Anda di halaman 1dari 12

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT


TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV
DI GUGUS VIII KECAMATAN KUBUTAMBAHAN

I Kt. Agus Budiastawa Putra1, Ni Nym. Kusmariyatni2, I Md. Citra Wibawa3

1,2,3Jurusan
PGSD, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: Budiastawa_agus@yahoo.co.id1, nyomankusmariyatni@yahoo.co.id2,


Dekwi_petiga@yahoo.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pada hasil belajar IPA pada siswa
kelas IV tahun pelajaran 2013/2014 antara siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran Teams Games Tournament dan siswa yang dibelajarkan menggunakan
model pembelajaran konvensional. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu
menggunakan desain post-test only control group design. Populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas IV Tahun Pelajaran 2013/2014 di Gugus VIII Kecamatan
Kubutambahan, dengan jumlah siswa 105 orang. Sampel penelitian ini, yaitu siswa
kelas IV SD Negeri 2 Pakisan yang berjumlah 27 orang sebagai kelompok eksperimen
dan siswa kelas IV SD Negeri 5 Pakisan yang berjumlah 22 orang sebagai kelompok
kontrol yang dipilih dengan tehnik random sampling. Pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metode tes. Data tentang hasil belajar IPA
siswa.dikumpulkan dengan menggunakan tes isian singkat. Data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan analisis statistik uji-t. Hasil penelitian menunjukan
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran Teams Games Tournament dan siswa yang mengikuti
pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional (thitung =53,46 >ttabel=
2,02;α = 0,05). Dari rata-rata hasil belajar IPA diketahui siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran Teams Games Tournament lebih baik dari
siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional
( X 1 = 15,63; X 2  9,91) .
Kata kunci : Teams Games Tournament, hasil belajar IPA.

Abstract

This study aims to determine the significant differences of science learning outcomes of
grade IV students in academic year 2013/2014 among students who studied by using
Teams Games Tournament models of learning and students who learn using
conventional learning models. This study is a quasi-experimental research design using
post-test only control group design. The population was all fourth grade students in
academic year 2013/2014 in cluster VIII Kubutambahan Buleleng district with a number
of 105 students. The sample of this study was the fourth grade students of SD Negeri 2
Pakisan of 27 students as experimental group and the fourth grade students of SD
Negeri 5 Pakisan of 22 students as control group who were selected by random sampling
technique. Collecting the data in this study was done using simple test. The data that
obtained was analyzed using t-test statistics analysis. The result of the study showed that
there were differences of science learning outcomes among students who took science
learning by Teams Games Tournament learning model and students who took
conventional learning model (tcount = 53,46 >ttable=2,02;α = 0,05). From the mean score of
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

science students were found that students who took Teams Games Tournament learning
model had better learning outcomes than students who took conventional learning model
(X1 = 15,63; X2 = 9.91).

Key words : Teams Games Tournament, science learning outcomes.

PENDAHULUAN standar proses nasional pendidikan


Pendidikan merupakan suatu dimaksudkan untuk menjamin pencapaian
kegiatan yang bersifat umum bagi setiap tujuan pendidikan nasional. Kurikulum ini
manusia dimuka bumi ini. Pendidikan menuntut guru untuk bias mengembangkan
merupakan modal suatu bangsa untuk proses pembelajaran sesuai dengan
dapat berkembang secara optimal. Dalam keadaan situasi lingkungan masing-masing
era globalisasi yang ditandai dengan sekolah. Sehingga siswa dapat
persaingan yang sangat kuat dalam bidang mengembangkan potensi yang ada di
teknologi, manajemen dan sumberdaya sekitar lingkungan mereka.
manusia (SDM), maka diperlukan KTSP juga menghendaki bahwa
pengelolaan pendidikan yang mampu suatu pembelajaran pada dasarnya
mewujudkan pendidikan yang bermutu, tidakhanya mempelajari tentang konsep,
relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan teori dan fakta tetapi juga aplikasi dalam
berdaya saing tinggi dalam kehidupan kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai
global (Hamalik, 2001). Maksudnya adalah keberhasilan pendidikan, maka proses
Perkembangan dan perubahan yang terjadi pembelajaran di kelas hendaknya
dalam kehidupan bermasyarakat, mencerminkan sebuah pembelajaran
berbangsa dan bernegara, tidak terlepas dengan menekankan pada pencapaian
dari pengaruh perubahan global, tujuan belajar baik itu ranah afektif, kognitif,
perkembangan ilmu pengetahuan dan maupun psikomotor, (Bloom dalam
teknologi, seni dan budaya. Perkembangan Arikunto, 2005).
dan perubahan yang terjadi secara terus- Terlebih lagi pendidikan IPA,
menerus ini, menuntut perlunya semestinya pendidikan IPA dengan segala
peningkatan kualitas pendidikan nasional, isi dan karakternya bisa memberikan
seperti peningkatan sumber daya manusia sumbangan yang lebih riil terhadap siswa
(SDM), termasuk penyempurnaan tujuan, agar ia memiliki bekal yang memadai
proses pendidikan, kualitasout putdan lain sehingga dapat bertahan hidup di
sebagainya. Ini sumua guna mewujudkan masyarakat. Hal ini karena pendidikan IPA
masyarakat yang mampu bersaing dan senantiasa berdekatan dengan realita alam
menyesuaikan diri dengan perubahan yang menjadi tempat hidup siswa,
zaman. sebagaimana disimpulkan oleh Supriyadi
Pendidikan dengan demikian harus (2003), bahwa IPA adalah keseluruhan cara
mampu membongkar dan mengembangkan berpikir untuk memahami gejala alam,
keseluruhan potensi kemanusiaan seorang sebagai suatu cara penyelidikan tentang
peserta didik sehingga ia memiliki kejadian alam, dan sebagai batang tubuh
kesanggupan untuk hidup di era mendatang keilmuan yang diperoleh dari suatu
yang memiliki kompleksitas permasalahan penyelidikan. Pendidikan IPA dengan
yang jauh lebih rumit dari yang ada saat ini. demikian akan mengajak siswa untuk
Pendidikan juga harus didesain sedemikian semakin dekat dengan alam tempat ia
rupa agar mampu membebaskan siswa berpijak.
untuk berkreasi menemukan Berdasarkan Peraturan Menteri
ketrampilannya sendiri. Salah satu upaya Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006.
pemerintah untuk meningkatkan mutu Faktor-faktor untuk mencapai tujuan
pendidikan adalah dengan pembaharuan pembelajaran di antaranya adalah faktor
Kurikulum Berbasis Kompetensi menjadi guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Guru merupakan salah satu faktor utama
(KTSP). Pengembangan Kurikulum Tingkat yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
SatuanPendidikan yang mengacu pada siswa. Dalam pembelajaran guru harus
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

mampu memilih dan mengembangkan bangsa, 2) tujuan dan cita-cita pendidikan


model pembelajaranserta media yang tepat 3) proses dan pelaksanaan pendidikan 4)
dan sesuai dengan karakteristik mata penilaian pelaksanaan pendidikan.
pelajaran IPA. Hal ini agar pemahaman Keempat unsur ini merupakan satu-
siswa terhadap mata pelajaran IPA menjadi kesatuan untuk mencapai tujuan
relatife lebih mudah dan tujuan dari pendidikan.
pembelajaran IPA dapat tercapai. Dikaitkan Berdasarkan hasil wawancara dan
dengan pembelajaran di sekolah, prinsip pencatatan dokumen dengan guru mata
proses pendidikan dan pengajaran di pelajaran IPA kelas IV di Gugus VIII pada
sekolah dijiwai oleh adanya empat unsur tanggal 15 Januari dan tanggal 16 Januari
penting pendidikan yang berkaitan menjadi 2013, maka diketahui nilai rata-rata mata
sebuah kerangka dasar yang tidak dapat pelajaran IPA dari masing-masing sekolah
dipisahkan. Empat unsur penting yaitu dapat dilihat pada Tabel 1 di berkut ini.
pendidikan tersebut meliputi 1) filsafat hidup

Tabel 1 Nilai rata-rata UAS SD Gugus VIII Kecamatan Kubutambahan

No. Nama sekolah Jumlah siswa Nilai rata-rata KKM


1. SDN. 1 Pakisan 18 62,04 66
2. SDN. 2 Pakisan 27 64,21 66
3. SDN. 4 Pakisan 38 64,95 66
4. SDN. 5 Pakisan 22 65,44 66
(Sumber: Guru IPA Kelas IV di Gugus VIII)
Melalui wawancara dan pencatatan siswa tidak diberikan kesempatan untuk
dokumen nilai rata-rata di masing-masing menyampaikan informasi yang telah
sekolah masih tergolong rendah. Hal ini diperolehnya dari mempelajari materi
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1) pelajaran.5) ketika guru mengakhiri
guru jarang memberikan kesempatan pembelajaran dikelas jarang memberikan
kepada siswa untuk berdiskusi dalam pertanyaan-pertanyaan untuk menguji
kelompok kecil sehingga siswa kurang aktif pengetahuan siswa yang didapat dari
dalam proses belajar mengajar, 2) Guru penyajian kelas antar individu maupun
kurang melibatkan siswa dalam kelompok untuk mengetahui apakah siswa
pembelajaran. Guru lebih sering tersebut sudah memahami tentang materi
memberikan catatan pada siswa dan hanya yang telah diajarkan. Untuk mengetahui
membahas soal-soal di LKS. Penuangan pengetahuan siswa guru hendaknya
informasi dari guru kepada siswa memberikan pertanyaan-pertanyaan
menyebabkan siswa lebih bersifat pasif dengan cara rebutan sehingga guru bisa
sehingga siswa lebih banyak menunggu lebih mudah mengetahui mana yang sudah
sajian guru daripada mencari dan paham dan yang mana belum memahami
menemukan sendiri pengetahuan, materi yang sudah diajarkan. Selain itu,
keterampilan, atau sikap yang mereka siswa juga akan termotivasi untuk mencari
butuhkan. 3) pada saat proses dan menemukan jawaban yang diberikan
pembelajaran berlangsung hanya sebagian oleh guru agar tidak dikalahkan oleh
kecil siswa yang berpartisifasi aktif. Ketika tamannya yang lain.
diberikan pertanyaan dan mengeluarkan Guru mempunyai tanggung jawab
pendapat hanya beberapa siswa yang professional dalam upaya mencerdaskan
menjawab pertanyaan tersebut. Siswa juga kehidupan bangsa dan mengembangkan
cenderung enggan jika disuruh untuk kualitas manusia seutuhnya sebagai
menjawab soal dan mengerjakan didepan pengemban misi pendidikan. Guru tidak
kelas, 4) kurangnya interaksi antara siswa cukup hanya menyampaikan materi
dengan guru hal ini disebabkan karena pengetahuan kepada siswa di kelas, tetapi
kurangnya media dalam pembelajaran dan dituntut untuk meningkatkan kemampuan
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

guna mendapatkan dan mengelola siswa yang kemampuannya kurang akan


informasi yang sesuai dengan kebutuhan dibantu oleh siswa yang memiliki
profesinya. Mengajar bukan lagi usaha kemampuan baik pada saat kerja kelompok.
untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, Menyikapi kondisi akademik dan kondisi
melainkan juga usaha menciptakan system fisik seperti di atas, maka perlu diupayakan
lingkungan yang membelajarkan siswa agar usaha peningkatan penguasaan siswa
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara terhadap konsep-konsep IPA melalui
optimal. penerapan suatu model pembelajaran yang
Berdasarkan alasan tersebut, maka kelihatannya lebih berpusat pada upaya
sangat penting bagi siswa khususnya guru menumbuhkembangkan partisipasi dan
untuk memahami karakteristik materi, siswa aktivitas siswa. Sehingga kegiatan
dan pemilihan model pembelajaran. pembelajaran tidak lagi hanya
Dengan demikian pembelajaran akan lebih mengutamakan produk saja akan tetapi
variatif, inovatif, dan kondusif dalam lebih mengutamakan proses bagaimana
membangun pengetahuan siswa. Untuk pengetahuan tersebut diperoleh siswa.
mencapai tujuan pembelajaran tersebut Untuk itu perlu dipilih suatu model
ditentukan oleh banyak faktor, salah pembelajaran yang mampu mensinergikan
satunya didukung oleh penggunaan model keterampilan proses dan keterampilan
pembelajaran yang sesuai. Model sosial pada pelaksanaan pembelajaran di
pembelajaran yang baik adalah model yang kelas. Sehingga siswa memiliki hasil belajar
disesuaikan dengan materi yang akan yang lebih baik. Melalui pembelajaran
disampaikan dan mengaitkan materi kooperatif siswa diharapkan mampu
tersebut dengan kehidupan nyata yang melakukan kerja sama dalam kelompok,
dialami oleh siswa. Oleh karena itu perlu menghargai pendapat orang lain, mampu
menginstruksikan siswa dalam berkomunikasi dengan orang lain, dan
pembelajaran sehingga siswa dapat saling menumbuhkan semangat kebersamaan
bekerjasama dan akan menghasilkan sebagai salah satu ciri dari manusia
pembelajaran yang baik. sebagai mahluk sosial (Alma & Hurriyati,
Salah satu upaya meningkatkan 2008).
hasil belajar siswa adalah dengan Salah satu model pembelajaran
mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
kooperatif. Model pembelajaran kooperatif pembelajaran tersebut di atas adalah model
adalah suatu cara pendekatan atau pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
serangkaian strategi yang khusus dirancang Tournament (TGT). Karakteristik
untuk mendorong siswa agar bekerja sama pembelajaran IPA sangat sesuai dengan
selama berlangsungnya kegiatan model pembelajaran ini karena dalam
pembelajaran. Pada dasarnya pembelajaran IPA, siswa sering dihadapkan
pembelajaran kooperatif mengandung pada latihan soal-soal atau pemecahan
pengertian sebagai suatu sikap atau masalah. Bagi siswa tertentu, bertanya
perilaku bersama dalam bekerja atau kepada teman sebaya untuk mendapatkan
membantu diantara sesama dalam setruktur penjelasan terhadap apa yang telah
kerja sama yang teratur dalam kelompok, dijelaskan oleh guru akan lebih mudah
yang terdiri dari dua orang atau lebih dipahami oleh siswa karena mereka
dimana keberhasilan kerja sangat biasanya menggunakan bahasa dan
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap ungkapan yang biasa digunakan oleh anak
anggota kelompok itu sendiri. muda sebaya dan secara psikologis,
Model pembelajaran kooperatif memiliki mereka dalam berkomunikasi tidak ada
pengaruh yang positif dalam memperbaiki beban (Haryadi, 2006).
hubungan antar kelompok dan rasa percaya Model pembelajaran kooperatif tipe
diri siswa sehingga tumbuh motivasi dalam Teams Games Tournament (TGT)
diri siswa untuk mengulang kegiatan merupakan pembelajaran yang kegiatannya
tersebut. Model pembelajaran ini sangat lebih berpusat pada siswa, siswa dibagi
sesuai jika diterapkan pada kelas yang dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri
memiliki kemampuan heterogen, karena dari 4-6 orang, dalam kelompok
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

kemampuan siswa harus heterogen. Setiap Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD di
siswa dalam kelompok akan mendapat Gugus VIII Kecamatan Kubutambahan”.
tugas yang berbeda, dan dalam kelompok METODE
mereka saling bahu-membahu untuk Penelitian ini dirancang sesuai
menguasai materi atau tugas yang prosedur penelitian eksperimen semu
dibebankan pada kelompoknya. dengan rancangan post test only control
Selanjutnya, mereka akan mengikuti group design. Analisis data penelitian
turnamen antar kelompok, siswa-siswa dilakukan uji-t polled varians.
terpandai dikelompoknya akan diadu Variabel dalam penelitian ini dipilih
dengan siswa-siswa yang terpandai menjadi 2 yaitu variabel bebas dan variabel
dikelompok yang lain, demikian juga untuk terikat. Variabel bebas yang digunakan
para siswa yang berkemampuan menengah adalah model pembelajaran Teams games
dan kurang. Semua anggota kelompok tournament (TGT), variabel terikat yang
berusaha meraih skor sebanyak-banyaknya digunakan adalah hasil belajar. Prosedur
untuk menjadikan kelompoknya yang yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu
terbaik. Di sini, guru hanya berperan terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan
sebagai fasilitator dan moderator dalam dengan anava, menentukan sampel kelas
mengambil kesimpulan pada saat diskusi dengan cara pengundian untuk menentukan
berlangsung. kelompok kelas eksperimen dan kelompok
Dengan mempelajari sendiri, kelas kontrol, menyusun perangkat serta
mendiskusikan, menemukan dan instrument, mengkonsultasikan instrument
menghayati sendiri konsep-konsep penting dengan dosen pembimbing sekaligus
yang terkandung dalam materi yang sebagai dosen ahli, mengadakan uji coba,
dibahas, serta mempertandingkan semua revisi instrument yang telah diujikan,
pengetahuan yang telah diperoleh dalam melakukan pelatihan/konsultasi perangkat
kelompok mereka masing-masing, pembelajaran pada guru, melaksanakan
diharapkan dapat meningkatkan proses pembelajaran sebanyak 8 kali
pemahaman siswa dan menumbuhkan rasa pertemuan, memberikan post test kepada
percaya diri, serta keterampilan sosial kedua kelompok secara bersamaan, dan
mereka, disamping peningkatan hasil menganalisis data hasil penelitian.
belajar siswa itu sendiri. Populasi dalam penelitian ini adalah
Menurut Slavin (1995) model seluruh SD yang ada di Gugus VIII
pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh Kecamatan Kubutambahan khususnya
yang positif dalam memperbaiki hubungan siswa kelas IV yang berjumlah 105 orang.
antar kelompok dan rasa percaya diri siswa Sebelum digunakan sebagai populasi
sehingga tumbuh motivasi dalam diri siswa penelitian maka dilakukan uji kesetaraan
untuk mengulang kegiatan tersebut. Model dengan anava A, kemudian sampel kelas
pembelajaran ini sangat sesuai jika dilakukan dengan cara pengundian
diterapkan pada kelas yang memiliki sehingga didapatkan kelas IV SD Negeri 2
kemampuan heterogen, karena siswa yang Pakisan ditetapkan sebagai kelas
kemampuannya kurang akan dibantu oleh eksperimen yang berjumlah 27 orang dan
siswa yang memiliki kemampuan baik pada kelas IV SD Negeri 5 Pakisan ditetapkan
saat kerja kelompok. sebagai kelas kontrol yang berjumlah 22
Berdasarkan paparan diatas, orang. Selanjutnya, dilakukan penyusunan
dipandang perlu untuk membuktikan secara perangkat serta instrument pembelajaran,
empirik melalui suatu penelitian tentang mengkonsultasikan dengan dosen
seberapa besar model pembelajaran pembimbing yang sekaligus sebagai dosen
kooperatif tipe Teams Games Tournament ahli, mengadakan uji coba, revisi instrument
(TGT) dapat berperan dalam meningkatkan yang telah diujikan, melaksanakan proses
hasil belajar siswa. Judul penelitian yang pembelajaran, memberikan post test, dan
diajukan adalah “Pengaruh Model menganalisis hasil penelitian. Instrumen
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams penelitian yang digunakan dalam penelitian
Games Tournament (TGT) terhadap Hasil ini yaitu dalam bentuk tes obyektif.
Instrumen yang akan digunakan dalam
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

sebagai pengumpulan data, terlebih dahulu uji-t sampel independent (tidak berkorelasi)
harus diuji coba. Uji coba yang dilakukan dengan rumus uji-t polled varians, maka
untuk menentukan validitas, reliabilitas, prasyarat yang harus dipenuhi adalah data
taraf kesukaran, dan indeks daya beda tes setiap kelompok harus berdistribusi normal
dengan melibatkan responden sebanyak dan homogen. Uji normalitas data dapat
105 siswa. Rumus korelasi titik (Point diketahui dengan menggunakan rumus chi-
Biserial) digunakan untuk menguji validitas square dan uji homogenitas varians diuji
r menggunakan uji F. Sesuai dengan
item test dengan tabel pada taraf signifikasi
5% yaitu 0,176 dan dari hasil analisis hipotesis alternatif ( H 1 ) yang telah
diketahui dari 35 soal, terdapat 9 butir soal diajukan, maka dapat dirumuskan hipotesis
yang tidak valid dan 26 butir soal yang H
nol ( 0 ) yang berbunyi tidak terdapat
valid. Untuk menghitung reliabilitas
perbedaan hasil belajar IPA antara siswa
instrumen hasil belajar digunakan rumus yang mengikuti pembelajaran dengan
Kuder–Richardson 20 (K-R 20).
model pembelajaran TGT dengan siswa
Hasil analisis uji reliabilitas didapatkan
yang mengikuti pembelajaran dengan
test memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi
model pembelajaran konvensional pada
yaitu r1.1= 0,78.
siswa kelas IV SD di Gugus VIII kecamatan
Untuk menentukan taraf kesukaran Kubutambahan.
dan daya beda tes yang dibuat maka
terlebih dahulu ditetapkan kelompok atas HASIL DAN PEMBAHASAN
(KA) dan kelompok bawah (KB). Data hasil penelitian yang diperoleh
Berdasarkan hasil analisis dari 35 butir tes,
merupakan skor hasil belajar siswa dari
semua butir tes berada pada kriteria tingkat implementasi model pembelajaran TGT
kesukaran sedang. Sedangkan daya beda
pada kelompok eksperimen dan model
tes hasil belajar, berdasarkan hasil analisis pembelajaran konvensional pada kelompok
dari 35 butir tes diperoleh 9 butir yang kontrol . Rekapitulasi perhitungan data hasil
berkualifikasi kurang baik, 5 butir yang
penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
berkualifikasi cukup baik, 6 butir tes
berkualifikasi baik dan 15 butir tes
berkualifikasi sangat baik.
Selanjutnya dilakukan pengujian
H0
hipotesis nol ( ) dengan menggunakan

Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Hasil Belajar

Hasil Belajar IPA


Data statistic
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Mean (M) 15,63 9,91
Median (Me) 15,80 9,7
Modus (Mo) 16,17 9,4
Standar Deviasi 2,44 2,33
Varian 5,95 5,42

Data hasil penelitian menunjukkan hasil belajar kelompok kontrol yaitu 9,91.
bahwa rerata skor hasil belajar pada Pada kelompok eksperimen
kelompok eksperimen yang dibelajarkan Mo>Md>M(16,17>15,8>15,63) hal ini
menggunakan model pembelajaran TGT berarti sebagian besar skor kelompok
lebih tinggi yaitu 15,63 dari pada rerata skor eksperimen cenderung tinggi. Apabila
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

divisualisasikan ke dalam bentuk grafik, (frekwensi observasi) dari gejala yang


maka tampak pada Gambar 1. diselidiki tidak menyimpang secara
signifikan dari f h (frekwensi harapan)
12 dalamdistribusi normal. Uji normalitas data
10 dilakukan terhadap data hasil belajar siswa
kelompok eksperimen dan kelompok
Frekuensi

8 kontrol. Kemudian, uji homogenitas


6 dilakukan terhadap varians pasangan antar
4 kelompok eksperimen yaitu kelas dengan
2
menggunakan model pembelajaran TGT
dan kelompok kontrol yaitu kelas dengan
0 model pembelajara konvensional.
10-'11 12-'13 14-15 16-17 18-19 20-21 Berdasarkan hasil perhitungan, pada
Interval Md = 15,8 pengujian taraf signifikansi 5% diperoleh
Md= 15,63 harga  2 hitung hasil post-test kelompok
Mo = 16,17 eksperimen sebesar 0,91 dan  2 tabel
Gambar 1. Grafik Poligon Data Hasil dengan derajat kebebasan (dk) = 2 pada
Belajar IPA Kelompok taraf signifikansi 5% adalah 7,815. Hal ini
berarti,  hitung hasil post-test kelompok
2
Eksperimen
eksperimen lebih kecil dari  2 tabel
Sementara itu, pada kelompok kontrol
menunjukkan bahwa Mo<Md<M (0,91<7,815) sehingga data hasil post-test
(9,4<9,7<9,91) yang berarti sebagian besar kelompok eksperimen berdistribusi normal.
Sedangkan,  hitung
2
skor kelompok kontrol cenderung sedang. hasil post-test
Apabila divisualisasikan ke dalam bentuk kelompok kontrol adalah 5,17 dan  tabel
2

grafik, maka tampak pada Gambar 2.


dengan derajat kebebasan (dk) = 2 pada
taraf signifikansi 5% adalah 7,815. Hal ini
berarti,  hitung hasil post-test kelompok
2
12
10
kontrol lebih kecil dari  2 tabel (1,08<5,59)
Frekuensi

8
6 sehingga data hasil post-test kelompok
4 kontrol berdistribusi normal.Sedangkan
2 diketahui harga Fhitung sebesar 1,09.
0 Sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 26,
5-'6 7-'8 9-'10 11-'12 13-14 15-16 dbpenyebut= 21, pada taraf signifikansi 5%
adalah 2,15. Hal ini berarti Fhitung lebih kecil
Interval dari Ftabel (1,09<2,15) sehingga dapat
M = 9,91
M o = 9,4 dinyatakan bahwa varians data hasil post-
Md = 9,7 test kelompok eksperimen dan kontrol
adalah homogen.
Gambar 2. Grafik Poligon Data Hasil Hasil analisis data dinyatakan
Belajar IPA Kelompok Kontrol berdistribusi normal dan homogen sehingga
untuk menguji H 0 digunakan uji-t sampel
Selanjutnya, dilakukan uji prasyarat:
normalitas data dan homogenitas varians. independent (tidak berkorelasi) dengan
Uji normalitas dilakukan untuk menguji rumus polled varians. Rangkuman uji
suatu distribusi empirik mengikuti ciri-ciri hipotesis, dapat dilihat pada Tabel 2.
distribusi normal atau untuk menyelidiki f 0
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

Tabel 3.Rangkuman Uji Hipotesis

Sampel N Mean s2 Db t hitung t tabel Kesimpulan


Eksperimen 27 15,63 5,95 thitung>tTabel
5,42 47 53,46 2,021 Ha diterima
kontrol 22 9,91

Pengaruh model pembelajaran TGT thitung>ttabel, sehingga H0 ditolak dan Ha


terhadap hasil belajar siswa diketahui diterima. Hal ini berarti, terdapat perbedaan
dengan dilakukannya uji hipotesis. Kriteria yang signifikan hasil belajar IPA antara
H 0 ditolak jika t hitung > t tabel dan H 0 diterima siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran
jika t hitung < t tabel . Hasil pengujian hipotesis TGT dan siswa yang mengikuti
menunjukkan t hitung > t tabel (53,46>2,021). Ini pembelajaran dengan model konvensional.
Adanya perbedaan yang signifikan
berarti, terdapat perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan model
hasil belajar IPA antara siswa yang TGT berpengaruh terhadap hasil belajar
mengikuti pembelajaran dengan model IPA siswa.
pembelajaran TGT dengan siswa yang Berbagai macam temuan yang
mengikuti pembelajaran dengan model didapatkan dalam pelaksanaan
pembelajaran konvensional pada siswa pembelajaran dalam kelas eksperimen
kelas IV SD di GugusVIII Kubutambahan. diantaranya: (1) siswa lebih senang jika
Secara deskriptif, hasil belajar IPA diajak berdiskusi dalam proses
siswa pada kelompok eksperimen lebih pembelajaran, (2) siswa lebih aktif dalam
tinggi dibandingkan hasil belajar IPA pada memecahkan persoalan yang dierikan oleh
kelompok eksperimen.Hal ini didasarkan guru, karena dalam pembahasannya siswa
pada rata-rata skor hasil belajar IPA siswa lebih banyak bertukar pendapat dengan
dan kecenderungan skor hasil belajar IPA pasangannya, Sedangkan dalam kelas
siswa. Rata-rata skor hasil belajar IPA kontrol temuan yang didapatkan
siswa pada kelompok eksperimen adalah diantaranya: (1) siswa masing sangat
15,63 sehingga berada pada katagori tinggi. bergantung dari informasi dari guru, (2)
Sedangkan rata-rata skor hasil belajar IPA beberapa siswa tidak terlalu berpartisifasi
siswa pada kelompok kontrol adalah 9,91 dalam pembelajaran, (3) siswa hanya
dan berada pada katagori sedang. Jika skor membahas materi yang ada pada buku saja
hasil belajar IPA kelompok eksperimen tanpa mengaitkan dengan kehidupan
siswa digambarkan dalam grafik poligon sehari-hari. Adanya temuan-temuan
tampak bahwa kurve sebaran data tersebut dapat memperjelas bahwa model
merupakan juling negatif yang artinya pembelajaran konvensional kurang efektif
sebagian besar skor cenderung tinggi. untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Pada kelompok kontrol, jika skor hasil Hasil penelitian ini sejalan dengan
belajar IPA digambarkan dalam grafik penelitian yang dilakukan oleh Made Widya
polygon tampak bahwa sebaran data Suryaprani (2012) dengan judul penelitian
merupakan juling positif yang artinya “Pengaruh integrasi metode tugas
sebagian besar skor cenderung sedang. pekerjaan rumah (TPR) dan model
Berdasarkan hasil uji hipotesis cooperative learning tipe teams games
menggunakan uji-t dengan menggunakan tournament (TGT) terhadap hasil belajar
rumus polled varians, diperoleh thitung =, matematika siswa kelas XI IPA SMAN 3
53,46 dan ttabel = 2,021 untuk db = 47 Singaraja”. Hasil penelitian ini menyatakan
dengan taraf signifikan 5%. Hasil bahwa penerapan model Teams Games
perhitungan tersebut menunjukkan bahwa Tournamentpada mata pelajaran
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

matematika dapat meningkatkan hasil pertanyaan tersebut kepada guru. Akhirnya


belajar. Penelitian ini berhasil karena untuk memastikan bahwa seluruh anggota
peneliti menerapkan tahapan model kelompok telah menguasai pelajaran, maka
pembelajaran Teams Games Tournament. seluruh siswa akan diberikan permainan
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Ayu akademik. Dalam permainan akademik
Rikayanti dengan judul penelitian siswa akan dibagi dalam meja-meja
“Penerapan model pembelajaran kooperatif turnamen, dimana setiap meja turnamen
tipe Teams Games Tournament (TGT) terdiri dari 5 sampai 6 orang yang
dalam upaya menigkatkan motivasi dan merupakan wakil dari kelompoknya masing-
hasil belajar IPA (Fisika) siswa kelas VIIIc masing. Dalam setiap meja permainan
SMP Negeri 2 Penebel tahun pelajaran diusahakan agar tidak ada peserta yang
2011/2012”. berasal dari kelompok yang sama. Siswa
Meningkatnya hasil belajar siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen
dalam model pembelajaran kooperatif tipe secara homogen dari segi kemampuan
Teams Games Tournament (TGT) akademik, artinya dalam satu meja
disebabkan oleh perlakuan dalam proses turnamen kemampuan setiap peserta
pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan diusahakan agar setara. Hal ini dapat
model pembelajaran kooperatif tipe Teams ditentukan dengan melihat nilai yang
Games Tournament (TGT terdapat mereka peroleh pada saat pre-test. Skor
beberapa kelebihan, yaitu (1) memberi yang diperoleh setiap peserta dalam
siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, permainan akademik dicatat pada lembar
menjawab, dan saling membantu satu pencatat skor. Skor kelompok diperoleh
sama lain, (2) seorang siswa juga dapat dengan menjumlahkan skor-skor yang
belajar dari siswa lain serta saling diperoleh anggota suatu kelompok,
menyampaikan idenya untuk didiskusikan kemudian dibagi banyaknya anggota
sebelum disampaikan di depan kelas, (3) kelompok tersebut. Skor kelompok ini
dapat memperbaiki rasa percaya diri dan digunakan untuk memberikan penghargaan
semua siswa diberi kesempatan untuk tim berupa sertifikat dengan mencantumkan
berpartisipasi dalam kelas, (4) siswa dapat predikat tertentu.
mengembangkan keterampilan berpikir dan Menurut Slavin (dalam Trianto,
menjawab dalam komunikasi antara satu 2009: 83) pembelajaran kooperatif tipe TGT
dengan yang lain, serta bekerja saling terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu: tahap
membantu dalam kelompok kecil, (5) penyajian kelas (class precentation), belajar
memungkinkan guru untuk lebih banyak dalam kelompok (teams), permainan
memantau siswa dalam proses (geams), pertandingan (tournament), dan
pembelajaran. perhargaan kelompok ( team recognition).
TGT adalah salah satu tipe Dilihat dari komparasi secara teoretik
pembelajaran kooperatif yang antara model pembelajaran TGT dengan
menempatkan siswa dalam kelompok- model pembelajaran konvensional, maka
kelompok belajar yang beranggotakan 5 teori tersebut sejalan dengan hasil
sampai 6 orang siswa yang memiliki penelitian ini yaitu pencapaian hasil belajar
kemampuan, jenis kelamin dan suku kata dengan menggunakan model pembelajaran
atau ras yang berbeda. Guru menyajikan TGT lebih tinggi dibandingkan dengan
materi, dan siswa bekerja dalam kelompok model pembelajaran konvensional.
mereka masing-masing. Dalam kerja Berdasarkan uraian-uraian tersebut
kelompok guru memberikan LKS kepada terlihat bahwa model pembelajaran TGT
setiap kelompok. Tugas yang diberikan lebih unggul dibandingkan model
dikerjakan bersama-sama dengan anggota pembelajaran konvensional. Dalam
kelompoknya. Apabila ada dari anggota kaitannya dengan pembelajaran IPA dapat
kelompok yang tidak mengerti dengan digunakan model pembelajaran TGT
tugas yang diberikan, maka anggota karena terbukti mampu meningkatkan hasil
kelompok yang lain bertanggungjawab belajar siswa. Oleh karena itu guru
untuk memberikan jawaban atau hendaknya mempertimbangkan
menjelaskannya, sebelum mengajukan penggunaan model pembelajaran TGT ini
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

serta senantiasa memilih pembelajaran Tournamentwalaupun penelitian ini sudah


sesuai dengan materi pembelajaran agar selesai. Dalam menerapkan pembelajaran
pembelajaran dapat berjalan optimal. ini, guru diharapkan untuk mempersiapkan
segala perencanaanya dengan matang,
PENUTUP membuat skenario pembelajaran dengan
Berdasarkan hasil penelitian dan baik, dan guru harus benar-benar
pembahasan dapat dikemukakan menguasai materi yang dibelajarkan
kesimpulan sebagai berikut. Deskripsi data kepada siswa sehingga guru dapat
hasil belajar IPA siswa dengan model memfasilitasi kegiatan pembelajaran
pembelajaran TGT yaitu modus (Mo) = dengan baik sehingga tidak terjadi
16,17 median (Md) = 15,8, mean (M) = miskonsepsi pada diri siswa. (2)
15,63, dan standar deviasi (s) = 2,44. Skor Diharapkan model pembelajaran Teams
rata-rata hasil belajar IPA siswa dengan Games Tournament menjadi alternatif
model pembelajaran TGT adalah 15,63, pembelajaran dalam melaksanakan
berdasarkan hasil konversi dapat pembelajaran IPA sehingga pembelajaran
dinyatakan dalam kategori baik. DeskrIPAi yang dilaksanakan lebih variatif dan tidak
data hasil belajar IPA siswa dengan model monoton seperti yang telah dilaksanakan
pembelajaran konvensional yaitu modus sebelumnya dan pada akhirnya dapat
(Mo) = 9,4, median (Md) = 9,7, mean (M) = meningkatkan kompetensi siswa. (3)
9,91, dan standar deviasi (s) = 2,33. Skor Disarankan kepada pembaca yang
rata-rata hasil belajar IPA siswa dengan berminat untuk mengadakan penelitian
model konvensional adalah 9,91, lebih lanjut sebagai penyempurnaan
berdasarkan hasil konversi dapat mengenai model pembelajaran Teams
dinyatakan dalam kategori cukup.Terdapat GamesTournament.
perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA .
antara siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran TGT dengan DAFTAR RUJUKAN
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Agung, A. A. Gede. 2010. Evaluasi
model pembelajaran konvensional pada Pendidikan. Singaraja: Jurusan
siswa kelas IV SD di Gugus VIII Kecamatan Teknologi Pendidikan, FIP
Kubutambahan tahun pelajaran 2013/2014. Undiksha Singaraja.
Hal ini ditunjukkan oleh t hitung lebih besar
dari pada t tabel pada taraf signifikansi 5% -------, 2011. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Singaraja: Fakultas
t hitung > t tabel (53,46>2,021) dan di dukung
Ilmu Pendidikan Undiksha.
oleh perbedaan skor rata-rata yang
diperoleh antara siswa yang belajar Abimanyu, Soli, dkk. 2008. Strategi
menggunakan model pembelajaran TGT Pembelajaran. Ditjen pendidikan
yaitu 15,63 yang berada pada kategori baik
Tinggi.
dan siswa yang belajar menggunakan
model pembelajaran konvensional yaitu 10 Alma, B & Hurriyati, R. 2008.
yang berada pada kategori cukup maka H1 Manajemen corporate & strategi
diterima. Adanya perbedaan yang signifikan pemasaran jasa pendidikan.
menunjukkan bahwa penerapan model Bandung: Alfabeta.
pembelajaran TGT lebih berpengaruh
positif terhadap hasil belajar IPA siswa
Arends, 1997. Pembelajaran Kooperatif
dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional. Bertolak dari hasil penelitian, Tipe Teams Games Tournament.
pembahasan dan kesimpulan, maka dapat Tersedia
diajukan beberapa saran sebagai berikut. Padawww.damandiri.or.id/file/yus
(1) Diharapkan kepada guru IPA Kelas IV ufunsbab2.pdf. (diakses tanggal
Sekolah Dasar untuk tetap menerapkan 15 februari 2012)
model pembelajaran Teams Games
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

Dimyati & Mudjiono. 2001. Belajar dan Sanjaya, Wina. 2008. Strategi
pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Pembelajaran. Jakarta. Kencana
Prenada Media Group
Emawarti & Frida. U. 2002.
Pembelajaran kooperatif. Santyasa, I. W. 2008. Pembelajaran
Makalah. Jakarta: Dirjen berbasis masalah dan
Dikdasmen Direktorat Diklanper. pembelajaran kooperatif.
Makalah. Disajikan dalam
Ghazali, A. S. 2002. Menerapkan pelatihan tentang pembelajaran
paradigma konstruktivisme dan asesmen inovatif bagi guru-
melalui strategi belajar guru sekolah menengah di
kooperatif dalam pembelajaran kecamatan Nusa Penida, tanggal
bahasa. Jurnal Pendidikan dan 22, 23,dan 24 Agustus 2008.
Pembelajaran. 9(2). 115-131.
Slavin, R. E. 1995. Cooperatif Learning.
Hamalik, O. 2001. Proses belajar 2ed. Boston: Allyn & Bacon.
mengajar. Bandung: Bumi
Aksara. Sogiartono, D. 2011. Upaya
Menigkatkan Hasil Belajar Fisika
Haryadi, S. 2006. Peningkatan hasil Melalui Penerapan Model
belajar fisika melalui penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe
model pembelajaran kooperatif Team Games Tournamnt bagi
tipe teams games tournament Siswa Kelas X SMK Negeri 2
(TGT) pada siswa kelas XI SMA Manado. Jurnal Penelitian dan
Negeri 2 Singaraja. Singaraja: Pendidikan. 8(1). 78-86
UNDIKSHA
Suastra, I Wayan. 2009. Pembelajaran
Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja:
kooperatif. Surabaya: University Universitas Pendidikan Ganesha
Press. Singaraja.

Koyan, I. W. 2011. Statistik Dasar dan Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil
Lanjut (Teknik Analisis Data Belajar Proses Belajar Mrngajar.
Kuantitatif). Singaraja: Bandung: PT Renaja
Pascasarjana, Universitas Rosdakarya.
Pendidikan Ganesha.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative
Nurkancana dan Sunartana. 1990. Learning. Surabaya: Pustaka
Strategi Pembelajaran. Pelajar.
Surabaya: Usaha Nasional Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru
Jakartan: Kencana Prenada
Pembelajaran Sebagai Referensi
Group.
bagi Guru/Pendidik dalam
Implementasi Pembelajaran yang
Efektif dan Berkualitas. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

Anda mungkin juga menyukai