Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.

2, Desember 2018

ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS GELOMBANG


MEKANIK MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN
PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF

Zul Hidayatullah*, Muh. Makhrus, I Wayan Gunada


Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Mataram
*Email: zulhidayatullah5@gmail.com

Abstract - This study aims to analyze the critical thinking level of mechanical wave in the stu dents of
MAN 2 Mataram through cognitive conflict approach. This research is a pre-experimental study with
design only pretest-posttest group design. The population in this study is all students of class XI MIA
MAN 2 Mataram, amounting to 257 students. Research sampling using purposive sampling technique,
so selected XI class MIA 1, XI MIA 2, and XI MIA 4 as an experimenta l class that will be given treatment
in the form of cognitive conflict approach. Data collection of critical thinking ability is done by
description test as much as 5 problems and at the learning process obtained through LKPD. The results
of hypothesis test analysis using parametric test paired sample t test and show that H o rejected and Ha
accepted, while the level of critical thinking ability included in category is very high for class XI MIA 1
and high category for class XI MIA 2 and XI MIA 4. The cognitive conflict approach applied successfully
to increase the critical thinking ability.
Keywords: Critical thinking ability, cognitive conflict approach.

PENDAHULUAN
Pendidikan haruslah mampu pengalaman lainnya (Schunk, 2012).
memfasilitasi peserta didik untuk dapat Sardiman (dalam Mutmainnah et al, 2017)
bersaing sesuai dengan perkembangan mengatakan pembelajaran fisika merupakan
zamannya. Tuntutan terhadap peningkatan proses belajar mengajar untuk mencapai
mutu pendidikan, khususnya pembelajaran tujuan dan hasil belajar fisika. Pendidikan
fisika dewasa ini makin terasa. Aspek-aspek perlu ditempatkan dalam konteks
penting yang perlu diperhatikan selain teknis pembentukan manusia seutuhnya sesuai
pembelajaran adalah aspek moral dan nilai- tujuan pendidikan nasional yang tercantum
nilai (values) dalam pembelajaran, bukan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional
hanya sekedar pernyataan tentang fakta, No.20 Tahun 2003 yaitu untuk
konsep, teori maupun hukum-hukum dalam mengembangkan potensi peserta didik agar
ilmu pengetahuan. Pendidikan dilaksanakan menjadi manusia beriman dan bertakwa
dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berahlak
didik agar mampu bersaing dalam kehidupan mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
bermasyarakat. Pendidikan di dalam sekolah dan menjadi warga negara yang demokratis,
memiliki peran yang sangat penting untuk serta bertanggung jawab.
mempersiapkan peserta didik dengan Faktanya di lapangan masih terdapat
sebaik-baiknya (Tuqalby et al, 2017). gejala yang menandai tidak efektifnya
Belajar adalah suatu proses yang kompleks pembelajaran di sekolah. Satu diantaranya
yang dapat terjadi pada diri setiap orang masih banyak sistem pembelajaran di
sepanjang hidupnya. Pembelajaran sekolah yang berjalan secara tradisional
merupakan perubahan yang bertahan lama yang menghambat peserta didik untuk
dalam perilaku, atau dalam kapasitas belajar secara aktif-kreatif. Fakta ini
berperilaku dengan cara tertentu, yang menyebabkan penguasaan konsep peserta
dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk didik relatif masih rendah, sehingga
151
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.2, Desember 2018

diperlukan reorientasi dan pendekatan baru melalui pengujian terhadap gejala-gejala


yang lebih efektif dalam pembelajaran, menyimpang dan kebenaran ilmiah. Ennis
khususnya pembelajaran pada mata (1996) menyatakan terdapat enam unsur
pelajaran fisika. dasar dalam berpikir kritis yang disingkat
Fisika merupakan bagian dari Ilmu dengan FRISCO yaitu F (Focus), untuk
Pengetahuan Alam (IPA) atau sains. membuat sebuah keputusan tentang apa
Gunawan et al. (2015), fisika merupakan yang diyakini maka harus bisa memperjelas
bagian dari sains yang memfokuskan pertanyaan atau isu tertentu. R (Reason),
kajiannya pada materi, energi, dan hubungan mengetahui alasan-alasan yang mendukung
antara keduanya. Sains tidak hanya terdiri atau bertentangan dengan situasi dan fakta
dari kumpulan yang terisolasi satu dengan yang relevan. I (Inference), membuat
lainnya melainkan kumpulan ilmu kesimpulan yang beralasan atau
pengetahuan yang terorganisasi secara menyuguhkan. S (Situation), memahami
sistermatis. Sains dapat dipandang sebagai situasi dan selalu menjaga situasi dalam
proses, produk, dan sikap ilmiah. Sains berpikir. C (Clarity), menjelaskan arti atau
sebagai produk berbentuk konsep, prinsip, istilah-istilah yang digunakan. O
teori, dan hukum. Sains sebagai proses (Overview), melangkah kembali dan
dipandang sebagai metode ilmiah dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang
sebagai sikap yaitu jujur, terbuka, objektif, diambil. King et al. (dalam Arend, 2009),
dan kritis (Makhrus, 2012). berpikir kritis dilihat sebagai keterampilan
Studi pendahuluan yang dilakukan hidup yang diperlukan di mana proses
peneliti melalui observasi dan wawancara peningkatan berpikir, pada dasarnya
dengan peserta didik dan guru mata menciptakan kebiasaan refleksi dan
pelajaran fisika kelas XI MAN 2 Mataram, mempertanyakan setiap aspek kehidupan.
bahwa mata pelajaran fisika sering dianggap Perbaikan dalam kegiatan
sebagai pelajaran yang sulit, terlalu banyak pembelajaran perlu dilakukan agar
rumus, dan membosankan. Masalah ini akan kemampuan berpikir kritis peserta didik
membawa pola pikir peserta didik pada dapat meningkat. Salah satu alternatif
pembelajaran yang sangat monoton, di pemecahan masalahnya adalah dengan
samping itu guru dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan konflik kognitif.
kurang memperhatikan konsep awal peserta Lee et al. (2003), konflik kognitif adalah
didik. Peserta didik beranggapan bahwa apa sebuah keadaan di mana peserta didik
yang dipelajari tanpa ada arti karena tidak merasa adanya ketidakcocokan antara
ada kaitannya dengan pembelajaran yang struktur kognitif mereka dengan keadaan
lalu maupun dengan peristiwa yang ada lingkungannya. Pendekatan konflik kognitif
dalam kehidupan nyata di lingkungannya menghadapkan peserta didik pada situasi
Kemampuan berpikir peserta didik yang bertentangan dengan konsep awal yang
juga jarang diasah, khususnya kemampuan dimiliki, kemudian diarahkan pada
berpikir kritis. Muhfahroyin (dalam percobaan atau demonstrasi untuk
Setyowati et al, 2011) menyatakan membuktikan kebenaran konsep tersebut.
kemampuan berpikir kritis merupakan Fase-fase dalam pendekatan konflik kognitif
proses kognitif untuk memperoleh didasarkan pada pendapat Lee et al. (2003),
pengetahuan. Kemampuan berpikir kritis yakni fase permulaan (preliminary stage),
adalah kemampuan peserta didik untuk fase konflik (conflict stage), dan fase
membandingkan dua atau lebih informasi penyelesaian (resolution stage).
dengan tujuan memperoleh pengetahuan Pembelajaran dengan pendekatan konflik
152
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.2, Desember 2018

kognitif memberikan kesempatan kepada pembelajaran dianalisis dengan statistik


peserta didik untuk mengungkapkan deskriptif.
konsepsinya dan mengkritisi pembelajaran
yang berbeda dengan konsepsinya. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendekatan konflik kognitif membuat Penelitian ini bertujuan untuk
peserta didik terlibat langsung dalam proses menganalisis tingkat kemampuan berpikir
pembelajaran, sehingga di akhir kritis pada saat proses dan hasil
pembelajaran diharapkan peserta didik dapat pembelajaran dengan pendekatan konflik
menguasai konsep dengan baik dan kognitif. Treagust (2013) mengatakan
meningkatkan kemampuan berpikirnya, pendekatan konflik kognitif adalah keadaan
khususnya kemampuan berpikir kritis. di mana peserta didik merasa ada informasi
Penelitian ini bertujuan untuk yang kontradiktif yang mempengaruhi
menganalisis tingkat kemampuan berpikir gagasan dalam struktur kognitifnya, dan
kritis pada saat proses pembelajaran dengan karenanya mereka dihadapkan pada situasi
pendekatan konflik kognitif dan pada saat baruuntuk memecahkan masalah dalam
hasil pembelajaran. Indikator kemampuan pembelajaran, sehingga tercipta konsep yang
berpikir kritis yang digunakan dalam baru. Tingkat kemampuan berpikir kritis
penelitian ini yaitu: 1) Klarifikasi dasar; 2) peserta didik pada saat pembelajaran diukur
Keputusan dasar; 3) Inferensi; 4) Penjelasan melalui LKPD yang dilengkapi instrumen
lebih lanjut; 5) Menalar. kemampuan berpikir kritis. Kategori tingkat
kemampuan berpikir kritis peserta didik
METODE PENELITIAN pada saat pembelajaran di kelas XI MIA 1
Jenis penelitian yang digunakan termasuk dalam kategori sangat tinggi,
adalah penelitian pre-experimental dengan sedangkan pada kelas XI MIA 2 dan XI MIA
desain Only One Group Pretest-Posttest. 4 termasuk dalam kategori tinggi. Tingkat
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kemampuan berpikir kritis yang tinggi ini
peserta didik kelas XI MIA di MAN 2 terjadi karena peserta didik memiliki
Mataram tahun ajaran 2017/2018 yang konsepsi yang beragam dan konsepsi
berjumlah 6 kelas. Sampel adalah bagian tersebut masih keliru. Peserta didik banyak
dari populasi. Sampel yang digunakan mengalami ketidakcocokan antara
dipilih dengan menggunakan teknik konsepsinya dengan fakta (konsep
purposive sampling. Kemampuan berpikir ilmiahnya), sehingga terjadi perubahan
kritis diukur melalui LKPD dan tes uraian konseptual melalui proses asimilasi dan
berpikir kritis sebanyak 5 soal. Perlakukan akomodasi pada saat pembelajaran dengan
berupa pendekatan konflik kognitif. Ketiga konflik kognitif. Piaget (dalam Sagala,
kelompok sampel diberikan tes awal untuk 2009) mengatakan ada dua proses yang
mengukur kondisi awal dan tes akhir untuk terjadi dalam perkembangan dan
mengetahui hasil perlakuan. pertumbuhan kognitif anak yaitu: (1) proses
Hipotesis penelitian ini diuji “assimilation”, dalam proses ini
menggunakan uji t berpasangan atau paired menyesuaikan dan mencocokkan informasi
sample t test. Uji t berpasangan ini untuk yang baru dengan apa yang telah diketahui;
mengetahui apakah terdapat perbedaan atau dan (2) proses “accommodation” yaitu anak
tidak terhadap rata-rata skor pretest dan skor menyusun dan membangun kembali atau
posttest setelah pembelajaran dengan mengubah apa yang telah diketahui
pendekatan konflik kognitif. Tingkat sebelumnya, sehingga informasi yang baru
kemampuan berpikir kritis saat proses itu dapat disesuaikan dengan yang lebih
153
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.2, Desember 2018

baik.Berdasarkan hal tersebut, maka konflik kognitif menuntut kemampuan


pendekatan konflik kognitif sangat penting berpikir lebih pada saat proses pemberian
untuk meningkatkan kemampuan berpikir konflik dalam rangka mengubah
kritis peserta didik. Pendapat ini sesuai miskonsepsi yang dimiliki. Hasil analisis
dengan hasil penelitian Wiradana (2012) tingkat kemampuan berpikir kritis pada saat
yang menyimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran dapat diamati pada Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis pada saat Pembelajaran dengan Pendekatan
Konflik Kognitif
Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Rata-
Kelas Kategori
A B C D E rata
XI MIA 1 88,68 89,08 85,00 93,69 83,16 87,92 ST
XI MIA 2 80,59 88,82 68,97 64,41 71,76 74,91 T
XI MIA 4 70,71 77,00 71,14 57,71 42,00 63,71 T

Keterangan:
A: Klarifikasi Dasar, B: Keputusan Dasar, C: Inferensi, D: Penjelasan Lebih Lanjut, E: Menalar dan
Pengintegrasian, ST: Sangat Tinggi, T: Tinggi.

Hasil analisis tingkat kemampuan berpikir pada kemampuan berpikir kritis, sehingga
kritis ini dapat dilihat juga pada Gambar 1. tidak semua peserta didik mampu
Tabel 1 menunjukkan tingkat kemampuan menguasainya. Kemampuan berpikir kritis
berpikir kritis saat pembelajaran pada ketiga yang berkaitan dengan produk pembelajaran
kelas eksperimen. Indikator keputusan dasar diperoleh melalui tes tertulis berbentuk
mengalami peningkatan tertinggi dan uraian yang terdiri dari 5 item soal dan tiap
terendah pada indikator menalar. Indikator item soal mewakili satu indikator
menalar merupakan indikator tingkat tinggi kemampuan berpikir kritis.
100
90
80
70
60
XI MIA 1
50
40 XI MIA 2
30 XI MIA 4
20
10
0
Klarifikasi Keputusan Inferensi Penjelasan Menalar Rata-rata
dasar dasar lebih lanjut

Gambar 1. Tingkat kemampuan berpikir kritis pada saat pembelajaran dengan pendekatan konflik
kognitif
Kemampuan berpikir kritis peserta didik berpikir kritis setelah diberikan perlakuan
sebelum diberikan perlakuan terlihat dari terlihat dari nilai tes akhir (pos-test) seperti
nilai tes awalnya (pre-test), dan kemampuan terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Kritis
Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Keterangan
Pretest Posttest
XI MIA 1 24,21 60,39 Meningkat
XI MIA 2 25,88 53,24 Meningkat
XI MIA 3 21,00 65,29 Meningkat

154
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.2, Desember 2018

Rata-rata nilai pretest peserta didik termasuk dalam kategori homogen. Uji
pada tiap kelas eksperimen untuk normalitas dilakukan untuk mengtahui data
kemampuan berpikir kritis masih tergolong yang digunakan terdistribusi normal atau
rendah. Rata-rata nilai kemampuan berpikir tidak. Uji normalitas merupakan syarat yang
kritis peserta didik pada kelas XI MIA 1 harus terpenuhi sebelum melakukan uji
sebesar 24,21, kelas XI MIA 2 sebesar hipotesis. Berdasarkan hasil uji normalitas
25,88, dan kelas XI MIA 4 sebesar 21,00. kemampuan berpikir kritis pada ketiga kelas
Pembelajaran dengan pendekatan konflik eksperimen, diperoleh nilai χ2 hitung lebih kecil
kognitif mampu meningkatkan kemampuan dibandingkan χ2 tabel untuk pretest dan
berpikir kritis peserta didik. posttest. Rata-rata nilai χ2 hitung kurang dari
Fakta ini dapat dilihat dari hasil 12,59, sehingga dapat disimpulkan bahwa
posttest pada tiga kelas eksperimen. Hasil data terdistribusi secara normal.
posttest menunjukkan bahwa nilai-rata Uji Hipotesis pada penelitian ini
kemampuan berpikir kritis kelas XI MIA 1 menggunakan Paired Sample t test yang
sebesar 60,39, kelas XI MIA 2 sebesar diolah dengan bantuan IBM SPSS 23. Uji
53,24, dan kelas XI MIA 4 sebesar 65,29. Paired Sample t test ini digunakan untuk
Secara grafik, peningkatan kemampuan mengetahui perbedaan nilai rata-rata
berpikir kritis dapat dilihat pada Gambar 2. sebelum perlakuan dan sesudah diberikan
70 perlakuan pendekatan konflik kognitif.
60 Hipotesis statistiknya yaitu H0 : Tidak
terdapat perbedaan skor pretest dan posttest
50
kemampuan berpikir kritis setelah
40 penerapan pembelajaran dengan pendekatan
Pretest
30 konflik kognitif, sedangkan Ha: Rata-rata
Posttest
20 skor posttest lebih besar dibandingkan
10 dengan skor pretest kemampuan berpikir
kritis setelah penerapan pembelajaran
0
XI MIA 1 XI MIA 2 XI MIA 4
dengan pendekatan konflik kognitif. Kriteria
Gambar 2. Perbandingan kemampuan berpikir pengambilan keputusan pada uji t
kritis saat Pretest dan Posttest berpasangan atau paired sample t test yaitu:
jika nilai sig. (2-tailed) lebih kecil daripada
Uji prasyarat penelitian ini berkaitan
0,05, maka Ha diterima dan H0 ditolak.
dengan uji normalitas dan uji homogenitas.
Hasil uji hipotesis dengan bantuan
Uji normalitas dan homogenitas dilakukan IBM SPSS 23 diperoleh nilai signifikansi
pada hasil pretest dan posttest. Hasil uji
pada tiap kelas eksperimen lebih kecil dari
homogenitas pretest adalah data termasuk 0,05%, sehingga diperoleh kesimpulan
dalam kategori homogen dengan taraf bahwa rata-rata skor posttest lebih besar
signifikansi 5%, maka diperoleh nilai Fhitung dibandingkan dengan skor pretest. Fakta ini
lebih kecil dibandingkan dengan F tabel, menunjukkan bahwa penerapan pendekatan
sedangkan untuk data posttest diperoleh nilai konflik kognitif berpengaruh positif
Fhitung sebesar 1,37. Nilai ini masih lebih terhadap kemampuan berpikir kritis. Hasil
kecil dibandingkan dengan nilai F tabel yang ini juga diperkuat dengan hasil penelitian
bernilai 2,21. Berdasarkan hasil ini dapat sebelumnya mengenai pendekatan konflik
disimpulkan data kemampuan berpikir kritis kognitif. Setyowati et al. (2011) menyatakan
peserta didik untuk pretest dan posttest

155
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.2, Desember 2018

bahwa konflik kognitif dalam pembelajaran rata skor posttest kemampuan berpikir kritis
fisika pada materi tekanan mampu lebih besar dibandingkan dengan rata-rata
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, skor pretest.
penguasaan konsep dan hasil belajar kognitif
peserta didik. Hasil tersebut memperkuat REFERENSI
hasil penelitian ini, yaitu adanya pengaruh Arend, B. 2009. Encouraging critical
pendekatan konflik kognitif dalam thinking in online threaded
meningkatkan kemampuan berpikir kritis discussions. Journal of Educators
peserta didik. Pendekatan konflik kognitif Online, 6(1), 1-23.
dapat dijadikan alternatif dalam Ennis, R.H. 1996. Critical Thinking. USA:
pembelajaran, karena mampu meningkatkan Prentice-Hall, Inc.
kemampuan berpikir kritis. Peserta didik Gunawan, Harjono, A., & Sutrio. 2015.
yang menyadari ketidakcocokan antara Multimedia Interaktif Dalam
konsep ilmiah dengan konsep awalnya akan Pembelajaran Konsep Listrik Bagi
berupaya menyelesaikan masalah tersebut, Guru. Jurnal Pendidikan Fisika dan
sehingga meningkatkan kemampuan Teknologi, 1(1), 9-14.
berpikirnya. Makhrus et al. (2014), Lee, G., Kwon, J., Park, S. S., Kim, J. W.,
pendekatan konflik kognitif akan Kwon, H. G., dan Park, H. K. 2003.
menghubungkan peserta didik dalam Development of an instrument for
measuring cognitive conflict in
pembelajaran aktif. Tantangan yang
secondary level science classes.
diberikan akan disajikan pada permulaan Journal of research in science
pembelajaran yaitu dengan meminta peserta teaching, 40(6), 585-603.
didik untuk membuat sebuah penalaran atas
Makhrus, M & Hadiprayitno, G. 2012.
prediksi dan estimasi untuk menjelaskan Penerapan Perangkat Pembelajaran
strategi yang akan digunakan dalam Fisika Berorientasi Pembelajaran IPA
menyelesaikan permasalahan serta mereka Terpadu Tipe Connected. Jurnal
akan akan diminta untuk mendukung Pendidikan dan Pembelajaran 19(2),
pandangan mereka ke dalam sebuah 237-242.
pernyataan tertulis, gambar, atau model Makhrus, M., Nur M., & Widodo, W. 2014.
fisika. Model Perubahan Konseptual dengan
Pendekatan Konflik Kognitif. Jurnal
PIJAR MIPA, 9(1), 20-25.
PENUTUP
Berdasarkan hasil dan pembahasan Muthmainnah, Rokhmat, J., dan Ardhuha, J.
yang telah dipaparkan dapat disimpulkan 2017. Pengaruh Penerapan
Pembelajaran Fisika berbasis
bahwa: 1) Tingkat kemampuan berpikir
Eksperimen Virtual terhadap Motivasi
kritis peserta didik termasuk kategori tinggi dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas
saat proses pembelajaran dengan pendekatan X MAN 2 Mataram Tahun Ajaran
konflik kognitif pada materi gelombang 2014/2015. Jurnal Pendidikan Fisika
mekanik; 2) Pendekatan konflik kognitif dan Teknologi 3(1), 40-47.
berpengaruh positif terhadap kemampuan Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna
berpikir kritis pada materi gelombang Pembelajaran untuk Membantu
mekanik peserta didik MAN 2 Mataram Memecahkan Problematika Belajar
tahun Pelajaran 2017/2018. Pengaruh yang dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
dimaksud adalah adanya peningkatan Schunk, D.H. 2012. Learning Theories An
kemampuan berpikir kritis peserta didik Educational Perspective. Yogyakarta:
pada ketiga kelas eksperimen, sehingga rata- Pustaka Pelajar.

156
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume 4 No.2, Desember 2018

Setyowati, A., Subali, B., & Mosik. 2011.


Implementasi pendekatan konflik
kognitif dalam pembelajaran fisika
untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir kritis siswa SMP kelas VIII.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,
7(2), 89-96.
Treagust, D. F. 2013. An Intervention Study
Using Cognitive Conflict to Foster
Conceptual Change. Journal Science
and Mathematic 36(1), 44-64.
Tuqalby, R., Sutrio, & Gunawan. 2017.
Pengaruh Strategi Konflik Kognitif
terhadap Penguasaan Konsep pada
Materi Fluida Siswa SMAN 3
Mataram tahun ajaran 2016/2017.
Jurnal Pendidikan Fisika dan
Teknologi, 3(1), 8-13.
Wiradana, I. W. G. (2012). Pengaruh
Strategi Konflik Kognitif dan Berpikir
Kritis Terhadap Prestasi Belajar IPA
Kelas VII SMP Negeri 1 Nusa Penida.
Jurnal Pendidikan IPA, 2(2), 1-19.

157

Anda mungkin juga menyukai