ABSTRAK
PENDAHULUAN
Tingkat kemampuan siswa dalam mempelajari mata pelajaran ekonomi lebih mudah
dirasakan oleh peserta didik di banding mempelajari Akuntansi walaupun ini satu
keasatuan mata pelajaran ekonomi dimana pada saat menghadapi ujian nasional sangat
diharapkan peserta didik dapat mengerti dalam akuntansi khususnya di akuntansi
perusahaan jasa dan perusahaan dagang. Pada kelas III IPS sehingga nantinya mampu
menjawab soal Ujian Nasional.
Sebagai salah satu komponen dalam pendidikan, eksistensi guru menjadi hal yang
begitu penting peranannya. Guru bukan saja bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses belajar mengajar di dalam kelas, melainkan juga bertanggung jawab terhadap
keberhasilan proses belajar mengajarnya. Oleh karena itu, walaupun pada hakekatnya
murid yang belajar, namun gurulah yang bertanggungjawab bahwa proses belajar itu
terjadi dengan baik pada setiap siswa (Nasution, 1982:92). Dengan demikian dapat
114
Jurnal Serambi PTK Volume VII, No.1, Maret 2020 ISSN : 2355 -9535
dikatakan bahwa mutu pendidikan banyak bergantung pada mutu guru dalam membimbing
proses belajar siswa.
Mengajar merupakan kegiatan memberikan layanan belajar yang disadari dan
direncanakan oleh pendidik sebagai pengajar dalam menstimulus kemampuan siswa
memahami materi ajar. Oleh karena itu, setiap guru dituntut untuk memiliki kemampuan.
Menurut Mulyasa (2003:46) kemampuan adalah perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan,
nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Ruang kelas
yang nyaman dan bahagia juga merupakan kunci bagi siswa terlibat dalam unjuk
kreativitas belajar siswa.
Menurut Atmaka (2004:17), pendidik atau guru adalah orang yang bertanggung
jawab untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam pengembangan baik fisik dan
spiritual. Guru adalah seseorang yang mengabdikan dirinya untuk mengajarkan suatu ilmu,
mendidik, mengarahkan, dan melatih siswanya agar memahami ilmu pengetahuan yang
diajarkannya. Guru sebagai pengelola kegiatan proses belajar mengajar yang bertugas
untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa agar bisa mencapai tujuan pembelajaran. Guru
merupakan unsur penting dalam keseluruhan sistem pendidikan, maka dari itu mutu dan
kualitas guru haruslah diperhatikan secara baik. Kemajuan sebuah bangsa ditentukan oleh
kemampuan para pendidiknya untuk mengubah karakter generasi penerusnya ke depan.
Mata pelajaran yang diujian nasionalkan salah satunya adalah mata pelajaran
ekonomi pada kelas XII IPS 4 semester I Kompetensi Dasar 1.5 pada kurikulum 2006
adalah menyusun laporan keuangan perusahaan dagang. Berdasarkan pengalaman peneliti
mengajar, siswa sangat sulit dalam menyusun laporan keuangan perusahaan dagang.
Dikarenakan siswa mengalami kesulitan dalam menetukan laba rugi, laporan perubahan
modal, neraca dan laporan arus kas. Sehingga menyebakan rendahnya nilai siswa. Faktor
yang menyebabkan ini adalah siswa tidak termotivasi dalam melaksanakan proses belajar
mengajar. Siswa juga tidak terlibat langsung dalam proses belajar mengajar, karena guru
cenderung masih menggunakan pembelajaran konvensional yang menstranfer ilmu pada
siswa sehingga siswa pasif, kurang kreatif bahkan merasa bosan. dan pembelajaran masih
masih menerapkan pembelajaran satu arah yang menjadikan siswa objek dalam
pembelajaran. Dengan berbagai kesulitan tersebut bukan berarti para pendidik tidak
berupaya untuk mengatasinya. Dalam upaya mengatasi kesulitan dalam belajar
Akuntansi khususnya Jurnal Umum, telah banyak guru memilih suatu model
pembelajaran yang dianggap sudah sesuai. Karena Model yang dilakukan guru di
sekolah sewaktu mengajar juga menentukan hasil belajar. Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya
(Sudjana, 2004 : 22).
Namun, pendekatan yang dilakukan dalam pembelajaran Ekonomi tersebut
dirasakan kurang mengaitkan konsep-konsep Akuntansi dengan pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari. Guru hanya berfungsi sebagai penceramah yang sekedar
memberi informasi dari pengetahuan yang dimilikinya, sehingga siswa kurang aktif
dalam belajar dan kurang mengungkapkan pendapat mereka terhadap suatu masalah.
Untuk itu diperlukannya suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Menurut Arends (dalam Suprijono, 2013: 46) model pembelajaran mengacu
pada pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap
115
Nurmiati
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakna di di SMAN 1 Syamtalira Aron. Lokasi penelitian dipilih
karena di lokasi tersebut adalah merupakan tempat peneliti mengajar, yaitu di kelas XII
IPS 4. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari bulan September sampai dengan
bulan November tahun pelajaran 2017/2018. Subyek penelitiannya adalah siswa kelas XII
IPS 4 pada SMAN 1 Syamtalira aron tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 21 orang
siswa yang terdiri dari 14 laki-laki dan 7 orang siswa perempuan. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes, observasi dan wawancara.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis dekskriptif.
116
Jurnal Serambi PTK Volume VII, No.1, Maret 2020 ISSN : 2355 -9535
Berdasarkan hasil analisis dalam tabel di atas diketahui bahwa jumlah siswa yang
mendapat nilai A (sangat baik) sejumlah 0% atau tidak ada, yang mendapat nilai B (baik)
sebanyak 0% atau tidak ada dan yang mendapat nilai C (cukup) sebanyak 0% atau tidak
ada dan yang mendapat nilai kurang 24 % atau sebanyak 5 siswa, sedangkan yang
mendapat nilai sangat kurang 76% atau sebanyak 16 siswa.
Tahap Pengamatan
Observasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka, dalam hal ini
observasi dilakukan oleh 2 (dua) observer yaitu guru kelas (teman sejawat) pada SMAN 1
Syamtalira Aron. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui secara detail keaktifan,
kerjasama, kecepatan dan ketepatan siswa dalam memahami kompetensi dasar menyusun
laporan keuangan perusahaan dagang. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi
dan untuk merencanakan rencana tindakan pada siklus I.
Hasil tes siklus
Hasil pengamatan hasil tes pada siklus I dapat dideskripsikan seperti pada tabel
berikut ini.
Tabel 2. Hasil Rekap Nilai Tes Siklus I
No Hasil (Angka) Hasil ( Huruf) Arti Lambang Jumlah Siswa Persen
1 85-100 A Sangat baik 1 5%
2 75-84 B Baik 5 24 %
3 65-74 C Cukup 7 33 %
4 55-64 D Kurang 4 19 %
5 <54 E Sangat Kurang 4 19 %
Jumlah 21 100 %
Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik)
sejumlah 1 siswa atau (5%), sedangkan yang mendapat nilai B (baik) adalah 5 siswa atau
(24%), sedangkan yang masih mendapatkan nilai C (cukup) sebanyak 7 siswa atau (33%),
sedangkan yang mendapat nilai D (kurang) ada 4 siswa atau (19%), sedangkan yang
mendapat nilai E (sangat kurang) sebanyak 4 siswa atau 19%.
Proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya perubahan,
meskipun belum semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
dikarenakan kegiatan yang bersifat mandiri siswa harus banyak bertanya dan menunjukan
keterampilan lebih aktif dalam melaksanakan latihan. Dari hasil pengamatan telah terjadi
kreatifitas dan keaktifan siswa secara mental maupun motorik, karena kegiatan
pembelajaran yang dilakukan latihan secara lansung dan prosuduran perlu kecermatan dan
ketepatan. Ada interaksi antar siswa dengan guru, Masing-masing siswa ada peningkatan
latihan bertanya dan menjwab antar siswa, sehingga terlatih keterampilan bertanya jawab.
Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar 6 siswa bearti mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan pra siklus, seperti disajikan dalam tabel berikut ini.
118
Jurnal Serambi PTK Volume VII, No.1, Maret 2020 ISSN : 2355 -9535
Untuk mengetahui perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa dengan pra siklus
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Perbandingan Ketuntasan Belajar antara Pra Siklus dengan Siklus I
Jumlah Siswa
No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I
Jumlah Persen Jumlah Persen
1. Tuntas 0 0% 6 29%
2. Belum Tuntas 21 100% 15 71%
Jumlah 21 100% 21 100%
119
Nurmiati
Dari tabel di atas diketahui bahwasanya motivasi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran sudah lebih baik dibandingkan dengan pra siklus. Hal ini terlihat dari
persentase yang didapat. Kemudian persentase rata-rata aktivitas siswa sudah berada pada
taraf baik dengan persentase sebesar 64,29.
120
Jurnal Serambi PTK Volume VII, No.1, Maret 2020 ISSN : 2355 -9535
Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil tes kemampuan awal dengan hasil tes kemampuan siklus I dapat
dilihat adanya pengurangan jumlah siswa yang masih di bawah Kriteria ketuntasan
Minimal. Pada pra siklus jumlah siswa yang dibawah KKM sebanyak 21 siswa dan pada
akhir siklus I berkurang menjadi 6 siswa. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 48,57
menjadi 67,62. Perbandingan kegiatan pembelajaran dan hasil belajar pada pra siklus dan
siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7. Perbandingan Kegiatan dan Hasil Pada pada Pra siklus dan Siklus I
NO Pra Siklus Siklus I
1 Tindakan Tindakan
Pembelajaran lansung, tanpa Penerapan Pembelajaran lansung model
menggunakan alat peraga explicit instruction.
2 Hasil Belajar Hasil Belajar
Ketuntasan Ketuntasan
~ Tuntas : 0 ( 100%) ~ Tuntas : 8 (29%)
~ Belum tuntas : 21( 0%) ~ Belum tuntas : 15 (71%)
Pelaksanaan Tindakan
Tatap muka I dan II dengan RPP tentang materi. Metode pembelajaran yang
digunakan adalah pembelajaran dengan menggunakan model Explicit instruction. Dalam
melaksanakan proses pembelajaran, peneliti menerapkan model pembelajaran Explicit
instruction dengan baik dan memotivasi siswa untuk lebih giat dalam mengikuti proses
pembelajaran. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: pada tahap pendahuluan
peneliti menjelaskantujuan pembelajaran dan informasi latar belakang pelajaran serta
pentingnya pelajaran dan mempersiapkan siswa untuk belajar. Kemudian peneliti
mendemontrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi
tahap agar siswa dapat memahami materi dengan baik. Peneliti merencanakan dan
memberi bimbingan pelatihan awal. Setelah itu. Peneliti mengecek apakah siswa telah
berhasil melakukan tugas dengan baik dan memberi umpan balik. Selanjutnya peneliti
mempersiapkan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan lanjutan, dengan
perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks. Pada pelaksanaan
pembelajaran siklus II siswa masih belajar secara mandiri, namun dalam kegiatan mandiri
ini siswa tertantang untuk lebih dapat melakukan penyusunan laporan keuangan
perusahaan dagang juga dalam menguasai materi dan mereka harus berkompetisi secara
pribadi. Setelah tatap muka pertemuan I dan II selesai, pertemuan selanjutnya dilaksanakan
tes siklus.
Peneliti melakukan wawancara kepada siswa pada saat kegiatan pembelajaran.
Wawancara diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam
memahami, memadukan dengan mata pelajaran lain. Disamping itu, wawancara
digunakan untuk mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa. Hasil
wawancara digunakan sebagai bahan refleksi. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui
bahwa siswa sangat termotivasi mengikuti pembelajaran dan lebih mudah memahami
materi dengan menggunakan model pembelajaran Explicit instruction karena siswa bisa
terlibat langsung dalam pembelajaran
122
Jurnal Serambi PTK Volume VII, No.1, Maret 2020 ISSN : 2355 -9535
Tahap Pengamatan
Observasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka, dalam hal ini
observasi dilakukan oleh 2 (dua) observasi yaitu guru Ekonomi SMA Negeri 1 Syamtalira
Aron. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui aktivitas siswa secara langsung dalam
proses pembelajaran. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi. Hasil observasi
digunakan sebagai bahan refleksi dan untuk merencanakan rencana tindakan pada siklus II.
Hasil Tes Siklus
Hasil pengamatan pada siklus II dapat dideskripsikan seperti pada tabel 4.8 berikut
ini.
Tabel 8 Rekap Hasil Nilai Tes Siklus II
No Hasil (Angka) Hasil (Huruf) Arti Lambang Jumlah Siswa Persen
1 85-100 A Sangat Baik 9 43 %
2 75-84 B Baik 12 57 %
3 65-74 C Cukup - -
4 55-64 D Kurang - -
5 <54 E Sangat Kurang - -
Jumlah 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A)
adalah 43% atau 9 siswa, sedangkan yang terbanyak yaitu yang mendapat nilai baik (B)
adalah 57% atau 12 siswa, dan yang mendapat nilai C (cukup), D dan E tidak ada.
Sedangkan nilai rata-rata kelas adalah 84.76.
Proses pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan semua siswa terlibat aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan kegiatan bersifat lansung namun setiap
tugas individual yang harus dipertanggung jawabkan, dan mampu melaksanakan proses
penyusunan laporan keuangan perusahaan dagang. Dari hasil pengamatan telah terjadi
kreatifitas dan keaktifan siswa secara mental maupun motorik, karena kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan prosuduran perlu kecermatan dan ketepatan. Ada
interaksi antara siswa secara individu maupun guru, Masing-masing siswa ada
peningkatan latihan bertanya jawab dan bisa mengkaitkan dengan mata pelajaran lain
maupun pengetahuan umum, sehingga disamping terlatih ketrampilan bertanya jawab,
siswa terlatih berargumentasi. Ada persaingan positif antar siswa untuk penghargaan dan
menunjukkan jati diri pada siswa. Ketuntasan hasil belajar pada siklus II dapat
ditabulasikan seperti pada tabel 4.9 di bawah ini
Tabel 9. Ketuntasan Belajar Siklus II
Jumlah Siswa
No Ketuntasan Belajar
Jumlah Persen
1. Tuntas 21 100 %
2. Belum Tuntas 0 0%
Jumlah 21 100 %
Berdasarkan data tersebut di atas diketahui bahwa siswa yang mencapai ketuntasan
sebanyak 21 siswa (100%) yang berarti sudah ada peningkatan. Kemudian untuk melihat
perbandingan hasil nilai tes siklus I dan II, dapt dilihat pada tabel di bawah ini.
123
Nurmiati
Tabel 10. Perbandingan Hasil Nilai Tes Model Siklus I dan Siklus II
No Hasil Tes Jumlah Siswa yang Berhasil
Siklus I Siklus II
1 A (85 -100) 1 9
2 B (75-84) 5 12
3 C (65-74) 7 -
4 D (55-64) 4 -
5 E (< 54) 4 -
Jumlah 21 21
Jika dibandingkan antara keadaan kondisi siklus I dan siklus II, rata- rata kelas
sebesar 67,62, sedangkan nilai rata- rata kelas siklus II sudah ada peningkatan menjadi
84,76. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 11. Perbandingan Hasil Tes Pra siklus, siklus I dan Siklus II
Hasil Lambang Hasil Pra Model Model
NO Arti Lambang
Angka Evaluasi tindakan Siklus I Siklus II
1 85-100 A Sangat Baik - 1 9
2 75-84 B Baik - 5 12
3 65-74 C Cukup 7 -
4 55-64 D Kurang 5 4 -
5 <54 E Sangat Kurang 16 4 -
Jumlah 21 21 21
Untuk melihat perbandingan ketuntasan nilai rata-rata pada pra siklus, siklus I dan
siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 12. Perbandingan Ketuntasan Nilai Rata-rata Pra siklus,siklus I dan siklus II
Jumlah siswa
No Uraian Rata-Rata
Tuntas Belum Tuntas
1 Kondisi Awal 0 anak 21 anak 48,57
2 Siklus I 6 anak 15 anak 67,62
3 Siklus II 21 anak 0 anak 84,76
124
Jurnal Serambi PTK Volume VII, No.1, Maret 2020 ISSN : 2355 -9535
125
Nurmiati
Tahap Refleksi
Berdasarkan siklus I dan siklus II dapat diketahui bahwa pembelajaran lansung
model explicit instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IPS 4 Kelas XII
semester 1, khususnya dalam kompetensi dasar menyusun laporan keuangan perusahaan
dagang. Hasil antara siklus I dengan siklus II ada perubahan secara signifikan, hal ini
ditandai dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Dari hasil
tes akhir siklus II ternyata lebih baik dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar siswa
pada siklus I. Peningkatan hasil belajar maupun ketuntasan tersebut dapat disajikan pada
tabel di bawah ini:
Tabel 15. Perbandingan Kegiatan dan Hasil Pada Siklus I dan Siklus II
NO Siklus I Siklus II
1 Tindakan Tindakan
Pembelajaran lansung model explicit Penerapan Pembelajaran lansung model
instruction, didesain dengan panduan explicit instruction dipandu dengan kuis
kuis kompetitif
2 Hasil Belajar Hasil Belajar
Ketuntasan Ketuntasan
~ Tuntas : 6 (29%) ~ Tuntas : 21 ( 100%)
~ Belum tuntas : 15 ( 71%) ~ Belum tuntas : 0 ( 0 %)
Nilai Tertinggi : 90 Nilai Tertinggi : 100
Nilai terendah : 50 Nilai terendah : 80
Nilai rata- rata : 67,62 Nilai rata- rata : 84,76
Refleksi
Nilai rata- rata meningkat : 15,00
= 17,14/67,62 x100% =25,34%
2 Proses belajar Proses belajar
Proses pembelajaran ada Proses pembelajaran siswa aktif dan
perubahan, siswa mulai aktif kreatif serta cekatan
Siswa terlibat langsung dalam Siswa terlibat langsung dalam proses
proses pembelajaran pembelajaran, dan masing- masing siswa
punya tugas mandiri
Siswa mencari dan menemukan Siswa mencari dan menemukan materi,
materi, mencatat serta menyusun mencatat dan mendemontrasikan hasil
laporan keuangan perusahaan penyelesaian secara mandiri dan dapat
dagang tahap demi tahap. dipertangung jawabkan apa yang telah
diselesaikan.
Belum memanfaatkan media Sudah memanfaatkan media pembelaja-
pembelajaran sesuai materi ran sesuai materi yaitu pias- pias peta
126
Jurnal Serambi PTK Volume VII, No.1, Maret 2020 ISSN : 2355 -9535
yang diperagakan
Kreatifitas, mandiri, tanggung Kreatifitas, mandiri, tanggung jawab dan
jawab mulai tampak. ide, kecermatan, ketepatan dan kecepatan
muncul
Sebagian besar alat indera aktif Semua alat alat indera aktif, baik mental
maupun fisik
Berdasarkan hasil yang sudah didapat, maka dapat disimpulkan bahwasanya
pembelajaran dengan model explicit instruction telah dapat meningkatkan hasil belajar
siswa serta aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran.
PENUTUP
Simpulan
Penerapan Pembelajaran lansung model explicit instruction dapat meningkatkan
hasil belajar mata pelajaran ekonomi Kelas XII IPS 4 semester 1 khususnya kompetensi
dasar menyusun laporan keuangan perusahaan dagang Tahun Pelajaran 2017/2018. Pada
akhir siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 29% atau (6 siswa), dan
siswa yang belum tuntas sebanyak 71% atau (15 siswa), sedangkan pada akhir siklus II,
sebanyak 100% (21 siswa) mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata kelas siklus
I adalah 67,62 dan nilai rata- rata kelas siklus II adalah 84,76 adapun hasil non tes
pengamatan proses belajar menunjukkan perubahan siswa lebih aktif selama proses
pembelajaran berlangsung. Secara keseluruhan rata-rata kelas mencapai kenaikan sebesar
64,56%, dan ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan mencapai peningkatan sebesar
100%. jika dibandingkan dengan kondisi awal.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaka, Dri. 2004. Tips Menjadi Guru Kreatif. Bandung. Yrama Widya.
Istarani. 2011. Pembelajaran Inovatif (Refrensi Guru dalam Menentukan Model
Pembelajaran). Medan: Media Persada.
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Uno dan Nurdin. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: Sinar Grafika
Offset.
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung :Sinar Baru
Algensido Offset.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pusaka Pelajar.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: konsep, landasan, dan
implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Uno dan Nurdin. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: Sinar Grafika
Offset.
127