Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan sangat berperan penting bagi manusia. Khususnya peserta didik yang
masih menempuh di Sekolah Menengah Pertama. Di Indonesia, menjadi pelajar IPA
memanglah tidak mudah karena IPA adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang
makhluk hidup dan benda mati di alam semesta serta interaksinya, dan mengkaji
kehidupan manusia sebagai individu sekaligus sebagai makhluk sosial yang berinteraksi
dengan lingkungannya. Selain itu, banyak kompleksitas yang harus dikuasai agar dapat
mengetahui kehidupan manusia dengan benar. Para pelajar IPA sebagai ilmu
pengetahuan alam yang mengalami banyak kendala selama proses pembelajarannya. Ini
karena mereka harus menguasai materi baru dan yang telah diajarkan oleh guru
sebagaimana yang telah disampaikan guru pada saat proses belajar mengajar dengan
menyusun suatu materi yang mudah dipahami kata atau kalimat secara teoritis.
Beberapa mata pelajaran dan topik yang akan dibawakan untuk peserta didik, agar
seorang guru dapat mencapai target pembelajaran yang sesuai didalam kelas maka
seorang guru harus memiliki strategi yang tepat. Pada proses pembalajaran berlangsung
harus memiliki keterampilan seperti menyimak, membaca (keterampilan reseptif) dan
berbicara atau menulis (keterampilan produktif) bersama dengan sistematis dan teoritis.
Tantangan terbesar mengajarkan IPA atau sains adalah banyak di antara siswa yang
menganggap sains sebagai pelajaran hafalan. Guru juga mengajar siswa dengan metode
ceramah, menjelaskan semua hal yang dianggapnya perlu diketahui siswa. Guru
memilih metode ceramah karena metode ini dapat menyampaikan banyak sekali materi
pelajaran dalam waktu singkat. Pembelajaran yang menekankan fungsi dari
pembelajaran adalah suatu perubahan yang dapat memberikan hasil jika peserta didik
berinteraksi dengan informasi yang berupa materi, kegiatan dan pengalaman.

1
2

Pendidikan Ipa menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk


mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar secara
ilmiah. Dalam mewujudkan keterampilan berpikir serta keterampilan mengembangkan
sikap untuk menjalankan metode penyelidikan ilmiah dibutuhkan suatu pendekatan
pengajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Melihat mata pelajaran IPA tersebut, pembelajaran IPA yang menyajikan ilmu
fisika, kimia dan biologi dalam satu kesatuan mata pelajaran. Hal ini dikarenakan IPA
memegang perananan penting dalam mengembangkan pengetahuann dan keterampilan
berpikir siswa. Dengan pendidikan IPA siswa dapat mengenal, menyikapi dan
mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir
dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.
Berkaitan dengan rendahnya hasil belajar menunjukkan adanya masalah pada
proses pembelajaran. Menurut Sanjaya (2009) salah satu masalah hambatan dunia
pendidikan Indonesia saat ini adalah lemahnya proses pembelajaran. Proses
pembelajaran hingga dewasa ini masih didominasi guru dan kurang memberikan akses
bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses
berpikirnya. Hal ini berlaku untuk semua mata pelajaran termasuk sains. Didukung oleh
hasil penelitian Sadia (2008) dikatakan bahwasanya dalam pembelajaran yang dominan
digunakan oleh para guru dalam proses pembelajaran IPA adalah strategi yang
menggunakan saintifik. Masih banyak sekolah yang kurang mampu menerapkan model
pembelajaran yang membuat siswa aktif dikelas.
Bukan hal mudah bagi guru memilih model dan metode yang sesuai dengan materi
dalam mengajar, karena di dalam setiap kelas kemampuan akademik peserta didik yang
berbeda - beda. Jika seorang guru mampu memilih model dan metode pembelajaran
yang sesuai, maka peserta didik yang belajar dengan model pembelajaran yang tepat
akan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik, baik dari segi pengetahuan,
keterampilan maupun sikap. Didukung oleh hasil penelitian Suharlik (2011)
3

menyatakan bahwa dalam pembelajaran biologi, terdapat pengaruh strategi


pembelajaran think pair share terhadap daya retensi siswa, dan terdapat pengaruh
interaksi strategi pembelajaran think pair share dan kemampuan akademik terhadap
hasil belajar kognitif siswa.
Model pembelajaran think pair share terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap thinking
(berpikir), pairing (berpasangan), dan sharing (berbagi). Pada tahap think siswa harus
berpikir sendiri tentang jawaban atas permasalahan yang diberikan oleh guru. Berpikir
merupakan proses kognitif, yaitu suatu aktivitas mental untuk memperoleh
pengetahuan. Ketika harus berpikir, maka akan ada dialog dengan diri sendiri. Pada
tahap pair, siswa akan berpasangan untuk mendiskusikan hasil berpikir mereka
sebelumnya. Dalam berdiskusi diperlukan beberapa keterampilan berpikir, antara lain:
mengenal masalah; menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani
masalah-masalah tersebut; mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan;
memahami dan menggunakan bahasa yang tepat dan jelas; menganalisis data; dan
menarik kesimpulan. Pada tahap ini diperlukan diperlukan kemampuan untuk
mengatakan sesuatu dengan penuh percaya diri. Dengan demikian setiap tahap yang
terdapat dalam model pembelajaran think pair share merupakan keterampilan berpikir
peserta didik untuk mengetahui hasil belajar yang telah dilaksanakan peneliti.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian menggunakan
model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik yang
diterapkan pada materi sistem pencernaan makanan yaitu dengan model pembelajaran
Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Ipa Ditinjau Dari Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa kelas 8 di SMPN 3 Biluhu Barat
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah penelitian dalam kajian ini
bagaimanakah Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas VIII Materi Sistem Pencernaan Makanan Di SMPN 3 Biluhu Barat.
4

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Pengaruh Model Pembelajaran
Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Materi Sistem Pencernaan
Makanan
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna bagi
berbagai pihak, secara rinci kegunaan hasil penelitian secara teoritis dan praktis, dapat
dijabarkan sebagai berikut. Manfaat teoritis adalah dengan dilaksanakannya penelitian
ini dapat memperoleh pengalaman berpikir dalam memecahkan permasalahan
pembelajaran di kelas. Manfaat untuk siswa, guru, sekolah dan peneliti:
1. Bagi siswa
Membuat siswa senang dalam mengikuti pembelajaran sistem pencernaan
makanan, siswa dapat bekerjasama dalam kelompok, keaktifan dalam
pembelajaran, sosialisasi, dan mengemukakan pendapat kepada orang lain, serta
lebih bertanggung jawab terhadap pembelajaran sehingga dapat membantu
meningkatkan kemampuan berpikirnya.
2. Bagi Guru
Mengetahui pola pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki dan
memudahkan mengajar konsep sistem pencernaan makanan dan kaitannya dengan
sistem tubuh di kelas .
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi sekolah dalam
rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran
khususnya mata pelajaran Ipa.
4. Bagi peneliti
Menambah pengalaman dan sebagai sarana agar lebih profesional dalam melakukan
Penelitian khususnya dalam bidang pendidikan
5

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Model Pembelajaran Think Pair Share
2.1.1 Pengertian Model Think Pair Share
Strategi pembelajaran didefinisikan sebagai "tindakan, perilaku, langkah, atau
teknik tertentu, seperti mencari mitra percakapan, atau memberikan dorongan kepada
diri sendiri untuk menangani objek atau suatu pedoman yang sulit digunakan oleh siswa
untuk meningkatkan pembelajaran mereka sendiri" (Oxford, RL, 2003 : 2). Ketika
pelajar secara sadar memilih strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, strategi ini
menjadi alat yang berguna untuk pengaturan diri belajar yang aktif, sadar, dan terarah.
Oleh karena itu, strategi pembelajaran dapat menjadi prosedur yang memfasilitasi suatu
tugas pembelajaran. Strategi paling sering dilakukan secara sadar dan didorong oleh
tujuan, terutama pada tahap awal menangani tugas pengetahuan alam yang tidak
dikenal. Setelah strategi pembelajaran menjadi akrab melalui penggunaan berulang,
mungkin digunakan dengan beberapa otomatisitas, tetapi kebanyakan pelajar akan, jika
diperlukan, dapat memanggil strategi ke kesadaran sadar (Chamot, 2005). Selain itu,
Million (1987) menyatakan bahwa guru yang efektif merancang pelajaran dan
menggunakan metode penyampaian yang memenuhi kebutuhan siswa.
Pembelajaran kooperatif salah satu metode pengajaran yang melibatkan peserta
didik secara sadar (Avcı et al., 2019). Pembelajaran kognitif ialah sesatu cara telah
digunakan dengan disadari sehingga terlibat kontan terhadap peserta didik. Saat
pembelajaran kooperatif bermacam-macam cirinya, contoh model Think Pair Share.
Model Pembelajar yang telah digunakan seorang guru saat mengajar dengan pemilihan
model TPS ini sangat menguntungkan dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran kolaboratif dan kooperatif memiliki banyak kesamaan. Gagasan
bahwa peran guru dalam membimbing pembelajaran kooperatif atau kolaboratif serupa

5
6

sangat relevan dengan ulasan ini: dia dipandang sebagai fasilitator untuk membimbing
kelompok siswa" (Van Leeuwen dkk, 2019).
Model pembelajaran kooperatif terbagi atas beberapa tipe, salah satunya adalah
Think Pair Share. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah
salah satu model pembelajaran yang cukup efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar
IPA siswi karena siswa dituntut untuk melakukan aktivitas yang lebih banyak saat
belajar. TPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja
sama dengan orang lain.
Pelaksanaan pembelajaran TPS ini diawali dari berpikir (think) sendiri mengenai
pemecahan suatu masalah. Tahap berpikir menuntut siswa untuk lebih tekun dalam
belajar dan aktif mencari referensi agar lebih mudah dalam memecahkan masalah atau
soal yang diberikan guru. Siswa kemudian diminta untuk mendiskusikan hasil
pemikirannya secara berpasangan (pair). Tahap diskusi merupakan tahap menyatukan
pendapat masing-masing siswa guna memperdalam pengetahuan mereka. Diskusi dapat
mendorong siswa untuk aktif menyampaikan pendapat dan mendengarkan pendapat
orang lain dalam kelompok, serta mampu bekerja sama dengan orang lain. Setelah
mendiskusikan hasil pemikirannya, pasangan-pasangan siswa yang ada diminta untuk
berbagi (share) hasil pemikiran yang telah dibicarakan bersama pasangannya masing-
masing kepada seluruh kelas. Tahap berbagi menuntut siswa untuk mampu
mengungkapkan pendapatnya secara bertanggung jawab, serta mampu mempertahankan
pendapat yang telah disampaikannnya.
Think Pair Share (TPS) merupakan teknik pembelajaran dalam pembelajaran
kooperatif yang pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman pada tahun 1981. TPS
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Teknik ini menghendaki siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama
saling membantu dengan siswa lain dalam suatu kelompok kecil. Dengan metode
klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa yang maju dan membagikan hasilnya
7

untuk seluruh kelas, teknik Think Pair Share memberi sedikitnya delapan kali
kesempatan lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan
partisipasi mereka kepada orang lain (Anita Lie, 2008:57)
Think Pair Share merupakan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
tahaptahap pembelajaran, yakni tahap berpikir, tahap berpasangan dan tahap
berbagi.Dalam TPS, guru memberikan isu atau suatu masalah dan kepada siswa
kemudian memberikan waktu beberapa saat untuk memikirkan hal tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan kesempatan siswa merumuskan jawaban dengan
mengambil informasi dari memori jangka panjang. Siswa kemudian dibentuk kelompok
kecil, biasanya terdiri dari dua sampai enam orang, untuk mendiskusikan ide-ide mereka
tentang masalah yang diangkat selama beberapa menit. Setelah beberapa menit guru
dapat memilih secara acak kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di
hadapan kelas.
Think Pair Share terdiri dari tahapan thinking atau berpikir, bahwasanya seorang
pengajar membuat suatu pertanyaan/permasalahan kepada peserta didik. Pertama-tama
tahapan ini peserta didik diberikan waktu untuk berpikir perorang. Selanjutnya tahap
pairing atau berama, peserta didik diberikan masing-masing tim untuk dijadikan rekan
kerja untuk bekerja sama agar mendapatkan hasil diperoleh saat tahapan berpikir. Oleh
karena itu tahapan terakhir dalam model pembelajaran ini yaitu membagi hasil kerja
samanya dengan tim rekan kepada kelompok lain, kemudian membagi usaha yang
diperoleh dari rekan tim yang dibentuk sebelumnya kepada semua peserta didik didepan
kelas.
Menurut teori J.B. Waston (Sumadi Suryabrata, 2002: 268) merupakan suatu
reaksi objektif dari individu terhadap situasi sebagai perangsang yang wujudnya dapat
bermacam-macam seperti reflek patella, memukul bola, mengambil makanan, menutup
pintu, dan sebagainya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 746) respons
juga dapat diartikan sebagai tanggapan. Tanggapan merupakan salah satu fungsi
8

kejiwaan yang dapat diperoleh individu setelah pengamatan selesai dilakukan


(Baharuddin, 2009:104). Senada dengan Baharuddin, Wasty Soemanto (2006: 25)
mendefinisikan tanggapan sebagai bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari
pengamatan. Selanjutnya menurut Ismail Farid (2010) yang dimaksud dengan respons
siswa adalah tanggapan orang-orang yang sedang belajar termasuk didalamnya
mengenai pendekatan atau strategi, faktor yang mempengaruhi, serta potensi yang ingin
dicapai dalam belajar. Ketercapaian potensi yang diinginkan dalam belajar dapat diukur
dari ketercapaian tujuan belajar.
2.1.2 Proses Model Think Pair Share
Adapun proses model kognitif TPS yang mudah dipahami, akan tetapi pokok
utama yang harus dihindari dalam kekeliruan tim rekan kerja peserta didik. Saat strategi
ini, seorang pengajar mengajukan kepada peserta didik dapat berpikir sesuatu topik,
bersamaan dalam peserta didik yang lainnya dan membahasnya bersama-sama, setelah
itu membagikan konsep secara menyeluruh didepan kelas. Terdapat beberapa tipe
menurut Abdul Majud (2013 : 191 : 192) inilah tergolong dalam pembelajaran Think-
Pair-Share (TPS) yaitu diantaranya: Tipe 1 berpikir: guru memberikan soal berkaitan
terhadap materi pelajaran. Setelah itu, diharapkan kepada peserta didik untuk
mementingkan soal yang diberikan secara personal dengan waktu yang diberikan. Tipe
2 berkelompok: seorang pengajar mengajukan kepada peserta didik dapat berdampingan
bersama peserta didik yang lainnya agar bisa membahas yang terkait dengan apa yang
sudah mereka percayai pada tahap awal. Kolerasi tipe inilah yang diinginkan sehingga
saling memberikan hasil yang telah dikemukakan oleh peserta atau membagi suatu
gagasan apabila sesuatu pembahasan spesifik yang telah diketahui. Bahwasanya seorang
pengajar membagikan waktu 4-5 menit untuk berdampingan. Tipe 3 membagikan: saat
tipe terakhir ini, seorang pengajar meminta kepada tiap rekan kerja peserta didik dapat
membagikan sesama teman sekelasnya mengenai materi yang telah mereka diskusikan
Hal ini cukup efektif jika dilakukan dengan cara bergiliran antara pasangan demi
9

pasangan, dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapatkan


kesempatan untuk melaporkan.
Menurut ahli lain menjelaskan bahwa model Pembelajaran kooperatif tipe Think-
Pair-Share merupakan model pembelajaran yang efektif untuk membuat variasi suasana
pola diskusi. Prosedur yang digunakan dalam tipe Think-Pair-Share dapat memberi
peserta didik lebih banyak waktu berpikir, merespon dan saling membantu. Secara
singkat alur proses pembelajaran dalam tipe Think-Pair-Share dimulai dengan guru
mengajukan suatu pertanyaan, kemudian peserta didik berpasangan dan mendiskusikan
apa yang telah di peroleh, peserta didik berbagi jawaban terhadap pertanyaan yang telah
diajukan (Trianto, 2014).
2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Strategi Think Pair Share
Strategi TPS ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapu kelebihan menurut
Anita Lie (2004: 46) antara lain : peningkatan partisipan peserta didik, mudah untuk
tugas yang tidak begitu menyulitkan peserta didik, mempunyai giliran mendapat peran
serta tiap anggota kelompok peserta didik, kolerasi lebih mudah, efisien. Selain itu,
pendekatan emosional antar sesama lebih intern (terukur) oleh karena itu dapat
melancarkan saat berinteraksi. Perkembangan sesama rekan kerja peserta didik akan
nampak. Sedangkan kekurangan strategi TPS menurut Anita Lie (2004:46) antara lain
menyulitkan peserta didik saat mencari permasalahan yang tepat dengan tingkat
pemahaman siswa, bahan yang disediakan guru ataupun siswa dalam materi yang
berlangsung, sedikit terbiasa memulai pembelajaran dengan suatu permasalahan yang ril
atau nyata dan pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah relatif terbatas.
2.2 Hasil Belajar Peserta Didik
Hasil belajar peserta didik bisa diartikan kedalam pelajaran yang bisa menjadikan
peserta didik dari awalnya tidak mereka kerjakan, selaku bayangan kemampuan peserta
didik (Melton dalam Nurhasanah dkk, 2016). Hasil belajar ialah paradigma dari
tindakan, perhitungan, hubungan, perilaku, penghargaan, dan keahlian. Menurut
10

Widayanti (2014), dari usaha komunikasi saat proses belajar mengajar (Dimyati &
Mudjiono, 2006).
Hasil belajar bisa diterapkan kriteria sebagai pengenalan dan menyurvei arah
pengkajian (Aziz dkk, 2012). Menjadi sesuatu tolak ukur pada saat menakar kesuksesan
pelajaran berlangsung, hasil belajar mencerminkan hasil dari proses pembelajaran yang
ditunjukan sepanjang pengetahuan peserta didik, guru, proses pembelajaran, dan
lembaga pendidikan telah mencapai tujuan pendidikan yang telah diterapkan (Kpolovie
dkk, 2014). Hasil belajar juga adalah informasi tentang apa yang telah dihasilkan oleh
peserta didik saat proses pembelajaran (Popenici, 2015). Oleh karena itu, kesimpulan
dari beberapa ahli sebelumnya yaitu kapabilitas dan kemampuan diperoleh dari peserta
didik saat pembelajaran dimulai (Molstad, 2016).
Taksonomi Bloom hasil belajar berbagai bentuk ilmu pencapaian memiliki tiga
ranah, yaitu kognitif, afektif, psikomotor (Sudjana, 2009). Ranah kognitif, berhubungan
pada hasil belajar cendekiawan terdapat enam bagian ialah pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Ranah afektif, berkaitan dengan sikap dan
nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab, atau
reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasidengan suatu nilai atau kompleks nilai.
Ranah psikomotor meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
2.3 Materi Sistem Pencernaan Makanan
Sistem pencernaan adalah organ-organ yang terdiri dari mulut hingga anus, serta
berfungsi untuk mengolah makanan yang masuk ke tubuh. Dengan adanya sistem ini,
tubuh bisa menyerap nutrisi yang didapatkan dari makanan. Sebagai sebuah sistem,
setiap organ pencernaan saling bekerjasama untuk mengolah makanan. Proses
pencernaan makanan dibedakan menjadi 3 cara antara lain: 1. Pencernaan mekanik.
Pada pencernaan mekanik akan mengubah bentuk makanan menjadi bentuk yang lebih
halus supaya mudah untuk ditelan dan juga dicerna lebih lanjut. 2. Pencernaan kimiawi.
11

Pada pencernaan kimiawi dilakukan dengan memakai bantuan enzim pencernaan untuk
mengurai makanan yang masuk sehingga akan menjadikan lebih mudah untuk diserap
oleh sel tubuh. 3. Pencernaan biologis. Pada pencernaan biologis dilakukan dengan
memakai bantuan dari organisme lain dalam rangka untuk menguraikan dan untuk
membusukkan makanan.
Sistem pencernaan manusia terdiri dari : 1). saluran pencernaan dan 2). kelenjar
pencernaan. Dalam sistem saluran pencernaan makanan pada manusia dapat dilihat pada
gambar 2.1 :

Sumber: Pustekkom, 2008


1). Mulut (oral); 2). Kerongkongan (esofagus); 3). Lambung (ventrikulus); 4). Usus
halus (intestinum); 5). Usus besar (kolon); 6). Anus. Sedangkan kelenjar pencernaan
dalam sistem pencernaan makanan dapat dilihat pada gambar 2.2:

Sumber : Pustekkom, 2008


12

a). Kelenjar ludah (glandula salivaris); b). Hati (hepar); c). Kelenjar dinding lambung;
d). Pankreas. Rongga Mulut. Pada rongga mulut terdapat adanya : 1. Lidah. Adalah
merupakan salah satu panca indra manusia yang mempunyai fungsi sebagai indra
pengecap makanan, mengatur makanan pada saat mengunyah dan menelan makanan. 2.
Kelenjar ludah. Menghasilkan air ludah yang di dalamnya terdapat enzim ptialin yang
mempunyai fungsi untuk merubah karbohidrat menjadi maltosa. 3. Gigi. Organ ini
mempunyai fungsi pada saat terjadinya proses pencernaan mekanis.
Kerongkongan adalah tempat untuk menghubungkan antara rongga mulut dengan
lambung. Faring terletak pada pangkal kerongkongan sebagai persimpangan antara jalan
nafas dengan jalan makanan. Pada dinding kerongkongan terdiri dari otot polos yang
bisa mengerut dan juga bisa mengendur secara bergantian sehingga akan menimbulkan
gerakan remasan dan akan mendorong makanan ke dalam lambung atau dikenal sebagai
gerak peristaltik.
Pada lambung memiliki 3 bagian yaitu antara lain : 1). bagian atas (kardiak), 2).
bagian tengah (fundus) dan 3). bagian bawah (pilorus). Pada dinding lambung di bagian
tengah terdapat adanya suatu kelenjar lambung yang dapat memproduksi getah lambung
yang terdiri dari air, lendir, asam klorida, enzim pepsinogen dan renin. Fungsi asam
klorida (HCL) yaitu : Membantu membunuh mikroorganisme yang masuk ke dalam
pencernaan bersamaan dengan makanan. Untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi
pepsin. Untuk menyederhanakan protein jaringan ikat sehingga akan mudah untuk
dicerna. Pepsinogen setelah aktif maka akan menjadi pepsin yang akan menguraikan
protein menjadi pepton. Sedangkan renin mempunyai fungsi untuk mengumpulkan
protein susu (kasein) dari air susu.
Bagian usus halus yaitu yang pertama usus dua belas jari (duodenum); yang kedua
adalah usus kosong (jejunum); dan yang ketiga adalah usus penyerapan (ileum). Untuk
keterangan masing-masing bagian usus halus adalah sebagai berikut: 1. Usus dua belas
jari (duodenum) di usus dua belas jari bermuara. Terdapat dua saluran yaitu a. saluran
13

empedu, yang menyalurkan getah empedu untuk mengemulsikan lemak dan b. saluran
pankreas, yang menyalurkan getah pankreas yang mengandung enzim berikut: Amilase,
yaitu enzim yang mempunyai fungsi untuk menguraikan karbohidrat menjadi glukosa.
Tripsin, yaitu enzim yang mempunyai fungsi untuk menguraikan protein menjadi asam
amino Lipase, yaitu enzim yang mempunyai fungsi untuk menguraikan lemak menjadi
asam lemakdan gliserol. 2. Usus kosong (jejunum) adalah sebagai tempat lokasi
pencernaan dari makanan terakhir sebelum sari makanan diserap tubuh. 3. Usus
penyerapan (ileum) pada usus ini terdapat jonjot-jonjot untuk memperluas bidang
penyerapan, dengan demikian kesempatan untuk dapat menyerap makanan akan lebih
besar. Pada jonjot-jonjot tersebut di dalamnya terdapat adanya pembuluh kapiler yang
berisi darah dan juga pembuluh kil yang mempunyai isi getah bening. Pembuluh kapiler
tersebut memiliki fungsi yang sangat penting karena berfungsi untuk menyerap dan juga
untuk mengangkut sari makanan yang antara lain berupa glukosa, asam amini, vitamin,
mineral menuju seluruh tubuh. Sedangkan untuk pembuluh kil memiliki fungsi untuk
menyerap dan untuk mengangkut asam lemak dan gliserol yang menuju ke pembuluh
balik besar di bawah tulang selangka.
Pada usus besar dibedakan menjadi 3 yaitu : a). bagian naik, b). mendatar, dan c).
menurun. Pada pangkal usus besar terdapat adanya usus buntu dan umbai cacing. Pada
usus besar ini terdapat adanya bakteri Escherichia coli yang akan membantu dalam
proses pembusukan sisa dari makanan dan sintesis vitamin K. Fungsi utama usus besar
adalah sebagai tempat untuk mengatur kadar air pada sisa makanan. Bagian akhir usus
besar dinamakan rektum (peleasan) yang bermuara di anus.
2.4 Kerangka Berpikir
Adapun kerangka berpikir yang telah disusun oleh peneliti agar pembelajaran terlaksana
dengan baik dalam gambar 2.3 :

Guru menerapkan pembelajaran IPA dengan


menggunakan video pembelajaran
Kondisi Awal
14

Kemudian guru memberikan tugas


kepada peserta didik secara individu,
Tindakan kemudian peserta didik mencari
kelompok sesuai permasalahan yang
diberikan oleh guru.

Ketika kelompok diskusi terbentuk barulah peserta


didik saling bertukar pikiran satu sama lain.

Hasil yang didapati dari diskusi kelompok akan


Kondisi Akhir dimasukkan ke daftar nilai peserta didik
sebagai hasil belajar peserta didik saat
berdiksusi.
15

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 3 Biluhu Barat Kabupaten Gorontalo
pada semester ganjil 2023/2024.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan berupa Quasi Eksperiment (eksperimen semu) dengan
desain penelitian Posttest Only Control Group Design. Desain penelitian Posttest
Control Group Design ini melibatkan dua kelas yakni kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Di dalam desain ini, peneliti menggunakan satu kelompok eksperimen dengan
kelompok control diawali dengan sebuah tes awal (pre-test) yang diberikan kepada satu
kelompok, kemudian diberikan perlakuan (treatment). Penelitian kemudian diakhiri
dengan sebuah tes akhir (post-test) yang diberikan kepada kedua kelompok. Pada kelas
eksperimen adalah kelas yang memperoleh pembelajaran menggunakan model Think
Pair Share sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang menerapkan keterampilan
berpikir kritis.
3.3 Desain Penelitian
Desain penelitian Pretest-Posttest Control Group Design ini melibatkan dua kelas
yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Dengan menggunakan desain ini kelas eksperimen maupun kelas kontrol memiliki
karakteristik yang sama, karena diambil secara acak (random) dari populasi yang
homogen pula. Dalam desain ini kedua kelas terlebih dahulu diberi tes awal (pretest)
dengan tes yang sama. Kemudian kelompok eksperimen diberi perlakuan khusus yaitu
pembelajaran dengan menggunakan model TPS, sedangkan kelas kontrol diberi
perlakuan seperti biasanya yaitu terhadap hasil belajar peserta didik. Setelah diberi
perlakuan kedua kelas di tes dengan tes yang sama sebagai tes akhir (postest) hasil
kedua tes akhir dibandingkan, demikian juga antara hasil tes awal dengan tes akhir pada

15
16

masing-masing kelas. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control


group: Penelitian Posttest Control Group Design dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Desain penelitian Posttest Control Group Design
Kelompok Preetest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 - O2
(Sumber: Sugiyono, 2011:206)
Keterangan:
O1 : Tes awal (pre-test)
O2 : Tes akhir (postest)
X : Perlakuan (Teatment) berupa penggunaan pengaruh model pembelajaran TPS
3.4 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII berjumlah 44 orang
yang terdiri dari 2 kelas
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah 22 peserta didik kelas VIII
3.5 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu terdapat variabel bebas
(independent) dan variabel variabel terikat (dependen).
Variabel Bebas (X) : Model pembelajaran kognitif TPS
Variabel Terikat (Y) : Keterampilan hasil belajar siswa
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan tes
dalam bentuk soal essay. Tes dalam bentuk essay bertujuan untuk mengetahui hasil
keterampilanhasil belajar peserta didik. Indikator yang digunakan yaitu: 1) Memberikan
penjelasan sederhana, 2) Membangun keterampilan dasar, 3) Membuat kesimpulan. Tes
17

pertama (preetest) diberikan pada pertemuan sebelum mendapatkan pembelajaran untuk


mengetahui sejauh mana kemampuan atau ilmu yang dimiliki peserta didik pada materi
yang akan diberikan. Tes kedua (posttest) diberikan pada akhir pertemuan sesudah
mendapatkan pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil
belajar peserta didik dengan model TPS.
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrument tes essay, soal essay
diberikan melalui preetest dan posttest. Preetest digunakan untuk melihat sejauh mana
kemampuan sebelum diberikan perlakuan, sedangkan posttest digunakan untuk
mengetahui hasil belajar peserta didik.
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Uji Normalitas Data
Dalam pengujian normalitas data, disini didapat setelah hasil penelitian diperoleh
dan data diuji. Dalam pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui data
yang diperoleh apakah ada perbedaan yang signifikan antara frekuensi, dengan
menganalisis data secara statistika. Untuk mengetahui normalitas data dapat dilakukan
dengan menggunakan excel.
Rumus yang digunakan untuk menguji normalitas pada excel. Yaitu menggunakan
rumus Chi-Kuadrat (X2).
( fo−fh ) 2
X 2=∑[ ]
fh

Keterangan:
X2 = harga Chi-kuadrat yang dicari
fo = frekuensi yang ada (frekuensi observasi atau frekuensi sesuai dengan
keadaan)
fh = frekuensi yang diharapkan, sesuai dengan teori
18

3.8.2 Uji Hipotesis


Setelah dilakukan uji normalitas data, maka hasil pengujian dan normalitas data
tersebut digunakan dalam menentukan pemilihan statistic uji yang akan digunakan pada
pengujian hipotesis penelitian. Setelah mengetahui data yang diperoleh berdistribusi
normal maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis pada
penelitian ini menggunakan Teknik uji yaitu uji rerata dengan uji statistik yaitu uji t.
Adapun rumus yang digunakan adalah:
x ±−µ o
t=
s
√n
(Sudjana, 2005)
Keterangan:
t = Harga t yang dihitung
x = Nilai rata rata xi
µo = Nilai yang dihipotesiskan
s = Simpangan baku
n = Banyaknya subjek penelitian
3.8.3 Uji N-gain
Gain ternormalisasi bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
diberikan perlakuan. Hasil belajar siswa diambil dari hasil preetest dan posttest yang
dibagikan pada peserta didik. Gain ternormalisasi atau yang di singkat n-gain
merupakan perbandingan skor gain yang diperoleh dengan skor gain maksimum (Hake,
1998).
% skor posttest−% skor pretest
¿ g>¿
100−% skor pretest
(Hake, 1998).
Hasil perhitungan gain ternormalisasi yang didapatkan selanjutnya dikategorikan
berdasarkan table pengelompokan n-gain yang ditunjukan pada Tabel 3.3 berikut.
19

Tabel 3.2 Kriteria Pengelompokan n-gain


Indeks Gain g>0,07 0,03<g<0,07 g<0,30
Kriteria Tinggi Sedang Rendah
(Hake, 1998).

Anda mungkin juga menyukai