Anda di halaman 1dari 10

Meningkatkan Keaktifan Belajar Peserta Didik pada Materi Teks Prosedur

Melalui Model Project Based Learning (PjBL) dan Media Pembelajaran


Interaktif di Kelas VII MTsN 11 Hulu Sungai Selatan
Penulis : Ahmad Rif’an, S.Pd.

Istilah best practice atau praktik baik merupakan bentuk publikasi ilmiah yang dapat
dilakukan oleh guru. Praktik baik (best practice) biasanya dimiliki guru saat melaksanakan
kegiatan pembelajaran di sekolah. Praktik baik itu didasarkan pada penguasaan inti materi dan
pedagogik yang diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas, serta menghasilkan
pembelajaran bermakna bagi peserta didik. Penulis merupakan mahasiswa PPG Dalam Jabatan
Kementerian Agama Angkatan II tahun 2022 di Universitas Muhammadiyah Malang dengan
NIM 202210631012164.

Pada akhir pelaksanaan PPL PPG dalam jabatan tahun 2022 ini para mahasiswa
diwajibkan untuk menyusun best practice dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
Penulis melaksanakan PPL di MTsN 11 Hulu Sungai Selatan, Kecamatan Daha Utara,
Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang merupakan instansi tempat asal mengajar. Penerapan
praktik pembelajaran yang akan disusun sebagai best practice dilakukan pada kelas VII. Tujuan
yang ingin dicapai dari best practice adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar peserta didik
pada materi penyusunan teks prosedur pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pelaksanaan
praktik dilakukan PPL Aksi 2 pada tanggal 18 Oktober 2022 untuk pertemuan pertama, dan
tanggal 21 Oktober 2022 untuk pertemuan kedua. Penyusunan best practice menggunakan
metode STAR (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi) dengan melihat hasil dan dampak yang
ditimbulkan setelah penerapan strategi yang digunakan oleh penulis.

Situasi
Berdasarkan metode STAR yang digunakan dalam penyusunan best practice, langkah
pertama yang dilakukan adalah melihat situasi atau kondisi yang menjadi latar belakang
penerapan strategi yang akan digunakan. Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran yang telah
dilakukan, terdapat beberapa masalah sebagai berikut :
1. Motivasi peserta didik dalam belajar rendah.
2. Nilai peserta didik pada evaluasi yang rendah.
3. Tidak siap belajar di awal proses pembelajaran.
4. Malas mengerjakan soal yang diberikan guru.
5. Sering berbicara dengan teman di kelas saat pembelajaran berlangsung.
6. Kurang aktif dalam mengungkapkan pendapat.

Beberapa masalah di atas tersebut menjadi penyebab latar belakang masalah dari praktik
pembelajaran yang telah dilakukan. Sehingga praktik pembelajaran menggunakan model,
metode, dan media pembelajaran yang interaktif dianggap penting dilaksanakan untuk
mengatasi masalah yang berkaitan dengan keaktifan belajar peserta didik yang rendah.

1
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas
siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan
unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Menurut Sudjana (2010:61),
keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari:
1. Partisipasi aktif dalam melaksanakan tugas belajarnya
2. Terlibat dalam pemecahan masalah
3. Bertanya kepada siswa lain/kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapinya
4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk pemecahan masalah
5. Melaksanakan diskusi kelompok
6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya
7. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah, yaitu siswa dapat mengerjakan soal
atau masalah dengan mengerjakan LKS
8. Kesempatan menggunakan/menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan
tugas/persoalan yang dihadapinya.

Praktik pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan belajar peserta didik pada materi
penyusunan teks prosedur pada mata pelajaran Bahasa Indonesia menurut penulis penting
untuk dibagikan, karena memiliki keunggulan dalam kegiatan eksperimen yang membuat
peserta didik lebih interaktif. Sehingga praktik ini diharapkan bisa memotivasi diri saya sendiri,
juga diharapkan bisa menjadi referensi atau inspirasi bagi rekan guru yang lain.
Penulis dalam hal ini berperan sebagai penyaji (guru) merasa memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakan dan mengolah proses pembelajaran agar berjalan dengan interaktif, efektif,
inovatif, dan menyenangkan. Pembelajaran menggunakan model dan media yang tepat serta
inovatif dapat mempermudah guru mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Sehingga
diharapkan akan meningkatkan keaktifan belajar peserta didik sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.

Tantangan
Langkah kedua dalam penerapan metode STAR yang dilakukan adalah melihat tantangan
yang dihadapi guru untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dari analisis hasil kajian
literatur dan wawancara, penyebab dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu
meningkatkan keaktifan belajar siswa yang rendah pada materi penyusunan teks prosedur pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII, antara lain :
1. Kurangnya penggunaan bahan ajar maupun literasi untuk peserta didik yang tepat untuk
menggambarkan materi pembelajaran.
2. Model dan metode pembelajaran guru yang monoton dan belum inovatif.
3. Motivasi belajar siswa yang masih rendah
4. Penggunaan media pembelajaran berbasis TIK (Teknologi Informasi Komunikasi) yang
tidak maksimal.

2
Dari penyebab di atas, tantangan yang dihadapi oleh guru dalam meningkatkan keaktifan
belajar peserta didik yang rendah pada materi penyusunan teks prosedur pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia kelas VII yaitu:
1. Pemilihan bahan ajar dan literasi yang tepat dan menarik bagi peserta didik.
2. Penggunaan model dan metode pembelajaran yang variatif sehingga peserta didik tertarik
dan fokus serta antusias dalam proses pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik dalam belajar.
3. Guru harus bisa membangkitkan motivasi belajar peserta didik melalui proses pembelajaran
yang aktif dan menyenangkan.
4. Guru harus mampu menggunakan media pembelajaran berbasis TIK yang tepat dalam
proses pembelajaran.
Berdasarkan ke empat hal tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dihadapi guru
merupakan sisi kompetensi guru yang wajib ditingkatkan yaitu kompetensi guru dalam
pedagogik dan profesional.

Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah peserta didik, rekan guru sejawat, kepala
sekolah, dosen pembimbing, dan guru pamong. Beberapa pihak tersebut perlu dilibatkan untuk
memberikan pendapat dan masukan sebelum pelaksanaan kegiatan praktik pembelajaran ini
guna mendukung kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dalam proses
pelaksanaan praktik pembelajaran. Begitu juga dengan keterlibatan dosen pembimbing dan
guru pamong selama video conferensi di ruang Google Meeting kelompok A Jurusan Bahasa
Indonesia di Universitas Muhammadiyah Malang.

Aksi
Langkah ketiga dalam penerapan metode STAR adalah melakukan aksi. Pada tahap ini
guru melaksanakan langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan yang telah
ditemukan. Langkah-langkah yang harus dilaksanakan yaitu:
1. Identifikasi masalah yang telah dianalisis berdasarkan informasi yang ditemukan dari hasil
wawancara dengan kepala sekolah dan guru senior, serta kajian literatur yang didapat dari
jurnal dan artikel.
2. Menyiapkan perangkat pembelajaran yaitu modul ajar, bahan ajar, media pembelajaran,
LKPD, instrumen penilaian baik berupa rubrik penilaian dan lembar penilaian hasil
produk, kisi-kisi dan lembar evaluasi sesuai dengan model dan metode pembelajaran yang
relevan serta pemanfaatan teknologi yang disesuaikan dengan TPACK (Technological
Pedagogical Content Knowledge).
3. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perangkat yang telah dibuat dan sesuai waktu
yang ditentukan.

Setelah menentukan langkah-langkah untuk menghadapi tantangan, kemudian guru akan


menentukan strategi yang digunakan untuk praktik pembelajaran. Strategi ini diharapkan
mampu untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas. Strategi yang
digunakan oleh penulis adalah :

3
1. Pemilihan Model Pembelajaran
Strategi yang dilakukan guru dalam pemilihan model pembelajaran adalah dengan
memahami karakteristik peserta didik dan karakteristik materi. Guru memilih model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL). Menurut Daryanto dan Raharjo (2012: 162)
Project Based Learning, atau PJBL adalah model pembelajaran yang yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dan beraktifitas secara nyata.
Pembelajaran model PjBL ini menyebabkan pergeseran peran guru tidak lagi sebagai ahli
menyampaikan konten, atau hanya memberikan informasi dalam potongan yang kecil.
Penerapan model pembelajaran ini dapat menjadikan suasana pembelajaran lebih “hidup” dan
menyenangkan. Sehingga peserta didik lebih bersemangat dalam belajar dan lebih peka
terhadap lingkungan. Dikarenakan mereka lebih aktif dalam belajar, menghadapi kondisi riil
dalam kehidupan dan menghasilkan produk/ karya tidak hanya sebatas pada menghafal teori
atau menerima informasi saja.

Sintak-sintak pembelajaran PjBL sebagai berikut:


1) Menentukan pertanyaan atau masalah utama;
Kegiatan ini peserta didik diberikan sebuah permasalahan yang akan diselesaikan dalam
kelompok pada kegiatan pembelajaran. Guru menayangkan gambar dan video pada power
point atau PPT.

Gambar 1 : Peserta didik mengamati tayangan di PPT.

2) Merencanakan proyek;
Kegiatan ini peserta didik dikelompokkan menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 5-6 peserta
didik. Setiap kelompok menerima LKPD dari guru, kemudian peserta didik mengamati dan
memahami isi LKPD. Pada tahap ini peserta didik aktif berdiskusi dengan teman lainya untuk
menentukan proyek yang akan dibuat. Peserta didik merencanakan membuat video tutorial teks
prosedur kegiatan yang berbeda-beda.

4
Gambar 2 : Peserta didik aktif berdiskusi menentukan proyek yang akan dibuat

3) Membuat jadwal penyelesaian proyek;


Kegiatan ini peserta didik membuat jadwal dalam menyelesaikan proyek untuk memecahkan
masalah yang diberikan pada sintak sebelumnya. Mulai dari jadwal menyiapkan alat dan bahan,
sampai jadwal rekaman dan editing video.

4) Memonitor kemajuan penyelesaian proyek;


Pada tahap ini guru mengawasi jalannya kegiatan peserta didik menyelesaikan proyek. Guru
juga memastikan proyek yang dibuat sesuai apa yang direncanakan pada tujuan pembelajaran,
serta memberi bimbingan agar proyek berhasil dengan baik. Pelaksanaan proyek oleh peserta
didik dilakukan di luar jam pelajaran. Pengawasan oleh guru dilakukan melalui menanyakan
secara aktif melalui grup WhatsApp, kelompok yang sedang melaksanakan pembuatan proyek
akan dikunjungi ke tempat kelompok.

Gambar 3 : Monitoring ke tempat kelompok ketika pembuatan proyek

5) Mempresentasikan dan menguji hasil proyek;


Kegiatan ini peserta didik melakukan presentasi dari hasil proyek yang telah dilakukan. Secara
bergiliran di depan kelas. Kemudian kelompok lain menanggapi dari hasil presentasi. Peserta
didik aktif memberikan tanggapan, berupa pertanyaan maupun masukan kepada kelompok
yang tampil presentasi.

5
Gambar 4 : Kelompok 1 sedang mempresentasi hasil proyek yang dibuat

6) Mengevaluasi dan refleksi proses dan hasil proyek;


Kegiatan ini guru melakukan analisis dari hasil proyek dan presentasi kelompok.
Dilakukan dengan bertanya jawab kepada peserta didik. Sehingga guru dapat
mengetahui tingkat pemahaman materi yang telah dikuasai peserta didik.

Proses penerapan model ini guru mempelajari apa saja model-model dalam
pembelajaran. Kemudian memahami karakteristik peserta didik dengan melihat
kemampuan dasar dan kebiasaan peserta didik. Selanjutnya melihat karakteristik materi
dengan mempelajari materi pembelajaran yang terdapat di buku atau bahan ajar.
Dalam proses pembelajaran dengan Problem Based Learning keaktifan dari
peserta didik dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan saat pembelajaran berlangsung.
Selain itu dapat melihat langsung benda nyata yang akan menjadi proyek tersebut serta
penyelesaian project yang diberikan dapat selesai sesuai dengan jadwal disusun

2. Pemilihan Media Pembelajaran.


Sadiman (2008: 7) menjelaskan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam hal ini
adalah proses merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa
sehingga proses belajar dapat terjalin. Penggunaan media pembelajaran pada tahap
orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembalajaran dan
penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Di samping membangkitkan motivasi
dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa menigkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran
data dan memadatkan informasi.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
a. Strategi yang dilakukan guru dalam pemilihan media adalah dengan menggunakan
aplikasi power point atau PPT. Salindia pada PPT didesain semenarik mungkin dan
bersifat interaktif.
b. Proses penggunaan media pembelajaran berbasis TPACK untuk memudahkan guru
mentransformasi ilmu pengetahuan dan juga membangkitkan motivasi peserta didik.
Guru menayangkan gambar dan video pembelajaran yang menarik yang disajikan
melalui LCD proyektor.

6
c. Membagikan tautan bahan literasi kepada peserta didik melalui aplikasi grup whatsapp
di gawai atau telepon genggam. Tautan itu dengan menggunakan aplikasi microsite
dan terkoneksi dengan google drive. Isi tautan itu beruapa daftar tautan dan bisa
diunduh peserta didik sehingga bisa digunakan ketika di luar jam pembelajaran atau
saat tidak ada sinyal jaringan internet.

Gambar 2 : Tangkapan layar tampilan bahan literasi digital aplikasi microsite

3. Pihak yang Terlibat


a. Guru
Guru pada penerapan ini sebagai penyaji dalam peraktik pembelajaran. Kegiatan yang
dilakukan guru anatara lain mendidik, mengajarkan ilmu, membimbing, memberikan
penilaian, serta melakukan evaluasi kepada peserta didik.
b. Peserta didik
Peran peserta didik dalam proses pembelajaran yang disampaikan atau dibimbing oleh
guru. Peran peserta didik dianggap sangat penting dalam proses pembelajaran karena
terlibat aktif dan tidak hanya sebagai pendengar atau penerima materi dari guru secara
mentah-mentah. Semua hal tersebut dapat tercermin dalam aktivitas belajar peserta
didik di dalam kelas saat guru mengajar.
c. Kepala sekolah
Peran kepala sekolah dalam kegiatan ini yang pertama memberikan izin praktik
pembelajaran. Peran selanjutnya adalah peminjaman LCD proyektor, sound system dan
juga memberikan masukan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

7
d. Guru senior
Peran guru senior dalam penerapan pembelajaran adalah sebagai narasumber
wawancara solusi terpilih untuk dikembangkan dalam sebuah pembelajaran.
e. Dosen pembimbing
Peran dosen pembimbing selaku pembimbing dalam praktik pembelajaran
mengarahkan dan memberikan masukan dalam proses kegiatan pembelajaran yang baik
dan benar.
f. Guru pamong
Peran guru pamong memberikan masukan dalam proses kegiatan pembelajaran yang
baik dan benar. Guru pamong juga memberikan arahan dalam pengambilan video
kegiatan pembelajaran dengan baik dan benar
g. Rekan mahasiswa
Rekan mahasiswa selaku observer dalam praktik pembelajaran ini memberikan
dukungan, saran, dan tanggapan dari hasil praktik yang dilakukan penyaji.

4. Meningkatkan Keaktifan Peserta didik


a. Strategi yang dilakukan guru dalam meningkatkan keaktifan siswa adalah dengan
merancang pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yaitu dengan berdiskusi dalam
kelompok, membuat proyek, mempresentasikan hasil proyek, dan menanggapi tampilan
dari kelompok lain saat tampil di depan.
b. Proses pengembangan modul ajar yang berpusat pada siswa. Guru menentukan kegiatan-
kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam pembelajaran, yang nantinya kegiatan-
kegiatan itu berpusat pada siswa dan membuat siswa lebih aktif dalam proses
pembelajaran.
c. Pemahaman guru terhadap sintak model pembelajaran PjBL pada modul ajar membuat
siswa lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam pembelajaran.

5. Penilaian/evaluasi pembelajaran
a. Strategi yang dilakukan guru dalam melaksanakan penilaian adalah membuat penilaian
yang mencakup semua aspek penilaian yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
b. Proses penilaian dilakukan dengan menyusun instrumen yang lengkap dengan kisi-kisi
penilaian, indikator, rubrik, dan pedoman penilaian, dengan memperhatikan jenjang
setiap ranah, misalnya aspek kognitif lebih menekankan pada berpikir tingkat tinggi
(HOTS).
c. Sumber daya yang diperlukan dalam penyusunan dan pelaksanaan penilaian adalah
pemahaman dan kemampuan guru dalam melakukan penilaian yang sesuai dengan tujuan
yang diharapkan dalam pembelajaran, menyusun soal penilaian berbasis HOTS yang
membangkitkan siswa untuk berpikir kritis.

8
Refleksi
Langkah terakhir dalam penerapan metode STAR adalah melakukan refleksi dari aksi
yang telah dilakukan. Pada kegiatan refleksi akan dianalisis hasil dan dampak dari penerapan
strategi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dampak dari aksi dan langkah-langkah yang
dilakukan antara lain :

Dampak dari aksi dan langkah-langkah yang dilakukan dirasa hasilnya efektif dan dapat
dilihat dari:
1. Setelah menggunakan metode diskusi kelompok dan penugasan pembuatan proyek dan
diskusi yang sangat efektif untuk meningkatkan keaktifan peserta didik terlihat dari
kegiatan peserta didik pada saat pembelajaran.
2. Penggunaan media berbasis power point sangat membantu pemahaman peserta didik pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia materi penyusunan teks prosedur dan membuat video
tutorial.
3. Pemilihan model pembelajaran PjBL menumbuhkan peserta didik berpikir kritis, mandiri,
dan percaya diri meningkat hal ini terlihat dari presentasi hasil pekerjaan siswa dan
kegiatan saling menanggapi saat pembelajaran.

Gambar 5 : Peserta didik aktif bertanya jawab pada tahap sintak 5 model PjBL

4. Penilaian keterampilan pada tugas kelompok yaitu penyusunan teks prosedur dan
membuat video tutorial memperlihatkan hasil yang memuaskan. Peserta didik secara
secara berkelompok rata-rata mampu membuat video toturial teks prosedur.

Gambar 6 : Tangkapan layar kutipan video tutorial karya kelompok peserta didik

5. Hasil belajar siswa dilihat dari hasil penilaian evaluasi dominan di atas nilai rata-rata. Dari
26 peserta didik, ada 20 peserta didik atau 77% nilainya sudah tuntas karena sudah cukup
atau melebihi dari KKM dengan nilai tertinggi 100.

9
Respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran ini adalah sangat senang, dapat
dilihat saat kegiatan refleksi akhir pembelajaran siswa memberikan refleksi dan kegiatan survei
melalui angket yang dibagikan. Dari instrumen survei menunujukkan bahwa proses
pembelajaran selama ini sangat menyenangkan dan media pembelajarannya menarik dan
mudah dipahami.

Respon kepala sekolah terhadap kegiatan pembelajaran ini adalah sangat memberikan
dukungan sehingga terlaksananya kegiatan PPL dengan lancar dan sesuai yang diharapkan.
Sedangkan respon orang tua peserta didik adalah rasa semakin percaya terhadap sekolah.
Melalui pembelajaran interaktif yang telah dilakukan guru dan peserta didik kemudian hasilnya
diunggah di youtube membuat orang tua peserta didik bangga setelah melihat putra-putrinya
terlihat aktif dalam pembelajaran di kelas.

Keberhasilan dari penerapan strategi pada aksi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari :
1. Dukungan dari kepala sekolah yang memberikan izin praktik PPL dan dukungan teman
sejawat yang membantu mempersiapkan alat dalam proses perekaman kegiatan
pembelajaran.
2. Penguasaan guru terhadap model pembelajaran, metode pembelajaran, dan media
pembelajaran dalam penerapan strategi aksi. Keterampilan dalam pembuatan LKPD, bahan
ajar, dan langkah-langkah pada RPP/modul ajar.
3. Keaktifan peserta didik dalam proses pembuatan proyek, diskusi kelompok, dan
mempresentasikan hasil proyek.
4. Sarana prasarana yang mendukung kegiatan pembelajaran. Media power point tidak akan
bisa digunakan untuk pembelajaran yang interaktif tanpa adanya LCD proyektor dan sound
system yang dimiliki oleh sekolah.

Daftar Pustaka
Daryanto dan Rahardjo, Mulyo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
Sadiman, Arief. 2008. Media Pembelajaran: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2010. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.

Biografi
Nama penulis Ahmad Rif’an. Lahir pada tanggal 14 Februari 1987 di Kabupaten
Hulu Sungai Selatan. Sejak kecil memiliki cita-cita menjadi seorang guru. Setelah
lulus MAN Negara pada tahun 2006, kemudian kuliah S-1 di Universitas Lambung
Mangkurat Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID). Pada tahun
2012, penulis mengajar di sebuah madrasah swasta MTs Satu Atap Pandak Daun
(sekarang MTsN 11 Hulu Sungai Selatan) sebagai guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia hingga sekarang.

10

Anda mungkin juga menyukai