PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan bernegara. Pendidikan memiliki peran penting dalam mewujudkan sumber daya
media dalam mempersiapkan kualitas sumber daya manusia dan sebuah wahana untuk
(learn to know), 2. Belajar untuk berbuat (learn to do), 3. Belajar untuk hidup bersama
(learn to live together), 4. Belajar untuk jati diri (learn to be) (Maulana dalam Wulandari
yang dirumuskan oleh UNESCO tersebut sebagai dasar dalam menjalankan proses
merumuskan spesifikasi hasil belajar, memilih metode dan strategi pembelajaran, model
pembelajaran maupun aktualisasi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas (Nuyami dkk,
2014). Keempat pilar tersebut yang merupakan acuan, belum bisa mengatasi masalah
Proses pembelajaran yang sering diterapkan selama ini lebih kepada suasana
belajar yang berpusat pada guru, yang mana guru yang berperan banyak dalam proses
belajar mengajar, atau biasa disebut dengan komunikasi satu arah. Dominasi guru dalam
proses pembelajaran membuat siswa tidak berperan aktif sehingga siswa kurang kreatif.
Siswa hanya memperhatikan guru yang sedang mengajar serta menulis hal-hal yang
sekiranya dianggap penting dan siswa diberikan tugas oleh guru yang sudah ada di dalam
buku pembelajaran ataupun lembar kerja peserta didik (LKPD). Tidak ada nilai autentik
dari tugas siswa dikarenakan sudah di demonstrasi oleh guru pada proses belajar
mengajar.
Salah satu upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan yaitu mengarah pada
proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru yakni mengubah metode maupun model
pembelajaran. Mata pelajaran fisika merupakan bagian dari salah satu ilmu sains yang
mempelajari tentang gejala alam. Untuk memahami tentang konsep-konsep dalam fisika
tidak dapat dilakukan hanya dengan membaca maupun menghafal, namun perlu adanya
Proses belajar mengajar dengan satu arah tidak mendukung partisipasi peserta
didik dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu peserta didik harus aktif untuk
mendukung proses belajar mengajar, salah satunya dalam mata pelajaran fisika yang
memang membutuhkan kerjasama yang baik antara peserta didik dan guru.
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan terhadap guru fisika di SMA
bervariasi meliputi RPP, bahan ajar dan LKPD. Bahan ajar yang digunakan ada yang
berasal dari terbitan, begitu pula dengan lembar kerja peserta didik (LKPD) berpatokan
pada soal-soal yang terdapat didalam buku paket. Perangkat pembelajaran yang
digunakan memang sudah bervariasi, tetapi jika ditinjau dari segi kesesuaian kurikulum
2013, perangkat pembelajaran yang digunakan belum sesuai dengan tuntutan kurikulum,
sehingga menyebabkan kreativitas guru terbatas dan kurang sesuai dengan karakteristik
peserta didik.
Berdasarkan observasi terhadap peserta didik pembelajaran fisika yang selama ini
cenderung bersifat informatif sehingga keterlibatan peserta didik secara aktif dalam
dikarenakan model pembelajaran langsung yang dipilih tidak sesuai dengan kompetensi
Salah satu upaya untuk masalah diatas adalah dengan inovasi perangkat
pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, yaitu dengan menerapkan
yang digunakan hendaknya mampu mengarahkan kreativitas peserta didik secara luas.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu PBL (Problem Based
Learning). PBL merupakan suatu model pembelajaran yang mengerahkan peserta didik
pada suatu masalah sebagai stimulus yang mendorong peserta didik menggunakan
informasi yang bersifat student center melalui diskusi dalam sebuah kelompok kecil
untuk mendapatkan solusi dari masalah yang diberikan. Proses pembelajaran diarahkan
agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Melalui
kegiatan PBL diharapkan peserta didik aktif dalam segalah aspek, baik itu dalam
memecahkan masalah maupun bertanya kepada guru. Sesuai dengan firman Allah SWT
dalam QS AL-Anbiya: 7.
َك ِإاَّل ِر َجااًل نُو ِحي ِإلَ ْي ِه ْم ۖ فَا ْسَألُوا َأ ْه َل ال ِّذ ْك ِر ِإ ْن ُك ْنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُمون
َ ََو َما َأرْ َس ْلنَا قَ ْبل
melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka
tanyakan lah olehmu kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui. (Q.S Al-
Anbiya: 7).
Bertanya merupakan salah satu aktivitas belajar, dengan bertanya peserta didik
akan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, serta menjadikan peserta didik
mengetahui apa yang sebelumnya belum diketahuinya. Sesuai dengan ayat di atas yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang
Cara berpikir kritis dengan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Kunandar, 2011:173).
Pembelajaran berbasis masalah efektif digunakan pada mata pelajaran Fisika, karena
model pembelajaran masalah menggunakan masalah dunia sesuai dengan mata pelajaran
dasar dan teknik kepada peserta didik agar mampu memecahkan masalah. Dengan model
ini, pendidik memberikan bekal kepada peserta didik tetang kemampuan untuk
memecahkan masalah dengan menggunakan kaidah ilmiah tentang teknik dan langkah-
langkah berpikir kritis dan rasional. Bekal kemampuan tentang kaidah dasar dan teknik
pemecahan masalah tersebut akan sangat bermanfaat bagi peserta didik untuk diterapkan
Salah satu materi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk dapat
melihat masalah secara nyata adalah materi hukum termodinamika, materi ini memuat
karena sesuai dengan model problem based learning, dengan penggunaan model ini akan
dalam bentuk berita atau kasus dengan menggunakan perangkat pembelajaran, sehingga
akan memudahkan peserta didik dalam menyelesaikan masalah, mampu bekerja sama
dengan teman sekelompoknya serta peserta didik mempunyai kesadaran akan pentingnya
perangkat pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul “Desain dan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
C. Tujuan Pengembangan
based learning pada peserta didik kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Barru.
based learning pada peserta didik kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Barru.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
bervariasi.
2. Manfaat Praktis
peserta didik dalam proses belajar mengajar sehingga dapat memberikan motivasi
b. Bagi Guru
Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan berupa RPP, LKPD dan Bahan
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya sumber belajar alternatif ,
Barru.
F. Definisi Operasional
pembelajaran. Perangkat pembelajaran pada penelitian ini berupa RPP, LKPD dan
Bahan Ajar.
b. Desain dan analisis perangkat pembelajaran adalah serangkaian proses atau kegiatan
digunakan dalam penelitian ini adalah 4-D oleh Thiagarajan yang telah dimodifikasi
oleh peneliti menjadi 3-D yang terdiri atas tahap pendefinisian (Define), tahap
perancangan (Design) dan tahap pengembangan (Develop). Pada penelitian ini tahap
(Develop).
termodinamika, membahas tentang mesin kalor dan mesin pendingin yang berkaitan
pengembangan perangkat pembelajaran tersebut dilandasi oleh teori yang kuat dan
didalamnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN PUSTAKA
a. Pengertian Pengembangan
tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk
tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji
Penelitian pendidikan dan pengembangan atau yang lebih kita kenal dengan
istilah Research and Development (R & D). Pengertian dari penelitian pengembangan
menurut Borg & Gall adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan
siklus. Langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang
latar di mana produk tersebut akan dipakai, dan melakukan revisi terhadap hasil uji
bertujuan menghasilkan produk tertentu dan selanjutnya dilakukan uji coba secara
dasar (Devi dkk. 2009). Menurut kemp j.e (trianto 2011), dalam pengembangan
yaitu identifikasi masalah, analisis peserta didik, analisis tugas, perumusan indikator,
pembelajaran pada suatu mata pelajaran yang mencakup kompetensi inti, kompetensi
sumber belajar. Unit waktu silabus disusun berdasarkan alokasi waktu yang
disediakan untuk mata pelajaran dan memperhatikan alokasi per semester. Langkah
untuk satu kali pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk
dasar (KD).
2013:255-256).
3) Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar
2013:104).
besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa
dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara lebih
sempit bahan ajar juga biasanya disebut sebagai materi pembelajaran. Materi
pembelajaran dengan demikian dapat dikatakan sebagai program yang disusun guru
2016:263).
Bahan ajar dapat dibuat dalam beberapa bentuk yaitu: 1) Bahan cetak seperti;
Handout, Buku, Modul, Lembar Kerja Siswa, Brosur dan Leaflet, 2) Audio visual;
video/film, VCD, 3) Audio seperti; Radio, Kaset, CD, Audio dan PH, 4) Visual
yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk,
dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang Akan dicapainya. Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD) sebagai sumber pembelajaran. Sumber belajar adalah segala tempat
atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat
digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan
5) Lembar Penilaian
Penilaian bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta
didik. Dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan
dijelaskan bahwa penilaian dalam setiap mata pelajaran meliputi aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik untuk
memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar
indikator pencapaian hasil belajar dari masing- masing kompetensi tersebut. Ada
informasi tentang kemajuan peserta didik baik berupa tes maupun non-tes antara lain
tes tertulis, pengamatan, penugasan, penilaian hasil karya, penilaian portofolio dan
penilaian diri.
yang terdiri dari silabus, RPP, dan lembar penilaian digunakan oleh guru dan peserta
didik untuk menunjang pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
masalah kepada peserta didik berupa permasalahan dalam kehidupan sehari hari.
Permasalahan tersebut akan diselesaikan oleh peserta didik, sehingga peserta didik
akan lebih aktif dan berpikir secara kritis, supaya peserta didik memahami konsep
atau materi yang diajari. Strategi pembelajaran berbasis masalah menurut Suyanti
kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah
lingkungannya.
sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dengan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial
menemukan konsep yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diberikan oleh
dikemukakan Hosnan dalam Atqiya (2016:240) yaitu adanya pengajuan masalah atau
pertanyaan yang dapat muncul dari guru maupun peserta didik yang berhubungan
ilmu yang berasal dari berbagai sumber jelas dan terpercaya sehingga nantinya bisa
untuk menyelesaikan masalah yang diperoleh sehingga siswa dapat merumuskan dan
diperoleh.
peserta didik mudah dalam belajar, tetapi lebih jauh dari itu adalah bagaimana peserta
didik menyelesaikan persoalan nyata, mengetahui solusi yang tepat, serta penerapan
kelompok masalah.
masalah
banyak seperti yang dikatakan oleh Kurniasih dan Sani (2015:48-49), antara lain:
4) Membantu peserta didik dalam mentransfer pengetahuan dengan situasi yang serba
baru.
didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan
1) Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa
sedang dipelajari, maka mereka tidak Akan belajar apa yang mereka tidak ingin
mempelajari.
masalah yaitu dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik dan
melatih nya untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah karena siswa dituntut untuk
lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Kelemahan dari pembelajaran berbasis
masalah yaitu terkadang peserta didik tidak mengetahui permasalahan yang akan
permasalahan yang dianggap sulit bagi peserta didik. Namun model pembelajaran ini
kalor, energi mekanik, serta aspek-aspek lain dari energi dan perpindahannya. Untuk
termodinamika antaralain:
a. Sistem dan lingkungan , sistem adalah suatu bagian terpisah yang menjadi pusat
perhatian kita. Sebuah sistem dapat berupa ruang, benda, kuantitas bahan, dan lain-
lain. Adapun lingkungan adalah sesuatu diluar sistem yang dapat mempengaruhi
dengan Q
c. Usaha, untuk setiap proses dengan volume (V) tetap usaha yang dilakukan sistem
bernilai nol, sedangkan jika V2 >V 1 berarti usaha (W) dilakukan oleh sistem dan
bertanda positif. Sebaliknya jika usaha V2 < V 1 berarti usaha (W) dilakukan pada
d. Energi dalam merupakan keadaan karakteristik gas yang tidak dapat diukur secara
(∆U) yaitu ketika sistem berubah dari keadaan awal (U1) ke keadaan akhir (U2)
e. Kapasitas (C) kalor merupakan kemampuan gas untuk menyerap atau melepaskan
g. Kapasitas kalor molar gas adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu 1 mol gas sebesar 1 K. Kapasitas kalor molar terdiri dari kapasitas
kalor pada volume tetap (Cv, m)dan kapasitas kalor pada tekanan tetap (Cp, m).
merupakan proses yang berlangsung secara spontan pada satu arah dan tidak dapat
proses perubahan keadaan pada suhu tetap. Proses isokhorik adalah proses perubahan
keadaan pada volume tetap. Proses isobarik adalah proses perubahan keadaan pada
tekanan tetap. Proses adiabatik adalah proses tanpa ada kalor yang masuk ataupun
Bunyi dari Hukum ke-0 termodinamika adalah “Apabila dua benda berada
dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga, maka keduanya berada dalam
(Gambar 4). Tiga sistem ini ditutup dengan isolator. Sistem A dan B dipisahkan
suhu pada A dan B. Artinya, jika C mula- mula berada pada kesimbangan termal
dengan A maupun B, maka A dan B juga berada pada keseimbangan termal. Jadi,
jika dua benda berada dalam keseimbangan termal dengan benda ketiga, maka
ketiga benda itu berada dalam keseimbangan termal satu sama lain. Pernyataan ini
dikenal dengan sebutan hukum ke-nol termodinamika. Dua benda, berada dalam
keseimbangan termal satu sama lain jika kedua benda itu memiliki suhu yang
sama.
b. Hukum I Termodinamika
sistem , sebagian kalor yang diberikan digunakan untuk menaikkan energi dalam
sebesar (∆U), sedangkan sisanya keluar dari sistem ketika sistem itu melakukan
Q = ∆U + W
Keterangan:
bertanda positif (+) jika sistem menyerap kalor W bertanda negative (-) jika usaha
dilakukan oleh lingkungan terhadap sistem Q bertanda negative (-) jika sistem
melepaskan kalor.
Pada proses isobaric terjadi perubahan suhu pada sistem sehingga terjadi
perubahan energi dalam ∆U. Usaha yang dilakukan oleh sistem pada proses
∆U = Q + P ( V2 - V 1)
Pada proses ini tidak ada kalor yang masuk dan tidak ada kalor yang keluar
c. Hukum II Termodinamika
1) Kalor mengalir secara spontan dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang
(Giancoli:2001)
2) Total entropi jagat raya tidak berubah karena proses reversible terjadi (∆S = 0)
3) Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam satu siklus
a) Mesin kalor
b) Mesin Carnot
Siklus Carnot ditemukan oleh ilmuan perancis bernama Sadi Carnot pada tahun
1824. Siklus ini merupakan dasar dari mesin ideal yaitu mesin yang paling
c) Mesin Pendingin
Kalor dapat dipaksa mengalir dari benda dingin ke benda panas dengan
melakukan usaha pada sistem. Cara kerja seperi ini disebut cara kerja
Persamaannya: K = Qc / W W = QH – Qc
Keterangan:
Penelitian pertama yang relevan dengan penelitian ini adalah skripsi Tanti
Kurniah Sari tahun 2013 yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Hukum
Banguntapan”. Penelitian ini menghasilkan lembar penilaian RPP, LKPD, dan modul
pembelajaran yang valid dengan skor 3.72 untuk RPP dari skor maksimal 4.00 serta
memperoleh kriteria sangat baik, untuk LKPD memperoleh skor 3.80 dari maksimal 4.00
dengan kriteria sangat baik, dan untuk modul pembelajaran memperoleh skor 3.86 dari
maksimal 4.00 dengan kriteria sangat baik. Kualitas keefektifan perangkat pembelajaran
memenuhi kriteria efektif ditinjau dari peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan
sikap kerjasama peserta didik dengan standar gain tinggi berturut-turut 0.78 dan 0.88.
Penelitian kedua yang relevan dengan penelitian ini adalah skripsi dari Siti Maria
Ulva dengan judul angan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning
berupa perangkat pembelajaran fisika berbasis PBL yang terdiri dari RPP, buku guru,
buku peserta didik, LKPD, blog, dan penilaian hasil belajar khususnya keterampilan
proses sains dan kemampuan pemecahan masalah. Hasil validasi menunjukkan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan layak digunakan. Hasil uji coba menunjukkan bahwa
dan posttest pada uji coba lapangan yang dilakukan mengalami peningkatan yaitu 17.1
poin dari nilai rata-rata pretest sebesar 58,2 dan nilai ratarata posttest sebesar 75,3.
Penelitian ketiga yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Riska
Dwitasari dengan judul Efektivitas Pendekatan Saintifik Dengan Metode Problem Based
Learning (PBL) pada Pembelajaran Matematika ditinjau Dari Prestasi Belajar Peserta
pretest dan posttest kelas eksperimen sebesar 41.50 dan 77.67 serta rata-rata pretest dan
posttest kelas kontrol sebesar 41, 62 dan 77.79. Selain itu, diperoleh varians pretest dan
posttest kelas eksperimen sebesar 62.33 dan 70.23 serta varians pretest dan posttest kelas
kontrol sebesar 122.30 dan 86.65. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa: (1)
pendekatan saintifik dengan metode Problem Based Learning (PBL) efektif ditinjau dari
prestasi belajar matematika, (2) pembelajaran expository efektif ditinjau dari prestasi
belajar matematika, dan (3) pendekatan saintifik dengan metode Problem Based
Learning (PBL) tidak lebih efektif daripada pembelajaran expository pada pembelajaran
matematika ditinjau dari prestasi belajar matematika peserta didik kelas X di SMA
Negeri 2 Banguntapan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono
2017:407). Produk yang dikembangkan dan diuji kelayakannya dalam penelitian ini
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan Bahan Ajar berbasis Problem Based Learning
(PBL).
Lokasi hasil penelitian ini adalah SMA Negeri 3 Barru, yang beralamat JL. Poros
Pekkae Soppeng, kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Adapun subjek penelitian
ini adalah peserta didik kelas XI IPA 2 dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri dari
Model pengembangan produk yang digunakan adalah model ADDIE yang terdiri
Analysis
1. Analisis (Analysis)
Pada tahap ini peneliti menganalisis masalah dasar yang menjadi latar
menganalisis kurikulum dan kebutuhan peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 3
Barru. Setelah dianalisis maka peneliti perlu menganalisis kelayakan dan syarat-syarat
sesuai dengan kebutuhan siswa di SMA Negeri 3 Barru. Pada tahap inilah dilakukan
yang telah ada sebelumnya. Langkah-langkah pada tahap ini yaitu mendesain
dan media. Mengindentifikasi materi apa yang akan dimuat dalam perangkat
bahasan Termodinamika yaitu RPP, LKPD dan Bahan Ajar mulai dikembangkan
peneliti sesuai rancangan yang telah ditentukan, selanjutnya perangkat pembelajaran
tersebut akan divalidasi oleh validator ahli dan validator praktisi. Validasi instrumen
untuk memperoleh daya kevalidan dari perngakat yang dikembangkan berupa RPP,
LKPD dan Bahan Ajar. Validasi instrumen untuk memeperoleh data kepraktisan
berupa angket respon peserta didik dan angket respon guru. Jika perangkat
pembelajaran berdasarkan komentar dan saran dari validator ahli dan praktisi. Setelah
Learning pokok bahasan Termodinamika yang telah dikembangkan diuji coba kepada
guru mata pelajaran IPA dan peserta didik kelas XI IPA 2. Selama implementasi
perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan diterapkan pada kondisi yang nyata
yaitu di kelas dan menyesuaikan kondisi yang sebenarnya. Pada tahap ini juga guru
diberikan angket respon terkait RPP dan bahan ajar dan peserta didik diberikan angket
5. Evaluation
Tahap terakhir dari model ADDIE yakni tahap evaluasi. Evaluasi dilakukan
Adapun prosedur dalam penelitian ini menggunakan prosedur yang dikemukakan oleh
Sugiyono (2017:409), namun peneliti memodifikasi dan adaptasi seperti pada gambar
sebagi berikut:
Identifikasi Pengumpulan
Desain Produk
Masalah data
Revisi Desain Validasi Desain
Uji Coba
Produk Produk
1. Identifikasi Masalah
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dijadikan sebagai bahan untuk membuat produk. Pada
pengumpulan data peneliti melakukan observasi awal disekolah yang meliputi materi
3. Desain Produk
Pada tahap ini, setelah mengumpulkan informasi dari hasil observasi awal. Peneliti
dan Bahan Ajar dengan mengacu pada Problem Based Learning kemudian dilanjutkan
Validasi perangkat pembelajaran ini dilakukan oleh validator ahli dan praktisi.
Validator akan memberi masukan dan saran terkait produk perangkat pembelajaran
digunakan.
5. Revisi
Hasil revisi dari validator ahli dan praktisi digunakan peneliti sebagai pedoman dalam
memastikan produk yang dikembangkan sudah layak untuk digunakan pada uji coba
di lapangan.
6. Uji Coba
Kegiatan uji coba adalah bagian dari proses pengembangan sehingga hasil dari uji
coba menjadi bahan untuk menyempurnakan produk berupa RPP, LKPD dan Bahan
Ajar. Subjek uji coba adalah guru mata pelajaran IPA dan 29 siswa kelas XI IPA 2
E. Instrumen Penelitian
pembelajaran berupa RPP, LKPD dan bahan ajar yang dikembangkan adalah angket
1. Lembar Validasi
merevisi perangkat yang telah dikembangkan hingga menghasilkan produk akhir yang
valid.
2. Angket
Angket digunakan sebagai salah satu instrumen dalam penelitian ini berupa angket
respon peserta didik dan angket respon guru untuk mengetahui praktis atau tidaknya
validator. Informasi yang diperoleh melalui instrumen ini digunakan sebagai masukan
Data uji kepraktisan diperoleh dari instrumen penelitian berupa angket respon peserta
didik dan angket respon guru. Data uji kepraktisan diperlukan untuk mengetahui
kelas.
Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu
1. Analisis Validitas
Kevalidan produk hasil penelitian dinilai oleh 2 orang validator. Kegiatan yang
dilakukan dalam proses ini memberikan skor jawaban dengan kriteria berdasarkan
skala Likert. Menurut Sugiyono (2012), skala likert digunakan unruk mengukur sikap,
Skor Kriteria
4 Sangat setuju
3 Setuju
2 Tidak setuju
1 Sangat tidak setuju
(Sumber: Sugiyono 2012:34)
Validator ahli materi dan praktisi akan menjawab dengan memberi skor sesuai rubrik
Adapun penentuan kriteria validitas ditentukan dengan cara sebagai berikut (Sudjana,
2005:47)
4
x 100 % = 100 %
4
1
x 100 % = 25 %
4
c. Tentukan range
100% - 25 % = 75 %
d. Menetapkan banyaknya kelas interval, yaitu 4 (sangat layak, layak, kurang layak,
75
= 18, 75 %
4
Berdasarkan uraian diatas, maka rentang persentase uji kelayakan dapat ditetapkan
2. Analisis Kepraktisan
respon guru dan peserta didik pada pembelajaran dengan menggunakan perangkat
Based Learning (PBL), perangkat yang dimaksud adalah RPP, Bahan Ajar dan
LKPD. Kegiatan yang dilakukan dalam proses analisis kepraktisan adalah sebagai
berikut:
Skor Kriteria
4 Sangat setuju
3 Setuju
2 Tidak setuju
1 Sangat tidak setuju
(Sumber: Sugiyono 2012:34)
Guru dan peserta didik akan menjawab dengan memberi skor sesuai rubrik validasi
Adapun penentuan kriteria validitas ditentukan dengan cara sebagai berikut (Sudjana,
2005:47)
4
x 100 % = 100 %
4
1
x 100 % = 25 %
4
c. Tentukan range
100% - 25 % = 75 %
e. Menentukan panjang kelas, yaitu range dibagi dengan banyak kelas interval.
75
= 18, 75 %
4
Berdasarkan uraian diatas, maka rentang persentase uji kelayakan dapat ditetapkan
BAB IV
pokok bahasan Hukum Termodinamika pada peserta didik SMA Negeri 3 Barru dalam
penelitian ini mengacu pada model ADDIE yang terdiri dari tahap analisis (analysis),
berikut.
Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab III, pada tahap ini akan diuraikan hasil
kebutuhan adalah langkah awal pada penelitian ini. Peneliti melakukan observasi
kurikulum, RPP, LKPD, Bahan Ajar dan Materi Ajar di lingkungan sekolah. Observasi
pembelajaran disekolah masih menggunakan RPP yang telah ada sebelumnya dan belum
signifikan mengembangkan suatu RPP. Penguasaan materi peserta didik kelas XI IPA 2
SMA Negeri 3 Barru masih kurang karena pembelajaran masih bersifat informatif oleh
guru.
LKPD yang digunakan masih sederhana dan belum menekankan pada peserta
didik untuk aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran. LKPD berisi tujuan dan
kegiatan yang ada dibuku dan hanya sedikit kegiatan yang lebih memberikan kesempatan
peserta didik untuk berpikir kritis dan menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.
bahwa materi tersebut adalah salah satu materi yang menekankan partisipasi aktif dari
peserta didik.
Adapun bahan ajar dalam proses pembelajaran masih menggunakan buku paket
yang disediakan oleh pemerintah, namun belum ada yang berbasis PBL. Model
pembelajaran PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan
Langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah dengan mencari literatur atau
meliputi RPP, LKPD dan Bahan ajar berbasis PBL dalam bentuk jurnal maupun skripsi
pendidikan dan bahan lainnya sebagai penunjang isi perangkat pembelajaran yang
Tahap ini peneliti mendesain perangkat pembelajaran yang meliputi RPP, LKPD dan
Bahan ajar yang mengacu pada langkah-langkah Problem Based Learning (PBL).
a. RPP
Fokus utama pada perancangan RPP berbasis PBL ini yaitu perangkat
pengemabangan, pemilihan media, pemilihan format dan desain awal RPP berbasis
PBL.
b. Bahan Ajar
Selanjutnya desain bahan ajar berbasis PBL. Dalam penyusunan bahan ajar ini perlu
diperhatikan cara penyajian materi dalam bahan ajar. Penyajian materi dalam bahan
ajar ini menghubungkan ilmu-ilmu fiska dengan konteks dalam kehidupan peserta
didik. Rancangan pengembangan Bahan Ajar berbasis LKPD disajikan dalam tabel
dibawah ini.
c. LKPD
Penyusunan rancangan LKPD ini terdiri dari tahapan pengkajian materi, pemilihan
Pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini meliputi RPP, Bahan ajar
dan LKPD yang mengacu pada sintaks Problem Based Learning (PBL). Berikut adalah
praktisi. Setelah semuanya selesai, untuk mendapatkan sebuah RPP yang valid
produk yang layak diuji cobakan. Adapun saran dari validator pada tahap
Desain halaman pertama yaitu membuat identitas pada RPP yang berupa nama
memasukkan KI
a) Sebelum b) Setelah
menjabarkan RPP secara umum yang dapat dilihat dari alokasi waktu yakni 8 jam
pertemuan. Berdasarkan saran pembimbing dan validator hasil revisi RPP yang
dikembangkan adalah RPP tiap pertemuan, jadi pada penelitian ini peneliti membuat
RPP sebanyak enam pertemuan dan menyesuaikan dengan alokasi waktu tiap
pertemuan. Adapun RPP pertemuan kedua, ketiga sampai keenam dapat dilihat pada
lampiran.
KD adalah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran
a) Sebelum b) Setelah
Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan dalam isi KD dan Indikator,
karena format awal menggunakan RPP perbab. Setelah revisi berdasarkan saran
validator tampilan indikator hanya memuat KD dan indikator yang ingin dicapai pada
tiap pertemuan.
c) Tujuan
Tujuan pembelajaran dibuat berdasarkan SK, KD dan Indikator yang telah ditentukan.
a) Sebelum b) Setelah
secara keseluruhan. Pada poin tujuan setelah revisi, berisi tentang penjelasan tujuan
e) Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam RPP ini terbagi tiga yaitu kegiatan pendahuluan,
berpedoman pada sintaks Problem Based Learning (PBL). Kegiatan penutup yaitu
penegasan kembali pada materi pelajaran yang telah dipelajari dan pemberian tugas.
Penilaian pembelajaran dilakukan pada dua aspek yaitu psikomotorik dan kognitif
Bahan ajar yang telah didesain sebelumnya telah direvisi berdasarkan masukan dari
validator. Adapun masukan, koreksi dan saran-saran dari validator dapat dilihat pada
tabel berikut
Hasil desain cover bahan ajar dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 4. 7 Tampilan desain sampul
setelah revisi
Bagian atas halaman sampul terdapat tulisan Bahan Ajar Berbasis PBL, bagian ini
menjelaskan judul bahan ajar berbasis PBL dengan materi hukum termodinamika.
Halaman judul memuat gambar yang mendefinisikan dari isi materi. Bagian bawah
sudut kiri tercantum nama-nama dari pengembangan bahan ajar berbasis PBL. Pada
bagian bawah sudut kanan terdapat logo universitas. Halaman sampul direvisi
berdasarkan saran dari pembimbing dan validator, yaitu diberi warna yang menarik
2) Kata Pengantar
Penyusunan kata pengantar dapat dilihat pada Gambar 4.8 dibawah ini
Gambar 4. 8 Kata Pengantar
Kata pengantar adalah ucapan penulis mengenai tujuan penulisan bahan ajar dan
3) Daftar Isi
Daftar isi berisi pokok isi bahan ajar dan juga nomor halaman.
4) Pendahuluan
Gambar 4. 10 Pendahuluan
Pendahuluan dimaksudkan untuk mengarahkan peserta didik pada bab yang akan
dikembangkan dan untuk membantu peserta didik memahami materi yang akan
disampaikan.
5) Panduan Penggunaan Bahan Ajar
peserta didik agar dapat mencapai tujuan dari penggunaan bahan ajar berbasis PBL.
6) Peta Konsep
materi yang dipelajari peserta didik. Materi yang sudah dirinci dalam analisis tugas
7) Tujuan
8) Pembahasan Materi
a) Sebelum b) Sesudah
Gambar 4. 14 Tampilan pembahasan materi sebelum dan setelah revisi
Pembahasan materi pada Bahan ajar ini berpedoman pada sintaks PBL. Penyusunan
yaitu, judul pada setiap materi harus jelas, menambahkan penjelasan pada setiap
gambar, dan warna divariasikan. Tampilan bahan ajar dapat dilihat pada lampiran.
9) Rangkuman
Gambar 4. 15 Rangkuman
Rangkuman dalam bahan ajar ini adalah hasil dari kegiatan merangkum atau
10) Glosarium
Gambar 4. 16 Glosarium
Glosaruim dalam bahan ajar ini disusun secara alfabet yang dilengkapi dengan
definisi atau uraian penjelasan dalam materi bahan ajar agar lebih mudah dipahami.
Daftar Pustaka
Daftar pustaka memuat sumber dan referensi yang digunakan dalam penulisan bahan
ajar.
LKPD yang dikembangkan direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari validator
yang menilai. Adapun masukan dari validator pada tahap pengembangan dapat
pengembangan RPP dan bahan ajar berbasis PBL. Ketiga LKPD tersebut adalah
a) Sebelum b) Sesudah
Gambar 4. 19 Tampilan judul, Kompetensi dan Tujuan sebelum dan setelah
revisi
Pada gambar 4.19 merupakan tampilan bagian awal dari LKPD, pada bagian ini
a) Sebelum b) Sesudah
Gambar 4. 20 Tampilan petunjuk dan identitas peserta didik
Pada gambar 4.20 dapat dilihat terdapat perubahan setelah dinilai . Berdasarkan
Pada gambar 4.21 menguraikan beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam
percobaan
4) Langkah Kerja
a) Sebelum b) Setelah
Gambar 4. 22 Tampilan langkah kerja sebelum dan setelah revisi
menambahkan gambar pada langkah kerja agar mudah dipahami peserta didik.
5) Data Pengamatan
G
ambar 4. 23 Data pengamatan
Data pengamatan diperoleh dari hasil kegiatan percobaan yang telah dilakukan.
6) Kesimpulan
Gambar 4. 24 Kesimpulan
Kesimpulan dalam LKPD ini memuat suatu gagasan yang tercapai pada akhir
pembelajaran
pertemuan terakhir, angket dibagikan kepada guru. Kemudian dari hasil kuesioner
dimodifikasi.
terhadap, Bahan Ajar berbasis Problem Based Learning (PBL) dan lembar kerja peserta
didik (LKPD) yang telah dikemabngkan. Angket respon peserta didik terdiri dari butir-
butir pernyataan, kolom kritik dan saran. Kritik dan saran peserta didik dijadikan acuan
dikembangkan. Angket respon peserta didik diberikan alternatif jawaban Sangat Tidak
Menarik (1), Tidak Menarik (2), Menarik (3) dan Sangat Menarik (4).
dilakukan validasi oleh dosen ahli dan praktisi. Validator memberikan penilaian terhadap
menentukan baik atau tidaknya suatu perangkat pembelajaran adalah hasil validasi oleh
validator. Validator diminta untuk memvalidasi semua perangkat pembelajaran yang
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan landasan untuk melakukan revisi perangkat
LKPD, format validasi Bahan Ajar, format validasi angket respon peserta didik dan
format validasi angket respon guru. Lembar validasi tersebut dapat dilihat pada lampiran.
Untuk hasil analisis penilaian oleh validator disajikan pada tabel sebagai berikut.
materi ajar, pemilihan metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, media, alat dan
sumber belajar dan penggunaan bahasa. Hasil validasi dapat dirangkum pada tabel 4.7
sebesar 89.79 % . Penilaian secara umum oleh validator untuk RPP sangat layak dan
kegiatan pembelajaran. Hasil validasi dari validator dapat dilihat pada tabel 4.8.
pada sangat layak yaitu dengan rata-rata persentase sebesar 97.18 %. Penilaian secara
umum oleh validator untuk LKPD adalah baik dan dapat digunakan dengan sedikit
Dalam penyusunan Bahan Ajar, beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
memvalidasi perangkat yaitu: aspek formal, aspek isi, aspek bahasa dan aspek
manfaat dan kegunaan. Hasil validasi dari validator dapat dilihat pada tabel 4.9.
rata-rata persentase sebesar 86.31% . Penilaian secara umum oleh validator untuk LKPD
dikembangkan peneliti dinyatakan valid setelah melalui proses validasi dan revisi secara
based learning yang dikembangkan dinyatakan valid, dan layak digunakan dalam proses
Dalam penyusunan angket respon guru, beberapa aspek yang perlu diperhatikan
dalam memvalidasi angket respon guru yaitu: aspek formal, aspek isi dan aspek
bahasa. Hasil validasi lembar angket respon guru terdiri dari 3 yakni, validasi lembar
angket respon guru terhadap RPP, validasi angket respon guru terhadap LKPD dan
validasi angket respon guru terhadap bahan ajar. Dapat dilihat pada tabel berikut ini.
94.44 %. Penilaian secara umum oleh validator untuk angket respon guru terhadap
RPP adalah sangat layak dan dapat digunakan dengan sedikit revisi.
Tabel 4. 12 Rata-rata skor validitas angket respon guru terhadap Bahan Ajar
kelayakan yaitu 94.44 % . Penilaian secara umum oleh validator untuk angket respon
guru terhadap Bahan ajar adalah sangat layak dan dapat digunakan dengan sedikit
revisi.
Tabel 4. 13 Rata-rata skor validitas angket respon peserta didik terhadap LKPD
kelayakan yaitu 94.44 %. Penilaian secara umum oleh validator untuk angket respon
guru terhadap LKPD adalah sangat layak dan dapat digunakan dengan sedikit revisi.
Dalam penyusunan angket respon peserta didik, beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dalam memvalidasi angket respon peserta didik yaitu: aspek format,
aspek isi dan aspek bahasa. Hasil validasi lembar angket respon peserta didik terdiri
dari 2 yakni, validasi angket respon peserta didik terhadap Bahan ajar dan validasi
angket respon peserta didik terhadap LKPD dapat dilihat pada tabel berikut.
kelayakan yaitu 94.44 % . Penilaian secara umum oleh validator untuk angket respon
peserta didik terhadap LKPD adalah sangat layak dan dapat digunakan dengan sedikit
Pada tabel 4.15 menunjukkan bahwa nilai rata-rata persentase sebesar 94.44
%. Penilaian secara umum oleh validator untuk angket respon Peserta Didik terhadap
Bahan Ajar adalah sangat layak dan dapat digunakan dengan sedikit revisi.
respon guru dan peserta didik keseluruhan adalah sangat layak, maka angket respon guru
dan peserta didik yang dibuat dinyatakan valid, dan layak digunakan dalam proses
(RPP), Bahan Ajar dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Uji coba pengembangan
RPP, LKPD dan Bahan Ajar serta respon peserta didik terhadap LKPD dan Bahan Ajar.
Salah satu kriteria utama untuk mengetahui suatu perangkat pembelajaran praktis
atau tidaknya dapat dilihat dari hasil analisis angket respon guru dan angket respon
peserta didik.
Angket respon guru diperoleh dari uji coba pengembangan melalui pembelajaran di
SMA Negeri 3 Barru pada kelas XI IPA 2 sebanyak 29 peserta didik. Pada tahap ini
didapatkan catatan respon guru terhadap RPP, LKPD dan Bahan Ajar berbasis
rata respon pernyataan dari seluruh aspek ditunjukkan pada tabel 4.16.
Berdasarkan tabel 4.16 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari aspek
kelayakan sebesar 89,58% yang berarti aspek dan kriteria yang dinilai pada aspek
ajar yang telah dikembangkan. Adapun rata-rata respon pernyataan dari seluruh aspek
kelayakan sebesar 96,42 % yang berarti aspek dan kriteria yang dinilai pada aspek
Angket ini digunakan untuk mengetahui kategori kepraktisan dari penggunaan LKPD
yang telah dikembangkan. Adapun rata-rata respon pernyataan dari seluruh aspek
Berdasarkan tabel 4.18 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari aspek
penggunaan LKPD adalah 3.64 dan persentase 91.07 yang berarti aspek dan kriteria
yang dinilai pada aspek penggunaan LKPD berada pada kategori sangat baik.
Rekapitulasi hasil analisis dari angket respon peserta didik dapat dilihat pada
tabel 4.19 berikut:
Tabel 4. 19 Rekapitulasi hasil Respon Guru
No Aspek X̅ Persentase (%) Keterangan
konversi tersebut, maka hasil rata-rata respon guru terhadap RPP, LKPD dan Bahan
Ajar berbasis Problem Based Learning masing-masing berada pada kategori sangat
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data respon peserta didik adalah
angket respon peserta didik. Angket respon peserta didik diperoleh dari uji coba
peserta didik. Respon peserta didik terhadap perangkat pembelajaran dibagi menjadi
dua aspek yaitu respon peserta didik terhadap LKPD dan respon peserta didik
terhadap bahan ajar berbasis problem based. Berikut akan dibahas perolehan data tiap
aspek.
Aspek ini digunakan untuk mengetahui kategori kepraktisan dari penggunaan Bahan
Ajar yang telah dikembangkan. Adapun rata-rata respon pernyataan dari aspek ini
Tabel 4.20 diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari aspek penggunaan bahan
ajar adalah 84,82 % yang berarti aspek dan kriteria yang dinilai pada aspek
penggunaan bahan ajar berada pada kategori sangat menarik. Hasil selengkapnya
Angket ini digunakan untuk mengetahui kategori kepraktisan dari penggunaan lembar
kerja peserta didik (LKPD) yang telah dikembangkan. Adapun rata-rata respon
Berdasarkan tabel 4.22 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari aspek
penggunaan LKPD adalah , yang berarti aspek dan kriteria yang dinilai pada aspek
penggunaan LKPD berada pada kategori baik. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran.
Rekapitulasi hasil analisis dari angket respon peserta didik dapat dilihat pada
Tabel 4.23 menunjukkan penilaian peserta didik tehadap Bahan ajar dan
LKPD mendapatkan respon sangat menarik dengan persentase 84.05 %, yang berarti
aspek dan kriteria yang dinilai pada angket respon peserta didik berada pada kategori
sangat baik.
6. Evaluasi (Evaluation)
pembelajaran (RPP, Bahan Ajar dan LKPD). Peneliti menilai kelayakan Perangkat
hasil respon guru dan peserta didik setelah menggunakan perangkat pembelajaran pada
pembelajaran selanjutnya diukur dengan respon guru dan peserta didik. Setelah
perangkat pembelajaran diuji cobakan rata-rata keseluruhan respon guru adalah sangat
diharapkan dapat meningkatkan prestasi peserta didik serta mempermudah guru dalam
proses belajar mengajar. Perangkat pembelajaran ini terdiri dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan Bahan Ajar. Selain itu
angket respon guru dan angket respon peserta didik dibuat untuk mengetahui kelayakan
dikembangkan.
dan Bahan Ajar dinilai oleh satu dosen ahli dan praktisi. Sedangkan hasil angket respon
guru dan peserta didik diperoleh dari uji coba terbatas di kelas XI IPA 2 di SMA Negeri
3 Barru. Berdasarkan hasil analisis data berikut ini adalah rincian masing-masing
perangkat pembelajaran.
1. Analisis Kevalidan
yang telah ditentukan pada Permendikbud No. 22 tahun 2016 RPP yang dibuat terdiri
dari tujuh komponen utama yang dikembangkan yaitu identitas mata pelajaran,
pembelajaran, penggunaan bahasa dan penilaian. Identitas mata pelajaran sangat jelas,
indikator dirumuskan sesuai KI dan KD kurikulum 2013, serta pemilihan materi ajar dan
media belajar telah sesuai KI, KD dan Indikator yang dituju. RPP menggunakan skenario
pembelajaran yang disesuaikan dengan sintaks model Problem Based Learning (PBL).
validasi oleh ahli materi dan praktisi, RPP yang dibuat telah memenuhi kriteria layak
digunakan dengan perolehan persentase skor rata-rata sebesar 89.79 %. Skor tersebut
termasuk dalam kategori sangat baik. Suatu instrumen dikatakan valid apabila minimal
memenuhi kriteria baik, dengan demikian dapat dikatakan RPP yang telah dikembangkan
b. Bahan Ajar
Penilain Bahan Ajar ditinjau dari aspek format, isi, bahasa dan manfaat/kegunaan
bahan ajar. Format bahan ajar berisi sampul, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan,
tujuan, sumber dan bahan, konsep, rangkuman, soal evaluasi, daftar pustaka dan
glosarium. Bahan Ajar menggunakan Bahasa Indonesia sesuai EYD. Bahan Ajar memuat
materi yang membimbing peserta didik dalam menyelesaikan masalah. Bahan Ajar
materi. Berdasarkan hasil validasi ahli materi dan praktisi, Bahan Ajar telah memenuhi
kriteria layak digunakan dengan skor rata-rata 97.18 % . Skor tersebut termasuk kategori
sangat baik. Dengan demikian Bahan Ajar yang telah dikembangkan layak digunakan
Penilaian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ditinjau dari aspek didaktif,
konstruksi, dan kegiatan pembelajaran. Format LKPD memuat sampul, kolom identitas,
tujuan pembelajaran, indikator, prosedur kegiatan, alat dan bahan yang dibutuhkan.
LKPD menggunakan Bahasa Indonesia sesuai EYD. LKPD memuat pernyataan yang
mampu membimbing peserta didik untuk dapat melakukan pemecahan masalah. LKPD
juga dilengkapi dengan ilustrasi sehingga memudahkan peserta didik untuk memahami
materi. Secara struktural isi LKPD terdiri dari empat bagian utama yaitu permasalahan,
penyelidikan, penyajian data dan analisis. Berdasarkan hasil validasi ahli materi dan
praktisi, LKPD yang dibuat telah memenuhi kriteria layak dengan perolehan skor rata-
rata 86.31%. Menurut Widyoko (2004:144) skor tersebut termasuk kategori sangat baik.
Instrumen dikatakan valid apabila minimal memenuhi kriteria baik, dengan demikian
dapat dikatakan LKPD yang telah dikembangkan layak digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
2. Analisis Kepraktisan
Angket respon guru terhadap RPP diperoleh skor rata-rata angket respon guru
terhadap RPP dari seluruh aspek adalah 94.16 % atau dapat dikategorikan sangat baik.
berbasis Problem Based Learning yang dikembangkan praktis digunakan dalam kegiatan
pembelajaran. Langkah selanjutnya dari respon guru pada uji coba terbatas, media
termodinamika.
Hasil uji coba pengembangan yang telah dilakukan diperoleh skor rata-rata
angket respon guru terhadap Bahan Ajar adalah 96.42 % dapat dikategorikan sangat baik.
Berdasarkan skor rata-rata tersebut disimpulkan bahwa respon guru terhadap bahan ajar
berbasis Problem Based Learning (PBL) yang telah dikembangkan praktis untuk
digunakan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, hasil respon guru terhadap bahan
ajar berupa saran dan komentar digunakan untuk memperbaiki bahan ajar agar
Hasil angket respon guru terhadap LKPD dari uji coba terbatas yang telah
dilakukan diperoleh skor rata-rata dari seluruh aspek adalah 91.07 % dapat
dikategorikan sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa respon guru terhadap
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis Problem Based Learning (PBL) yang telah
dikembangkan praktis digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Hasil respon guru pada
uji terbatas, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) diperbaiki sesuai saran dan perbaikan.
Berdasarkan hasil respon guru terhadap RPP, LKPD dan Bahan Ajar yang telah
dilakukan pada uji coba terbatas di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Barru diperoleh saran
Hasil respon peserta didik terhadap Bahan Ajar yang diperoleh dari uji coba
terbatas yang telah dilakukan didapatkan skor rata rata dari seluruh aspek yang dinilai
adalah 84.82 % dapat dikategorikan baik. Berdasarkan hasil angket respon peserta didik
terhadap Bahan Ajar berbasis Problem Based Learning (PBL) yang telah dikembangkan
Hasil angket respon peserta didik terhadap LKPD diperoleh dari uji coba terbatas
di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Barru. Skor rata-rata hasil respon peserta didik dari
seluruh aspek adalah 83.28 %. Berdasarkan skor rata-rata tersebut dapat dikategorikan
sangat baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
berbasis Problem Based Learning (PBL) praktis untuk digunakan dalam kegiatan
pembelajaran. Tindak lanjut untuk hasil respon peserta didik berupa saran dan komentar
dijadikan bahan referensi dalam memperbaiki Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
PENUTUP
A. Kesimpulan
lembar kerja peserta didik (LKPD) dan bahan ajar yang dikembangkan maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kategori valid dengan skor rata-
rata 91.09 % sehingga layak untuk diujicobakan berdasarkan penilaian para ahli.
digunakan dengan rata-rata hasil angket respon guru 92.35 dengan kategori baik dan
hasil rata-rata respon peserta didik 84.05 dengan kategori sangat menarik.
B. Implikasi Penelitian
peningkatan hasil belajar dan terjadi perubahan sikap positif peserta didik terhadap
pembelajaran yang berbasis problem based learning agar dapat melatih peserta didik
tetap aktif untuk menemukan sendiri solusi dari setiap permasalahan yang disajikan
2. Bagi peneliti, seharusnya mengkaji lebih dalam pada saat merancang metode
pengembangan. Agar dihasilkan produk yang baik dan tujuan pembelajaran yang telah