PENDEKATAN,DAN
MODEL PEMBELAJARAN
IPS SD
Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Aslamiah, M.Pd., Ph.D
Akhmad Riandy Agusta, M.Pd
KELOMPOK 4:
Dewi Ayu Marisa 2010125320060
Raihan Akbar 2010125310047
Helda Elisa 2010125320051
Miftahul Kiftiah 2010125220079
Nova Zulaika 2010125320052
Rohani Samanta 2010125220076
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................1
E.Macam-Macam Sumber Belajar Yang Dapat Digunakan Dalam Pembelajaran Ips Dengan
Paikem.......................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................29
A. Konsep Strategi Pembelajaran
didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran. Maka dari itu, konsep strategi dalam hal
ini menunjuk pada karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru-peserta didik di dalam
latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Setiap
tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajar
harus dapat dipraktikkan. Pada strategi pembelajaran, dua hal yang perlu dicermati, yaitu:
pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses
2. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan
Strategi pembelajaran sebagai komponen umum dari suatu rangkaian materi dan prosedur
pembelajaran yang digunakan secara bersama–sama oleh guru dan peserta didik selama
penyampaian informasi, partisipasi peserta didik, tes, dan kegiatan lanjutan. Strategi
Pembelajaran adalah pendekatan secara menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran, yang
berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran,
ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta
pembelajaran ini adalah belajar melalui modul atau belajar bahasa melalui kaset audio
atau VCD.
Sekelompok siswa diajar oleh seorang atau beberapa orang guru. Bentuk belajar
kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau pembelajaran klasikal; atau
bisa juga siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil semacam buzz group.
dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang
memilki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang memililki kemampuan
biasabiasa saja; sebaliknya siswa yang memilki kemampuan kurang akan merasa
tergusur oleh siswa yang memiliki kemampuan tinggi. Banyak sekali metode- metode
Model secara harfiah berarti “bentuk”, dalam pemakaian secara umum model
merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukurannya yang diperoleh dari
beberapa sistem. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2011: 45), model diartikan sebagai
bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Sagala, 2011).
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial (Suprijono, 2011). Model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran (Komalasari, 2011). Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang
lebih luas dibandingkan strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran 50
mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode ataupun prosedur, ciri-
ciri tersebut ialah:
1. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para penciptanya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujun pembelajaran dapat tercapai (Trianto, 2009)
Model pembelajaran diartikan sebagai bentuk pembelajaran yang didasarkan pada
langkah-langkah pembelajaran yang sistematis sehingga dapat membantu peserta didik untuk
belajar aktif. Demikian, dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik itu sendiri. Guru
lazimnya mengetahui dan menguasai jenis model pembelajaran, sehingga dapat
menerapkannya dalam pembelajaran. Dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat
dalam setiap pembelajaran nantinya diharapkan menghasilkan proses belajar yang
menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar pada setiap peserta didik.
Model pembelajaran yang sesuai dengan isi dalam Permendikbud Nomor
103 Tahun 2014 dan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 adalah model
pembelajaran yang bukan berbasis ceramah atau hafalan. Namun model pembelajaran
berbasis aktivitas dan kreativitas, menginspirasi, menyenangkan dan berprakarsa, serta
lebih mengacu pada makna ‘alami, sesuai fitrah manusia’ yaitu: terpusat pada peserta didik,
autentik, kontekstual, dan bermakna bagi kehidupan peserta 51 didik sehari-hari. Model
pembelajaran yang dimaksud, antara lain; discovery learning, project-based learning,
problem-based learning, dan inquiry learning.
Menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, bahwa untuk memperkuat pendekatan
ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu
mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian, seperti;
model discovery ataupun inquiry learning. Guna mendorong kemampuan peserta didik untuk
menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka dianjurkan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah, misalkan dengan menggunakan model project based learning. Berikut penjelasan
dari model-model tersebut.
Menurut Kozma, banyaknya materi yang harus diajarkan dengan waktu yang
terbatas merupakan masalah yang sering dihadapi oleh guru dan dosen, (Gafur:1989:85).
Hal ini menunjukkan bahwa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien, guru dituntut memiliki kemampuan dalam memilih dan mengorganisasikan materi
pembelajaran secara tepat.
Kesulitan guru dalam memilih dan mengorganisasikan materi disebabkan kurikulum
dalam silabus sebagai pedoman penyusunan materi hanya memuat pokok-pokok materi.
Selanjutnya guru dituntut mampu menjabarkan pokok-pokok materi itu secara rinci. Tugas ini
akan dapat dilakukan oleh guru jika ia memiliki kompetensi yang baik dalam memilih dan
mengorganisasikan materi pembelajaran.
Untuk dapat memilih dan mengorganisasi materi, perlu diuraikan konsep dan
klasifikasi materi terlebih dahulu. Menurut Kemp (Gafur, 1989:86), materi pembelajaran
merupakan gabungan antara; 1) pengetahuan tentang fakta dan informasi; 2) keterampilan
tentang langkah-langkah, prosedur, dan keadaan; 3) sikap. Berangkat dari pendapat ini berarti
materi pembelajaran itu merupakan satu kesatuan materi yang terdiri dari pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Sedangkan menurut Meril (Gafur,1989:86), klasifikasi isi materi pelajaran itu meliputi
fakta, konsep, prosedur dan prinsip. Masing-masing isi materi tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
3. Isi materi disebut fakta, jika siswa diminta untuk mengingat suatu obyek,
symbol, atau peristiwa.
4. Isi materi disebut konsep, jika siswa diminta untuk menyatakan suatu definisi.
5. Isi materi disebut prosedur, jika siswa diminta untuk menjalankan langkah- langkah,
prosedur secara urut, atau memecahkan suatu masalah atau membuat sesuatu.
6. Isi materi disebut prinsip, jika siswa diminta untuk mengemukakan hubungan antara
beberapa konsep.
Harjanto (1997:220-221), klasifikasi materi pelajaran itu meliputi aspek konsep,
prinsip, fakta, proses, nilai, dan keterampilan. Masing-masing aspek tersebut dapat
didefinisikan sebagai berikut:
1. Konsep adalah suatu idea tau gagasan atau suatu pengertian yang umum.
2. Prinsip adalah suatu kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berfikir atau
merupakan suatu petunjuk untuk berbuat/melaksanakan sesuatu.
3. Fakta adalah suatu yang telah terjadi atau ynag dikerjakan/dialami.
4. Proses adalah serangkaian perubahan, gerakan-gerakan perkembangan, suatu proses
dapat terjadi secara sadar atau tidak disadari. Suatu proses dapat juga sebagai cara
untuk melaksanakan kegiatan operasional.
5. Nilai adalah suatu pola, ukuran atau merupakan suatu tipe atau suatu model.
6. Keterampilan adalah kemampuan berbuat sesuatu dengan baik.
Bahan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial hendaknya diolah sedemikian rupa sehingga
tersusun secara sistematis sehingga terlihat saling keterkaitan antara bahan yang satu dengan
yang lain. Guru harus dapat mengaitkan tema tertentu dengan materi yang terdapat dalam
disiplin ilmu sosial. Sebagai contoh siswa membahas tentang banjir guru dapat bertanya kepada
siswa dimana banjir terjadi, menggambar denah lokasi banjir, dibahas jumlah rumah yang
rusak, berapa kerugiannya, bagaimana sikap siswa terhadap korban banjir, apa sebab
terjadi banjir, bagaimana langkah selanjutnya, dapat juga siswa diminta membuat cerita tentang
pengalaman tentang banjir. Dalam mengorganisasikan materi perlu diperhatikan beberapa
faktor berikut ini (Poerwito, 1991:43):
1. Keseimbangan; isi pelajaran disusun secara seimbang, baik mengenai sumber
(masyarakat, anak didik, dan Ilmu-Ilmu Sosial), struktur (fakta, konsep, generalisasi),
ataupun segi-segi kemampuan siswa (pengetahuan, ketrampilan dan sikap);
2. Keterpaduan; baik secara horisontal yang menyangkut kaitan antara mata pelajaran
(bidang studi) yang diajarkan pada suatu kelas atau semester, maupun keterpaduan vertikal,
yang menyangkut kaitan antara sesuatu bidang studi (misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial)
pada kelas (semester) yang lalu, sekarang dan yang akan datang.
3. Fleksibilitas; program pengajaran yang disusun secara kaku dan ketat, yang tidak
memungkinkan penyimpangan sedikit pun, malahan akan menyulitkan siswa, karena pemahaman
mereka sering kali perlu ditunjang oleh bahan pelajaran dari berbagai sumber yang tidak selalu
tercantum dalam kurikulum nasional, ataupun buku teks yang diwajibkan.
4. Kemudahan (leamable); merupakan tujuan pokok penetapan isi pelajaran, yaitu agar murid
mudah menangkap, memahami dan mencernakan bahan tersebut sehubungan dengan tujuan
instruksional, berupa perubahan perilaku siswa.
IPS merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu yaitu sejarah, geografi,
ekonomi, sosiologi-Antropologi, maka guru IPS haruslah pandai menggabungkan konsep-konsep
masing-masing disipilin ilmu. Untuk itu perlu strategi sendiri dalam pembelajaran IPS. Berikut ini
model-model pembelajaran terpadu yang telah dikembangkan di D-II Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.
1. Model keterhubungan
Model keterhubungan adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja
diusahakan untuk rnenghubungkan satu konsep dengan konsep lain. satu topik dengan, topik lain, satu
ketrampilan dengan ketrampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-
tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester
dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya. Model keterhubungan mempunyai
beberapa kekuatan yang dapat dikemukakan sebagai berikut : 1) Dengan mengaitkan ide-ide intar
bidang studi, siswa memiliki keuntungan gambaran yang besar seperti halnya suatu studi yang
terfokus pada suatu aspek. 2) Konsep-konsep kunci dikembangkan siswa terus menerus, sehingga
terjadi internalisasi. 3)Mengaitkan ide-ide dalam suatu bidang studi memungkinkan siswa mengkaji,
mengonseptualisasi, memperbaiki, dan mengasimilasi ide secara berangsur-angsur dan memudahkan
proses transfer ide-ide tersebut dalam memecahkan masalah.
Adapun kelemahan dari model keterhubungan antara lain dapat disebutkan sebagai
berikut :
Berbagai bidang studi di dalam model ini tetap terpisah dan tampak tidak terkait, walaupun
hubungan yang dibuat secara eksplisit interdisiplin.
Guru tidak didorong untuk kerja secara bersama-sama di dalam model ini, sehingga isi
pelajaran tehap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep dan ide-ide antar bidang
studi.
Usaha-usaha yang terkonsentrasikan untuk mengintegrasikan ide-ide dalam suatu bidang studi
dapat mengabaikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang lebih global dengan
bidang studi lainnya.
- Sumber Materi
Sumber materi adalah bahan rujukan, referensi atau literature yang digunakan. Sumber
materi akan digunakan guru dalam memilih dan mengorganisasi materi. Tujuannya agar materi
pembelajaran yang dipilih guru menjadi lengkap.
Banyak sumber yang dapat digunakan untuk memperoleh bahan yang lengkap. Sering kali
guru beranggapan bahwa sumber materi hanya diperoleh dari buku pelajaran. Tentu anggapan
ini sangat keliru, karena masih banyak sumber-sumber yang lain yang dapat digunakan untuk
memperoleh bahan pembelajaran. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa sumber materi yang
dapat digunakan guru dalam memilih dan mengorganisasikan materi.
1. Buku teks, yang dimaksud disini adalah semua buku karangan yang ditertibkan. Buku teks itu
meliputi buku pelajaran, kamus, ensiklopedi, buku ilmiah, dan buku- buku lainnya.
2. Internet, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, seseorang sangat memungkin informasi
yang luas. Internet termasuk salah satu sumber informasi yang sangat kaya. Oleh sebab itu,
guru dalam memperoleh bahan pembelajaran dapat melalui internet.
3. Jurnal, guru dapat menggunakan jurnal sebagi sumber untuk memperoleh materi
pembelajaran. Jurnal yang terbit sekarang ini banyak jenis dan ragamnya. Guru dapat memilih
jurnal yang relevan dengan materi pembelajarannya.
4. Majalah, selain buku pelajaran, majalah merupakan sumber yang sangat baik sebagai
sumber pelajaran, khususnya majalah yang dirancang sebagai sumber pelajaran. Misalnya
untuk pembelajaran anak telah tersedia bebrapa majalah seperti Majalah Bobo, Ucil, dan
lainnya.
5. Koran, koran merupakan sumber materi yang sangat kaya akan informasi ynag diperlukan
dalam pembelajaran. Koran telah menyediakan materi pembelajaran terutama ynag terkait
dengan konsep dan fakta.
Proses pendidikan adalah usaha menempuh suatu alternatif yang telah ditentukan
sebelumnya. Dimana dan kapan saja pendidikan dapat diperolah. Pendidikan dapat diperoleh
dilingkungan sekolah (formal), lingkungan keluarga (informal) dan dilingkungan masyarakat
(nonformal). Di sekolah terjadi proses pembelajaran yang merupakan usaha sadar dan sengaja
dilakukan. Guru menjadi faktor utama keberhasilan di dalamnya. Namun, jika tidak didukung oleh
lingkung.
Terkait dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik merupakan sasaran pendidikan
yang akan dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Ketiga aspek ini merupakan tujuan
pendidikan yang harus dicapai setelah menempuh proses pendidikan. Pertama. Aspek kognitif yaitu
aspek yang meliputi ilmu pengetahuan (kecerdasan) siswa. Kedua. Aspek afektif yaitu aspek yang
meliputi sikap siswa. Ketiga. Aspek psikomotorik yaitu aspek yang meliputi keterampilan
(perbuatan / ‘amal) siswa. Kompetensi lulusan lembaga pendidikan dasar (MI/SD) mencakup
ketiga aspek tersebut.
Lembaga pendidikan dasar diselenggarakan bertujuan untuk menghasilkan lulusan memiliki
dasardasar karakter, kecakapan, keterampilan, dan pengetahuan yang memadai agar potensi
diri berkembang secara optimal, sehingga memiliki lulusan dan keberhasilan dalam
melanjutkan pendidikan, serta dapat menjalani kehidupan yang selalu berubah sesuai tuntutan
(perkembangan) zaman.2 Untuk mencapai keberhasilan pendidikan dan agar potensi siswa
berkembang secara optimal ditingkat SD/MI sangat penting dilaksanakan pembimbingan belajar
dalam mengembangkan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik
(keterampilan) dengan berbagai macam cara pembimbingan yang dilakukan guru.
Tujuan pendidikan pada kenyataannya tidak terwujud oleh kebanyakan sekolah-
sekolah, baik madrasah maupun sekolah umum. Disinilah peran kepala sekolah, guru, dan staf
lainnya untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Karena setiap yang terlibat dalam pendidikan
di sekolah memiliki peran masing-masing dalam memperbaiki, menginovasi, membimbing dan
mengelola sekolah sampai kepada aspek sasaran pendidikan. Jika semuanya belum mencapai
sasaran pendidikan, maka tujuan pendidikan tidak akan tercapai. Secara umum, faktor
pendukung suatu pendidikan berhasil dapat dilihat dari: sarana prasarana, kurikulum,
metode dan strategi yang digunakan, kompetensi guru dalam mengajar.
Pada kenyataan sekarang yang sering dikembangkan adalah kognitif.
Kemungkinan karena mudah untuk dilaksanakan dan evaluasi yang diberikan juga tidak sulit,
sehingga peserta didik hanya memperoleh ilmu pengetahuan saja. Jadi, tanggung jawab atau
amanah yang diberikan tidak dijalankan dengan baik. Tugas pendidik bukan hanya sebagai
pentransfer ilmu pengetahuan, tetapi tugas guru adalah sebagai pendidik, motivator,
pembimbing kearah yang lebih baik, terutama dalam pembentukan akhlak (sikap) siswa.
Pendidikan yang diharapkan siswa yang cerdas, memiliki akhlak baik, dan
menerapkan kecerdasannya dengan memperbuat atau menunjukkan tingkah laku yang baik.
Sebagaimana dalam Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab XI pasal
39 menyebutkan bahwa: Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
a. Pembimbingan Belajar Aspek Kognitif Yang Dilakukan Guru.
Aspek kognitif adalah aspek yang meliputi pengetahuan siswa. Cara pembimbingan
belajar aspek kognitif yang biasanya dilakukan guru dapat diketahui dengan melihat cara
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
mencakup tiga kegiatan, yakni: pembukaan, isi (pembentukan kompetensi) dan penutup.
Dalam 3 kegiatan tersebut yaitu:
Menyampaikan pentingnya materi pembelajaran yang diajarkan. Menjelaskan isi
materi pembelajaran dengan memberikan contoh.
Memperhatikan gambar yang ada dibuku LKS kemudian menceritakan gambar tersebut
Menyampaikan materi dengan menggunakan metode salah satunya metode ceramah,
tanya jawab, rangkulan kasih sayang dan lainnya.
Membaca ayat bersama-sama yang ada dibuku pelajaran dan LKS. Membiasakan
memberikan tugas hapalan-hapalan bacaan materi
pembelajaran dan artinya.
Untuk menguji kemampuan pengetahuan siswa, maka diberikan evaluasi (penilaian)
terhadap siswa dengan cara memberikan menjawab soal-soal, memberikan tugas
sehari-hari.
Mengoreksi sama-sama hasil jawaban siswa dengan cara menukar antara teman.
Jika ada siswa yang memiliki nilai rendah atau tidak tuntas atau dibawah KKM maka tindak
lanjut bimbingan belajarnya adalah mengadakan les tambahan bagi nilai yang rendah dan
remedial (mengulang) pelajaran yang rendah.
Pernyataan di atas, menjelaskan bahwa cara pembimbingan belajar aspek kognitif
dalam proses kegiatan pembelajaran pengetahuan siswa, cara yang dilakukan: seperti
biasa mengajar secara klasikal, mengajar berdasarkan RPP, sebelum memulai pembelajaran
terlebih dahulu mengabsen siswa, menanya kabar kemudian menyampaikan motivasi kepada siswa
supaya lebih fokus mendengarkan penjelasan guru, setelah itu menyampaikan isi materi dengan
penggunaan strategi dan metode yang sesuai dengan materi. Metode yang digunakan seperti
ceramah, tanya jawab dan rangkulan kasih sayang. Maksud rangkulan kasih sayang adalah
sebagai guru harus menyayangi anak didiknya seperti anaknya sendiri, tidak ada membeda-
bedakan. Setelahitu, untuk mengetahui kemampuan siswa, diberikan pertanyaan baik secara
lisan maupun tulisan. Setelah itu terkadang memeriksa hasil jawaban siswa dengan cara meroker
antara teman. Jika ada waktu, diselingi juga dengan membahas LKS.
Seorang pendidik hendaknya dapat memberikan contoh teladan bagi siswa, baik dari segi
ucapan maupun perbuatan. Guru itu model bagi siswa, karena itu, hendaklah memberikan model
yang baik agar siswa meniru yang baik pula. Guru itu harus mampu membangkitkan semangat
belajar siswa. Siswa yang malas belajar, siswa tidak perduli dengan pelajaran, siswa yang
mengantuk dalam kelas dan lainnya, gurulah yang bertanggung jawab dalam
membangkitkan semangatnya. Guru hendaklah mengenali bakat dan potensi-potensi siswa.
PAIKEM adalah sebagai salah satu alternatif dalam memperbaiki kualitas proses dan
produk pembelajaran IPS di sekolah dasar didasari oleh rasional bahwa:
Model belajar berpendekatan sosial-budaya menawarkan sejumlah kemudahan dan peluang
kepada guru dalam meningkatkan motivasi dan keterlibatan belajar peserta didik,
sehingga model ini layak untuk dikembangkan untuk memperbaiki kualitas proses dan
produk pembelajaran IPS,
Adanya rangkaian kegiatan belajar dan tindakan langsung (action) dalam tahapan model
belajar berpendekatan sosial-budaya, dapat mengondisikan peserta didik untuk belajar
secara optimal sambil melatih secara langsung kemampuan dan keterampilan yang telah
dipelajarinya di kelas, dan
Model belajar berpendekatan sosial-budaya memiliki nilai lebih dalam kaitannya dengan
pengembangan dan peningkatan pemahaman materi dan pelatihan keterampilan sosial
peserta didik dalam latar sosial yang nyata, yang selama ini aspek tersebut cenderung
terabaikan dalam pembelajaran IPS.
Syaharuddin, S., & Mutiani, M. (2020). Strategi Pembelajaran IPS: Konsep dan Aplikasi.
Abdul Kadir, Dkk, Dasar-Dasar Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012)
Pohan, N. (2017). Pelaksanaan pembimbingan belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
siswa di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Amal Shaleh Medan. At-Tazakki: Jurnal Kajian
Ilmu Pendidikan Islam dan Humaniora, 1(2), 15-28.
Udin S. Winataputra. (2007). Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta : Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
Sunaryo. (1995). Sumber Bahan Pembelajaran IPS SD. Malang : PPPG IPS PMP.
Sutrisno, Susanto. (1999). Pengorganisasian Bahan Pembelajaran IPS. Malang : PPPG IPS
PMP.