PENDAHULUAN
Akuntansi mulai diterapkan di Indonesia sejak tahun 1642. Bukti yang jelas
terdapat pada pembukuan Amphioen Societeit yang berdiri di Jakarta sejak 1747.
Selanjutnya akuntansi di Indonesia berkembang setelah UU tanam paksa dihapuskan pada
tahun 1870. Hal ini mengakibatkan munculnya para pengusaha swasta Belanda yang
menanamkan modalnya di Indonesia. Mereka menerapkan sistem pembukuan seperti yang
di ajarkan Lucas Paciolo. Kemudian pada tahun 1907, di Indonesia diperkenalkan sistem
pemeriksaan (auditing) untuk menyusun dan mengontrol pembukuan perusahaan. Setelah
kemerdekaan pemerintah RI mempunyai kesempatan mengirimkan putra-putrinya belajar
akuntansi di luar negeri. Pendidikan akuntansi di dalam negeri mulai dirintis pada tahun
1952 oleh Universitas Indonesia yang membuka jurusan akuntansi di fakultas
ekonominya. Langkah ini di ikuti oleh perguruan tinggi lainnya. Pada tahun 1954
keluarlah UU N0. 34 yang mengatur pemberian gelar akuntan, (Purwanti dan Nugraheni,
2001: 2). Maka dari itu, hingga saat ini Akuntansi menjadi salah satu mata pelajaran yang
harus diberikan kepada siswa, karena untuk kedepannya, pemerintahan akan
membutuhkan banyak sumber daya manusia yang mampu untuk mengembangkan
perekonomian Indonesia.
Tetapi muncul permasalahan untuk pelajaran akuntansi di sekolah itu sendiri,
terutama di sekolah menengah atas, seperti banyak siswa yang tidak menyukai mata
pelajaran tersebut, karena mata pelajaran tersebut melibatkan banyak angka, penambahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian, sehingga dibutuhkan kemampuan ekstra untuk
memahaminya. Selain bahasa Inggris dan matematika, pelajaran akuntansi inilah, salah
satu mata pelajaran yang menjadi momok di sekolah-sekolah. Diperlukan sumber daya
dan fasilitas yang merupakan sarana pendidikan untuk menunjang kegiatan pendidikan
tersebut, terutama akuntansi.
1
dan pengetahuan dalam keadan apapun dan diperoleh dengan usaha terlebih dahulu yang
kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian digambarkan dalam bentuk angka atau
pernyataan (Syafaruddin, dkk 2019). Hasil belajar penting dalam proses belajar mengajar,
karena proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses
pembelajaran di sekolah, sehingga keberhasilan tujuan pendidikan bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa dan keberhasilan proses belajar
mengajar yang dilaksanakan di sekolah dikatakan berhasil apabila dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang digambarkan dalam bentuk hasil belajar. Sistem pendidikan nasional
telah merumuskan tujuan pendidikan yang mengacu pada pengelompokkan hasil belajar.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba untuk mengulas tentang penerapan
salah satu model pembelajaran dalam pembelajaran akuntansi yang pada intinya adalah
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran tersebut. Model problem
based learning dengan metode diskusi, tanya jawab, penugasan dan pratek merupakan
salah satu metode pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa
yang tergolong lambat atau bahkan tidak meminati mata pelajaran tersebut diharapkan
akan mampu untuk aktif dalam belajar pembelajaran akuntansi dalam kelas. Dengan model
pembelajaran ini diharapkan siswa menjadi lebih aktif dan dapat berfikir kritis serta trampil
dalam memecahkan masalah”. Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran
yang melibatkan peserta didik secara langsung dalam suatu mata pelajaran yang
memerlukan praktek. Menurut Boud and Felleti (1997): “Problem Based Learning is an
approach to structuring the curriculum involves confronting students with problems from
practice with provide a stimulus from learning”. (Problem Based Learning”
2
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model Problem Based
Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dengan masalah nyata
yang sesuai minat dan perhatiannya, sehingga motivasi dan rasa ingin tahu menjadi
meningkat. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mengembangkan cara berfikir dan
keterampilan yang lebih tinggi. Seperti model/metode pembelajaran lainnya, PBL
memiliki kekuatan dan kelemahan. PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang
memberdayakan daya fikir, kreativitas, dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Hal ini
sejalan dengan konsep belajar bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku.
1. Siswa banyak yang kurang berminat dengan pelajaran tersebut, dan juga tidak
konsentrasi pada saat mata pelajaran berlangsung.
2. Hasil yang didapati juga tidak sesuai dengan standar nilai KKM yaitu di bawah
81, sekitar 50% hingga 60%.
Agar penelitian tindakan kelas ini tidak meluas pada pembahasannya, maka
peneliti membatasi masalah yang akan diteliti yaitu pada pelajaran Ekonomi materi
Akuntansi Sebagai Sistem Informasi di kelas XII IPS-3 SMAN 1 Rote Barat Daya. Model
pembelajaran yang akan diterapkan adalah model pembelajaran Problem based Learning
dengan metode diskusi, tanyajawab,penugasan dan pratek.
3
1.4. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan pokok adalah: Apakah penerapan
model pembelajaran problem based learning pada materi akuntansi sebagai sistem
informasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII IPS-3 SMAN 1 Rote Barat
Daya?
1. Bagi siswa, sebagai bahan masukan mengenai pentingnya untuk belajar dalam
menguasai sebuah mata pelajaran terutama akuntansi.
4
BAB II
Menurut Taufiq Amir, bahwa proses PBL bukan semata-mata prosedur. Tetapi ia
adalah bagian dari belajaran mengelola diri sebagai sebuah kecakapan hidup (life skills).
Proses PBL sabagai salah satu bentuk pembelajaran yang learner centered, memandang
bahwa tanggung jawab harus kita kendali dan kita pegang. Evers, Rush, dan Berdow
dalam Amir, merumuskannya dengan baik apa yang dimaksud dengan kecakapan
pengelolaan diri sebagai berikut:
Dengan kata lain model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini dapat
memberikan kecakapan dalam mengelola hidup bagi peserta didik untuk dapat mengatasi
kendala yang ada di sekitar lingkungannya. Pendapat lain menganai pengertian Problem
Based Learning (PBL) akan di jelaskan sebagai berikut : Menurut Kunandar, pembelajaran
5
berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang
cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran. Menurut Tan dalam
Rusman mengatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam
pembelajaran karena Pembelajaran Berbasis Masalah kemampuan berpikir siswa betul-
betul dioptimalkan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga
siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan
berpikirnya secara kesinambungan. Pendapat lain dari Trianto mengatakan bahwa
pembelajaran berbasis Masalah adalah interaksi dengan respon yang merupakan hubungan
dua arah belajar dan lingkungan.
6
dalam memecahkan permasalahan. Selain itu peserta didik juga akan mendapatkan
berbagai keterampilan dalam proses pembelajarannya.
7
jawabn sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi
ini.
Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran berbasis masalah
mungkin berpusar pada mata pelajran tertentu, tetapi dalam pemecahannya melalui
solusi, siswa dapat meninjaunya dari berbagai mata pelajaran yang ada.
Penyelidikan Autentik. Muhammad Nur menyebutkan bahwa Pembelajaran
Berbasis Masalah mengharuskan peserta didik melakukan penyelidikan autentik
untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah. Mereka harus menganalisis
dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat prediksi,
mengumpulkan, dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan.
Selain itu mereka dapat menggunakan metode-metode penyelidikan khusus,
bergantung pada sifat masalah yang sedang diselidiki
Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. Pembelajaran Berbasis Masalah
menuntut peserta didik untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya
nyata dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian maalah
yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkip, debat, laporan, model
fidik, video. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian,
direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya yang
lain tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu laporan.
Kolaborasi Pembelajaran ini di rinci oleh peserta didik yang bekerja sama satu
dengan yang lainnya, secara berpasangan atau berkelompok kecil. Bekerja sama
memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugastugas
kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk
mengembangkan keterampilan social dan keterampilan berpikir.
8
empiris. Secara sistematis melalui tahapan-tahapan tertentu sedangkan empiris proses
penyelesaian di dasarkan pada data dan fakta yang jelas. Jadi proses penyimpulan model
Pembelajaran Berbasis Masalah ini dilakukan dengan sistematis dan empiris.
9
Belajar berbagai peran orang dewasa. Dengan melibatkan siswa dalam pengalaman
nyata atau simulasi (pemodelan orang dewasa), membantu siswa untuk berkinerja
dalam situasi kehidupan nyata dan belajar melakukan peran orang dewasa.
Menjadi pelajar yang otonom dan mandiri. Pelajar yang otonom dan mandiri ini
dalam arti tidak sangat tergantung pada guru. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
guru secara berulang-ulang membimbing dan mendorong serta mengarahkan
peserta didik untuk mengaukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap
masalah nyata oleh mereka sendiri. Peserta didik dibimbing, didorong, diarahkan
untuk menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri.
10
berbasis masalah yaitu dengan cara berpikir kritis dan kreatif untuk menemukan konsep
baru. Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan
dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk,
menganalisa asumsi, dan
melakukan penelitian ilmiah.
4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta Guru membantu peserta didik
memamerkannya dalam merencanakan dan
menyiapkan hasil karya yang
sesuai seperti laporan, rekaman
video, dan model serta membantu
11
mereka berbagi karya mereka
5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu peserta didik
untuk melakukan refleksi atas
penyelidikan mereka dan proses-
proses yang mereka gunakan.
12
thinhking). Artinya kita mencoba berefleksi seperti apa pemikiran kita atas satu
hal. Peserta didik menjalankan proses PBL sembari menguji pemikirannya,
mempertanyakannya, mengkritisi gagasannya sendiri, sekaligus mengeksplor hal
yang baru.
Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran.
Dengan rancangan masalah yang menarik dan menantang, peserta didik akan
tergugah untuk belajar. Diharapkan peserta didi yang tadinya tergolong pasif bisa
tertarik untuk aktif.
Selain memiliki kelebihan Problem Based Learning (PBL) atau yang biasa disebut
dengan pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa kelemahan:
Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai keprcayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka mereka merasa
enggan untuk mencoba.
13
Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan.
Tanpa pemahaman mereka berusaha untuk memecahkan maslah yang sedang
dipelajari, makan mereka tidak akanbelajar apa yang mereka ingin pelajari.
Tidak dapt diterapkan pada setiap materi pembelajaran
Membutuhkan persiapan yang matang.
14
Gambar 2.2. Bagan Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
a. Pengertian akuntansi:
15
Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, mencatat dan melaporkan
informasi keuangan secara jelas yang dinyatakan dalam satuan mata uang. (Pengertian
akuntansi menurut AAA)
Pemakai informasi akuntansi terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Pemakai internal yaitu pihak yang berhubungan langsung dengan kegiatan
pengelolaan perusahaan. Seperti: manager/pimpinan perusahaan dapat membuat
perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi kinerja perusahaan secara
akurat.
2. Pemakai eksternal yaitu pihak yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan
pengelolaan perusahaan. Pemakai eksternal antara lain : pemilik perusahaan, calon
investor, kreditur, pemerintah, karyawan dan masyarakat.
b. Kualitas Informasi Akuntansi
Informasi akuntasi (= laporan keuangan) harus berkualitas agar dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan oleh penggunanya. Informasi akuntasi/laporan
keuangan dikatakan berkualitas apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Perbandingan antara manfaat dan biaya, jika biaya pembuatan laporan keuangan
lebih besar daripada manfaatnya, sebaiknya tindakaan pembuatan laporan ini tidak
perlu dilakukan.
2. Relevan artinya laporan keuangan harus sesuai untuk memenuhi kebutuhan
pemakai informasi
3. Dapat dimengerti, informasi keuangan harus jelas dan dapat dipahami/dimengerti
pemakai informasi
4. Memiliki daya uji, informasi keuangan yang dihasilkan harus dapat diuji
kebenarannya oleh penilai independen
5. Netral, informasi keuangan harus ditunjukkan kepada tujuan umum pengguna,
bukan ditujukkan kepada pihak tertentu
6. Tepat waktu artinya laporan keuangan yang disampaikan harus tepat waktu atau
sedini mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu pengambilan
keputusan
16
7. Memiliki daya banding, laporan keuangan dapat dibandingkan antar periode
akuntansi atau dengan perusahaan lain yang sejenis pada periode yang sama untuk
mengetahui perkembangan perusahaan pada masa kini dan masa depan
8. Lengkap, informasi keuangan harus menyajikan semua fakta yang penting
sekaligus menyajikan fakta agar tidak akan menyesatkan penggunanya
9. Materiality , prinsip akuntansi bisa diabaikan selama tidakmengaakibatkan
kekeliruan atau kesalahan laporan yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan. Kualitas informasi akuntansi harus memenuhi Standar Akuntansi
Keuangan (SAK). SAK adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan
keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Standar akuntansi
diperlukan untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan, memudahkan
auditor serta memudahkan pembaca laporan keuangan menginterpresentasikan dan
membandingkan laporan keuangan dari segi yang berbeda.
2.1.3. Hasil belajar
Sebagai guru tentunya berupaya agar siswa mencapai keberhasilan belajar sesuai
dengan kompetensi yang telah ditetapkan. Keberhasilan proses belajar selalu dikaitkan
dengan hasil belajar. Artinya, proses belajar optimal apabila hasil yang diperoleh sesuai
dengan yang diharapkan ( Hamzah 2014:8 ). Dengan demikian hasil belajar siswa menjadi
tolak ukur keberhasilan suatu pembelajaran dan menjadi bahan refleksi suatu
pembelajaran baik oleh guru maupun oleh siswa.
Pengertian prestasi belajar atau hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari
dua kata yakni prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang
berbeda. Pengertian prestasi dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa prestasi
adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. (Desi Anwar kamus
bahasa Indonesia,h 330).kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan
kegiatan antara lain dalam kesenian,olahraga dan pendidikan khususnya pengajaran.
Menurut syaiful Bahari Djamarah (Prestasi belajar dan kompetensi guru, Surabaya:usaha
Nasional,1994:19), prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan baik secara induvidual maupun kelompok.
17
2.2. Kerangka berpikir
Materi
Model pembelajaran
Akuntansi Sebagai Sistem
Problem Based Learnig
Informasi
18
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa
Inggris disebut Classroom Action Research ( CAR ). Penelitian ini dimaksudkan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas,
khususnya pada materi tentang Akuntansi sebagai sistem informasi dengan menerapkan
model pembelajaran problem based learning dengan metode diskusi,
tanyajawab,penugasan dan pratek. Langkah- langkah yang ditempuh mulai dari
perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian akan dijabarkan dalam uraian berikut
ini:
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas ( PTK )
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Rote Barat Daya yang terletak di Desa Oetefu
Kabupaten Rote Ndao.
3.3. Subjek dan Waktu Penelitian
a. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS-3 dengan jumlah 39 orang
yang terdiri dari 23 laki – laki dan 16 orang perempuan.
b. Waktu penelitian pada bulan Agustus sampai bulan September 2021.
19
NO NAMA SISWA KELAS XII IPS 3
1 Aldo Kotten
2 Andrian Rikson Langga
3 ARGISTON IRPANJO NDUN
4 Arlin Nappu
5 Astri Dewita Lae
6 Bartorojer Arianto Nappoe
7 Dandy E A Koamesah
8 DENI PANDIE
9 Diana Rila Benggu
10 Farlentino Asyaria Nalle
11 Ferdianus Rivaldi Naramesah
12 Fira Vinata Modok
13 HERNI METE
14 Ike Christiani Octavianus
15 Indra Mooy
16 Jekcri Jen Liu Nalle
17 Jonista Ariyanto Lusi
18 Jules Roberto Pandie
19 Ketty Angel Supardi
20 Lensto Soru Sio Sanda
21 Marliyana Sulistrin Tandu
22 Marthinus Nalle
23 MELCI ELISABET HANING
24 Moni Justi Bessie
25 Nimbrot Arkalaus Ndun
26 Nina Rasti Rebo
27 Noldi Sama
28 Paulus Devidson Tode
29 Putri Enjalita Tallo
30 Remsi Mardusat Siokh
31 Sanjo Ledoh
32 Shelvin Melati Ndun
33 Tamara Giovanni Nappoe
34 Vricco Brayen Langga
35 Yardi Kristiyanto Modok
36 Yermi Reynold Pandie
20
37 Yerti Pandie
38 Yitron Yosua Anin
39 Yohanis Non
3.4. Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), adapun tahapan yang
akan dilakukan dalam PTK ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin
seperti disebutkan dalam Dikdasmen (2003:18) bahwa tahap-tahap tersebut atau biasa
disebut siklus (putaran) terdiri dari empat komponen yang meliputi:
(a) Perencanaan (planning)
(b) Aksi/tindakan (acting)
(c) Observasi (observing)
(d) Refleksi (reflecting)
Prosedur penelitian tindakan kelas ini secara garis besar dapat dilihat dalam tabel
berikut ini :
Tabel 3.2. Siklus Kegiatan Penelitian
Siklus Perencanaan
I
Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dilaksanakan.
Menentukan pokok bahasan
21
Membahas hasil tindakan.
II
Identifikasi masalah dan penetapan alternatife pemecahan masalah
Pengembangan program tindakan II
Tidakan
Pelaksanaan program tindakan II
Pengamatan Pengumpulan data tindakan II
Refleksi
Evaluasi tindakan II
Indicator
keberhasilan siklus
II Instrument-instrumen yang telah disiapkan pada siklus II dapat
terlaksanakan semua
Aktifitas siswa dalam KBM meningkat.
Motivasi siswa dalam KBM meningkat
22
3.4. Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa, sedangkan jenis data yang didapatkan
dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang meliputi:
Data hasil test
Hasil observasi terhadap proses Kegiatan Belajar-Mengajar
Jawaban angket
Jurnal harian/catatan lapangan
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, angket,test pada tiap siklus
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung, dari observasi tersebut dapat dilihat peningkatan
aktivitas belajar yang meliputi frekuensi aktivitas dan peningkatan kerjasama antar
siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.
b. Angket
Angket digunakan untuk melihat motivasi siswa dari pembelajaran yang telah
dilakukan, dimana angket adalah merupakan tanggapan dari seluruh siswa terhadap
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, bermanfaat atau dapat dirasakan oleh
siswa dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.
c. Data Tes Hasil Belajar
Data tes hasil belajar berupa data kuantitatif yang diperoleh melalui test diadakan
tindakan pada masing-masing siklus. Hal ini dimaksudkan agar setiap berakhirnya
disetiap siklus dapat diketahui kemajuan dan perkembangan yang didapat oleh
siswa melalui pembelajaran pemahaman materi pembelajaran melalui model
pebelajaran problem based learning dengan metode diskusi, tanyajawab,
penugasan dan pratek. Data hasil tes tersebut bisa dijadikan acuan, pertimbangan,
bahan refleksi, untuk merencanakan pelaksanaan pada siklus berikutnya.
23
3. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data Observasi
Data obsevasi ini diambil melalui pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator
sebagai observer, yang dilakukan pada saat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran di kelas. Pengolahannya dengan menggunakan rumus :
A
− X 100% , Dimana A = Jumlah siswa yang melakukan
B Kegiatan
B = Jumlah siswa keseluruhan
Sementara skor nilai rata-rata diperoleh dengan cara menjumlahkan skor nilai
seluruh siswa dibagi dengan jumlah siswa.
24
< 69 Kurang
4. Deskriptif Kualitatif
Hasil penelitian ini kemudian dideskripsikan secara verbal dengan berpedoman
pada hasil observasi siklus pertama dan siklus kedua, hasil observasi tersebut dalam
transkrip observasi.
25
BAB IV
PENELITIAN DAN HASIL PEMBAHASAN
26
siklus I dapat dilihat pada deskripsi hasil pengamatan aktifitas siswa dan hasil belajar
siswa di bawah sebagai berikut.
7 5 85 425
Tabel 4. 1. Hasil Nilai
8 4 75 300
Siklus 1
Jumlah
39 - 3140
KKM 81
Tuntas 20
Tidak Tuntas 19
27
% Ketuntasan 51,28%
Berdasarkan hasil tes siklus 1, maka guru menyimpulkan indikator keberhasilan
pada siklus 1 belum meningkat dengan baik karena dari dari 39 siswa pada kelas XII
IPS-3, ada 20 siswa yang mencapai KKM 81,00 (tuntas) dengan prosentase 51,28%,
sedangkan 19 siswa belum tuntas. Untuk itu pada pertemuan berikutnya guru
mengaharapkan peningkatan hasil belajar siswa mencapai 100%.
P=
∑ Siswa yang tuntas belajar ×100 %
∑ siswa
20
P= x 100 %
39
P = 51,28%
D. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1, pengamatan
aktifitas siswa dan deskripsi pemahaman materi akuntansi sebagai sistem informasi
dinyatakan belum berhasil, maka guru menyimpulkan perlu diadakan penelitian pada
siklus 2.
28
Dari hasil yang dicapai pada siklus 1 yang belum meningkat dan tuntas, maka pada
siklus 2 ini guru melakukan dua kali pertemuan juga untuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar dengan materi yang sama pada siklus 1. Pada pelaksanaan siklus 2 ini terjadi
pada bulan September minggu pertama dan minggu kedua. Pertemuan pertama guru
mengulang kembali materi yang sudah dibahas dan melakukan penjelasan kemudian
bersama siswa membahas kembali hasil test pada siklus pertama dengan tujuan agar siswa
lebih memahami dan mengingat kembali. Guru bersama siswa berdiskusi bersama dan
memberi kesempatan kepada siswa untuk tanya jawab sampai siswa benar- benar paham
dan mengerti. Pada siklus kedua ini, guru peneliti lebih menekankan pada pemberian tugas
latihan soal-soal akuntansi sebagai sistem informasi khususnya pembuatan laporan
keuangan. Pengamatan observer berjalan baik walaupun waktu yang pembelajaran
terbatas. Hasil pengamatan aktifitas siwa dan hasil belajar siswa pada siklus II dapat
dibahas sebagai berikut:
B. Deskripsi Hasil Pengamatan Terhadap Aktifitas Siswa Pada Siklus 2
Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II adalah sebagai
berikut:
29
JUMLAH
KELOMPOK NILAI JUMLAH
SISWA
1 5 93 465
KKM 81
Tuntas 39
Tidak Tuntas -
% Ketuntasan 100%
P=
∑ Siswa yang tuntas belajar ×100 %
∑ siswa
30
39
P= x 100%
39
P = 100 %
Iadi ketuntasan yang dicapai pada siklus II adalah 100%.
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pembahasan pada siklus I dan siklus II yang dapat dilihat pada
tabel 4.3. sebagai berikut:
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Belajar Pada Siklus 1 dan 2
KKM 81 81
3
4
Tuntas 20 39
5
Tidak Tuntas 19 -
% Ketuntasan 100%
51,28%
31
sampai siswa dapat mengerti dan memahami dengan baik. Dengan demikian siswa lebih
bersemangat dalam menerima pelajaran. Dari hasil yang dicapai pada siklus 2 tuntas,
maka gurupun tidak mengadakan penelitian ke siklus berikutnya.
3430
3500 3140
3000
2500
2000
1500
Siklus I
1000 Siklus II
500 87,94 8181 2039 19 0 51,28%
80,51 1
0
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I dan siklus II maka dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning pada materi akuntansi
sebagai sistem informasi meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII IPS-3 SMAN 1
Rote Barat Daya.
5.2. Saran
1. Bagi siswa
Diharapkan siswa lebih semangat dalam belajar setelah guru menerapkan model
pembelajaran problr based learning pada materi telah dipelajari.
2. Bagi Guru
32
Guru harus lebih profesional dalam kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan
berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran dan
diharapkan guru dapat melanjutkan penelitian ke siklus berikutnya.
3. Bagi Sekolah
Diharapkan pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah mendukung program
pembelajaran yang baru dengan memotivasi para guru untuk menerapkan berbagai
model pembelajaran sesuai dengan bidangnya masing-masing sehingga dapat
meningkatkan kualitas sekolah ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
33
34