Anda di halaman 1dari 22

FAKULTAS EKONOMI UNNES

PENERAPAN METODE
PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PENYUSUNAN
LAPORAN KEUANGAN PADA SISWA SMA

Amir Mahmud1

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifvitas
penerapan metode problem posing dalam pembelajaran
akuntansi, khususnya pokok bahasan laporan keuangan.
Penelitian ini merupakan eksperimen semu. Populasi
penelitian adalah seluruh siswa XI SMA N 1 Wanasari
Brebes berjumlah 180 orang yang terbagi dalam empat
kelas. Sampel penelitian diambil berdasarkan cluster
random sampling. Variabel dalam penelitian ini yaitu
prestasi belajar dengan metode problem posing dan
prestasi belajar dengan menggunakan metode
konvensional. Pengumpulan data dilakukan dengan
dokumentasi dan tes. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdaapt perbedaan prestasi belajar akuntansi
antara siswa yang diajar dengan menggunakan metode
problem dan metode konvensional. Metode problem
posing terbukti efektif dalam meningkatkan prestasi
belajar akuntansi siswa. Berdasarkan temuan tersebut,
disarankan kepada guru untuk mempertimbangkan
penggunaan metode problem posing dalam pembelajaran
akuntansi.

Kata kunci: Prestasi Belajar, Metode Problem Posing

PENDAHULUAN
Latar Belakang

1
Staf Pengajar Jurusan Akuntansi FE Unnes

Jurnal Pendidikan Ekonomi Vol 3 No.2 Juli, Tahun 2008 197


[AMIR MAHMUD]

Kemampuan siswa dalam memahami, menyusun


dan menganalis laporan keuangan dengan benar
merupakan indikator keberhasilan pembelajaran
akuntansi yang menjadi harapan setiap guru akuntansi.
Keberhasilan pembelajaran akuntansi mengenai laporan
keuangan ditandai dengan tingginya prestasi siswa,
dibuktikan dengan tingginya nilai tes yang diperoleh siswa
berkaitan dengan materi tersebut.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, selanjutnya
disingkat KTSP yang telah diberlakukan sekarang ini
memberikan wewenang kepada pihak sekolah untuk
mengembangkan kurikulum. Pelaksanaan KTSP perlu
didukung dengan sistem pembelajaran yang baik di
sekolah, karena pada dasarnya pembelajaran merupakan
bentuk implementasi dari kurikulum (Mulyasa, 2003:93).
Dengan Implementasi kurikulum tersebut diharapkan
terjadi perubahan pada sekelompok orang yang
diharapkan untuk berubah.
Akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran
yang diberikan di SMA. Fungsi pembelajaran akuntansi di
SMA adalah untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, sikap rasional, teliti, jujur dan bertanggung
jawab melalui posedur pencatatan, pengelompokkan,
pengikhtisaran transaksi keuangan yang terjadi selama
periode pembukuan. Tujuan mempelajari akuntansi di
SMA adalah membekali siswa dengan berbagai
kompetensi dasar, agar mereka mampu menguasai dan
menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip, dan prosedur
akuntansi yang benar, baik untuk kepantingan
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ataupun
untuk terjun ke masyarakat, sehingga memberikan
manfaat bagi kehidupan siswa (Depdiknas, 2003).
Observasi awal pada siswa kelas XI SMA N 1
Wanasari Brebes menunjukkan masih rendahnya prestasi
siswa pada mata pelajaran akuntansi. Pembelajaran
akuntansi di sekolah tersebut masih menggunakan

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
198
[AMIR MAHMUD]

metode konvensional, dimana guru menggunakan metode


latihan pengerjakan soal yang bersifat mekanistik, rutin,
serta proses pembelajaran yang berpusat pada guru.
Pembelajaran seperti ini kurang memberi kesempatan
kepada siswa untuk aktif dan mengembangkan
pengetahuannya.
Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut Slameto (2001:65), salah satu faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah kesesuaian metode
pembalajaran yang diterapkan oleh guru akuntansi
dengan karakteristik materi pembelajaran. Metode
pembelajaran yang sesuai akan menciptakan proses
belajar yang optimal sehingga prestasi belajar yang
dicapai siswa tinggi, sedangkan metode pembelajaran
yang kurang sesuai akan menciptakan proses belajar
yang kurang optimal sehingga prestasi belajar yang
dicapai siswa rendah.
Penerapan metod konvensional dalam
pembelajaran akuntansi, khususnya pokok bahasan
laporan keuangan dinilai kurang sesuai, karena pokok
bahasan tersebut membutuhkan pemahaman siswa
secara mendalam. Untuk memberikan pemahaman
konsep dan meningkatkan prestasi siswa pada pokok
bahasan laporan keuangan perlu dikembangkan
pembelajaran akuntansi yang tidak hanya mentransfer
pengetahuan kepada siswa tetapi juga membentuk siswa
untuk mencerna dan membentuk pengetahuan mereka
sendiri serta memberdayakan mereka untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya. Pembelajaran
laporan keuangan yang demikian tidak mungkin bisa
dicapai hanya melalui hafalan, latihan pengerjaan soal
yang bersifat monoton, rutin, serta proses pembelajaran
yang berpusat pada guru. Kadir (2005) menyimpulkan
perlunya metode pendekatan yang sesuai untuk
mengubah dari situasi guru mengajar pada situasi siswa
belajar, dari alam berpikir guru ke alam berfikir siswa.

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
199
[AMIR MAHMUD]

Guru harus mengayomi dan menempatkan siswa sebagai


pusat belajar, bukan obyek belajar, membantu dan
mendorong siswa untuk senang belajar akuntansi.
Penelitian ini bermaksud mengungkap efektivitas
penerapan metode problem posing dalam pembelajaran
akuntansi. Dengan menggunakan problem posing, maka
siswa diarahkan untuk merumuskan kembali soal-soal
dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan
dapat dikuasai. Penerapan problem posing dalam
pembelajaran akuntansi dinilai perlu, mengingat
karakteristik berikut: (1) Mata pelajaran akuntansi
dianggap sulit dan menjadi momok bagi siswa, karena
berhubungan dengan angka-angka dan hitung-
menghitung layaknya matematika yang membutuhkan
penguasaan ilmu eksak yang tinggi; dan (2) Mata
pelajaran akuntansi bukan hanya membutuhkan
kemampuan menghafal, tetapi juga membutuhkan
kemampuan pemahaman terhadap konsep untuk dapat
memcahkan persoalan.
Penerapan metode problem posing dalam
pembelajaran telah diteliti oleh Amin Suyitno (2004) dan
Kadir (2005) pada mata pelajaran matematika. Penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa secara keseluruhan,
prestasi belajar yang diberi pendekatan problem posing
lebih tinggi dari pada tanpa problem posing.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan
yang akan diteliti adalah:
1. Apakah terdapat perbedaan pemahaman siswa
mengenai penyusunan laporan keuangan antara
penggunaan metode konvensional dengan metode
problem posing pada siswa kelas XI SMA N 1
Wanasari Brebes?
2. Apakah penerapan metode problem posing dapat
meningkatkan pemahaman siswa dalam penyusunan

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
200
[AMIR MAHMUD]

laporan keuangan pada siswa kelas XI SMA N


Wanasari Brebes?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis ada/tidaknya perbedaan
pemahaman siswa mengenai penyusunan laporan
keuangan antara penggunaan metode konvensional
dengan metode problem posing pada siswa kelas XI
SMA N 1 Wanasari di Brebes.
2. Untuk menganalis efektivitas penerapan metode
problem posing dalam meningkatkan pemahaman
siswa pada materi penyusunan laporan keuangan.

Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat dalam
memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan
kajian ilmu pendidikan, khususnya mengenai penerapan
metode pembelajaran problem posing pada mata
pelajaran akuntansi untuk menemukan konsep metode
pembelajaran yang dinilai efektif. Sedangkan secara
praktis, penelitian ini diyakini memberi rujukan bagi guru
unuk menerapkan metode problem posing (pengajuan
soal) sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran akuntansi.

LANDASAN TEORI
Prestasi Belajar
Pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran
yang mampu mencapai tujuan pembelajaran secara
efektif dengan prestasi belajar siswa yang memuaskan.
Prestasi belajar yang memuaskan merupakan hal yang
didambakan oleh setiap peserta didik dalam
pembelajaran. Prestasi dijadikan indikator keberhasilan
seseorang dalam kegiatan belajar (Sardiman, 2003:49).

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
201
[AMIR MAHMUD]

Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai


seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan
tertentu. Menurut Tulus (2004:75) prestasi akademik
adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan
pembelajaran di sekolah atau perguruan tinggi yang
bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui
pengukuran dan penilaian. Sementara prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan
dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.
Sudjana (1990:23) mengatakan bahwa diantara tiga
ranah ini, yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik maka
rana kognitiflah yang paling sering dinilai oleh para guru
di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para
siswa dalam menguasai isi bahan ajar. Karena itu, unsur
yang ada dalam prestasi siswa terdiri dari hasil belajar
dan nilai belajar siswa.
Menurut Arifin (1991:3) prestasi belajar
mempunyai fungsi utama yaitu: (a) Indikator kualitas dan
kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik;
(b) Lambang pemuas hasrat ingin tahu; (c) Indikator
intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan; dan (d)
Indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.
dalam proses pembelajaran anak didik merupakan
masalah yang utama dan pertama karena anak didiklah
yang mengharapkan dan diharapkan dapat menyerap
seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam
kurikulum. Dengan prestasi belajar guru dapat
mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai
kompetensi atau belum sehingga fungsi prestasi belajar
tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam proses
pembelajaran, tetapi juga berguna sebagai indikator
kualitas institusi pendidikan. Di samping itu prestasi
belajar juga berguna sebagai umpan balik bagi guru alam
melaksanakan proses belajar mengajar sehingga dapat

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
202
[AMIR MAHMUD]

menentukan apakah perlu mengadakan bimbingan atau


diagnosa terhadap anak didik.
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh banyak
faktor baik yang berasal dari dalam maupun dari luar
siswa. Tulus (2000:78) mengidentifikasi beberapa faktor
yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, antara lain:
kecerdasan, bakat, minat, dan perhatian, kesehatan, cara
belajar, lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan,
sekolah dan sarana pendukung belajar. Faktor
Kecerdasan menunjukkan kemampuan yang luas, tidak
hanya kemampuan rasional memahami, mengerti,
memecahkan problem, tetapi termasuk kemampuan
mengatur prilaku berhadapan dengan lingkungan yang
berubah dan kemampuan belajar dari pengalamannya.
Bakat merupakan kemampuan yang ada pada diri
seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima
sebagai warisanya dari orang tua. Sementara itu minat
menunjukkan kecenderungan yang besar terhadap
sesuatu, sedangkan perhatian menunjuk pada aktivitas
melihat dan mendengar secara baik dan teliti terhadap
sesuatu.
Prestasi belajar dipengaruhi juga oleh motif. Motif
adalah dorongan yang membuat seseorang berbuat
sesuatu. Motif selalu mendasari dan mempengaruhi setiap
usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Dalam belajar, Siswa yang mempunyai
motif yang baik dan kuat, akan memperbesar usaha dan
keinginannya mencapai prestasi yang tinggi. Siswa yang
kehilangan motivasi dalam belajar akan memberi dampak
kurang baik bagi prestasi belajar.
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi juga oleh
cara belajar siswa. Cara belajar efektif memungkinkan
mencapai prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan cara
belajar yang tidak efektif dan efisien. Cara belajar yang
efektif dan efisien dapat dilakukan dengan cara: (a)
berkonsentrasi sebelum dan pada saat belajar, (b) segera

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
203
[AMIR MAHMUD]

mempelajari kembali bahan yang telah diterima, (c)


membaca dengan teliti dan baik mateeri yang sedang
dipelajari, dan berusaha menguasainya dengan sebaik-
baiknya, (d) mencoba menyelesaikan dan meneliti
mengerjakan soal-soal.
Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor lingkungan
keluarga. Keluarga merupakan salah satu potensi besar
dan positif memberi pengaruh pada prstasi siswa. Maka
orang tua sudah sepatutnya mendorong, memberi
semangat, membimbing dan memberi teladan yang baik
kepada anaknya. Selain itu perlu hubungan dan
komunikasi yang lancar antara orang tua dan anak-anak
serta keadaan keuangan keluarga yang idak kekurangan,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup dan
kelengkapan belajar anak. Hal-hal tersebut ikut
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Terakhir, faktor yang memperngaruhi prestasi
belajar adalah sekolah. Sekolah adalah lingkungan kedua
yang berperan besar memberi pengarunh pada prestasi
blajar besar siswa. Oleh karena itu, sekolah merupakan
lingkungan pemdidikan yang sudah terstruktur, memiliki
sistem dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-
nilai etik, moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu
pengetahuan. Apalagi bila sekolah berhasil menciptakan
suasana kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan
komunikasi perorang di sekolah berjalan baik, metode
pembelajaran aktif interaktif, sarana penunjang cukup
memadai, siswa tertib disiplin. Maka, kondisi kondusif
tersebut mendorong siswa saling berkompentensi dalam
pembelajaran. Keadaan ini diharapkan membaut hasil
belajar siswa akan lebih tinggi.

Metode Problem Posing


Metode Problem Posing menurut Suryanto dalam
Suyitno (2003:5) adalah perumusan soal agar lebih
sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
204
[AMIR MAHMUD]

beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat


dikuasai. Hal ini terutama terjadi pada soal-soal yang
rumit. Dalam hal ini siswa dapat berkreatifitas membuat
soal sendiri atau mengembangkan model soal yang dibuat
oleh guru.
Menurut Silver dan Cai dalam Suyitno (2004),
pengajuan soal secara mandiri (problem posing) dapat
diaplikasikan dalam tiga bentuk aktivitas kognitif;
Pertama, problem posing dimana seorang siswa membuat
soal dari situasi yang diadakan. Guru memberikan suatu
pernyataan dan siswa diharapkan mampu membuat
pertanyaan yang berkaitan dengan pernyataan yang
dibuat sebelumnya. Kedua, within solution posing dimana
seorang siswa mampu merumuskan ulang petanyaan soal
tersebut menjai sub-sub pertanyaan baru yang urutan
penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan
sebelumnya. Siswa diharapkan mampu membuat sub-sub
pertanyaan baru dari sebuah pertanyaan yang ada pada
soal yang bersangkutan. Ketiga, post solution posing
dimana seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi
soal yang sudah terselesaikan untuk membuat soal yang
baru yang sejenis.
Lyn D. Englesh dalam Suyitno (1997:173)
mengatakan bahwa pembelajaran dengan metode
problem posing dapat berjalan secara efektif jika
terdapat penguatan-penguatan berikut: (1)
mempromosikan semangat inkuiri pada siswa, (2)
mendorong siswa untuk belajar mandiri (bertanggung
jawab dalam belajarnya), dan (3) mempertinggi
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal atau
masalah akuntansi. Dengan demikian metode
pembelajaran problem posing merupakan metode yang
menuntut siswa untuk lebih berfikir kreatif, belajar
mandiri melalui pengajuan dan pengembangan soal oleh
siswa serta mampu menjawab soal-soal tersebut.

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
205
[AMIR MAHMUD]

Kerangka Berfikir
Dalam proses pembelajaran akuntansi di sekolah
setiap guru senantiasa mengharapkan agar pembelajaran
berjalan secara efektif, dengan prestasi belajar siswa
yang optimal yang ditunjukkan dengan nilai tes yang
memuaskan. Salah satu faktor yang mempengaruhi
keefektifan belajar dengan prestasi belajar yang optimal
adalah metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
Hadikusumo dan Sutarto (2003:33) berpendapat bahwa
metode pembelajaran pada dasarnya berfungsi sebagai
alat untuk mencapai tujuan. Untuk menentukan baik
tidaknya suatu metode diperlukan patokan (kriterium).
Salah satu kriterium utama yang menentukan dalam
penggunaan metode adalah tujuan yang akan dicapai.
Tujuan pembelajaran yang dimaksud adalah peningkatan
kompetensi siswa yang berarti meningkatnya prestasi
siswa dengan ditandai tingginya nilai yang diperoleh siswa
pada mata pelajaran tertentu. Sedangkan patokan
(kriterium) yang dimaksud adalah standar kompetensi
yang harus dicapai siswa. Standar kompetensi minimum
yang harus dicapai siswa adalah enam koma lima, dan
setiap tahunnya pemerintah akan selalu meningkatkan
standar kompetensi minimum yang harus dicapai siswa.
Pembelajaran akuntansi di SMA dengan metode
konvensional yang selama ini diterapkan, belum dapat
memenuhi tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal ini
dibuktikan dengan masih rendahnya nilai raport siswa
pada mata pelajaran akuntansi, masih dibawah nilai
standar kompetensi minimal yaitu di bawah enam koma
lima. Pembelajaran akuntansi dengan metode
konvensional hanya mentransfer pengetahuan kepada
siswa, kurang membantu siswa untuk mencerna dan
membentuk pengetahuan mereka sendiri serta
memberdayakan mereka untuk memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya.

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
206
[AMIR MAHMUD]

Pembelajaran laporan keuangan yang cukup


kompleks tidak mungkin bisa dicapai hanya melalui
hafalan, latihan pengerjaan soal yang bersifat monoton,
rutin, serta proses pembelajaran yang berpusat pada
guru. Kadir (2005) berpendapat perlunya metode
pendekatan yang sesuai untuk mengubah dari situasi
guru mengajar pada situasi siswa belajar, dari alam
berfikir guru ke alam berfikir siswa. Guru harus
mengayomi dan menempatkan siswa sebagai pusat
belajar, bukan obyek belajar, membantu dan mendorong
siswa untuk senang belajar akuntansi.
Pembelajaran dengan metode konvensional pada
pelajaran akuntansi pokok bahasan laporan keuangan
kurang bahkan tidak dapat memberikan pemahaman
konsep mengenai laporan keuangan, sering kali dalam
pembelajaran siswa hanya menghafal tanpa memahami
konsep laporan keuangan, sehingga akan berakibat pada
kesalahan memahami konsep laporan keuangan,
kelemahan dalam menyusun dan menganalisinya secara
sistemais dan benar, serta siswa kurang dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata, Hal ini
berakibat pada menurunnya prestasi siswa.
Penerapan metode konvensional kurang efektif
dalam pembelajaran akuntansi pokok bahasan laporan
keuangan, karena: (a) mendasarkan pada behaviorist
atau strukturalis, (b) siswa hanya bekerja secara
prosedural atau cenderung memahami materi laporan
keuangan tanpa penalaran, (c) lebih menekankan drill
dan hafalan dalam menyelesaikan penyusunan laporan
keuangan, (d) kebanyakan guru mengajar dengan
menggunkan buku paket sebagai resep yang diajarkan
halaman demi halaman secara urut sesuai yang tertulis,
dan (e) strategi pembelajaran lebih didominasi oleh upaya
untuk menyelesailan meteri pembelajaran dalam waktu
yang tersedia dan kurang adanya upaya agar terjadi

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
207
[AMIR MAHMUD]

proses dalam diri siswa untuk memahami materi secara


aktif dan konstruktif.
Metode problem posing merupakan perumusan
atau pengajuan masalah atau pertanyaan (perumusan
ulang soal) terhadap situasi atau tugas yang diberikan,
baik sebelum, selama, atau setelah pemecahan masalah
agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini terutama
terjadi pada soal-soal yang rumit. Dengan penerapan
metode problem posing siswa dapat berkreatifitas
membuat soal laporan keuangan sendiri atau
mengembangkan soal laporan keuangan sendiri atau
mengembangkan model soal laporan keuangan yang
dibuat oleh guru.
Penelitian mengenai pembelajaran dengan metode
problem posing pada mata pelajaran matematika telah
diteliti oleh Amin Suyitno (2004) dan Kadir (2005). Kedua
penelitian tersebut menyimpulkan bahwa secara
keseluruhan, prestasi belajar yang diberi pendekatan
problem posing lebih tinggi dari pada tanpa problem
posing. Berdasarkan dari hasil yang diperoleh penelitian
sebelumnya dan melihat kesamaan karakteristik antara
mata pelajaran akuntansi dan matematika maka peneliti
berusaha menerapkan metode problem posing pada mata
pelajaran akuntanasi.
Penerapan metode problem posing dalam
pembelajaran laporan keuangan diprediksi mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi
tersebut, karena setiap siswa dituntut untuk dapat
mengembangkan soal dengan bahasanya sendiri secara
mandiri dan siswa selalu dilatih untuk berhadapan dengan
masalah nyata yang dicoba dipecahkan bersama-sama
oleh guru dan siswa. Siswa akan menjadi lebih kreatif dan
terdorong untuk selalu mengembangkan pengetahuaanya
secara mandiri tidak hanya mengandalakan penjelasan
dari guru.

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
208
[AMIR MAHMUD]

Metode problem posing dapat membangun


struktur kognitif siswa, membantu siswa untuk lebih
mendalami konsep dari materi pembelajaran akuntansi
(Kadir, 2005). Proses ini dilakukan dengan cara
mengaitkan sketsa yang dimilikinya untuk mengajukan
atau merumuskan soal. Pembelajaran dengan problem
posing, dapat mendukung perestasi belajar akuntansi
siswa yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai yang
diperoleh siswa pada mata pelajaran akuntansi.
Kegiatan siswa dalam proses pembelajaran
dengan metode problem posing akan lebih aktif. Tujuan
kognitif yang dirumuskan akan lebih mudah dicapai siswa.
Tingkat pemahaman kognitif siswa ini yang sering disebut
dengan prestasi belajar siswa. Dengan demikian
pembelajaran dengan metode problem posing akan lebih
efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan nilai tes yang
diadakan guru ataupun nilai tugas harian. Dalam
penelitian ini prestasi belajar siswa diperoleh dari nilai
tugas dan nilai tes evaluasi pokok bahasan laporan
keuangan pelajaran akuntansi.
Pada saat pembelajaan dengan metode problem
posing kehadiran guru tetap dibutuhkan sebagaimana
dalam metode konvensional. Namun yang membedakan
adalah pada saat kegiatan inti pembelajarannya, yaitu
dengan adanya tuntutan aktivitas siswa untuk membaca
dan mempelajari pokok bahasan yang akan dipelajari,
menyusun dan mengajukan model-model pertanyaan
dalam metode problem posing. Sedangkan dalam metode
konvensional siswa hanya dituntut untuk menjawab soal-
soal atau pertanyaan yang telah diajukan oleh guru.

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian kerangka berfikir di muka,
maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
209
[AMIR MAHMUD]

1. Penggunaan metode konvensional dan metode


problem posing pada materi penyusunan laporan
keuangan menghasilkan perbedaan prestasi belajar
siswa.
2. Penerapan metode problem posing dapat
meningkatkan pemahaman siswa dalam penyusunan
laporan keuangan.

METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas XI SMA N 1 Wanasari Brebes berjumlah 180 orang
yang terbagi ke dalam empat kelas. Berdasarkan jumlah
kelas yang ada, selanjutnya diambil dua sampel kelas
secara acak setelah terlebih dahulu dilakukan uji
kesamaan varian. Satu kelas sebagai kelompok kontrol
dan satu kelas lainnya sebagai kelompok eksperimen.

Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini meliputi: Pertama, prestasi
belajar siswa dengan Metode Problem Posing (X1), yaitu
hasil belajar siswa yang diperoleh melalui metode
pembelajaran dimana siswa merumuskan kembali agar
lebih sederhana atau perumusan ulang soal yang ada
dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan
dapat dikuasai. Kedua, prestasi belajar siswa dengan
Metode Konvensional (X2), yaitu hasil belajar siswa yang
diperoleh melalui proses pembelajaran dimana guru
menyampaikan materi dengan metode ceramah dan
pelatihan dengan drill.

Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan metode dokumentasi dan tes. Metode

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
210
[AMIR MAHMUD]

dokumentasi digunakan untuk memperoleh daftar nilai


mata pelajaran akuntansi siswa kelas XI SMA N 1
Wanasari Brebes. Data ini digunakan untuk analisis awal
tentang prestasi belajar siswa. Sedangkan metode tes
digunakan untuk mengambil data prestasi belajar
akuntansi siswa, membandingkan antara kelas dengan
metode pembelajaran problem posing dan kelas tanpa
metode pembelajaran problem posing.

Prosedur Eksperimen
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen
semu (quasi eksperiment). Eksperimen semu adalah jenis
komparasi yaitu membandingkan pengaruh pemberian
suatu perlakuan (treatment) pada suatu objek (kelompok
eksperimen) serta melihat besar kecilnya pengaruh
perlakuannya.
Rancangan yang digunakan penelitian ini adalah
randomized-pre test-post test- contol-group atau desain
penelitian sebelum – sesudah dengan kelas kontrol.

Pelaksanaan eksperimen terdiri dari tiga tahap,


yakni tahap persiapan eksperimen, tahap pelaksanaan
dan tahap evaluasi. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap
persiapan eksperiman antara lain: (a) mencari data kelas
dan nama siswa kelas XI SMA N 1 Wanasari Brebes Tahun
ajaran 2007, (b) melakukan teknik cluster sampling
melalui one stage cluster sampling terhadap kelas yang
akan diteliti sebanyak dua kelas, (c) kelas yang terpilih
menjadi sampel penelitian dibagi menjadi dua kelompok,
kelompok eksperimen dan kontrol, dan (d) melakukan
analisis data awal.

Teknik Analisis Data


Analisis data dilakukan dengan independent
sample t-test dan paired sample t-test. Independent
sample t-test digunakan untuk menguji hipotesis 1, yakni

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
211
[AMIR MAHMUD]

membandingkan prestasi belajar dari dua kelompok


sampel yang berbeda (kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen). Sedangkan paired sample t-test digunakan
untuk menguji hipotesis 2, yakni membandingkan prestasi
belajar siswa dari kelompok sampel yang sama (kelompok
eksperimen) sebelum dan sesudah dilakukan treatment.
Pengolahan data menggunakan software bantu SPSS.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang dihimpun, maka deskripsi
prestasi siswa berdasarkan data nilai raport kelas XI IS
semester gasal tahun ajaran 2006/2007 diperoleh bahwa
dari 45 siswa kelas eksperimen nilai rata-ratanya 58.09,
nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 78. 34 siswa atau 75
% siswa memperoleh nilai kurang dari 65. Pada kelas
kontrol 44 siswa nilai rata-ratanya 57.91, nilai terendah
49 dan nilai tertinggi 77. 38 siswa atau 86 % siswa
memperoleh nilai kurang dari 65. Tampak bahwa prestasi
awal kedua kelas tersebut masih dibawah batas
ketuntasan yaitu 6.5. Ketidaktuntasan pembelajaran ini
salah satunya disebabkan karena kurang efektifnya
metode pambelajaran yang diterapkan guru.
Selanjutnya, prestasi awal siswa sebelum
penerapan metode problem posing berdasarkan nilai test
diketahui bahwa dari 45 siswa kelas eksperimen nilai rata-
ratanya 50.22, nilai terendah 33 dan nilai tertinggi 83. 38
siswa atau 84 % siswa memperoleh nilai kurang dari 65.
Pada kelas kontrol 44 siswa nilai rata-ratanya 51.16, nilai
terendah 30 dan nilai tertinggi 70. 38 siswa atau 86 %
siswa memperoleh nilai kurang dari 65. Tampak bahwa
prestasi awal kedua kelas tersebut masih dibawah batas
ketuntasan yaitu 6.5.
Prestasi siswa setelah pembelajaran diperoleh
berdasarkan nilai test yang diadakan setelah
pembelajaran (post test). Prestasi siswa setelah

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
212
[AMIR MAHMUD]

pembelajaran dari kedua kelas tampak bahwa dari 45


siswa kelas eksperimen nilai rata-ratanya 72.71, nilai
terendah 57 dan nilai tertinggi 83. 38 siswa atau 85 %
siswa memperoleh nilai di atas 65, sedangkan 7 siswa
atau 15 % siswa masih memperoleh nilai kurang dari 65.
Dengan demikian ketuntasan pembelajaran di kelas
eksperimen telah tercapai. Pada kelas kontrol 44 siswa
nilai rata-ratanya 64.59, nilai terendah 53 dan nilai
tertinggi 83. 18 siswa atau 40 % siswa dari kelas kontrol
memperoleh nilai I atas 65, sedangkan 26 siswa atau 60
% siswa masih memperoleh nilai kurang dari 65. Dengan
demikian ketuntasan belajar di kelas kontrol belum
optimal tercapai.

Uji Hipotesis
Pengolahan data dengan menggunakan software
SPPS diperoleh hasil sebagai berikut dari jumlah 45 siswa
kelas eksperimen dan 44 siswa kelas kontrol diperoleh
nilai p-value= 0.000 < 0.05. Dengan demikian hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Pemahaman
siswa dalam penyusunan laporan keuangan secara
sifnifikan berbeda antara siswa yang diajar dengan
metode konvensional dan metode problem posing. Dari
perhitungan tersebut diperoleh nilai rata-rata kelas
eksperimen sebesar 72.71 dan kelas kontrol sebesar
64.59. Dengan demikian perbedaan tersebut
membuktikan keefektikan metode problem posing
dibandingkan dengan metode konvensional.
Selanjutnya untuk menguji efektivitas penerapan
metode problem posing, maka dilakukan uji beda sampel
berpasangan. Berdasarkan pengolahan data yang
dilakukan, diperoleh hasil terlihat p-value = 0.000 < 0.05.
Artinya ada perbedaan nilai rata-rata siswa dari sebelum
dan sesudah menerima pembelajaran pokok bahasan
laporan keuangan. Dari perhitungan tersebut diperoleh
nilai rata-rata pre test siswa kelas eksperimen sebesar

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
213
[AMIR MAHMUD]

50.22 dan nilai rata-rata post test siswa kelas eksperimen


sebesar 72.71, karena nilai rata-rata pre test < rata-rata
post test maka perbedaan tersebut membuktikan bahwa
nilai post test siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai
pre test kelas eksperimen. Perbedaan tersebut
merupakan pengaruh dari perlakuan pembelajaran pokok
bahasan laporan keuangan dengan metode problem
posing.
Sementara itu berdasarkan Tabel 7diketahui p-value
= 0.000 < 0.05. Artinya ada perbedaan nilai rata-rata
siswa dari sebelum dan sesudah menerima pembelajaran
pokok bahasan laporan keuangan. Dari perhitungan
tersebut diperoleh nilai rata-rata pre test siswa kelas
kontrol sebesar 51.16 dan nilai rata-rata post test siswa
kelas kontrol sebesar 64.59, karena nilai rata-rata pre test
< rata-rata post test maka perbedaan tersebut
membuktikan bahwa nilai post test siswa kelas kontrol
lebih tinggi dari nilai pre test kelas kontrol. Perbedaan
tersebut merupakan pengaruh dari perlakuan
pembelajaran pokok bahasan laporan keuangan dengan
metode konvensional.

Pembahasan
Guru dan siswa merupakan dua unsur yang terlibat
dalam setiap penyelenggaraan proses pembelajaran di
kelas. Guru sebagai unsur utama dalam proses
pembelajaran. Oleh sebab itu guru harus merancang
metode pembelajaran yang efektif, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Salah satu
tolak ukur bahwa pembelajaran berkualitas atau tidak,
apat diketahui melalui hasil belajar siswa. Jika siswa-siswi
mempunyai hasil belajar yang tinggi, maka dapat
dikatakan bahwa proses pemelajaran di sekolah tersebut
memang berkualitas. Sebaliknya, jika hasil belajar siswa
rendah, besar kemungkinannya bahwa proses

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
214
[AMIR MAHMUD]

pembelajaran di sekolah tersebut kurang berkualitas.


Hasil belajar siswa meliputi ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik namun pada umumnya yang sering dipakai
sebagai indikator keberhasilan pembelajaran hanya faktor
konitif. Faktor kognitif ini yang saring dikenal dengan
prestasi belajar. Penelitian ini menilai hasil belajar dari
faktor kognitif saja atau prestasi belajar saja.
Sistem pengelolaan kurikulum KTSP menuntut
kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan semua
potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
diharapkan. Penelitian ini menggunakan metode problem
posing untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran akuntansi, terutama pokok bahasan
laporan keuangan, pada siswa kelas XI SMA N 1 Wanasari
di Brebes. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen
semu adalah jenis komparasi yaitu membandingkan
pengaruh pemberian suatu perlakuan (treatment) pada
suatu objek (kelas eksperimen) serta melihat besar
pengaruh perlakuannya, dibandingkan dengan objek
tanpa perlakuan (kelas kontrol).
Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan
pembelajaran antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
nampak berbeda. Pembelajaran yang berlangsung di
kelas eksperimen cukup aktif dalam siswa mengerjakan
latihan-latihan dan berdiskusi dengan guru, sehingga
siswa lebih mudah memahami konsep materi laporan
keuangan yang sedang dipelajari. Tujuan kognitif yang
dirumuskan lebih mudah tercapai. Sedangkan dalam
kelas kontrol keaktifan siswa kurang, siswa tekun
mengerjakan latihan-laihan yang diberikan guru sehingga
dalam proses pembelajaran tidak terjadi diskusi atau
komunikasi di kelas. Pencapaian tujuan kognitif yang
telah dirumuskan sulit karena siswa kurang memahami
konsep materi laporan keuangan.
Berdasarkan hasil analisis ketahui bahwa metode
problem posing lebih efektif meningkatkan prestasi siswa

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
215
[AMIR MAHMUD]

dibandingkan dengan metode konvensional. Hal ini


ditunjukkan dari uji t-test post test dan yang diperoleh
siswa setelah pembelajaran antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Dari uji t-test post test menunjukkan bahwa
p-value =0.000 < 0.05 berarti Ho ditolak. Dengan
ditolaknya Ho berarti ada perbedaan rata-rata antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam hal ini kelas
ekperimen lebih baik dari pada kelas konrol, karena nilai
rata-rata post test kelas eksperimen sebesar 72.71 > nilai
rata-rata post test kelas kontrol sebesar 64.59. Artinya
kelas dengan pembelajaran menggunakan metode
problem posing (kelas eksperimen) lebih tinggi
prestasinya dibandingkan kelas dengan pembelajaran
tanpa menggunakan metode problem posing.
Keefektifan pembelajaran dengan metode problem
posing disebabkan karena setiap siswa dituntut untuk
dapat mengembangkan soal dengan bahasanya sendiri
secara mandiri dan siswa selalu dilatih untuk berhadapan
dengan masalah nyata yang dicoba dipecahkan bersama-
sama oleh guru dan siswa. Metode problem posing dapat
membangun struktur kognitif siswa, membantu siswa
untuk lebih mendalami konsep dari materi pembelajaran
akuntansi. Konsep ini dilakukan dengan cara mengaitkan
sketsa yang dimilikinya untuk mengajukan dan
merumuskan soal. Siswa akan lebih kreatif dan terdorong
untuk selalu mengembangkan pengetahuannya secara
mandiri tidak hanya mengandalkan guru.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata
prestasi belajar antara siswa yang diajar dengan
menggunakan metode problem posing dan metode
konvensional. Penerapan metode problem posing juga
terbukti meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
216
[AMIR MAHMUD]

demikian, metode pembelajaran problem posing lebih


efektif meningkatkan prestasi belajar siswa dibandingkan
dengan metode konvensional.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan
kepada guru untuk mempertimbangkan penerapan
metode problem posing dalam proses pembelajaran mata
pelajaran akuntansi, khususnya pokok bahasan laporan
keuangan. Bagi para peneliti, disarankan penerapan
metode ini pada kelompok sampel yang lebih besar
dengan melibatkan sekolah yang lebih banyak agar
diperoleh untuk memastikan bahwa penerapan metode
problem posing terbukti efektif dalam meningkatkan
pemahaman siswa dalam penyusunan laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. 2003. Evaluasi Instraksional. Bandung :


Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Hadikusumo, Kunaryo. dkk. 2000. Pengantar Pendidikan.
Semarang : UPT MKK UNNES.

J. Drost, SJ. 2005. Dari KBK (Kurikulum Berbasis


Kompetensi) sampai MBS (Manajemen Berbasis
Sekolah). Jakarta : Kompas
Kadir. 2005. Pengaruh Pendekatan Problem Posing
Terhadap Prestasi Belajar Matematika Jenjang
Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi, dan Evaluasi
ditinjau dari Metakognisi Siswa SMU di DKI
Jakarta.

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
217
[AMIR MAHMUD]

Kunayo, dan Sutarto. 2002. Strategi Belajar dan


Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Puwanto, Ngalim. 2002. Pinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi
Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sadirman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta : Rajawali.
Slameto. 2001. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sugandi, Achmad. 2006. Teori Pembelajaran. Semarang :
UPT MKK UNNES.
Sujana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sukestiyarno. 2004. Modul Perkuliahan SPSS. Universitas
Negeri Semarang.
Sulaiman, Wahid. 2002. Jalan Pintas Menguasai SPSS.
Yogyakarta : Andi.
Suyitno, Amin. 2004. Implementasi Model Pembelajaran
Problem Posing dalam Rangka Mengoptimalkan
Kemampuan Siswa Kelas 2 SLTP 2 Semarang.
Tri Anni, Catharina. 2004. Psikologi Belajar. Semarang :
UPT MKK UNNES.
Tulus Tu’u. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan
Prestasi Siswa. Jakarta : Gramedia.

Penerapan Metode Problem Posing Untuk Meningkatkan


Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Siswa Sma
218

Anda mungkin juga menyukai