Pendahuluan
Pendidikan karakter terutama pada tingkat dasar merupakan sebuah
pondasi untuk tingkat selanjutnya adalah ciri Kurikulum 2013. Melalui
pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi kita
mempunyai harapan bahwa kita bisa menjadi bangsa yang maju dan bermartabat
dimana masyarakatnya memiliki nilai tambah dan nilai jual yang dapat kita
tawarkannkepada orang lain, sehingga kita bisa bersaing dengan bangsa-bangsa
lain di kancah global. Produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter merupakan
sebuah hasil dari implementasi Kurikulum 2013 ( Mulyasa, 2013).
Pendidikan juga memiliki peranan penting untuk menciptakan kehidupan
bangsa yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis (Ardiyasa et al., 2016;
Prachagool & Nuangchalerm, 2019). Usaha yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan, terutama di Indonesia adalah melalui
pengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran baik di sekolah formal, informal,
maupun nonformal. Kerjasama berbagai pihak sangat diperlukan dalam rangka
tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penguasaan kompetensi
pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi pembuktian
keberhasilan proses pembelajaran. Sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
diperoleh siswa melalui proses belajar, nantinya akan sangat berguna sebagai
bekal hidupnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pembelajaran yang
utama yang menjadi dasar pengembangan karakter dan jiwa kebangsaan di
sekolah yaitu pada pembelajaran (PKn).
Pendidikan karakter (secara luas dalam bidang pendidikan) mengacu
pada bidang studi yang komprehensif, di mana literatur ini terdiri dari karya
berbasis teori dan penelitian yang menawarkan perspektif interdisipliner, yang
diambil dari disiplin ilmu, psikologi, pedagogi, filsafat dan sosiologi ( Pattaro
(2016:8), Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah interaksi siswa
dengan lingkungan belajar yang direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai
tujuan pembelajaran, yaitu diperolehnya bentuk perubahan tingkah laku baru pada
siswa sebagai akibat proses belajar mengajar. Strategi mengajar yang menuntut
keaktifan dan partisipasi siswa secara optimal mampu mengubah tingkah laku
siswa secara lebih efektif dan efisien sehingga mencapai hasil belajar yang
maksimal.
Menurut Samtono (2010: 101) perencanaan merupakan suatu proses
dimana para guru memvisualisasi masa depan dan menciptakan suatu bingkai
kerja untuk menentukan tindakan mereka di masa yang akan datang. Perencanaan
ini berfungsi untuk memberikan arah pelaksanaan pembelajaran sehingga menjadi
terarah dan efisien. Hal ini karena pembelajaran yang menekankan pada aktivitas
pelaksanaan pembelajaran juga diperlukan langkah yang sistematis untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Hal yang perlu dilakukan adalah dengan
mencari cara yang sesuai, yang dipandang lebih efektif agar siswa dapat berpikir
logis, kritis, dapat memahami dan mampu mengaplikasikannya kedalam kehidupan
sehari-hari, sehingga kecakapan dan pengetahuan itu benar-benar menjadi milik
siswa.
Selain itu, berpikir kritis juga diperlukan dalam pembelajaran. Berpikir
kritis ini merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher order
thinking skill). Beberapa aplikasi dari berpikir tingkat tinggi adalah dapat menilai
bukti, bermain logika dan mencari alternative imajinatif dari ide-ide konvensional.
Menurut Fachrurazy (2011 : 80) kemampuan berpikir kritis dirasakan penting
karena kemampuan berpikir kritis dapat mendukung siswa dalam pengambilan
keputusan, penilaian dan pemecahan masalah. Dengan kemampuan ini siswa
dapat mempelajari masalah secara sistematis, merumuskan pertanyaan inovatif
dan merancang solusi orisinal.
Menurut Merphin Panjaitan dalam Murda, (2014:30) pendidikan
kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik
generasi muda untuk menjadi warga negara yang demokrasi dan partisipatif
melalui suatu kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk
membantu peserta didik menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan
ikut serta membangun sistem politik yang demokratis. Mengingat sangat
pentingnya peran pembelajaran PKn dalam upaya pengembangan masyarakat
yang berkarakter dan memiliki jiwa kebangsaan yang tinggi maka diperlukan
proses pembelajaran yang benar-benar mampu mengarahkan siswa yang memiliki
karakter dan jiwa kebangsaan.
Berdasarkan wawancara dengan guru kelas V SDN 3 Pasikolaga bahwa
pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran PKn masih tergolong rendah.
Hal ini dilihat dari nilai ulangan akhir semester pada tahun ajaran 2019/2020
menunjukan bahwa dari 13 siswa hanya 9 orang siswa yang mencapai KKM (68).
Dari data tersebut memperlihatkan bahwa masih banyak siswa yang memiliki
hasil belajar berada di bawah KKM yang telah ditentukan sekolah.Untuk
mengatasi hal tersebut, maka diperlukan inovasi guru dalam menggunakan salah
satu model pembelajaran alternatif yang dapat menarik minat siswa untuk belajar
sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan
kewarganegaraan secara optimal. Inovasi yang dilakukan guru diharapkan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu inovasi yang harus dilakukan guru adalah memilih dan
mengembangkan metode mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan dan
karakteristik siswa sehingga pembelajaran yang berlangsung menjadi lebih efektif
tidak membosankan model pembelajaran adalah suatu rencana pelaksanaan
pembelajaran yang didesain secara sistematik untuk mendukung pembelajarn
guna memberikan pengalaman belajar kepada siswa dalam rangka pencapai tujuan
pembelajaran (Jalil 2014:15). Guru yang inovatif, kreatif, dan produktif adalah
guru yang selalu mencari dan menemukan hal-hal baru dan mutakhir untuk
kepentingan kualitas pembelajaran di kelas (Hamid, 2011 :11)
Setiap model pembelajaran mengarahkan kita untuk mendesain
pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang kurikulum ataupun guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran dikelas (Priansa, 2017:188).
Pembelajaran tematik termasuk ke dalam pendekatan pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, dan efektif, serta memadukan beberapa mata pelajaran.
Pembelajaran tematik merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali,
mengeksplorasi, dan menemukan konsep (Mawardi, dkk, 2014: 2)
Menurut Tony Buzan (2013:68) Mind Mapping (pemetaan pikiran) adalah
cara termudah untuk menempatkan informasi kedalam otak danmengambil
informasi dari luar otak. Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan
secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita”. Mind Mapping juga
merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta
dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal.
Sedangkan Menurut Silberman (1996:126) “ mind map is a creative way for
individual student to generates ideas,record learning student to generates
ideas,record learning, or plan a new project” atau Mind Mapping adalah cara
berfikir kreatif bagi peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat
pelajaran atau merencanakan penelitian baru.
Mind Mapping merupakan suatu model mencatat kreatif untuk
mengungkapkan gagasan dengan cara yang menarik secara visual dan menerapkan
kedua fungsi otak secara sinergis yang akan menghasilkan suatu konsep (De
Porter, dkk, 2014:39). Menurut Feamul (2010) terdapat 7 langkah dalam
pembuatan yaitu: 1) Dimulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi
panjangnya dilektakkan mendatar (landscape), (2) Meng-gunakan gambar, (3)
Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. (4) Menggunakan
satu kata kunci untuk setiap garis, (5) Menggunakan warna yang menarik, (6)
Hubungkan cabang- cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-
cabang tingkat dua dan tingkat tiga ketingkat satu dan dua, dan seterusnya, (7)
Menggunakan gambar atau foto untuk sentral.
Dapat disimpulkan bahwa mind mapping (peta pikiran) merupakan metode
yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa dalam proses belajar,
menyimpan informasi berupa materi pelajaran yang diterima oleh siswa pada Saat
pembelajaran, dan membantu siswa menyusun inti-inti yang penting dari materi
pelajaran kedalam bentuk peta atau bagan sehingga siswa lebih mudah
memahaminya.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu
suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
hasil belajar siswa menjadi meningkat (Jakni, 2017:35), Penelitian ini
dilaksanakan dikelas V SDN 3 Pasikolaga. Penelitian ini dilaksanakan dalam satu
siklus atau lebih, setiap siklus terdiri 2 (dua ) kali pertemuan sesuai dengan hasil
refleksi dan akan diteruskan pada siklus selanjutnya sampai mencapai kriteria
ketuntasan yang ditentukan.
Subjek penelitian tindakan kelas adalah seluruh siswa dan guru kelas V
SDN 3 Pasikolaga dengan jumlah siswa sebanyak 13 siswa yang terdiri dari 8
siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.Adapun faktor yang telah diteliti dalam
penelitian ini adalah: (1) Faktor hasil belajar, (2) faktor guru, dan (3) faktor
siswa. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus. Adapun
prosedur penelitian tindakan ini meliputi: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan
Tindakan, (3) Observasi dan evaluasi (4) Refleksi dalam setiap siklus (Arikunto,
2017:35). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitin ini adalah
berupa Observasi , wawancara dan dokumtasi. Data yang didapatkan dalam
penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh
dari tes hasil belajar siswa sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil observasi
aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua yaitu analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif yaitu mendeskripsikan tentang
hasil obsevasi aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam lembar observasi.
sedangkan data kuantitatif mendeskripsikan hasil belajar siswa berdasarkan hasil
tes pada setiap akhir siklus tindakan. Untuk mengetahui tingkat penguasaan atau
ketuntasan belajar secara kuantitatif dengan menggunakan rumus. Indikator
kinerja dalam penelitian tindakan ini meliputi indikator tentang keterlaksanaan
skenario RPP dan indikator peningkatan hasil belajar siswa dalam penelitian ini
yaitu: 1) Skenario pembelajaran dikatakan terlaksana jika 80% skenario
pembelajaran dapat terlaksana dengan model pembelajaran Mind Mapping, 2)
Hasil belajar siswa dikatakan berhasil apabila ketuntasan secara klasikal minimal
80% siswa telah mencapai KKM yaitu 68, yang telah ditetapkan oleh sekolah
SDN 3 Pasikolaga.
Hasil Penelitian
1. Aktivitas Mengajar Guru
Pengamatan atau observasi terhadap aktifitas guru dilakukan untuk
melihat kemampuan mengajar guru dalam menerapkan model pembelajaran
Mind Mapping pada tema 2 Udara Bersih Bagi Kesehatan. Pengamatan
dilakukan pada semua tahapan pembelajaran yakni kegiatan awal, kegiatan
inti dan kegiatan akhir/penutup. Hasil rekapitulasi aktivitas mengajar guru
siklus I selama kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama dari 8
indikator yang di amati diperoleh 6 dengan presentase 75%. Kemudian pada
pertemuan kedua, dari 8 indikator yang di amati diperoleh skor 8 dengan
persentase 100%. Sedangkan siklus II pada pertemuan pertama dari 8
indikator yang di amati diperoleh 8 dengan presentase pertemuan kedua 100%
kemudian pada pertemuan kedua dari 8 indikator yang di amati diperoleh 8
dengan presentase pertemuan kedua 100%. Adapun rata-rata perolehan skor
aktivitas mengajar guru pada siklus I ini yaitu sebesar 7 dengan persentase
87,5% sedangan sikluis II skor yang diperoleh yaitu 8 dengan presentase
100%. Hasil rekapitulasi aktvitas mengajar gurudapat dilihat pada tabel 1
dibawah ini:
Tabel 1. Rekapitulasi Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II
No Aspek yang diamati Siklus I Siklus II
P1 P2 P1 P2
1. Guru Menyampaikan Tujuan 0 1 1 1
Pembelajaran
2. Guru menginformasikan topik yang 1 1 1 1
akan dibelajarakan
3. Guru memberikan penjelasan secara 1 1 1 1
luas tentang materi pelajaran
4. Guru membentuk siswa menjadi 1 1 1 1
beberapa kelompok
5. Guru meminta siswa untuk 1 1 1 1
membuat mind mapping dari materi
pembelajaran yang dijelaskan oleh
guru
6. Guru meminta perwakilan dari 1 1 1 1
setiap kelompok secara bergantian
mempresentasikan hasil diskusinya.
7. Guru membagikan LKPD kepada 1 1 1 1
setiap kelompok untuk
mengerjakannya.
8. Guru memberikan kesempatan 0 1 1 1
kepada siswa untuk menyimpulkan
pelajaran yang telah diajarkan.
Jumlah 6 8 8 8
Rata-rata 7 8
Presentase 87,5% 100%
Keterangan. 1 = Terlaksana; 0 = Tidak Terlaksana
Aktivitas belajar dan pembelajaran pada siklus 1. Guru sudah
menggunakan langkah-langkah model pembelajaran mind mapping, namun
belum efektif, jadi guru melakukan refleksi. Refleksi merupakan proses atau
tahap dalam penelitian tindakan kelas dimana bertujuan untuk memperbaiki
kesalahan yang terjadi pada setiap akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil
observasi dan evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklus I baik pertemuan I
dan pertemuan II masih jauh dari harapan yang telah ditetapkan sebelumnya,
hal ini berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan guru kelas dimana
terlihat beberapa kekurangan saat proses pembelajaran berlangsung baik itu
dilakukan oleh guru maupun siswa. Dari hasil observasi, maka beberapa hal
yang perlu diperbaiki untuk pelaksanaan pada siklus II adalah sebagai berikut:
a. Guru harus menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan
pembelajaran di depan kelas dengan menggunakan bahsanya sendiri.
Setelah mengetahui kekurangan yang terjadi pada siklus I maka, pada
pembelajaran siklus II guru akan mencoba meminimalisir kesalahan-kesalahan
yang dilakukan sebelumnya, sehingga hasil belajar dengan menerapkan model
mind mapping ini sesuai dengan yang diharapkan yaitu dapat mencapai
indikator keberhasilan 80%.
2. Aktivitas Belajar Siswa
Dari hasil observasi pada siklus I dan II pertemuan pertama dan kedua,
menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama proses pelaksanaan pembelajaran
masih terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan seperti pada tabel 2
dibawah ini:
Pembahasan
1. Aktivitas Mengajar Guru
Salah satu inovasi yang harus dilakukan guru adalah memilih dan
mengembangkan metode mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan
dan karakteristik siswa sehingga pembelajaran yang berlangsung menjadi
lebih efektif tidak membosankan (Mediatati, 2017:67). Sedangkan Menurut
Sezer (2017) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa perilaku guru pemula
dapat mengganggu dan memengaruhi lingkungan belajar mengajar siswanya.
Berbagai perilaku mengganggu berasal dari kurangnya kualifikasi guru,
termasuk metode pengajaran yang membosankan, lingkungan belajar yang
kacau, bereaksi berlebihan terhadap perilaku siswa, menghukum,
menampilkan sikap stereotip dan memperlihatkan kelelahan.
Berdasarakan hasil analisis pada siklus I pertemuan pertama dan kedua
membuktikan bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Mind Mapping terdapat beberapa kelemahan
dan kekurangan. Hal ini dikarenakan guru belum mampu mengkondisikan
kelas dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini:
100 90
90 80
80 70
70 60
60
50 40 40
40 30 30
30 20 20
20 Siklus I
10 Siklus II
0
si ep k k
lan
en ns po po
pe
t o m m pu
om an
K leo Ke
lo sim
K ak Ke i Ke
an k ua
t as at
u nt bu
aik ge
m
em
b se
p re em
yam en M P M
en M
M
Gambar 1. Presentase Aktivitas Mengajar Guru Siklus 1 dan 2
100
90
90
80
80
70
70
60
60
50
50 Siklus I
40
40 Siklus II
30
30
20
20
10
0
Aktif Antusias Bertanya Kerja Sama
Gambar 2. Presentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1 dan 2
100
90
90
80
70
70
60 60
60
50 Siklus I
40 Siklus II
30
20
20
10
10
0
Presentase Tuntas Presentase Tidak Rata-rata
Tuntas
Gambar 4. Peningkatan hasil belajar siswa pada Siklus II
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian dan pembahasan yang telah
diuraikan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Pasikolaga
pada pembelajaran tema Udara Bersih Bagi Kesehatan dengan menerapkan model
pembelajaran Mind Mapping meningkat secara signifikan. Peningkatan ini bisa
dilihat mulai dari siklus I hingga siklus II yang ditunjukkan yakni pada siklus I
dengan rata-rata 57,17 yaitu dari 13 orang siswa, yang tuntas sebanyak 5 orang
dengan persentase 13,46% dan yang tidak tuntas sebanyak 8 orang dengan
persentase 61,53%. Sedangkan pada siklus II diperoleh peningkatan dengan rata-
rata 67,97 yang tuntas sebanyak 11 orang dengan persentase 84,61% dan yang
tidak tuntas sebanyak 2 orang dengan persentase 15,38%. Oleh karena itu, pada
siklus II telah mencapai indikator keberhasilan sebesar 80% maka hasil belajar
siswa pada penelitian ini meningkat. Serta hasil observasi dalam kegiatan
pembelajaran terlaksana sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaranMind
Mapping.
Referensi
Arikunto. 2010. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Buzan, T. 2013. Buku Pintar Mind Map untuk Anak Agar Anak menjadi Pintar di
Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Kettunen, Juha et al. 2013. Innovation pedagogy and desired learning outcomes in
higher education. Journal of On the Horizon, Vol. 21 Iss 4 pp. 333 – 342.
https://eric.ed.gov/?id=EJ1094149 . diakses pada tanggal 15 Oktober
2015.
Pattaro, C (2015). New Media & Youth Identity. Issues and Research Pathways.
Italian Journal of Sociology of Education, 7 (1) 297-327
https://ijse.padovauniversitypress.it/2016/1/2.