problem based learning (PBL) perlunya dibantu media pembelajaran agar mudah
i i
dipahami peserta didik karena berpengaruh pada hasil belajar kognitif dan berpikir kritis
peserta didik, tujuannya mengetahui terdapat atau tidaknya peningkatan signifikan hasil
belajar dan berpikir kritis peserta didik sebelum dan setelah menerima model
pembelajaran problem based learning berbantukan media animasi. Pendekatan yang
digunakan adalah pra-eksperimen. Desain penelitian yaitu one-group pretest-posttest
design menggunakan teknik sampel jenuh. Penelitian dilakukan di kelas XI MIA MA
Hidayatul Insan Palangkaraya Semester Genap 2020/2021. Instrumen yang dipakai
adalah tes hasil belajar kognitif dan berpikir kritis peserta didik. Penelitian ini
menghasilkan bahwa: ada peningkatan yang signifikan dari hasil belajar kognitif dan
berpikir kritis peserta didik dengan model pembelajaran problem based learning
berbantukan media animasi pada materi suhu dan kalor (sig. 0,000 < 0,05). Kesimpulan
yang diperoleh dari penelitian ini adalah model pembelajaran problem based learning
berbantukan media animasi bisa meningkatkan hasil belajar kognitif dan berpikir kritis
peserta didik.
Kata kunci : model problem based learning, media animasi, hasil belajar kognitif dan
berpikir kritis.
Pendahuluan
Pembelajaran fisika merupakan bagian yang terpenting dlam perkembangan
pengetahuaan dan teknolgi. Tujuan pembelajaran fisika tertuang pada Kurikulum 2013
dengan prinsip dapat menguasai konsep dan keterampilan dengan mengembangkan
pengetahuan sikap percaya diri (Kemendikbud, 2013). Penggunaan model pembelajaran
yang tepat adalah suatu hal terpenting guna efektifnya proses pembelajaran sehingga
meningkatkan keberhasilan peserta didik pada jalannya belajar mengajar. Ada cara yang
dapat digunakan dalam kegiatan belajar seperti memanfaatkan media animasi dalam
pembelajaran (Sukiyasa & Sukoco, 2013).
Proses pembelajaran fisika diterapkan pendidik terkadang tidak melibatkan siswa
dalam penerapan dan pengembangan pola pikir (Exline, 2004). Memahami konsep
fisika dengan berbantuan teknologi berupa media animasi sangat bermanfaat bagi
peserta didik agar memudahkan proses belajar mengajar dalam kehidupan sehari-hari.
Media pembelajaran merupakan sarana penyampaian materi belajar mengajar, seperti:
2
buku, video, fiilm dan alat peraga berbentuk visual. Hasil analisis dengan kemajuan
teknologi saat ini pada era 4.0 proses pembelajaran menmabah pengetahuan pengajar
dan siswa, tidak hanya sebagai informan dan respon pada lingkungan tetapi juga
meningkatkan efisiensi, motivasi dan memfasilitasi proses belajar mengajar lebih aktif
(Fathurrohman, 2017).
Dilakukannya observasi dan wawancara peneliti di MA Hidayatul Insan Kota
Palangkaraya, diketahui bahwa belajar mengajar masih terbatas, peserta didik
menerima mateeri, mencattat dan mengghapal pembelajaran yang diberikan dari
pengajar. Peserta didik kurang memperroleh pengettahuan dan konseep pentiing pada
materi pelajaraan. Sehinggga pencapaiaan hasiil belajarr terhitung rendahh, dibukktikan
denggan adanya banyak sisswa tidak memenuhi KKM, untuk KKM yang harus dicapai
adalah senilai 75%. Kemudian hasil nilai ujian peserta didik dengan nilai 30-80 denngan
KKM diterappkan yaitu minimal 75 sedanggkan mencapai KKM adalaah sebannyak 3
orang pada pokok materi suhu dan kalor (Hasil wawancara dengan pendidik fisika di
MA Hidayatul Insan Kota Palangkaraya).
Berdasarkan dari hal tersebut salah satu solusi dengan menerappkan belajar
mengajar dengan memberikan kepada siiswa untuk mellakukan penyeliidikan
membntuk penggetahuan dan kosep fisika. Sallah satu cara melibatkan pesertta didik
lebih aktif pada proses belajar mengajar, sesuaai denggan teori fisika dari proses dan
produk adalah model PBL. Pembelajaran PBL merupakan belajar mengajar melibtkan
pesertta didiik menemkan masalah sertamengetahui cara memechkan masalah. Tujuan
model pembelajarran menambah kemampuuan pesertta didik agar memungkinnkan
pesertta didik menemukan dan memecahkkan masalah.
Model PBL memberikan tantangan pesertta didik belajar untuk mencari solusi
masalah dan bekerja sama dalam kelompok. Proses pembelajaran PBL dengan
memberikan masalah yag memiliiki konteks nyata mempelajari serta mencari materi
yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Pembelajaran berbasis masalah
mendorong peserta didik untuk aktif dalam belajar serta dapat menerapkan konteks
belajar di sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran PBL bisa terjadi
apabila pendidik mampu menciptakan lingkugnan kelas yang terbuka. Peran pendidiki
i i i
adalah sebagai pembimbing peserta didik dalam proses belajar mengajar dengan
prosedur sistematis sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai (Susilo, 2012).
Media animasi merupakan materi ajar non-cetak lantaran bisa dipahami secara
langsung oleh peserta, animasi juga menambah suatu dimensi baru untuk belajar
3
mengajar (Daryanto, 2016). Media animasi bisamembantu peserta didik belajar secara i i i i
mandiri dan menyenangkan. Dibuktikan adanya hasil analisis dilakukkan oleh (Hadiono
i i
& N. A, 2016) bahwa terdapat peningkatan hasil belajar sebesar 11,79% dan analisis
yagn dilakukkan bahwa terdapa dampak yang sangat signifikan belajar mengajar
i ti ti ti ti
menggunakan media animasi sebesar 95%, serta terdapat pengaruh sebesar 72,14%
kategori aktif terhadap kegiatan peserta didik yang dilakukan selama 3 kali.
Hasil belajar merupakan kemampuan sebgai hasil belajar yang bisa diamaati
menggunakan kemampuan peserta didik. Penilaian bukan hanya harus dilakukan secara
tertulis, dapat pula dilakukan secara lisan dan tindakan peniai. Hasil belajar kognitif
ti ti ti
adalah pemahaman peserta didik dalam kegiatan belajar yang diterimanya dan
pemahaman ti dalam suatu proses belajar mengajar seperti pengetahuan dan materi
melibatkan pengembangan pegetahuan dan keterampilan ti intelektual dengan
memasukan ingatan berulang (Potter & Kustra, 2012).
Berpikir kritis merupakan tindakan sesuatu dengan pasti karena mengacu
terhadap pemikiran logis serta bukti. Berpikir kritis merupakan proses sistemaetis yang
ti ti
membangun keyakinan terhadap sesuatu secara fakta dan real. Dalam lingkungan
sekolah, iberpikir ikritis adalah kegiatan yang terorganisir sehingga peserta didik dapat
mengevaluasi hal-hal yang menjadi dasar orang lain untuk menyatakan sesuatu (Yaumi,
2016).
Materi pembelajaran dengan fisika menegenai bab suhu dan kalor adalahmata
pelajran yang diajarkan idisekolah, karena bab isuhu dan ikalor merupkan suatu
fenomena sering ditemukan pada kehidupan nyata. Dalam pelaksanaaan ibelajar
imengajar sangat diperlukan imodel pembelajaaran agar memudhkan peserta didik
untuk memahmi materi yang diajarakan pendidik, model PBL sesuai apabila digunakan
untuk mengajarkan materi isuhu dan ikalor. Suhui didefinisiakan isebagai iukuran iatau
iderajat ipanas dinginanya isuatu benda. Alat yang digunakan menguukur suhu yaitu
i i i i
termometer. Benda yang panas dan dingin memiliki perbedaan suhu, yaitu suhu tinggi
i i i i
dan rendah.
Berdasarkan hal tersebut analisis bertuijuan menggetahui peningktan signifikan
i
hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum dan sesudah
i i i i i
Pretest
i Perlakuan
i Posttest
i
O1
i X
i O2
i
dijadikan sampel.
Data dikumpulkan menggunakan instrumen berupa soal esai yang sudah dicoba i i i i
keberhasilan datanya. Uji gain digunakan untuk melihat meningkat atau tidaknya hasil
i i i i i
(1)
0,00<g<0,30 Rendah i i
0,30≤g<0,70 Sedang i
0,70≤g≤1,00 Tinggi i
1. Uji Normalitas
D=maksimum [ ( ) ( )]
Uji normalitas mengguankan pro gram SPSS versi 17. 0 for windows. Jika
i i i i i i i i
hasil uji normalitas nilai Asymp Sig (2-tailed) > ɑ =0,05 maka data berdist ribusi
i ii i i i i i i
normal.
2. Uji Homogenitas
i i
(2)
5
Kriteria pen gujian yaitu Hipotesis diterima jika Fhitung <Ftabel
i i i i i i dan Hipotesis
i i
Tabel 4. Menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI MIA dengan sebanyak
14 siswa sebelum menggunakan model pembelajaran PBL dengan berbantuan media
animasi dilakukan pretest dengan nilai 38,92 dan setelah diberikan midel pembeajaran
PBL berbantuan media animasi dilakukan posttest dengan skor 70,71. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis pada siswa sebelum dan setelah
diterapkan model pembelajaran PBL meningkat dengan berbantuan media animasi.
2. Uji Homogenitas
Jika nilai signifikansi >0,05 berarti data homogen, sedangkan jika signifikan
<0,05 maka data tidak homogen.
7
Tabel 6. Data hasil homogenitas hasil belajar kognitif dan berikir kritis
Kemampuan Variabel Signiikan Keterangan
Hasil Belajar Pretest 49,78
0,502 Homogen
Kognitif Posttestt 72,07
Pretest 38,92
Berpikir Kritis 0,870 Homogen
Posttestt 70,71
Tabel 6. Nilai yang diperoleh sig. > 0,05 maka pretest-posttest hasil
belajar kognitif dan berpikir kritis dapat disimpulkan berdistribusi homogen.
3. Uji Hipotesis
Meningkat atau tidaknya hasil belajar dan berpikir kritis dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 7. Data hasil belajar kognitif dan berpikir kritis
Prasyarat
Data Keputusan Sig* Keterangab
Analisis
Normal dan Paired Terdapat
Hasil
Homogen samples T 0,000 peningkatan
Belajar
test hasil belajar
Normal dan Paired Terdapat
Berpikir
Homogen samples T 0,000 Peningkatan
Kritis
test berpikir kritis
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan peningkatan yang signifikanm dengan
model PBL dengan bantuan media animasi terhadp hasil belajar kognitif dan berpikir
kritis siswa pada materi suhu dan kalor, dengan menggunakan uji paired sample T test
didapatkan nilai 0,000. Hasil tersebut <dari nilai ɑ = 0.05 maka Ha diterima dan Ho
ditolak. Didapatkan nilai N-gain dengan mnenerapkan model PBL menggunakan
bantuan media animasi pada hasil belajar sebesar didpatkan nilai sebesar 0,44 dengan
8
kategori sedang. N-gain dengan menerpakan model PBL berbantukan media anmasi
pada kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 0,51 dengan kategori sedang.
9
DAFTAR PUSTAKA
Potter, K., & Kustra, E. (2012). A primer on learning outcomes and the solo taxonomy.
Centre for Teaching and Learning. University of Windsor.
Sukiyasa, K., & Sukoco. (2013). Kadek Sukiyasa dan Sukoco. Pengaruh Media Animasi
Terhadap Hasil belajar dan Motivasi Belajar Peserta didik Materi Sistem
Kelistrikan Otomotif.
Yaumi, M. (2016). Action Research, Teori, Model & Aplikasi. Jakarta: Kencana.
Dwi, I.M., H. Arif, dan K. Sento. 2013. “Pengaruh Strategi Problem Based Learning
Berbasis ICT Terhadap Permahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan
Masalah Fisika”, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia/ Vol. 9 No. 8, 8-17.
Ertmer, Pegg y A. dkk, 2014, “The Grand Challenge: Helping T eachers Learn/ Teach
Cutting-Edge Science via a PBL Approach”, Interdisciplinary Journal of
Problem-Based Learning/ Vol. 8 No. 1, 8-20.
Gunantara, Gd dan Pt. Nanci Riastini. 2014. “Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Kelas V”, Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha/ Vol: 2 No. 1, 1-10.
10
Choridah, Dedeh Tresnawati. 2013. “Peran Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kreatif serta Disposissi
Matematis Siswa SMA”. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP
Siliwangi Bandung, Vol. 2, No. 2.
Dwi, Arif dan Sentot. 2013. “Pengaruh Strategi Problem Based Learning Berbasis ICT
terhadap Pemahaman Konsep dan Pemecahan Masalah”. Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesia, Vol. 9, pp. 8-17.
Wulandari, Bekti. 2013. “Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar
Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK” . Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 3,
No.2, pp. 178-190.
Djupanda, H. dkk. (2014). Analisis Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Sma Dalam
Memecahkan Masalah Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), Vol. 3,
No. 2, hal. 29-34
Lindawati, dkk. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning untuk
Meningkatkan Kreativitas Siswa MAN I Kebumen. Jurnal Radiasi, Vol. 3, No.
1, hal. 42-45
Rais, M. (2010). Model Project Based Learning sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi
Akademik Mahasiswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 43, No. 3, hal.
246-252