Anda di halaman 1dari 8

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING


UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IXE
SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 2 KUBU TAHUN PELAJARAN
207/2018

Oleh Ni Luh Suyantini, S. Pd, Guru SMP Negeri 2 Kubu


e-mail: tinisuyan@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa kelas IXE semester ganjil SMP
Negeri 2 Kubu setelah diterapkannya model pembelajaran quantum teaching. Subjek penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas IXE SMP Negeri 2 Kubu yang terdiri dari 40 orang siswa, 20 siswa laki-
laki dan 20 orang siswa perempuan. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang
dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap Siklus terdiri dari 3 kali pertemuan yang di dalamnya terdiri
atas perencanaan, tindakan, pemantauan, serta refleksi. Data hasil belajar siswa dikumpulkan melalui
tes tulis pada setiap akhir siklus. Data yang telah dikumpulkan tersebut dianalisis dengan
menggunakan analisis kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari nilai
rata-rata hasil tes siklus I sebesar 67,88 dengan tingkat ketuntasan belajar 52,5% dan nilai rata-rata
siklus II sebesar 82,25 dengan tingkat ketuntasan belajar 90%

Kata Kunci: Model pembelajaran quantum teaching dan hasil belajar.

ABSTRACT

This study was aimed finding out the science learning achievement of the students
of class IXE in the odd smester at SMP Negeri 2 Kubu quantum teaching model was
applied. The subjects consisted of all of the 40 students of class IXE SMP Negeri 2
Kubu, 20 males and 20 females. This study was a class action research which was
conducted in 2 cycles. Every cycle consisted of three meetings, each of them
consisted of planning, action, observation, and reflection. The data on the students’
learning achievement were collected through a written test at the end of every cycle.
The data collected were analyzed using quantitative analysis. The result showed
that the implementation of quantum teaching model can increase the students’
learning achievement. This was shown by the mean scores in the first cycle (67.88
with 52.5% learning completeness level and the average score in the second cycle
(82.25 with 90% ) learning completeness level.
2

1. Pendahuluan

Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak, dan


meningkatkan SDM yang berkualitas tinggi. Pendidikan dapat mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki manusia secara optimal, yaitu mengembangkan potensi
individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik, intelektual, emosional sosial dan
spiritual, untuk itu pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan
baik pada jenjang pendidikan dasar, menengah maupun jenjang pendidikan tinggi guna
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan adalah upaya
untuk memanusiakan manusia atau membentuk manusia menjadi manusia seutuhnya.
Dikatakan demikian karena dengan pendidikan manusia dapat dibentuk untuk lebih
sempurna dari mahluk Tuhan yang lainnya sebagai kalifah di muka bumi (Susiani,
2013). Hal ini terkandung dalam tujuan pendidikan nasional, bahwa pendidikan
nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia seutuhnya, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta sehat
jasmani dan rohani juga memiliki kemampuan dan keterampilan. Pengembangan IPTEK
berkaitan erat dengan penguasaan IPA (Juniati, 2017).
IPA merupakan suatu ilmu yang bersifat objektif yang mempelajari tentang alam
sekitar beserta isinya, peristiwa dan gejala-gejala yang muncul di alam berdasarkan
fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu
rangkaian dalam metode ilmiah (Nuryati, 2015). Pendidikan IPA Terpadu merupakan
produk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 dalam rangka
melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas). IPA terpadu hanya dikhususkan untuk siswa jenjang
Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pendidikan IPA Terpadu
(integrated science) mencoba menggabungkan, memadukan dan mengintegrasikan
pembelajaran IPA dalam satu kesatuan yang utuh. Dengan pengimplementasian
pembelajaran IPA Terpadu ini, diharapkan materi-materi IPA yang terpisah-pisah
dalam beberapa bidang studi, yakni Fisika, Kimia, dan Biologi dapat diajarkan secara
terpadu dan menyeluruh dalam satu bidang studi, IPA Terpadu. Faktor-faktor penentu
dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik di sekoah seperti umpan balik, model
pembelajaran, motivasi diri, gaya belajar, interaksi, dan instruktur fasilitasi sebagai
penentu potensi keberhasilan pembelajaran (Yanuarti, 2016). Dalam pencapaian
kompetensi yang ditetapkan, banyak hal juga yang harus dilakukan oleh guru, seperti
menentukan metode, model, media, strategi, serta keterampilan mengajar yang mampu
memotivasi siswa agar lebih semangat dalam aktivitas pembelajaran. Ini dimaksudkan
agar konsep atau materi menjadi lebih bermakna bagi siswa, apalagi jika penemuan
konsep dilakukan oleh siswa secara individu maupun bekerja sama dengan teman
dalam kelompok. Untuk memudahkan siswa dalam menemukan konsep, maka dari itu
guru dituntut kekreatifanya dalam memberikan bimbingan terhadap siswanya, serta
bagaimana guru dapat menyampaikan informasi tersebut agar bermakana bagi siswa
(Syukur, 2014). Selain guru siswa juga harus memiliki kemampuan koneksi penting
dimiliki oleh siswa agar mereka mampu menghubungkan antara materi yang satu
dengan materi yang lainnya (Linto, 2012).
Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada peserta didik yang
mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya
tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan
pendidikannya (Muslikhah, 2016). Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan terus berupaya memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia dengan
melakukan perbaikan kurikulum. Kurikulum yang baru saja diterapkan dengan tujuan
3

untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai


pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia yaitu kurikulum 2013 (Permendikbud No.70 Tahun 2013).
Harapan di atas tidak sejalan dengan kenyataan yang terjadi di SMP Negeri 2
Kubu. Berdasarkan hasil pencatatan dokumen nilai IPA, hasil belajar IPA siswa kelas IXE
SMP Negeri 2 Kubu masih jauh dari harapan. Hasil ulangan harian I menunjukkan
ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 37,5% dengan nilai rata-rata kelas hanya
mencapai 64,0. Nilai rata-rata kelas masih berada di bawah KKM yang ditetapkan
sekolah yaitu 75. Rendahnya hasil belajar disebabkan karena pembelajaran yang
dilakukan belum mencerminkan pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran dilakukan
dengan cara guru menyampaikan materi di depan kelas dan siswa memperhatikan
penjelasan guru. Guru kurang memberikan contoh penerapan materi pembelajaran
dalam kehidupan sehari-hari atau bahkan mendemonstrasikannya di depan kelas. Hal
ini membuat siswa kurang antusias dalam pembelajaran sehingga hasil pembelajaran
menjadi kurang maksimal.
Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, peneliti ingin menerapkan model quantum
teaching dalam pembelajaran IPA terpadu di kelas IXE SMP Negeri 2 Kubu. Model
quantum teaching berupaya menumbuhkan minat belajar siswa dengan mengaitkan
materi pelajaran (konten) dengan kehidupan sehari-hari (konteks). Quantum
teaching merupakan salah satu cara dalam usaha mengembangkan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa. Quantum teaching menekankan agar siswa
mengetahui dan memahami bentuk nyata dari pembelajaran yang berlangsung
dengan bantuan aktivitas yang diberikan guru (Murizal, 2012). Hal tersebut
membuat siswa tidak mengkhayal dalam membayangkan suatu konsep materi yang
dipelajari. Sehingga siswa mampu mengungkapkan konsep matematikanya dengan
bahasa yang benar dan mudah dipahami. Adanya hal tersebut kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa dapat dikembangkan. Quantum teaching
menginteraksi segala komponen di dalam kelas dan lingkungan sekolah untuk
dirancang sedemikian rupa sehingga semua berbicara dan bertujuan untuk
kepentingan siswa, sehingga siswa dapat mengembangkan diri dan pengetahuannya.
Quantum Teaching adalah suatu metode pembelajaran yang menyenangkan dengan
interaksi antara guru dan siswa yang terjalin dengan baik (DePorter, et al., 2011:44).
Metode quantum teaching membantu dalam menciptakan lingkungan belajar yang
efektif dengan cara memanfaatkan unsur-unsur yang ada pada siswa, misalnya rasa
ingin tahu siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi-interaksi yang terjadi di
dalam kelas. DePorter, et al., (2011:39) mengatakan bahwa dalam
pengimplementasian model quantum teaching menggunakan tahapan-tahapan
pembelajaran dengan sebutan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi,
Ulangi, dan Rayakan). Alasan penelitian ini menerapkan model quantum teaching
adalah terciptanya pembelajaran yang menyenangkan untuk memancing keaktifan
siswa dalam belajar sehingga siswa mendapatkan hasil belajar yang lebih maksimal.
Penerapan model pembelajaran quantum teaching diharapkan mampu meningkatkan
hasil belajar siswa kelas IXE SMP Negeri 2 Kubu semester ganjil tahun pelajaran
2017/2018. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitian ini
memusatkan perhatian untuk menjawab rumusan masalah sebagai berikut; ”Apakah
penerapan model pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan hasil belajar
IPA siswa kelas IXE semester ganjil SMP Negeri 2 Kubu?”

2. Metode
4

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (


classroom action research). Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kubu.
Sekolah ini terletak di Desa Tianyar, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Kelas
yang akan diteliti adalah kelas IXE tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 40
orang. Penelitian ini akan dilakukan pada semester ganjil bulan Agustus minggu
pertama sampai dengan bulan Nopember minggu ke dua. Objek penelitian yang di
ambil dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA.
Oleh karena penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maka
prosedur penelitian ini sesuai dengan prosedur penelitian tindakan kelas yang
dilakukan dalam suatu proses berdaur/ bersiklus. Setiap siklus terdiri atas empat
fase, yaitu: 1) Perencanaan (planning) , 2) tindakan (action), 3) Pemantauan
(observation), 4) Refleksi (reflection). Namun, keputusan untuk melanjutkan atau
menghentikan penelitian pada siklus tertentu bergantung sepenuhnya pada hasil
yang dicapai pada siklus terakhir. Bila hasil yang dicapai telah memenuhi kriteria
keberhasilan yang telah diterapkan, maka penelitian dihentikan. Bila hasil yang
dicapai belum sesuai dengan yang diharapkan, maka penelitian dilanjutkan ke siklus
berikutnya. Data hasil belajar siswa dikumpulkan dengan metode tes dengan kriteria
penskoran yang telah ditetapkan peneliti. Skor yang diperoleh masing-masing siswa
akan dihitung kembali menggunakan rumus tertentu untuk bisa dideskripsikan.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data ini adalah dengan
menggunakan butir-butir soal yang relevan dengan pembelajaran dan indikator
pembelajaran yang ingin dicapai.
Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui tingkat hasil belajar
siswa adalah metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis deskriptif
kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya hasil belajar
IPA siswa. Pada akhir pembelajaran, siswa diberikan evaluasi untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Hasil yang diperoleh siswa berupa
skor yang telah ditetapkan dalam tata cara penskoran dan akan dikonversikan ke
dalam Penilaian Acuan
Patokan (PAP) skala lima. Tingkatan hasil belajar IPA siswa dapat ditentukan dengan
membandingkan P atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima dengan kriteria pada
Tabel 1.

Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Tingkatan Hasil Belajar Siswa

Persentase Kriteria
Hasil Belajar
90 – 100 Sangat tinggi
80 – 89 Tinggi
65 – 79 Sedang
55 – 64 Rendah
0 – 54 Sangat rendah
Sumber: A.A Gede Agung (2005:97)
Keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan penelitian pada siklus
tertentu bergantung sepenuhnya pada hasil yang dicapai pada siklus terakhir. Bila hasil
yang dicapai telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah diterapkan, maka
penelitian dihentikan. Bila hasil yang dicapai belum sesuai dengan yang diharapkan,
maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya. Penelitian ini dikatakan berhasil jika
5

ketuntasan belajar siswa mencapai KKM minimal 75 dan ketuntasan klasikalnya


minimal 85% atau berada pada kriteria tinggi.

3. Hasil Dan Pembahasan

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan terhadap siswa kelas IXE Semester
ganjil SMP Negeri 2 Kubu tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 40 orang,
diperoleh data hasil belajar siswa yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Profil Hasil Belajar Siswa secara Klasikal

Rata-
Klasifikasi rata
Variabel Tindakan Kategori Ketuntasan belajar(%)
Skala Lima Nilai
Pra Siklus 55-64 64,0 Rendah 37,5
Hasil Siklus I 65-79 67,88 Sedang 52,5
Belajar Siklus II 80-89 82,25 Tinggi 90,0

Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal berada pada kategori
rendah, yaitu P = 67,88, dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 52,5%. Hal
ini disebabkan guru belum mampu memanfaatkan media konkret dengan maksimal
sehingga siswa kurang memperhatikan pelajaran dengan baik. Guru hendaknya mampu
memanfaatkan media konkret tersebut dengan maksimal sehingga siswa mau
memperhatikan pelajaran dengan baik. Media konkret yang digunakan selama proses
pembelajaran yaitu pada pertemuan pertama menggunakan gambar alat reproduksi
pada pria dan wanita,. Benda-benda tersebut digunakan sesuai dengan pokok bahasan
yaitu sistem reproduksi dan penyakit yang berhubungan dengan sitem reproduksi
manusia. Pada pertemuan kedua menggunakan gambar proses reproduksi pada
manusia. Gambar-gambar tersebut digunakan sesuai dengan pokok bahasan sistem
reproduksi dan penyakit yang berhubungan dengan sitem reproduksi manusia.
Rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 67,88 berada
pada kategori rendah. Ketuntasan belajar siswa belum mencapai kriteria keberhasilan
penelitian yang sudah ditargetkan. Hal ini menunjukkan perlu adanya perbaikan dalam
proses pembelajaran. Pada siklus I terdapat 20 orang siswa yang berada di bawah KKM,
hal ini disebabkan guru belum mampu menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
baik, sehingga keinginan siswa dalam belajar belum optimal. Guru harus mampu
menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik agar siswa mengetahui tujuan
pelajaran yang dipelajarinya. Guru terlalu cepat dalam menjelaskan materi sehingga
siswa yang lambat menerima pelajaran menjadi tertinggal. Hal ini diperbaiki dengan
cara memberikan materi secara lebih perlahan. Masalah lain yang timbul adalah siswa
belum bisa meninggalkan kebiasaan dalam pembelajaran yang menggunakan metode
ceramah, seperti bercanda di dalam kelas sehingga perhatiannya kurang terfokus pada
pelajaran.
Pada siklus II terjadi peningkatan terhadap hasil belajar IPA siswa. Rata-rata hasil
belajar siswa secara klasikal meningkat 14,37 poin, yaitu dari 67,88 menjadi 82,25
berada pada kategori tinggi. Ketuntasan belajar siswa meningkat sebesar 37.5%, yaitu
dari 52.5% menjadi 90.0%. Terjadi peningkatan hasil belajar IPA karena pembelajaran
dimulai dengan penyampaian tujuan pembelajaran, sehingga siswa dapat
berkonsentrasi pada tujuan tersebut dan mengabaikan hal lain diluar tujuan pelajaran.
6

Media pembelajaran sudah dimanfaatkan dengan optimal, adapun media konkret


yang digunakan pada pelaksanaan siklus II yaitu model mata manusia, model telinga
manusia, gambar hidung manusia, gambar kulit manusia, gambar lidah manusia.
Media tersebut digunakan sesuai dengan pokok bahasan sistem koordinasi dan alat
indra pada manusia. Hal tersebut dapat menumbuhkan minat siswa dalam
pembelajaran dan meningkatkan gairah belajar siswa. Siswa akan merasa tertarik,
termotivasi untuk belajar. Penerapan model quantum teaching dimulai dengan
menumbuhkan minat siswa untuk belajar, mengorganisasikan siswa untuk belajar,
mengumpulkan informasi untuk menyelesaikan permasalahan, kemudian
dilanjutkan dengan kegiatan menganalisis data atau informasi yang ditemukan untuk
menemukan jawaban atau memecahkan suatu permasalahan.
Hal ini dikarenakan model quantum teaching memberikan sebuah
pembelajaran yang meriah dan menyenangkan dengan berpegangan dengan asas
“bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”.
Model quantum teaching juga memiliki landasan dari prinsip yang kukuh seperti
segalanya berbicara, segalanya mempunyai tujuan, pengalaman sebelum pemberian
nama, mengakui setiap usaha, memberikan perayaan, dan tidak lepas pula dari
strategi model quantum teaching yang mengambil istilah Tandur (DePorter, et al.,
2011:39). Pembelajaran seperti ini hendaknya terus ditingkatkan untuk melatih
keterampilan berpikir siswa, meningkatkan kecakapan pemecahan masalah,
memotivasi siswa untuk belajar sehingga nantinya akan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dan terciptanya SDM yang berkualitas.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini didukung oleh penelitian sejenis yang
dilakukan oleh Luh Putu Purnama Dewi, S.Pd. (2016), diketahui bahwa penerapan
model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu
temuan penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh oleh
Gunarhadi (2010), Kusno dan Purwanto (2011), Suryani (2013), Acat dan Ay (2014)
dan Suryani, et al (2014) yang sama-sama menghasilkan kesimpulan bahwa
pembelajaran Quantum memberikan hasil belajar yang lebih baik daripada model
pembelajaran eskpositori.
4. Simpulan Dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diuraikan tiga
simpulan yang merupakan jawaban terhadap rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian ini, yaitu: penerapan model quantum teaching pada mata pelajaran IPA
dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IXE semester ganjil SMP Negeri 2
Kubu tahun pelajaran 2017/2018. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya
peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus.
Saran-saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: (1) diharapkan kepada seluruh siswa khususnya di SMP Negeri 2 Kubu
untuk memanfaatkan pengalaman belajar yang didapat setelah diterapkan model
quantum teaching dalam pelajaran IPA sehingga hasil belajar siswa dapat terus
meningkat. (2) Sesuai dengan hasil penelitian tindakan kelas ini, disarankan kepada
guru (pengajar) IPA agar dapat mempertimbangkan penerapan model quantum
teaching ini sebagai salah satu alternatif pilihan model pembelajaran dalam
pembelajaran IPA guna meningkatkan motivasi belajar siswa yang secara tidak
langsung dapat berimplikasi terhadap meningkatnya hasil belajar yang dicapai siswa.
(3) Kepada Kepala SMP Negeri 2 Kubu diharapkan agar hasil penelitian ini dapat
dijadikan dasar untuk membimbing dan mengarahkan staf pengajarnya dalam
mengelola kegiatan pembelajaran sehingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran
menjadi lebih efektif. (4) Bagi para peneliti lain yang berminat mengadakan
7

penelitian lebih lanjut dan sejenis tentang penerapan model quantum teaching
hendaknya lebih memperhatikan kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam
pembelajaran serta mengupayakan solusi pemecahan yang tepat agar penelitian yang
dilaksanakan dapat mencapai hasil yang lebih maksimal sehingga dapat lebih
memperkaya strategi pembelajaran.

Daftar Rujukan

Agung, A.A. Gede. 2005. Metodologi penelitian pendidikan. Singaraja: IKIP


Negeri Singaraja.

Ali, M. 1982. Penelitian Kependidikan Prosedur Dan Strategi.


Bandung: Angkasa.

Dahar, R. W. 1988. Teori-teori belajar. Jakarta: Pendidikan dan Kebudayaan.

DePorter, Bobbi & Mike Hernacki. 2011. Quantum learning membiasakan belajar


nyaman dan menyenangkan.

Depdiknas. 2002. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta:


Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktoral Pendidikan Lanjutan Pertama.

Dimyati & Moedjiono. 1994. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Depdikbud.

Kasbolah, K. 1998. Penelitian tindakan kelas. Malang: Depdiknas.

Kridolaksono, Adityas Kristyan, 2017, “Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Model


Pembelajaran Quantum Teaching Bidang Studi Matematika Kelas VII di SMPN 2
Temon, Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan. Vol. VI Nomor 7, http://e-
jurnal.mitra.pendididkan, 18 Oktober 2017.

Munandir. 2001. Ensiklopedia pendidikan. Cetakan 1. Malang: UM Press.

Nurkancana, W. & Sunartana. 1990. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha


Nasional.

Purwanto, 1987. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja. Rosdakarya.

Rusyan, A. T. 1993. Proses Belajar Mengajar yang Efektif Tingkat Pendidikan Dasar.
Bandung : Bina Budhaya.

Sudjana, Nana & Admad, R. 1989. Teknologi pengajaran. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana. 1992. Metoda statistik. Bandung: Tarsito.


Sumaryo. 1989. Strategi Belajar mengajar dalam Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarta : Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Objek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
8

Suryabrata, Sumadi. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Gravindo.


Suryanti, Wiwin, 12 Januari 2017, “Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Pada Siswa Kelas
VII SMP Negeri 3 Getasan”. Jurnal Mitra Pendidikan. Vol. 2 No 1, http://e-
jurnalmitrapendidikan.com. 18 Oktober 2017.

Susiani, K. 2013. Pengaruh model pembelajaran quantum terhadap kecerdasan sosio-


emosional dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD di Banyuning. Thesis. (Tidak
diterbitkan). Program Pascasarjana Undiksha.

Anda mungkin juga menyukai