Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang signifikan dalam sebuah kehidupan berbangsa

dan bernegara. Pendidikan memiliki peran penting dalam mewujudkan sumber daya

manusia (SDM) yang mampu menghadapi tantangan zaman. Pendidikan merupakan

media dalam mempersiapkan kualitas sumber daya manusia dan sebuah wahana untuk

mengembangkan dan melahirkan manusia yang seutuhnya. Terkait dengan tujuan

pendidikan, United Nations Educational Scientific and Cultural Organization

(UNESCO) merumuskan empat pilar pendidikan yaitu: 1. Belajar untuk mengetahui

(learn to know), 2. Belajar untuk berbuat (learn to do), 3. Belajar untuk hidup bersama

(learn to live together), 4. Belajar untuk jati diri (learn to be) (Maulana dalam Wulandari

dan Surjono, 2013).

Pendidikan di Indonesia saat ini masih menjadikan ke-empat pilar pendidikan

yang dirumuskan oleh UNESCO tersebut sebagai dasar dalam menjalankan proses

pendidikan untuk digunakan sebagai landasan dalam merancang program pembelajaran,

merumuskan spesifikasi hasil belajar, memilih metode dan strategi pembelajaran, model

pembelajaran maupun aktualisasi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas (Nuyami dkk,

2014). Keempat pilar tersebut yang merupakan acuan, belum bisa mengatasi masalah

pendidikan di Indonesia yaitu rendahnya kualitas pendidikan.

Proses pembelajaran yang sering diterapkan selama ini lebih kepada suasana

belajar yang berpusat pada guru, yang mana guru yang berperan banyak dalam proses

belajar mengajar, atau biasa disebut dengan komunikasi satu arah. Dominasi guru dalam

proses pembelajaran membuat siswa tidak berperan aktif sehingga siswa kurang kreatif.
Siswa hanya memperhatikan guru yang sedang mengajar serta menulis hal-hal yang

sekiranya dianggap penting dan siswa diberikan tugas oleh guru yang sudah ada di dalam

buku pembelajaran ataupun lembar kerja peserta didik (LKPD). Tidak ada nilai autentik

dari tugas siswa dikarenakan sudah di demonstrasi oleh guru pada proses belajar

mengajar.

Salah satu upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan yaitu mengarah pada

proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru yakni mengubah metode maupun model

pembelajaran. Mata pelajaran fisika merupakan bagian dari salah satu ilmu sains yang

mempelajari tentang gejala alam. Untuk memahami tentang konsep-konsep dalam fisika

tidak dapat dilakukan hanya dengan membaca maupun menghafal, namun perlu adanya

pengalaman langsung siswa dalam berproses.

Proses belajar mengajar dengan satu arah tidak mendukung partisipasi peserta

didik dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu peserta didik harus aktif untuk

mendukung proses belajar mengajar, salah satunya dalam mata pelajaran fisika yang

memang membutuhkan kerjasama yang baik antara peserta didik dan guru.

Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan terhadap guru fisika di SMA

Negeri 3 Barru, menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan sudah

bervariasi meliputi RPP, bahan ajar dan LKPD. Bahan ajar yang digunakan ada yang

berasal dari terbitan, begitu pula dengan lembar kerja peserta didik (LKPD) berpatokan

pada soal-soal yang terdapat didalam buku paket. Perangkat pembelajaran yang

digunakan memang sudah bervariasi, tetapi jika ditinjau dari segi kesesuaian kurikulum

2013, perangkat pembelajaran yang digunakan belum sesuai dengan tuntutan kurikulum,

sehingga menyebabkan kreativitas guru terbatas dan kurang sesuai dengan karakteristik

peserta didik.
Berdasarkan observasi terhadap peserta didik pembelajaran fisika yang selama ini

telah dilaksanakan di SMA Negeri 3 Barru menggunakan metode pembelajaran langsung

dan masih menerapkan keaktifan guru dalam kegiatan pembelajarannya. Pembelajaran

cenderung bersifat informatif sehingga keterlibatan peserta didik secara aktif dalam

proses pembelajaran masih kurang. Permasalahan yang dialami peserta didik

dikarenakan model pembelajaran langsung yang dipilih tidak sesuai dengan kompetensi

yang ingin dicapai.

Salah satu upaya untuk masalah diatas adalah dengan inovasi perangkat

pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, yaitu dengan menerapkan

model pembelajaran yang mengikuti langkah-langkah saintis dan model pembelajaran

yang digunakan hendaknya mampu mengarahkan kreativitas peserta didik secara luas.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu PBL (Problem Based

Learning). PBL merupakan suatu model pembelajaran yang mengerahkan peserta didik

pada suatu masalah sebagai stimulus yang mendorong peserta didik menggunakan

pengetahuannya untuk menganalisis masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian

informasi yang bersifat student center melalui diskusi dalam sebuah kelompok kecil

untuk mendapatkan solusi dari masalah yang diberikan. Proses pembelajaran diarahkan

agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Melalui

kegiatan PBL diharapkan peserta didik aktif dalam segalah aspek, baik itu dalam

memecahkan masalah maupun bertanya kepada guru. Sesuai dengan firman Allah SWT

dalam QS AL-Anbiya: 7.

َ‫ك ِإاَّل ِر َجااًل نُو ِحي ِإلَ ْي ِه ْم ۖ فَا ْسَألُوا َأ ْه َل ال ِّذ ْك ِر ِإ ْن ُك ْنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُمون‬
َ َ‫َو َما َأرْ َس ْلنَا قَ ْبل‬

Artinya: kami tidak mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad),

melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka
tanyakan lah olehmu kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui. (Q.S Al-

Anbiya: 7).

Bertanya merupakan salah satu aktivitas belajar, dengan bertanya peserta didik

akan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, serta menjadikan peserta didik

mengetahui apa yang sebelumnya belum diketahuinya. Sesuai dengan ayat di atas yang

dijelaskan bahwa bertanyalah apabila tidak mengetahui.

Pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang

Cara berpikir kritis dengan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Kunandar, 2011:173).

Pembelajaran berbasis masalah efektif digunakan pada mata pelajaran Fisika, karena

model pembelajaran masalah menggunakan masalah dunia sesuai dengan mata pelajaran

Fisika yang mempelajari tentang alam.

Tujuan penggunaan model pembelajaran ini adalah memberikan kemampuan

dasar dan teknik kepada peserta didik agar mampu memecahkan masalah. Dengan model

ini, pendidik memberikan bekal kepada peserta didik tetang kemampuan untuk

memecahkan masalah dengan menggunakan kaidah ilmiah tentang teknik dan langkah-

langkah berpikir kritis dan rasional. Bekal kemampuan tentang kaidah dasar dan teknik

pemecahan masalah tersebut akan sangat bermanfaat bagi peserta didik untuk diterapkan

dalam proses pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari.

Salah satu materi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk dapat

melihat masalah secara nyata adalah materi hukum termodinamika, materi ini memuat

pokok bahasan proses-proses termodinamika. Materi hukum termodinamika dipilih

karena sesuai dengan model problem based learning, dengan penggunaan model ini akan

lebih memudahkan peserta didik untuk melakukan pengamatan hukum termodinamika


secara nyata di lingkungan sekitarnya, dan permasalahan termodinamika dituangkan

dalam bentuk berita atau kasus dengan menggunakan perangkat pembelajaran, sehingga

akan memudahkan peserta didik dalam menyelesaikan masalah, mampu bekerja sama

dengan teman sekelompoknya serta peserta didik mempunyai kesadaran akan pentingnya

mempelajari tentang alam.

Berdasarkan beberapa permasalahan diatas, maka perlu adanya pengembangan

perangkat pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul “Desain dan

Analisis Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning Pada Pokok

Bahasan Hukum Termodinamika Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Barru”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

a. Bagaimana tingkat kevalidan perangkat pembelajaran berbasis problem based

learning pada peserta didik kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Barru ?

b. Bagaimana tingkat kepraktisan perangkat pembelajaran berbasis problem based

learning pada peserta didik kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Barru ?

C. Tujuan Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan

penelitian ini yaitu:

a. Untuk mengetahui tingkat kevalidan perangkat pembelajaran berbasis problem

based learning pada peserta didik kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Barru.

b. Untuk mengetahui tingkat kepraktisan perangkat pembelajaran berbasis problem

based learning pada peserta didik kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Barru.

D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Spesifikasi produk yang dikembangkan sebagai berikut.


a. RPP yang digunakan sebagai panduan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan

Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning pada materi hukum termodinamika

b. LKPD berisi serangkaian langkah pembelajaran untuk melakukan kegiatan

penyelidikan dalam menyelesaikan masalah.

c. Bahan ajar berisi serangkaian materi-materi pembelajaran untuk digunakan peserta

didik mempermudah dalam proses pembelajaran.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat pada penelitian ini yakni:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan referensi bahwa metode pembelajaran yang digunakan di kelas

bervariasi.

b. Sebagai bahan mengambil langkah-langkah dalam melakukan pembelajaran dan

meningkatkan hasil pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peserta didik

Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, diharapkan dapat membantu

peserta didik dalam proses belajar mengajar sehingga dapat memberikan motivasi

belajar dan membantu peserta didik dalam memahami masalah-masalah yang

harus diselesaikan sesuai dengan tuntutan suatu materi pembelajaran.

b. Bagi Guru

Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan berupa RPP, LKPD dan Bahan

Ajar diharapkan dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar.

c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya sumber belajar alternatif ,

khususnya sumber belajar yang berbasis masalah, tepatnya di SMA Negeri 3

Barru.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan untuk menghindari terjadinya kekeliruan

penafsiran pembaca terhadap variabel-variabel atau kata-kata teknis yang terkandung

dalam judul, dan dinyatakan sebagai berikut:

a. Perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses

pembelajaran yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan

pembelajaran. Perangkat pembelajaran pada penelitian ini berupa RPP, LKPD dan

Bahan Ajar.

b. Desain dan analisis perangkat pembelajaran adalah serangkaian proses atau kegiatan

yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat pembelajaran berdasarkan teori

pengembangan yang ada. Model pengembangan perangkat pembelajaran yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 4-D oleh Thiagarajan yang telah dimodifikasi

oleh peneliti menjadi 3-D yang terdiri atas tahap pendefinisian (Define), tahap

perancangan (Design) dan tahap pengembangan (Develop). Pada penelitian ini tahap

penyebaran tidak dilakukan mengingat banyak keterbatasan dikarenakan Covid-19,

sehingga penelitian ini dirancang hanya sampai pada tahap pengembangan

(Develop).

c. Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang penyampaiannya

dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan atau mengajukan pertanyaan

dimana permasalahan yang dikaji merupakan permasalahan yang ditemukan oleh

peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.


d. Pokok bahasan hukum termodinamika materi yang membahas tentang proses-proses

termodinamika, membahas tentang mesin kalor dan mesin pendingin yang berkaitan

dengan kehidupan sekitar.

e. Kevalidan perangkat pembelajaran dikatakan jika penilaian ahli menunjukkan bahwa

pengembangan perangkat pembelajaran tersebut dilandasi oleh teori yang kuat dan

memiliki konsistensi internal yakni ada keterkaitan komponen perangkat

didalamnya.

f. Kepraktisan produk pengembangan dikatakan jika para responden menyatakan

bahwa produkpengembangan dapat diterapkan dan bermanfaat serta tingkat respon

peserta didik dan guru termasuk kategori baik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

a. Pengertian Pengembangan

Penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa inggris Research and

Development adalah metode penilaian yang digunakan untuk menghasilkan produk

tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk

tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji

keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka


diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut sehingga metode

yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (Sugiyono 2011:407).

Penelitian pendidikan dan pengembangan atau yang lebih kita kenal dengan

istilah Research and Development (R & D). Pengertian dari penelitian pengembangan

menurut Borg & Gall adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan

memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam bidang pendidikan. Penelitian

Research and Development (R & D) ini mengikuti suatu langkah–langkah secara

siklus. Langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang

temuan penelitian produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk

berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan

latar di mana produk tersebut akan dipakai, dan melakukan revisi terhadap hasil uji

lapangan (Punaji Setyosari 2015:276-277)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan

bertujuan menghasilkan produk tertentu dan selanjutnya dilakukan uji coba secara

sistematis terhadap produk tersebut.

b. Pengertian Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan

pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap kompetensi

dasar (Devi dkk. 2009). Menurut kemp j.e (trianto 2011), dalam pengembangan

perangkat pembelajaran terdapat sepuluh unsur rencana perancangan pembelajaran,

yaitu identifikasi masalah, analisis peserta didik, analisis tugas, perumusan indikator,

penyusunan evaluasi, strategi pembelajaran, media atau sumber belajar, merinci

pelayanan penunjang, menyiapkan evaluasi hasil belajar, dan revisi perangkat

pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini

adalah Silabus, RPP, LKPD dan Bahan Ajar


1) Silabus

Menurut Permendikbud No 59 tahun 2014, silabus merupakan rencana

pembelajaran pada suatu mata pelajaran yang mencakup kompetensi inti, kompetensi

dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan

sumber belajar. Unit waktu silabus disusun berdasarkan alokasi waktu yang

disediakan untuk mata pelajaran dan memperhatikan alokasi per semester. Langkah

pengembangan silabus yaitu mengkaji SK-KD/KI-KD, mengidentifikasi materi/pokok

pembelajaran/ mengembangkan kegiatan pembelajaran.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Menurut Permendikbud nomor 65 tahun 2013 dinyatakan bahwa rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka

untuk satu kali pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk

mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi

dasar (KD).

RPP mencakup: 1) data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester; 2) materi

pokok; 3) alokasi waktu; 4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian

kompetensi; 5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; 6) media, alat dan sumber

belajar; 7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; 8) penilaian (Trianto Ibnu

2013:255-256).

3) Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang

dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar

merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk


perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Muhammad Yahdi

2013:104).

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis

besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa

dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara lebih

sempit bahan ajar juga biasanya disebut sebagai materi pembelajaran. Materi

pembelajaran dengan demikian dapat dikatakan sebagai program yang disusun guru

untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif terhadap

pembelajaran yang diturunkan dari kurikulum yang berlaku (Yunus Abidin

2016:263).

Bahan ajar dapat dibuat dalam beberapa bentuk yaitu: 1) Bahan cetak seperti;

Handout, Buku, Modul, Lembar Kerja Siswa, Brosur dan Leaflet, 2) Audio visual;

video/film, VCD, 3) Audio seperti; Radio, Kaset, CD, Audio dan PH, 4) Visual

seperti; Foto, gambar, model/maket, 5) Multimedia seperti; CD, Interaktif, computer

Based dan internet (Muhammad Yahdi 2013:105)

4) Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah lembaran-lembaran berisi tugas

yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk,

langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan

dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang Akan dicapainya. Lembar Kerja Peserta

Didik (LKPD) sebagai sumber pembelajaran. Sumber belajar adalah segala tempat

atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat

digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan

tingkah laku (Depdiknas 2008).

5) Lembar Penilaian
Penilaian bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta

didik. Dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan

dijelaskan bahwa penilaian dalam setiap mata pelajaran meliputi aspek sikap,

pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik untuk

memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar

peserta didik secara berkesinambungan. Penilaian dilakukan berdasarkan indikator-

indikator pencapaian hasil belajar dari masing- masing kompetensi tersebut. Ada

beberapa bentuk penilaian hasil belajar yang digunakan untuk mengumpulkan

informasi tentang kemajuan peserta didik baik berupa tes maupun non-tes antara lain

tes tertulis, pengamatan, penugasan, penilaian hasil karya, penilaian portofolio dan

penilaian diri.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran

yang terdiri dari silabus, RPP, dan lembar penilaian digunakan oleh guru dan peserta

didik untuk menunjang pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan secara optimal.

2. Problem Based Learning

a. Pengertian Problem Based Learning

Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang memberikan

masalah kepada peserta didik berupa permasalahan dalam kehidupan sehari hari.

Permasalahan tersebut akan diselesaikan oleh peserta didik, sehingga peserta didik

akan lebih aktif dan berpikir secara kritis, supaya peserta didik memahami konsep

atau materi yang diajari. Strategi pembelajaran berbasis masalah menurut Suyanti

(2010:111) merupakan salah satu pembelajaran yang didasarkan kepada psikologi

kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah

laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal


sejumlah fakta, tetapi juga proses interaksi secara sadar antara individu dan

lingkungannya.

Pembelajaran berbasis masalah atau biasa dikenal dengan problem based

learning merupakan pendekatan pembelajaran yang menitikberatkan pada proses

pemecahan masalah di dunia nyata, sebagai bentuk pembelajaran siswa untuk

memahami konsep-konsep pengetahuan dari materi pembelajaran. Sesuai dengan

yang dikatakan Kunandar (2011:173) pembelajaran berbasis masalah (problem based

learning) adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata

sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dengan keterampilan

pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial

dari materi pelajaran.

Berdasarkan pengertian di atas diketahui bahwa model pembelajaran berbasis

masalah menyajikan permasalahan di dunia nyata di kehidupan sehari hari peserta

didik. Permasalahan tersebut kemudian dianalisis oleh peserta didik untuk

menemukan konsep yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diberikan oleh

guru. Dari pembelajaran ini meningkatkan kemampuan proses sains, keterampilan

berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikan masalah serta mengetahui

pengetahuan yang diperlukan.

b. Karakteristik Problem Based Learning

Ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah berdasarkan pendapat dari Sutirman

(2013:137), yaitu sebagai berikut:

1) Proses edukasi berpusat pada siswa

2) Menggunakan prosedur ilmiah

3) Memecahkan masalah yang menarik dan penting

4) Memanfaatkan berbagai sumber belajar


5) Bersifat kooperatif dan kolaborasi

6) Guru sebagai fasilitator.

Karakteristik/ciri dari pembelajaran berbasis masalah yang lebih jauh

dikemukakan Hosnan dalam Atqiya (2016:240) yaitu adanya pengajuan masalah atau

pertanyaan yang dapat muncul dari guru maupun peserta didik yang berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari, kemudian keterkaitan dengan berbagai masalah disiplin

ilmu yang berasal dari berbagai sumber jelas dan terpercaya sehingga nantinya bisa

ditanggung jawabkan, selanjutnya penyelidikan yang autentik atau bersifat nyata

untuk menyelesaikan masalah yang diperoleh sehingga siswa dapat merumuskan dan

menganalisa masalah yang dihadapi, membuat hipotesis, mengumpulkan informasi,

melakukan percobaan, membuat kesimpulan dan mengomunikasikan hasil yang

diperoleh.

Berdasarkan pemaparan diatas, karakteristik pembelajaran berbasis masalah

berbeda dengan model-model pembelajaran yang lain. Banyak model pembelajaran

yang dikembangkan untuk mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep

pengetahuan. Namun dalam pembelajaran berbasis masalah tidak sekedar bagaimana

peserta didik mudah dalam belajar, tetapi lebih jauh dari itu adalah bagaimana peserta

didik menyelesaikan persoalan nyata, mengetahui solusi yang tepat, serta penerapan

solusi tersebut untuk memecahkan masalah.

c. Tahapan Pelaksanaan Model Problem Based Learning

Model pembelajaran berbasis masalah memiliki langkah-langkah/ sintaks

seperti model pembelajaran lainnya. Sintaks pembelajaran berbasis masalah serta

perlakuannya menurut Hamdayana (2014:59) pada tabel 1.

Tabel 2. 1 Sintaks pembelajaran berbasis masalah

Tahap Tingkah Laku


Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan,

mengajukan fenomena atau demonstrasi

Tahap 1 atau cerita untuk memunculkan masalah,

Orientasi siswa memotivasi siswa untuk terlibat dalam

pada masalah pemecahan masalah yang dipilih.

Tahap 2 Guru membantu siswa untuk

Mengorganisasi mendefinisikan dan mengorganisasikan

siswa untuk tugas belajar yang berhubungan dengan

belajar masalah tersebut.

Tahap 3 Guru mendorong siswa untuk

Membimbing mengumpulkan informasi yang sesuai,

penyelidikan melaksanakan eksperimen, untuk

individu maupun mendapatkan penjelasan dan pemecahan

kelompok masalah.

Tahap 4 Guru membantu siswa dalam

Mengembangkan merencanakan dan menyiapkan karya

dan menyajikan yang sesuai seperti laporan, video, dan

hasil karya model serta membantu mereka untuk

berbagi tugas dengan temannya.

Tahap 5 Guru membantu siswa untuk melakukan

Menganalisis dan refleksi atau evaluasi terhadap

mengevaluasi penyelidikan mereka dan proses-proses


proses pemecahan yang mereka gunakan.

masalah

d. Keunggulan dan Kelemahan Model Problem Based Learning

Model pembelajaran berbasis masalah memiliki keunggulan yang sangat

banyak seperti yang dikatakan oleh Kurniasih dan Sani (2015:48-49), antara lain:

1) Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif peserta didik.

2) Dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pada peserta didik.

3) Meningkatkan motivasi peserta didik.

4) Membantu peserta didik dalam mentransfer pengetahuan dengan situasi yang serba

baru.

5) Dapat mendorong peserta didik lebih inisiatif untuk belajar mandiri

6) Mendorong kreativitas peserta didik dengan pengungkapan penyelidikan masalah

yang telah dilakukan.

7) Dengan model pembelajaran ini akan terjadi pembelajaran yang bermakna.

8) Peserta didik mampu mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara

simultan dan mengaplikasikan dalam konteks yang relevan.

9) Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta

didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan

hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Di samping keunggulan, Suyanti (2010:119-120) memaparkan kelemahan

pembelajaran berbasis masalah di antaranya adalah:

1) Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa

enggan untuk mencoba.


2) Keberhasilan strategi pembelajaran berbasis masalah melalui problem solving

membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang

sedang dipelajari, maka mereka tidak Akan belajar apa yang mereka tidak ingin

mempelajari.

Model pembelajaran berbasis masalah memiliki keunggulan dan kelemahan

Sama seperti model pembelajaran lainnya. Keunggulan dari pembelajaran berbasis

masalah yaitu dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik dan

melatih nya untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah karena siswa dituntut untuk

lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Kelemahan dari pembelajaran berbasis

masalah yaitu terkadang peserta didik tidak mengetahui permasalahan yang akan

dipecahkan, peserta didik tidak mengetahui solusi dari permasalahannya, serta

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan masalah terutama

permasalahan yang dianggap sulit bagi peserta didik. Namun model pembelajaran ini

sangat bermanfaat dalam mengembangkan kemandirian siswa dan kerjasama sesama

peserta didik dalam menyelesaikan masalah.

3. Materi Hukum Termodinamika

Termodinamika merupakan cabang fisika yang mempelajari hubungan antara antara

kalor, energi mekanik, serta aspek-aspek lain dari energi dan perpindahannya. Untuk

mempelajari termodinamika siswa harus memahami bebrapa definisi dari konsep

termodinamika antaralain:

a. Sistem dan lingkungan , sistem adalah suatu bagian terpisah yang menjadi pusat

perhatian kita. Sebuah sistem dapat berupa ruang, benda, kuantitas bahan, dan lain-

lain. Adapun lingkungan adalah sesuatu diluar sistem yang dapat mempengaruhi

keadaan sistem secara langsung


b. Kalor merupakan energi yang berpindah akibat perbedaan suhu antara sistem dan

lingkungan. Sistem dapat melepaskan kalor ke lingkungan dan sebaliknya

lingkungan dapat pula memberikan kalor kepada sistem. Kalor dilambangkan

dengan Q

c. Usaha, untuk setiap proses dengan volume (V) tetap usaha yang dilakukan sistem

bernilai nol, sedangkan jika V2 >V 1 berarti usaha (W) dilakukan oleh sistem dan

bertanda positif. Sebaliknya jika usaha V2 < V 1 berarti usaha (W) dilakukan pada

sistem dan usaha ini bertanda negative

d. Energi dalam merupakan keadaan karakteristik gas yang tidak dapat diukur secara

langsung. Yang dapat diukur secara langsung langsung hanyalah perubahannya

(∆U) yaitu ketika sistem berubah dari keadaan awal (U1) ke keadaan akhir (U2)

e. Kapasitas (C) kalor merupakan kemampuan gas untuk menyerap atau melepaskan

kalor persatuan suhu

f. Kalor jenis (c) adalah kapasitas kalor per satuan massa

g. Kapasitas kalor molar gas adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk

menaikkan suhu 1 mol gas sebesar 1 K. Kapasitas kalor molar terdiri dari kapasitas

kalor pada volume tetap (Cv, m)dan kapasitas kalor pada tekanan tetap (Cp, m).

Proses atau perubahan keadaan termodinamika dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu proses irreversible dan proses reversible . Proses irreversible

merupakan proses yang berlangsung secara spontan pada satu arah dan tidak dapat

terjadi dalam arah sebaliknya. Proses reversible adalah merupakan proses

kesetimbangan. Sistem yang mengalami proses reversible selalu berada dalam

keadaan setimbang termodinamika. Proses termodinamika dapat berlangsung secara

isothermal (isotermik), isokhorik, isobarik, ataupun adiabatik. Proses isotermik adalah

proses perubahan keadaan pada suhu tetap. Proses isokhorik adalah proses perubahan
keadaan pada volume tetap. Proses isobarik adalah proses perubahan keadaan pada

tekanan tetap. Proses adiabatik adalah proses tanpa ada kalor yang masuk ataupun

kalor yang keluar.

a. Hukum Ke-Nol Termodinamika

Bunyi dari Hukum ke-0 termodinamika adalah “Apabila dua benda berada

dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga, maka keduanya berada dalam

kesetimbangan termal” (Moran & Shapiro, 2004:19).

Kita dapat mempelajari keseimbangan termal dengan menggunakan tiga

sistem A, B, dan C, yang awalnya tidak berada pada keseimbangan termal

(Gambar 4). Tiga sistem ini ditutup dengan isolator. Sistem A dan B dipisahkan

dengan dinding isolator sehingga keduanya tidak dapat saling berinteraksi.

Akan tetapi, sistem C dibiarkan berinteraksi dengan A ataupun B.

Interaksi ini ditunjukkan dengan sekat konduktor. Setelah kesimbangan termal

tercapai, akhirnya A dan B berada pada keseimbangan termal dengan C. Akan

tetapi, apakah A dan B mencapai keseimbangan termal? Untuk mengetahuinya,

sekarang C dipisahkan dari A dan B dengan menggunakan isolator, serta

mengganti dinding isolator antara A dan B dengan konduktor supaya A dan B

saling berinteraksi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak ada perubahan

suhu pada A dan B. Artinya, jika C mula- mula berada pada kesimbangan termal

dengan A maupun B, maka A dan B juga berada pada keseimbangan termal. Jadi,

jika dua benda berada dalam keseimbangan termal dengan benda ketiga, maka

ketiga benda itu berada dalam keseimbangan termal satu sama lain. Pernyataan ini

dikenal dengan sebutan hukum ke-nol termodinamika. Dua benda, berada dalam

keseimbangan termal satu sama lain jika kedua benda itu memiliki suhu yang
sama.

b. Hukum I Termodinamika

Hukum I Termodinamika menyatakan bahwa “Ketika kalor (Q) diberikan pada

sistem , sebagian kalor yang diberikan digunakan untuk menaikkan energi dalam

sebesar (∆U), sedangkan sisanya keluar dari sistem ketika sistem itu melakukan

usaha (W) terhadap lingkungannya”. Secara matematis, hukum I termodinamika

dirumuskan sebagai berikut:

Q = ∆U + W

Keterangan:

Q : Perubahan kalor pada sistem

∆U : Perubahan energi dalam

W : Usaha yang dilakukan sistem

W bertanda positif ( +) jika usaha dilakukan oleh sistem terhadap lingkungan Q

bertanda positif (+) jika sistem menyerap kalor W bertanda negative (-) jika usaha

dilakukan oleh lingkungan terhadap sistem Q bertanda negative (-) jika sistem

melepaskan kalor.

Berikut ini merupakan penerapan hukum I Termodinamika pada proses perubahan

keadaan yang terjadi pada sistem, diantaranya:

1) Hukum I Termodinamika untuk proses isotermikKarena suhu tetap ∆T = 0 ,

maka tidak ada perubahan energi dalam ∆U = 0

Maka berlaku persamaan: Q = W = n R T (ln V2 / V1)

2) Hukum I Termodinamika untuk proses isokhorik

Selama proses isokhorik ∆V = 0 sehingga sistem tidak melakukan kerja, W = 0


dan berlaku persamaan: Q = ∆U

3) Hukum I Termodinamika untuk proses isobarik

Pada proses isobaric terjadi perubahan suhu pada sistem sehingga terjadi

perubahan energi dalam ∆U. Usaha yang dilakukan oleh sistem pada proses

isobarik adalah W = P . ∆V= P ( V2 - V 1) dan berlaku persamaan:

∆U = Q + P ( V2 - V 1)

4) Hukum I Termodinamika untuk proses adiabatik

Pada proses ini tidak ada kalor yang masuk dan tidak ada kalor yang keluar

sistem, Q = 0 dan berlaku persamaan: ∆U = -W

c. Hukum II Termodinamika

Hukum II termodinamika dinyatakan sebagai berikut:

1) Kalor mengalir secara spontan dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang

bersuhu rendah dan tidak mengalir spontan dalam arah sebaliknya.

(Giancoli:2001)

2) Total entropi jagat raya tidak berubah karena proses reversible terjadi (∆S = 0)

dan bertambah ketika proses irreversible (∆S >0).

3) Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam satu siklus

dengan semata-mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubah

seluruhnya menjadi usaha luar.(Kelvin Plank)

a) Mesin kalor

Kapasitas Kalor (C) merupakan kemampuan gas untuk menyerap dan

melepaskan kalor per satuan suhu.


C = Q / ∆T atau Q = C ∆T Ada 2 jenis kapasitas kalor, yaitu:

Kapasitas kalor pada volume tetap  Cv = Qv / ∆T atau Cv = Qv / n ∆T

Kapasitas kalor pada tekanan tetap  Cp = Qp / ∆T atau Cp = Qp / n ∆T

b) Mesin Carnot

Siklus Carnot ditemukan oleh ilmuan perancis bernama Sadi Carnot pada tahun

1824. Siklus ini merupakan dasar dari mesin ideal yaitu mesin yang paling

efisien yang selanjutnya disebut mesin carnot.

Untuk usaha pada mesin carnot rumus yang digunakan adalah: W = Q2 – Q1

Efisiensi mesin Carnot:

η = ( W / Q1) x 100% atau η = ( 1 - Q2 /Q1) x 100% Untuk mesin ideal

atau mesin carnot

Efisiensi maksimumnya: η = ( 1 – T2/T1) x 100%

c) Mesin Pendingin

Kalor dapat dipaksa mengalir dari benda dingin ke benda panas dengan

melakukan usaha pada sistem. Cara kerja seperi ini disebut cara kerja

mesin pendingin ( refrigerator ) contoh mesin pendingin adalah lemari es

(kulkas) dan pendingin ruangan (AC)

Persamaannya: K = Qc / W  W = QH – Qc

Keterangan:

K : Koefisien kinerja ( Jangkauannya 2 – 6 )

Qc : Kalor dari bahan makanan

W : usaha yang dilakukan

QH : Kalor yang dilepas ke udara


B. Hasil Penelitian Relevan

Penelitian pertama yang relevan dengan penelitian ini adalah skripsi Tanti

Kurniah Sari tahun 2013 yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Hukum

Newton Berbasis Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Sikap Kerjasama Peserta Didik Kelas X SMA N 2

Banguntapan”. Penelitian ini menghasilkan lembar penilaian RPP, LKPD, dan modul

pembelajaran yang valid dengan skor 3.72 untuk RPP dari skor maksimal 4.00 serta

memperoleh kriteria sangat baik, untuk LKPD memperoleh skor 3.80 dari maksimal 4.00

dengan kriteria sangat baik, dan untuk modul pembelajaran memperoleh skor 3.86 dari

maksimal 4.00 dengan kriteria sangat baik. Kualitas keefektifan perangkat pembelajaran

memenuhi kriteria efektif ditinjau dari peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan

sikap kerjasama peserta didik dengan standar gain tinggi berturut-turut 0.78 dan 0.88.

Penelitian kedua yang relevan dengan penelitian ini adalah skripsi dari Siti Maria

Ulva dengan judul angan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning

dengan Memanfaatkan Blog untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Kemampuan

Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Fisika. Penelitian ini menghasilkan produk

berupa perangkat pembelajaran fisika berbasis PBL yang terdiri dari RPP, buku guru,

buku peserta didik, LKPD, blog, dan penilaian hasil belajar khususnya keterampilan

proses sains dan kemampuan pemecahan masalah. Hasil validasi menunjukkan perangkat

pembelajaran yang dikembangkan layak digunakan. Hasil uji coba menunjukkan bahwa

pembelajaran berbasis PBL dengan yang menggunakan perangkat pembelajaran yang

dikembangkan memenuhi kriteria keefektifan. Pembelajaran berdasarkan hasil pretest

dan posttest pada uji coba lapangan yang dilakukan mengalami peningkatan yaitu 17.1

poin dari nilai rata-rata pretest sebesar 58,2 dan nilai ratarata posttest sebesar 75,3.
Penelitian ketiga yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Riska

Dwitasari dengan judul Efektivitas Pendekatan Saintifik Dengan Metode Problem Based

Learning (PBL) pada Pembelajaran Matematika ditinjau Dari Prestasi Belajar Peserta

Didik Kelas X Di Sma Negeri 2 Banguntapan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata

pretest dan posttest kelas eksperimen sebesar 41.50 dan 77.67 serta rata-rata pretest dan

posttest kelas kontrol sebesar 41, 62 dan 77.79. Selain itu, diperoleh varians pretest dan

posttest kelas eksperimen sebesar 62.33 dan 70.23 serta varians pretest dan posttest kelas

kontrol sebesar 122.30 dan 86.65. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa: (1)

pendekatan saintifik dengan metode Problem Based Learning (PBL) efektif ditinjau dari

prestasi belajar matematika, (2) pembelajaran expository efektif ditinjau dari prestasi

belajar matematika, dan (3) pendekatan saintifik dengan metode Problem Based

Learning (PBL) tidak lebih efektif daripada pembelajaran expository pada pembelajaran

matematika ditinjau dari prestasi belajar matematika peserta didik kelas X di SMA

Negeri 2 Banguntapan.

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan Research and

Development (R&D). Research and Development adalah penelitian yang digunakan

untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono

2017:407). Produk yang dikembangkan dan diuji kelayakannya dalam penelitian ini

adalah perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan Bahan Ajar berbasis Problem Based Learning

(PBL).

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi hasil penelitian ini adalah SMA Negeri 3 Barru, yang beralamat JL. Poros

Pekkae Soppeng, kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Adapun subjek penelitian

ini adalah peserta didik kelas XI IPA 2 dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri dari

12 laki-laki dan 17 perempuan.

C. Model Pengembangan Produk

Model pengembangan produk yang digunakan adalah model ADDIE yang terdiri

dari 5 tahapan yaitu 1) Analysis 2) Design 3) Development 4) Implementation 5)

Evaluation. Adapun langkah-langkah pengembangan media pembelajaran dengan model

ADDIE dapat dilihat pada gambar berikut

Analysis

Implementation Evaluation Design


Development

Gambar 3. 1 Bagan Pengembangan Model ADDIE

1. Analisis (Analysis)

Pada tahap ini peneliti menganalisis masalah dasar yang menjadi latar

belakang munculnya pengembangan perangkat pembelajaran ini. Analisis data

dimaksudkan sebagai pengumpulan data berupa gambaran kondisi sekolah dengan

menganalisis kurikulum dan kebutuhan peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 3

Barru. Setelah dianalisis maka peneliti perlu menganalisis kelayakan dan syarat-syarat

dari RPP, Bahan Ajar dan LKPD.

2. Tahap Perencanaan (Design)

Tahap selanjutnya peneliti akan marancang perangkat pembelajaran yang

sesuai dengan kebutuhan siswa di SMA Negeri 3 Barru. Pada tahap inilah dilakukan

rancangan pada perangkat pembelajaran yang berbeda dari perangkat pembelajaran

yang telah ada sebelumnya. Langkah-langkah pada tahap ini yaitu mendesain

perangkat pembelajaran menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran, pemilihan model,

dan media. Mengindentifikasi materi apa yang akan dimuat dalam perangkat

pembelajaran tersebut dan mendesain struktur penulisannya.

3. Tahap Pengembangan (Development)

Tahap ini perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning pokok

bahasan Termodinamika yaitu RPP, LKPD dan Bahan Ajar mulai dikembangkan
peneliti sesuai rancangan yang telah ditentukan, selanjutnya perangkat pembelajaran

tersebut akan divalidasi oleh validator ahli dan validator praktisi. Validasi instrumen

untuk memperoleh daya kevalidan dari perngakat yang dikembangkan berupa RPP,

LKPD dan Bahan Ajar. Validasi instrumen untuk memeperoleh data kepraktisan

berupa angket respon peserta didik dan angket respon guru. Jika perangkat

pembelajaran belum memenuhi kriteria maka peneliti akan merivisi perangkat

pembelajaran berdasarkan komentar dan saran dari validator ahli dan praktisi. Setelah

perangkat yang dikembangkan direvisi kemudian sesuai kriteria maka produk

pengembangan siap untuk diujicobakan dalam kegiatan pembelajaran.

4. Tahap Implementasi (Implementation)

Tahap implementasi perangkat pembelajaran berbasis Problem Based

Learning pokok bahasan Termodinamika yang telah dikembangkan diuji coba kepada

guru mata pelajaran IPA dan peserta didik kelas XI IPA 2. Selama implementasi

perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan diterapkan pada kondisi yang nyata

yaitu di kelas dan menyesuaikan kondisi yang sebenarnya. Pada tahap ini juga guru

diberikan angket respon terkait RPP dan bahan ajar dan peserta didik diberikan angket

respon terkait LKPD.

5. Evaluation

Tahap terakhir dari model ADDIE yakni tahap evaluasi. Evaluasi dilakukan

untuk mengetahui hasil umpan balik responden terhadap kelayakan perangkat

pembelajaran yang dikembangkan. Setelah diperoleh hasil evaluasi selanjutnya

dianalisis berdasarkan kriteria yang tetapkan.


D. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur dalam penelitian ini menggunakan prosedur yang dikemukakan oleh

Sugiyono (2017:409), namun peneliti memodifikasi dan adaptasi seperti pada gambar

sebagi berikut:

Identifikasi Pengumpulan
  Desain Produk
Masalah data

 
  Revisi Desain Validasi Desain
Uji Coba
 
Produk Produk

ambar 3. 2 Prosedur Penelitian hasil Modifikasi Peneliti

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan untuk mengetahui masalah awal yang terjadi di

sekolah. Identifikasi masalah melatarbelakangi dibuatnya pengembangan perangkat

pembelajaran berbasis Problem Based Learning pokok bahasan Termodinamika.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dijadikan sebagai bahan untuk membuat produk. Pada

pengumpulan data peneliti melakukan observasi awal disekolah yang meliputi materi

pembelajaran, kurikulum yang berlaku, lingkungan belajar, strategi penyampaian

dalam pembelajaran dan kondisi siswa.

3. Desain Produk

Pada tahap ini, setelah mengumpulkan informasi dari hasil observasi awal. Peneliti

kemudian melakukan perancangan dengan langkah-langkah pembuatan RPP, LKPD

dan Bahan Ajar dengan mengacu pada Problem Based Learning kemudian dilanjutkan

pada tahap validasi.


4. Validasi

Validasi perangkat pembelajaran ini dilakukan oleh validator ahli dan praktisi.

Validator akan memberi masukan dan saran terkait produk perangkat pembelajaran

yang dikembangkan. Saran-saran validator tersebut digunakan peneliti untuk

memperbaiki produk untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang dapat

digunakan.

5. Revisi

Hasil revisi dari validator ahli dan praktisi digunakan peneliti sebagai pedoman dalam

memperbaiki produk perangkat pembelajaran sebelum dilakukan uji coba.

Selanjutnya, hasil perbaikan akan diperlihatkan kembali kepada validator untuk

memastikan produk yang dikembangkan sudah layak untuk digunakan pada uji coba

di lapangan.

6. Uji Coba

Kegiatan uji coba adalah bagian dari proses pengembangan sehingga hasil dari uji

coba menjadi bahan untuk menyempurnakan produk berupa RPP, LKPD dan Bahan

Ajar. Subjek uji coba adalah guru mata pelajaran IPA dan 29 siswa kelas XI IPA 2

SMA Negeri 3 Barru.

E. Instrumen Penelitian

Jenis instrumen yang diperlukan untuk mengukur efektivitas perangkat

pembelajaran berupa RPP, LKPD dan bahan ajar yang dikembangkan adalah angket

yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Lembar Validasi

Lembar validasi digunakan untuk memperoleh informasi tentang tingkat kevalidan

perangkat pembelajaran berdasarkan penilaian para validator. Lembar validasi terbagi

2 yaitu lembar validasi instrumen dan lembar validasi perangkat pembelajaran.


Informasi yang diperoleh melalui instrumen ini digunakan sebagai masukan dalam

merevisi perangkat yang telah dikembangkan hingga menghasilkan produk akhir yang

valid.

2. Angket

Angket digunakan sebagai salah satu instrumen dalam penelitian ini berupa angket

respon peserta didik dan angket respon guru untuk mengetahui praktis atau tidaknya

perangkat pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar di kelas.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Uji Kevalidan

Lembar validasi perangkat pembelajaran digunakan untuk memperoleh informasi

tentang tingkat kevalidan perangkat pembelajaran berdasarkan penilaian para

validator. Informasi yang diperoleh melalui instrumen ini digunakan sebagai masukan

dalam merevisi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian yang telah

dikembangkan hingga menghasilkan produk yang valid.

2. Data Uji Kepraktisan

Data uji kepraktisan diperoleh dari instrumen penelitian berupa angket respon peserta

didik dan angket respon guru. Data uji kepraktisan diperlukan untuk mengetahui

apakah produk hasil penelitian dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di

kelas.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu

analisis kevalidan dan analisis kepraktisan.

1. Analisis Validitas
Kevalidan produk hasil penelitian dinilai oleh 2 orang validator. Kegiatan yang

dilakukan dalam proses ini memberikan skor jawaban dengan kriteria berdasarkan

skala Likert. Menurut Sugiyono (2012), skala likert digunakan unruk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seorang tentang fenomena sosial.

Tabel 3. 1 Kriteria pemberian skor jawaban validitas

Skor Kriteria
4 Sangat setuju
3 Setuju
2 Tidak setuju
1 Sangat tidak setuju
(Sumber: Sugiyono 2012:34)

Validator ahli materi dan praktisi akan menjawab dengan memberi skor sesuai rubrik

validasi dan dianalisis menggunakan teknik deskriptif persentase

Jumlah skor yang diperoleh


Persentase = x 100 %
Jumlah skor maksimum

Adapun penentuan kriteria validitas ditentukan dengan cara sebagai berikut (Sudjana,

2005:47)

a. Tentukan persentase skor tertinggi/maksimum, yaitu:

4
x 100 % = 100 %
4

b. Tentukan persentase skor rendah/minimum, yaitu:

1
x 100 % = 25 %
4

c. Tentukan range

100% - 25 % = 75 %

d. Menetapkan banyaknya kelas interval, yaitu 4 (sangat layak, layak, kurang layak,

dan tidak layak)


e. Menentukan panjang kelas, yaitu range dibagi dengan banyak kelas interval.

75
= 18, 75 %
4

Dari perhitungan tersebut banyak kelas interval yang diambil adalah 19

Berdasarkan uraian diatas, maka rentang persentase uji kelayakan dapat ditetapkan

pada Tabel berikut:

Tabel 3. 2 Rentang persentase dan kriteria kelayakan


Rentang persentase Kriteria
82 % ≤ P < 100 % Sangat Layak
63 % ≤ P < 82 % Layak
44 % ≤ P < 63 % Kurang Layak
25 % ≤ P < 44 % Tidak Layak
Keterangan: P = Persentase skor

2. Analisis Kepraktisan

Untuk mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran, maka dilaksanakan analisis

respon guru dan peserta didik pada pembelajaran dengan menggunakan perangkat

pembelajaran yang dikembangkan dengan model pembelajaran berbasis Problem

Based Learning (PBL), perangkat yang dimaksud adalah RPP, Bahan Ajar dan

LKPD. Kegiatan yang dilakukan dalam proses analisis kepraktisan adalah sebagai

berikut:

Tabel 3. 3 Kriteria pemberian skor jawaban validitas

Skor Kriteria
4 Sangat setuju
3 Setuju
2 Tidak setuju
1 Sangat tidak setuju
(Sumber: Sugiyono 2012:34)
Guru dan peserta didik akan menjawab dengan memberi skor sesuai rubrik validasi

dan dianalisis menggunakan teknik deskriptif persentase :

Jumlah skor yang diperoleh


Persentase = x 100 %
Jumlah skor maksimum

Adapun penentuan kriteria validitas ditentukan dengan cara sebagai berikut (Sudjana,

2005:47)

a. Tentukan persentase skor tertinggi/maksimum, yaitu:

4
x 100 % = 100 %
4

b. Tentukan persentase skor rendah/minimum, yaitu:

1
x 100 % = 25 %
4

c. Tentukan range

100% - 25 % = 75 %

d. Menetapkan banyaknya kelas interval, yaitu 4 (sangat baik/menarik, Baik/menarik,

kurang baik/menarik, dan tidak baik/menarik)

e. Menentukan panjang kelas, yaitu range dibagi dengan banyak kelas interval.

75
= 18, 75 %
4

Dari perhitungan tersebut banyak kelas interval yang diambil adalah 19

Berdasarkan uraian diatas, maka rentang persentase uji kelayakan dapat ditetapkan

pada Tabel berikut:

Tabel 3. 4 Rentang persentase dan kriteria kelayakan

Rentang persentase Kriteria


82 % ≤ P < 100 % Sangat Baik/menarik
63 % ≤ P < 82 % Baik/menarik
44 % ≤ P < 63 % Kurang baik/menarik
25 % ≤ P < 44 % Tidak baik/menarik
Keterangan: P = Persentase skor

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Desain Pengembangan Perangkat Pembelajaran (Hasil Produk)

Pengembangan perangkat pembelajaran fisika berbasis Problem Based Learning

pokok bahasan Hukum Termodinamika pada peserta didik SMA Negeri 3 Barru dalam

penelitian ini mengacu pada model ADDIE yang terdiri dari tahap analisis (analysis),

tahap desain (design), tahap pengembangan (development), tahap implementasi

(implementation) dan penyebaran (evaluation).Hasil penelitian pada setiap tahap sebagai

berikut.

1. Tahap Analisis (Analysis)

Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab III, pada tahap ini akan diuraikan hasil

analisis yang dilakukan terkait perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Analisis

kebutuhan adalah langkah awal pada penelitian ini. Peneliti melakukan observasi

kurikulum, RPP, LKPD, Bahan Ajar dan Materi Ajar di lingkungan sekolah. Observasi

ini dilakukan di SMA Negeri 3 Barru pada tahun ajaran 2019/2020.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan ditemukan informasi bahwa

SMA Negeri 3 Barru telah menggunakan kurikulum 2013. Namun kegiatan

pembelajaran disekolah masih menggunakan RPP yang telah ada sebelumnya dan belum

signifikan mengembangkan suatu RPP. Penguasaan materi peserta didik kelas XI IPA 2

SMA Negeri 3 Barru masih kurang karena pembelajaran masih bersifat informatif oleh

guru.

LKPD yang digunakan masih sederhana dan belum menekankan pada peserta

didik untuk aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran. LKPD berisi tujuan dan
kegiatan yang ada dibuku dan hanya sedikit kegiatan yang lebih memberikan kesempatan

peserta didik untuk berpikir kritis dan menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian peneliti memilih materi Hukum Termodinamika dengan pertimbangan

bahwa materi tersebut adalah salah satu materi yang menekankan partisipasi aktif dari

peserta didik.

Adapun bahan ajar dalam proses pembelajaran masih menggunakan buku paket

yang disediakan oleh pemerintah, namun belum ada yang berbasis PBL. Model

pembelajaran PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik fisika, namun model ini jarang diterapkan dalam pembelajaran.

Langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah dengan mencari literatur atau

referensi-referensi yang berkaitan dengan pengembangan perangkat pembelajaran yang

meliputi RPP, LKPD dan Bahan ajar berbasis PBL dalam bentuk jurnal maupun skripsi

pendidikan dan bahan lainnya sebagai penunjang isi perangkat pembelajaran yang

berkaitan dengan Hukum Termodinamika.

2. Tahap perancangan (Design)

Tahap ini peneliti mendesain perangkat pembelajaran yang meliputi RPP, LKPD dan

Bahan ajar yang mengacu pada langkah-langkah Problem Based Learning (PBL).

Adapun rancangan pengembangan perangkat pembelajaran ini yaitu sebagai berikut:

a. RPP

Fokus utama pada perancangan RPP berbasis PBL ini yaitu perangkat

pengemabangan, pemilihan media, pemilihan format dan desain awal RPP berbasis

PBL.

Tabel 4. 1 Tahap-tahap perancangan pengembangan RPP berbasis PBL


Tahap perancangan Deskripsi proses perancangan

Perancangan instrumen Perangkat pengembangan dirancang


dengan menyusun lembar validasi, lembar
angket respon guru, perangkat
pengembangan ini telah direvisi
sebelumnya berdasarkan komentar dan
saran yang diberikan oleh validator ahli
materi dan validator praktisi.
Pemilihan format Pemilihan format RPP berbasis PBL ini
disesuaikan dengan observasi di sekolah
Desain awal RPP berbasis Desain awal RPP berbasis PBL mencakup:
PBL a. Judul memuat materi pokok utama RPP
b.Kompetensi dasar yang akan dicapai.
Komponen yang akan dicapai
dicantumkan dalam bentuk tujuan yang
didasarkan pada KI dan KD
c. Langkah membuat Problem based
learning (PBL) memiliki beberapa
langkah sesuai dengan referensi yang
telah ditentukan.
d.Isi RPP terdiri dari kegiatan yang
memuat penugasan dan percobaan

b. Bahan Ajar

Selanjutnya desain bahan ajar berbasis PBL. Dalam penyusunan bahan ajar ini perlu

diperhatikan cara penyajian materi dalam bahan ajar. Penyajian materi dalam bahan

ajar ini menghubungkan ilmu-ilmu fiska dengan konteks dalam kehidupan peserta

didik. Rancangan pengembangan Bahan Ajar berbasis LKPD disajikan dalam tabel

dibawah ini.

Tabel 4. 2 Tahap-tahap rancangan pengembangan Bahan Ajar berbasis LKPD


Tahap perancangan Deskripsi proses perancangan

Perancangan instrumen Perangkat pengembangan dirancang dengan


menyusun lembar validasi, lembar angket
respon guru dan peserta didik, perangkat
pengembangan ini telah direvisi sebelumnya
berdasarkan komentar dan saran yang
diberikan oleh validator ahli materi dan
validator praktisi.
Pemilihan format Format bahan ajar disusun berdasarkan pada
pengembangan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) berbasis PBL
Perancangan awal LKPD Bahan ajar berbasis PBL ini memuat:
berbasis PBL a. Pendahuluan
Pendahuluan berisi halaman judul,
prakata, daftar isi, petunjuk penggunaan
bahan ajar dan peta konsep.
b. Isi
Bagian isi terdiri dari 3 sub bab pokok
bahasan yaitu, Hukum 0 Termodinamika,
Hukum 1 Termodinamika, Hukum II
Termodinamika
c. Penutup
Bagian penutup berisi indeks, glosarium,
rangkuman, evaluasi, dan daftar pustaka.

c. LKPD

Penyusunan rancangan LKPD ini terdiri dari tahapan pengkajian materi, pemilihan

format, dan perancangan awal LKPD berbasis PBL. Adapun rancangan

pengembangan LKPD berbasis PBL ini disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4. 3 Tahap-tahap perancangan pengembangan LKPD berbasis PBL

Tahap perancangan Deskripsi proses perancangan

Perancangan instrumen Perangkat pengembangan dirancang


dengan menyusun lembar validasi, lembar
angket respon guru dan peserta didik,
perangkat pengembangan ini telah direvisi
sebelumnya berdasarkan komentar dan
saran yang diberikan oleh validator ahli
materi dan validator praktisi.
Pengkajian materi Menentukan spesifikasi materi yang akan
dimuat dalam LKPD. Materi yang dipilih
dalam penelitian ini yaitu Hukum
Termodinamika, kemudian menentukan
indikator dan tujuan pemebelajaran sesuai
dengan kompetensi inti dan kompetensi
dan kompetensi dasar.
Pemilihan format LKPD memuat petunjuk penyelesaian
kepada peserta didik. LKPD yang
dikembangkan mengacu pada sintaks PBL.
Perancangan awal LKPD a. Perumusan KD dirumuskan dari
berbasis PBL Standar isi dan Indikator dirumuskan
dari KD yang telah ditetapkan di RPP.
b. Ukuran kertas HVS A4, Ukuran dan
jenis font yaitu 12 (times new roman)
dengan spasi 2,0.
c. Desain pengembangan LKPD terdiri
dari cover,kompetensi, tujuan, identitas
siswa, petunjuk penggunaan, alat dan
bahan, langkah kerja, pertanyaan
dan .kesimpulan

3. Deskripsi hasil pengembangan (Development)

Pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini meliputi RPP, Bahan ajar

dan LKPD yang mengacu pada sintaks Problem Based Learning (PBL). Berikut adalah

deskripsi hasil pengembangan perangkat pembelajaran berbasis PBL.

a. Pengembangan perangkat pembelajaran (RPP)


RPP yang dikembangkan dalam penelitian ini dinilai oleh validator ahli materi dan

praktisi. Setelah semuanya selesai, untuk mendapatkan sebuah RPP yang valid

maka, peneliti melakukan perbaikan pada perangkat pembelajaran yang

dikembangkan berdasarkan masukan dari validator untuk menghasilkan suatu

produk yang layak diuji cobakan. Adapun saran dari validator pada tahap

pengembangan terdapat pada uraian tabel 4.4 berikut.

Tabel 4. 4 Hasil saran validator terhadap RPP

Sebelum Revisi Setelah Revisi

Format RPP harus menggunakan RPP disusun dengan format RPP


RPP setiap pertemuan setiap pertemuan

Pada kegiatan pembelajaran Langkah pembelajaran termuat


harus termuat tahapan model tahapan model Problem Based
Problem Based Learning (PBL) Learning (PBL)

Perlu pentahapan pada model Pentahapan pada model model


Problem Based Learning (PBL) Problem based Learning (PBL)
lebih spesifik lagi, agar sudah dipisahkan yang tergolong
tergolong dalam pendahuluan, dalam pendahuluan, inti dan
inti dan penutup. penutup.

Melengkapi teknik penilaian Teknik penilaian dicantumkan pada


rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP)
1) Tampilan awal RPP

Desain halaman pertama yaitu membuat identitas pada RPP yang berupa nama

sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu dan

memasukkan KI

a) Sebelum b) Setelah

Gambar 4. 1 Tampilan awal RPP sebelum dan setelah revisi


Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa tampilan awal RPP sebelum revisi

menjabarkan RPP secara umum yang dapat dilihat dari alokasi waktu yakni 8 jam

pertemuan. Berdasarkan saran pembimbing dan validator hasil revisi RPP yang

dikembangkan adalah RPP tiap pertemuan, jadi pada penelitian ini peneliti membuat
RPP sebanyak enam pertemuan dan menyesuaikan dengan alokasi waktu tiap

pertemuan. Adapun RPP pertemuan kedua, ketiga sampai keenam dapat dilihat pada

lampiran.

2) Penulisan Kompetensi dasar (KD) dan Perumusan Indikator

KD adalah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran

tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi. Menuliskan perumusan

indikator pencapaian kompetensi dengan berpedoman pada KD.

a) Sebelum b) Setelah

Gambar 4. 2 Tampilan awal RPP sebelum dan setelah revisi

Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan dalam isi KD dan Indikator,

namun tampilan KD dan Indikator sebelum revisi menjabarkan keseluruhan indikator

karena format awal menggunakan RPP perbab. Setelah revisi berdasarkan saran

validator tampilan indikator hanya memuat KD dan indikator yang ingin dicapai pada

tiap pertemuan.

c) Tujuan

Tujuan pembelajaran dibuat berdasarkan SK, KD dan Indikator yang telah ditentukan.
a) Sebelum b) Setelah

Gambar 4. 3 Tujuan Pembelajaran


Pada gambar 4.3 menjelaskan bahwa sebelum revisi tujuan pembelajaran diuraikan

secara keseluruhan. Pada poin tujuan setelah revisi, berisi tentang penjelasan tujuan

pembelajaran pada tiap pertemuan.

d) Materi, Metode/Model, Sumber Belajar, Media dan Alat

Gambar 4. 4 Tampilan Materi,


metode/model, media
dan sumber belajar
Pada gambar 4.4 tidak ada

perubahan pada materi pembelajaran, model, pendekatan dan metode pembelajaran,

sumber belajar , media dan alat.

e) Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam RPP ini terbagi tiga yaitu kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti dan penutup. Kegiatan pendahuluan yaitu mengkondisikan peserta

didik, menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi. Kegiatan inti

berpedoman pada sintaks Problem Based Learning (PBL). Kegiatan penutup yaitu

penegasan kembali pada materi pelajaran yang telah dipelajari dan pemberian tugas.

Gambar 4. 5 Tampilan kegiatan


pembelajaran setelah revisi

f) Penentuan Teknik Penilaian

Penilaian pembelajaran dilakukan pada dua aspek yaitu psikomotorik dan kognitif

ditinjau dari LKPD.


Gambar 4. 6 Tampilan penilaian instrumen

b. Pengembangan perangkat pembelajaran (Bahan Ajar)

Bahan ajar yang telah didesain sebelumnya telah direvisi berdasarkan masukan dari

validator. Adapun masukan, koreksi dan saran-saran dari validator dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 4. 5 Saran validator terhadap Bahan Ajar

Saran Perbaikan Setelah Perbaikan

Menambahkan gambar pada sampul Telah ditambahkan pada


yang berkaitan dengan hukum sampul gambar yang
termodinamika dalam kehidupan berkaitan dengan hukum
sehari-hari termodinamika dalam
kehidupan sehari-hari

Warna-warna dalam bahan ajar agar Telah diberikan warna-warna


ditonjolkan lagi, seghingga motivasi yang menarik
peserta didik lebih meningkat

Tambahkan tujuan pembelajaran Sudah diberi tujuan


pada bahan ajar pembelajaran pada bahan ajar

Menggunakan huruf Calibri math Setiap ada huruf atau angka


untuk penulisan rumus fisika yang merupakan tulisan fisika
menggunakan huruf Calibri
math

Setiap gambar ditambahkan Telah diberi penejelasan pada


penjelasan setiap gambar

Berikut adalah deskripsi pengembangan bahan ajar fisika berdasarkan saran

pembimbing dan validator:

1) Cover Bahan Ajar

Hasil desain cover bahan ajar dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 4. 7 Tampilan desain sampul
setelah revisi

Bagian atas halaman sampul terdapat tulisan Bahan Ajar Berbasis PBL, bagian ini

menjelaskan judul bahan ajar berbasis PBL dengan materi hukum termodinamika.

Halaman judul memuat gambar yang mendefinisikan dari isi materi. Bagian bawah

sudut kiri tercantum nama-nama dari pengembangan bahan ajar berbasis PBL. Pada

bagian bawah sudut kanan terdapat logo universitas. Halaman sampul direvisi

berdasarkan saran dari pembimbing dan validator, yaitu diberi warna yang menarik

untuk memacu minat peserta didik.

2) Kata Pengantar

Penyusunan kata pengantar dapat dilihat pada Gambar 4.8 dibawah ini
Gambar 4. 8 Kata Pengantar

Kata pengantar adalah ucapan penulis mengenai tujuan penulisan bahan ajar dan

harapan penulis terhadap bahan ajar

3) Daftar Isi

Gambar 4. 9 Daftar isi

Daftar isi berisi pokok isi bahan ajar dan juga nomor halaman.

4) Pendahuluan

Gambar 4. 10 Pendahuluan

Pendahuluan dimaksudkan untuk mengarahkan peserta didik pada bab yang akan

dikembangkan dan untuk membantu peserta didik memahami materi yang akan

disampaikan.
5) Panduan Penggunaan Bahan Ajar

Gambar 4. 11 Panduan penggunaan bahan


ajar

Panduan penggunaan bahan ajar mendeskripsikan petunjuk bagi pendidik dan

peserta didik agar dapat mencapai tujuan dari penggunaan bahan ajar berbasis PBL.

6) Peta Konsep

Peta konsep bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci dan menyusun pemetaan

materi yang dipelajari peserta didik. Materi yang sudah dirinci dalam analisis tugas

kemudian dihubungkan sesuai dengan KD yang sudah ditetapkan. Materi yang

digunakan adalah Hukum Termodinamika. Peta konsep untuk materi hukum

termodinamika adalah sebagai berikut:


Gambar 4. 12 Peta konsep hukum termodinamika

7) Tujuan

Gambar 4. 13 Tampilan tujuan

Berdasarkan saran validator tujuan ditambahkan pada bahan ajar.

8) Pembahasan Materi

Hasil penyusunan pembahsaan materi dapat dilihat pada gambar berikut:

a) Sebelum b) Sesudah
Gambar 4. 14 Tampilan pembahasan materi sebelum dan setelah revisi

Pembahasan materi pada Bahan ajar ini berpedoman pada sintaks PBL. Penyusunan

pembahasan materi direvisi berdasarkan masukan dari validator dan pembimbing

yaitu, judul pada setiap materi harus jelas, menambahkan penjelasan pada setiap

gambar, dan warna divariasikan. Tampilan bahan ajar dapat dilihat pada lampiran.
9) Rangkuman

Gambar 4. 15 Rangkuman

Rangkuman dalam bahan ajar ini adalah hasil dari kegiatan merangkum atau

meringkas suatu penjelasan menjadi lebih singkat.

10) Glosarium

Gambar 4. 16 Glosarium

Glosaruim dalam bahan ajar ini disusun secara alfabet yang dilengkapi dengan

definisi atau uraian penjelasan dalam materi bahan ajar agar lebih mudah dipahami.

11) Daftar pustaka


Gambar 4. 17

Daftar Pustaka

Daftar pustaka memuat sumber dan referensi yang digunakan dalam penulisan bahan

ajar.

12) Profil Penulis

Gambar 4. 18 Profil Penulis

c. Pengembangan perangkat pembelajaran (LKPD)

LKPD yang dikembangkan direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari validator

yang menilai. Adapun masukan dari validator pada tahap pengembangan dapat

dilihat pada tabel berikut

Tabel 4. 6 Saran validator terhadap LKPD

Saran/Komentar Rincian Perbaikan


Sampul belum memuat gambar Sampul belum memuat gambar
yang relatif menarik yang relatif menarik
Tujuan pembelajaran ditulis di Halaman pertama dilengkapi
halaman pertama dengan tujuan pembelajaran.
Pada setiap LKPD ditambahkan Menambahkan petunjuk
petunjuk pengerjaan pengerjaan disetiap LKPD
Pada langkah kerja ditanbahkan Telah ditambahkan gambar pada
gambar agar mudah dipahami langkah kerja agar peserta didik
peserta didik lebih paham.

Bentuk kalimat pertanyaan sukar Bentuk kalimat pertanyaan

dipahami disederhanakan dan menyesuaikan


dengan kaidah bahasa Indonesia

Dalam riset ini peneliti mengembangkan tiga LKPD dengan menyesuaikan

pengembangan RPP dan bahan ajar berbasis PBL. Ketiga LKPD tersebut adalah

LKPD Hukum 0 Termodinamika, Hukum I Termodinamika dan Hukum 2

Termodinamika yang dapat dilihat pada lampiran. Adapun komponen-komponen

yang dikembangkan dalam LKPD antara lain:

1) Judul, Kompetensi dan Tujuan

a) Sebelum b) Sesudah
Gambar 4. 19 Tampilan judul, Kompetensi dan Tujuan sebelum dan setelah
revisi

Pada gambar 4.19 merupakan tampilan bagian awal dari LKPD, pada bagian ini

terdapat perubahan setelah dinilai oleh validator. Validator menyarankan untuk

mencantumkan Identitas dan tujuan pada LKPD.


2) Petunjuk dan Tampilan Identitas peserta didik

a) Sebelum b) Sesudah
Gambar 4. 20 Tampilan petunjuk dan identitas peserta didik

Pada gambar 4.20 dapat dilihat terdapat perubahan setelah dinilai . Berdasarkan

saran validator peneliti menambahkan petunjuk pengerjaan disetiap LKPD.

3) Alat dan Bahan

Gambar 4. 21 Alat dan Bahan

Pada gambar 4.21 menguraikan beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam

percobaan

4) Langkah Kerja
a) Sebelum b) Setelah
Gambar 4. 22 Tampilan langkah kerja sebelum dan setelah revisi

Langkah kerja direvisi berdasarkan saran pembimbing dan validator yaitu

menambahkan gambar pada langkah kerja agar mudah dipahami peserta didik.

5) Data Pengamatan

G
ambar 4. 23 Data pengamatan

Data pengamatan diperoleh dari hasil kegiatan percobaan yang telah dilakukan.

6) Kesimpulan
Gambar 4. 24 Kesimpulan

Kesimpulan dalam LKPD ini memuat suatu gagasan yang tercapai pada akhir

pembelajaran

d. Angket respon Guru dan Peserta didik

1) Angket respon guru

Angket respon guru digunakan untuk mendapatkan data pendukung kepraktisan

Perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning (PBL). Setelah

pertemuan terakhir, angket dibagikan kepada guru. Kemudian dari hasil kuesioner

diperoleh data tentang aspek komponen perangkat pembelajaran yang perlu

dimodifikasi.

2) Angket respon peserta didik

Angket respon peserta didik bertujuan mengetahui tanggapan peserta didik

terhadap, Bahan Ajar berbasis Problem Based Learning (PBL) dan lembar kerja peserta

didik (LKPD) yang telah dikemabngkan. Angket respon peserta didik terdiri dari butir-

butir pernyataan, kolom kritik dan saran. Kritik dan saran peserta didik dijadikan acuan

untuk memperbaiki perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning yang

dikembangkan. Angket respon peserta didik diberikan alternatif jawaban Sangat Tidak

Menarik (1), Tidak Menarik (2), Menarik (3) dan Sangat Menarik (4).

4. Deskripsi Hasil Validitas

a. Validasi Ahli dan Praktisi

Hasil pengembangan perangkat pembelajaran tersebut, selanjutnya akan

dilakukan validasi oleh dosen ahli dan praktisi. Validator memberikan penilaian terhadap

perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Salah satu kriteria utama untuk

menentukan baik atau tidaknya suatu perangkat pembelajaran adalah hasil validasi oleh
validator. Validator diminta untuk memvalidasi semua perangkat pembelajaran yang

telah dihasilkan pada tahap perancangan. Selanjutnya saran-saran dari validator

digunakan sebagai bahan pertimbangan dan landasan untuk melakukan revisi perangkat

sehingga diperoleh perangkat prototipe II.

Perangkat-perangkat yang di validasi yaitu format validasi RPP, format validasi

LKPD, format validasi Bahan Ajar, format validasi angket respon peserta didik dan

format validasi angket respon guru. Lembar validasi tersebut dapat dilihat pada lampiran.

Untuk hasil analisis penilaian oleh validator disajikan pada tabel sebagai berikut.

1) Hasil Validasi Terhadap Perangkat Pembelajaran

a) Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Aspek-aspek yang diperhatikan dalam memvalidasi RPP adalah: identitas mata

pelajaran, perumusan KD dan indikator, perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan

materi ajar, pemilihan metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, media, alat dan

sumber belajar dan penggunaan bahasa. Hasil validasi dapat dirangkum pada tabel 4.7

Tabel 4. 7 Rata-rata skor validitas RPP

Aspek Jumlah Jumlah skor Persentase


Skor maksimal (%)
Peraspek peraspek
Isi 73 80 91.25
Kegiatan Pembelajaran 29 32 90.62
Bahasa 14 16 87.5
Jumlah total 116 128 269.37
Rata-rata (%) 89.79
Kategori Sangat Layak

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai rata-rata persentase kelayakan

sebesar 89.79 % . Penilaian secara umum oleh validator untuk RPP sangat layak dan

dapat digunakan dengan sedikit revisi.

b) Hasil Validasi Bahan Ajar


Dalam penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), beberapa aspek yang perlu

diperhatikan dalam memvalidasi perangkat yaitu: aspek didaktif. Konstruksi dan

kegiatan pembelajaran. Hasil validasi dari validator dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4. 8 Rata-rata skor validitas Bahan Ajar

Aspek Jumlah Jumlah skor Persentase


Skor maksimal (%)
Peraspek peraspek
Isi 38 40 95
Kegiatan Pembelajaran 30 32 93.75
Bahasa 16 16 100
Manfaat kegunaan 16 16 100
Jumlah total 100 104 388.75
Rata-rata (%) 97.18
Kategori Sangat Layak

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kevalidan berada

pada sangat layak yaitu dengan rata-rata persentase sebesar 97.18 %. Penilaian secara

umum oleh validator untuk LKPD adalah baik dan dapat digunakan dengan sedikit

revisi. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

c) Hasil Validasi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Dalam penyusunan Bahan Ajar, beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

memvalidasi perangkat yaitu: aspek formal, aspek isi, aspek bahasa dan aspek

manfaat dan kegunaan. Hasil validasi dari validator dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4. 9 Rata-rata skor validitas LKPD

Aspek Jumlah Jumlah skor Persentase


Skor maksimal (%)
Peraspek peraspek
Didaktif 29 32 90.62
Isi 34 40 85
Kegiatan 20 24 83.33
Pembelajaran
Jumlah total 83 96 258.95
Rata-rata (%) 86.31
Kategori Sangat Layak

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kevalidan mendapatkan

rata-rata persentase sebesar 86.31% . Penilaian secara umum oleh validator untuk LKPD

adalah sangat layak dan dapat digunakan dengan sedikit revisi.

Perangkat pembelajaran berbasis problem based learning (PBL) yang

dikembangkan peneliti dinyatakan valid setelah melalui proses validasi dan revisi secara

umum, rata-rata tingkat kevalidan masing-masing perangkat pembelajaran berbasis

problem based learning dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4. 10 Rekapitulasi Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran

No Perangkat Rata-rata Keterangan


. persentase
1 Rencana Pelaksanaan 89.79 Sangat Layak
Pembelajaran (RPP)
2 Bahan Ajar 97.18 Sangat Layak
3 Lembar Kerja Peserta Didik 86.31 Sangat Layak
(LKPD)
Rata-rata 91.09 Sangat Layak

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui rata-rata kevalidan perangkat pembelajaran

secara keseluruhan adalah 91.09 % maka perangkat pembelajaran berbasis problem

based learning yang dikembangkan dinyatakan valid, dan layak digunakan dalam proses

pembelajaran tahap uji coba.

2) Hasil Validasi Terhadap Instrumen Penelitian

a) Hasil Validasi Lembar Angket Respon guru

Dalam penyusunan angket respon guru, beberapa aspek yang perlu diperhatikan

dalam memvalidasi angket respon guru yaitu: aspek formal, aspek isi dan aspek
bahasa. Hasil validasi lembar angket respon guru terdiri dari 3 yakni, validasi lembar

angket respon guru terhadap RPP, validasi angket respon guru terhadap LKPD dan

validasi angket respon guru terhadap bahan ajar. Dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. 11 Rata-rata skor validitas angket respon guru terhadap RPP

Aspek Jumlah Jumlah skor Persentase


Skor maksimal (%)
Peraspek peraspek
Format 32 32 100
Isi 22 24 91.66
Bahasa 22 24 91.66
Jumlah total 76 80 283.32
Rata-rata (%) 94.44
Kategori Sangat Layak

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan penilaian dengan persentase kelayakan

94.44 %. Penilaian secara umum oleh validator untuk angket respon guru terhadap

RPP adalah sangat layak dan dapat digunakan dengan sedikit revisi.

Tabel 4. 12 Rata-rata skor validitas angket respon guru terhadap Bahan Ajar

Aspek Jumlah Jumlah skor Persentase


Skor maksimal (%)
Peraspek peraspek
Format 32 32 100
Isi 22 24 91.66
Bahasa 22 24 91.66
Jumlah total 76 80 283.32
Rata-rata (%) 94.44
Kategori Sangat Layak

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai rata-rata persentase

kelayakan yaitu 94.44 % . Penilaian secara umum oleh validator untuk angket respon

guru terhadap Bahan ajar adalah sangat layak dan dapat digunakan dengan sedikit

revisi.

Tabel 4. 13 Rata-rata skor validitas angket respon peserta didik terhadap LKPD

Aspek Jumlah Jumlah skor Persentase


Skor maksimal (%)
Peraspek peraspek
Format 32 32 100
Isi 22 24 91.66
Bahasa 22 24 91.66
Jumlah total 76 80 283.32
Rata-rata (%) 94.44
Kategori Sangat Layak

Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan bahwa nilai rata-rata persentase

kelayakan yaitu 94.44 %. Penilaian secara umum oleh validator untuk angket respon

guru terhadap LKPD adalah sangat layak dan dapat digunakan dengan sedikit revisi.

b) Hasil Validasi Angket Respon Peserta Didik

Dalam penyusunan angket respon peserta didik, beberapa aspek yang perlu

diperhatikan dalam memvalidasi angket respon peserta didik yaitu: aspek format,

aspek isi dan aspek bahasa. Hasil validasi lembar angket respon peserta didik terdiri

dari 2 yakni, validasi angket respon peserta didik terhadap Bahan ajar dan validasi

angket respon peserta didik terhadap LKPD dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 14 Rata-rata skor validitas angket respon peserta didik terhadap


Bahan Ajar

Aspek Jumlah Jumlah skor Persentase


Skor maksimal (%)
Peraspek peraspek
Format 32 32 100
Isi 22 24 91.66
Bahasa 22 24 91.66
Jumlah total 76 80 283.32
Rata-rata (%) 94.44
Kategori Sangat Layak
Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan bahwa nilai rata-rata persentase

kelayakan yaitu 94.44 % . Penilaian secara umum oleh validator untuk angket respon

peserta didik terhadap LKPD adalah sangat layak dan dapat digunakan dengan sedikit

revisi. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

Tabel 4. 15 Rata-rata skor validitas angket respon peserta didik terhadap


LKPD

Aspek Jumlah Jumlah skor Persentase


Skor maksimal (%)
Peraspek peraspek
Format 32 32 100
Isi 22 24 91.66
Bahasa 22 24 91.66
Jumlah total 76 80 283.32
Rata-rata (%) 94.44
Kategori Sangat Layak

Pada tabel 4.15 menunjukkan bahwa nilai rata-rata persentase sebesar 94.44

%. Penilaian secara umum oleh validator untuk angket respon Peserta Didik terhadap

Bahan Ajar adalah sangat layak dan dapat digunakan dengan sedikit revisi.

Berdasarkan hasil analisis data kevalidan diketahui rata-rata persentase angket

respon guru dan peserta didik keseluruhan adalah sangat layak, maka angket respon guru

dan peserta didik yang dibuat dinyatakan valid, dan layak digunakan dalam proses

pembelajaran tahap uji coba.

5. Deskripsi Hasil Penerapan (Implementation)

Perangkat pembelajaran ini terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), Bahan Ajar dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Uji coba pengembangan

dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran


yang dikembangkan sekaligus untuk mengetahui respon peserta didik dan guru terhadap

RPP, LKPD dan Bahan Ajar serta respon peserta didik terhadap LKPD dan Bahan Ajar.

Salah satu kriteria utama untuk mengetahui suatu perangkat pembelajaran praktis

atau tidaknya dapat dilihat dari hasil analisis angket respon guru dan angket respon

peserta didik.

a. Analisis Angket Respon Guru

Angket respon guru diperoleh dari uji coba pengembangan melalui pembelajaran di

SMA Negeri 3 Barru pada kelas XI IPA 2 sebanyak 29 peserta didik. Pada tahap ini

didapatkan catatan respon guru terhadap RPP, LKPD dan Bahan Ajar berbasis

Problem Based Learning (PBL) sebagai berikut:

1) Angket respon guru terhadap RPP

Angket ini digunakan untuk mengetahui kategori kepraktisan dari penggunaan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dikembangkan. Adapun rata-

rata respon pernyataan dari seluruh aspek ditunjukkan pada tabel 4.16.

Tabel 4. 16 Rata-rata skor respon guru terhadap RPP


Aspek Skor Jumlah Persentase Kategori
Peraspe Skor (%)
k maksimal
Materi 19 20 95 Sangat Baik
Penyajian 20 20 100 Sangat Baik
Bahasa 7 8 87,5 Sangat Baik
Rata-rata 94.16 Sangat Baik

Berdasarkan tabel 4.16 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari aspek

penggunaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah 3.58 dan persentase

kelayakan sebesar 89,58% yang berarti aspek dan kriteria yang dinilai pada aspek

penggunaan LKPD berada pada kategori sangat baik.

2) Angket respon guru terhadap bahan ajar


Angket ini digunakan untuk mengetahui kategori kepraktisan dari penggunaan bahan

ajar yang telah dikembangkan. Adapun rata-rata respon pernyataan dari seluruh aspek

ditunjukkan pada tabel 4.17

Tabel 4. 17 Rata-rata skor respon guru terhadap Bahan Ajar

Aspek Skor Jumlah Persentase Kategori


Skor (%)
maksimal
Materi 25 28 89.28 Sangat Baik
Penyajia 24 24 100 Sangat Baik
n
Bahasa 12 12 100 Sangat Baik
Rata-rata 96.42 Sangat Baik

Berdasarkan tabel 4.17 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata pesentase

kelayakan sebesar 96,42 % yang berarti aspek dan kriteria yang dinilai pada aspek

penggunaan bahan ajar berada pada kategori sangat baik.

3) Angket respon guru terhadap LKPD

Angket ini digunakan untuk mengetahui kategori kepraktisan dari penggunaan LKPD

yang telah dikembangkan. Adapun rata-rata respon pernyataan dari seluruh aspek

ditunjukkan pada tabel 4.18.

Tabel 4. 18 Rata-rata skor respon guru terhadap LKPD


Aspek Skor Skor Persentase Kategori
maksimal (%)
Materi 24 28 85.71 Sangat Baik
Penyajian 21 24 87.5 Sangat Baik
Bahasa 16 16 100 Sangat Baik
Rata-rata 91,07 Sangat Baik

Berdasarkan tabel 4.18 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari aspek

penggunaan LKPD adalah 3.64 dan persentase 91.07 yang berarti aspek dan kriteria

yang dinilai pada aspek penggunaan LKPD berada pada kategori sangat baik.

Rekapitulasi hasil analisis dari angket respon peserta didik dapat dilihat pada
tabel 4.19 berikut:
Tabel 4. 19 Rekapitulasi hasil Respon Guru
No Aspek X̅ Persentase (%) Keterangan

1 RPP 3.58 89.58 Sangat Baik


2 Bahan Ajar 3.62 91.07 Sangat Baik
2 LKPD 3.64 96.42 Sangat Baik
Rata-rata 3.61 92,35 Sangat Baik

Berdasarkan rekapitulasi hasil respon guru diatas diperoleh pengkonversian nilai

kuantitatif 1 sampai 4 menjadi kategori kualitatif untuk menyimpulkan bagaimana

tingkat kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Berdasarkan acuan

konversi tersebut, maka hasil rata-rata respon guru terhadap RPP, LKPD dan Bahan

Ajar berbasis Problem Based Learning masing-masing berada pada kategori sangat

baik, atau bisa dikatakan sangat praktis.

b. Analisis Angket Respon Peserta Didik

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data respon peserta didik adalah

angket respon peserta didik. Angket respon peserta didik diperoleh dari uji coba

terbatas melalui pembelajaran di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Barru sebanyak 29

peserta didik. Respon peserta didik terhadap perangkat pembelajaran dibagi menjadi

dua aspek yaitu respon peserta didik terhadap LKPD dan respon peserta didik

terhadap bahan ajar berbasis problem based. Berikut akan dibahas perolehan data tiap

aspek.

1) Respon peserta didik terhadap Bahan Ajar

Aspek ini digunakan untuk mengetahui kategori kepraktisan dari penggunaan Bahan

Ajar yang telah dikembangkan. Adapun rata-rata respon pernyataan dari aspek ini

ditunjukkan pada tabel 4.20.


Tabel 4. 20 Rata-rata skor respon peserta didik terhadap Bahan Ajar

Aspek Jumlah Skor Jumlah Skor Persentase


Peraspek maksimal (%)
Ketertarikan 572 696 82.18
Materi 471 580 81.20
Bahasa 317 348 91.09
Jumlah 1360 1624 254.47
Rata-rata (%) 84.82
Kategori Sangat Menarik

Sumber: Hasil pengolahan data respon peserta didik

Tabel 4.20 diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari aspek penggunaan bahan

ajar adalah 84,82 % yang berarti aspek dan kriteria yang dinilai pada aspek

penggunaan bahan ajar berada pada kategori sangat menarik. Hasil selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran.

2) Deskripsi Hasil Respon Peserta Didik Terhadap LKPD

Angket ini digunakan untuk mengetahui kategori kepraktisan dari penggunaan lembar

kerja peserta didik (LKPD) yang telah dikembangkan. Adapun rata-rata respon

pernyataan dari seluruh aspek ditunjukkan pada tabel 4.21.

Tabel 4. 21 Rata-rata skor respon peserta didik terhadap LKPD

Aspek Jumlah Skor Jumlah Skor Persentase


Peraspek maksimal (%)
Ketertarikan 480 580 82.75
Materi 543 696 78.01
Bahasa 310 348 89.08
Jumlah 1333 1624 249.84
Rata-rata (%) 83.28
Kategori Sangat Menarik

Berdasarkan tabel 4.22 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari aspek

penggunaan LKPD adalah , yang berarti aspek dan kriteria yang dinilai pada aspek
penggunaan LKPD berada pada kategori baik. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran.

Rekapitulasi hasil analisis dari angket respon peserta didik dapat dilihat pada

tabel 4.23 berikut:

Tabel 4. 22 Rekapitulasi hasil respon Peserta Didik

Aspek Rata-rata Keterangan


persentase (%)

Bahan Ajar 84.82 Sangat Menarik

LKPD 83.28 Sangat Menarik

Rata-rata 84.05 Sangat Menarik

Tabel 4.23 menunjukkan penilaian peserta didik tehadap Bahan ajar dan

LKPD mendapatkan respon sangat menarik dengan persentase 84.05 %, yang berarti

aspek dan kriteria yang dinilai pada angket respon peserta didik berada pada kategori

sangat baik.

6. Evaluasi (Evaluation)

Kegiatan evaluasi adalah proses untuk mengukur ketrcapaian pengemabangan perangkat

pembelajaran (RPP, Bahan Ajar dan LKPD). Peneliti menilai kelayakan Perangkat

pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan hasil validasi perangkat pembelajaran dan

hasil respon guru dan peserta didik setelah menggunakan perangkat pembelajaran pada

materi Hukum Termodinamika. Kelayakan Perangkat pembelajaran diukur dari hasil

validasi oleh para validator. Hasil keselurahan validasi perangkat pembelajaran

menunjukkan rata-rata dalam kategori sangat layak digunakan. Kepraktisan perangkat

pembelajaran selanjutnya diukur dengan respon guru dan peserta didik. Setelah

perangkat pembelajaran diuji cobakan rata-rata keseluruhan respon guru adalah sangat

baik, dan respon peserta didik menunjukkan kategori sangat menarik.


B. Pembahasan

Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning ini

diharapkan dapat meningkatkan prestasi peserta didik serta mempermudah guru dalam

proses belajar mengajar. Perangkat pembelajaran ini terdiri dari Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan Bahan Ajar. Selain itu

angket respon guru dan angket respon peserta didik dibuat untuk mengetahui kelayakan

perangkat pembelajaran fisika berbasis Problem Based Learning yang telah

dikembangkan.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

dan Bahan Ajar dinilai oleh satu dosen ahli dan praktisi. Sedangkan hasil angket respon

guru dan peserta didik diperoleh dari uji coba terbatas di kelas XI IPA 2 di SMA Negeri

3 Barru. Berdasarkan hasil analisis data berikut ini adalah rincian masing-masing

perangkat pembelajaran.

1. Analisis Kevalidan

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Penilaian Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) ditinjau dari standar proses

yang telah ditentukan pada Permendikbud No. 22 tahun 2016 RPP yang dibuat terdiri

dari tujuh komponen utama yang dikembangkan yaitu identitas mata pelajaran,

perumusan indikator, pemilihan materi ajar, pemilihan media pembelajaran, skenario

pembelajaran, penggunaan bahasa dan penilaian. Identitas mata pelajaran sangat jelas,

indikator dirumuskan sesuai KI dan KD kurikulum 2013, serta pemilihan materi ajar dan

media belajar telah sesuai KI, KD dan Indikator yang dituju. RPP menggunakan skenario

pembelajaran yang disesuaikan dengan sintaks model Problem Based Learning (PBL).

Kemudian menggunakan Bahasa Indonesia sesuai dengan EYD. Berdasarkan hasil

validasi oleh ahli materi dan praktisi, RPP yang dibuat telah memenuhi kriteria layak
digunakan dengan perolehan persentase skor rata-rata sebesar 89.79 %. Skor tersebut

termasuk dalam kategori sangat baik. Suatu instrumen dikatakan valid apabila minimal

memenuhi kriteria baik, dengan demikian dapat dikatakan RPP yang telah dikembangkan

layak digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

b. Bahan Ajar

Penilain Bahan Ajar ditinjau dari aspek format, isi, bahasa dan manfaat/kegunaan

bahan ajar. Format bahan ajar berisi sampul, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan,

tujuan, sumber dan bahan, konsep, rangkuman, soal evaluasi, daftar pustaka dan

glosarium. Bahan Ajar menggunakan Bahasa Indonesia sesuai EYD. Bahan Ajar memuat

materi yang membimbing peserta didik dalam menyelesaikan masalah. Bahan Ajar

dilengkapi dengan ilustrasi sehingga memudahkan peserta didik dalam memahami

materi. Berdasarkan hasil validasi ahli materi dan praktisi, Bahan Ajar telah memenuhi

kriteria layak digunakan dengan skor rata-rata 97.18 % . Skor tersebut termasuk kategori

sangat baik. Dengan demikian Bahan Ajar yang telah dikembangkan layak digunakan

dalam proses pembelajaran.

c. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Penilaian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ditinjau dari aspek didaktif,

konstruksi, dan kegiatan pembelajaran. Format LKPD memuat sampul, kolom identitas,

tujuan pembelajaran, indikator, prosedur kegiatan, alat dan bahan yang dibutuhkan.

LKPD menggunakan Bahasa Indonesia sesuai EYD. LKPD memuat pernyataan yang

mampu membimbing peserta didik untuk dapat melakukan pemecahan masalah. LKPD

juga dilengkapi dengan ilustrasi sehingga memudahkan peserta didik untuk memahami

materi. Secara struktural isi LKPD terdiri dari empat bagian utama yaitu permasalahan,

penyelidikan, penyajian data dan analisis. Berdasarkan hasil validasi ahli materi dan

praktisi, LKPD yang dibuat telah memenuhi kriteria layak dengan perolehan skor rata-
rata 86.31%. Menurut Widyoko (2004:144) skor tersebut termasuk kategori sangat baik.

Instrumen dikatakan valid apabila minimal memenuhi kriteria baik, dengan demikian

dapat dikatakan LKPD yang telah dikembangkan layak digunakan dalam kegiatan

pembelajaran.

2. Analisis Kepraktisan

a. Hasil respon guru

Angket respon guru terhadap RPP diperoleh skor rata-rata angket respon guru

terhadap RPP dari seluruh aspek adalah 94.16 % atau dapat dikategorikan sangat baik.

Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

berbasis Problem Based Learning yang dikembangkan praktis digunakan dalam kegiatan

pembelajaran. Langkah selanjutnya dari respon guru pada uji coba terbatas, media

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) diperbaiki sesuai respon kualitatif berupa

saran perbaikan agar dapat meningkatkan penguasaan materi pokok hukum

termodinamika.

Hasil uji coba pengembangan yang telah dilakukan diperoleh skor rata-rata

angket respon guru terhadap Bahan Ajar adalah 96.42 % dapat dikategorikan sangat baik.

Berdasarkan skor rata-rata tersebut disimpulkan bahwa respon guru terhadap bahan ajar

berbasis Problem Based Learning (PBL) yang telah dikembangkan praktis untuk

digunakan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, hasil respon guru terhadap bahan

ajar berupa saran dan komentar digunakan untuk memperbaiki bahan ajar agar

meningkatkan penguasaan materi terutama pada hukum termodinamika.

Hasil angket respon guru terhadap LKPD dari uji coba terbatas yang telah

dilakukan diperoleh skor rata-rata dari seluruh aspek adalah 91.07 % dapat

dikategorikan sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa respon guru terhadap

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis Problem Based Learning (PBL) yang telah
dikembangkan praktis digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Hasil respon guru pada

uji terbatas, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) diperbaiki sesuai saran dan perbaikan.

Berdasarkan hasil respon guru terhadap RPP, LKPD dan Bahan Ajar yang telah

dilakukan pada uji coba terbatas di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Barru diperoleh saran

untuk memperbaiki perangkat pembelajaran (RPP,LKPD dan Bahan Ajar) berbasis

Problem Based Learning (PBL).

b. Hasil respon peserta didik

Hasil respon peserta didik terhadap Bahan Ajar yang diperoleh dari uji coba

terbatas yang telah dilakukan didapatkan skor rata rata dari seluruh aspek yang dinilai

adalah 84.82 % dapat dikategorikan baik. Berdasarkan hasil angket respon peserta didik

terhadap Bahan Ajar berbasis Problem Based Learning (PBL) yang telah dikembangkan

praktis untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

Hasil angket respon peserta didik terhadap LKPD diperoleh dari uji coba terbatas

di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Barru. Skor rata-rata hasil respon peserta didik dari

seluruh aspek adalah 83.28 %. Berdasarkan skor rata-rata tersebut dapat dikategorikan

sangat baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

berbasis Problem Based Learning (PBL) praktis untuk digunakan dalam kegiatan

pembelajaran. Tindak lanjut untuk hasil respon peserta didik berupa saran dan komentar

dijadikan bahan referensi dalam memperbaiki Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

berbasis Problem Based Learning (PBL) yang dikembangkan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan nilai analisis data tentang pengujian perangkat pembelajaran

berbasis problem based learning berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

lembar kerja peserta didik (LKPD) dan bahan ajar yang dikembangkan maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kategori valid dengan skor rata-

rata 91.09 % sehingga layak untuk diujicobakan berdasarkan penilaian para ahli.

2. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kategori praktis dan mudah

digunakan dengan rata-rata hasil angket respon guru 92.35 dengan kategori baik dan

hasil rata-rata respon peserta didik 84.05 dengan kategori sangat menarik.

B. Implikasi Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti melihat adanya

peningkatan hasil belajar dan terjadi perubahan sikap positif peserta didik terhadap

pembelajaran, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:

1. Kepada pihak sekolah khususnya guru Fisika sebaiknya menggunakan perangkat

pembelajaran yang berbasis problem based learning agar dapat melatih peserta didik
tetap aktif untuk menemukan sendiri solusi dari setiap permasalahan yang disajikan

karena model ini juga sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.

2. Bagi peneliti, seharusnya mengkaji lebih dalam pada saat merancang metode

pengembangan. Agar dihasilkan produk yang baik dan tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan tercapai sepenuhnya.

3. Perangkat pembelajaran berbasis problem based learning yang dihasilkan sebaiknya

diujicobakan di sekolah-sekolah lain.

Anda mungkin juga menyukai