Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT

FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR SISWA PADA TEMA 5 EKOSISTEM DI KELAS V
Abdul Feri Afandi, I Ketut Suardika, La Rabani
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas HaluOleo
Email:
ABSTRAK: Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas ( PTK). Penlitian ini
bertujauan untuk meningkatakan hasil belajar siswa pada Tema 5 Ekosisitem di Kelas V.
Penelitian tindakan kelas atau yang biasa disingkat dengan PTK sebenarnya berasal dari bahasa
Inggris, yaitu Classroom Action Research. Artinya penelitian dengan melakukan tindakan oleh
guru di dalam kelasnya sendiri. Kegiatan tersebut dilakukan melalui refleksi diri dengan tujuan
memperbaiki kinerja sebagai guru. Siswanya berjumlah 21 orang, yang terdiri dari 13 orang
siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan. Subjek pelitian ini adalah guru dan siswa. Jenis
data dalam penelitian ini adalah data kualitatif melalui lembar observasi dan data kuantitatif
melalui hasi belajar siswa. Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa diperoleh dari siklus I
dan siklus II ditunjukan yakni pada siklus I dengan rata-rata 72,62 yaitu dari 21 siswa yang
tuntas 15 orang (71,43%) dan yang belum tuntas 6 orang (28,58%). Sedangkan pada Siklus II
diperoleh peningkatan dengan rata-rata 79, yang tuntas sebanyak 18 orang (85,71%) dan yang
tidak tuntas sebanyak 3 orang (14,28%). Sehingga dapat di simpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada Tema 5 Ekosistem di Kelas V.
Kata Kunci: Model Pembelajaran, Student Facilitator and Explaining dan Hasil Belajar
THE IMPLEMENTATION OF STUDENTS FACILITATOR AND EXPLAINING
LEARNING METHODS TO IMPROVE STUDENTS LEARNING OUTCOMES
IN THEME 5 ECOSYSTEM IN CLASS V
ABSTRACT: This research is a type of classroom action research (CAR). This research aims to
improve student learning outcomes in Theme 5 Ecosystem in Class V. Classroom action
research or what is usually abbreviated as PTK actually comes from English, namely Classroom
Action Research. This means research by taking action by the teacher in his own class. This
activity is carried out through self-reflection with the aim of improving performance as a
teacher. There are 21 students, consisting of 13 male students and 9 female students. The
subjects of this research are teachers and students. The type of data in this research is
qualitative data through observation sheets and quantitative data through student learning
outcomes. Based on data analysis of student learning outcomes obtained from cycle I and cycle
II, it is shown that in cycle I with an average of 72.62, namely from 21 students, 15 people
completed it (71.43%) and 6 people did not complete it (28.58% ). Meanwhile, in Cycle II, an
increase was obtained with an average of 79, with 18 people completing it (85.71%) and 3
people completing it (14.28%). So it can be concluded that the application of the student
facilitator and explaining type of cooperative learning model can improve student learning
outcomes in Theme 5 Ecosystems in Class V.
Keywords: Learning Model, Student Facilitator and Explaining, Learning Outcomes
Pendahuluan
Perubahan zaman yang semakin berkembang memaksa setiap individu untuk dapat
melihat peluang dan mampu beradaptasi terhadap perubahan tersebuut. Hal ini tentu saja
dilakukan secara sadar dan terencana dengan tidak meninggalkan nilai budaya dan nilai karakter
sebagai warisan leluhur suatu bangsa. Salah satu sektor pemerintahan yang dapat menghasilkan
perkembangan pengetahuan dan kecerdasan manusia dalam melangsungkan hidupnya adalah
melalui pendidikan.
Perkembangan zaman membutuhkan peranan pendidikan yang mampu beradaptasi dan
terintegrasi dalam sektor kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap warga negara memiliki
hak yang sama dalam memperoleh dan mengenyam pendidikan untuk menambah
pengetahuanmdan keterampilan. Pendidikan merupakan hal pertama dan utama yang harus
dirasakan oleh setiap insan. Mulai masa pertumbuhan sampai akhir hayat manusia dilakukan
pendidikan. Dalam pendidikan banyak sekali faktor yang memengaruhi kesuksesan untuk
mencapai tujuan pembelajaran dalam proses belajar. Pendidikan adalah proses upaya untuk
meningkatkan nilai peradaban individu atau masyarakat dari keadaan tertentu menuju kesuatu
keadaan yang lebih baik, melalui proses penelitian, pembahasan, atau memerhatikan masalah
perbuatan untuk mendidik (Neolaka, Amos dan Neolaka, 2017).
Pendidikan bertujuan untuk menciptakan suasana belajar aktif, kretai dan inovatifyang
disusun melalui usaha secara sadar dan terencana dalam menumbuh kembangkan potensi
dirinya sebagai upaya menambah pengetahuan dan keterampilan bagi diri dan hidup di
masyarakat. Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung
pembangunan dan kemajuan peradaban suatu bangsa. Saat ini, dunia tengah memasuki era
revolusi 4.0 atau revolusi indusrti dunia ke-empat dimana teknologi telah menjadi bais dalam
kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas dan tidak terbatas akibat perkembangan
internet dan teknologi digital. Era ini telah mempengaruhi banyak aspek baik dibidang ekonomi,
politik, kebudayaan, seni dan bahkan pendidikan. Pendidikan di era revolusi industry 4.0
dituntut harus mengikuti perkembangan teknologi yang sedang berkembang pesat serta
memanfaatkan teknologi infirmasi dan komunikasi sebagai fasilitas lebih dan serba canggih
untuk memperlancar proses pembelajaran (Rahmawatie, 2019:1).
Salah satu permasalahan pendidikan yang sedang bangsa Indonesia alami adalah
peningkatan kualitas. Peningkatan kualitas pendidikan bisa dilihat dari hasil belajar para siswa
yang dilaksanakan guru di sekolah. Terutama pada siswa tingkat sekolah dasar yang merupakan
jenjang pertama dalam pendidikan formal. Mulai dari pendidik, peserta didik, sarana prasana di
sekolah, sumber belajar, dukungan orang tua dan dukungan masyarakat memiliki peran penting
dalam tercapainya tujuan pendidikan. Pendidikan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor
internal (Sardiman, 2011).
Proses pembelajaran sekolah khususnya, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling
pokok. Keberhasilan tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana cara guru mengajari
siswanya. Menurut Ariyana, dkk (2018:27) Implementasi Kurikulum 2013 yang tertera dalam
Permendikbud No. 22 Tahun 2016, menjelaskan bahwa seorang pengajar diperbolehkan
mengembangkan model pembelajaran yang dirasa efektif dalam proses pembelajaran seperti
Cooperative Learning yang dibagi menjadi beberapa metode yakni Jigsaw, Example Non
Example, Think-Pair- Share (TPS), Numbered Head Together (NHT), Student Facilitator And
Explaining (SFAE), dan selainnya yang dapat memotivasi peserta didik supaya turut berperan
aktif selama pembelajaran berlangsung. Karena itu guru sudah seharusnya melibatkan siswa
secara aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir rasional, kritis, dan kreatif. Namun,
realitanya proses belajar yang dilakukan oleh sebagian guru masih menggunakan metode
konvensional. Karena itu umumnya kegiatan mengajar yang dilakukan masih memperlihatkan
hasil belajar siswa yang rendah. Siswa diposisikan hanya sebagai pendengar ceramah dalam
proses pembelajaran cenderung membosankan dan pada akhirnya motivasi belajar rendah dan
menjadikan siswa malas. Rendahnya hasil belajar siswa tidak hanya terlihat pada mata
pelajaran tertentu, tetapi hampir terjadi pada semua mata pelajaran termasuk Ilmu Pengetahuan
Sosial (Trianto, 2010:171).
Salah satu cara mengatasi rendahnya nilai siswa Menurut Suprijono (2011:128) adalah
dengan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining karena ini adalah sebuah metode
yang membuat siswa agar berhasil membuat peserta didik lebih kreatif dan menaikkan hasil
belajar dengan membuat peta konsep dan bagan. Peneliti lain juga mendapatkan hasil bahwa
adanya pengaruh dari pembelajaran student facilitator and explaining terhadap kemampuan
konsep Matematika siswa (Rahma & Nurrahmah, 2019). Peserta didik disini sebagai fasilitator
agar terjadinya saling tukar informasi yang menarik dan bisa menumbuhkan optimis kepada para
siswa agar dapat menghasilkan sebuah karya dapat dapat dipaparkan kepada para siswa lain.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model pembelajaran yang menarik
yang dapat memicu siswa untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Adapun
keunggulan dari metode pembelajaran Student Facilitator and Explaining yaitu, siswa dapat
dengan mudah menyerap pelajaran karena dilakukan dengan demonstrasi sehingga materi lebih
jelas dan konkret (Amelia, C., & Syahputra, 2019).
Ada beberapa alasan mengapa pembelajaran aktif tipe Student Facilitator and Explaining
( SFAE ) perlu ditekankan sebagai aspek penting dan sangat berarti dalam menciptakan
pembelajaran IPS. Pertama, pembelajaran dengan model ini adalah kegiatan yang berpusat pada
siswa (student centered). Kedua, Student Facilitator and Explaining memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berbicara mengungkapkan pendapat atau gagasannya mengenai materi
kepada teman-temannya. Menurut Widodo dalam (Kustini, 2016) model pembelajaran Student
Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana peserta didik belajar
menyatakan ide/pendapat pada teman di kelasnya pada saat melakukan pembelajaran/diskusi.
Temuan ini diperkuat juga oleh Rodiyana (2018) yang mengatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu model untuk
meningkatkan motivasi siswa agar berani menyampaikan pendapat dalam hasil ahir diskusi.
Menurut Dewi, K. Y. C., Suarjana, I. M., & Arini (2016) yang mengatakan bahwa media
pembelajaran konkret dipilih karena media nyata sangat cocok untuk mendemonstrasikan sesuatu
pada saat menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Diharapkan
dengan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining siswa dapat menunjukkan
antusiasnya dalam mengikuti proses pembelajaran IPS, baik dalam kelas maupun di luar kelas
terutama dalam hal melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Selain itu, metode
pembelajaran ini dapat meningkatkan minat dan perhatian dalam mempelajari IPS.
Metode
Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas ( PTK ). Karena penelitian
dilakukan untuk memecahkan masalah di kelas. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
merupakan terjemahan dari Classroom Action Reaearch, yaitu satu action research yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V MIS Al-Anshar
Lakologou yang berlokasi di Desa Lakologou, Kecamatan Tongkuno, Kabupaten Muna, Provinsi
Sulawesi Tenggara pada semester II tahun ajaran 2022/2023.
Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru kelas V MIS AL Ansar Lakologou yang
berjumlah 21 orang siswa yang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa
perempuan. Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang dapat dilihat
dari peningkatan nilai hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan
model student facilitator and explaining. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan 2
siklus, dan setiap skilus memeliki prosedur penelitian seperti perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi/evaluasi, dan refleksi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kualititatif dan kuantitatif. Data kualitatif dimaksudkan untuk melihat proses pelaksanaan
kegiatan ketika guru menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining.
Data kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator
and Explaining. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua yaitu analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Data kualitatif akan dianalisis secara deskriptif kualitatif
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan. Sedangkan data kuantitatif dianalisis secara
kuantitatif berdasarkan hasil tes pada setiap akhir siklus tindakan dengan menggunakan rumus
nilai hasil belajar dan nilai ketuntasan klasikal.
Hasil
1. Tindakan Siklus 1
a) Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan beberapa perangkat pembelajaran
yang terdiri dari membuat rancangan pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) pada setiap pertemuan, dengan model pembelajaran Student Facilitator
And Explaining (SFAE) pada tema 5 ekosistem, membuat lembar observasi untuk melihat
bagaimana kondisi pembelajaran dan keaktifan siswa di kelas ketika model pembelajaran
Student Facilitator And Explaining (SFAE) diterapkan, membuat Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD), dan membuat soal tes evaluasi berupa essai yang digunakan pada siklus I.
b) Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran diawali dengan guru mengucapkan salam, kemudian berdoa bersama
yang dipimpin oleh ketua kelas, mengecek kehadiran siswa, mengatur posisi tempat duduk
sesuai dengan kegiatan pembelajaran. Setelah itu guru memberikan apresiasi dan juga
memperkenalkan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu Student Facilitator And
Explaining (SFAE). Selanjutnya peneliti membagikan buku siswa dan menyampaikan tujuan
pembelajaran 3 dan 4 (pertemuan 1 dan 2). Setelah itu siswa dibagi menjadi 5 kelompok
yang terdiri dari 4-5 orang perkelompoknnya, kemudian peneliti membagikan LKPD yang
akan dikerjakan oleh siswa dalam waktu yang telah ditentukan oleh peneliti untuk
mengerjakan tugas dalam LKPD tersebut secara mandiri. Setelah siswa telah selesai
mengerjakan LKPD peneliti meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk membacakan
jawaban hasil diskusi dari pemberian LKPD yang telah selesai dikerjakan, kemudian peneliti
memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanyakan jawaban hasil diskusi
dimengerti dari kelompok penyaji, minimal satu pertanyaan..
c) Observasi dan Evaluasi Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan I, aspek yang diamati yaitu keterlaksanaan
proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran Student
Facilitator And Explaining (SFAE). Adapun data hasil observasi aktivitas pembelajaran
guru dan siswa dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1 Lembar Observasi Aktivitas Pembelajaran Siklus I Pertemuan I
N Terlaksana
Aspek yang diamati Komentar
o Ya Tidak
1. Guru menyampaikan tujuan  Pada saat kegiatan ini siswa mengalami kesulitan
pembelajaran untuk memahami materi pembelajaran, sehingga
pembelajaran tidak berjalan dengan baik.
2. Guru mendemonstrasikan  Siswa tidak menyimak dan mendengarkan
atau menyajikan garis-garis penyajian materi pembelajaran dari guru.
besar materi pembelajaran
3. Guru membagi siswa dalam  Siswa membentuk masing-masing kelompok
bebeapa kelompok yang telah dibagikan namun dalam pembagian
kelomppok masih belim teratur dan sering ribut,
akibatnya kelompok tersebut membuat kelas
menjadi gaduh.
4. Guru memberikan tugas  Siswa mengerjakan tugas tugas dalam LKPD
atau LKPD kepada setiap secara berkelompok dan beajar secara mandiri,
kelompok namun masih ada beberapa siswa yang kurang
aktif dalam kelompok, sehingga kelompok
tersebut terlambat dalam menyelesaikan tugas
atau LKPD.
5. Guru memberikan  Siswa perwakilan kelompok mampu
kesempatan kepada setiap mempersentasekan dengan baik hasil diskusi
perwakilan kelompok dari kelompok tersebut.
mempersentasekan hasil
diskusinya
6. Guru memberikan satu  Siswa masih ragu-ragu dalam bertanya karena
kesempatan bertanya merasa malu meskipun masih ada yang belum
kepada kelompok penyaji dimengerti dari kelompok penyaji.
jika masih ada yang belum
dimengerti
Pada tabel 1 siklus I pertemuan I menunjukan masih ada kelemahan atau aspek-aspek
yang belum dilakukan oleh guru seperti: a) guru tidak menjelaskan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai, b) guru tidak mengarahkan para siswa agar tetap tenang dalam kelas agar
proses pembelajaran berjalan kondusif.
Selanjutnya, pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan II, aspek yang diamati yaitu
keterlaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran
Student Facilitator And Explaining (SFAE). Adapun data hasil observasi aktivitas
pembelajaran guru dan siswa dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2 Lembar Observasi Aktivitas Pembelajaran Siklus I Pertemuan II
Terlaksana
No Aspek yang diamati Komentar
Ya Tidak
1. Guru menyampaikan tujuan  Siswa mendengarkan penyampaian guru tentang
pembelajaran tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, hal ini
dapat dilihat dari antusias siswa mendengarkan
guru.
2. Guru mendemonstrasikan  Siswa mendengarkan demonstarsi mengenai garis-
atau menyajikan garis-garis garis besar materi pembelajaran sehingga proses
besar materi pembelajaran pembelajaran terlihat lebih tenang dan kondusif.
3. Guru membagi siswa dalam  Siswa membentuk masing-masing kelompok yang
bebeapa kelompok telah dibagikan dengan semangat, sehingga siswa
menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.
4. Guru memberikan tugas  Siswa mengerjakan tugas tugas dalam LKPD secara
atau LKPD kepada setiap berkelompok dan beajar secara mandiri, namun
kelompok masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam
kelompok, sehingga kelompok tersebut terlambat
dalam menyelesaikan tugas atau LKPD.
5. Guru memberikan  Siswa perwakilan kelompok mampu
kesempatan kepada setiap mempersentasekan dengan baik hasil diskusi dari
perwakilan kelompok kelompok tersebut.
mempersentasekan hasil
diskusinya
6. Guru memberikan satu  Siswa masih ragu-ragu dalam bertanya karena
kesempatan bertanya merasa malu meskipun masih ada yang belum
kepada kelompok penyaji dimengerti dari kelompok penyaji.
jika masih ada yang belum
dimengerti

Pada tabel 2 siklus I pertemuan II menunjukan bahwa semua aspek pada langka-
langkah pembelajaran tersebut sudah terlaksana. Namun aktivitas siswa masih belum efektif,
hal ini dikarenakan: a) adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang
tampil, b) masih ada beberapa siswa yang merasa ragu untuk bertanya ke kelompok penyaji
atau kurang aktif.
d) Evalusi Siklus I
Setelah pelaksana tindakan siklus I yang dilakukan selama 2 kali pertemuan selesai,
maka kegiatan selanjutnya adalah evaluasi siklus I yang dilaksanakan pada Senin, 5
Desember 2022. Evaluasi dilaksanakan dengan tujuan untuk menlihat keberhasilan tindakan
pembelajaran yang telah dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, evaluasi siklus I
dilaksanakan setelah pertemuan II di siklus I telas selesai.
Hal ini dilakukan untuk mengukur keberhasilan siswa setelah kegiatan pembelajaran
dengan guru menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE)
pada tema 5 ekosistem pembelajaran 3 dan 4. Hasilnya menunjukan bahwa hasil tes siswa
yang tuntas (mencapai nilai diatas atau sama dengan nilai KKM) sebanyak 15 orang
(71,43%) dan siswa yang belum tuntas 6 orang (28,58%) dengan nilai rata-rata 72,62.
Berdasarkan tes yang telah dilakukan pada siklus I menunjukan ketuntasan belajar secara
klasikal belum mencapai indikator kinerja, yaitu ≥ 80% siswa mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu ≤ 70% yang telah ditentukan.
e) Refleksi
Pada tahap refleksi peneliti dan guru berdiskusi merefleksikan hasil observasi dan
evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklus I baik pertemuan I dan pertemuan II yang masih
belum mencapai indikator ketercapaian, hal ini dikarenakan masih banyak kekurangan-
kekurangan saat proses pembelajaran berlangsung baik itu dilakukan oleh guru maupun
siswa. Dari hasil observasi, maka beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk pelaksanaan pada
siklus berikutnya adalah guru harus mampu menguasai langkah-langkah metode
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran yaitu metode Student Facilitator And
Explaining, guru harus mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan keaktifan siswa, dan
guru harus lebih tegas dalam mengarahkan siswa.
2. Tindakan Siklus 2
a) Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan beberapa perangkat pembelajaran
yang terdiri dari membuat rancangan pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) pada setiap pertemuan, dengan model pembelajaran Student Facilitator
And Explaining (SFAE) pada tema 5 ekosistem, membuat lembar observasi untuk melihat
bagaimana kondisi pembelajaran dan keaktifan siswa di kelas ketika model pembelajaran
Student Facilitator And Explaining (SFAE) diterapkan, membuat Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD), dan membuat soal tes evaluasi berupa essai yang digunakan pada siklus II.
b) Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran diawali dengan guru mengucapkan salam, kemudian berdoa bersama
yang dipimpin oleh ketua kelas, mengecek kehadiran siswa, mengatur posisi tempat duduk
sesuai dengan kegiatan pembelajaran. Setelah itu guru memberikan apresiasi dan juga
memperkenalkan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu Student Facilitator And
Explaining (SFAE). Selanjutnya peneliti membagikan buku siswa dan menyampaikan tujuan
pembelajaran 3 dan 4 (pertemuan 1 dan 2). Setelah itu siswa dibagi menjadi 5 kelompok
yang terdiri dari 4-5 orang perkelompoknnya, kemudian peneliti membagikan LKPD yang
akan dikerjakan oleh siswa dalam waktu yang telah ditentukan oleh peneliti untuk
mengerjakan tugas dalam LKPD tersebut secara mandiri. Setelah siswa telah selesai
mengerjakan LKPD peneliti meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk membacakan
jawaban hasil diskusi dari pemberian LKPD yang telah selesai dikerjakan, kemudian peneliti
memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanyakan jawaban hasil diskusi
dimengerti dari kelompok penyaji, minimal satu pertanyaan.
.
c) Observasi dan Evaluasi Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan I, aspek yang diamati yaitu keterlaksanaan
proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran Student Facilitator
And Explaining (SFAE).
Adapun data hasil observasi aktivitas pembelajaran guru dan siswa dapat dilihat pada
tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3 Lembar Observasi Aktivitas Pembelajaran Siklus II Pertemuan I
Terlaksana
No Aspek yang diamati Komentar
Ya Tidak
1. Guru menyampaikan tujuan  Siswa mendengarkan penyampaian guru tentang
pembelajaran tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, hal ini
dapat dilihat dari antusias siswa mendengarkan
guru.
2. Guru mendemonstrasikan  Siswa mendengarkan demonstarsi mengenai garis-
atau menyajik garis besar materi pembelajaran sehingga proses
an garis-garis besar materi pembelajaran terlihat lebih tenang dan kondusif.
pembelajaran
3. Guru membagi siswa dalam  Siswa membentuk masing-masing kelompok yang
bebeapa kelompok telah dibagikan dengan semangat, sehingga siswa
menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.
4. Guru memberikan tugas  Siswa mampu mengerjakan tugas tugas dalam
atau LKPD kepada setiap LKPD secara berkelompok dan beajar secara
kelompok mandiri, terlihat dari dari keaktifan siswa
dikelompok masing-masing dan mampu
mengerjakan tugas dengan cepat sebelum waktu
yang diberikan oleh guru habis.
5. Guru memberikan  Siswa perwakilan kelompok mampu
kesempatan kepada setiap mempersentasekan dengan baik hasil diskusi dari
perwakilan kelompok kelompok tersebut dan menjawab pertanyaan dari
mempersentasekan hasil perwakilan kelompok lain.
diskusinya
6. Guru memberikan satu  Siswa masih ragu-ragu dalam bertanya karena
kesempatan bertanya merasa malu meskipun masih ada yang belum
kepada kelompok penyaji dimengerti dari kelompok penyaji.
jika masih ada yang belum
dimengerti

Pada tabel 3 menyatakan bahwa aktivitas pembelajaran pada siklus II pertemuan I


mengalami peningkatan dari siklus I, hal ini dapat dilihat dari keseluruhan aspek telah
terlaksana sesuai dengan langkah-langkah model pemelajaran Student Facilitator And
Expalaining (SFAE), namun dalam hal ini kegiatan aktivitas siswa belum sepenuhnya
berjalan dengan efektif karena masih ada siswa yang ragu atau malu dalam menjawab dan
menanyakan pertanyaan.
Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan II, aspek yang diamati yaitu keterlaksanaan
proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran Student
Facilitator And Explaining (SFAE). Adapun data hasil observasi aktivitas pembelajaran
guru dan siswa dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4 Lembar Observasi Aktivitas Pembelajaran Siklus II Pertemuan II
Terlaksana
No Aspek yang diamati Komentar
Ya Tidak
1. Guru menyampaikan tujuan  Pada saat kegiatan ini siswa mengalami kesulitan
pembelajaran untuk memahami materi pembelajaran, sehingga
pembelajaran tidak berjalan dengan baik.
2. Guru mendemonstrasikan  Siswa mendengarkan demonstarsi mengenai garis-
atau menyajikan garis-garis garis besar materi pembelajaran sehingga proses
besar materi pembelajaran pembelajaran terlihat lebih tenang dan kondusif
3. Guru membagi siswa dalam  Siswa membentuk masing-masing kelompok yang
bebeapa kelompok telah dibagikan dengan semangat, sehingga siswa
menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.
4. Guru memberikan tugas  Siswa mampu mengerjakan tugas tugas dalam
atau LKPD kepada setiap LKPD secara berkelompok dan beajar secara
kelompok mandiri, terlihat dari dari keaktifan siswa
dikelompok masing-masing dan mampu
mengerjakan tugas dengan cepat sebelum waktu
yang diberikan oleh guru habis.
5. Guru memberikan  Siswa perwakilan kelompok mampu
kesempatan kepada setiap mempersentasekan dengan baik hasil diskusi dari
perwakilan kelompok kelompok tersebut.
mempersentasekan hasil
diskusinya
6. Guru memberikan satu  Siswa tidak merasa ragu-ragu dalam bertanya atau
kesempatan bertanya malu lagi untuk bertanya kepada kolompok penyaji
kepada kelompok penyaji dan mampu menjawab pertanyaan dari kelompok
jika masih ada yang belum lain jika kelompok penyaji tidak bisa untuk
dimengerti menjawab.

Pada tabel 4 menyatakan bahwa aktivitas belajar siklus II pertemuan II telah terlaksana
dengan baik berjalan efektf, hal ini dapat dilihat dari keseluruhan aktivitas pembelajaran
oleh guru pada semua aspek telah berjalan sesuai dengan langkah-langkah model
pemelajaran Student Facilitator And Expalaining (SFAE) dan siswa dalam kegiatan
pembelajaran terlihat sangat aktif dan antusias. Hal ini dikarenakan telah diadakan perbaikan
terhadap kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya.
d) Evaluasi Siklus II
Setelah pelaksana tindakan siklus II yang dilakukan selama 2 kali pertemuan telah
selesai, maka kegiatan selanjutnya adalah evaluasi siklus II yang dilaksanakan pada Rabu, 14
Desember 2022. Evaluasi dilaksanakan dengan tujuan untuk menlihat keberhasilan tindakan
pembelajaran yang telah dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, evaluasi siklus II
dilaksanakan setelah pertemuan II di siklus I telas selesai. Hal ini dilakukan untuk mengukur
keberhasilan siswa setelah kegiatan pembelajaran dengan guru menerapkan model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) pada tema 5 ekosistem
pembelajaran 3 dan 4. Hasilnya menunjukan bahwa hasil tes siswa yang tuntas (mencapai
nilai diatas atau sama dengan nilai KKM) sebanyak 18 orang (85,71%) dan siswa yang
belum tuntas 3 orang (14,28%) dengan nilai rata-rata 79. Berdasarkan tes yang telah
dilakukan pada akhir siklus II belum mencapai 100% namun ketuntasan hasil belajar siswa
secara klasikal telah mencapai indikator kinerja, yaitu 80% siswa mencapai Ktriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70% yang telah ditentukan.
e) Refleksi
Setelah refleksi yang dilakukan oleh guru dan peneliti yang bertujuan untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan pada siklus I telah menjadi acuan guru sehingga pada
siklus II mengalami peningkatan. Hasil observasi dan evaluasi pada pelaksanaan tindakan
siklus II baik pertemeuan I maupun pertemuan II telah berjalan sesuai dengan harapan, hal
ini berdasarkan observasi aktivitas guru aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.
Pembahasan
Aktivitas Mengajar Guru
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I pertemuan pertama dan kedua, dapat dilihat
bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunkan mode; pembelajaran
Student Facilitator And Explaining terdapat beberapa kekurangan, diantaranya: a) guru tidak
menyampaikan tujuan pembelajaran, b) guru tidak mengarrahkan siswa agar tetap tenang saat
dalam proses pembeajaran agar kelas lebih kondusif. Hal ini dikarenakan guru belum menguasai
setiap aspek dalam skenario model pembelajaran Student Facilitator And Explaining, guru belum
mampu mengkondisikan kelas serta memotivasi siswa dalam pembelajaran, sehingga hal ini
dapat berpengaruh pada perhatian atau antusias siswa.
Aktivitas Belajar Siswa
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I pertemuan petama dan kedua, menunjukkan
bahwa aktivitas siswa selama pelaksanaan masih belum efektif karena terdapat beberapa siswa
yang sering ribut dalam pembagian kelompok, belum bisa membaur, dan sering bercanda dengan
teman kelompoknya, hal ini pernah juga diungkapkan oleh Huda (2013:229) tentang kelemahan
dari model pembelajaran Student Facilitator And Explaining (SFAE) adaalah sebagai berikut: 1)
siswa pemalu sering kali sulit untuk mendemonstrasikan apa yang diperintahkan oleh guru, 2)
tidak mudah bagi siswa untuk membuat peta konsep atau menerangkan materi secara rinkas.
Beberapa kekurangan ini kemudian direfleksi dan dilakukan perbaikan untuk kegiatan siklus
berikutnya.
Pada pelaksanaan siklus II aktivitas belajar siswa sudah berjalan dengan baik dan efektif.
Hal ini dapat dilihat pada saat penyampaian tujuan pembelajaran, pengerjaan LKPD, pembagian
kelompok serta mempersentasekan hasil diskusi maupun menjawab pertanyaan dari kelompok
lain, siswa terlihat sangat serius dan antusias sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa
meningkat dan telah mencapai indikator keberhasilan yaitu 80%.
Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa dengan
menggunakan model pemebelajaran Student Facilitator And Explaining (SFAE) dalam
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tema 5 ekosistem di kelas V MIS Al
Ansar lakologou. Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I, dapat ditujukkan pada gambar 1
berikut:
100
80 72.62 % 71.43 %
63.53 %
60 53.85 %
46.15 %
40 28.58 %
20
0
Tahun Ajaran 2022/2023 Siklus I

Rata-rata Persentase Tuntas


Persentase Tidak Tuntas Series4

Gambar 1 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I


Berdasarkan gambar 1 diatas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I sudah
meningkat dari tahun ajaran sebelumnya namun belum mencapai indikator kinerja dalam
penelitian ini. Pada siklus I mencapai ketuntasan belajar sebanyak 15 orang atau 71,43% dan
persentase tidak tuntas sebanyak 6 orang atau 28,58% dengan nilai rata-rata 72,62. Maka, hasil
belajar siswa belum mencapai indikator ketuntasan. Hal ini disebabkan karena pada saat
pelaksanaan tindakan ada beberapa aspek yang belum terlaksana dalam kegiatan pembelajaran
sesuai dengan skenario pembelajaran dan aktivitas siswa belum efektif karena dalam
pelaksanaannya ada beberapa siswa yang masih belum aktif, sering bercanda, ribut dan kurang
percaya diri. Beberapa kekurangan ini kemudian direfleksi dan dilakukan perbaikan untuk
kegiatan siklus berikutnya.
Selanjutnya, dilakukan pelaksanaan tindakan pada siklus II dan hasil belajar siswa
menjadi meningkat dari siklus I, untuk lebih jelasnya peningkatan hasil belajar siswa pada siklus
II dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:
100 85.71 %
79 %
80 72.62 % 71.43 %
60
40 28.58 %
20 14.28 %

0
Siklus I Siklus II

Rata-rata Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 2 Hasil Belajar Siwa Pada Siklus II


Berdasarkan grafik 2 diatas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa menigkat pada
pelaksanaan siklus II, menggunakan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining
(SFAE) dengan persentase tuntas sebesar 18 orang atau 85,71% sedangkan persentase tidak
tuntas sebesar 3 orang atau 14,28% dengan nilai rata-rata 79. Secara klasikal ketuntasan hasil
belajar siswa pada siklus I dan siklus II telah mengalami peningkatan sebesar 14,3%.
Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus II dapat diketahui telah mencapai indikator
keberhasilan dalam penelitian ini yaitu 80%, sedangkan hasil observasi kegiatan pembelajaran
telah terlaksana dengan baik dan efektif sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran
Student Facilitator And Explaining (SFAE).
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dan dapat diambil
kesimpulan bahwa penerapan metode pembelajaran Student Facilitator And Explaining dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada tema 5 ekosistem di kelas V MIS Al Ansar Lakologou.
Peningkatan hasil belajar siswa dalam pelaksanaan penelitian ini dari siklus I ke siklus II, yakni
pada siklus I dari 21 orang siswa, yang tuntas sebanyak 15 orang dengan persentase sebesar
71,43% dan yang tidak tuntas sebanyak 6 orang dengan persentase 28,58% dengan nilai rata-rata
72,62. Pada siklus II mengalami peningkatan yakni dari 21 orang siswa, yang tuntas sebanyak 18
orang dengan persentase 85,71% dan tidak tuntas sebanyak 3 orang dengan persentase 14,28%
dengan nilai rata-rata 79. Secara klasikal ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan sebesar 14,3%. Oleh karena itu, pada siklus II telah mencapai indikator
keberhasilan sebesar 80%, maka hasil belajar siswa pada penelitian ini meningkat. Sedangkan
hasil observasi kegiatan pembelajaran telah terlaksana dengan baik dan efektif sesuai dengan
langkah-langkah model pembelajaran Student Facilitator And Explaining (SFAE).
Daftar Pustaka
Amelia, C., & Syahputra, E. F. (2019). "Pengaruh Model Pembelajaran Student Facilitator And
Explaining Untuk Meningkatkan Kemampuan Eksplorasi Mahasiswa". Jurnal Curere,
3(1).
Ariyana, Y, ddk. (2018). Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi Pada keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi. Direktor Jenderal Guru dan Tenaga kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Hlm 27.
Dewi, K. Y. C., Suarjana, I. M., & (Amalia Yunia Rahmawati 2020)Arini, 2016) Dewi, K. Y. C.,
Suarjana, I. M., & Arini, N. W. (2016). Penerapan Model Student Facilitator and
Explaining Berbantuan Media Konkret Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Siswa. MIMBAR PGSD Undiksha, 4(1).Huda, Miftahul. 2013. Model-Model
Pengajaran Dan Pembelajaran Isu-Isu Metodis Dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Hlm 228.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran Isu-Isu Metodis Dan
Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 229.
Kustini, W. (2016). "Melalui Metode Student Facilitator And Explaining (SFAE) Meningkatkan
Prestasi Belajar Matematika Materi Jaring-Jaring Kubus Dan Balok Kelas IV-B
Semester II Tahun 2014/2015 Di SD Negeri 2 Surodakan Kecamatan Trenggalek
Kabupaten Trenggalek". Jurnal Pendidikan PROFESIONAL, 5(2).
Neolaka, Amos dan Neolaka, G. A. A. (2017). Landasan Pendidikan Dasar Pengenalan Diri
Sendiri Menuju Perubahan hidup. PT Kharisma Putra Utama.
Rahma, A., & Nurrahmah, A. (2019). "Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
( SFE ) dan Pengaruhnya terhadap Pemahaman Konsep Matematika".
Rahmawatie, Desi. 2018. Pengaruh Pembelajaran Model Role Playing Berbasis Android
Terhadap Minat Hasil Belajar Siswa . FKIP UNPAS, hh.1-11.
Rodiyana, R. (2018). "Analisis Model Cooperative Learning Type Student Facilitator and
Explaining Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar". Jurnal Cakrawala Pendas,
4(1)
Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada.
Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Ar-Ruzz Media.
Suprijono, Agus. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher .

Anda mungkin juga menyukai