Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

HAKIKAT KURIKULUM
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SD

DOSEN PENGAMPU
Ahmad Syadzali, M.Pd

DISUSUN OLEH
KELAS 4C
KELOMPOK 1

FERDI ARDIANSYAH (2010125210056)


NUR AULIA FAJERINA PUTERI (2010125220088)
ROSITA SARI (2010125320045)
SITI FATIMAH (2010125220073)
SYA’ADAH ALFIAH. A (2010125120032)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil‘aalamiin, segala puji bagi Allah Yang Maha Esa karena


dengan limpahan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah inipun tak lepas dari bantuan
beberapa pihak yang ikut andil dalam penyelesaiannya.
Terima kasih kami ucapkan kepada IbuProf. Dr. Hj. Aslamiah, M.Pd dan Ibu
Yayuk Hartini, M.Pdselaku dosen pengampu dalam mata kuliah Pengembangan
Kurikulum Di SD yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini,
tanpa bimbingan mereka kami sebagai penulis kiranya tidak dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang ikut
memberikan ide dan referensi baik dari buku, pikiran atau media lainnya yang mana
dengan bantuan kalian juga memudahkan dalam peyusunan makalah ini yang
berjudul “Hakikat Kurikulum”.
Kami sebagai penyusun meminta maaf jika sekiranya masih terdapat
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna perbaikan dan kami dapat membuat makalah yang
lebih sempurna lagi kedepannya.
Semoga makalah ini nantinya dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya dan dapat menjadi patokan atau tolak ukur pembuatan makalah ilmiah
lainnya maupun penelitian selanjutnya.

Banjarmasin, 14 Februari 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Pengertian Kurikulum.........................................................................................3
B. Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli......................................................5
C. Fungsi Kurikulum................................................................................................6
D. Peranan Kurikulum.............................................................................................8
E. Komponen – Komponen Kurikulum..................................................................9
BAB III...........................................................................................................................22
PENUTUP......................................................................................................................22
A. Kesimpulan.........................................................................................................22
B. Saran....................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap kegiatan memerlukan suatu perencanaan dan organisasi yang
dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur agar dapat mencapai tujuan yang
ditentukan atau yang diharapkan. Demikian pula halnya pendidikan, diperlukan
adanya program yang terencana dan dapat mengantarkan proses
pembelajaran/pendidikan sampai pada tujuan yang diharapkan. Proses, pelaksanaan,
sampai penilaian dalam pendidikan lebih dikenal dengan istilah "kurikulum
pendidikan".
Kurikulum sangat berarti dalam dunia pendidikan, karena merupakan
operasionalisasi tujuan yang dicita-citakan, bahkan tujuan tidak akan tercapai tanpa
melibatkan kurikulum pendidikan. Kurikulum merupakan salah satu komponen
pokok dalam pendidikan, dan kurikulum sendiri juga merupakan sistem yang
mempunyai komponen-komponen tertentu. Komponen kurikulum paling tidak
mencakup tujuan, struktur program, strategi pelaksanaan yang menyangkut sistem
penyajian pelajaran, penilaian hasil belajar, bimbingan-penyuluhan, administrasi, dan
supervisi pendidikan.
Kurikulum yang terdiri atas berbagai komponen yang satu dengan yang lain
saling terkait adalah satu sistem, ini berarti bahwa setiap komponen yang saling
terkait hanya mempunyai satu tujuan, yaitu tujuan pendidikan yang juga menjadi
tujuan kurikulum.Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan
pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun
tidak langsung, seperti pihak guru, kepala sekolah, pengawas, orangtua, masyarakat
dan pihak siswa itu sendiri. Selain sebagai pedoman, bagi siswa kurikulum memiliki
enam fungsi, yaitu: fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi,
fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat


strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. pendidikan tidak mungkin

1
berjalan dengan baik atau berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan jika
pendidikan tidak dijalankan sesuai dengan kurikulum. dan kurikulum yang dibuat
tidak dapat mencapai kesempurnaan (titik maksimal) jika dalam penyusunannya,
penyusun kurikulum tidak memahami secara utuh hakikat dan fungsi kurikulum.
Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam
perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa
dilakukan tanpa memahami konsep dasar dari kurikulum. Oleh karena itu, pihak-
pihak terkait dengan kurikulum harus mengetahui hakikat dan fungsi kurikulum. Jika
kurikulum sudah tersusun dengan baik, maka guru harus mengemban tugas
pelaskanaan kurikulum tersebut dengan baik, dengan berpedoman pada kurikulum
yang berlaku. Dengan demikian, fungsi kurikulum adalah sebagai pedoman kerja
melaksanaakan kurikulum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kurikulum?
2. Apa saja Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli?
3. Apa saja Fungsi Kurikulum?
4. Apa Peranan Kurikulum?
5. Apa saja Komponen-komponen Kurikulum?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian kurikulum.
2. Untuk mengetahui Pengertian kurikulum dari Para Ahli.
3. Guna mengenal apasaja Fungsi Kurikulum.
4. Guna mengenal apa saja Peranan Kurikulum.
5. Untuk mengetahui apa saja Komponen-komponen

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum mempunyai banyak pengertian yang disampaikan oleh para
pakar pengembangan kurikulum sejak dulu hingga sekarang ini. Pengertian
tersebut berbeda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan pola pikir serta
pandangan dari pakar tersebut. Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin yaitu
Curriculae, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada masa itu,
pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh
peserta didik yang bertujuan untuk mendapatkan ijazah. Ketika sudah menempuh
suatu kurikulum, peserta didik dapat memperoleh sebuah ijazah atau bukti bahwa
peserta didik tersebut telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran,
seperti seorang pelari yang telah menempuh suatu jarak dari satu tempat ketempat
lainnya dan mencapai finish. Dengan istilah lainnya yaitu kurikulum dianggap
sebagai jembatan yang sangat vital untuk mencapai titik akhir dari suatu
perjalanan serta dlitandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.

Di Indonesia istilah "kurikulum" baru saja populer sejak tahum lima


puluhan. Sekarang istilah "kurikulum" telah dikenal orang di luar dunia
pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah "rencana pelajaran". Pada
dasarnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran.

Di dalam uu RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 19 (UU


RI No. 2 tahun 1989 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 9) dikatakan bahwa
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu,

Kurikulum merupakan program pendidikan yang disediakan oleh lembaga


pendidikan (sckolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut
peserta didik melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga mendorong

3
pertumbuhan dan perkembangannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.

Dalam kurikulum, tidak saja dijelaskan serangkaian ilmu pengetahuan yang


harus disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik. Namum, segala kegiatan
yang bersifat kependidikan yang dikira perlu karena mempunyai pengaruh
terhadap anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, Kurikulum juga
hendaknya dapat dijadikan ukuran kualitas proses dan output pendidikan maka
dalam kurikulum sekolah telah tercantum berbagai pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai-nilai yang diharapkan dimiliki setiap lulusan sekolah.

Kurikulum juga berarti "circle of intruction" yaitu suatu lingkaran


pembelajaran dimana guru dan peserta didik terlibat di dalamnya. Adapula yang
mengatakan kurikulum ialah arena pertandingan, tempat pelajar bertanding untuk
menguasai pelajaran untuk mencapai garis penamat berupa diploma, ijazah, atau
gelar kesarjanaan.

Kurikulum dapat juga berarti rancangan pengajaran yang berisi sejumlah


mata pelajaran yang disusun secara sistematis yang diperlukan sebagai syarat
untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu.

Kurikulum dikenal dengan istilah manhaj dalam bahasa Arab yang berarti
jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui manusia dalam berbagai bidang
kehidupan. Apabila pengertian ini dikaitkan dengan pendidikan, maka manhaj
atau kurikulum adalah jalan terang yang dilalui pendidik atau guru latih dengan
peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
mereka.

Definisi yang disampaikan oleh Langgulung, bahwa kurikulum adalah


sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, social, olahraga, dan kesenian
yang disediakan oleh sekolah untuk peserta didik di dalam dan di luar sekolah

4
dengan maksud menolongnya supaya dapat berkembang menyeluruh dalam
segalah segi dan merubah tingkah laku mereka kearah tujuan pendidikan.
(Lismina, 2018)
B. Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli
1. Pengertian Kurikulum Menurut Daniel Tanner dan Laurel Tanner,
Ppengertian kurikulum adalah pengalaman pembelajaran yang terarah dan
terencana secara terstuktur dan tersusun melalui proses rekontruksi
pengetahuan dan pengalaman secara sistematis yang berada di bawah
pengawasan lembaga pendidikan sehingga pelajar memiliki motivasi dan
minat belajar.
2. Pengertian kurikulum Menurut Inlow (1966): Pengertian kurikulum adalah
usaha menyeluruh dirancang khusus oleh sekolah dalam membimbing murid
memperoleh hasil dari pelajaran yang telah ditentukan.
3. Pengertian Kurikulum Menurut Hilda Taba (1962): Pengertian kurikulum
sebagai a plan of learning yang berarti bahwa kurikulum adalah sesuatu yang
direncanakan untuk dipelajari oleh siswa yang memuat rencana untuk peserta
didik. Dalam bukunya "Curriculum Development Theory and Protice"
4. Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968): Pengertian kurikulum
adalah sebuah pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan
individu dan berkelompok baik di luar maupun di dalam sekolah.
5. Pengertian Kurikulum Menurut George A. Beaucham (1976): Pengertian
kurikulum adalah dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang
diajar kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin
ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari – hari
6. Pengertian Kurikulum Menurut Menurut Neagley dan Evans (1967):
Pengertian kurikulum adalah semua pengalaman yang telah dirancang oleh
pihak sekolah untuk menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar
kepada kemampuan siswa yang paling baik
7. Pengertian Kurikulum Menurut UU. No. 20 Tahun 2003: Pengertian
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

5
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidi kan
nasional.
8. Pengertian Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973): Pengertian kurikulum
adalah kelompok pengajaran yang sistematik atau urutan subjek yang
dipersyaratkan untuk lulus atau sertifikasi dalam pelajaran mayor
9. Pengertian Kurikulum Menurut Grayson (1978): Pengertian kurikulum adalah
suatu perencanaan untuk mendapatkan pengeluaran (out-comes) yang
diharapkan dari suatu pembelajaran
10. Pengertian Kurikulum Menurut Murray Print: Pengertian kurikulum adalah
sebuah ruang pembelajaran yang terencana diberikan secara langsung kepada
siswa oleh sebuah lembaga pendidikan dan pengalaman yang dapat dinikmati
semua siswa pada saat kurikulum diterapkan.
11. Pengertian Kurikulum Menurut Crow and Crow: Pengertian kurikulum
adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun
secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh
ijazah.(Sarinah, 2015)
C. Fungsi Kurikulum
a. Fungsi Kurikulum dalam Rangka Pencapaian Tujuan Pendidikan Kurikulum
pada suatu sekolah merupkan suatu alat atau usaha mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang diinginkan sekolah tertentu yang dianggap cukup tepat dan
krusial untuk dicapai, sehingga salah satu langkah yang perlu dilakukan
adalah meninjau ulang tujuan yang selama ini digunakan oleh setelah
bersangkutan. Tujuan pendidikan dapat dijabarkan dari tujuan tertinggi yaitu
tujuan pendidikan terakhir yang akan dicapai. Sampai tujuan yang paling
rendah yaitu tujuan yang akan dicpai setelah selesai kegiatan belajar. Di
Indonesia ada empat tujuan pendidikan utama yang secara hierarkis dapat
dikemukakan:
1) Tujuan Nasional
2) Tujuan institusional
3) Tujuan kurikuler
4) Tujuan instruksional

6
Dalam pencapain tujuan pendidikan yang dicita-citakan, tujuantujuan
tersebut mesti dicapai secara bertingkat, yang saling mendukung, sedangkan
keberadaan kurikulum disini adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan
(pendidikan).
b. Fungsi kurikulum bagi anak didik
Kurikulum sebagai organisasi pengalaman belajar disusun dan disiapkan
untuk murid sebagai salah satu “konsumen”. Dengan ini diharapkan mereka
akan dapat sejumlah pengalaman baru yang kelak dapat dikembangkan
seirama dengan perkembangannya guna melengkapi bekal hidupnya.
Sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan, kurikulum diharapkan
mampu menawarkan programprogram pada anak didik yang akan hidup
pada zamannya, dengan latar belakang sosio histories dan cultural yang
berbeda dengan zaman dimana kedua orang tuanya berada.

c. Fungsi kurikulum bagi pendidik


Guru sebagai pendidik, telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga
pendidikan keguruan. Ia telah dibekali dengan pengetahuan tentang seluk
beluk dan teori-teori pendidikan anak, seperti pengembangan kurikulum,
ilmu jiwa, strategi belajar mengajar dan lain-lain. Guru juga telah diberi
ketrampilan praktis untuk memiliki kepribadian yang baik sebagai pendidik.
Ia telah diberikan kepercayaan dan pengakuan baik oleh pemerintah maupun
masyarakat, dan menjalankan tugasnya secara professional dengan
menyiapkan rencana yang matang melalui kurikulum tertulis. Guru memikul
sebagian tanggung jawabyang ada dipundak para orang tua, dan orang tua
berharap agar anaknya menemukan guru yang baik, kompeten, dan
berkualitas. Adapun fungsi kurikulum bagi guru adalah
1) Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan pengalaman
belajar para anak didik.
2) Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak
didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.
Dengan adanya kurikulum, sudah barang tentu tugas guru/ pendidik

7
sebagai pengajar dan pendidik lebih terarah. Pendidik juga merupakan
slah satu faktor yang sangat menentukan dan sangat penting dalam
proses pendidikan, dan merupakan salah satu komponen yang
berinteraksi secara aktif dengan anak didik dalam pendidikan.

d. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah/Pembina sekolah


Kepala sekolah merupakan administrator dan supervisor yang
mempunyai tanggung jawab terhadap kurikulum. Fungsi kurikulum bagi
kepala sekolah dan para Pembina lainnya adalah:
1) Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi, yakni
memperbaiki situasi belajar.
2) Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam
menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak kea rah yang
lebih baik.
3) Sebagai seorang administrator, menjadikan kurikulum sebagai pedoman
untuk mengembangkan kurikulum pada masa mendatang.
4) Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi atas kemajuan belajar
mengajar.
(Haryanti, 2014)
D. Peranan Kurikulum
Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara
sistematis mengemban peranan sebagai berikut :
1. Peranan Konservatif, salah satu tangung jawab kurikulum adalah
mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial kepada generasi muda.
Dengan demikian , sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat
mempengaruhi dan membina tingkah laku para siswa dengan nilai-nilai
sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan
sebagai suatu proses sosial. Karena pendidikan itu sendiri pada hakekatnya
berfungsi pula menjembatani antara siswa dengan orang dewasa di dalam
proses pembudayaan yang semakinberkembang menjadi lebih kompleks, dan
disinilah peranan kurikulum turut membantu proses tersebut.

8
2. Peranan Kritis / Evaluatif,kebudayaan senantiasa berubah dan sekolah tidak
hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai, memilih
unsur-unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum
turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan menekankan pada unsur
berpikir kritis. Niali –nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan masa
mendatang dihilangkan dan diadakan modifikasi dan perbaikan, sehingga
kurikulum perlu mengadakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.
3. Peran Kreatif, kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan
konstruktif, dalam arti mencipta dan menyusun sesuatu yang baru sesuai
dengan kebutuhan masa sekarang dan masa yang akan datang dalam
masyarakat. Guna membantu setiap individu mengembangkan semua potensi
yang ada padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman,
cara berpikir, kemampuan dan keterampilan yang baru yang dapat
bermanfaat bagi masyarakat. (Kartika, 2010)
E. Komponen – Komponen Kurikulum
Kurikulum adalah sebuah sistem. Sebagai suatu sistem, kurikulum pasti
mempunyai komponen-komponen atau bagian-bagian yang saling mendukung
dan membentuk satu kesatuan yang terpisahkan. Komponen-komponen dalam
sebuah sistem bersifat harmonis, tidak saling bertentangan. Kurikulum sebagai
suatu program pendidikan yang direncanakan dan akan direncanakan mempunyai
komponen-komponen pokok : (1) tujuan, (2) materi, (3) starategi pembelajaran ;
dan (4) evaluasi
1. Tujuan
Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari setiap program
pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik. Mengingat kurikulum
adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka tujuan kurikulum harus
dijabarkan dari tujuan umum pendidikan. Dalam sistem pendidikan nasional,
tujuan umum pendidikan dijabarkan dari falsafah bangsa, yakni pancasila.
Tujuan umum tersebut kemudian dijabarkan menjadi tujuan pendidikan yang
lebih khusus dan operasional. Secara hirarkis kita mengenal tingkatan tujuan

9
pendidikan, yaitu : tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan
kurikuler,dan tujuan yang lebih khusus.
Tujuan pendidikan nasional adalah merupakan tujuan pendidikan yang
tertinggi dalam kegiatan di negara kita. Tujuan ini sangat umum dan sangat
ideal, yang penggambarannya disesuaikan dengan falsafah negara yaitu
pancasila. Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional
dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan Nasional, bahwa : “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangkanya potensi peseta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”.
Tujuan institutional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari
setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu atau
kemampuan yang diharapkan dimiliki anak didik setelah mereka
menyelesaikan program studinya di lembaga pendidikan yang ditempuh.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan
mengacu kepada tujun umum pndidikan berikut.
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadiaan, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Tujuan pendidikann menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruannya.

10
Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi
ke dalam tujuan kurikuler; yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai
dari setiap mata pelajaran yang dikembangkan di setiap sekolah atau
satuan pendidikan.
Berikut ini disampaikan beberapa contoh tujuan kurikuler yang
berkaitan dengan pembelajaran pendidikan Agama Islam (PAI),
sebagaimana yang tertuang dalam standar isi mata pelajaran PAI
SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA.
a. Tujuan Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD/MI adalah
untuk :
1) Menumbuhkankembangkan akidah melalui pemberian,
pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,
pengamalan, pembiasan, serta pengalaman peserta didik
tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah
SWT
2) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan
berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengatahuan, tajin
beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin,
betoleransi (tasamuh), mengembangkan budaya agama dalam
komunitas sekolah.
b. Tujuan mata pelajaran pendidikan Agama Islam di SMP/MTs
adalah untuk :
1) Menumbuhkankembangkan akidah melalui pemberian,
pemupukan,dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,
pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan
dan ketakwaannya kepada Allah SWT
2) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan
berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengatahua, rajin

11
beribadah, cerdas, produkti, jujur, adil, etis, berdisiplin,
bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal
dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam
komunitas sekolah.

c. Tujuan Mata Pelajaran pendidikan Agama Islam di SMA/MA


adalah untuk ;
1) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian,
penumpukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,
pengalaman, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik
tetang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah
SWT
2) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan
berakhlak mulis yaitu manusia yang berpengatahuan, rajin
beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin ,
bertolernsi dan sosial serta mengembangkan budaya agama
dalam komunitas sekolah.
Lebih jauh lagi, dengan mengutip dari beberapa ahli, Nana
Syaodih Sukmadinata memberikan gambaran spesifikasi dari tujuan
yang ingin dicapai pada tujuan pembelajaan, yakni :
a) Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh
peserta didik, dengan ;(1) menggunakan kata-kata kerja yang
menunjukkan stimulus yang membangkitkan perilaku peserta
didik ; dan (3) memberikan pengkhususan tentang sumber-sumber
yang dapat digunakan peserta didik dan orang-orang yang dapat
diajak bekerja sama.
b) Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta
didik , dalam bentuk ; (1) ketetapan atau ketelitian respons; (2)
kecepatan, panjangnya dan frekuensi respons .

12
c) Menggambarkan kondisi-kondisi atau lingkungan yang
menunjang perilaku peserta didik berupa ; (1) kondisi atau
lingkungan fisik; dan (2) kondisi atau lingkungan psikologis.
Sementara kurikulum yang dikembangkan dengan menggunakan dasar
filosofi teknologi pendidikan dan teori pendidikan teknologis, maka tujuan
pendidikan lebih diarahkan pada pencapaian kompetensi. Dalam
implementasinya bahwa untuk mengembangkan pendidikan dengan tantangan
yang sangat kompleks boleh dikatakan hampir tidak mungkin untuk
merumuskan tujuan-tujuan kurikulum dengan hanya berpegang pada satu
filsafat, teori pendidikan atau model kurikulum tertentu secara konsisten dan
konsekuen. Oleh karena itu untuk mengakomodir tantangan dan kebutuhan
pendidikan yang sangat kompleks sering digunakan model eklektik, dengan
mengambil hal-hal yang ada, sehingga dalam menentukan yujuan pendidikan
lebih diusahakan secara berimbangan.
2. Materi Pembelajaran
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak
dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum
meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing
bidang studi tersebut. Jenis-jenis bidang studi ditentukan atas dasar tujuan
instutusional sekolah yang bersangkutan. Jadi, ia berdasarkan kriteria apa suatu
bidang studi menopang tujuan institusional atau tidak. Berdasarkan kriteria
itu,maka jenis bidang studi yang diberikan pada suatu sekolah, misalnya SMA,
akan berbeda dengan sekolah yang lain, misalnya SMK.
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak terlepas dari
filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti teelah dikemukakan di atas
bahwa pengembangan kurikulum yang disadari filsafat klasik (perenialisme),
esensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi hal
utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran dususun secara logis dan sistematis,
dalam bentuk :
a. Teori, seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling
berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan

13
menspesifikasi hubungan-hubungan antara variabel-variabel dengan
maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
b. Konsep, suatu abstarksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan –
kekhusususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau
gejala.
c. Generalisasi ; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus,
bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
d. Prinsip; yaitu ide utama. Pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan anatr beberapa konsep.
e. Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi
pembelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
f. Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting,
terdiri dari termologi, orang dan tempat serta kejadian.
g. Istilah, kata-kata prbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan
dalam materi.
h. Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas suatu uraian atau pendapat.
i. Definisi, yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu
hal/kata dalam garis besarnya.
j. Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran
dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran dalam kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, pendidik memiliki wewenang penuh untuk menentukan
materi pembelajaran, sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Dalam prakteknya
untuk menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut :
a) Sahih (valid), dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benr-
benar telah teruji kebenaran dan kesahihanya. Di samping itu, juga materi
yang diberikan merupakan materi yang aktul, tidak ketinggalan zaman, dna
memberikan konstibusi untuk pemahaman ke depan.

14
b) Tingkat kepentingan, materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta
didik. Mengapa dan sejauh mana materi terebut penting untuk dipelajari.
c) Kebermakmuran, materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis
maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada
jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat
mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari.
d) Layak dipelajari, materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek
tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun
aspek kelayaknnya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.
e) Menarik minat, materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat
memotivasi pesert didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa
ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri
kemampuan mereka.
Terlepas dari filsafat yang mendasari pengembangan materi, Nana Syaodih
Sukamadinata mengetengahkan tentang sekuens susunan materi pembelajaran,
yaitu :
a. Sekuens kronologis, susunan materi pembelajaran yang mengandung urutan
waktu.
b. Sekuens kasual, susunan materi pembelajaran yang mengandung hubungan
sebab-akibat.
c. Sekuens structural, susunan materi pembelajaran yang mengandung
stuktural materi.
d. Sekuens logis dan psikologis, sekuensi logis merupakan susunan materi
pembelajaran dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan, dari yang
sederhana menuju kepada yang kompleks. Sedangkan sekuens psikologis
sebaliknya dari keseluruhan meuju bagian-bagian, dan dari yang kompleks
menuju yang sederhana. Menurut sekuens logis materi pembelajaran
disusun dari nyata ke abstrak, dari benda ke teori, dari fungsi ke struktur,
dari masalah bagaimana ke masalah mengapa.

15
e. Sekuens spiral, susunan materi pembelajaran yang dipusatkan pada topik
atau bahan tertentu yang popular dan sederhana, kemudian dikembangkan,
diperdalam dan diperluas denagn bahan yang lebih kompleks.
f. Sekuens rangkaian ke belakang, dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan
langkah akhir dan mundur ke belakang. Contoh pemecahan masalah yang
yang bersifat ilmiah, meliputi 5 langkah sebagai berikut : (a) pembatasan
data, (b) penyusunan hipotesis, (c) pengumpulan data, (d) pengujian
hipotesis , dan (e) interprestasi hasil tes.
g. Dalam mengejarnya, guru memulai dengan langkah (a) sampai, (d), dan
peserta didik diminta untuk membuat interprestasi hasilnya (e), pada
kesempatan lain guru menyajikan data tentang masalah lain dari langkah (a)
sampai (c) dan peserta didik diminta untuk mengadakan pengetesan
hipotesis (d) dan seterusnya.
h. Sekuens berdasarkan hirarki belajar, prosedur pembelajaran dimulai
menganalisis tujuan-tujuan yang ingin dicapai, kemduian dicari suatu
hirarki urutan materi pembelajaaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi
tersebut. Hirarki tersebut menggambarkan urutan perilaku apa yang mula-
mula harus dikuasai peserta didik, berturut-turut sampai dengan perilaku
terakhir.
3. Strategi
Komponen strategi berhubungan tentang bagaimana kurikulum itu
dilaksanakan di sekolah/madrasah. Kurikulum dalam pengertian program
pendidikan masih dalam taraf niat harapan/ rencana yang harus diwujudkan
secara nyata di sekolah sehingga mempengaruhi dan mengantarkan anak didik
kepada tujuan pendidikan. Oleh sebab itu komponen strategi pelaksanaanya
memegang peranan penting. Bagaimanapun baiknya kurikulum sebagai
rencana, tanpa dapat diwujudkan pelaksanaanya tidak akan membawa hasil
yang diharapkan. Ada beberapa unsur dalam strategi pelaksanaan kurikulum,
yakni : (a) tingkat dan jenjang pendidikan, (b) proses belajar mengajar, (c)
bimbingan penyuluhan, (d) administrasi supervise, (e) sarana kurikuler, dan (f)
evaluasi atau penilaian.

16
Dilihat dari filsafat dan teori pendidikan yang melandasi pengembangan
kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan tujuan dan materi
pembelajaran, hal ini tentunya memiliki konsekuensi pula terhadap penentuan
stategi pembelajaran yang hendak dikembangkan. Apabila yang menjadi tujuan
dalamn pembelajaran adalah penguasaan informasi – intelektual, sebagaimana
yang banyak dikembangkan oleh kalangan pendukung filsafat klasik dalam
rangka pewarisan budaya ataupun keabadian, maka strategi pembelajaran yang
dikembangkan akan lebih berpusat kepada guru. guru merupakan tokoh sentral
di dalam proses pembelajaran dan dipandang sebagai pusat informasi dan
pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya di anggap sebagai obyek yang
secara pasif menerima sejumlah informasi dari guru. metode dan teknik
pembelajaran yang digunakan pada umumnya bersifat penyajian (ekspositorik)
secara missal, seperti ceramah atau seminar. Selain itu, pembelajaran cenderung
lebih bersifat tekstual.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat
reaksi dari kalangan progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang
seharusnya aktif dalam suatu proses pembelajaran adalah peserta didik itu
sendiri. Peserta didik secara aktif menentukan materi dan tujuan belajarnya
sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana cara-
cara yang paling sesuai untuk memperoleh materi dan mencapai tujuan
belajarnya. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mendapat dukungan
dari kalangan rekonstruktivisme yang menekankan pentingnya proses
pembelajaran melalui dinamika kelompok.
Pembelajaran cenderung bersifat kontektual, metode dan teknik
pembelajaran yang digunakan tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru
tetapi lebih bersifat individual, langsung, dan memanfaatkan proses dinamika
kelompok (kooperatif), seperti : pembelajaran moduler,observasi, simulasi atau
role playing,diskusi, dan sejenisnya.

17
Dalam hal ini, guru tidak banyak melakukan intervensi. Peran guru
hanya sebagai fasilitator, motivator, dan guider. Sebagai fasilitator, guru
berusaha menciptakan dan menyediakan lingkungan belajar yang kondusif bagi
peserta didiknya. Sebagai motivator, guru berupaya untuk mendorong dan
menstimulasi peserta didiknya agar dapat melakukan pembuatan belajar.
Sedangkan sebagai guider, guru melakukan pembimbingan dengan berusaha
mengenal para peserta didiknya secara personal.
Selanjutnya dengan munculnya pembelajaran berbasis teknologi yang
menekankan pentingnya pengusaan kompetensi membawa implikasi tersendiri
dalam penentuan strategi pembelajaran. Meski masih bersifat penguasaan
materi atau kompetensi seperti dalam pendekatan klasik, tetapi dalam
pembelajaran teknologis masih dimungkinkan bagi peserta didik untuk belajar
secara individual. Dalam pembelajaran teknologi dimungkinkan peserta didik
untuk belajar tanpa tatap muka langsung dengan guru, seperti melalui internet
atau media elektronik lainnya. Peran guru dalam pembelajaran teknologi lebih
cenderung sebagai director of learning, yang berupaya mengarahkan dan
mengatur peserta didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan belajar sesuai
dengan apa yang telah didesain sebelumnya.
Berdasarkan uraian diatas, ternyata banyak kemungkinan untuk
menentukan strategi pembelajaran dan setiap strategi pembelajaran memiliki
kelemahan dan keunggulannya tersendiri.
Terkait dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan, belakangan ini
mulai muncul konsep pembelajaran dengan istilah PAKEM, yang merupakan
akronim dari pembelajaran akti, kreatif,efektif, dan menyenangkan. Oleh karena
itu, dalam prakteknya seorang guru seyogyanya dapat mengembangkan strategi
pembelajaran secara variatif, menggunakan berbagai strategi yang
memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif,
kreatif dan menyenangkan, dengan efektifitas yang tinggi.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah salah satu evaluasi kurikulum. Dalam pengertian
terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat

18
ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui
kurikulum yang bersangkutan.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum
dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau
dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasitidak hanya terbatas
pada efektivitas saja, namun juga relevansi,efisiensi, kelayakan (feasibility)
program.
Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya suatu program
evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan yang diadakannya
evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk mengevaluasi
keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-komponen tertentu saja dalam
sistem kurikulum tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu
dievaluasi adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa.
Agar hasil evaluasi kurikulum tetap bermakna di perlukan persyaratan
persyaratan tertentu. Dengan mengutip pemikiran Doll, dikemukakan syarat-
syarat evaluasi kurikulum yaitu “acnowledge presence of value and valving,
orientation to goals, comprehensiveness, continuity, diagnostics worth and
validity and integration”.
Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi
yang menjadi fokus evaluasi. Salah satu dimensi yang sering mendapat sorotan
adalah dimensi kuantitas dan kualitas. Instrumen yang digunakan untuk
mengevaluasi dimensi kuantitatif, seperti tes standar, tes prestasi belajar, tes
diagnostik dan lain-lain. Sedangkan, instrumen untuk mengevaluasi dimensi
kualitatif dapat digunakan kuisioner, inventori, interview, catatan anekdot dan
sebagainya.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan
kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan
dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan
oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum
dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan
dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.

19
Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru,
kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan
membantu perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran, memilih
metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan
lainnya.
Selanjutnya, Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan tiga
pendekatan dalam mengevaluasi kurikulum, yaitu : (1) Pendekatan penelitian
( analisis komparatif ); (2) Pendekatan obyektif, dan (3) pendekatan campuran
multivariasi.
Di samping itu, terdapat beberapa model evaluasi kurikulum, diantaranya
adalah model CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak
pada pandangan bahwa keberhasilan program pendidikan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti : karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan
program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan mekanisme pelaksanaan
program itu sendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja
(performance) dari berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu.
Untuk akhirnya sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan
kelemahan program yang dievaluasi. Model ini dikembangkan oleh
Stufflebeam (1972) yang menggolongkan program pendidikan atas empat
dimensi program tersebut perlu dievaluasi sebelum, selama dan sesudah
program pendidikan yang dikembangkan. Penjelasan yang singkat dari keempat
dimensi tersebut adalah, sebagai berikut :
a. Context ; yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis
tujuan dan strategi pendidiakan yang akan dikembangkan dalam
program yang bersangkutan, seperti : kebijakan departemen atau unit
kerja yang bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai unit kerja dalam
kurun waktu tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi dalam unit
kerja yang bersangkutan, dan sebagainya.
b. Input ; bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan
pendidikan, seperti : dokumen kurikulum, dan materi pembelajaran yang

20
dikembangkan, staf pengajar, sarana dan pra sarana, media pendidikan
yang digunakan dan sebagainya.
c. Process ; pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut, meliputi :
pelaksanaan proses belajar mengajar, pelaksanaan evaluasi yang
dilakukan oleh para pengajar, pengelolaan program, dan lain-lain.
d. Product ; keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan,
mencakup : jangka pendek dan jangka lebih panjang. (Lismina, 2017)

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menggambarkan kurikulum sebagai serangkaian pengalaman yang
dipandu dan berarti yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang spesifik,
yaitu instrumen dasar dalam proses pendidikan. Kurikulum merupakan
media di mana konsep teori dan filosofis diterjemahkan menuju rencana
atau desain yang efektif yang akan mempengaruhi proses pengajaran.
Menurut beberapa ahli kurikulum tersebut di atas dapat
disimpulkanbahwa, kurikulum merupakan seperangkat pedoman yang
digunakan sebagaidasar untuk
mencapai tujuan-tujuan dan perilaku yang diharapkan dalamkehidupan
persekolahan.Pengembangan segala materi dalam kurikulum
dapatdilakukan sepanjang tidak melenceng dari asas-asas kurikulum dan
karakteristik kurikulum yang baik.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenaitujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedomanpenyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikantertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan
nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah,
satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun
oleh satuan pendidikan untukmemungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan dengan
memperhatikan tahap perkembangan siswa yang disesuaikan dengan
lingkungan, kebutuhan pembangunan, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta kesenian.Dengan demikian sebuah kurikulum menjadi
sangatpenting keberadaannya dalam sebuah organisasi dan sebagainya.
Karena akan menjadi sebuah cermin pada setiap aktifitas yang dilakukan
oleh aktifis aktifis organisasi tersebut.

22
B. Saran
Kurikulum dapat diartikan sebagai rencana atau program yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Implementasi kurikulum di setiap satuan pendidikan menentukan luaran
yang dihasilkan. Misalnya antara sekolah A dan sekolah B berpedoman
pada kurikulum yang sama. Namun hasilnya dapat berbeda. Hal ini
disebabkan karena perbedaan penerapan kurikulum. Sehingga melalui
makalah ini penulis memberikan saran agar guru memahami hakikat,
konsep dasar dan komponen-komponen kurikulum dengan baik.

23
DAFTAR PUSTAKA
Haryanti, N. (2014). Ilmu Pendidikan Islam. Malang: Penerbit Gunung Samudera.

Kartika, I. M. (2010). Pengertian Peranan Dan Fungsi Kurikulum. Pengertian Peranan


Dan Fungsi Kurikulum, 2-3.

Lismina. (2017). Pengembangan Kurikulum . Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.

Lismina. (2018). Pengembangan Kurikulum Di Sekolah Dan Perguruan Tinggi.


Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.

Sarinah. (2015). Pengantar Kurikulum. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.

24

Anda mungkin juga menyukai