Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.

2, Desember 2018
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN
ALAT PERAGA TIGA DIMENSI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA
PESERTA DIDIK TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Pitriah*, Sutrio, Muhammad Taufik


Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Mataram
*Email: pitriaharpah488@gmail.com

Abstract - This study aims to determine the effect of problem-based learning model with three
dimensional figure toward physics learning outcome of students in grade XI SMAN 1 Gerung. This type
of research is quasi experiment with non-equivalent control group design, which sample using purposive
sampling technique, so that obtained class XI MIPA 5 as experiment class and class XI MIPA 4 as
control class. The instrument used is a multiple choice test of 25 questions that have been tested for
validity, reliability, level of difficulty, and different power of problems. The learning data of the two
classes is normally distributed and homogeneous. Technique of data analysis using the parametric
statistic test formula t-test polled variance with a significant level 5 % and obtained 𝑡𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 =
3,50, 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒 = 1,996, 𝑠𝑜 𝑡𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒 . Based on the result, it can be concluded that there is the
effect of treatment of problem based learning model with three dimensional figure toward physics
learning outcome of students.

Keywords: Problem-based learning model, three dimensional figure, learning outcome

PENDAHULUAN mengkaji interaksi antara energi dan materi


Sains (IPA) didefinisikan sebagai yang menjadi dasar dari ilmu pengetahuan
ilmu yang mempelajari tentang sebab akibat alam. Pendapat lain disampaikan oleh Helmi
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA et al. (2017) menyatakan bahwa fisika
juga dapat diartikan sebagai kumpulan merupakan salah satu cabang ilmu
pengetahuan dapat berupa fakta, konsep, pengetahuan alam yang terdiri dari konsep,
prinsip, hukum, teori dan model prinsip, teori dan atau hukum terkait dengan
(Hikmawatiet al., 2013). Dapat pula gejala-gejala alam yang ada. Lebih lanjut
dikatakan bahwa IPA merupakan ilmu yang Hikmawati et al. (2013) menjelaskan bahwa
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fisika merupakan salah satu cabang ilmu
alam secara sistematis sehingga IPA bukan IPA (sains) memiliki hakikat yakni fisika
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan sebagai produk (a body of knowledge), fisika
berupa fakata-fakta, konsep, atau prinsip sebagai sikap (a way of thinking), dan cara
saja, tetapi juga merupakan proses penyelidikan (a way of investigating).
penemuan (Fitriani et al. 2017). Lebih lanjut Jika dicermati dari hakikatnya,
Trianto (2010) mengatakan bahwa IPA pembelajaran fisika diarahkan ke suatu
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tujuan yaitu agar peserta didik dapat
gejala-gejala melalui serangkaian proses mengembangkan kemampuan
yang dikenal denganproses ilmiah yang intelektualnya, berfikir kritis, logis, dan
dibangun atas dasar sikap ilmiah dan ilmiah serta mampu memahami konsep, dan
hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah memecahkan masalah terutama yang
yang tersusun atas tiga komponen terpenting
berupa konsep, prinsip, dan teori.
Hermansyah et al. (2015)
menyatakan bahwa fisika adalah ilmu yang

283
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.2, Desember 2018
yang berkaitan dengan kehidupan sehari- arah (teacher centered). Masalah lain yang
hari. Hal ini menuntut keaktifan peserta ditemukan yaitu beberapa peserta didik
didik selama proses pembelajaran melalui cenderung hanya mendengarkan dan
upaya peserta didik untuk menemukan mencatat informasi-informasi yang
sendiri pemecahan masalah yang mereka diberikan oleh guru.
hadapi terkait dengan pembelajaran fisika, Sementara itu, hasil wawancara
sehingga akan tercipta pembelajaran yang dengan salah satu guru fisika SMA Negeri 1
berpusat pada peserta didik (student Gerung, diperoleh informasi yang dapat
centered). disimpulkan bahwa guru sudah
Guru harus memiliki kemampuan mengupayakan menggunakan variasi model
dalam menggunakan suatu model dan pembelajaran namun kebanyakan
metode pembelajaran yang efektif guna menggunakan metode ceramah tanpa
meningkatkan hasil belajar peserta didik melihat kemungkinan metode dan model
agar optimal. Selain model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan
pembelajaran, guru juga harus memiliki karakteristik dari peserta didik dan materi
keterampilan dalam memilih dan yang akan diajarkan, sehingga peserta didik
menggunakan media pembelajaran agar kurang aktif pada saat belajar dan kegiatan
dapat merangsang peserta didik untuk pembelajaran masih terpaku pada buku
berpartisipasi secara aktif dalam proses sebagai bahan ajar dan guru. Faktor lain
belajar. Hal ini, didukung oleh pendapat dari yaitu, pada proses pembelajaran fisika
Arsyad (2013) media pembelajaran adalah penggunaan media ataupun alat peraga
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk belum digunakan secara optimal, sehingga
menyampaikan informasi dalam proses menyebabkan pembelajaran menjadi
belajar mengajar sehingga dapat monoton dan pasif. Hal ini berdampak pada
merangsang perhatian dan minat peserta hasil belajar fisika peserta didik yang
didik dalam belajar. Penerapan metode dan rendah, rata-rata di bawah Kriteria
model serta pemilihan media yang tepat Ketuntasan Minimal (KKM). Adapun KKM
diharapkan dapat menciptakan proses untuk mata pelajaran Fisika adalah 75.
belajar mengajar yang efektif, efisien, dan Berdasarkan pemaparan
meningkatkan interaksi peserta didik dengan permasalahan tersebut, maka dilakukan
sumber belajar. upaya memilih suatu model pembelajaran
Namun demikian kondisi yang lebih aktif, kreatif, dan menyenangkan
pembelajaran fisika di berbagai jenjang yang dapat memotivasi peserta didik dalam
pendidikan tidaklah demikian. Berdasarkan meningkatkan hasil belajar fisika peserta
hasil observasi dan wawancara yang sudah didik. Salah satu model pembelajaran
peneliti lakukanpada peserta didik kelas XI menurut peneliti yakni dengan menerapkan
MIPA di SMA Negeri 1 Gerung, terdapat model pembelajaran berbasis masalah
beberapa masalah yang ditemukan pada saat (PBM). Model pembelajaran berbasis
proses pembelajaran. Peserta didik terlihat masalah ini memfokuskan pada peserta didik
kurang berminat mengikuti pelajaran fisika, dengan mengarahkan peserta didik menjadi
peserta didik kebanyakan mengantuk, pembelajar yang mandiri dan terlibat
peserta didik jarang bertanya, tidak langsung secara aktif dalam pembelajaran
mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini kelompok, sehingga dapat membantu
disebabkan karena kurangnya interaksi peserta didik untuk mengembangkan
antara peserta didik dan guru yang berpikir peserta didik dalam mencari
menyebabkan pembelajaran menjadi satu pemecahan masalah melalui pencarian data
284
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.2, Desember 2018
sehingga diperoleh solusi untuk suatu kelas kontrol diberi perlakuan berupa model
masalah dengan rasional dan autentik. pembelajaran konvensional. Pada akhir
Keberhasilan dalam proses perlakuan, kedua kelas diberi pengukuran
pembelajaran, selain dipengaruhi oleh model yang sama Populasi dalam
dan metode pembelajaran juga dipengaruhi penelitian ini adalah seluruh peserta didik
oleh media pembelajaran, sehingga kelas XI MIPA di SMAN 1 Gerung tahun
diperlukan suatu media pembelajaran yang ajaran 2017/2018 yang berjumlah 7 kelas.
dapat membuat peserta didik lebih aktif pada Sedangkan sampel adalah bagian dari
saat belajar karena terlibat secara langsung. populasi. Sampel yang digunakan dipilih
Salah satu media pembelajaran yakni dengan dengan menggunakan teknik purposive
menggunakan alat peraga tiga dimensi, sampling. Dalam penelitian ini, yang diukur
sehingga peserta didik dapat memahami hasil belajar pada ranah kognitif, afektif, dan
materi pelajaran yang masih bersifat abstrak psikomotor.
kemudian di konkretkan dengan Hasil belajar pada ranah kognitif
menggunakan alat peraga, karena dapat digunakan tes pilihan ganda sebanyak 25
dijangkau dengan pikiran yang sederhana soal, sedangkan penilaian pada ranah afektif
dan dapat dilihat, dipandang, dan dirasakan. dan psikomotor menggunakan lembar
Penelitian-penelitian sebelumnya observasi. Sebelumnya tes pilihan ganda di
menunjukan pengaruh model pembelajaran uji validitasnya sehingga diperoleh 25 soal
berbasis masalah berbantuan alat peraga tiga yang valid. Uji F digunakan untuk
dimensi dalam pembelajaran. Hasil mengetahui homogenitas data dan uji
penelitian Rachmawati et al., (2015) normalitas untuk mengetahui apakah data
menunjukan model pembelajaran berbasis terdistribusi normal atau tidak. Setelah itu,
masalah berbantuan alat peraga tiga dimensi untuk mengetahui peningkatan nilai kedua
dapat meningkatkan hasil belajar. Hasil tes sebelum dan sesudah diberi perlakuan
penelitian Wulandari et al., (2013) digunakan uji t polled varians.
menunjukkan perbedaan hasil belajar yang
lebih tinggi menggunakan model HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran berbasis masalah berbantuan Berdasarkan ranah yang dinilai yaitu
alat peraga tiga dimensi dibandingkan model kognitif, afektif, dan psikomotor. Data
demonstrasi. Peneliti berharap dengan penelitian hasil belajar fisika peserta didik
menggunakan model pembelajaran berbasis terdiri dari hasil tes awal dan tes akhir berupa
masalah berbantuan alat peraga tiga dimensi data hasil belajar kognitif dengan cara uji
mampu meningkatkan hasil belajar fisika normalitas, uji homogenitas, dan uji
peserta didik. hipotesis dan data hasil nilai afektif serta
psikomotor. Tes awal dilakukan untuk
METODE PENELITIAN mengetahui homogenitas serta normalitas
Jenis penelitian yang digunakan sampel. Adapun hasil tes awal dapat dilihat
dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen pada tabel 1. Pada hasil tes awal, diperoleh
dengan desain Non-eqivalent Control Group nilai tertinggi dan terendah pada kelas
Design. Sebelum diberi perlakuan kedua eksperimen maupun kontrol sama yaitu 52
kelompok sampel diberikan tes awal untuk dan 12. Nilai rata-rata yang diperoleh pada
mengetahui keadaan awal. Selanjutnya kelas kelas eksperimen adalah 27,16 dan nilai rata-
eksperimen diberikan perlakuan dengan rata pada kelas kontrol adalah 27,57.
model pembelajaran berbasis masalah Tes akhir bertujuan untuk
berbantuan alat peraga tiga dimensi dan mengetahui kemampuan akhir peserta didik
285
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.2, Desember 2018
kelas eksperimen maupun kelas kontrol. dan kelas kontrol berturut-turut 64 dan 48,
Data kemampuan akhir yang diperoleh pada untuk nilai tertinggi dikedua kelas baik kelas
penelitian ini adalah data setelah diberikan eksperimen maupun kelas kontrol berturut-
perlakuan. Tes akhir diberikan untuk turut 92 dan 88, sedangkan untuk nilai rata-
mengetahui homogenitas, normalitas dan rata kelas ekperimen 77,16 dan rata-rata nilai
hipotesis penelitian. Adapun hasil tes akhir kelas kontrol 70,27. Hasil tes mengalami
kelas eksperimen maupun kelas kontrol peningkatan yang ditunjukan oleh selisih
dapat dilihatpada Tabel 1. Pada hasil tes nilai rata-rata kedua kelas tersebut adalah
akhir, nilai terendah pada kelas eksperimen 6,89.

Tabel 1. Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


Kelas Jumlah Kemampuan Nilai Nilai Rata-rata
Peserta Didik Tertinggi Terendah
Eksperimen 38 Awal 52 12 27,16
Kontrol 37 52 12 27,57
Eksperimen 38 Akhir 92 64 77,16
Kontrol 37 88 48 70,27

Pengujian data hasil belajar untuk kelas bahwa data tes awal kedua kelas terdistribusi
eksperimen dan kelas kontrol tes awal dan normal.
tes akhir diawali dengan uji homogenitas Data untuk tes akhir setelah dilakukan
kedua data, yang dilanjutkan dengan uji uji homogenitas diperoleh nilai Fhitung
normalitas, dan terakhir uji hipotesis sebesar 1,40 sedangkan nilai Ftabel1,72
menggunakan uji-t polled varians. Dari uji dengan taraf signifikan 0,05, sehingga dapat
homogenitas data untuk tes awal yang telah dikatan bahwa Fhitung< Ftabel, maka varians-
dilakukan didapat hasil nilai Fhitung sebesar variansnya homogen. Artinya kedua data
1,25 sedangkan nilai Ftabel1,72 dengan taraf kelas homogen. Selanjutnya dilakukan uji
signifikan 0,05, sehingga dapat dikatakan normalitas data tes akhir diperoleh nilai
Fhitung< Ftabel, maka varians-variansnya 𝜒2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔untuk kelas eksperimen sebesar
homogen. Artinya kedua data kelas 2,5880 dan untuk kelas kontrol sebesar
homogen dan dapat dikatakan kedua kelas 4,2785. Nilai 𝜒2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan taraf signifikan
memiliki kemampuan awal yang sama. 0,05 untuk kedua kelas adalah 11,070
Selanjutnya dilakukan uji normalitas data tes sehingga data tes akhir kedua kelas
awal dan tes akhir pada masing-masing terdistribusi normal.
kelas. Berdasarkan perhitungan yang telah Berdasarkan hasil uji hipotesis
dlakukan didapatkan hasil bahwa data dengan menggunakan uji-t polled varians,
terdistribusi normal pada tes awal dan tes kedua kelas samel menunjukan bahwa nilai
akhir untuk kelas eksperimen dan kelas thitung= 3,50 lebih besar dari ttabel= 1,996
kontrol. Untuk tes awal didapatkan nilai pada taraf signifikan 0,05. Hal ini berarti H0
𝜒2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 5,2631 untuk kelas ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
eksperimen dan 7,8882 untuk kelas kontrol. penggunaan model pembelajaran berbasis
Nilai 𝜒2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan taraf signifikan 0,05 masalah berbantuan alat peraga tiga dimensi
untuk kelas eksperimen maupun kelas berpengaruh dalam meningkatkan hasil
kontrol 11,070. Hasil dari kedua data belajar secara signifikan. Hasil penelitian ini
tersebut menunjukan bahwa sejalan dengan penelitian sebelumnya,
2 2
𝜒 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔<𝜒 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, sehingga dapat dikatakan Rachmawati et al. (2015) mengatakan
bahwa model pembelajaran berbasis

286
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.2, Desember 2018
masalah berbantuan alat peraga tiga dimensi menerapkan pembelajaran berbasis masalah
dapat meningkatkan hasil belajar secara yang diterapkan dapat meningkatkan
signifikan. Penelitian ini juga didukung oleh kemampuan pemecahan masalah. Hal ini
penelitian sebelumnya, Wulandari et al., sejalan dengan pendapat Riyanto (2009)
(2013) mengatakan bahwa terdapat mengatakan bahwa model pembelajaran
perbedaan hasil belajar yang signifikan berbasis masalah dikembangkan untuk
antara peserta didik yang diajar mengembangkan kemampuan peserta didik
menggunakan model pembelajaran berbasis memecahkan masalah. Peneltian ini juga
masalah dengan peserta didik yang diajar diperkuat oleh Gunada et al. (2015) yang
menggunakan demonstrasi. Penelitian menyatakan bahwa pemecahan masalah
sebelumnya oleh Nurqomariah et al. (2015) yang dilakukan pada model pembelajaran
menyatakan bahwa penerapan model berbasis masalah dapat mengembangkan
pembelajaran berbasis masalah (problem kemampuan berfikir tingkat tinggi dan
based learning) dapat meningkatkan hasil berfikir kritis yang pada akhirnya
belajar peserta didik. Penelitian sebelumnya mengarahkan peserta didik untuk dapat
oleh Hikmawati et al. (2018) yang mencapai hasil belajar yang lebih baik.
mengatakan bahwa dengan penerapan media Penilaian hasil belajar pada ranah
tiga dimensi pada proses pembelajaran afektif untuk kelas eksperimen dan kelas
memberikan pengalaman langsung pada kontrol yang diamati secara induvidu oleh
peserta didik sehingga materi yang observer untuk setiap peserta didik.Aspek
disampaikan lebih menarik dan terdapat yang dinilai adalah kedisiplinan, keaktifan,
berbagai hal ilmu pengetahuan yang dapat kerja sama dan tanggung jawab serta
diambil berhubungan dengan media menghargai orang lain selama proses
pembelajaran. pembelajaran berlangsung. Adapun
Selain itu, penerapan model rekapitulasi data afektif yang diperoleh dari
pembelajaran berbasis masalah berbantuan hasil observasi untuk kelas eksperimen
alat peraga tiga dimensi juga dapat maupun kelas kontrol dapat dilihat pada
mendorong peserta didik lebih aktif dalam Gambar 1. Pada hasil belajar afektif,
belajar serta dapat mendorong kolaboratif diperoleh nilai setiap pertemuan mengalami
dalam belajar.Hasil penelitian ini juga peningkatan baik pada kelas eksperimen
diperkuat dengan hasil penelitian maupun kelas kontrol. Jika dibandingkan
sebelumnya, Jiniarti et al., (2017) nilai rata-rata kedua kelas, kelas eksperimen
berpendapat bahwa implementasi model lebih baik dibandingkan dengan kelas
pembelajaran berbasis masalah berbantuan kontrol. Hal ini disebabkan, penggunaan
alat peraga dapat memberi manfaat positf model pembelajaran berbasis masalah
bagi peserta didik dan guru, bahwa model berbantuan alat peraga tiga dimensi
pembelajaran berbasis masalah mendorong menjadikan peserta didik sebagai produsen
peserta didik untuk belajar secara aktif, pengetahuannya berdasarkan penemuan
mendorong terciptanya kolaboratif dan sendiri bersama anggota kelompoknya.
mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Proses pembelajaran tersebut secara tidak
Pembelajaran berbasis masalah dapat langsung dapat membantu peserta didik
pula menubuhkembangkan kemampuan mengembangkan sikap berupa komunikasi,
kreativitas peserta didik, baik secara penalaran, dan berfikir kritis ketika
induvidual maupun secara kelompok karena memecahkan masalah bersama
hampir disetiap langkah kegiatan menuntut kelompoknya. Hasil penelitian ini didukung
keaktifan peserta didik serta dengan oleh penelitian Af”idah et al., (2014)
287
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.2, Desember 2018
menyatakan bahwa penerapan model mengembangkan keterampilan sikap dan
pembelajaran berbasis masalah dapat kerja sama dalam berbagai situasi.

85
81,05
80 78,68 79,72
76,97 77,76
Nilai Rata-rata

75,00
75 74,05
73,10
69,90
70 67,56 Eksperimen
Kontrol
65

60
Pert. 1 Pert. 2 Pert. 3 Pert. 4 Pert. 5
Kelas Penelitian
Gambar 1. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Hasil belajar pada ranah psikomotor keterampilan dalam menggunakan alatpada


lebih menekankan pada pemberian saat melakukan percobaan, peserta didik
pengalaman kepada peserta didik untuk juga harus memiliki keterampilan dalam
terampil mengerjakan sesuatu dengan mempresentasikan atau
menggunakan keadaan yang dimiliki. mengkomunikasikan hasil percobaan yang
Penilaian hasil belajar pada ranah didapat. Selain itu, isi yang dipresentasikan
psikomotor untuk kelas eksperimen dan harus jelas. Adapun rekapitulasi hasil belajar
kelas kontrol yang diamati secara induvidu psikomotor yang diperoleh dari hasil
oleh observer untuk setiap peserta didik. observasi untuk kelas eksperimen dan kelas
Aspek yang dinilai selain memiliki kontrol disajikan dalam Gambar 2.

90 79.3 82.5
80 74.7 76,3 75,0
70.4 68,6 69,3 69,9
70 67,2
Nilai Rata-rata

60
50
40
30 Eksperimen
Kontrol
20
10
0
Pert. 1 Pert. 2 Pert. 3 Pert. 4 Pert. 5
Kelas Penelitian
Gambar 2.Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Psikomotor Kelas eksperimen dan KelasKontrol

Berdasarkan analisis pada Gambar 2, model pembelajaran berbasis masalah


terlihat bahwa setiap pertemuan mengalami berbantuan alat peraga tiga dimensi
peningkatan baik pada kelas eksperimen memberikan kesempatan kepada peserta
maupun kelas kontrol. Jika dibandingkan didik untuk mengembangkan kemampuan
nilai rata-rata kedua kelas, kelas eksperimen psikomotornya yang berkaitan dengan
lebih baik dibandingkan dengan kelas keterampilan berkomunikasi berupa
kontrol. Hal ini disebabkan, penggunaan presentasi dan menanya atau menanggapi.

288
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.2, Desember 2018
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Gunada, I.W., & Hikmawati. 2013. Kajian
Af”idah et al., (2013) mengatakan bahwa Fisika SMA. Mataram: FKIP Press.
model pembelajaran berbasis masalah dapat Gunada, I. W., Sahidu, H., & Sutrio, S. 2015.
digunakan untuk mengembangkan Pengembangan Perangkat
keterampilan-keterampilan psikomotor. Pembelajaran Fisika Berbasis Masalah
untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Sikap Ilmiah Mahasiswa. Jurnal
KESIMPULAN DAN SARAN
Pendidikan Fisika dan Teknologi,
Berdasarkan hasil penelitian dan 1(1).
pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
Helmi, F., Rokhmat, J. 2017. Pengaruh
bahwa terdapat pengaruh model
Pendekatan Berpikir Kausalitik
pembelajaran berbasis masalah berbantuan Berscaffolding Tipe 2b Termodifikasi
alat peraga tiga dimensi terhadap Berbantuan Lks Terhadap
hasilbelajar fisika peserta didik. Adapun Kemampuan Pemecahan Masalah
saran yang dapat diberikan bagi guru fisika Fluida Dinamis Siswa. Jurnal
model pembelajaran berbasis masalah Pendidikan Fisika dan Teknologi,
berbantuan alat peraga tiga dimensi dapat 3(1), 68-75.
dijadikan alternatif dalam mengajar fisika. Hermansyah, H., Gunawan, G., &Herayanti,
Namun, dalam penerapannya perlu L. 2015. Pengaruh Penggunaan
memperhatikan alokasi waktu sebaik Laboratorium Virtual Terhadap
Penguasaan Konsep dan Kemampuan
mungkin sehingga pembelajaran dapat
Berfikir Kreatif Siswa pada materi
berlangsung secara optimal. Sedangkan getaran dan gelombang. Jurnal
untuk peneliti selanjutnya diharapkan lebih Pendidikan Fisika dan Teknologi,
cermat dalam memadukan model 1(2), 97-102.
pembelajaran berbasis masalah dengan Hikmawati, H., Rokhmat, J., & Sutrio, S.
bantuan media lainnya sesuai dengan materi 2018. Penyuluhan Pembuatan Media
yang diajarkan agar hasil yang dicapai sesuai Tiga Dimensi dan Penerapannya
dengan tujuan yang diharapkan. Melalui Model Siklus Belajar 5E Pada
Guru-Guru di MGMP Fisika Se-
Lombok Barat. Jurnal Pendidikan dan
REFERENSI.
pengabdian Masyarakat, 1(1).
Af”idah, A, R., Erman.,& Budiyanto, M.
Jiniarti, B. E., Sahidu, H., & Verawati, N. N.
2013. Penerapan Model Pembelajaran
S. P. 2017. Implementasi Model
Berdasarkan Masalah Pada
Problem Based Learning Berbntuan
Pembelajaran IPA Terpadu Tema
Alat Perga Untuk Meningkatkan
Korosi Besi Untuk Siswa Kelas VII
Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika
SMP Negeri 1 Bungah Gresik. Jurnal
Siswa Kelas VIII SMPN 22 Mataram
Pendidikan Sains, 1(1), 66-70.
Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal
Arsyad, A. 2013. Media Pembelajaran Edisi Pendidikan Fisika dan Teknologi,
Revisi. Depok: Rajagrafindo Persada. 1(3), 185-192.
Fitriani, N., Gunawan, G., & Sutrio, S. 2017. Nurqomariah, N., Gunawan, G.,& Sutrio, S.
Berfikir Kreatif dalam Fisika dengan 2015. Pengaruh Model Problem
Pembelajaran Conceptual Based Learning dengan Metode
Understanding Procedures (CUPs) Eksperimen Terhadap Hasil Belajar
Berbantuan LKPD. Journal IPA Fisika Siswa Kelas VII SMP
Pendidikan Fisika dan Teknologi, Negeri 19 Mataram Tahun Pelajaran
3(1), 24-33. 2014/2015. Jurnal Pendidikan Fisika
dan Teknologi, 1(3), 173-179.

289
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.2, Desember 2018
Rachmawati, D., Sudarmin.,& Dewi, N. R.
2015. Efektivitas Problem Based
Learning(PBL) Pada Tema Bunyi
dan Pendengaran Berbantuan Alat
Peraga Tiga Dimensi Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
SMP. Unnes Science Education
Journal, 4(3).
Riyanto, Y. 2009. Paradigma Baru
Pembelajaran. Surabaya: Prenada
Media Group.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran
Terpadu Konsep, Strategi, dan
Implementasinyadalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Bumi Aksara.
Wulandari, B. & Surjono, H, D. 2013.
Pengaruh Problem Based Learning
Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari
Motivasi Belajar PLC DI SMK.
Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(2), 178-
191.

290

Anda mungkin juga menyukai