Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ILMU PENGETAHUAN ALAM SD


STRATEGI PEMBELAJARAN IPA SD
Dosen Pengampu : Antonia Junianty L.,SS. M.Pd.

Disusun Oleh:
Ajeng Ayu Ramadanti
Eka Rahmawati
Haryati
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
ARRAHMANIYAH
Jl. Masjid Al-Ittihad No.812 Bojong, Kelurahan Pondok Terong,
Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Kode Pos 16431
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, guru harus memikirkan segala
hal yang akan dilakukan di dalam kelas. Hal penting yang harus dipikirkan adalah
pendekatan dan metode apa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan sifat
materi yang akan menjadi objek pembelajaran. Dalam beberapa pembahasan kata
“pendekatan” sekalingkali dirangkai dengan kata “metode” sebab kedua kata
tersebut memang berhubungan erat satu sama lain. Pendekatan dan metode,
keduanya membahas tentang strategi untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Namun, demikian diantara keduanya juga terdapat perbedaan. Pendekatan
(approach) lebih menekankan pada strategi dalam tahap perencanaan, sedangkan
metode (method) lebih menekankan pada teknik operasional pelaksanaannya.
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA
di SD, misalnya pendekatan konsep, pendekatan lingkungan, pendekatan inkuiri
dan pendekatan keterampilan proses. KTSP menjelaskan bahwa pendekatan
pembelajaran yang digunakan untuk membelajarkan sains adalah pendekatan yang
berorientasi pada siswa. Sekalipun tidak menyebutkan pendekatan tertentu yang
dapat digunakan guru untuk membelajarkan suatu topik. Namun ada sejumlah
pendekatan yang dianjurkan yaitu pendekatan inkuiri sains, pendekatan berbasis
konstruktivisme, pendekatan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat
(salingtemas) dan pendekatan pemecahan masalah.
Seperti halnya dalam memilih pendekatan, pemilihan metode yang akan
digunakan hendaknya juga mempertimbangkan karakteristik siswa dan
karakteristik materi. Anak usia SD pada umumnya masih dalam taraf berpikir
kongkret, sehingga sangat dianjurkan guru menggunakan metode pembelajaran
yang mendorong siswa untuk aktif baik pikiran maupun fisik dan juga
menyenangkan. Pada bagian berikut disajikan beberapa alternatif pelaksanaan
pembelajaran yang bisa dipilih guru dalam membelajarkan IPA.
1.2 Rumusan Masalah
2. Apa saja strategi pembelajaran IPA di SD ?
3. Bagaimana strategi pada pembelajaran IPA di SD ?
4. Bagaimanakah implementasi dalam strategi pembelajaran IPA di SD ?
1.3 Tujuan Penulisan
2. Mengetahui macam-macam strategi pembelajaran IPA di SD.
3. Mengetahui teknik pelaksanaan pada setiap strategi pembelajaran IPA
di SD.
4. Dapat menjelaskan implementasi dalam setiap strategi pembelajaran
IPA di SD.
BAB II
PEMBAHASAN

a. Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari kata Strategos dalam bahasa Yunani merupakan
gabungan dari Stratos atau tentara dan ego atau pemimpin. Suatu strategi
mempunyai dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada
dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Strategi ialah suatu
seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk
mencapai suatu sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan
lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan. Menurut chandler
(1962), Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam
kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta.
Sedangkan menurut Porter (1985) strategi adalah alat yang sangat penting
untuk mencapai keunggulan bersaing.
b. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Salah satu
pengertian pembelajaran dikemukakan oleh Gagne (1977) yaitu pembelajaran
adalah seperangkat peristiwa -peristiwa eksternal yang dirancang untuk
mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal. Lebih lanjut, Gagne
(1985) mengemukakan teorinya lebih lengkap dengan mengatakan bahwa
pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal
harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung, dan
mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar.

c. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan imu yang mempelajari tentang


peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dan seisinya yang berdasarkan proses-
proses ilmiah. Widodo, dkk.(2010) mngemukakan bahwa dalam
perkembangannya science digunakan untuk ilmu-ilmu alamiah. Dalam Bahasa
Indonesia kata science kemudian diterjemahkan menjadi sains.jadi, IPA atau
sains merupakan salah satu cabang ilmu yang focus pengkajiannya adalah
alam dan proses-proses yang ada didalamnya. Definisi IPA menurut
Sujana(2013,hlm.15),” Ilmu Pengetahuan alam atau sains merupakan ilmu
yang mempelajari tentang kondisi alam beserta isinya, serta peristiwa-
peristiwa yang terjadi didalamnya yang dikembangkan oleh para ahli
berdasarkan proses ilmiah”.

Strategi Pembelajaran IPA SD

Pelaksanaan pembelajaran disekolah dengan menggunakan


strategi pembelajaran aktif merupakan upaya kontekstual yang
dilakukan oleh guru dalam rangka menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan kenyataan
yang dialami oleh peserta didik. Pada pembelajaran materi IPA di
SD/MI mesti harus menggunakan strategi dan langkah-langkah
pembelajaran yang dapat mempermudah guru dalam
mentransformasikan pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai
dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan
tujuan pembelajaran. 

Macam-macam Strategi Pembelajaran IPA

Bila dilihat dari penyajiannya strategi pembelajaran ipa dibagi 2 yaitu induktif
dan deduktif. Strategi pembelajaran ini sifatnya konseptual. Strategi atau
model pembelajaran ini bisa diimplementasikan dengan bentuk metode
pembelajaran yang nyata. Metode pembejaran yang bisa dipilih dari konsep
strategi pembelajaran adalah, 1. Ceramah, 2. Diskusi kelompok, 3.
Demonstrasi , 4. Simulasi, 5. Pengalaman lapangan, 6. Mind Mapping, 7.
Drama, dan lain-lain Dalam kurikulum 2013 strategi pembelajaran atau model
pembelajaran ada 5:
1. Strategi discovery Learning (DL) (Menyingkap Pembelajaran)
2. Strategi inkuiri Learning (IL) (Penyelidikan Pembelajaran)
3. Strategi Problem Based Learning (PBL) (Pembelajaran berbasis masalah)
4. Strategi Project Based Learning (PBL) (Pembelajaran Berbasis proyek)
5. Strategi Saintifik Learning (SL) ( Pembelajaran Ilmiah)

Strategi Discovery Learning


Menurut Durajad (2008) Model Discovery learning adalah teori belajar
yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak
disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan
mengorganisasi sendiri. Sedangkan menurut Effendi (2012) Discovery
learning merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam
pemecahan masalah untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan.
Discovery Learning merupakan proses pembelajaran yang tidak diberikan
keseluruhan melainkan melibatkan siswa untuk mengorganisasi,
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk memecahkan masalah.
Sehingga dengan penerapan model discovery learning dapat meningkatkan
kemampuan penemuan individu selain itu agar kondisi belajar yang awalnya
pasif menjadi lebih aktif dan kreatif. Sehingga guru dapat mengubah
pembelajaran yang awalnya teacher oriented menjadi student oriented.

Kelebihan pada model discovery learning dapat disimpulkan sebagai berikut:


a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan‐
keterampilan dan proses‐proses kognitif,
b) Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan kecepatannya sendiri,
c) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa, karena unsur berdiskusi,
d) Mampu menimbulkan perasaan senang dan bahagia karena siswa berhasil
melakukan penelitian,
e) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu‐raguan) karena
mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
Sementara itu kekurangannya menurut Kemendikbud (2013) adalah :
(1) model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.
Bagi siswa yang kurang memiliki kemampuan kognitif yang rendah akan
mengalami kesulitan dalam berfikir abstrak atau yang mengungkapkan
hubungan antara konsep‐konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada
gilirannya akan menimbulkan frustasi.
(2) Model ini tidak cukup efisien untuk digunakan dalam mengajar pada
jumlah siswa yang banyak hal ini karena waktu yang dibutuhkan cukup lama
untuk kegiatan menemukan pemecahan masalah.
(3) Harapan dalam model ini dapat terganggu apabila siswa dan guru telah
terbiasa dengan cara lama.
(4) model pengajaran discovery ini akan lebih cocok dalam pengembangkan
pemahaman, namun aspek lainnya kurang mendapat perhatian.
Made Putrayasa, H. Syahruddin, Gege Margunayasa dalam artikelnya yang
berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Discovery learning dan Minat Belajar
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa mengatakan bahwa model pembelajaran
discovery learning meningkatkan minat belajar berpengaruh terhadap hasil
belajar IPA siswa. Dengan pada nilai rata-rata hasil belajar IPA yang sebesar
79,39 untuk kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
discovery learning.

Strategi Inkuiri Learning

Pendekatan inkuiri merupakan unsur pendekatan pembelajaran Contextual


Teaching and Learning (CTL). Pembelajaran dengan pendekatan CTL
menurut Trianto (2008: 10), adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual yaitu
Constructivism, Inquiry, Questioning, Learning Community, Modelling,
Reflection, dan Authentic Assesment. Pendekatan CTL ini pada dasarnya dapat
diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang apa saja dan kelas yang
bagaimana pun keadaanya. Namun, yang paling tepat adalah digunakan dalam
pembelajaran sains, alasannya karena materi dalam sains merupakan dunia
nyata atau kontekstual bagi siswa yang mereka alami sehari-hari. Dengan
demikian, inti dari pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik
pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkan dengan berbagai
cara, selain karena memang materi yang dipelajari secara langsung terkait
dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan pemberian ilustri atau
contoh, sumber belajar, media, dan lain sebagainya, yang memang baik secara
langsung maupun tidak diupayakan terkait atau ada hubungan dengan
pengalaman hidup nyata (Rusman, 2011: 187).
Trianto dalam bukunya yang berjudul “Mendesain Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) di Kelas” membagi inkuiri menjadi
beberapa siklus yang terdiri dari: (1) Observasi (Observation). (2) Bertanya
(Questioning). (3) Mengajukan dugaan (Hyphotesis). (4) Pengumpulan data
(Data gathering). (5) Penyimpulan (Conclussion). Rusman dalam bukunya
dengan judul “Model-Model Pembelajaran” Model pembelajaran Inquiry
(menemukan) merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan
akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta
kemampuankemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan
sendiri.

Langkah-langkah pendekatan ikuiri


Adapun langkah-langkah dalam proses pembelajaran dengan menerapkan
pendekatan inkuiri menurut Trianto (2008: 30) di antaranya adalah:
(1) merumuskan masalah,
(2) mengamati atau melakukan observasi,
(3) menganalisis dan menyajikan hasil data tulisan, gambar, laporan, bagan,
tabel dan karya lainya, dan
(4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru atau audien yang lain secara kelompok ataupun individu.

Kelebihan dan kekurangan pendekatan inkuiri


Adapun kelebihan pendekatan inkuiri adalah: 1) siswa aktif dalam kegiatan
belajar, sebab ia berfikir bagaimana cara memecahkan masalah dan
menggunakan kemampuan untuk hasil akhir, 2) perkembangan cara berfikir
ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari jawaban dan menyimpulkan atau
memproses keterangan dengan pendekatan inkuiri dapat dikembangkan
seluas-luasnya, 3) dapat melatih anak untuk belajar sendiri dengan positif
sehingga dapat mengembangkan pendidikan demokrasi, 4) melatih siswa
mengembangkan sikap kritis terhadap masalah yang muncul dalam kehidupan
siswa sehari-hari yang berkaitan dengan sains, 5) mengembangkan sikap
bertanggung jawab terhadap hasil pembelajaran baik dalam suatu kelompok
maupun secara individu.
Adapun kelemahan dari pendekatan inquiri ini adalah 1) pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri memerlukan kecerdasan anak yang tinggi, sebab apabila
anak kurang cerdas hasilnya akan kurang efektif, dan 2) pendekatan ini tidak
cocok diterapkan pada kelas-kelas rendah.
Purniadi Putra dalam jurnalnya yang berjudul Penerapan Pendekatan Inkuiri
Pada Mata Pelajaran IPA untuk Mengembangkan Karakter Siswa di SDN 01
Kota Bangun memberikan kesimpulan sebagai berikut :
a. Penerapan pendekatan inkuiri dengan pendekatan pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPA dengan perencanaan
yang matang mampu meningkatkan karakter di kelas V SDN 01 Kota Bangun
Kabupaten Sambas.
b. Penerapan pendekatan inkuiri pada Siswa kelas V SDN 1 Kota Bangun
meningkatkan aktivitas siswa dalam mengajukan pertanyaan, menjawab
pertanyaan, terlibat aktif, kerja sama dan inovatif, hal ini pendidikan karakter
sudah diterapkan.

Problem Based Learning


Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu model pembelajaran yang
mendorong siswa untuk meningkatkan keterampilannya. Problem Based
Learning (PBL) pertama dikembangkan oleh Prof. Howards Barrows sekitar
tahun 1970-an dalam pembelajaran ilmu medis di Mc Master University
Cnada (Amir,2009). Model pembelajaran ini memberikan suatu masalah nyata
bagi siswa sebagai awal pembelajaran yang nantinya akan diselesaikan dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Bertikut definisi tentang
Problem Based Learning menurut beberapa ahli:
1) Menurut Arends ( dalam Trianto 20011: 68). Problem Based Learning
(PBL) merupakan model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik
terhadap masalah yang autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat
mengeksplorasi pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan
keterampilan dan memandirikan peserta didik.
2) Menurut Sanjaya(2011:92), PBL merupakan pendekatan yang efektif
untuk pengajaran proses berfikir tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa
untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan
Menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan
sekitarnya.
Dari beberapa uraian penjelasan tentang definisi Problem Based
Learning (PBL), dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning
adalah cara pembelajaran yang ditandai oleh adanya masalah nyata sebagai
sebuah konteks untuk belajar berfikir kritis dan keterampilan mmecahkan
masalah serta memperoleh pengetahuan tentang carra memecahkan
masalah tersebut.

Karakteristik model Problem Based Learning


Ciri utama dalam penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning adalah dimunculkannya masalah pada awal pembelajarannya,
menurut Rizema Pura (2013:27) menjelskan bahwa model Problem Based
Learning memiliki karakteristik sebagi berikut :
1. Belajar dimulai dari masalah. Memastikan bahwa masalah tersebut
berhubungan dengan dunia nyata siswa.
2. Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan disiplin ilmu.
3. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam
membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar.
4. Menggunakan kelompok kecil.
5. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah dipelajari dalam
bentuk produk atau kinerja.
Kelebihan dan kekurangan model Problem Based Learning
Dalam sebuah model pembelajaran tentu memiliki keunggulan dan
kelemahan, demikian juga model Problem Based Learning.Berdasarkan
penjelasan Trianto (2011: 96-97) model Problem Based Learning memiliki
kelebihan dan kelemahan. Kelebihan model Problem Based Learning sebagi
model pembelajaran adalah:
1. Realistic dengan kehidupan nyata
2. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
3. Memupuk sifat inquiri siswa
4. Retensi konsep jadi kuat
5. Memupuk kemampuan problem solving.
Trianto (2011: 98-99) mengemukakan kekurangan model Problem Based
Learning antara lain:
1. “Persiapan pembelajaran seperti alat,masalah konsep yang kompleks.
2. Sulitnya mencari problem yang relevan
3. Sering terjadi pemahaman konsep.
4. Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup
lama dalam proses penyelidikan. Sehingga terkadang banyak waktu
yang tersita dalam proses pembelajaran.”

Anda mungkin juga menyukai