Anda di halaman 1dari 29

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN


SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, DAN INTELEKTUAL (SAVI) PADA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TOMBOLO PAO

OLEH :
NURUL FITRIH
105361102917

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didk secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan
oleh setiap manusia. Dengan adanya pendidikan dapat membantu
seseorang memiliki kecerdasan, mampu mengembangkan potensi yang
dimilikinya, dapat membentuk watak, dan membentuk kepribadian yang
baik untuk menjadi seseorang yang bermartabat.
Pendidikan berkaitan erat dengan belajar dan pembelajaran. Belajar
merupakan suatu kegiatan perubahan pola perilaku individu untuk
berusaha atau berlatih agar dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan,
serta perilaku dengan cara mengolah bahan belajar. Artinya siswa atau
peserta didik yang mengalami proses belajar akan menimbulkan suatu
perubahan perilaku dimana siswa atau peserta didik yang semulanya
belum tahu menjadi tahu. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh
pembelajaran karena pembelajaran dilakukan oleh seorang guru kepada
siswa guna untuk membantu siswa mempelajari suatu kemampuan dasar
yang dimilikinya serta membangun krativitas berpikir siswa yang
menekankan pada sumber belajar serta lingkungan yang ada disekitarnya.
Pembelajaran adalah usaha membantu siswa atau anak didik
mencapai perubahan struktur kognitif melalui pemahaman. Psikologi
Humanistik mengatakan bahwa pembelajaran adalah usaha guru untuk
menciptakan suasana yang menyenangkan untuk belajar (enjoy learning)
yang membuat siswa dipanggil untuk belajar.
Dari proses pembelajaran siswa akan memperoleh hasil belajar
yang merupakan hasil dari suatu interaksi yaitu tindak belajar. Kegiatan
belajar akan berhasil apabila proses pembelajaran yang terjadi berjalan
dengan baik dan lancar.
Disetiap tingkatan jenjang pendidikan tentu saja akan selalu ada
mata pelajaran matematika. Mata pelajaran matematika merupakan mata
pelajaran yang wajib diberikan diseluruh jenjang persekolahan dari sejak
tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Materi atau bahan ajarnya
disesuaikan dengan tahap perkembangan dan pertumbuhan siswa. Dalam
dunia kehidupan sehari-hari, matematika tidak akan mungkin lepas dari
hidup dan kehidupan.
Namun kenyataannya, matematika menjadi mata pelajaran yang
ditakuti oleh para siswa dan paling tidak disukai oleh sebagian besar
siswa. Matematika itu menakutkan, memusingkan, dana tau bahkan
menyebalkan. Belajar matematika sering terjadi hari ini ingat dan besok
saat dicoba lagi akan lupa dengan pembahasannya. Memahami
matematika tidak mudah dimata para siswa bahkan susah untuk dipahami
dan tidak selamanya akan selalu paham. Itulah mengapa guru harus
mengubah paradigma siswa agar tidak membenci matematika.
Pada situasi pendidikan formal, khusunya pada mata pelajaran
matematika semakin memprihatinkan karena penekanan pembelajaran
matematika saat ini lebih pada hafalan dan mencari satu jawaban yang
benar terhadap soal-soal yang diberikan. Proses-proses pemikiran yang
tinggi termasuk berpikir kreatif jarang dilatih.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya krativitas dan
hasil belajar siswa baik itu faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor
internal yang mempengaruhi hasil belajar salah satunya adalah
kemampuan komunikasi matematis siswa dalam memperlajari mata
pelajaran yang diberikan, sedangkan faktor eksternal salah satunya adalah
cara guru mengajar, atau model pembelajaran yang digunakan oleh guru di
kelas. Upaya mengantisipasi masalah tersebut, maka perlu dicarikan model
yang tepat dalam pembelajaran matematika. Suatu model pembelajaran
mempunyai peranan penting karena menentukan berhasil tidaknya
pembelajaran yang diinginkan. Para guru berusaha memilih strategi
pembelajaran yang cocok untuk diterapkan pada siswanya. Pemilihan
strategi pembelajaran yang akan digunakan pada pembelajaran harus
berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai, selain itu juga
harus disesuaikan dengan materi, karakteristik peserta didik, serta kondisi
dimana proses pembelajaran berlangsung.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Seodjadi (1999:101) menyebutkan strategi
pembelajaran adalah suatu siasat melakukan kegiatan pembelajaran yang
bertujuan mengubah keadaan pembelajaran menjadi pembelajaran yang
diharapkan. Untuk dapat mengubah keadaan itu dapat ditempuh dengan
berbagai pendekatan pembelajaran. Dan salah satu pendekatan
pembelajaran itu adalah Pendekatan Somatis, Auditori, Visual dan
Intelektual (SAVI).
SAVI merupakan singkatan dari Somatis, Auditori, Visual dan
Intelektual. Pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah pembelajaran
yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra
yang dimiliki siswa. Ada 4 unsur dalam pembelajaran SAVI yaitu Somatis
(belajar dengan bergerak dan berbuat), Auditori (belajar dengan bergerak
dan berbicara). Visual (belajar dengan mengamati dan menggambarkan)
dan Intelektual (belajar memecahkan masalah).
Menurut Meier (2002:91), pembelajaran dengan pendekatan SAVI
menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dengan
penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar dalam pembelajaran.
Pembelajaran dengan pendekatan SAVI menganut aliran kognitif modern
yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi,
seluruh tubuh, dan semua indra.
Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual) dapat
meningkatkan kreativisa siswa dan hasil belajar siswa sebab pendekatan
SAVI berusaha agar proses pembelajaran berlangsung dalam pelibatan
siswa secara penuh. Dalam artian proses pembelajaran yang berlangsung
dapat berjalan dengan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan
kreativitas dan hasil belajar siswa karena hanya dengan kecintaan terhadap
sesuatu yang membuat kita memiliki energi yang luar biasa yang
kemudian sanggup mengalirkan ide-ide kreatif. Bukan sebaliknya yang
hanya membunuh antusiasme, membosankan, mengerutkan pikiran
emosional dan menguras energy jiwa pelajar (Ronnie, 2006:8).
Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh siswa
berdiri dan bergerak. Akan tetapi, menggabungkan gerak fisik dan
penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Penerapan Pendekatan
Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual (SAVI) pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 1 Tombolo Pao.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kondisi kreativitas dan hasil belajar matematika siswa
sebelum diterapkannya pendekatan Somatis, Auditori, Visual, dan
Intelektual (SAVI) pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tombolo
Pao ?
2. Apakah penerapan pendekatan Somatis, Auditori, Visual, dan
Intelektual (SAVI) dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar
matematika pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tombolo Pao?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengkaji atau membahas tentang :
1. Kondisi kreativitas dan hasil belajar matematika siswa sebelum
diterapkannya pendekatan Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual
(SAVI) pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tombolo Pao
2. Bagaimana penerapan pendekatan Somatis, Auditori, Visual, dan
Intelektual (SAVI) dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar
matematika pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tombolo Pao.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Dengan penelitian ini diharapkan siswa dapat meningkatkan
semangat belajar selama berlangsungnya proses pembelajaran
matematika yang berimplikasi terhadap peningkatan kreativitas dan
hasil belajar matematika siswa.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi guru bahwa
dengan pendekatan SAVI dalam belajar matematika kreativitas dan
hasil belajar siswa dapat ditingkatkan sehingga dapat digunakan untuk
menyelenggarakan pembelajaran yang kreatif.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti
bagi sekolah. Bahwa dengan penerapan pendekatan SAVI dapat
meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa. Sehingga sekolah
dapat merubah strategi pembelajaran matematika berupa pergeseran
dari pembelajaran yang mementingkan antara proses dan hasil.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Pendukung
1. Kreativitas Siswa
a. Pengertian Kreativitas
Barron (dalam Ali dan Arori, 2006) mendefinisikan kreativitas
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Chaplin
(1989) mengatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan
menghasilkan bentuk baru menggunakan metode-metode baru.
Kreativitas siswa dapat diperoleh dalam proses pembelajaran
melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar serta beralas
dari potensi bawaan individu dan pengaruh lingkungan kepadanya.
Rahayu (2013:30) mengatakan bahwa kreativitas siswa
merupakan potensi yang mutlak dimiliki oleh setiap siswa untuk
mencapai prestasi yang optimal dalam menempuh studi.
Kreativitas belajar siswa adalah kemampuan siswa menciptakan
hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan
mengembangkan informasi yang diperoleh dari guru dalam proses
belajar mengajar yang berupa pengetahuan sehingga dapat
membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya.
Seseorang yang memiliki kreativitas selalu berpikir luas
dengan mengembangkan gagasannya. Potensi kreativitas yang
dimiliki seseorang dapat membantu menciptakan hasil karya, baik
dalal bentuk ide atau gagasan yang bermakna dan berkualitas.
Menurut Hamzah dan Nurdin (2011:154), kreativitas sering
digambarkan dengan kemampuan berpikir kritis, mempunyai
banyak ide, mampu menggabungkan sesuatu gagasan yang belum
pernah tergabung sebelumnya dan kemampuan untuk menemukan
ide untuk memecahkan permasalahan.
Kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang
untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun
karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude seperti kelancaran
(fluency), keluwesan (flexivility) dan keaslian (originality), maupun
dalam bentuk non aptitude seperti rasa ingin tahu, senang
mengajukan pertanyaan, dan selalu ingin mencari pengalaman-
pengalaman baru, baik dalam bentuk karya baru maupun
kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu
relative berbeda dengan yang telah ada sebelumnya.
b. Indikator kreativitas siswa
Mengutip konsep tentang kreativitas siswa oleh Raudsepp
dalam Engineering Education Development Project (Teaching
Improvement Workshop) yang dimodifikasi Binadja (Rahayu,
2013:30) indikator kreativitas siswa meliputi :
1) Mempunyai inisiatif
2) Mempunyai minat luas
3) Mandiri dalam berpikir
4) Berani tampil beda
5) Penuh energi dan percaya diri
6) Bersedia mengambil resiko
7) Berani dalam pendirian dan keyakinan
8) Selalu ingin tahu.
Kreativitas berhubungan dengan proses berpikir seseorang.
Seseorang yang memiliki kreativitas, kemampuan berpikirnya akan
menyebarsecara luas, dengan hal ini seseorang akan berimajinasi
untuk mendapatkan sesuatu yang kreatif. Menurut Munandar
(Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhammad, 2011 : 252),
berpendapat bahwa indikator kreativitas sebagai berikut :
1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar
2) Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot
3) Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah
4) Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-
malu
5) Mempunyai atau menghargai rasa keindahan
6) Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya,
tidak mudah terpengaruh oleh orang lain
7) Memiliki rasa humor yang tinggi
8) Mempunyai daya imajinasi yang kuat
9) Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah
yang berbeda dari orang lain
10) Dapat bekerja sendiri
11) Senang mencoba hal-hal baru
12) Mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan.
Berdasarkan indikator-indikator yang telah disebutkan di atas,
maka peneliti akan mengukur indikator kreativitas siswa sebagai
berikut :
1) Memiliki rasa ingin tahu yang luas.
2) Mempunyai minat dan mampu berpikir mandiri.
3) Selalu mengajukan pertanyaan yang berbobot.
4) Mampu menyatakan pendapat dan tidak merasa malu atau
memiliki keraguan.
5) Mampu memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan
tanpa merasa ragu akan salah dan benar.
6) Senang mencoba hal-hal yang baru.
7) Berani mengambil resiko.
8) Mempunyai daya imajinasi yang kuat.
9) Mampu mengajukan pemikiran gagasan pemecahan masalah
yang berbeda dari orang lain.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Siswa
Pada mulanya, kreativitas dipandang sebagai faktor bawaan
yang hanya dimiliki oleh individu tertentu (Asrori, 2009:74).
Dalam perkembangannya, ditemukan bahwa kreativitas tidak dapat
berkembang secara otomatis tetapi membutuhkan rangsangan dari
lingkungan.
Semiawan, dkk. (Rahayu, 2013:30) mengatakan bahwa
kesempatan untuk belajar kreatif ditentukan oleh banyak faktor
antara lain sikap dan minat siswa, guru, orang tua, lingkungan
rumah dan kelas atau sekolah, waktu, uang, dan bahan-bahan.
Amabile (Munandar dalam Rahayu, 2013: 30-31) , ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas belajar siswa yakni
1) Sikap orang tua terhadap kreativitas anak
Sikap orang tua terhadap kreativitas anak berarti orang tua
yang percaya, tidak otoriter, tidak selalu ingin mengawasi, dan
mereka tidak terlalu membatasi kegiatan anak.
2) Strategi mengajar guru
Strategi mengajar guru dalam kegiatan sehari-hari dapat
digunakan sejumlah strategi khusus yang dapat meningkatkan
kreativitas siswa yaitu penilaian, hadiah, dan pilihan.
d. Dimensi-Dimensi Kreativitas
Peneliti Psikologis melihat kreativitas dari tiga dimensi
atau dikenal dengan istilah “tiga P” yaitu Person, Process, dan
Product. Namun, Rhodes (Mayasari, kadarohman dan Dadi, 2013 :
222) menambahkan “P” yang keempat yaitu Press (Pressure yang
diberikan oleh lingkungan) sehingga kreativitas dapat dipandang
melalui empat dimensi atau dikenal dengan istilah “Empat P”
Kreativitas memiliki empat dimensi yang masing-masing
memiliki ciri khas tertentu. (Mayasari, Kadarohman dan Dadi,
2013 : 222) mengatakan kreativitas dimensi Person fokus pada
karakteristik individu sebagai creator yang melibatkan
kepribadian, motivasi, gaya berpikir, keceerdasan emosi atau
pengetahuan.
Dalalm penelitian ini, kriteria kreativitas ditentukan pada
dimensi person. (Amabile (dalam Supriadi Dedi 1997:13)
mengemukakan bahwa pengertian person sebagai kriteria
kreativitas identic dengan apa yang telah Guilford disebut
kepribadian kreatif yang pada intinya meliputi : dimensi kognitif
(yaitu bakat) dan dimensi non kognitif (yaitu minat, sikap, dan
kualitas temperamental).
2. Pengertian Belajar
Morris L. Bigge (dalam Darsono, 2000:3) menyebutkan bahwa
belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang
yang tidak diwariskan secara genetis. Sedangkan Marle J. Morkowitz
(dalam darsono, 2000:3) menyebutkan bahwa belajar adalah perilaku
sebagai hasil langsung dari pengalaman bukan akibat hubungan-
hubungan dalam system syaraf yang dibawa sejak lahir.
Menurut Slavin, pengertian belajar merupakan proses perolehan
kemampuan yang berasal dari pengalaman. Sedangkan menurut
Gagne, belajar merupakan sebuah system yang di dalamnya terdapat
berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan
perilaku (Catharina Tri Anni, 2004).
Pengertian belajar menurut W. Gulo (2002:23) adalah suatu proses
yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah
lakunya baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap dan berbuat. James
O. Whitaker (Djamarah, 1999) menyatakan bahwa belajar adalah
proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan
atau pengalaman.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan
lingkungan bukan dari penurunan gen.
Berdasarkan dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan
misalnya membaca, mendengarkan, mengamati, meniru dan lain
sebagainya. Belajar adalah proses di mana seseorang dari tidak tahu
menjadi tahu.
Ada beberapa hal pokok dalam belajar antara lain :
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku.
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan
atau pengalaman.
c. Belajar merupakan perubahan yang relatif mantap.
d. Tingkah laku yang dialami karena belajar menyangkut berbagai
aspek kepribadian baik fisik maupun psikis seperti perubahan
dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan,
kecakan, kebiasaan atau sikap.
3. Hasil Belajar Siswa
a. Pengertian hasil Belajar
Nurkancana (1990:11) mendefinisikan hasil belajar sebagai
suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan
seseorang untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang
setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu.
Menurut Damayanti dan Mudjiono (1989), hasil belajar merupakan
hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi
guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat
sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan
saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Menurut Bloom (dalam Suprijono 2013:6) hasil belajar
mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Kemampuan kognitif terdiri dari knowledge (pengetahuan,
ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,
contoh), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan) dan evaluating (menilai).
Kemampuan afektif terdiri dari receiving (sikap menerima),
responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization
(organisasi), characterization (karakterisasi). Kemampuan
Psikomotorik meliputi initiatory (inisiatif), pre-routine (pra-rutin),
dan rountinized.
Masing-masing ranah terdiri dari sejumlah aspek yang
saling berkaitan. Alat penilaian untuk setiap ranah mempunyai
karakteristik sendiri, sebab setiap ranah berbeda dalam cakupan
dan hakekat yang terkandung di dalamnya.
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek. Aspek pertama disebut kognitif
tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk
termasuk kognitif tingkat tinggi.
a) Pengetahuan
Pengetahuan atau yang dikatakan Bloom dengan
Knowledge ialah tingkat kemampuan yang hanya meminta
responden untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep,
fakta, atau istilah-istilah tanpa harus mengerti atau dapat
menilai atau dapat menggunakannya.
b) Pemahaman
Pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan
yang mengharapkan responden mampu memahami atau
konsep,situasi atau fakta yang diketahuinya.
c) Penerapan
Penerapan atau aplikasi adalah kemampuan untuk
menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahui
dalam suatu situasi yang baru.
d) Analisis
Analisis yaitu tingkat kemampuan untuk menganalisis atau
menguraikan suatu integritas atau suatu situasi tertentu
kedalam komponen-komponen atau unsur-unsur
pembentukannya.
e) Sintesis
Sintesis adalah penyatuan-penyatuan unsur-unsur atau
bagian-bagian kedalam suatu bentuk yang menyeluruh.
f) Evaluasi
Evaluasi adalah membuat suatu penilaian tentang suatu
pernyataan, konsep, situasi dan sebagainya. Berdasarkan
suatu kriteria tertentu, kegiatan penilaian dapat dilihat dari
segi tujuannya, gagasannya, cara bekerjanya, cara
pemecahannya, metodenya, dan lain-lain.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa
ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan
kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang
mendapat perhatian dari pendidik. Pendidik lebih banyak
menilai ranah kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar afektif
tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti
perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,
menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan
hubungan sosial.
Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil
belajar :
a) Reciving/attending (penerimaan), yaitu semacam kepekaan
dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada
siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
b) Responding atau jawaban, yaitu reaksi yang diberikan oleh
seseorang terhadap rangsangan yang datang dari luar. Hal
ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam
menjawab rangsangan dari luar yang datang pada dirinya.
c) Valuing (penilaian), berkenaan dengan nilai dan
kepercayaan terhadap gejala atau rangsangan tadi. Dalam
evaluasi ini termasuk didalamnya kesedihan menerima
nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai
dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
d) Organisasi yaitu pengembangan dari nilai kedalam suatu
system organisasi, termasuk hubungan satu nilai denhan
nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang dimilikinya.
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan
semua system nilai yang telah dimiliki seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dengan tingkah lakunya,
termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.
3) Ranah Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkat
keterampilan yaitu :
a) Gerakan refleks (kemampuan pada gerakan yang tidak
sadar)
b) Keterampilan pada gerakan-gerakan sadar.
c) Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya
membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-
lain.
d) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan,
keharmonisan, dan ketetapan.
e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana
sampai pada keterampilan kompleks.
f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-
decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretative.
Hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak
berdiri sendiri tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan
ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat
kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula
sikap dan perilakunya.
Menurut Suprijono (2013:7) hasil belajar adalah perubahan
perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja. Menurut Jihad dan Haris (2012:14) hasil belajar
merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung
menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses
belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Setelah suatu proses
belajar berakhir, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil
belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.
Tujuan utama yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran
adalah hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui
sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi
tersebut.
Menurut Hamalik (2004: 31) hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengetahuan-pengetahuan, sikap-sikap,
asperasi, abilitas, dan keterampilan. Hasil belajar merupakan
pengukuran dari penilaian kegiatan belajar atau prestasi belajar
yang dinyatakan dengan symbol, huruf, maupun kalimat yang
menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa pada
periode tertentu.
Pengertian hasil belajar dipertegas oleh Nawawi (dalam
Susanto, 2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat
diartikan sebagai tingkat keberhasilan dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh
dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Dari pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajat adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah
siswa tersebut melakukan proses kegiatan belajar dan pembelajaran
serta bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seorang siswa
dengan melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotoris yang
dinyatakan dengan symbol, huruf maupun kalimat.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor
dari luar diri siswa. Menurut Caroll (dalam Sudjana, 2009: 40)
terdapat lima faktor yang mempengaruhi hasil belajr siswa antara
lain :
1) Bakat siswa
2) Waktu yang tersedia bagi siswa
3) Waktu yang diperlukan guru untuk menjelaskan materi
4) Kualitas pengajaran
5) Kemampuan siswa
Sedangkan menurut Munadi (dalam Rusman T., 2013 :124)
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi
fisiologis dan psikologis. Sementara faktor eksternal meliputi
faktor lingkungan dan faktor instrumental.
Faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara
lain ;
1) Faktor internal yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani
siswa.
2) Faktor eksternal yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa
misalnya lingkungan.
3) Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan
kegiatan mempelajari materi-materi pembelajaran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
secara garis besar dipengaruhi oleh dua bagian yaitu faktor internal
dan faktor eksternal.
Faktor internal siswa meliputi :
1) Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan
kebugaran fisik, serta kondisi panca inderanya terutama
penglihatan dan pendengaran.
2) Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi,
motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti
kemampuan persepsi, ingatan, berpikir dan kemampuan dasar
pengetahuan yang dimiliki.
Faktor-faktor eksternal siswa meliputi :
1) Faktor lingkungan siswa, terbagi menjadi dua. Pertama faktor
lingkungan alam atau non social seperti keadaan suhu,
kelembaban udara, waktu (pagi, siang, sore, malam), letak
sekolah dan sebagainya. Kedua, faktor lingkungan social
seperti manusia dan budayanya.
2) Faktor instrumental antara lain gedung atau sarana fisik kelas,
sarana atau alat pembelajaran serta strategi pembelajaran.
e. Indikator Hasil Belajar Siswa

4. Pendekatan Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual (SAVI)


Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan belajar.
Pembelajaran dengan pendekatan SAVI (Dave Miere, 2002: 91-99)
adalah pembelajaran dengan menggabungkan gerakan fisik dan
aktivitas intelektual serta melibatkan semua indra yang berpengaruh
besar dalam pembelajaran.
a. Unsur-Unsur Pendekatan SAVI
Unsur-unsur pendekatan SAVI adalah belajar Somatis, belajar
Auditori, belajar Visual dan belajar Intelektual. Jika keempat unsur
SAVI ada dalam setiap pembelajaran, maka siswa dapat belajar secara
optimal.
1) Belajar Somatis
Belajar Somatis berarti belajar dengan Indra peraba, kinetis,
praktis melibatkan fisik dan menggunakan tubuh sewaktu belajar.
Tubuh adalah pikiran dan pikiran adalah tubuh. Keduanya satu dan
tak terpisahkan. Mengahalangi tubuh dalam belajar berarti kita
menghalangi pikiran untuk belajar sepenuhnya. Seperi yang
dikatakan oleh tanpa nama (2010) bahwa “tubuh dan pikiran itu
satu. Keduanya merupakan satu system elektris-kimiawi-biologis
yang benar-benar terpadu.pemisahan antara tubuh dan pikiran
merupakan ketimpangan bagi siswa.” Sehingga dalam
pembelajaran, untuk merangsang tubuh dan pikiran, maka harus
diciptakan suasana belajar yang dapat membuat siswa bangkit dari
tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu.
Gaya belajar somatis akan terlatih jika siswa dirancang
untuk membuat model dalam suatu proses atau prosedur,
memeragakan suatu proses, system, atau seperangkat konsep.
Mendapatkan pengalaman lalu menceritakannya dan
merefleksikannya, menjalankan pelatihan belajar aktif dan
melakukan kajian lapangan.
Beberapa langkah yang digunakan untuk mengoptimalkan
pembelajaran secara somatic adalah :
a) Membuat model dalam suatu proses.
b) Secara fisik menggerakkan berbagai komponen dalam suatu
proses atau system.
c) Menciptakan bagan, diagram atau pictogram.
d) Memperagakan suatu proses, system, atau seperangkat konsep.
e) Melengkapi suatu proyek yang memerlukan kegiatan fisik.
f) Melaksanakan pelatihan belajar aktif seperti simulasi,
permainan dalam belajar, dan lain-lain.
g) Menciptakan pelatihan pembelajaran aktif bagi seluruh kelas
dalam tim.
2) Belajar Auditori
Belajar auditori berarti belajar dengan melibatkan
kemampuan auditori (pendengaran). Ketika telinga menangkap dan
menyimpan informasi auditori, beberapa area penting di otak
menjadi aktif. Dengan merancang pembelajaran matematika yang
menarik saluran auditori, guru dapat melakukan tindakan seperti
mengajak siswa membicarakan materi apa yang sedang dipelajari.
Siswa diminta mengungkapkan pendapat atas informasi yang telah
didengarkan dari penjelasan yang diberikan. Dalam hal ini siswa
diberikan pertanyaan terkait materi yang diajarkan.
Menurut Meier (Maylianan dan Sofyan, 2013)
pembelajaran melalui auditori merupakan pembelajaran yang
memanfaatkan telinga dan suara kita. Sadar atau tidak, telinga kita
akan terus menangkap dan menyimpan pesan auditori, selain itu,
beberapa area penting di otak akan menjadi aktif saat seseorang
membuat suara sendiri dengan berbicara.
Auditori menekankan pada proses pembelajaran
menggunakan pendengaran. Belajar auditori menuntut siswa untuk
mampu memperoleh informasi melalui kegiatan mendengarkan.
Selanjutnya apabila siswa sudah memperoleh informasi, berikan
kesempatan serta arahan kepada siswa supaya mereka mampu
mengutarakan informasi yang diketahuinya melalui aktivitas
berbicara.
Ciri-ciri siswa auditori menurut De Porter dan Herbarcki
(Tanpa nama, 2010) diantaranya adalah :
a) Lebih cepat dengan mendengarkan.
b) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan dibuku
ketika membaca.
c) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.
d) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan
warna suara.
e) Bagus dalam berbicara dan bercerita.
f) Berbicara dengan irama yang berpola.
g) Suka berbicara, berdiskusi, dan menejlaskan sesuatu panjang
lebar.
h) Suka mengerjakan tugas berkelompok.
Aktivitas yang dapat dilakukan dalam aktivitas belajar
auditori dalam matematika antara lain :
1) Membicarakan apa yang sedang dipelajari dan bagaimana
menerapkannya.
2) Memperagakan dan menjelaskan hasil diskusi.
3) Mendengar materi yang disampaikan dan merangkumnya.
4) Mengkomunikasikan ide-ide matematika dan memberikan
penjelasannya.
3) Belajar Visual
Belajar visual adalah belajar dengan mengamati dan
menggambarkan. Dalam otak kita terdapat perangkat yang lebih
banyak untuk memproses informasi visual daripada semua indera
yang lain.
Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah
belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan. Belajar
visual adalah belajar dengan melibatkan kemampuan visual
(penglihatan) dengan alasan bahwa di dalam otak kita terdapat
lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual
daripada semua indra yang lain.
Dalam merancang pembelajaran yang baik dan menarik
bagi kemampuan visual, seorang guru dapat melakukan tindakan
seperti meminta siswa menerangkan kembali materi yang sudah
diajarkan, menggambarkan proses, prinsip atau makna yang
diajarkannya.
Menurut Meier ( Mayliana dan Sofyan, 2013) secara ilmiah
dikatakan bahwa komunikais visual lebih kuat karena manusia
mempunyai lebih banyak peralatan di kepala mereka untuk
memproses informasi visual daripada indra yang lain. Oleh karena
itu, ketajaman visual lebih menonjol pada sebagain orang.
Adapun aktivitas yang dapat dilakukan dalam aktivitas
belajar visual dalam matematika adalah :
a) Menggambarkan grafik atau diagram.
b) Melihat benda dimensi tiga secara langsung.
c) Memvisualisasikan hasil kerja kelompok dalam bentuk gambar
atau grafik.
4) Belajar Intelektual
Belajar intelektual berarti menunjukkan apa yang dilakukan
siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka
menggunakan keceerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman
dan menciptakan hubungan makn, rencana dan nilai dari
pengalaman tersebut. Belajar intelektual adalah bagian untuk
belajar merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan
membangun makna. Dalam membangun proses belajar intelektual,
siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal dari materi yang sudah
dijelaskan dan dijelaskan oleh guru.
Menurut Merie (Mayliana dan Sofyan, 2013), kata
intelektual menunjukkan tentang pola piker pembelajar saat
mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu
pengalaman dan memnciptakan hubungan, makna, rencana dan
nilai dari pengalaman tersebut.
Beberapa cara yang dapat dilakuakn dalam
mengoptimalkan aktivitas belajar intelektual dalam belajar
matematika adalah :
1) Memecahkan masalah matematika.
2) Menganalisis pengalaman, kasus atau hasil diskusi.
3) Menciptakan makna pribadi.
4) Meramalkan implikasi suatu gagasan.
b. Prinsip Pendekatan SAVI
Berikut prinsip pokok Pendekatan SAVI menurut Meier
(Mayliana, 2013) :
1) Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran.
2) Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi.
3) Kerjasama membantu proses belajar.
4) Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara
simultan.
5) Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri.
6) Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7) Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
c. Tahap-Tahap Pendekatan SAVI
Tahap-tahap pendekatan pembelajaran SAVI yaitu :
1) Tahap Persiapan
Pada tahap ini guru harus membangkitkan minat serta motivasi
siswa untuk belajar. Siswa harus merasa tertarik dan nyaman
untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga perlu diciptakan
suasana lingkungan yang kondusif. Guru bisa melibatkan siswa
mulai dari awal pembelajaran dan memunculkan rasa ingin
tahu siswa yang mendalam dari dalam siswa terhadap materi
ajar yang akan disampaikan.
Hal-hal yang dilakukan pada tahap persiapan adalah :
a) Melakukan apersepsi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
(auditori).
b) Membagi kelas dalam beberapa kelompok (somatis).
c) Membangkitkan minat, motivasi siswa dan rasa ingin tahu
siswa (auditori).
2) Tahap Penyampaian
Pada tahap ini guru membantu siswa menemukan materi
belajar yang baru dengan cara menarik, menyenangkan,
relevan, dan pemanfaatan alat indra. Guru bisa memberikan
sedikit demonstrasi yang bisa memberikan gambaran kepada
siswa menegenai materi ajar. Penyampaian ini dilakukan agar
bisa membantu siswa dalam memahami materi ajar dan siswa
mampu menghubungkan materi tersebut dengan konteks lain
yang sering mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a) Menyampaikan materi dengan cara memberikan contoh
nyata (somatic dan auditori)
b) Dari contoh guru menjelaskan materi secara rinci (auditori).
3) Tahap Pelatihan
Pada tahap ini guru membantu siswa mengintegrasikan dan
menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai
cara. Guru bisa memberikan serta mengarahkan siswa untuk
lebih memahami materi ajar melalui cara lain atau bahkan bisa
menggunakan cara tersendiri yang dilakukan oleh siswa. Siswa
bisa diarahkan untuk melakukan proses pembelajaran secara
berkelompok sehingga mereka akan terlatih untuk saling
bertukar pendapat. Pada tahap ini siswa dituntut untuk
melakukan aktivitas fisik bahkan bila perlu guru dan siswa bisa
membuat permainan sehingga proses pembelajaran bisa lebih
menarik dan menyenangkan. Melalui tahap ini kemampuan
matematis siswa dapat dilatih secara bertahap.
Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a) Memberikan lembar soal untuk diselesaikan dengan
berdiskusi sesuai dengan kelompoknya masing-masing
(visual dan intelektual).
b) Meminta beberapa siswa mewakili kelompok untuk
menampilkan hasil pekerjaannya dan meminta yang lain
menanggapi hasil pekerjaan temannya dan memberi
kesempatan untuk bertanya (somatic, auditori, visual, dan
intelektual).
c) Meniali hasil pekerjaan siswa dan meralat jawaban apabila
terdapat kesalahan terhadap hasil pekerjaannya (auditori).
4) Tahap Penampilan Hasil
Pada tahap ini guru membantu siswa menerapkan dan
memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada
pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan
hasil akan terus meningkat. Siswa diberikan kesempatan untuk
menyampaikan hasil pekerjaan kepada siswa lainnya.
Selanjutnya guru bisa memberikan latihan tambahan kepada
siswa untuk memperkuat pemahaman siswa mengenai materi
ajar. Agar proses pembelajaran lebih bermakna, berikan
persoalan tambahan mengenai materi ajar yang berhubungan
dengan kehidupan nyata siswa.
Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a) Memberi suatu evaluasi yang berupa lembar soal untuk
mengetahui dan mengembangkan tingkat pemahaman serta
keterampilan siswa setelah proses pembelajaran (somatic
dan intelektual).
b) Menegaskan kembali materi yang telah diajarkan kemudian
menyimpulkan dan memberikan PR (auditori).
d. Kelebihan Pendekatan SAVI
Pendekatan pembelajaran SAVI memiliki beberapa
kelebihan menurut Shoimin (2014:182) :
1) Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh
melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual.
2) Siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun sendiri
pengetahuannya.
3) Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena
siswa merasa diperhatikan.
4) Memupuk kerja sama antar siswa.
5) Memunculkan suasana belajar yang baik, menarik, dan efektif.
6) Mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan
kemampuan psikomotorik siswa.
7) Melatih siswa berpikir dan mengemukakan pendapat.
8) Merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar.
B. Kerangka Pikir
Sebagai upaya untuk lebih mewujudkan fungsi pendidikan sebagai
wahana sumber daya manusia, perlu dikembangkan iklim belajar mengajar
yang konstruktif bagi berkembangnya potensi kreatif siswa seiring dengan
berkembangnya suasana, kebiasaan dan strategi belajar.
Selain itu, hasil belajar siswa yang merupakan salah satu tolak ukur
dari keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran juga perlu untuk
diperhatikan. Hasil belajar siswa yang baik tentu saja merupakan hal yang
setiap siswa inginkan. Dalam hal ini, hasil belajar yang baik menunjukkan
proses pembelajaran yan baik pula.
Kreativitas merupakan suatu kemampuan yang diperlukan sesorang
untuk menghadapi permasalahan kehidupan sehari-hari khususnya dalam
pembelajaran. Dengan kreativitas, seseorang dapat melakukan pendekatan
yang bervariasi dan memiliki berbagai macam kemungkinan penyelesaian
terhadap suatu masalah.
Salah satu alternate yang digunakan untuk dapat meningkatkan
kreativitas dan hasil belajar yang baik adalah dengan pendekatan
pembelajaran Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual (SAVI). Dengan
penerapan Pendekatan SAVI diharapkan kreativitas dan hasil belajar siswa
dapat meningkat karena dengan penerapan pendekatan SAVI guru dapat
mengkondisikan siswa untuk aktif secara penuh dalam proses
pembelajaran, dan mampu bekerja sama antara siswa yang lain.
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah penerapan
pendekatan Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual (SAVI) dapat
meningkatkan kreativitas dan hasil belajar matematika pada siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Tombolo Pao.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
keprofesionalan guru. Menurut Hopkins dalam Sutama (2010: 15) PTK
adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan
tindakan substansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri,
atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi,
sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Penelitian Tindakan Kelas bercirikian perbaikan terus menerus
terhadap praktek-praktek pembelajaran sehingga peneliti merasa
pembelajaran mengalami peningkatan menjadi lebih baik. Ciri khas
penelitian ini adalah adanya masalah pembelajaran dan tindakan untuk
memecahkan masalah.
Tahapan penelitian dimulai dari perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi yang dapat diulang sebagai siklus dan
penelitian ini menggunakan 2 siklus. Penelitian ini Digunakan untuk
mengetahui bagaimana penerapan pendekatan Somatis, Auditori, Visual,
dan Intelektual (SAVI) dapat meningkatkan krativitas dan hasil belajar
matematika pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tombolo Pao.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu Penelitian akan dilaksanakan pada semester gasal tahun
ajaran 2021/2022 di SMP Negeri 1 Tombolo Pao yang beralamat di
Kelurahan Tamaona, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan yang merupakan salah satu sekolah unggulan di
Kecatamatn Tombolo Pao dan termasuk dalam sekolah adiwiyata.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Tombolo Pao dengan mengambil sampel satu kelas yang dipilih secara
acak.
C. Prosedur penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan sebanyak 2
siklus. Setiap siklus meliputi Planning (perencanaan), Action (tindakan),
Observation (Pengamatan) dan reflection (refleksi). Siklus I merupakan
dasar bagi pelaksanaan siklus II. Dan siklus II merupakan perbaikan dari
kelemahan-kelemahan atau kegagalan pembelajaran pada siklus yang
pertama.
Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Tindakan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Tindakan

Pengamatan

1. Tahap Perencanaan (Planning)


Pada tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa (what), mengapa
(why), dimana (where), kapan (when), dan bagaimana (how) penelitian
dilakukan. Di dalam penelitian tindakan kelas, ada kegiatan
pengamatan terhadap diri sendir, yaitu pada saat peneliti menerapkan
pendekatan, model, atau metode pembelajaran sebagai upaya
menyelesaikan masalah pada saat penelitian. Dalam hal ini peneliti
juga perlu menjelaskan persiapan-persiapan pelaksanaan penelitian,
seperti rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen pengamatan
(observasi).
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pada tahap ini dilakukan kegiatan implementasi atau penerapan
perencanaan tindakan. Di dalam kegiatan implementasi ini, peneliti
harus mentaati perencanaan yang telah disusun. Hal yang perlu
diperhatikan pada tahap ini adalah pembelajaran harus berjalan seperti
biasanya, tidak boleh terkesan dibuat-buat.
3. Tahap Pengamatan (Observing)
Pada tahap ini terdapat dua kegiatan yang diamati, yaitu kegiatan
belajar siswa dan kegiatan pembelajaran. Pengamatan terhadap proses
belajar siswa dapat dilakukan sendiri oleh peneliti sambil
melaksanakan pembelajaran. Sedangkan pengamatan terhadap proses
pembelajaran peneliti dapat meminta bantuan teman sejawat untuk
melakukan pengamatan atau peneliti dapat mengamati guru pada saat
berlangsungnya pembelajaran di kelas. Peneliti atau kolaborator harus
melakukan pengamatan pembelajaran berdasarkan instrumen yang
telah disusun oleh peneliti. Hasil pengamatan itu akan bermanfaat atau
akan digunakan untuk bahan refleksi sebagai bahan perbaikan
pembelajaran berikutnya.
4. Tahap Refleksi (Reflecting)
Kegiatan refleksi dilaksanakan ketika kolaborator sudah melakukan
pengamatan terhadap peneliti dalam melaksanakan pembelajaran.
Kegiatan ini dapat berupa diskusi hasil pengamatan yang dilakukan
sebelumnya. Tahap ini merupakan inti dari penelitian tindakan kelas
yaitu ketika kolaborator atau peneliti mengungkapkan hal-hal yang
dirasakan sudah berjalan baik dan bagian yang belum berjalan baik
pada saat peneliti atau guru mengelola proses pembelajaran.
Hasil refleksi dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
merancang siklus berikutnya. Sehingga pada intinya refleksi
merupakan kegiatan evaluasi, analisis, pemaknaan, penjelasan,
penyimpulan, dan identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan siklus
berikutnya.

Adapun perencanaan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas di SMP


Negeri 1 Tombolo Pao untuk masing-masing siklus adalah sebagai
berikut:

SIKLUS I

1. Perencanaan (Planning)
Tindakan untuk mengatasi masalah yang ada pada penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana kreativitas dan hasil belajar siswa
dapat meningkat dengan diterapkannya Pendekatan SAVI.
Adapun berbagai hal yang perlu dipersiapkan adalah
a. Membuat RPP yang akan diterapkan dalam proses belajar
mengajar.
b. Menetapkan indikator pencapaian.
c. Menyusun perangkat pembelajaran (LKS, Bahan ajar, Media, dll).
d. Menyusun instrument penelitian yang meliputi : lembar analisis
RPP, format penilaian, lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran, soal-soal tes dan kisi-kisinya, dan lain-lain yang
berhubungan dengan penelitian.
2. Tindakan (Action)
Peneliti menyusun perencanaan tindakan dengan menggunakan
Pendekatan SAVI dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menyusun RPP dalam pembelajaran.
b. Menyusun bahan ajar dan media pembelajaran.
c. Membuat LKS sesuai dengan indikator yang ditetapkan dengan
Pendekatan SAVI.
d. Membuat soal penilaian hasil belajar dan kisi-kisinya.
e. Membuat rubrik penilian RPP.
f. Membuat rubrik penilaian pelaksanaan pembelajaran.
g. Membuat rubrik penilaian kreativitas siswa.
h. Membuat angket respon siswa.
i. Membuat evaluasi utnuk mengetahui hasil belajar siswa.
3. Pengamatan (Observation)
Mengamati proses kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung
diantaranya :
a. Melakukan observasi terhadap proses belajar mengajar.
b. Mengamati secara langsung aktivitas siswa untuk mengetahui
keberhasilan siswa pada penerapan pendekatan SAVI.
c. Mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran untuk
mengetahui kreativitas siswa dalam pembelajaran dengan
penerapan pendekatan SAVI.
d. Memberikan tes dan menganalisis hasil belajar.
4. Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini, peneliti mengevaluasi dan mengolah data hasil
observasi dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Peneliti
juga berdiskusi dengan guru tentang hasil pengamatan dan hasil tes uji
kompetensi yang dilakukan pada siklus I. hasil evaluasi dan diskusi ini
akan dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah dilakukan dan
selanjutnya akan diperbaiki pada siklus II.

SIKLUS II

1. Perencanaan (Planning)
Tindakan untuk mengatasi masalah yang ada pada penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana kreativitas dan hasil belajar siswa
dapat meningkat dengan diterapkannya Pendekatan SAVI.
Adapun berbagai hal yang perlu dipersiapkan adalah
a. Membuat RPP yang akan diterapkan dalam proses belajar
mengajar.
b. Menetapkan indikator pencapaian.
c. Menyusun perangkat pembelajaran (LKS, Bahan ajar, Media, dll).
d. Menyusun instrument penelitian yang meliputi : lembar analisis
RPP, format penilaian, lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran, soal-soal tes dan kisi-kisinya, dan lain-lain yang
berhubungan dengan penelitian.
2. Tindakan (Action)
Peneliti menyusun perencanaan tindakan dengan menggunakan
Pendekatan SAVI dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menyusun RPP dalam pembelajaran.
b. Menyusun bahan ajar dan media pembelajaran.
c. Membuat LKS sesuai dengan indikator yang ditetapkan dengan
Pendekatan SAVI.
d. Membuat soal penilaian hasil belajar dan kisi-kisinya.
e. Membuat rubrik penilian RPP.
f. Membuat rubrik penilaian pelaksanaan pembelajaran.
g. Membuat rubrik penilaian kreativitas siswa.
h. Membuat angket respon siswa.
i. Membuat evaluasi utnuk mengetahui hasil belajar siswa.
3. Pengamatan (Observation)
Mengamati proses kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung
diantaranya :
a. Melakukan observasi terhadap proses belajar mengajar.
b. Mengamati secara langsung aktivitas siswa untuk mengetahui
keberhasilan siswa pada penerapan pendekatan SAVI.
c. Mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran untuk
mengetahui kreativitas siswa dalam pembelajaran dengan
penerapan pendekatan SAVI.
d. Memberikan tes dan menganalisis hasil belajar.
4. Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini, peneliti mengevaluasi dan mengolah data hasil
observasi dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Refleksi
dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi pada saat
pelaksanaan siklus II berlangsung.

D. Instrument Penelitian
Adapun instrument penelitian pada penelitian ini adalah :
1. Angket Kreativitas siswa, untuk mengukur kreativitas matematika
siswa.
2. Lembar Observasi, untuk mengamati proses hasil belajar mengajar
selama tindakan dilakukan.
3. Tes Hasil Belajar, untuk mengetahui hasil belajar siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif berupa kreativitas siswa dan hasil belajar siswa.
Sedangkan data kualitatif berupa kreativitas siswa yang dilihat melalui
lembar observasi.
Pengumpulan data dilakukan pada setiap siklus dimulai dari awal
sampai akhir pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti melakukan
beberapa teknik yaitu :
1. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap gejala yang
tampak pada objek penelitian (Margono, 1997:158). Observasi
dilakukan untuk mengumpulkan data tentang bagaimana aktivitas guru
dan siswa khusunya pada tingkat kreativitas siswa dan hasil belajar
siswa sebelum menerapkan pendekatan pembelajaran yang akan
dilakukan oleh peneliti. Observasi juga dilakukan untuk mengetahui
hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan
peneliti dalam penelitian dan yang berkaitan dengan penelitian.
3. Analisis/Telaah
Peneliti melakukan analisis telebih dahulu terhadap Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang kemudian
dijabarkan menjadi indikator-indikator yang harus dicapai oleh siswa
dalam proses pembelajaran.
Data yang diperoleh dari hasil analisis adalah data tentang kualitas
RPP yang dibuat oleh peneliti. Sebelum RPP diimplementasikan dalam
kegiatan pembelajaran maka terlebih dahulu dikonfirmasikan kepada
guru kelas untuk klarifikasi cukup atau tidak cukupnya memenuhi
persyaratan suatu RPP yang baik.
4. Tes Hasil Belajar
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau ulangan yang
dilaksanakan pada akhir kegiatan pembelajaran. Tes hasil belajar dapat
berupa lembar evaluasi (pre-test dan post-test) atau Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD). Tes akan diperoleh diakhir siklus.
5. Dokumentasi
Hal ini dilakukan untuk menyajikan salah satu data dokumentasi
berupa gambar yang dapat dilihat oleh pembaca.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan cara yang digunakan dalam pengolahan
data yang berhubungan erat dengan rumusan masalah yang telah diajukan
sehingga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan.
Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk penelitian ini
adalah Teknik Statistik Deskriptif. Teknik ini digunakan untuk
mendeskripsikan karakteristik responden. Untuk keperluan tersebut
digunakan table distribusi frekuensi, rata-rata, standar deviasi, dan
presentase.
1. Menganalisis Data Kreativitas Siswa
Perhitungan nilai observasi kreativitas siswa dianalisis berdasarkan
tingkat kreativitas secara klasikal.
Skor yang didapat
N= (Soegito, 2003: 27)
Banyak Item
Keterangan :
N : Nilai Akhir.

Nilai Akhir
Tingkat Kreativitas ( R )= (Soegito, 2003: 27)
Banyak Siswa

Kriteria Penliaian :
Nilai 1 : Sangat Kurang
Nilai 2 : Kurang
Nilai 3 : Baik
Nilai 4 : Sangat Baik

Keterangan :
0 - 1,5 = Sangat Kurang
1,6 - 2,5 = Kurang
2,6 - 3,5 = Baik
3,6 – 4,0 = Sangat Baik

2. Menganalisis Hasil Belajar


Hasil belajar siswa didapatkan setelah dilakukan pengajaran
kepada siswa dengan menggunakan pendekatan SAVI.
a. Kriteria ketuntasan belajar secara perorangan dapat dihitung
dengan rumus :
B
DN = ×100 % (Sudjana, 2006:115)
N

Keterangan :
DN : Persentase penilaian akhir
B : Skor yang diperoleh siswa
N : Skor maksimal

b. Ketuntasan belajar klasikal dapat dihitung dengan menggunakan


rumus :

X
D= × 100 % (Sudjana, 2006 :115)
N

Keterangan :
D : Persentase kelas yang tuntas belajar
X : Banyaknya siswa yang telah tuntas belajar
N : Banyaknya seluruh siswa

Suatu kelas dikatakan tuntas dalam belajar jika persentase


ketuntasan klasikal (D) telah mencapai paling sedikit 85 %.

Rumus peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal


dapat dihitung melalui analisis kuantitatif :

posrate−baserate
P=
baserate

Keterangan :
P : Persentase peningkatan
Posrate : Hasil belajar setelah diberi tindakan
Baserate : Hasil belajar sebelum diberi tindakan

Adapun kategori penilaian hasil belajar siswa sebagai berikut :

Persentase kategori

85−100 % Sangat Tinggi

70−84 % Tinggi

60−69 % Cukup

51−59 % Rendah

0−50 % Sangat Rendah

Untuk menghitung nilai rata-rata kelas dari Sudjana (2002) :

X=
∑X
N
Keterangan :
X = nilai rata-rata
∑ X = jumlah nilai seluruh kelas
N = banyaknya siswa yang mengikuti tes

G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan merupakan tolak ukur keberhasilan dalam
sebuah penelitian tindakan kelas. Baindon dalam Mulyasa (2010:107)
menyatakan bahwa penelitian dikatakan berhasil apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1. Sekurang-kurangnya 65% siswa dari keseluruhan siswa yang ada di
kelas tersebut memperoleh nilai 65, atau mencapai ketuntasan belajar
kognitif sebesar 65%.
2. Sekurang-kurangnya 65% siswa dari keseluruhan siswa yang ada di
kelas tersebut memperoleh nilai 65, atau mencapai ketuntasan belajar
afektif dan psikomotrik sebesar 65%

Anda mungkin juga menyukai