Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Akuntansi mulai diterapkan di Indonesia sejak tahun 1642. Bukti yang jelas
terdapat pada pembukuan Amphioen Societeit yang berdiri di Jakarta sejak 1747.
Selanjutnya akuntansi di Indonesia berkembang setelah UU tanam paksa dihapuskan pada
tahun 1870. Hal ini mengakibatkan munculnya para pengusaha swasta Belanda yang
menanamkan modalnya di Indonesia. Mereka menerapkan sistem pembukuan seperti yang
di ajarkan Lucas Paciolo. Kemudian pada tahun 1907, di Indonesia diperkenalkan sistem
pemeriksaan (auditing) untuk menyusun dan mengontrol pembukuan perusahaan. Setelah
kemerdekaan pemerintah RI mempunyai kesempatan mengirimkan putra-putrinya belajar
akuntansi di luar negeri. Pendidikan akuntansi di dalam negeri mulai dirintis pada tahun
1952 oleh Universitas Indonesia yang membuka jurusan akuntansi di fakultas
ekonominya. Langkah ini di ikuti oleh perguruan tinggi lainnya. Pada tahun 1954
keluarlah UU N0. 34 yang mengatur pemberian gelar akuntan, (Purwanti dan Nugraheni,
2001: 2). Maka dari itu, hingga saat ini Akuntansi menjadi salah satu mata pelajaran yang
harus diberikan kepada siswa, karena untuk kedepannya, pemerintahan akan
membutuhkan banyak sumber daya manusia yang mampu untuk mengembangkan
perekonomian Indonesia.
Tetapi muncul permasalahan untuk pelajaran akuntansi di sekolah itu sendiri,
terutama di sekolah menengah atas, seperti banyak siswa yang tidak menyukai mata
pelajaran tersebut, karena mata pelajaran tersebut melibatkan banyak angka, penambahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian, sehingga dibutuhkan kemampuan ekstra untuk
memahaminya. Selain bahasa Inggris dan matematika, pelajaran akuntansi inilah, salah
satu mata pelajaran yang menjadi momok di sekolah-sekolah. Diperlukan sumber daya
dan fasilitas yang merupakan sarana pendidikan untuk menunjang kegiatan pendidikan
tersebut, terutama akuntansi.

Hasil belajar merupakan suatu capaian yang menggambarkan kemampuan siswa


setelah mengikuti proses belajar mengajar, baik berupa perubahan sikap, keterampilan,

1
dan pengetahuan dalam keadan apapun dan diperoleh dengan usaha terlebih dahulu yang
kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian digambarkan dalam bentuk angka atau
pernyataan (Syafaruddin, dkk 2019). Hasil belajar penting dalam proses belajar mengajar,
karena proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses
pembelajaran di sekolah, sehingga keberhasilan tujuan pendidikan bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa dan keberhasilan proses belajar
mengajar yang dilaksanakan di sekolah dikatakan berhasil apabila dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang digambarkan dalam bentuk hasil belajar. Sistem pendidikan nasional
telah merumuskan tujuan pendidikan yang mengacu pada pengelompokkan hasil belajar.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba untuk mengulas tentang penerapan
salah satu model pembelajaran dalam pembelajaran akuntansi yang pada intinya adalah
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran tersebut. Model problem
based learning dengan metode diskusi, tanya jawab, penugasan dan pratek merupakan
salah satu metode pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa
yang tergolong lambat atau bahkan tidak meminati mata pelajaran tersebut diharapkan
akan mampu untuk aktif dalam belajar pembelajaran akuntansi dalam kelas. Dengan model
pembelajaran ini diharapkan siswa menjadi lebih aktif dan dapat berfikir kritis serta trampil
dalam memecahkan masalah”. Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran
yang melibatkan peserta didik secara langsung dalam suatu mata pelajaran yang
memerlukan praktek. Menurut Boud and Felleti (1997): “Problem Based Learning is an
approach to structuring the curriculum involves confronting students with problems from
practice with provide a stimulus from learning”. (Problem Based Learning”

Penerapan model pembelajaran problem based Learning dilakukan pada siswa


kelas XII IPS-3 SMAN 1 Rote Barat Daya. Sebelum dilaksanakannya penelitian, peneliti
mendapati permasalahan yang dihadapi oleh guru tersebut terutama pada mata pelajaran
akuntansi, yang mana siswa banyak yang kurang berminat dengan pelajaran tersebut, dan
juga tidak konsentrasi pada saat mata pelajaran berlangsung. Dengan adanya
permasalahan ini, maka hasil yang didapati juga tidak sesuai dengan standar nilai KKM
yaitu di bawah 81, sekitar 50% hingga 60%. Ini adalah sebuah pendekatan untuk
menyusun kurikulum yang melibatkan peserta didik dalam menghadapi masalah-masalah
dari praktek yang memberikan stimulus untuk pembelajaran).

2
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model Problem Based
Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dengan masalah nyata
yang sesuai minat dan perhatiannya, sehingga motivasi dan rasa ingin tahu menjadi
meningkat. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mengembangkan cara berfikir dan
keterampilan yang lebih tinggi. Seperti model/metode pembelajaran lainnya, PBL
memiliki kekuatan dan kelemahan. PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang
memberdayakan daya fikir, kreativitas, dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Hal ini
sejalan dengan konsep belajar bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan


penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Pada Materi Akuntansi sebagai Sistem Informasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas XII IPS-3 SMAN 1 Rote Barat Daya.”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil beberapa


identifikasi masalah yaitu:

1. Siswa banyak yang kurang berminat dengan pelajaran tersebut, dan juga tidak
konsentrasi pada saat mata pelajaran berlangsung.
2. Hasil yang didapati juga tidak sesuai dengan standar nilai KKM yaitu di bawah
81, sekitar 50% hingga 60%.

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian tindakan kelas ini tidak meluas pada pembahasannya, maka
peneliti membatasi masalah yang akan diteliti yaitu pada pelajaran Ekonomi materi
Akuntansi Sebagai Sistem Informasi di kelas XII IPS-3 SMAN 1 Rote Barat Daya. Model
pembelajaran yang akan diterapkan adalah model pembelajaran Problem based Learning
dengan metode diskusi, tanyajawab,penugasan dan pratek.

3
1.4. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan pokok adalah: Apakah penerapan
model pembelajaran problem based learning pada materi akuntansi sebagai sistem
informasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII IPS-3 SMAN 1 Rote Barat
Daya?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model


pembelajaran problem based learning pada materi akuntansi sebagai sistem informasi
untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII IPS-3 SMAN 1 Rote Barat Daya.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi siswa, sebagai bahan masukan mengenai pentingnya untuk belajar dalam
menguasai sebuah mata pelajaran terutama akuntansi.

2. Bagi guru, sebagai pertimbangan dalam memilih model/ metode pembelajaran


untuk siswa.
3. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dalam usahanya meningkatkan mutu sesuai
visi dan misi sekolah sehubungan dengan faktor yang mempengaruhi belajar.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KARANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Dunia pendidikan, mengenal adanya student center yaitu pembelajaran yang


berpusat pada siswa. Dimana pembelajaran ini menuntut siswa untuk lebih aktif dan
mandiri dalam mencari informasi tentang materi yang diajarkan. Disini guru hanya
sebagai fasilitator saja dan murid sebagai pusat dari segala pembelajaran. Pembelajaran
secara Student center ini dikembangkan lagi diantaranya yaitu pembelajaran Berbasis
Masalah atau yang biasa disebut Problem Based Learning (PBL) yang baru-baru ini
terkenal dalam dunia pendidikan.

Menurut Taufiq Amir, bahwa proses PBL bukan semata-mata prosedur. Tetapi ia
adalah bagian dari belajaran mengelola diri sebagai sebuah kecakapan hidup (life skills).
Proses PBL sabagai salah satu bentuk pembelajaran yang learner centered, memandang
bahwa tanggung jawab harus kita kendali dan kita pegang. Evers, Rush, dan Berdow
dalam Amir, merumuskannya dengan baik apa yang dimaksud dengan kecakapan
pengelolaan diri sebagai berikut:

 Kemampuan untuk bertanggung jawab atas kinerja, termasuk juga


kesadaran akan pengembangan dan pengaplikasian kecakapan tertentu.
 Kita bisa mengenal dan mengatasi berbagai kendala yang ada di sekitar
kita.

Dengan kata lain model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini dapat
memberikan kecakapan dalam mengelola hidup bagi peserta didik untuk dapat mengatasi
kendala yang ada di sekitar lingkungannya. Pendapat lain menganai pengertian Problem
Based Learning (PBL) akan di jelaskan sebagai berikut : Menurut Kunandar, pembelajaran

5
berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang
cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran. Menurut Tan dalam
Rusman mengatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam
pembelajaran karena Pembelajaran Berbasis Masalah kemampuan berpikir siswa betul-
betul dioptimalkan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga
siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan
berpikirnya secara kesinambungan. Pendapat lain dari Trianto mengatakan bahwa
pembelajaran berbasis Masalah adalah interaksi dengan respon yang merupakan hubungan
dua arah belajar dan lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning


(PBL) menggunakan masalah dunia nyata sebagai bahan pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan berpikir pada peserta didik dalam memecahkan suatu
masalah yang ada. Selain itu, lingkungan dapat memberikan pelajaran ataupun
memberikan sebuah masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedang
saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang
dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahan masalahnya dengan
baik. Pengalaman yang diperoleh dari lingkungan akan memberikan bahan dan materi
guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman tujuan belajarnya.
Pembelajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan
lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Secara
garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada peserta didik
situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudaham kepada
peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.

Berdasarkan berbagai pendapat dari beberapa ahli pendidikan di atas, dapat


disimpulkan bahwa Problem Based Learning (Pembealajaran Berbasis Masalah) pada
intinya merupakan inovasi strategi pembelajaran yang menggunakan permasalahan dunia
nyata sebagai konteks belajar untuk melatih kemampuan berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah sehingga siswa memperoleh pengetahuan baru dengan caranya sendiri

6
dalam memecahkan permasalahan. Selain itu peserta didik juga akan mendapatkan
berbagai keterampilan dalam proses pembelajarannya.

A. Karakteristik dan Ciri-ciri Problem Based Learning (PBL)

Amir menyebutkan karakteristik yang tercangkup dalam proses PBL yaitu :

 Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran


 Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia
nyata yang disajikan secara mengambang (ill-structured)
 Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple
perspective). Solusinya menuntut peserta didik menggunakan
dan mendapatkan konsep dari beberapa bab perkuliahan (SAP)
atau lintas ilmu ke bidang yang lainnya
 Masalah membuat peserta didik tertantang untuk mendapatkan
pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru
 Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning)
 Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari
satu sumber saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan
pengetahuan ini menjadi kunci penting.
 Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.
Peserta didik bekerja dalam kelompok, berinteraksi, daling
mengajarkan (peer teaching) dan melakukan presentasi.

Sedangkan ciri-ciri dari pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)


sebagai berikut:

 Pembelajaran pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berbasis masalah bukan


hanya mengorganisasikan prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu,
tetapi mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang
kedua-duanya secara social penting dan secara pribadi bermakna untuk peserta
didik. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata yang autentik, menghindari

7
jawabn sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi
ini.
 Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran berbasis masalah
mungkin berpusar pada mata pelajran tertentu, tetapi dalam pemecahannya melalui
solusi, siswa dapat meninjaunya dari berbagai mata pelajaran yang ada.
 Penyelidikan Autentik. Muhammad Nur menyebutkan bahwa Pembelajaran
Berbasis Masalah mengharuskan peserta didik melakukan penyelidikan autentik
untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah. Mereka harus menganalisis
dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat prediksi,
mengumpulkan, dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan.
Selain itu mereka dapat menggunakan metode-metode penyelidikan khusus,
bergantung pada sifat masalah yang sedang diselidiki
 Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. Pembelajaran Berbasis Masalah
menuntut peserta didik untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya
nyata dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian maalah
yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkip, debat, laporan, model
fidik, video. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian,
direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya yang
lain tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu laporan.
 Kolaborasi Pembelajaran ini di rinci oleh peserta didik yang bekerja sama satu
dengan yang lainnya, secara berpasangan atau berkelompok kecil. Bekerja sama
memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugastugas
kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk
mengembangkan keterampilan social dan keterampilan berpikir.

Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktifitas


pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara
ilmiah melalui pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi,
mencaru data, menyelesaikan masalah dan akhirnya menyimpulkan pemecahan masalah
dilakukan dengan menggunakan proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan

8
empiris. Secara sistematis melalui tahapan-tahapan tertentu sedangkan empiris proses
penyelesaian di dasarkan pada data dan fakta yang jelas. Jadi proses penyimpulan model
Pembelajaran Berbasis Masalah ini dilakukan dengan sistematis dan empiris.

B. Tujuan Problem Based Learning


Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang prosesnya
memerlukan pemikiran kritis dan kreatif untuk mencari solusi dalam pemecahan masalah.
Pemikiran kreatif ini membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Namun berpikir
tingkat tinggi yang dimaksud masih tetap memperhatikan kemampuan dasar. Tujuan yang
ingin dicapai pleh SPBM adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analistus dan
logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara
empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Oleh karena itu, Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis
masalah diharapkan dapat melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
menentukan dan memecahkan masalah. Hal ini merupakan sesuatu yang baru bagi siswa
mengingat mereka masih tergolong berpikir tingkat rendah. Model pembelajaran ini
diberikan dengan tujuan sebagai berikut:
 Mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Menurut Leuren Resnick,
berpikir tingkat tinggi mempunyai cirri-ciri, yaitu : (1) non algaritmatik yang
artinya alur tindakan berpikir tidak sepenuhnya dapat ditetapkan sebelumnya, (2)
cenderung kompleks, artinya keseluruhan alur berpikir tidak dapat diamatti dari
sudut pandang saja, (3) menghasilkan banyak solusi, (4) melibatkan pertimbangan
dan interretasi, (5) melibatkan penerapan banyak criteria, yang kadang-kadang satu
dan lainnya bertentangnan, (6) sering melibatkan ketidakpastian, dalam arti tidak
segala sesuatu terkait dengan tugas yang telah diketahui, (7) melibatkan
pengaturan diri dalam proses berpikir, yang berarti bahwa dalam proses
menemukan penyelesaian masalah, tidak diijinkan adanya bantuan orang lain pada
setiap tahapan berpikir, (8) melibatkan pencarian makna, dalam arti menemukan
struktur pada keadaan yang tampaknya tidak teratur, (9) menuntut dilakukannya
kerja keras, dalam arti diperlukan pengarahan kerja mental besar-besaran saat
melakukan berbagai jenis elaborasi dan pertimbangan yang dibutuhkan.

9
 Belajar berbagai peran orang dewasa. Dengan melibatkan siswa dalam pengalaman
nyata atau simulasi (pemodelan orang dewasa), membantu siswa untuk berkinerja
dalam situasi kehidupan nyata dan belajar melakukan peran orang dewasa.
 Menjadi pelajar yang otonom dan mandiri. Pelajar yang otonom dan mandiri ini
dalam arti tidak sangat tergantung pada guru. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
guru secara berulang-ulang membimbing dan mendorong serta mengarahkan
peserta didik untuk mengaukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap
masalah nyata oleh mereka sendiri. Peserta didik dibimbing, didorong, diarahkan
untuk menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri.

Menurut Margetson yang dikutip oleh Rusman, tujuan kurikulum pembelajaran


berbasis masalah untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang
hayat dalam pola piker yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Dan juga
kurikulum pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi keberhasilan memecahkan
masalah, komunikasi kerja kelompok, dan keterampilan intrapersonal dengan lebih baik
dibanding pendekatan yang lain. Dengan demikian tujuan pembelajaran berbasis masalah
banyak member manfaat kepada siswanya, sehingga guru hanya bertindak memberi
manfaar kepada peserta didiknya, sehingga guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
Peserta didik juga menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan mengajarkan siswa
untuk memiliki rasa kerja sama. Diane Ronis menjelaskan, berdasarkan tujuan
pembelajaran berbasis masalah siswa diharapkan memiliki keterampilan berpikir dalam
tingkatan yang lebih tinggi. Keterampilan berpikir sering dianggap sebagai keterampilan
kognisi, menunjukan keterampilan dan proses mental yang terlibat ke dalam tindakan
belajar, seperti mengingat dan memahami fakta atau gagasan.
Pembelajaran berbasis masalah lebih menekankan pada mengingat dan memahami
fakta yang ada. Siswa yang memiliki kemampuan rendah akan mengalami kesulitan untuk
mengingat dan memahami fakta yang ada. Dari sinilah akan terlihat jelas perbedaan
peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan
rendah. Dengan pembelajaran berbasis masalah akan mencoba mengubah siswa yang
berkemampuan rendah dalam memahami fakta menjadi peserta sisik yang bisa baik dalam
memahami fakta. Keterampilan berpikir kritis yang diharapkan dalam pembelajaran

10
berbasis masalah yaitu dengan cara berpikir kritis dan kreatif untuk menemukan konsep
baru. Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan
dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk,
menganalisa asumsi, dan
melakukan penelitian ilmiah.

C. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL)

Menurut Kunandar Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran


berdasarkan masalah mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

Tabel 2. 1. Langkah-langkah Pembelajaran

Tahap Kegiatan Tingkah laku Guru


1 Mengorientasikan peserta didik kepada masalah Guru menginformasikan tujuan-
tujuan pembelajaran,
mendeskripsikan kebutuhan-
kebutuhan logistic penting,
memotivasi peserta didik agar
terlibat dalam kegiatan pemecahan
masalah yang mereka pilih sendiri
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar Guru membantu peserta didik
menentukan dan mengatur tugas-
tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah itu.

3 Membantu penyelidikan mandiri maupun kelompok Guru mendorong siswa untuk


mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan
demonstrasi, mencari penjelasan
dan solusi.

4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta Guru membantu peserta didik
memamerkannya dalam merencanakan dan
menyiapkan hasil karya yang
sesuai seperti laporan, rekaman
video, dan model serta membantu

11
mereka berbagi karya mereka
5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu peserta didik
untuk melakukan refleksi atas
penyelidikan mereka dan proses-
proses yang mereka gunakan.

Dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran tersebut, peserta didik


mampu mengembangkan pemikiran-pemikiran yang ada kemudian peserta didik mulai
mampu belajar memecahkan masalah dengan berpikir kritis yang tentunya memecahkan
masalah dengan penuh pertimbangan antara masalah yang diberikan dengan kondisi yang
real atau nyata di lingkungan sekitar. Langkah-langkah pada pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) ini tentunya didukung dengan kurikulum 2013 dimana kurikulum tersebut
metalih siswa untuk memecahkan masalah dengan apa yang peserta didik lihat di
lingkungan sekitar mereka dan menggunakan berbagai eksperimen untuk membuktikan
pengamatan peserta didik.

D. Kelebihan dan kelemahan Peoblem Based Learning (PBL)

Menurut Amir keunggulan PBL ada di perancangan masalah. Masalah yang


diberikan haruslah dapat merangsang dan memicu peserta didik untuk menjalankan
pembelajaran dengan baik. Masalah yang disajikan oleh pendidik dalam proses PBL yang
baik, memiliki cirri khas sebagai berikut:

 Punya keaslian seperti di dunia kerja


 Masalah yang disajikan sedapat mungkin memang merupakan cerminan masalah
yang dihadapi di dunia kerja. Dengan demkian, peserta didik bisa
memanfaatkannya nanti bila lulusan yang akan belajar.
 Dibangun dengan mempertimbangkan pengetahuan sebelumnya.Jadi sementara
pengetahuan-pengetahuan baru didapat, peserta didik bisa melihat kaitannya
dengan bahan yang telah ditemukan dan dipahaminya sebelumnya.Membangun
pikiran yang metakognitif dan konstruktif kita.
 Membangun pikiran yang metakognitif dan konstruktif. Kita disebut melakukan
metakognitif kala kita menyadari tentang pemikiran mita (thingking about our

12
thinhking). Artinya kita mencoba berefleksi seperti apa pemikiran kita atas satu
hal. Peserta didik menjalankan proses PBL sembari menguji pemikirannya,
mempertanyakannya, mengkritisi gagasannya sendiri, sekaligus mengeksplor hal
yang baru.
 Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran.
 Dengan rancangan masalah yang menarik dan menantang, peserta didik akan
tergugah untuk belajar. Diharapkan peserta didi yang tadinya tergolong pasif bisa
tertarik untuk aktif.

Kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning menurut Sanjaya :

1) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan


pengetahuanbaru bagi siswa.
2) Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
3) Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami
masalah dunia nyata.
4) Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
5) Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
6) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata.
7) Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun
belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
8) Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna
memecahkan masalah dunia nyata.

Selain memiliki kelebihan Problem Based Learning (PBL) atau yang biasa disebut
dengan pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa kelemahan:

 Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai keprcayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka mereka merasa
enggan untuk mencoba.

13
 Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan.
 Tanpa pemahaman mereka berusaha untuk memecahkan maslah yang sedang
dipelajari, makan mereka tidak akanbelajar apa yang mereka ingin pelajari.
 Tidak dapt diterapkan pada setiap materi pembelajaran
 Membutuhkan persiapan yang matang.

2.1.2. Materi Akuntansi Sebagai Sistem Informasi


Akuntansi sebagai sistem Informasi
• Pengertian Auntansi
• Pemakai Informasi Akuntansi
• Karakteritik pemakai informasi akuntansi
• KualitasInformasi Akuntansi
• Prinsip Dasar Akuntansi
• Bidang-Bidang Akuntansi
• Profesi Akuntan

Gambar 2.1. Konsep Dasar Akuntansi Sebagai Sistem Informasi

14
Gambar 2.2. Bagan Akuntansi Sebagai Sistem Informasi

Gambar 2.3. Pengolahan Data Menurut SIA

Sejarah ilmu akuntansi:


Dimulai pada 1447 , oleh seorang tokoh bernama Lucca Paciollo dari Venesia yang
memperkenalkan system pembukuan berpasangan /double entry.

a. Pengertian akuntansi:

15
Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, mencatat dan melaporkan
informasi keuangan secara jelas yang dinyatakan dalam satuan mata uang. (Pengertian
akuntansi menurut AAA)
Pemakai informasi akuntansi terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Pemakai internal yaitu pihak yang berhubungan langsung dengan kegiatan
pengelolaan perusahaan. Seperti: manager/pimpinan perusahaan dapat membuat
perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi kinerja perusahaan secara
akurat.
2. Pemakai eksternal yaitu pihak yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan
pengelolaan perusahaan. Pemakai eksternal antara lain : pemilik perusahaan, calon
investor, kreditur, pemerintah, karyawan dan masyarakat.
b. Kualitas Informasi Akuntansi
Informasi akuntasi (= laporan keuangan) harus berkualitas agar dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan oleh penggunanya. Informasi akuntasi/laporan
keuangan dikatakan berkualitas apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Perbandingan antara manfaat dan biaya, jika biaya pembuatan laporan keuangan
lebih besar daripada manfaatnya, sebaiknya tindakaan pembuatan laporan ini tidak
perlu dilakukan.
2. Relevan artinya laporan keuangan harus sesuai untuk memenuhi kebutuhan
pemakai informasi
3. Dapat dimengerti, informasi keuangan harus jelas dan dapat dipahami/dimengerti
pemakai informasi
4. Memiliki daya uji, informasi keuangan yang dihasilkan harus dapat diuji
kebenarannya oleh penilai independen
5. Netral, informasi keuangan harus ditunjukkan kepada tujuan umum pengguna,
bukan ditujukkan kepada pihak tertentu
6. Tepat waktu artinya laporan keuangan yang disampaikan harus tepat waktu atau
sedini mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu pengambilan
keputusan

16
7. Memiliki daya banding, laporan keuangan dapat dibandingkan antar periode
akuntansi atau dengan perusahaan lain yang sejenis pada periode yang sama untuk
mengetahui perkembangan perusahaan pada masa kini dan masa depan
8. Lengkap, informasi keuangan harus menyajikan semua fakta yang penting
sekaligus menyajikan fakta agar tidak akan menyesatkan penggunanya
9. Materiality , prinsip akuntansi bisa diabaikan selama tidakmengaakibatkan
kekeliruan atau kesalahan laporan yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan. Kualitas informasi akuntansi harus memenuhi Standar Akuntansi
Keuangan (SAK). SAK adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan
keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Standar akuntansi
diperlukan untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan, memudahkan
auditor serta memudahkan pembaca laporan keuangan menginterpresentasikan dan
membandingkan laporan keuangan dari segi yang berbeda.
2.1.3. Hasil belajar
Sebagai guru tentunya berupaya agar siswa mencapai keberhasilan belajar sesuai
dengan kompetensi yang telah ditetapkan. Keberhasilan proses belajar selalu dikaitkan
dengan hasil belajar. Artinya, proses belajar optimal apabila hasil yang diperoleh sesuai
dengan yang diharapkan ( Hamzah 2014:8 ). Dengan demikian hasil belajar siswa menjadi
tolak ukur keberhasilan suatu pembelajaran dan menjadi bahan refleksi suatu
pembelajaran baik oleh guru maupun oleh siswa.
Pengertian prestasi belajar atau hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari
dua kata yakni prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang
berbeda. Pengertian prestasi dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa prestasi
adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. (Desi Anwar kamus
bahasa Indonesia,h 330).kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan
kegiatan antara lain dalam kesenian,olahraga dan pendidikan khususnya pengajaran.
Menurut syaiful Bahari Djamarah (Prestasi belajar dan kompetensi guru, Surabaya:usaha
Nasional,1994:19), prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan baik secara induvidual maupun kelompok.

17
2.2. Kerangka berpikir

Gambarkan keterkaitan antara tindakan pembelajaran sebelumnya dengan hasilnya


dan tindakan pembelajaran perbaikan dan hasilnya dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Materi
Model pembelajaran
Akuntansi Sebagai Sistem
Problem Based Learnig
Informasi

Hasil Belajar Siswa

2.3. Hipotesis tindakan


Jika guru menerapkan model pembelajaran problem based learning pada materi
akuntansi sebagai sistem informasi, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
XII IPS-3 SMAN 1 Rote Barat Daya.

18
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa
Inggris disebut Classroom Action Research ( CAR ). Penelitian ini dimaksudkan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas,
khususnya pada materi tentang Akuntansi sebagai sistem informasi dengan menerapkan
model pembelajaran problem based learning dengan metode diskusi,
tanyajawab,penugasan dan pratek. Langkah- langkah yang ditempuh mulai dari
perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian akan dijabarkan dalam uraian berikut
ini:
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas ( PTK )
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Rote Barat Daya yang terletak di Desa Oetefu
Kabupaten Rote Ndao.
3.3. Subjek dan Waktu Penelitian
a. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS-3 dengan jumlah 39 orang
yang terdiri dari 23 laki – laki dan 16 orang perempuan.
b. Waktu penelitian pada bulan Agustus sampai bulan September 2021.

Tabel 3.1. Daftar Nama Siswa Kelas XII IPS-3

19
NO NAMA SISWA KELAS XII IPS 3

1 Aldo Kotten
2 Andrian Rikson Langga
3 ARGISTON IRPANJO NDUN
4 Arlin Nappu
5 Astri Dewita Lae
6 Bartorojer Arianto Nappoe
7 Dandy E A Koamesah
8 DENI PANDIE
9 Diana Rila Benggu
10 Farlentino Asyaria Nalle
11 Ferdianus Rivaldi Naramesah
12 Fira Vinata Modok
13 HERNI METE
14 Ike Christiani Octavianus
15 Indra Mooy
16 Jekcri Jen Liu Nalle
17 Jonista Ariyanto Lusi
18 Jules Roberto Pandie
19 Ketty Angel Supardi
20 Lensto Soru Sio Sanda
21 Marliyana Sulistrin Tandu
22 Marthinus Nalle
23 MELCI ELISABET HANING
24 Moni Justi Bessie
25 Nimbrot Arkalaus Ndun
26 Nina Rasti Rebo
27 Noldi Sama
28 Paulus Devidson Tode
29 Putri Enjalita Tallo
30 Remsi Mardusat Siokh
31 Sanjo Ledoh
32 Shelvin Melati Ndun
33 Tamara Giovanni Nappoe
34 Vricco Brayen Langga
35 Yardi Kristiyanto Modok
36 Yermi Reynold Pandie
20
37 Yerti Pandie
38 Yitron Yosua Anin
39 Yohanis Non
3.4. Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), adapun tahapan yang
akan dilakukan dalam PTK ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin
seperti disebutkan dalam Dikdasmen (2003:18) bahwa tahap-tahap tersebut atau biasa
disebut siklus (putaran) terdiri dari empat komponen yang meliputi:
(a) Perencanaan (planning)
(b) Aksi/tindakan (acting)
(c) Observasi (observing)
(d) Refleksi (reflecting)

Prosedur penelitian tindakan kelas ini secara garis besar dapat dilihat dalam tabel
berikut ini :
Tabel 3.2. Siklus Kegiatan Penelitian
Siklus Perencanaan

I
 Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dilaksanakan.
 Menentukan pokok bahasan

Mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)


 Menyiapkan sumber belajar seperti buku
 Mengembangkan format evaluasi
Tindakan
 Melaksanakan KBM yang mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah disiapkan.

 Melakukan evaluasi dalam bentuk tes kemampuan pemahaman konsep


yang dipelajari.
Pengamatan
Melakukan observasi dengan menggunakan format observasi
Refleksi
 Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi efektifitas
waktu yang telah dilaksanakan.

21
 Membahas hasil tindakan.

 Memperbaiki pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan yang belum


mencapai sasaran.
 Evaluasi tindakan.
Indikator
keberhasilan siklus
I  Instrument-instrumen yang telah disiapkan pada siklus I dapat
dilaksanakan semua

 Siswa mampu melaksanakan KBM dengan aktifitas yang tinggi.

 Siswa mampu membuat laporan keuangan


Siklus Perencanaan

II
 Identifikasi masalah dan penetapan alternatife pemecahan masalah
 Pengembangan program tindakan II
Tidakan
 Pelaksanaan program tindakan II
Pengamatan  Pengumpulan data tindakan II
Refleksi
 Evaluasi tindakan II
Indicator
keberhasilan siklus
II  Instrument-instrumen yang telah disiapkan pada siklus II dapat
terlaksanakan semua
 Aktifitas siswa dalam KBM meningkat.
 Motivasi siswa dalam KBM meningkat

 Hampir 100 % pencapaian hasil belajar menunjukan peningkatan.

22
3.4. Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa, sedangkan jenis data yang didapatkan
dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang meliputi:
 Data hasil test
 Hasil observasi terhadap proses Kegiatan Belajar-Mengajar
 Jawaban angket
 Jurnal harian/catatan lapangan
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, angket,test pada tiap siklus
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung, dari observasi tersebut dapat dilihat peningkatan
aktivitas belajar yang meliputi frekuensi aktivitas dan peningkatan kerjasama antar
siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.
b. Angket
Angket digunakan untuk melihat motivasi siswa dari pembelajaran yang telah
dilakukan, dimana angket adalah merupakan tanggapan dari seluruh siswa terhadap
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, bermanfaat atau dapat dirasakan oleh
siswa dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.
c. Data Tes Hasil Belajar
Data tes hasil belajar berupa data kuantitatif yang diperoleh melalui test diadakan
tindakan pada masing-masing siklus. Hal ini dimaksudkan agar setiap berakhirnya
disetiap siklus dapat diketahui kemajuan dan perkembangan yang didapat oleh
siswa melalui pembelajaran pemahaman materi pembelajaran melalui model
pebelajaran problem based learning dengan metode diskusi, tanyajawab,
penugasan dan pratek. Data hasil tes tersebut bisa dijadikan acuan, pertimbangan,
bahan refleksi, untuk merencanakan pelaksanaan pada siklus berikutnya.

23
3. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data Observasi
Data obsevasi ini diambil melalui pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator
sebagai observer, yang dilakukan pada saat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran di kelas. Pengolahannya dengan menggunakan rumus :
A
− X 100% , Dimana A = Jumlah siswa yang melakukan
B Kegiatan
B = Jumlah siswa keseluruhan

b. Data Tes Hasil Belajar


Peneliti menentukan nilai setiap siswa dari hasil pretes dan postes masing-
masing siklus dengan pemberian nilai skala 100, dimana KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) untuk pelajaran Ekonomi adalah 80. Kemudian
menentukan banyaknya siswa yang mendapat nilai di atas atau sama dengan 80
(siswa yang sudah tuntas). Banyaknya siswa yang mendapat nilai ≥ 80 di
hitung prosentasenya dengan menggunakan rumus :
Jumlah siswa yang tuntas
------------------------------------ x 100%
Jumlah seluruh siswa

Sementara skor nilai rata-rata diperoleh dengan cara menjumlahkan skor nilai
seluruh siswa dibagi dengan jumlah siswa.

c. criteria penilaian sebagai berikut:

Skor pencapaian Criteria penilaian


90 - 100 Sangat Baik
81 - 89 Baik
70 - 79 Cukup

24
< 69 Kurang

4. Deskriptif Kualitatif
Hasil penelitian ini kemudian dideskripsikan secara verbal dengan berpedoman
pada hasil observasi siklus pertama dan siklus kedua, hasil observasi tersebut dalam
transkrip observasi.

25
BAB IV
PENELITIAN DAN HASIL PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Penelitian

4.1.1.Pelaksanaan Dan Hasil Siklus I

A. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1


Sebelum melakukan pelaksanaan tindakan siklus 1, guru melakukan persiapan
terlebih dahulu yaitu pada tahap perencanaan pada bulan Agustus minggu pertama.
Setelah semua disiapkan dengan baik, maka guru mulai melaksanakan pembelajaran siklus
1. Pada pelaksanaan siklus 1 ini dilakukan dua kali pertemuan yaitu pada bulan Agsutus
minggu kedua dan minggu ketiga. Peneliti melakukan penelitian di kelas XII IPS-3
dengan materi Akuntansi sebagai sistem informasi.
Pelaksanaan pertemuan pertama dilakukan pada minggu pertama bulan Agustus
2021. Pada pertemuan ini siswaa sudah dibagi dalam 2 kelompok belajar shift karena
masih dalam suasanapandemi covid-19. Guru membagi siswa berdasarkan tempat tinggal.
Kelompok pertama berjumlah 20 orang dan kelompok kedua berjumlah 19 orang.
Pembelajaran ini menggunakan waktu 30 menit dalam satu kali tatap muka. Waktu
yangdigunakan ini sangat terbatas karena sesuai dengan aturan yang ditetapkan
pemerintah. Untuk mengatasi waktu yang terbatas ini, maka guru langsung menerapkan
model pembelajaran problem based learning dengan menggunakan metode diskusi,
tanyajawab, penugasan dan pratek. Dalam setiap kelompok dibagi menjadi 8 kelompok
yag terdiri dari 4-5 orang dengn tujuan untuk mematuhi aturan protocol kesehatan yang
masih berlaku pada masa pandemic covid-19.
Berdasarkan hasil pengamatan observer, pembelajaran berjalan cukup baik,
namun ada beberapa kekurangan/ kelemahan yang dialami baik bagi guru maupun siswa.
Untuk mengatasi masalah ini, maka observer bersama guru peneliti memberikan tugas
kepada siswa berupa latihan soal sebanyak 2 nomor setelah membahas materi akuntansi
sebagai sistem informasi. Masing kelompok diberi tugas latihan untuk dikerjakan dalam
kelompok. Hal ini dilakukan untuk mengehamat waktu yang terbatas. Hasil pelaksanaan

26
siklus I dapat dilihat pada deskripsi hasil pengamatan aktifitas siswa dan hasil belajar
siswa di bawah sebagai berikut.

B. Deskripsi Hasil Pengamatan Terhadap Aktifitas Siswa Pada Siklus 1


Hasil pengamatan terhadap siswa selama proses pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1. Tingkat keaktifan siswa masih kurang dalam pembelajaran shift
2. Ketuntasan siswa dalam menyelesaikan LKS mencapai persentase
sebanyak 50 % yang mendapatkan kriteria cukup baik.
3. Siswa kurang
JUMLAH
KELOMPOK NILAI JUMLAH bertanya kepada
SISWA
guru
1 5 85 425
4. Kurangnya
2 5 80 400
pengawasan dari
3 5 75 375 guru
4 5 83 415
C. Analisis Indikator
5 5 75 375
Keberhasilan
6 5 85 425
Pada Siklus 1

7 5 85 425
Tabel 4. 1. Hasil Nilai
8 4 75 300
Siklus 1
Jumlah
39 - 3140

Rata- rata 80,51

KKM 81

Tuntas 20

Tidak Tuntas 19
27

% Ketuntasan 51,28%
Berdasarkan hasil tes siklus 1, maka guru menyimpulkan indikator keberhasilan
pada siklus 1 belum meningkat dengan baik karena dari dari 39 siswa pada kelas XII
IPS-3, ada 20 siswa yang mencapai KKM 81,00 (tuntas) dengan prosentase 51,28%,
sedangkan 19 siswa belum tuntas. Untuk itu pada pertemuan berikutnya guru
mengaharapkan peningkatan hasil belajar siswa mencapai 100%.

Hasil perhitungan perolehan nilai di bawah ini dengan menggunakan rumus :

P=
∑ Siswa yang tuntas belajar ×100 %
∑ siswa

Maka perolehan nilai ketuntasan siswa adalah:

20
P= x 100 %
39

P = 51,28%

Jadi ketuntasan siswa pada siklus 1 = 51,28%

D. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1, pengamatan
aktifitas siswa dan deskripsi pemahaman materi akuntansi sebagai sistem informasi
dinyatakan belum berhasil, maka guru menyimpulkan perlu diadakan penelitian pada
siklus 2.

4.1.2. Pelaksanaan Dan Hasil Siklus II


A. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2

28
Dari hasil yang dicapai pada siklus 1 yang belum meningkat dan tuntas, maka pada
siklus 2 ini guru melakukan dua kali pertemuan juga untuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar dengan materi yang sama pada siklus 1. Pada pelaksanaan siklus 2 ini terjadi
pada bulan September minggu pertama dan minggu kedua. Pertemuan pertama guru
mengulang kembali materi yang sudah dibahas dan melakukan penjelasan kemudian
bersama siswa membahas kembali hasil test pada siklus pertama dengan tujuan agar siswa
lebih memahami dan mengingat kembali. Guru bersama siswa berdiskusi bersama dan
memberi kesempatan kepada siswa untuk tanya jawab sampai siswa benar- benar paham
dan mengerti. Pada siklus kedua ini, guru peneliti lebih menekankan pada pemberian tugas
latihan soal-soal akuntansi sebagai sistem informasi khususnya pembuatan laporan
keuangan. Pengamatan observer berjalan baik walaupun waktu yang pembelajaran
terbatas. Hasil pengamatan aktifitas siwa dan hasil belajar siswa pada siklus II dapat
dibahas sebagai berikut:
B. Deskripsi Hasil Pengamatan Terhadap Aktifitas Siswa Pada Siklus 2
Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II adalah sebagai
berikut:

1. Persentase ketuntasan siswa dalam menyelesaikan soal mencapai 100%


dengan kriteria baik, ketuntasan ini lebih meningkat dibandingkan dengan
siklus I.
2. Siswa lebih aktif dalam mengerjakan tugas
3. Kecekatan siswa dalam membentuk kelompok lebih baik.
4. Siswa lebih serius dalam berdiskusi.
5. Banyak siswa sudah berani bertanya kepada teman atau guru tentang hal
hal yang kurang jelas.
6. Siswa sudah menjawab pertanyaan dari guru dengan baik.
C. Analisis indikator keberhasilan pada siklus II

Tabel 4.2. Hasil Nilai Siklus II

29
JUMLAH
KELOMPOK NILAI JUMLAH
SISWA

1 5 93 465

Pada hasil 2 5 90 450 nilai siklus II,


lebih meningkat 3 5 85 425 dibandingkan
dengan siklus 1 4
karena seluruh
5 90 450
siswa yang berjumlah 39
orang mengalami 5 5 85 425 peningkatan nilai
dan tuntas 6 5 90 450 sebesar 100% di
atas KKM 81,00. Hasil diperoleh
7 5 85 425
pada siklus II dengan
8 4 85 340
menggunakan rumus sebagai
berikut: Jumlah
39 - 3430

Rata- rata 87,94

KKM 81

Tuntas 39

Tidak Tuntas -

% Ketuntasan 100%

P=
∑ Siswa yang tuntas belajar ×100 %
∑ siswa

Maka perolehan nilai ketuntasan siswa adalah:

30
39
P= x 100%
39

P = 100 %
Iadi ketuntasan yang dicapai pada siklus II adalah 100%.

4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pembahasan pada siklus I dan siklus II yang dapat dilihat pada
tabel 4.3. sebagai berikut:
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Belajar Pada Siklus 1 dan 2

No Uraian Hasil Nilai


Siklus I Siklus II
1 Jumlah 3140 3430
2 Rata- rata 80,51 87,94

KKM 81 81
3
4
Tuntas 20 39

5
Tidak Tuntas 19 -

% Ketuntasan 100%
51,28%

Dalam penelitian ini guru menerapkan model pembelajaran problem based


learning pada materi akuntansi sebagai sistem informasi. Dari hasil aktifitas siswa pada
siklus 1 mencapai cukup baik menunjukan bahwa masih ada kelemahan yang terjadi pada
siswa dalam proses pembelajaran karena belummemahami soal yang dikerjakan.
Ketuntasan belajar siswa pada siklus I mencapai 51,28%, hal ini menunjukan hasil
belajar yang diperoleh pada siklus 1 belum meningkat dimana siswa yang tuntas 20
orang, sedangkan pada siklus 2 prosentase ketuntasan mencapai 100%. Hasil yang
dicapai pada siklus 2 meningkat dan tuntas karena guru telah menerapkan model
pembelajaran problem based learning dengan baik dan guru memberikan soal latihan

31
sampai siswa dapat mengerti dan memahami dengan baik. Dengan demikian siswa lebih
bersemangat dalam menerima pelajaran. Dari hasil yang dicapai pada siklus 2 tuntas,
maka gurupun tidak mengadakan penelitian ke siklus berikutnya.

3430
3500 3140
3000
2500
2000
1500
Siklus I
1000 Siklus II
500 87,94 8181 2039 19 0 51,28%
80,51 1
0

Gambar 4.1. Diagram Nilai Siklus

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I dan siklus II maka dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning pada materi akuntansi
sebagai sistem informasi meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII IPS-3 SMAN 1
Rote Barat Daya.

5.2. Saran
1. Bagi siswa
Diharapkan siswa lebih semangat dalam belajar setelah guru menerapkan model
pembelajaran problr based learning pada materi telah dipelajari.
2. Bagi Guru
32
Guru harus lebih profesional dalam kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan
berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran dan
diharapkan guru dapat melanjutkan penelitian ke siklus berikutnya.
3. Bagi Sekolah
Diharapkan pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah mendukung program
pembelajaran yang baru dengan memotivasi para guru untuk menerapkan berbagai
model pembelajaran sesuai dengan bidangnya masing-masing sehingga dapat
meningkatkan kualitas sekolah ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA

- Igbaris Suantara:2022, bab 1 Pendahuluan


- Putri Citra Pratiwi, Model Pembelajaran PBM, dalam
http://putricp.blog.upi.edu, diakses pada 2 Oktober 2017, pkl. 20.05 2 M.
Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009) hal. 85

- https://www.lib.unnes.ac.id/meningkatkan hasil belajar, diunduh


20/08/2022
- https://www.guguslufichasepti.blogspot.com/pengertian prestasi belajar,
diunduh 20/08/2022

33
34

Anda mungkin juga menyukai