Anda di halaman 1dari 28

STRATEGI,

PENDEKATAN,DAN
MODEL PEMBELAJARAN
IPS SD

Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Aslamiah, M.Pd., Ph.D
Akhmad Riandy Agusta, M.Pd

KELOMPOK 4:
Dewi Ayu Marisa 2010125320060
Raihan Akbar 2010125310047
Helda Elisa 2010125320051
Miftahul Kiftiah 2010125220079
Nova Zulaika 2010125320052
Rohani Samanta 2010125220076
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................1

A. Konsep Strategi Pembelajaran......................................................................2

B. Konsep Model Pembelajaran Ips......................................................................8

C.Pengorganisasian Materi Pembelajaran Ips.........................................................12

D.Mengembangkan Aspek Kognitif, Efektif Dan Psikomotorik Dalam Ips......................17

E.Macam-Macam Sumber Belajar Yang Dapat Digunakan Dalam Pembelajaran Ips Dengan

Paikem.......................................................................................................23

F.Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran..........................................................26

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................29
A. Konsep Strategi Pembelajaran

Strategi dalam konteks pembelajaran, berarti pola umum perbuatan guru-peserta

didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran. Maka dari itu, konsep strategi dalam hal

ini menunjuk pada karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru-peserta didik di dalam

kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis

latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Setiap

tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajar

harus dapat dipraktikkan. Pada strategi pembelajaran, dua hal yang perlu dicermati, yaitu:

1.Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk

penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam

pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses

penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan.

2. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan

penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-

langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya

diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan (Iif, 2011).

Strategi pembelajaran sebagai komponen umum dari suatu rangkaian materi dan prosedur

pembelajaran yang digunakan secara bersama–sama oleh guru dan peserta didik selama

proses pembelajaran berlangsung (Solihatin, 2012). Terdapat 5 komponen strategi

pembelajaran yang perlu diperhatikan yakni kegiatan pembelajaran pendahuluan,

penyampaian informasi, partisipasi peserta didik, tes, dan kegiatan lanjutan. Strategi

Pembelajaran adalah pendekatan secara menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran, yang

berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran,

yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam membantu usaha belajar

peserta didik, mengorganisasikan pengalaman belajar, mengatur dan merencanakan

bahan ajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Sanjaya, 2008).


Strategi pembelajaran merupakan pengorganisasian isi pelajaran, penyampaian
pelajaran dan pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan berbagai sumber
belajar yang digunakan oleh guru guna menunjang terciptanya proses pembelajaran yang
efektif dan efisien. Hal itu berarti bahwa strategi pembelajaran menggunakan berbagai
sumber belajar yang digunakan oleh guru seperti menggunakan alat peraga, buku teks,
dan kartu indeks dalam melaksanakanproses belajar mengajar di kelas sehingga
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien (Hamruni, 2012).
Dari aspek faktor-faktor belajar yang perlu diperhatikan dalam memilih strategi
pembelajaran meliputi: rangsangan (stimulans) atau metode penyampaian materi
pelajaran, reaksi, jawaban (response) peserta didik terhadap rangsang tersebut, dan
umpan balik (feedback) yang diberikan kepada peserta didik untuk memberitahukan
tepat tidaknya response atau jawaban peserta didik. Menurut teori “Stimulus Response”
dalam proses belajar mengajar, setiap peserta didik diberi rangsang yang menghendaki
jawaban tertentu. Selanjutnya peserta didik mendapatkan umpan balik terhadap benar
tidaknya respon tersebut. Stimulus tersebut berupa pengalaman atau kejadian tertentu yang
disampaikan kepada peserta didik untuk merangsang pikiran hingga peserta didik
berbuat seperti yang diharapkan.
Dari aspek lingkungan belajar yang perlu diperhatikan dalam memilih
strategi pembelajaran ialah menentukan lingkungan belajar (instructional setting). Tata
letak, tata ruang (setting) di sini meliputi ruang kelas, ruang laboratorium, studi
independen dipusat sumber belajar, magang, atau kerja praktik. Berdasarkan aspek
besar kecilnya kelompok belajar yang perlu diperhatikan dalam pemilihan strategi
pembelajaran yaitu bila materi tertentu lebih berhasil dipelajari secara berkelompok, maka
strategi yang tepat adalah dengan menggunakan kelompok (Iif, 2011).
Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya ditentukan berdasarkan kriteria berikut:
orientasi strategi pada tugas pembelajaran, relevan dengan isi/materi pembelajaran, metode
dan teknik yang digunakan difokuskan pada tujuan yang dicapai, dan media pembelajaran
yang digunakan dapat merangsang indera peserta didik secara simultan (Hamzah, 2011).
Penekanan pada faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi pembelajaran, seperti;
tujuan pembelajaran, bahan atau materi pembelajaran, karakteristik peserta didik,
lingkungan belajar dan sarana prasarana yang menunjang dalam berjalannya
pembelajaran. Terpenuhi dalam pemilihan strategi pembelajaran maka proses kegiatan
pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dicapai.
Strategi-strategi Pembelajaran IPS

Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan /


kompetensi baru. Ketika kita berpikir informasi dan kompetensi apa yang harus dimiliki oleh
siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan
agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk
dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya.
Ada beberapa strategi -strategi pembelajaran IPS baik individual atau Group
learning, yang dapat digunakan untuk mengembangkan kretifitas siswa yaitu:
Strategy Exposition, bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan
siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Misalkan untuk mencapai kompetensi agar
siswa mampu menyebutkan hari dan tanggal kemerdekaan Indonesia, maka strategi
exposition akan lebih tepat, karena materi yang harus dikuasai adalah materi yang jadi
dan pasti.
Strategy Discovery, bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui
berbagai aktivitas. Manakala kompetensi yang diharapkan agar siswa mampu
mendeskripsikan peristiwa yang melatarbelakangi munculnya proklamasi kemerdekaan,
maka strategy discovery yang cocok karena untuk mencapai kemampuan tersebut
diperlukan upaya siswa untuk menyerap berbagai informasi.

Berdasarkan strategi pembelajaran IPS di atas maka perilaku belajar mengajar


yang merupakan pengajaran yang berpusat pada siswa, dapat dibedakan menjadi
Pembelajaran dengan Strategi Ekspositori Merupakan kegiatan mengajar yang berpusat
pada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang bahan
pengajaran. Tujuannya adalah “memindahkan” pengetahuan, keterampilan dan nilainilai
kepada siswa.
Pembelajaran dengan Strategi Inkuiri Merupakan pengajaran yang mengharuskan
siswa mengelola pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.
Tujuan pembelajaran inkuiri adalah pengajaran yang berpusat pada siswa, siswa
menjadi aktif, kreatif dalam mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir
kritis, dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah.
Selain itu, strategi pembelajaran juga dapat dilihat dari belajar secara

individual, belajar secara berkelompok, dan belajar dengan tim siswa.

1. Pembelajaran Individual, Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara

mandiri. Kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat

ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta

bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi

pembelajaran ini adalah belajar melalui modul atau belajar bahasa melalui kaset audio

atau VCD.

2. Pembelajaran Kelompok, Belajar berkelompok dilakukan secara beregu.

Sekelompok siswa diajar oleh seorang atau beberapa orang guru. Bentuk belajar

kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau pembelajaran klasikal; atau

bisa juga siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil semacam buzz group.

Strategi kelompok, tidak memperhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu

dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang

memilki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang memililki kemampuan

biasabiasa saja; sebaliknya siswa yang memilki kemampuan kurang akan merasa

tergusur oleh siswa yang memiliki kemampuan tinggi. Banyak sekali metode- metode

pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran berkelompok ini, seperti

pemecahan masalah, TGT, STAD, dll.


B. Konsep Model Pembelajaran Ips

Model secara harfiah berarti “bentuk”, dalam pemakaian secara umum model
merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukurannya yang diperoleh dari
beberapa sistem. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2011: 45), model diartikan sebagai
bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Sagala, 2011).
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial (Suprijono, 2011). Model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran (Komalasari, 2011). Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang
lebih luas dibandingkan strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran 50
mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode ataupun prosedur, ciri-
ciri tersebut ialah:
1. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para penciptanya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujun pembelajaran dapat tercapai (Trianto, 2009)
Model pembelajaran diartikan sebagai bentuk pembelajaran yang didasarkan pada
langkah-langkah pembelajaran yang sistematis sehingga dapat membantu peserta didik untuk
belajar aktif. Demikian, dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik itu sendiri. Guru
lazimnya mengetahui dan menguasai jenis model pembelajaran, sehingga dapat
menerapkannya dalam pembelajaran. Dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat
dalam setiap pembelajaran nantinya diharapkan menghasilkan proses belajar yang
menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar pada setiap peserta didik.
Model pembelajaran yang sesuai dengan isi dalam Permendikbud Nomor
103 Tahun 2014 dan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 adalah model
pembelajaran yang bukan berbasis ceramah atau hafalan. Namun model pembelajaran
berbasis aktivitas dan kreativitas, menginspirasi, menyenangkan dan berprakarsa, serta
lebih mengacu pada makna ‘alami, sesuai fitrah manusia’ yaitu: terpusat pada peserta didik,
autentik, kontekstual, dan bermakna bagi kehidupan peserta 51 didik sehari-hari. Model
pembelajaran yang dimaksud, antara lain; discovery learning, project-based learning,
problem-based learning, dan inquiry learning.
Menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, bahwa untuk memperkuat pendekatan
ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu
mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian, seperti;
model discovery ataupun inquiry learning. Guna mendorong kemampuan peserta didik untuk
menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka dianjurkan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah, misalkan dengan menggunakan model project based learning. Berikut penjelasan
dari model-model tersebut.

1. Model Discovery Learning


Model ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari tahu tentang suatu
permasalahan dan menemukan solusinya berdasarkan kepada hasil pengolahan informasi yang
dicari dan dikumpulkannya sendiri, sehingga peserta didik memiliki pengetahuan baru yang
dapat digunakannya dalam memecahkan persoalan yang relevan. Langkah model pembelajaran
tersebut adalah sebagai berikut;
Stimulation (memberi stimulus), guru memberikan stimulan, untuk diamati peserta
didik agar mendapat pengalaman belajar, dan mengamati pengetahuan konseptual
melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar.
Problem Statement (mengidentifikasi masalah) merupakan kegiatan peserta didik dalam
menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini
peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan
masalah.
Data Collecting (mengumpulkan data) mencari dan mengumpulkan data/informasi
digunakan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan melatih
ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk
mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif
mengalami kegagalan.
Data Processing (mengolah data); peserta didik mencoba dan mengeksplorasi
kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata,
sehingga kegiatan ini melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
Verification (memverifikasi), peserta didik mengecek kebenaran atau keabsahan
hasil pengolahan data melalui berbagai kegiatan, atau mencari sumber yang relevan baik
dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.
Generalization (menyimpulkan), peserta didik diharapkan mampu untuk
menggeneralisasikan hasil kesimpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang
serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi
peserta didik.

2. Problem Based Learning (PBL)


Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai
permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Perihal ini dikaitkan dengan pengetahuan
yang telah atau dipelajarinya, misalnya; pengaturan lalu-lintas. Permasalahan yang
diajukan pada model PBL, bukanlah permasalahan “biasa” atau bukan sekedar “latihan” yang
diberikan setelah conoth-contoh soal disajikan. Permasalahan dalam PBL menuntut penjelasan
atas sebuah fenomena. Fokusnya adalah bagaimana peserta didik mengidentifikasi isu
pembelajaran sendiri untuk memecahkan masalah, dan materi maupun konsep yang relevan
ditemukan oleh peserta didik sendiri. Langkahlangkah pembelajaran PBL adalah
sebagai berikut:
Mengorientasi peserta didik pada masalah; Tahap ini untuk memfokuskan
peserta didik mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran. Mengorganisasikan
kegiatan pembelajaran; Pengorganisasian pembelajaran merupakan satu kegiatan
dimana peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap
masalah yang dikaji.
Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok; Pada tahap ini peserta didik melakukan
percobaan untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah
yang dikaji.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; Peserta didik mengasosiasi data yang
ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah; Setelah peserta didik mendapat
jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.
3. Project Based Learning (PBL)
Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan
kompleks yang diperlukan peserta didik untuk memahami pembelajaran melalui investigasi,
kolaborasi dan eksperimen dalam membuat suatu proyek, serta mengintegrasikan berbagai
subjek (materi) dalam kurikulum. Langkah pembelajaran project-based learning sebagai
berikut;
Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah awal agar
peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena
yang ada.
Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang
ada, disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat
penting agar proyek dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan
target.
Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru memonitoring terhadap pelaksanaan
dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.
Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan berbagai
data lain dari berbagai sumber.
Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan
sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata
pelajaran lain1.

4. Model Inquiry Learning


Model pembelajaran Inkuiri merupakan suatu kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistemik, kritis, logis,
dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya. Peserta didik
harus dapat mengumpulkan informasi tambahan, membuat hipotesis dan mengujinya. Peran
guru selain sebagai selain sebagai pengarah dan pembimbing, guru menjadi sumber informasi
data yang diperlukan. Berikut adalah langkah-langkah dalam model inkuiri.
Mengamati berbagi fenomena alam yang memberikan pengalaman belajar kepada
peserta didik bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena. Mengajukan
pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi untuk melatih peserta didik mengeksplorasi
fenomena melalui berbagai sumber.
Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban dapat melatih peserta didik dalam
mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari
pertanyaan yang diajukan.
Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan,
sehingga peserta didik dapat memprediksi dugaan yang paling tepat sebagai dasar
untuk merumuskan suatu kesimpulan.
Merumuskan kesimpulan berdasarkan data yang diolah atau dianalisis, sehingga
peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.

C.Pengorganisasian Materi Pembelajaran Ips

Menurut Kozma, banyaknya materi yang harus diajarkan dengan waktu yang
terbatas merupakan masalah yang sering dihadapi oleh guru dan dosen, (Gafur:1989:85).
Hal ini menunjukkan bahwa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien, guru dituntut memiliki kemampuan dalam memilih dan mengorganisasikan materi
pembelajaran secara tepat.
Kesulitan guru dalam memilih dan mengorganisasikan materi disebabkan kurikulum
dalam silabus sebagai pedoman penyusunan materi hanya memuat pokok-pokok materi.
Selanjutnya guru dituntut mampu menjabarkan pokok-pokok materi itu secara rinci. Tugas ini
akan dapat dilakukan oleh guru jika ia memiliki kompetensi yang baik dalam memilih dan
mengorganisasikan materi pembelajaran.
Untuk dapat memilih dan mengorganisasi materi, perlu diuraikan konsep dan
klasifikasi materi terlebih dahulu. Menurut Kemp (Gafur, 1989:86), materi pembelajaran
merupakan gabungan antara; 1) pengetahuan tentang fakta dan informasi; 2) keterampilan
tentang langkah-langkah, prosedur, dan keadaan; 3) sikap. Berangkat dari pendapat ini berarti
materi pembelajaran itu merupakan satu kesatuan materi yang terdiri dari pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Sedangkan menurut Meril (Gafur,1989:86), klasifikasi isi materi pelajaran itu meliputi
fakta, konsep, prosedur dan prinsip. Masing-masing isi materi tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
3. Isi materi disebut fakta, jika siswa diminta untuk mengingat suatu obyek,
symbol, atau peristiwa.
4. Isi materi disebut konsep, jika siswa diminta untuk menyatakan suatu definisi.
5. Isi materi disebut prosedur, jika siswa diminta untuk menjalankan langkah- langkah,
prosedur secara urut, atau memecahkan suatu masalah atau membuat sesuatu.
6. Isi materi disebut prinsip, jika siswa diminta untuk mengemukakan hubungan antara
beberapa konsep.
Harjanto (1997:220-221), klasifikasi materi pelajaran itu meliputi aspek konsep,
prinsip, fakta, proses, nilai, dan keterampilan. Masing-masing aspek tersebut dapat
didefinisikan sebagai berikut:
1. Konsep adalah suatu idea tau gagasan atau suatu pengertian yang umum.
2. Prinsip adalah suatu kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berfikir atau
merupakan suatu petunjuk untuk berbuat/melaksanakan sesuatu.
3. Fakta adalah suatu yang telah terjadi atau ynag dikerjakan/dialami.
4. Proses adalah serangkaian perubahan, gerakan-gerakan perkembangan, suatu proses
dapat terjadi secara sadar atau tidak disadari. Suatu proses dapat juga sebagai cara
untuk melaksanakan kegiatan operasional.
5. Nilai adalah suatu pola, ukuran atau merupakan suatu tipe atau suatu model.
6. Keterampilan adalah kemampuan berbuat sesuatu dengan baik.
Bahan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial hendaknya diolah sedemikian rupa sehingga
tersusun secara sistematis sehingga terlihat saling keterkaitan antara bahan yang satu dengan
yang lain. Guru harus dapat mengaitkan tema tertentu dengan materi yang terdapat dalam
disiplin ilmu sosial. Sebagai contoh siswa membahas tentang banjir guru dapat bertanya kepada
siswa dimana banjir terjadi, menggambar denah lokasi banjir, dibahas jumlah rumah yang
rusak, berapa kerugiannya, bagaimana sikap siswa terhadap korban banjir, apa sebab
terjadi banjir, bagaimana langkah selanjutnya, dapat juga siswa diminta membuat cerita tentang
pengalaman tentang banjir. Dalam mengorganisasikan materi perlu diperhatikan beberapa
faktor berikut ini (Poerwito, 1991:43):
1. Keseimbangan; isi pelajaran disusun secara seimbang, baik mengenai sumber
(masyarakat, anak didik, dan Ilmu-Ilmu Sosial), struktur (fakta, konsep, generalisasi),
ataupun segi-segi kemampuan siswa (pengetahuan, ketrampilan dan sikap);
2. Keterpaduan; baik secara horisontal yang menyangkut kaitan antara mata pelajaran
(bidang studi) yang diajarkan pada suatu kelas atau semester, maupun keterpaduan vertikal,
yang menyangkut kaitan antara sesuatu bidang studi (misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial)
pada kelas (semester) yang lalu, sekarang dan yang akan datang.
3. Fleksibilitas; program pengajaran yang disusun secara kaku dan ketat, yang tidak
memungkinkan penyimpangan sedikit pun, malahan akan menyulitkan siswa, karena pemahaman
mereka sering kali perlu ditunjang oleh bahan pelajaran dari berbagai sumber yang tidak selalu
tercantum dalam kurikulum nasional, ataupun buku teks yang diwajibkan.
4. Kemudahan (leamable); merupakan tujuan pokok penetapan isi pelajaran, yaitu agar murid
mudah menangkap, memahami dan mencernakan bahan tersebut sehubungan dengan tujuan
instruksional, berupa perubahan perilaku siswa.
IPS merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu yaitu sejarah, geografi,
ekonomi, sosiologi-Antropologi, maka guru IPS haruslah pandai menggabungkan konsep-konsep
masing-masing disipilin ilmu. Untuk itu perlu strategi sendiri dalam pembelajaran IPS. Berikut ini
model-model pembelajaran terpadu yang telah dikembangkan di D-II Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.
1. Model keterhubungan
Model keterhubungan adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja
diusahakan untuk rnenghubungkan satu konsep dengan konsep lain. satu topik dengan, topik lain, satu
ketrampilan dengan ketrampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-
tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester
dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya. Model keterhubungan mempunyai
beberapa kekuatan yang dapat dikemukakan sebagai berikut : 1) Dengan mengaitkan ide-ide intar
bidang studi, siswa memiliki keuntungan gambaran yang besar seperti halnya suatu studi yang
terfokus pada suatu aspek. 2) Konsep-konsep kunci dikembangkan siswa terus menerus, sehingga
terjadi internalisasi. 3)Mengaitkan ide-ide dalam suatu bidang studi memungkinkan siswa mengkaji,
mengonseptualisasi, memperbaiki, dan mengasimilasi ide secara berangsur-angsur dan memudahkan
proses transfer ide-ide tersebut dalam memecahkan masalah.
Adapun kelemahan dari model keterhubungan antara lain dapat disebutkan sebagai
berikut :
Berbagai bidang studi di dalam model ini tetap terpisah dan tampak tidak terkait, walaupun
hubungan yang dibuat secara eksplisit interdisiplin.
Guru tidak didorong untuk kerja secara bersama-sama di dalam model ini, sehingga isi
pelajaran tehap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep dan ide-ide antar bidang
studi.
Usaha-usaha yang terkonsentrasikan untuk mengintegrasikan ide-ide dalam suatu bidang studi
dapat mengabaikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang lebih global dengan
bidang studi lainnya.

2. Model Jaring Laba-Laba.


Model ini merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan
tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu misalnya
"transportasi". Tema bisa ditetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat
pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub
temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema
ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa. Model jaring laba-laba
mempunyai beberapa kekuatan yang dapat dikemukakan sebagai berikut :
Adanya faktor motivasional yang dihasilkan dari menyeleksi tema yang sangat diminati.
Model jaring laba-laba relatif mudah dilakukan bagi guru-guru yang belum berpengalaman.
Model ini mempermudah perencanaan kerja tim sebagai tim antar bidang studi yang bekerja
untuk mengembangkan suatu tema ke dalam semua bidang isi pelajaran.
3. Model Keterpaduan
Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang
studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan
prioritas kurikuler dan menemukan ketrampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di
dalam beberapa bidang studi. Berbeda dengan model jaring laba-laba yang menuntut
pemilihan tema dan pengembangannya sebagai langkah awal, maka dalam model keterpaduan
tema yang berkaitan dan bertumpang tindih merupakan hal terakhir yang ingin dicari dan dipilih
oleh guru dalam tahap perencanaan program. Pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep,
ketrampilan, dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi
(IPA, Matematika, IPS dan Bahasa). Selanjutnya dipilih beberapa konsep, ketrampilan, dan
sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara berbagai bidang
studi. Model keterpaduan mempunyai kekuatan yang dapat dikemukakan sebagai berikut :
Memudahkan siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan di antara
berbagai bidang studi.
Memungkinkan pemahaman antar bidang studi dan memberikan penghargaan terhadap
pengetahuan dan keahlian.
Mampu membangun motivasi.
Sementara itu, model keterpaduan ini mempunyai kelemahan antara lain sebagai berikut :
Model ini merupakan model yang sangat sulit diterapkan secara penuh.
Model ini menghendaki guru yang sangat terampil, percaya diri dan menguasai konsep, sikap
dan ketrampilan yang diprioritaskan.
Model ini menghendaki tim antar bidang studi yang kadang-kadang sulit dilakukan,
baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.
Mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep dari masing-masing disiplin menuntut komitmen
terhadap berbagai sumber.

- Sumber Materi
Sumber materi adalah bahan rujukan, referensi atau literature yang digunakan. Sumber
materi akan digunakan guru dalam memilih dan mengorganisasi materi. Tujuannya agar materi
pembelajaran yang dipilih guru menjadi lengkap.
Banyak sumber yang dapat digunakan untuk memperoleh bahan yang lengkap. Sering kali
guru beranggapan bahwa sumber materi hanya diperoleh dari buku pelajaran. Tentu anggapan
ini sangat keliru, karena masih banyak sumber-sumber yang lain yang dapat digunakan untuk
memperoleh bahan pembelajaran. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa sumber materi yang
dapat digunakan guru dalam memilih dan mengorganisasikan materi.
1. Buku teks, yang dimaksud disini adalah semua buku karangan yang ditertibkan. Buku teks itu
meliputi buku pelajaran, kamus, ensiklopedi, buku ilmiah, dan buku- buku lainnya.
2. Internet, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, seseorang sangat memungkin informasi
yang luas. Internet termasuk salah satu sumber informasi yang sangat kaya. Oleh sebab itu,
guru dalam memperoleh bahan pembelajaran dapat melalui internet.
3. Jurnal, guru dapat menggunakan jurnal sebagi sumber untuk memperoleh materi
pembelajaran. Jurnal yang terbit sekarang ini banyak jenis dan ragamnya. Guru dapat memilih
jurnal yang relevan dengan materi pembelajarannya.
4. Majalah, selain buku pelajaran, majalah merupakan sumber yang sangat baik sebagai
sumber pelajaran, khususnya majalah yang dirancang sebagai sumber pelajaran. Misalnya
untuk pembelajaran anak telah tersedia bebrapa majalah seperti Majalah Bobo, Ucil, dan
lainnya.
5. Koran, koran merupakan sumber materi yang sangat kaya akan informasi ynag diperlukan
dalam pembelajaran. Koran telah menyediakan materi pembelajaran terutama ynag terkait
dengan konsep dan fakta.

- Langkah-Langkah Pengorganisasian Materi


Pengorganisasian materi merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran. Kegiatan
pengorganisasiannmateri mencakup dua langkah, yaitu memilih materi dan menyusun materi.
1. Memilih materi
Pemilihan materi bukan hal yang mudah. Sering kali guru kesulitan dalam memilih materi yang
relevan dengan tujuan pembelajaran. Kesulitan ini disebabkan oleh hal- hal sebagai berikut:
Banyak sedikitnya materi yang tersedia, perubahan ilmu pengetahuan yang cepat, sehingga
materi pembelajaran berubah setiap saat.
Perbedaan kemampuan dan karakteristik siswa Perubahan
standarisasi sistem evaluasi.
Dalam memilih materi pembelajaran, guru dapat melakukan langkah-langkah sebagai
berikut;
Mengidentifikasi dan menentukan pokok bahasa yang relevan dengan tujuan
pembelajaran.
Memerinci pokok bahasa tersebut menjadi sub pokok bahasan atau topik. Mencari berbagai
sumber untuk mendapat kan materi yang relevan dengan materi masing-masing sub
pokok bahasan atau topik.
Mengidentifikasi dan menentukan materi yang benar-benar relevan dengan masing-masing
sub pokok bahasan atau topik yang disampaikan dalam proses pembelajaran.
2. Menyusun materi
Setelah materi dipilih, selanjutnya materi tersebut disusun sebagai satu- kesatuan
yang utuh dengan urutan yang logis. Oleh sebab itu dalam penyusunan materi perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut;
Materi pembelajaran disusun dari materi yang sederhana kemateri yang kompleks.
Materi pembelajaran disusun dari materi yang dianggap mudah kemateri yang dianggap
sulit.
Penyusunan materi sebaiknya diawali dari materi yang termasuk konsep.

D. Mengembangkan Aspek Kognitif, Efektif Dan Psikomotorik Dalam Ips

Proses pendidikan adalah usaha menempuh suatu alternatif yang telah ditentukan
sebelumnya. Dimana dan kapan saja pendidikan dapat diperolah. Pendidikan dapat diperoleh
dilingkungan sekolah (formal), lingkungan keluarga (informal) dan dilingkungan masyarakat
(nonformal). Di sekolah terjadi proses pembelajaran yang merupakan usaha sadar dan sengaja
dilakukan. Guru menjadi faktor utama keberhasilan di dalamnya. Namun, jika tidak didukung oleh
lingkung.
Terkait dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik merupakan sasaran pendidikan
yang akan dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Ketiga aspek ini merupakan tujuan
pendidikan yang harus dicapai setelah menempuh proses pendidikan. Pertama. Aspek kognitif yaitu
aspek yang meliputi ilmu pengetahuan (kecerdasan) siswa. Kedua. Aspek afektif yaitu aspek yang
meliputi sikap siswa. Ketiga. Aspek psikomotorik yaitu aspek yang meliputi keterampilan
(perbuatan / ‘amal) siswa. Kompetensi lulusan lembaga pendidikan dasar (MI/SD) mencakup
ketiga aspek tersebut.
Lembaga pendidikan dasar diselenggarakan bertujuan untuk menghasilkan lulusan memiliki
dasardasar karakter, kecakapan, keterampilan, dan pengetahuan yang memadai agar potensi
diri berkembang secara optimal, sehingga memiliki lulusan dan keberhasilan dalam
melanjutkan pendidikan, serta dapat menjalani kehidupan yang selalu berubah sesuai tuntutan
(perkembangan) zaman.2 Untuk mencapai keberhasilan pendidikan dan agar potensi siswa
berkembang secara optimal ditingkat SD/MI sangat penting dilaksanakan pembimbingan belajar
dalam mengembangkan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik
(keterampilan) dengan berbagai macam cara pembimbingan yang dilakukan guru.
Tujuan pendidikan pada kenyataannya tidak terwujud oleh kebanyakan sekolah-
sekolah, baik madrasah maupun sekolah umum. Disinilah peran kepala sekolah, guru, dan staf
lainnya untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Karena setiap yang terlibat dalam pendidikan
di sekolah memiliki peran masing-masing dalam memperbaiki, menginovasi, membimbing dan
mengelola sekolah sampai kepada aspek sasaran pendidikan. Jika semuanya belum mencapai
sasaran pendidikan, maka tujuan pendidikan tidak akan tercapai. Secara umum, faktor
pendukung suatu pendidikan berhasil dapat dilihat dari: sarana prasarana, kurikulum,
metode dan strategi yang digunakan, kompetensi guru dalam mengajar.
Pada kenyataan sekarang yang sering dikembangkan adalah kognitif.
Kemungkinan karena mudah untuk dilaksanakan dan evaluasi yang diberikan juga tidak sulit,
sehingga peserta didik hanya memperoleh ilmu pengetahuan saja. Jadi, tanggung jawab atau
amanah yang diberikan tidak dijalankan dengan baik. Tugas pendidik bukan hanya sebagai
pentransfer ilmu pengetahuan, tetapi tugas guru adalah sebagai pendidik, motivator,
pembimbing kearah yang lebih baik, terutama dalam pembentukan akhlak (sikap) siswa.
Pendidikan yang diharapkan siswa yang cerdas, memiliki akhlak baik, dan
menerapkan kecerdasannya dengan memperbuat atau menunjukkan tingkah laku yang baik.
Sebagaimana dalam Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab XI pasal
39 menyebutkan bahwa: Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
a. Pembimbingan Belajar Aspek Kognitif Yang Dilakukan Guru.
Aspek kognitif adalah aspek yang meliputi pengetahuan siswa. Cara pembimbingan
belajar aspek kognitif yang biasanya dilakukan guru dapat diketahui dengan melihat cara
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
mencakup tiga kegiatan, yakni: pembukaan, isi (pembentukan kompetensi) dan penutup.
Dalam 3 kegiatan tersebut yaitu:
Menyampaikan pentingnya materi pembelajaran yang diajarkan. Menjelaskan isi
materi pembelajaran dengan memberikan contoh.
Memperhatikan gambar yang ada dibuku LKS kemudian menceritakan gambar tersebut
Menyampaikan materi dengan menggunakan metode salah satunya metode ceramah,
tanya jawab, rangkulan kasih sayang dan lainnya.
Membaca ayat bersama-sama yang ada dibuku pelajaran dan LKS. Membiasakan
memberikan tugas hapalan-hapalan bacaan materi
pembelajaran dan artinya.
Untuk menguji kemampuan pengetahuan siswa, maka diberikan evaluasi (penilaian)
terhadap siswa dengan cara memberikan menjawab soal-soal, memberikan tugas
sehari-hari.
Mengoreksi sama-sama hasil jawaban siswa dengan cara menukar antara teman.
Jika ada siswa yang memiliki nilai rendah atau tidak tuntas atau dibawah KKM maka tindak
lanjut bimbingan belajarnya adalah mengadakan les tambahan bagi nilai yang rendah dan
remedial (mengulang) pelajaran yang rendah.
Pernyataan di atas, menjelaskan bahwa cara pembimbingan belajar aspek kognitif
dalam proses kegiatan pembelajaran pengetahuan siswa, cara yang dilakukan: seperti
biasa mengajar secara klasikal, mengajar berdasarkan RPP, sebelum memulai pembelajaran
terlebih dahulu mengabsen siswa, menanya kabar kemudian menyampaikan motivasi kepada siswa
supaya lebih fokus mendengarkan penjelasan guru, setelah itu menyampaikan isi materi dengan
penggunaan strategi dan metode yang sesuai dengan materi. Metode yang digunakan seperti
ceramah, tanya jawab dan rangkulan kasih sayang. Maksud rangkulan kasih sayang adalah
sebagai guru harus menyayangi anak didiknya seperti anaknya sendiri, tidak ada membeda-
bedakan. Setelahitu, untuk mengetahui kemampuan siswa, diberikan pertanyaan baik secara
lisan maupun tulisan. Setelah itu terkadang memeriksa hasil jawaban siswa dengan cara meroker
antara teman. Jika ada waktu, diselingi juga dengan membahas LKS.

b. Pembimbingan Belajar Aspek Afektif Siswa Yang Dilakukan Guru.


Aspek afektif adalah aspek yang meliputi sikap siswa. Cara pembimbingan belajar
aspek afektif yang biasanya dilakukan guru adalah dengan cara metode tegur langsung,
teladan dan nasehat. Dalam proses belajar mengajar guru seyogianya mampu mengelola
kelas yang menyenangkan dengan berbagai cara. Seyogianya guru tidak hanya
menyampaikan materi pembelajaran saja, namun lebih dari itu untuk membantu perkembangan
belajar siswa. Lebih rincinya, cara pembimbingan aspek afektif yang dilakukan guru akidah
akhlak di MIS Amal Shaleh Medan adalah sebagai berikut:
Menegur dan menasehati siswa secara langsung ketika melakukan kesalahan (menunjukkan
sikap yang tidak baik). Dengan kata lain, menggunakan metode tegur langsung dan
nasehat.
Menunjukkan contoh yang baik untuk siswa-siswi baik dari segi perbuatan maupun ucapan
dan segi dalam berpakaian secara muslim/muslimah (metode teladan).
Melakukan pendekatan dengan siswa-siswi tanpa membeda-bedakan (berlaku adil).
Memahami keadaan keluarga siswa dari berbagai latar sosial.
Jika ada siswa yang bermasalah maka guru melakukan interaksi dengan orangtua dalam
membicarakan/menyelesaikan permasalahan siswa tersebut.

Seorang pendidik hendaknya dapat memberikan contoh teladan bagi siswa, baik dari segi
ucapan maupun perbuatan. Guru itu model bagi siswa, karena itu, hendaklah memberikan model
yang baik agar siswa meniru yang baik pula. Guru itu harus mampu membangkitkan semangat
belajar siswa. Siswa yang malas belajar, siswa tidak perduli dengan pelajaran, siswa yang
mengantuk dalam kelas dan lainnya, gurulah yang bertanggung jawab dalam
membangkitkan semangatnya. Guru hendaklah mengenali bakat dan potensi-potensi siswa.

c. Pembimbingan Aspek Psikomotorik Siswa Yang Dilakukan Guru.


Aspek psikomotorik merupakan aspek yang meliputi keterampilan siswa, atau proses
pengetahuan yang banyak didasarkan dari pengembangan proses mental melalui aspek–aspek
otot dan membentuk keterampilan.
Pembimbingan psikomotorik siswa banyak terlihat ketika hendak diadakannya acara seperti
maulid nabi Muhammad Saw, Isra’ Mi’raj, Tahun Baru Islam, Perpisahan Kelas 6 dan acara
lainnya. Evaluasi (penilaian) aspek psikomotorik siswa tidak setiap proses pembelajaran
dilakukan guru. Namun, hanya melihat kesesuaian materi pembelajaran kemudian diadakan
evaluasi (penilaian) psikomotoriknya.
Mengembangkan kreativitas anak dengan cara menyelenggarakan kegiatan- kegiatan
seperti perlombaan mengarang, menggambar, menyanyi, kabaret/drama, berpidato
dan cerdas-cermat (terkait dengan pelajaran matematika, IPA,IPS, bahasa dan agama).
Cara pembimbingan belajar aspek psikomotorik siswa disesuaikan dengan materi
pembelajaran. Misalnya materi tentang asmaul-husna, maka pembimbingan psikomotorik yang
dilakukan dengan cara menyuruh siswa menghapal asmaul husna dengan nada nyanyian, ada
juga dengan menulis asmaul husna dengan bentuk kaligrafi kemudian karya siswa ditempelkan
di dinding kelas masing-masing. Dalam pembelajaran akidah akhlak tidak banyak melakukan
bimbingan psikomotorik.
Pembelajaran yang banyak melakukan bimbingan psikomotorik siswa adalah pembelajaran
SBK. Siswa juga bisa melakukan program-program seperti adanya praktek salat dhuha, salat
zuhur dan juga mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan aspek
psikomotorik siswa seperti adanya kegiatan menari, adanya drumbend, adanya cerdas
cermat. Upaya inilah yang biasanya sering dilakukan oleh guru untuk mengembangkan
kreativitas psikomotorik siswa. Metode yang digunakan dalam aspek psikomotorik siswa ini
adalah metode demonstrasi.

d. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Yang Mempengaruhi Pembimbingan Belajar Aspek


Kognitif, Afektif Dan Psikomotorik Siswa.
Faktor pendukung yang mempengaruhi pembimbingan belajar aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa adalah faktor dari sekolah dan masyarakat. Faktor pendukung dari sekolah
seperti:
Keadaan sarana prasarana (gedung sekolah) yang cukup memadai.
Adanya mushola untuk melaksanakan salat berjamaah dan kegiatan-kegiatan yang bersifat
positif seperti praktek salat.
Adanya alat-alat pengajaran seperti alat peraga.
Adanya media pembelajaran seperti infokus, dan faktor utamanya adalah peran guru-
guru di sekolah dalam mempergunakannya untuk proses pembimbingan belajar siswa.
Faktor masyarakat; setiap kegiatan siswa di sekolah didukung masyarakat sekitar.
Berarti faktor dari sekolah dan masyarakat merupakan faktor pendukung untuk proses belajar
siswa.
Selain faktor pendukung, ada juga faktor penghambat yang mempengaruhi
pembimbingan belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Digolongkan menjadi 2
faktor, yaitu:
Faktor intern (dalam diri siswa). Yaitu faktor psikologis. Kurangnya motivasi dalam diri
siswa untuk belajar, kurang perhatian siswa terhadap pelajaran, acuh tak acuh terhadap
pelajaran.
Faktor ekstern (dari luar siswa). Yaitu faktor keluarga. Siswa yang memiliki prestasi
menurun, memiliki sikap buruk, dan tidak memiliki keterampilan atau proses belajarnya
terganggu karena pengaruh dari keluarga. Faktor keluarga seperti: Masih ada siswa
keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu, sehingga kelengkapan belajar siswa,
kebutuhan pokok siswa seperti makan, pakaian tidak terpenuhi. Masih ada siswa yang
memiliki keluarga broken home. Broken home yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
suasana rumah keluarga sering terjadi keributan, suasana rumah yang cekcok, suasana
rumah antara keluarga yang tidak damai (terjadi pertengkaran antara ayah dan ibu yang
menjadikan perceraian) sehingga anaknya terlantar menyebabkan terganggu
perkembangan belajar anak.
Pada dasarnya semua faktor dapat berpengaruh positif dan ada negatif. Faktor
eksternal seperti sosial-psikologis keluarga menjadi penghambat guru dalam melakukan
pembimbingan belajar siswa. Dalam hal ini, siswa yang terganggu perkembangan belajar
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik pada dasarnya ada yang mempengaruhi. Seperti
masih ada siswa yang memiliki nilai rendah, memiliki sikap buruk di sekolah dan belum
memiliki aspek psikomotorik merupakan faktor dari keluarga siswa. Karena keluarga yang
broken home, keluarga (orang tua) siswa sibuk dengan karirnya, kelurga yang tidak
sempat memperhatikan perkembangan belajar anaknya, tidak ada waktu untuk membantu
mengajari anaknya belajar di rumah, mengerjakan PR dan lainnya. Faktor tersebut sangat
berpengaruh untuk perkembangan belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa
sehingga guru sulit untuk melakukan bimbingan belajar.
Pada dasarnya semua faktor dapat berpengaruh positif dan ada negatif.
Faktor eksternal seperti sosial-psikologis keluarga menjadi penghambat guru dalam
melakukan pembimbingan belajar siswa di MIS Amal Shaleh Medan. Dalam hal ini, siswa yang
terganggu perkembangan belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotorik pada dasarnya
ada yang mempengaruhi. Seperti masih ada siswa yang memiliki nilai rendah, memiliki sikap
buruk di sekolah dan belum memiliki aspek psikomotorik merupakan faktor dari keluarga
siswa. Karena keluarga yang broken home, keluarga (orang tua) siswa sibuk dengan karirnya,
kelurga yang tidak sempat memperhatikan perkembangan belajar anaknya, tidak ada waktu
untuk membantu mengajari anaknya belajar di rumah, mengerjakan PR dan lainnya.
Faktor tersebut sangat berpengaruh untuk perkembangan belajar aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik siswa sehingga guru sulit untuk melakukan bimbingan belajar.
Pada dasarnya semua faktor dapat berpengaruh positif dan ada negatif. Faktor eksternal
seperti sosial-psikologis keluarga menjadi penghambat guru dalam melakukan
pembimbingan belajar siswa di MIS Amal Shaleh Medan. Dalam hal ini, siswa yang terganggu
perkembangan belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotorik pada dasarnya ada yang
mempengaruhi. Seperti masih ada siswa yang memiliki nilai rendah, memiliki sikap buruk di
sekolah dan belum memiliki aspek psikomotorik merupakan faktor dari keluarga siswa. Karena
keluarga yang broken home, keluarga (orang tua) siswa sibuk dengan karirnya, kelurga yang
tidak sempat memperhatikan perkembangan belajar anaknya, tidak ada waktu untuk membantu
mengajari anaknya belajar di rumah, mengerjakan PR dan lainnya. Faktor tersebut sangat
berpengaruh untuk perkembangan belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa
sehingga guru sulit untuk melakukan bimbingan belajar. Oleh karena itu, untuk mencapai
perkembangan belajar siswa yang optimal, diharapkan kerja sama antara guru dan orang tua.
Dari uraian data temuan dan data teoritis di atas, dapatlah diketahui faktor pendukung
pembimbingan belajar siswa adalah sarana prasaran (gedung sekolah) yang memadai, media
pembelajaran yang lengkap dan pengelolaan kelas yang menyenangkan. Sedangkan faktor
penghambat ada 2 (dua), yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern (dalam diri siswa). Yaitu
faktor psikologis. Kurangnya motivasi dalam diri siswa untuk belajar, kurang perhatian siswa
terhadap pelajaran, acuh tak acuh terhadap pelajaran. Faktor ekstern (dari luar siswa). Yaitu
faktor keluarga. Siswa yang memiliki prestasi menurun, memiliki sikap buruk, dan tidak
memiliki keterampilan atau proses belajarnya terganggu karena pengaruh dari keluarga

E. Macam-Macam Sumber Belajar Yang Dapat Digunakan Dalam Pembelajaran Ips


Dengan Paikem

PAIKEM adalah sebagai salah satu alternatif dalam memperbaiki kualitas proses dan
produk pembelajaran IPS di sekolah dasar didasari oleh rasional bahwa:
Model belajar berpendekatan sosial-budaya menawarkan sejumlah kemudahan dan peluang
kepada guru dalam meningkatkan motivasi dan keterlibatan belajar peserta didik,
sehingga model ini layak untuk dikembangkan untuk memperbaiki kualitas proses dan
produk pembelajaran IPS,
Adanya rangkaian kegiatan belajar dan tindakan langsung (action) dalam tahapan model
belajar berpendekatan sosial-budaya, dapat mengondisikan peserta didik untuk belajar
secara optimal sambil melatih secara langsung kemampuan dan keterampilan yang telah
dipelajarinya di kelas, dan
Model belajar berpendekatan sosial-budaya memiliki nilai lebih dalam kaitannya dengan
pengembangan dan peningkatan pemahaman materi dan pelatihan keterampilan sosial
peserta didik dalam latar sosial yang nyata, yang selama ini aspek tersebut cenderung
terabaikan dalam pembelajaran IPS.

a. Model-model Pembelajaran IPS Sekolah Dasar


Untuk menumbuhkan motivasi dan partisipasi siswa perlu dikembangkan
model-model pembelajaran IPS yang kreatif dan inovatif seperti: Pengajaran langsung
(direct instruction), Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning), Pengajaran Berdasarkan
Masalah (Problem Base Instruction), dan Belajar Melalui Penemuan (inkuiri).
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction). Model pengajaran langsung banyak
diilhami oleh teori belajar sosial yang sering disebut belajar melalui observasi. Atas
dasar pemikiran tersebut maka yang perlu dihindari adalah penyampaian pengetahuan
yang terlalu kompleks. Dalam menerapkan pengajaran langsung, pengetahuan yang
disampaikan kepada siswa perlu disederhanakan, baik pengetahuan deklaratif maupun
prosedural.
Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning). Menurut John Dewey, kelas
seharusnya merupakan cerminan masyarakat yang lebih besar. Anggota kelompok yang lebih
mampu dapat menolong temannya yang kurang mampu. Dan yang lebih penting semua anggota
kelompok dapat bersosialisasi dengan anggota kelompok lainnya sehingga hal ini akan
melatih keterampilan sosial siswa dalam bermasyarakat.
Model Pengajaran Berdasar Masalah (Problem Base Instruction) . Model pengajaran
berdasarkan masalah ini mempunyai ciri umum yaitu menyajikan kepada siswa masalah
autentik dan bermakna yang akan memberi kemudahan kepada siswa untuk melakukan
penyelidikan dan inkuiri. Misalnya, bagaimanakah pengaruh kenaikan harga BBM
terhadap harga-harga bahanbahan pokok? Model pembelajaran ini lebih sesuai untuk
siswa kelas tinggi atau siswa yang latar belakang pengetahuannya sudah memadai.
Model Belajar Melalui Penemuan (Inkuiri). Bruner yang memelopori model pembelajaran
penemuan ini meyakini bahwa model penemuan ini akan merangsang siswa untuk melakukan
penyelidikan sehingga menemukan sesuatu. Misalnya, guru menyajikan topik kepada siswa
tentang peristiwa-peristiwa yang memancing pro-kontra atau konflik kognitif, sehingga
motivasi dan rasa ingin tahu siswa terpancing.

b. Metode Pembelajaran IPS Sekolah Dasar


Metode merupakan salah satu komponen pembelajaran yang cukup berperanan
selain komponen-komponen yang lain. Metode adalah cara atau teknik yang dianggap efisien
dalam menyampaikan bahan atau materi pembelajaran kepada siswa. Perlu disadari bahwa
tidak ada satupun metode yang sempurna dan efektif serta efisien untuk semua topik kajian.
Macam-macam metode pembelajaran dalam IPS menurut Azis Wahab ( 1997: 186) antara lain
sebagai berikut:
Metode ceramah;
Metode tanya jawab;
Metode diskusi; Metode
simulasi; Metode
penugasan;
Metode permainan (game); Metode
cerita;
Metode karya wisata atau studi lapangan; Metode sosio
drama;
Metode bermain peran (role playing); Metode
pameran (eksposisi).
c. Media dalam Pembelajaran IPS Sekolah Dasar
Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik dan keunggulan masing- masing maka
diharapkan guru dapat memilih dan menentukan macam-macam media sesuai dengan
topikbahasan dan karakteristik materi pelajaran. Agar pemilihan dan penentuan media
tersebut bisa efektif, maka perlu mempertimbangkan beberapa kriteria, antara lain:
Objektivitas. Dalam memilih media perlu meminta saran atau pendapat dari teman
sejawat, bukan berdasar kesenangan pribadi guru;
Program pembelajaran. Penentuan media bisa menunjang pencapaian tujuan program
pembelajaran atau sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan;
Sasaran program. Sasaran program ini adalah siswa yang mengikuti proses
pembelajaran, pada usia tertentu mereka memiliki kemampuan intelektual tertentu pula;
Situasi dan kondisi. Situasi dan kondisi ini berkaitan dengan sarana dan prasarana
sekolah atau kelas (ukuran ruangan, bangku, ventilasi, dan lain-lain) dan situasi kondisi siswa
(jumlah siswa, motivasi, dan lain-lain);
Kualitas teknik. Kualitas teknik ini berkaitan kualitas gambar, rekaman audio maupun visual
suara, atau alat bantu lainnya;
Efektivitas dan efisiensi penggunaan. Keefektifan menyangkut penyerapan informasi
yang optimal oleh siswa, sedangkan efisiensi berkaitan dengan pengeluaran tenaga,
waktu dan biaya seberapa mampu mencapai tujuan yang optimal.
Menurut Suhanaji dan Waspodo, (2003: 170), media pembelajaran memiliki ragam
dan bentuk yang bermacam-macam, namun berdasarkan perkembangannya, media
dapat digolongkan menjadi:
Media yang bersifat umum dan tradisional. Contohnya: papan tulis, buku teks, majalah, buku
rujukan, dan lain-lain;
Media yang bersifat canggih. Contohnya: radio, TV, VCD, tape recorder, OHP, LCD, dan lain-
lain;
Media yang bersifat inovatif. Contohnya: komputer, internet, permesinan yang memungkinkan belajar
mandiri.
Sedangkan jenis-jenis media pembelajaran IPS Sekolah Dasar dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
Alat pengajaran. Contohnya: papan tulis, papan pamer, mesin pengganda; Media cetak.
Contohnya: buku, majalah, surat kabar, jurnal, bulletin, pamflet dan lain-lain;
Media visual. Contohnya: transfaransi, slide, film strip, grafik, chart, model dan realita,
gambar, foto, peta, globe, dan lain-lain;
Media audio. Contohnya: tape recorder, pita suara, piringan hitam dan lain- lain;
Media audio-visual. Contohnya: televisi, VCD, film suara;
Masyarakat sebagai sumber belajar. Contohnya: narasumber, tokoh
masyarakat, dinamika kehidupan dalam masyarakat.

Dengan mengimplementasikan komponen-komponen pembelajaran IPS dengan inovatif, maka


pola pembelajaran yang dikembangkan dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik,
tampaknya keseluruhan aktivitas pembelajaran diarahkan pada kepuasan belajar peserta
didik, dengan fasilitasi guru sebagai pelaksana pembelajaran. Dalam konteks ini, penggunaan
modul, gambar, kliping dan bagan konsep yang dikembangkan oleh guru selama berlangsungnya
pembelajaran sangat membantu peserta didik dalam memahami konsep-konsep utama materi,
dan isu atau masalah sosial-budaya aktual yang ada di lingkungan masyarakatnya. (McComas,
1993:63).
Dengan demikian, pengembangan pembelajaran IPS SD berwawasan sosial- budaya
berbasis PAIKEM dapat meningkatkan motivasi dan budaya belajar peserta didik terhadap
IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang selama ini dipandang kurang bermanfaat dan
membosankan, baik oleh peserta didik maupun masyarakat luas.

F. Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran

Bambang Warsita menjelaskan bahwa Kriteria strategi pembelajaran adalah aturan


tentang menentukan peringkat-peringkat kondisi sesuatu atau rentangan- rentangan nilai agar
data yang diperoleh dari lapangan dapat dipahami oleh orang lain dan bermakna bagi
pengambilan keputusan dalam rangka memilih strategi pembelajaran yang terbaik, tepat,
dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. Model pembelajaran semacam ini
hanya dapat terlaksana dengan baik apabila guru mampu mengembangkan strategi
pembelajaran yang efektif. Artinya bahwa di dalam setiap kegiatan pembelajaran guru pasti
menggunakan berbagai strategi, namun strategi itu belum tentu semua sama efektifnya
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, dibutuhkan kreativitas guru dalam
mengembangkan dan memilih strategi pembelajaran yang efektif.
Bambang Warsita mengutip Mayer, menjelaskan beberapa kriteria yang dapat
digunakan dalam memilih strategi pembelajaran yakni:
a. Berorientasi pada tujuan pembelajaran
b. Pilih metode dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan ketrampilan yang
diharapkan dapat memiliki peserta didik saat bekerja nanti (berorientasi pada
dunia kerja).
c. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak dan sevariasi mungkin untuk
memberikan rangsangan pada semua indra peserta didik.
Berdasarkan kriteria penggunaan media di atas, maka pemilihan strategi
pembelajaran pada dasarnya membandingkan antara satu jenis strategi pembelajaran
dengan jenis strategi pembelajaran yang lain. Memilih strategi pembelajaran hendaknya
tidak dilakukan dengan sembarangan, tetapi hendaknya dilakukan atas kriteria, tolok
ukur atau standar tertentu.

- Pemilihan Strategi Pembelajaran


Secara teknis, strategi pembelajaran adalah metode dan prosedur yang ditempuh
oleh siswa dan guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan instruksional berdasarkan
materi pengajaran tertentu dan dengan bantuan unsur penunjang tertentu pula (Hamalik, 1994).
Dalam hal ini, Twelker (dalam tim pengajar, 2000) mengemukakan bahwa pada dasarnya
strategi pembelajaran mencakup empat hal, yaitu:
1. Penetapan tujuan pengajaran.
2. Penetapan sistem pendekatan pembelajaran.
3. Pemilihan dan penetapan metode, teknik dan prosedur pembelajaran. Termasuk penetapan
alat, media, sumber dan fasilitas pengajaran serta penetapan langkah langkah
strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran dan pengelolaan waktu)
4. Penetapan kriteria keberhasilan proses pembelajaran dari dan dengan evaluasi yang
digunakan.
Sehubungan dengan penetapan strategi pembelajaran, ada empat masalah pokok yang
sangat penting yang dapat dijadikan pedoman untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran agar
berhasil sesuai dengan yang diharapkan (Djamarah, 2002), yaitu :
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah
laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik pembelajaran yang dianggap
paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam
menunaikan kegiatan mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal atau kriteria serta standar keberhasilan
sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan
belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem
instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Namun demikian, dalam pemilihan dan penetapan strategi pembelajaran ada beberapa
hal yang perlu dijadikan sebagai pertimbangan, antara lain:
Kesesuaian dengan tujuan instruksional yang hendak dicapai.
Kesesuaian dengan bahan bidang studi yang terdiri dari aspek-aspek pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai.
Strategi pembelajaran itu mengandung seperangkat kegiatan pembelajaran
yang mungkin mencakup penggunaan beberapa metode pengajaran yang relevan
dengan tujuan dan materi pelajaran
Kesesuaian dengan kemampuan profesional guru bersangkutan terutama dalam rangka
pelaksanaannya di kelas.
Cukup waktu yang tersedia, Karena erat kaitannya dengan waktu belajar dan banyaknya
bahan yang harus disampaikan
Kesediaan unsur penunjang, khususnya media instrusional yang relevan dan peralatan yang
memadai.
Suasana lingkungan dalam kelas dan lembaga pendidikan secara keseluruhan. Jenis-jenis
kegiatan yang serasi dengan kebutuhan dan minat siswa, karena erat kaitannya
dengan tingkat motivasi belajar untuk mencapai tujuan instruksional.
Semua faktor tersebut mendasari pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran
yang dinilai lebih sesuai bagi pembelajaran.Strategi pembelajaran bany ak macamnya. Guru
dapat memilih satu atau beberapa strategi sekaligus dan diterapkan secara bervariasi sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai, materi yang disampaikan, siswa, lingkungan, Sen
kemampuan pengajar itu sendiri untuk melaksanakannya.
DAFTAR PUSTAKA

Sutrisna, E. (2012). Strategi Guru dalam Pembelajaran IPS (Studi Eksploratif


Pelaksanaan Pembelajaran IPS di SMP–Wilayah Kabupaten Pati). Journal of
Educational Social Studies, 1(1).

Syaharuddin, S., & Mutiani, M. (2020). Strategi Pembelajaran IPS: Konsep dan Aplikasi.

Budiarti, Y. (2015). Pengembangan kemampuan kreativitas dalam pembelajaran IPS. Jurnal


pendidikan ekonomi UM Metro, 3(1), 61-72.

Chalidjah Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994) Undang-


Undang Pendidikan Tinggi, Edisi Terbaru (Bandung: Fokusindo Mandiri, 2014)

Abdul Kadir, Dkk, Dasar-Dasar Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012)

Pohan, N. (2017). Pelaksanaan pembimbingan belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
siswa di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Amal Shaleh Medan. At-Tazakki: Jurnal Kajian
Ilmu Pendidikan Islam dan Humaniora, 1(2), 15-28.

AZIS, Donny Khoirul; DHARIN, Abu; WASESO, Hendri Purbo. Pengembangan


Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar Berwawasan Sosial-Budaya
Berbasis PAIKEM. INSANIA: Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 2020, 25.1:
65- 78.

Udin S. Winataputra. (2007). Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta : Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.

Poerwito. (1991). Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang : PPPG IPS PMP.

Sunaryo. (1995). Sumber Bahan Pembelajaran IPS SD. Malang : PPPG IPS PMP.

Sutrisno, Susanto. (1999). Pengorganisasian Bahan Pembelajaran IPS. Malang : PPPG IPS
PMP.

Mutakin, Awan. (1997). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta : Dikgutentis

Anda mungkin juga menyukai