ratusan dan puluhan
Intellectually
6) Dengan tanya jawab guru menjelaskan tentang kartu bilangan
7) Guru meletakkan beberapa kartu bilangan di depan kelas dan meminta
siswa mengurutkannya
8) Guru membagikan kartu bilangan kepada siswa.
9) Guru meminta salah satu siswa untuk berdiri didepan kelas.
10) Siswa berdiri secara berurutan sesuai dengan kartu bilangan yang
dimilikinya
11) Siswa menempatkan kartu bilangan berdasarkan angka yang tertera pada
kartu bilangan, guru memantau siswa dan mengarahkan siswa yang
mengalami kesulitan.
12) Guru memandu diskusi dan merumuskan jawaban yang benar
3. Penutup :
1) Membimbing siswa untuk merangkum materi yang baru saja disajikan
2) Guru memberikan tugas atau PR
VII. Alat/ Bahan/ Sumber
Kartu bilangan, Buku Matematika SD/MI Kelas 3
41

VIII. Penilaian
Teknik penilaian : Tugas Individu dan pengamatan kelas.
Bentuk Instrumen : Isian singkat
Contoh instrumen :
3.528 = 3.000 + . . . + ... + ...

3.528 3 menempati tempat ribuan, jadi nilainya 3.000

5 menempati tempat ..............., jadi nilainya ..............

2 menempati tempat ..............., jadi nilainya ..............

8 menempati tempat ..............., jadi nilainya ..............

Nama bilangan 3.528 adalah


..................................................................................................................
..................................................................................................................
................................................................................................

.................., ......................................

Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Matematika

................................... .......................................
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Siklus II

Satuan Pendidikan : SD Negeri Dewi Sartika 1

Mata pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : III (tiga)/I

Pertemuan ke :

Alokasi Waktu : 3 x 35 menit

Materi Pokok : Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan

I. Standar Kompetensi : Bilangan


Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka

II. Kompetensi Dasar :


1.2 Melakukan penjumlahan dan pengurangan tiga angka

III. Indikator :
1.2.1 Menuliskan bilangan dalam bentuk panjang (ribuan, ratusan, puluhan, dan satuan)

1.2.2 Mengenal nilai tempat dengan sampai dengan ribuan


IV. Metode/Alat Pembelajaran
Model : Auditory Intellectually Repetition (AIR)
Metode : Tanya jawab, diskusi, tugas individual.
Media : Kartu bilangan
V. Tujuan Pembelajaran
 Siswa dapat menuliskan dalam bilangan bentuk panjang
 Siswa dapat mengenal nilai tempat suatu bilangan
 Siswa dapat menyebut letak angka berdasarkan nilai tempat

42
43

VI. Langkah – langkah pembelajaran


Pendahuluan :
1. Apersepsi
 Membahas PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
 Mengingat kembali materi sebelumnya.
 Pemberian Motivasi
2. Kegiatan Inti :
Auditory
1) Guru bertanya kepada siswa tengan kegiatan berbelanja di supermarket
2) Guru memberikan contoh belanja di supermarket beserta harganya.
3) Guru memberikan arahan kepada siswa tentang harga yang tertera pada
barang belanjaan di supermarket seperti susu, pasta gigi dan mie instant
4) Siswa berdiskusi dengan kelompoknya tentang harga barang dan mampu
menuliskan harga sesuai dengan yang dibacanya
5) Guru menggunakan kartu dengan angka ribuan, ratusan dan puluhan
Intellectually
6) Dengan tanya jawab guru menjelaskan tentang kartu bilangan
7) Guru meletakkan beberapa kartu bilangan di depan kelas dan meminta
siswa mengurutkannya
8) Guru membagikan kartu bilangan kepada siswa.
9) Guru meminta salah satu siswa untuk berdiri didepan kelas.
10) Siswa berdiri secara berurutan sesuai dengan kartu bilangan yang
dimilikinya
11) Siswa menempatkan kartu bilangan berdasarkan angka yang tertera pada
kartu bilangan, guru memantau siswa dan mengarahkan siswa yang
mengalami kesulitan.
12) Guru memandu diskusi dan merumuskan jawaban yang benar
Repetition
13) Guru memberikan latihan soal yang bertujuan untuk mengajak siswa lebih
memahami materi yang diajarkan.
3. Penutup :
1) Membimbing siswa untuk merangkum materi yang baru saja disajikan
2) Guru memberikan tugas atau PR
44

VII. Alat/ Bahan/ Sumber


Kartu bilangan, Buku Matematika SD/MI Kelas 3

VIII. Penilaian
Teknik penilaian : Tugas Individu dan pengamatan kelas.
Bentuk Instrumen : Isian singkat
Contoh instrumen :
3.528 = 3.000 + . . . + ... + ...

3.528 3 menempati tempat ribuan, jadi nilainya 3.000

5 menempati tempat ..............., jadi nilainya ..............

2 menempati tempat ..............., jadi nilainya ..............

8 menempati tempat ..............., jadi nilainya ..............

Nama bilangan 3.528 adalah


..................................................................................................................
..................................................................................................................
................................................................................................

.................., ......................................

Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Matematika

................................... .......................................
45

DAFTAR NILAI SISWA

PRA SIKLUS

Pra
No Nama KKM Ket
Siklus
1 Akmal Zikri Khairal 70 55 BL
2 Asti Auliya Lisani 70 60 BL
3 Aulia Fahmi Ramadhan 70 60 BL
4 Aura Apriliya Maulina 70 50 BL
5 Bilqis Addawiyah Azzahro 70 45 BL
6 Dwina Yuliani Utami 70 55 BL
7 Fahmi Ahmad Fahrezi 70 75 L
8 Fakhrul Maulana Malik Ihsan 70 55 BL
9 Fathia Kalina Khaerunisa 70 50 BL
10 Fauzan Nurdiansyah 70 60 BL
11 Ismitha Putri Arohim 70 65 BL
12 Mahesa Gibran Syahlani 70 55 BL
13 Muhammad Bintang Herdianto 70 65 BL
14 M. Fahril Nuril Akbar 70 55 BL
Muhammad Nathan Pramudana
15 70 70 L
Kashira
16 Marshanda Triutami 70 75 L
17 Muhammad Fikri Ramadhoan 70 65 BL
18 Naila Chika Puspita 70 60 BL
19 Nedvi Olivia Putri 70 55 BL
20 Novia Dewi Fajri 70 55 BL
21 Nurul Alisa 70 55 BL
22 Phirli Adelsya Rifana 70 65 BL
23 Rangga Al Fathir Siregar 70 55 BL
24 Raudiya Al Qarni 70 55 BL
25 Salwa Novri Ananda 70 75 L
26 Siti Najwa Zildjianti Royadi 70 65 BL
27 Zahwa Riztya Putri 70 60 BL
Jumlah 1615
Rata-rata 59,81
Persentase Ketuntasan 15%
46

DAFTAR NILAI SISWA

SIKLUS I

No Nama KKM Siklus I Ket


1 Akmal Zikri Khairal 70 65 BL
2 Asti Auliya Lisani 70 75 L
3 Aulia Fahmi Ramadhan 70 70 L
4 Aura Apriliya Maulina 70 60 BL
5 Bilqis Addawiyah Azzahro 70 55 BL
6 Dwina Yuliani Utami 70 75 L
7 Fahmi Ahmad Fahrezi 70 80 L
8 Fakhrul Maulana Malik Ihsan 70 65 BL
9 Fathia Kalina Khaerunisa 70 65 BL
10 Fauzan Nurdiansyah 70 65 BL
11 Ismitha Putri Arohim 70 70 L
12 Mahesa Gibran Syahlani 70 65 BL
13 Muhammad Bintang Herdianto 70 75 L
14 M. Fahril Nuril Akbar 70 60 BL
15 Muhammad Nathan Pramudana Kashira 70 75 L
16 Marshanda Triutami 70 80 L
17 Muhammad Fikri Ramadhoan 70 70 L
18 Naila Chika Puspita 70 75 L
19 Nedvi Olivia Putri 70 65 BL
20 Novia Dewi Fajri 70 60 BL
21 Nurul Alisa 70 65 BL
22 Phirli Adelsya Rifana 70 70 L
23 Rangga Al Fathir Siregar 70 65 BL
24 Raudiya Al Qarni 70 80 L
25 Salwa Novri Ananda 70 85 L
26 Siti Najwa Zildjianti Royadi 70 70 L
27 Zahwa Riztya Putri 70 70 L
Jumlah 1875
Rata-rata 69,44
Persentase Ketuntasan 56%
47

DAFTAR NILAI SISWA

SIKLUS II

Siklus
No Nama KKM Ket
II
1 Akmal Zikri Khairal 70 80 L
2 Asti Auliya Lisani 70 85 L
3 Aulia Fahmi Ramadhan 70 85 L
4 Aura Apriliya Maulina 70 75 L
5 Bilqis Addawiyah Azzahro 70 65 BL
6 Dwina Yuliani Utami 70 90 L
7 Fahmi Ahmad Fahrezi 70 90 L
8 Fakhrul Maulana Malik Ihsan 70 75 L
9 Fathia Kalina Khaerunisa 70 80 L
10 Fauzan Nurdiansyah 70 80 L
11 Ismitha Putri Arohim 70 75 L
12 Mahesa Gibran Syahlani 70 75 L
13 Muhammad Bintang Herdianto 70 85 L
14 M. Fahril Nuril Akbar 70 65 BL
15 Muhammad Nathan Pramudana Kashira 70 80 L
16 Marshanda Triutami 70 95 L
17 Muhammad Fikri Ramadhoan 70 85 L
18 Naila Chika Puspita 70 90 L
19 Nedvi Olivia Putri 70 75 L
20 Novia Dewi Fajri 70 65 BL
21 Nurul Alisa 70 80 L
22 Phirli Adelsya Rifana 70 85 L
23 Rangga Al Fathir Siregar 70 80 L
24 Raudiya Al Qarni 70 85 L
25 Salwa Novri Ananda 70 85 L
26 Siti Najwa Zildjianti Royadi 70 80 L
27 Zahwa Riztya Putri 70 85 L
Jumlah 2175
Rata-rata 80,56
Persentase Ketuntasan 89%
48

LEMBAR PENGAMATAN
SIKLUS I

Siklus I
Indikator

Intellectually

Repetition
Auditory
No Nama Pencapaian
Model AIR

1 Akmal Zikri Khairal


2 Asti Auliya Lisani
3 Aulia Fahmi Ramadhan
4 Aura Apriliya Maulina
5 Bilqis Addawiyah Azzahro
6 Dwina Yuliani Utami
7 Fahmi Ahmad Fahrezi
8 Fakhrul Maulana Malik Ihsan
 Belajar dengan
9 Fathia Kalina Khaerunisa berbicara dan
10 Fauzan Nurdiansyah mendengar
11 Ismitha Putri Arohim (auditory)
 Belajar dengan
12 Mahesa Gibran Syahlani
berpikir
13 Muhammad Bintang Herdianto (Intellectually)
14 M. Fahril Nuril Akbar  Belajar
15 Muhammad Nathan Pramudana Kashira bermakna
pendalaman
16 Marshanda Triutami dengan
17 Muhammad Fikri Ramadhoan mengerjakan
18 Naila Chika Puspita soal atau kuis
19 Nedvi Olivia Putri yang diberikan
(Repetition)
20 Novia Dewi Fajri
21 Nurul Alisa
22 Phirli Adelsya Rifana
23 Rangga Al Fathir Siregar
24 Raudiya Al Qarni
25 Salwa Novri Ananda
26 Siti Najwa Zildjianti Royadi
27 Zahwa Riztya Putri
Banyaknya siswa
Persentase Hasil Pengamatan
Persentase Keseluruhan
49

LEMBAR PENGAMATAN
SIKLUS II

Siklus II
Indikator

Intellectually

Repetition
Auditory
No Nama Pencapaian
Model AIR

1 Akmal Zikri Khairal


2 Asti Auliya Lisani
3 Aulia Fahmi Ramadhan
4 Aura Apriliya Maulina
5 Bilqis Addawiyah Azzahro
6 Dwina Yuliani Utami
7 Fahmi Ahmad Fahrezi
8 Fakhrul Maulana Malik Ihsan
 Belajar dengan
9 Fathia Kalina Khaerunisa berbicara dan
10 Fauzan Nurdiansyah mendengar
11 Ismitha Putri Arohim (auditory)
 Belajar dengan
12 Mahesa Gibran Syahlani
berpikir
13 Muhammad Bintang Herdianto (Intellectually)
14 M. Fahril Nuril Akbar  Belajar
15 Muhammad Nathan Pramudana Kashira bermakna
pendalaman
16 Marshanda Triutami dengan
17 Muhammad Fikri Ramadhoan mengerjakan
18 Naila Chika Puspita soal atau kuis
19 Nedvi Olivia Putri yang diberikan
(Repetition)
20 Novia Dewi Fajri
21 Nurul Alisa
22 Phirli Adelsya Rifana
23 Rangga Al Fathir Siregar
24 Raudiya Al Qarni
25 Salwa Novri Ananda
26 Siti Najwa Zildjianti Royadi
27 Zahwa Riztya Putri
Banyaknya siswa
Persentase Hasil Pengamatan
Persentase Keseluruhan
50

LEMBAR PENGAMATAN
SIKLUS I

Siklus I
Indikator

Intellectually

Repetition
Auditory
No Nama Pencapaian
Model AIR

1 Akmal Zikri Khairal


2 Asti Auliya Lisani
3 Aulia Fahmi Ramadhan
4 Aura Apriliya Maulina
5 Bilqis Addawiyah Azzahro
6 Dwina Yuliani Utami
7 Fahmi Ahmad Fahrezi
8 Fakhrul Maulana Malik Ihsan
 Belajar dengan
9 Fathia Kalina Khaerunisa berbicara dan
10 Fauzan Nurdiansyah mendengar
11 Ismitha Putri Arohim (auditory)
 Belajar dengan
12 Mahesa Gibran Syahlani
berpikir
13 Muhammad Bintang Herdianto (Intellectually)
14 M. Fahril Nuril Akbar  Belajar
15 Muhammad Nathan Pramudana Kashira bermakna
pendalaman
16 Marshanda Triutami dengan
17 Muhammad Fikri Ramadhoan mengerjakan
18 Naila Chika Puspita soal atau kuis
19 Nedvi Olivia Putri yang diberikan
(Repetition)
20 Novia Dewi Fajri
21 Nurul Alisa
22 Phirli Adelsya Rifana
23 Rangga Al Fathir Siregar
24 Raudiya Al Qarni
25 Salwa Novri Ananda
26 Siti Najwa Zildjianti Royadi
27 Zahwa Riztya Putri
Banyaknya siswa 17 16 15
Persentase Hasil Pengamatan 89% 80% 75%
Persentase Keseluruhan 80%
51

LEMBAR PENGAMATAN
SIKLUSI

Siklus II
Indikator

Intellectually

Repetition
Auditory
No Nama Pencapaian
Model AIR

1 Akmal Zikri Khairal


2 Asti Auliya Lisani
3 Aulia Fahmi Ramadhan
4 Aura Apriliya Maulina
5 Bilqis Addawiyah Azzahro
6 Dwina Yuliani Utami
7 Fahmi Ahmad Fahrezi
8 Fakhrul Maulana Malik Ihsan
 Belajar dengan
9 Fathia Kalina Khaerunisa berbicara dan
10 Fauzan Nurdiansyah mendengar
11 Ismitha Putri Arohim (auditory)
 Belajar dengan
12 Mahesa Gibran Syahlani
berpikir
13 Muhammad Bintang Herdianto (Intellectually)
14 M. Fahril Nuril Akbar  Belajar
15 Muhammad Nathan Pramudana Kashira bermakna
pendalaman
16 Marshanda Triutami dengan
17 Muhammad Fikri Ramadhoan mengerjakan
18 Naila Chika Puspita soal atau kuis
19 Nedvi Olivia Putri yang diberikan
(Repetition)
20 Novia Dewi Fajri
21 Nurul Alisa
22 Phirli Adelsya Rifana
23 Rangga Al Fathir Siregar
24 Raudiya Al Qarni
25 Salwa Novri Ananda
26 Siti Najwa Zildjianti Royadi
27 Zahwa Riztya Putri
Banyaknya siswa 19 19 18
Persentase Hasil Pengamatan 95% 95% 90%
Persentase Keseluruhan 93%
52

Anda mungkin juga menyukai