Anda di halaman 1dari 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MID MAPPING UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA 2 UDARA


BERSIH BAGI KESEHATAN KELAS V SDN 3 PASIKOLAGA

Wa Ode Devi Yusnia, Lisnawati Rusmin, Sakka Hasan


Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP Universitas Halu Oleo
Email: deviyusniawaode048@gmail.com

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar


siswa melalui model pembelajaran Mind Mapping pada tema Udara Bersih
Bagi Kesehatan Kelas V SDN 3 Pasikolaga. Metode dalam penelitian ini
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan sebanyak
2 (dua) siklus, setiap siklus terdiri 2 (dua) kali pertemuan. Subjek dalam
penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SDN 3 Pasikolaga ,siswa laki-
laki 8 orang dan siswa perempuan 5 orang. Jenis data dalam penelitian ini
adalah data kualitatif melalui lembar observasi dan data kuantitatif melalui
hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukan hasil belajar siswa
diperoleh dari siklus I hingga siklus II yang ditunjukkan yakni pada siklus I
dengan rata-rata 57,15 yaitu dari 13 orang siswa, yang tuntas sebanyak 5
orang dengan persentase 13,46% dan yang tidak tuntas sebanyak 8 orang
dengan persentase 61,53%. Sedangkan pada siklus II diperoleh peningkatan
dengan rata-rata 67,97 yang tuntas sebanyak 11 orang dengan persentase
84,61% dan yang tidak tuntas sebanyak 2 orang dengan persentase 15,38%.
Kata kunci: Penerapan, Model Pembelajaran Mind Mapping, Hasil
Belajar, Tema Udara Bersih Bagi Kesehatan KATA KUNCI ITU
ADALAH KATA YANG DIANGGAP PENTING MEWAKLI PENELITIAN
MU

APPLICATION OF MID MAPPING LEARNING MODELS TO


IMPROVE STUDENT LEARNING OUTCOMES IN THE THEME OF
CLEAN AIR FOR HEALTCLASS V AT 3 PASIKOLAGA PUBLIC
ELEMENTARY SCHOOL

Abstract: The purpose of research was to improve student learning outcomes


through the Mind Mapping learning model on the theme Clean Air for Health
ClassV of 3 Pasikolaga Public Elementary School.The method in this research
is Class room Action Research. This research was conducted in 2 cycle, each
cycle consists of 2 meetings. The subjects in this esearch were teachers and
students of 3 Pasikolaga Public Elementary School, 8 male students and 5
female students. The type of data in this research is qualitative data through
observation sheetsand quantitative data through student learningoutcomes.The
results showed that student learning outcomes were obtained from cycle I to
cycle II which was shown in the first cycle with an average of 57,15, namely
from 13 students, 5 people who completed witha percentage of 13.46% and 8
people who did not completed with a percentage of 61,53%. Whereas in cycle
II an average increase with an obtained 67,97. 11 people who completed as
with a percentage of 84.61% and 2 people who did not completed with a
percentage of 15,38%. (ADA 4 KESALAHAN GRAMMAR, SPELLINGNYA 5,
PUNCTUATION 2, WORD CHOICENYA 5, DLL)
Keywords: Application, Mind Mapping Learning Model, Results Learning, the
theme of clean air for health

Pendahuluan
Pendidikan karakter terutama pada tingkat dasar merupakan sebuah
pondasi untuk tingkat selanjutnya adalah ciri Kurikulum 2013. Melalui
pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi kita
mempunyai harapan bahwa kita bisa menjadi bangsa yang maju dan bermartabat
dimana masyarakatnya memiliki nilai tambah dan nilai jual yang dapat kita
tawarkannkepada orang lain, sehingga kita bisa bersaing dengan bangsa-bangsa
lain di kancah global. Produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter merupakan
sebuah hasil dari implementasi Kurikulum 2013 ( Mulyasa, 2013).
Pendidikan juga memiliki peranan penting untuk menciptakan kehidupan
bangsa yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis (Ardiyasa et al., 2016;
Prachagool & Nuangchalerm, 2019). Usaha yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan, terutama di Indonesia adalah melalui
pengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran baik di sekolah formal, informal,
maupun nonformal. Kerjasama berbagai pihak sangat diperlukan dalam rangka
tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penguasaan kompetensi
pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi pembuktian
keberhasilan proses pembelajaran. Sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
diperoleh siswa melalui proses belajar, nantinya akan sangat berguna sebagai
bekal hidupnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pembelajaran yang
utama yang menjadi dasar pengembangan karakter dan jiwa kebangsaan di
sekolah yaitu pada pembelajaran (PKn).
Pendidikan karakter   (secara luas dalam bidang pendidikan) mengacu
pada bidang studi yang komprehensif, di mana literatur ini terdiri dari karya
berbasis teori dan penelitian yang menawarkan perspektif interdisipliner, yang
diambil dari disiplin ilmu, psikologi, pedagogi, filsafat dan sosiologi ( Pattaro
(2016:8), Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah interaksi siswa
dengan lingkungan belajar yang direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai
tujuan pembelajaran, yaitu diperolehnya bentuk perubahan tingkah laku baru pada
siswa sebagai akibat proses belajar mengajar. Strategi mengajar yang menuntut
keaktifan dan partisipasi siswa secara optimal mampu mengubah tingkah laku
siswa secara lebih efektif dan efisien sehingga mencapai hasil belajar yang
maksimal.
Menurut Samtono (2010: 101) perencanaan merupakan suatu proses
dimana para guru memvisualisasi masa depan dan menciptakan suatu bingkai
kerja untuk menentukan tindakan mereka di masa yang akan datang. Perencanaan
ini berfungsi untuk memberikan arah pelaksanaan pembelajaran sehingga menjadi
terarah dan efisien. Hal ini karena pembelajaran yang menekankan pada aktivitas
pelaksanaan pembelajaran juga diperlukan langkah yang sistematis untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Hal yang perlu dilakukan adalah dengan
mencari cara yang sesuai, yang dipandang lebih efektif agar siswa dapat berpikir
logis, kritis, dapat memahami dan mampu mengaplikasikannya kedalam kehidupan
sehari-hari, sehingga kecakapan dan pengetahuan itu benar-benar menjadi milik
siswa.
Selain itu, berpikir kritis juga diperlukan dalam pembelajaran. Berpikir
kritis ini merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher order
thinking skill). Beberapa aplikasi dari berpikir tingkat tinggi adalah dapat menilai
bukti, bermain logika dan mencari alternative imajinatif dari ide-ide konvensional.
Menurut Fachrurazy (2011 : 80) kemampuan berpikir kritis dirasakan penting
karena kemampuan berpikir kritis dapat mendukung siswa dalam pengambilan
keputusan, penilaian dan pemecahan masalah. Dengan kemampuan ini siswa
dapat mempelajari masalah secara sistematis, merumuskan pertanyaan inovatif
dan merancang solusi orisinal. 
Menurut Merphin Panjaitan dalam Murda, (2014:30) pendidikan
kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik
generasi muda untuk menjadi warga negara yang demokrasi dan partisipatif
melalui suatu kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk
membantu peserta didik menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan
ikut serta membangun sistem politik yang demokratis. Mengingat sangat
pentingnya peran pembelajaran PKn dalam upaya pengembangan masyarakat
yang berkarakter dan memiliki jiwa kebangsaan yang tinggi maka diperlukan
proses pembelajaran yang benar-benar mampu mengarahkan siswa yang memiliki
karakter dan jiwa kebangsaan.
Berdasarkan wawancara dengan guru kelas V SDN 3 Pasikolaga bahwa
pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran PKn masih tergolong rendah.
Hal ini dilihat dari nilai ulangan akhir semester pada tahun ajaran 2019/2020
menunjukan bahwa dari 13 siswa hanya 9 orang siswa yang mencapai KKM (68).
Dari data tersebut memperlihatkan bahwa masih banyak siswa yang memiliki
hasil belajar berada di bawah KKM yang telah ditentukan sekolah.Untuk
mengatasi hal tersebut, maka diperlukan inovasi guru dalam menggunakan salah
satu model pembelajaran alternatif yang dapat menarik minat siswa untuk belajar
sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan
kewarganegaraan secara optimal. Inovasi yang dilakukan guru diharapkan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu inovasi yang harus dilakukan guru adalah memilih dan
mengembangkan metode mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan dan
karakteristik siswa sehingga pembelajaran yang berlangsung menjadi lebih efektif
tidak membosankan model pembelajaran adalah suatu rencana pelaksanaan
pembelajaran yang didesain secara sistematik untuk mendukung pembelajarn
guna memberikan pengalaman belajar kepada siswa dalam rangka pencapai tujuan
pembelajaran (Jalil 2014:15). Guru yang inovatif, kreatif, dan produktif adalah
guru yang selalu mencari dan menemukan hal-hal baru dan mutakhir untuk
kepentingan kualitas pembelajaran di kelas (Hamid, 2011 :11)
Setiap model pembelajaran mengarahkan kita untuk mendesain
pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang kurikulum ataupun guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran dikelas (Priansa, 2017:188).
Pembelajaran tematik termasuk ke dalam pendekatan pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, dan efektif, serta memadukan beberapa mata pelajaran.
Pembelajaran tematik merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali,
mengeksplorasi, dan menemukan konsep (Mawardi, dkk, 2014: 2)
Menurut Tony Buzan (2013:68) Mind Mapping (pemetaan pikiran) adalah
cara termudah untuk menempatkan informasi kedalam otak danmengambil
informasi dari luar otak. Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan
secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita”. Mind Mapping juga
merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta
dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal.
Sedangkan Menurut Silberman (1996:126) “ mind map is a creative way for
individual student to generates ideas,record learning student to generates
ideas,record learning, or plan a new project” atau Mind Mapping adalah cara
berfikir kreatif bagi peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat
pelajaran atau merencanakan penelitian baru.
Mind Mapping merupakan suatu model mencatat kreatif untuk
mengungkapkan gagasan dengan cara yang menarik secara visual dan menerapkan
kedua fungsi otak secara sinergis yang akan menghasilkan suatu konsep (De
Porter, dkk, 2014:39). Menurut Feamul (2010) terdapat 7 langkah dalam
pembuatan yaitu: 1) Dimulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi
panjangnya dilektakkan mendatar (landscape), (2) Meng-gunakan gambar, (3)
Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. (4) Menggunakan
satu kata kunci untuk setiap garis, (5) Menggunakan warna yang menarik, (6)
Hubungkan cabang- cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-
cabang tingkat dua dan tingkat tiga ketingkat satu dan dua, dan seterusnya, (7)
Menggunakan gambar atau foto untuk sentral.
Dapat disimpulkan bahwa mind mapping (peta pikiran) merupakan metode
yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa dalam proses belajar,
menyimpan informasi berupa materi pelajaran yang diterima oleh siswa pada Saat
pembelajaran, dan membantu siswa menyusun inti-inti yang penting dari materi
pelajaran kedalam bentuk peta atau bagan sehingga siswa lebih mudah
memahaminya.

Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu
suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
hasil belajar siswa menjadi meningkat (Jakni, 2017:35), Penelitian ini
dilaksanakan dikelas V SDN 3 Pasikolaga. Penelitian ini dilaksanakan dalam satu
siklus atau lebih, setiap siklus terdiri 2 (dua ) kali pertemuan sesuai dengan hasil
refleksi dan akan diteruskan pada siklus selanjutnya sampai mencapai kriteria
ketuntasan yang ditentukan.
Subjek penelitian tindakan kelas adalah seluruh siswa dan guru kelas V
SDN 3 Pasikolaga dengan jumlah siswa sebanyak 13 siswa yang terdiri dari 8
siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.Adapun faktor yang telah diteliti dalam
penelitian ini adalah: (1) Faktor hasil belajar, (2) faktor guru, dan (3) faktor
siswa. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus. Adapun
prosedur penelitian tindakan ini meliputi: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan
Tindakan, (3) Observasi dan evaluasi (4) Refleksi dalam setiap siklus (Arikunto,
2017:35). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitin ini adalah
berupa Observasi , wawancara dan dokumtasi. Data yang didapatkan dalam
penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh
dari tes hasil belajar siswa sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil observasi
aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua yaitu analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif yaitu mendeskripsikan tentang
hasil obsevasi aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam lembar observasi.
sedangkan data kuantitatif mendeskripsikan hasil belajar siswa berdasarkan hasil
tes pada setiap akhir siklus tindakan. Untuk mengetahui tingkat penguasaan atau
ketuntasan belajar secara kuantitatif dengan menggunakan rumus. Indikator
kinerja dalam penelitian tindakan ini meliputi indikator tentang keterlaksanaan
skenario RPP dan indikator peningkatan hasil belajar siswa dalam penelitian ini
yaitu: 1) Skenario pembelajaran dikatakan terlaksana jika 80% skenario
pembelajaran dapat terlaksana dengan model pembelajaran Mind Mapping, 2)
Hasil belajar siswa dikatakan berhasil apabila ketuntasan secara klasikal minimal
80% siswa telah mencapai KKM yaitu 68, yang telah ditetapkan oleh sekolah
SDN 3 Pasikolaga.

Hasil Penelitian
1. Aktivitas Mengajar Guru
Pengamatan atau observasi terhadap aktifitas guru dilakukan untuk
melihat kemampuan mengajar guru dalam menerapkan model pembelajaran
Mind Mapping pada tema 2 Udara Bersih Bagi Kesehatan. Pengamatan
dilakukan pada semua tahapan pembelajaran yakni kegiatan awal, kegiatan
inti dan kegiatan akhir/penutup. Hasil rekapitulasi aktivitas mengajar guru
siklus I selama kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama dari 8
indikator yang di amati diperoleh 6 dengan presentase 75%. Kemudian pada
pertemuan kedua, dari 8 indikator yang di amati diperoleh skor 8 dengan
persentase 100%. Sedangkan siklus II pada pertemuan pertama dari 8
indikator yang di amati diperoleh 8 dengan presentase pertemuan kedua 100%
kemudian pada pertemuan kedua dari 8 indikator yang di amati diperoleh 8
dengan presentase pertemuan kedua 100%. Adapun rata-rata perolehan skor
aktivitas mengajar guru pada siklus I ini yaitu sebesar 7 dengan persentase
87,5% sedangan sikluis II skor yang diperoleh yaitu 8 dengan presentase
100%. Hasil rekapitulasi aktvitas mengajar gurudapat dilihat pada tabel 1
dibawah ini:
Tabel 1. Rekapitulasi Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II
No Aspek yang diamati Siklus I Siklus II
P1 P2 P1 P2
1. Guru Menyampaikan Tujuan 0 1 1 1
Pembelajaran
2. Guru menginformasikan topik yang 1 1 1 1
akan dibelajarakan
3. Guru memberikan penjelasan secara 1 1 1 1
luas tentang materi pelajaran
4. Guru membentuk siswa menjadi 1 1 1 1
beberapa kelompok
5. Guru meminta siswa untuk 1 1 1 1
membuat mind mapping dari materi
pembelajaran yang dijelaskan oleh
guru
6. Guru meminta perwakilan dari 1 1 1 1
setiap kelompok secara bergantian
mempresentasikan hasil diskusinya.
7. Guru membagikan LKPD kepada 1 1 1 1
setiap kelompok untuk
mengerjakannya.
8. Guru memberikan kesempatan 0 1 1 1
kepada siswa untuk menyimpulkan
pelajaran yang telah diajarkan.
Jumlah 6 8 8 8
Rata-rata 7 8
Presentase 87,5% 100%
Keterangan. 1 = Terlaksana; 0 = Tidak Terlaksana
Aktivitas belajar dan pembelajaran pada siklus 1. Guru sudah
menggunakan langkah-langkah model pembelajaran mind mapping, namun
belum efektif, jadi guru melakukan refleksi. Refleksi merupakan proses atau
tahap dalam penelitian tindakan kelas dimana bertujuan untuk memperbaiki
kesalahan yang terjadi pada setiap akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil
observasi dan evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklus I baik pertemuan I
dan pertemuan II masih jauh dari harapan yang telah ditetapkan sebelumnya,
hal ini berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan guru kelas dimana
terlihat beberapa kekurangan saat proses pembelajaran berlangsung baik itu
dilakukan oleh guru maupun siswa. Dari hasil observasi, maka beberapa hal
yang perlu diperbaiki untuk pelaksanaan pada siklus II adalah sebagai berikut:
a. Guru harus menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan
pembelajaran di depan kelas dengan menggunakan bahsanya sendiri.
Setelah mengetahui kekurangan yang terjadi pada siklus I maka, pada
pembelajaran siklus II guru akan mencoba meminimalisir kesalahan-kesalahan
yang dilakukan sebelumnya, sehingga hasil belajar dengan menerapkan model
mind mapping ini sesuai dengan yang diharapkan yaitu dapat mencapai
indikator keberhasilan 80%.
2. Aktivitas Belajar Siswa
Dari hasil observasi pada siklus I dan II pertemuan pertama dan kedua,
menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama proses pelaksanaan pembelajaran
masih terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan seperti pada tabel 2
dibawah ini:

Tabel 2. Rekapitulasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II


No Aspek yang diamati Siklus I Siklus
II
P1 P2 P1 P2
1. Siswa mendengarkan tujuan 0 1 1 1
pembelajaran
2. Siswa mendengarkan topik yang 1 1 1 1
akan dibelajarkan
3. Siswa mendengarkan penjelasan 1 1 1 1
dari guru tentang materi
pembelajaran
4. Siswa membentuk kelompok 1 1 1 1
5. Siswa membuat mind mapping dari 1 1 1 1
materi pembelajaran yang
dijelaskan oleh guru
6. Siswa mepresentasikan hasil diskusi 1 1 1 1
kelompoknya
7. Siswa mengerjakan LKPD yang 1 1 1 1
diberikan oleh guru
8. Siswa menyimpulkan materi yang 0 1 1 1
telah dipelajari.
Jumlah 6 8 8 8
Rata-rata 7 8
Presentase 87,5% 100%
Keterangan. 1 = Terlaksana; 0 = Tidak Terlaksana
Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I masih ada
kelemahan atau aspek-aspek yang belum terlaksana seperti: a) Siswa tidak
mendengarkan tujuan pembelajaran disebabkan karena guru tidak
menyampaiakn tujuan pembelajaran, b) siswa tidak menyimpulkan materi
pelajaran disebabkan karena guru tidak memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya. Sedangkan hasil aktivitas belajar siswa pada siklus II
telah mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari keseluruhan aspek
telah terlaksana sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran mind
mapping.

3. Hasil Belajar Siswa


Berdasarkan hasil evaluasi hasil belajar siswa pada siklus I, secara
klasifikasi dengan persentase ketuntasan yaitu 13,46% atau 5 orang siswa
yang tuntas dan siswa yang tidak tuntas berjumlah 8 orang dengan
persentase ketuntasan 61,53%. Dengan nilai rata-rata siswa 57,17.
Sedangkan pada siklus II ketuntasan siswa telah mencapai 84,61% atau
11 orang siswa tuntas, dan siswa yang tidak tuntas berjumlah 2 orang
dengan persentase ketuntasan 15,38% dengan nilai rata-rata 67,97.
Berdasarkan tes hasil belajar siswa pada siklus II telah mengalami
peningkatan sebesar 28% yaitu dari 13,46% siswa yang tuntas meningkat
menjadi 84,61%.

Tabel 3. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II


Pencapaian Siklus
1 2
Jumlah Siswa 13 orang 13 orang
Nilai Tertinggi 96,66 96,66
Nilai Terendah 46,33 53,33
Nilai Rata-Rata 57,17 67,97
% Tuntas 13,46% 84,61%
% Tidak Tuntas 61,53% 15,37%

Berdasarkan hasil uraian pada siklus I dan II, menunjukan bahwa


model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa penggunaan
model Mind Mapping sudah mendapatkan hasil yang lebih baik, walaupum
masih ada beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Jika
dilihat dari hasil belajar siswa berdasarkan evaluasi pelaksanaan tindakan
siklus II, siswa yang mencapai ketuntasan belajar telah mencapai 80% maka
penelitian ini telah berhasil dilaksanakan sesuai rencana pelaksanaan
penelitian dengan dua siklus.

Pembahasan
1. Aktivitas Mengajar Guru
Salah satu inovasi yang harus dilakukan guru adalah memilih dan
mengembangkan metode mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan
dan karakteristik siswa sehingga pembelajaran yang berlangsung menjadi
lebih efektif tidak membosankan (Mediatati, 2017:67). Sedangkan Menurut
Sezer (2017) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa perilaku guru pemula
dapat mengganggu dan memengaruhi lingkungan belajar mengajar siswanya.
Berbagai perilaku mengganggu berasal dari kurangnya kualifikasi  guru,
termasuk metode pengajaran yang membosankan, lingkungan belajar yang
kacau, bereaksi berlebihan terhadap perilaku siswa, menghukum,
menampilkan sikap stereotip dan memperlihatkan kelelahan.
Berdasarakan hasil analisis pada siklus I pertemuan pertama dan kedua
membuktikan bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Mind Mapping terdapat beberapa kelemahan
dan kekurangan. Hal ini dikarenakan guru belum mampu mengkondisikan
kelas dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini:

100 90
90 80
80 70
70 60
60
50 40 40
40 30 30
30 20 20
20 Siklus I
10 Siklus II
0
si ep k k
lan
en ns po po
pe
t o m m pu
om an
K leo Ke
lo sim
K ak Ke i Ke
an k ua
t as at
u nt bu
aik ge
m
em
b se
p re em
yam en M P M
en M
M
Gambar 1. Presentase Aktivitas Mengajar Guru Siklus 1 dan 2

Keterangan :1) Guru Menyampaikan Tujuan Pembelajaran, 2) Guru


menginformasikan topik yang akan dibelajarakan, 3) Guru memberikan
penjelasan secara luas tentang materi pelajaran, 4) Guru membentuk siswa
menjadi beberapa kelompok, 5) Guru meminta siswa untuk membuat mind
mapping dari materi pembelajaran yang dijelaskan oleh guru 6) Guru meminta
perwakilan dari setiap kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil
diskusinya,7) Guru membagikan LKPD kepada setiap kelompok untuk
mengerjakannya, 8) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyimpulkan pelajaran yang telah diajarkan.
Pada pelaksanaan tindakan siklus II terlihat ada kemajuan, beberapa
kelemahan dari siklus I sudah dapat diperbaiki sehingga pelaksanaan kegiatan
pembelajaran terlaksana dengan tepat dan sudahsesuai dengan langkah-
langkah modelpembelajaran Mind Mapping. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran Mind Mappingpada tema Udara Bersih Bagi Kesehatan
mengalami peningkatan pada siklus II. Hal ini disebabkan karena pada siklus
II guru dapat mengelola pembelajaran lebih baik dan pada siklus II guru lebih
membimbing dan memotivasi siswa agar lebih aktif dalam belajar
sehingga terciptanya suasana belajar yang menyenangkan.

2. Aktivitas Belajar Siswa


Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah interaksi siswa dengan
lingkungan belajar yang direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan
pembelajaran, yaitu diperolehnya bentuk perubahan tingkah laku baru pada
siswa sebagai akibat proses belajar mengajar.Strategi mengajar yang menuntut
keaktifan dan partisipasi siswa secara optimal mampu mengubah tingkah
lakusiswa secara lebih efektif dan efisien sehingga mencapai hasil belajar
yang maksimal (Ilyas, 2008:15).
Berdasarakn hasil analisis pada siklus I pertemuan pertama dan kedua,
menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama proses pelaksanaan pembelajaran
masih terdapat beberapa aspek yang masih ditemukan adanya kelemahan. Hal
ini dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini:

100
90
90
80
80
70
70
60
60
50
50 Siklus I
40
40 Siklus II
30
30
20
20
10
0
Aktif Antusias Bertanya Kerja Sama
Gambar 2. Presentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1 dan 2

Sedangkan hasil observasi pada proses pelaksanaan siklus II aktivitas


belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya, a) siswa
mulai menunjukkan sikap antusias dalam belajar, b) siswa mulai merespon
yang diberikan guru dengan memperhatikan penjelasan guru, c) memberi
tanggapan pada kelompok lain, dan tidak malu dan takut untuk
menyampaikan pendapatnya, saling bekerja sama, saling membantu dalam
mengerjakan soal, dan berdiskusi sehingga dalam proses pembelajaran
berjalan dengan baik dan efektif, sehingga hasil belajar siswa
meningkat.Selain itu siswa dengan penuh percaya diri dalam melakukan
presentase hasil diskusi kelompoknya maupun dalam memberikan kesimpulan
pembelajaran di depan kelas.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang sangat
besar dari segi kognitif yaitu dilihat dari hasil belajarnya yang meningkat, dari
segi afektif yaitu dilihat dari keseriusan dan keaktifan siswa pada saat
pembelajaran kelompok berlangsung serta saling bekerja sama dalam
memecahkan masalah, sehingga siswa mudah mengingat hal-hal yang mereka
lakukan pada saat pembelajaran hal ini berdampak pada peningkatan aktifitas
siswa dan hasil belajar siswa. Tindakan ini sejalan dengan pendapat Sudjana
dalam (Jihad & Haris, 2013:2), bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses
belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta
perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar.

3. Hasil Belajar Siswa


Hasil belajar merupakan puncak dari keberhasilan belajar siswa terhadap
tujuan belajar yang telah ditetapkan. Sedangkan Menurut Dimyati dan
Mudjiono (2010:20) hasil belajar merupakan hasil proses belajar yang
terjadiberkat evaluasi guru, dan pada umumnya meliputi ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan
dampak pengiring. Kedua dampak tersebutbermanfaat bagi guru dan siswa.
Berdasarkan hasil evaluasi hasil belajar siswa pada siklus I, secara
klasifikasi dengan persentase ketuntasan yaitu 13,46% atau 5 orang siswa
yang tuntas dan siswa yang tidak tuntas berjumlah 8 orang dengan
persentase ketuntasan 61,53%. Dengan nilai rata-rata siswa 57,17. Maka,
hasil belajar siswa belum mencapai ketuntasan belajar. meskipun hasil belajar
siswa secara klasikal meningkat namun belum memenuhi indikator kinerja
sebesar 80. Hal ini terjadi karena ada beberapa aspek yang belum terlaksana
dengan baik dalam proses pembelajaran sehingga menyebabkan kegiatan
pembelajaran belum bersifat sepenuhnya aktif. Selain itu dilihat dari segi
afektif yaitu perubahan prilaku siswa yang terlihat pada saat mereka antusias
dalam menerima, berpikir kritis, dan menyimpulkan pembelajaran dan dari
sesi psikomotorik terlihat pada saat siswa mulai terampil memecahkan
masalah untuk menyelesaikan masalah yang dilakukan dengan adanya
pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan
pemecahannya oleh siswa yang kemudian dapat menambah keterampilan
siswa dalam pencapaian materi pembelajaran.
Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada gambar
3 dibawah ini:
100
90
90
80
70
60
60
50
50 T.A 2019/2020
40
40 Siklus II
30
20
20
10
10
0
Presentase Presentase Rata-rata
Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 3. Peningkatan hasil belajar siswa pada Siklus I

Sedangkan pada siklus II ketuntasan siswa telah mencapai 84,61%


atau 11 orang siswa tuntas, dan siswa yang tidak tuntas berjumlah 2 orang
dengan persentase ketuntasan 15,38% dengan nilai rata-rata
67,97.Berdasarkan tes hasil belajar siswa pada siklus II telah mengalami
peningkatan sebesar 28% yaitu dari 13,46% siswa yang tuntas meningkat
menjadi 84,61%. Terjadinya peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa
pada siklus II dianggap telah berhasil mencapai target yang diharapkan dalam
penelitian ini yaitu 80%.Sehubungan dengan hal tersebut, Sudjana dan Widiana
(2014:49) mengatakan bahwa hasil belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses
belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang
belajar.Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II dapat ditunjukkan pada
gambar 4 berikut:

100
90
90
80
70
70
60 60
60
50 Siklus I
40 Siklus II
30
20
20
10
10
0
Presentase Tuntas Presentase Tidak Rata-rata
Tuntas
Gambar 4. Peningkatan hasil belajar siswa pada Siklus II

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian dan pembahasan yang telah
diuraikan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Pasikolaga
pada pembelajaran tema Udara Bersih Bagi Kesehatan dengan menerapkan model
pembelajaran Mind Mapping meningkat secara signifikan. Peningkatan ini bisa
dilihat mulai dari siklus I hingga siklus II yang ditunjukkan yakni pada siklus I
dengan rata-rata 57,17 yaitu dari 13 orang siswa, yang tuntas sebanyak 5 orang
dengan persentase 13,46% dan yang tidak tuntas sebanyak 8 orang dengan
persentase 61,53%. Sedangkan pada siklus II diperoleh peningkatan dengan rata-
rata 67,97 yang tuntas sebanyak 11 orang dengan persentase 84,61% dan yang
tidak tuntas sebanyak 2 orang dengan persentase 15,38%. Oleh karena itu, pada
siklus II telah mencapai indikator keberhasilan sebesar 80% maka hasil belajar
siswa pada penelitian ini meningkat. Serta hasil observasi dalam kegiatan
pembelajaran terlaksana sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaranMind
Mapping.

Referensi
Arikunto. 2010. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ardiyasa, I. K. P., Ndara Tanggu, R., & Murda, I. N. (2016).


Penerapan Model Savi Berbantuan Benda Konkrit Untuk Meningkatkan Keaktifan
Dan Hasil Belajar Ipa Kelas V. 
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/7351.

Buzan, T. 2013. Buku Pintar Mind Map untuk Anak Agar Anak menjadi Pintar di
Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

De Porter, Bobbi. dkk. 2014. Quantum Learning Membiasakan Belajar


Nyaman Menyenangkan. Bandung: Kaifa Learning.

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Fachrurazi. YANG BENAR PAKE I ATAU Y? 2011. Penerapan


pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
dan Komunikasi Matematis
Siswa Sekolah Dasar. TIDAK ADA NAMA JURNAL NO DAN VOL TERBITAN
https://www.ejournal.stkipbbm.ac.id/index.php/gm/article/view/168 LINK YANG
DIGUNAKAN PENULIS DAN JUDUL TULISANNYA BERBEDA

Feamul, 2010. Langkah-Langkah Pembuatan Model Mind Mapping.


http://jurnal.stkippgritulungagung.ac.id/index.php/pena-sd/article/view/448.
LINK YANG DIGUNAKAN PENULIS DAN JUDUL TULISANNYA BERBEDA

Hamid, M. 2011. Peranan PTK dalam Peningkatan Kualitas Guru .Variasi.


ISSN .2085-6172. Vol 2 No 6
https://www.rumahjurnal.net/index.php/PS2DMP/article/view/215

Jakni. 2017. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bandung: Alfabeta.

Kettunen, Juha et al. 2013. Innovation pedagogy and desired learning outcomes in
higher education. Journal of On the Horizon, Vol. 21 Iss 4 pp. 333 – 342.
https://eric.ed.gov/?id=EJ1094149 . diakses pada tanggal 15 Oktober
2015.

Kristin, F. (2016). Analisis model pembelajaran discovery learning dalam


meningkatkan  hasil belajar siswa SD. Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa,
2(1),90-98.
http://jurnal.stkippersada.ac.id/jurnal/index.php/JPDP/article/view/25

Mawardi, dkk. 2014. Penerapan Pelatihan Partisipatif Pada Kegiatan Penulisan


Dan Publikasi Karya Ilmiah Bagi Guru SD. Scholaria: Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan, 9(2): 133
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/6285

Murda, Nyoman, dkk. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan . Singaraja : Undiksha

Mediatati, Nani. (2017). Meningkatkan Hasil Belajar PPKn Menggunakan


Model Pembelajaran Examples Non Examples pada Siswa Kelas VIIIE
SMP Negeri 6 Salatiga. Journal of Education Research and
Evaluation. Vol. 1 No. 2.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JERE/article/view/10073.

Priansa. (2017). Penggunaan Model Mind Mapping Dalam Peningkatan Pembelajaran


PKn Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan. 17
(1), 188-197
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jgkp/article/viewFile/10385/9324

Pattaro, C (2015). New Media & Youth Identity. Issues and Research Pathways.
Italian Journal of Sociology  of  Education, 7 (1) 297-327
https://ijse.padovauniversitypress.it/2016/1/2.

Samtono. 2010. Guru Sebagai Key Person dalam Upaya Peningkatan Mutu


Pendidikan Di Sekolah.
https://ejournal.upi.edu/index.php/JAPSPs/article/view/21340.

Silberman (1996:126) “mind map is a creative way for individual student to


generates ideas, record learning, or plan a new project”
https://www.researchgate.net/profile/Ahmad_Fatah/publication/
328925918_STRATEGI_MIND_MAPPING_DALAM_PEMBELAJARAN_FIKIH/links/
5beb7a2b299bf1124fd0e9d2/STRATEGI-MIND-MAPPING-DALAM-PEMBELAJARAN-
FIKIH.

Sudjana,N.,Widiana. 2014. Penilaian Hasil Proses BelajarMengajar. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Sezer, S. (2017). Novice teachers’ opinions on students’ disruptive behaviours: a


case study. Eurasial Journal of Educational Research, 69, 199-219
https://dergipark.org.tr/en/pub/ejer/issue/42462/511458.

1. CEK KEMBALI TEKNIK MENGUTIP KAPAN NAMA


HARUS DIBERI KURUNG DAN TIDAK
2. KONSISITEN MAU MEMBERIKAN HALAMAN ATAU
TIDAK DALAM MENGUTIPCH
3. KONSISTEN MAU GUNAKAN ET. AL ATAU DKK
4. CEK SEMUA DULU DAPUS, LINK YANG DI LAMPIRKAN
PENULI DAN JUDUL TULISANNYA BERBEDA!!!!
5. CEK KEMBALI SEMUA!!!

Anda mungkin juga menyukai