Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KONSEP, TEORI KURIKULUM DAN TEORI PENDIDIKAN, SERTA

KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum SD

Dosen Pengampu : Moh. Farizqo Irvan, S.Pd., M.Pd..

Disusun Oleh :

1. Ken Limaran (1401420001)

2. Maisya Nafidatul Fu’adah (1401420170)

3. Putri Wulanjari (1401420420)

4. Diah Ayu Safira (1401420461)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021/2022

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Konsep, Teori Kurikulum dan Teori
Pendidikan, serta Komponen-Komponen Kurikulum tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Moh. Farizqo Irvan, S.Pd., M.Pd..
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Moh. Farizqo Irvan, S.Pd., M.Pd., selaku
Dosen Pengembangan Kurikulum SD yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua anggota kelompok yang telah membagi pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Semarang,30 Agustus 2021

Penyusun

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................... II
DAFTAR ISI...................................................................................................................................... III
BAB 1...................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................. 2
1.2 Tujuan..................................................................................................................................... 2
BAB II.................................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Konsep Kurikulum.................................................................................................................. 3
2.2 Teori Kurikulum dan Teori Pendidikan.................................................................................. 6
2.2.1 Teori Kurikulum........................................................................................................... 6
2.2.2 Teori Pendidikan...........................................................................................................8
2.3 Komponen-Komponen Kurikulum......................................................................................... 9
2.3.1 Kurikulum sebagai suatu sistem................................................................................... 9
2.3.2 Empat komponen utama kurikulum............................................................................11
BAB III...............................................................................................................................................18
PENUTUP.......................................................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................... 18
3.2 Saran......................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................19

III
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai rancangan pendidikan, kurikulum memiliki posisi strategis yang sangat penting
dalam semua aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peran kurikulum dalam pendidikan
dan perkembangan kehidupan manusia, maka penetapan kurikulum tidak terlepas dari landasan
yang kokoh. Kurikulum merupakan komponen acuan dari setiap satuan pendidikan. Pengembangan
kurikulum sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan , selain itu berbeda pula
dengan teori-teori pendidikan yang dianut oleh sekolah atau pengambil keputusan. Kurikulum
memiliki tempat yang sangat penting dalam keseluruhan proses pendidikan. Kurikulum juga
memandu segala bentuk kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Menjadikan
kurikulum sebagai unsur pelayanan utama program pendidikan. Kurikulum juga memegang peranan
penting dalam pendidikan, karena menentukan jenis dan arah kualifikasi, isi dan proses pendidikan
lulusan lembaga pendidikan. Dengan kata lain, mata kuliah merupakan syarat mutlak pendidikan,
dan mata kuliah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran. Oleh
karena itu, sulit membayangkan bagaimana pendidikan akan dilaksanakan jika tidak ada
kurikulum.Pada dasarnya kurikulum tidak hanya berisikan tentang petunjuk teknis materi
pembelajaran. Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para penyusun
kurikulum atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai kurikulum ideal, akan tetapi
terutama harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para pelaksana kurikulum yaitu
para pengawas pendidikan dan para guru serta pihak-pihak lain yang terkait dengan tugas-tugas
pengelolaan pendidikan, sebagai bahan untuk dijadikan instrumen dalam melakukan pembinaan
terhadap implementasi kurikulum di setiap jenjang pendidikan. Penyusunan dan pengembangan
kurikulum tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Dibutuhkan berbagai landasan yang kuat agar
mampu dijadikan dasar pijakan dalam melakukan proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga
dapat memfasilitasi tercapainya sasaran pendidikan dan pembelajaran secara lebih efektif dan
efisien.
Kurikulum merupakan sebuah program terencana dan menyeluruh, yang secara tidak
langsung menggambarkan manajemen pendidikan suatu bangsa. Dengan begitu otomatis
kurikulum memegang peran yang sangat penting dan strategis dalam kemajuan dunia pendidikan
suatu negara.Mengingat kurikulum itu sendiri memegang peranan yang sangat penting dalam upaya
pencapaian tujuan pendidikan nasional, maka pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai
upaya untuk mengkaji, mengembangkan dan menyempurnakan rancangan kurikulum pendidikan
1
nasional Indonesia agar mampu menghasilkan kurikulum pendidikan nasional yang berkualitas dan
berdaya saing. Hingga saat ini, telah dikembangkan 9 program studi dan program studi telah ditera
pkan dalam sistem pendidikan nasional.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian konsep kurikulum ?


2. Apa pengertian teori kurikulum dan teori pendidikan ?
3. Apa saja komponen-komponen yang terdapat dalam kurikulum ?

1.2 Tujuan

1. Mendeskripsikan konsep kurikulum


2. Mengetahui pengertian teori kurikulum dan teori Pendidikan
3. Mengetahui komponen-komponen kurikulum

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kurikulum

Kurikulum merupakan alat yang sangat penting dalam menjamin keberhasilan proses
pendidikan, artinya tanpa kurikulum yang baik dan tepat akan sulit mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan yang dicita-citakan. Istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu “curir”
yang artinya pelari dan “curere” yang artinya tempat berpacu. Kurikulum diartikan jarak yang
harus ditempuh oleh pelari. Istilah Banyak ahli kurikulum mendefinisikan pengertian kurikulum
di antaranya seperti yang dikemukakan oleh Hilda Taba (1962) dalam (Munir, 2008: 27) yang
mendefinisikan kurikulum sebagai rencana belajar dengan mengungkapkan, bahwa a curriculum is
a plan for learning. Dengan kata lain, kurikulum adalah rencana pendidikan atau pembelajaran.
Senada dengan hal itu, Nana Syaodih Sukmadinata (2010) mengatakan bahwa Kurikulum
merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar
mengajar.

Keberadaan kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan berada pada posisi yang
strategis dimana peran utamanya sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pendidikan yang diharapkan dapat berjalan dengan baik harus memperhatikan kondisi
kurikulumnya, karena pengalaman yang akan diberikan di dalam kelas pada pelaksanaan
pendidikan akan mengacu pada kurikulum. Kurikulum menempati posisi sentral dalam proses
pendidikan. Kiranya bukanlah sesuatu yang berlebihan jika dikatakan bahwa proses pendidikan
dikendalikan, diatur, dan dinilai berdasarkan kriteria yang ada dalam kurikulum. Dari beberapa
konsep yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep kurikulum terdiri atas tiga yaitu
kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi.

Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi. Suatu kurikulum dipandang orang
sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi peserta didik di sekolah, atau sebagai suatu perangkat
tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi
rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu
kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama
antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijakan pendidikan dengan masyarakat. Suatu
kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, provinsi, ataupun
seluruh negara.

3
Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum. Sistem
kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem
masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana
cara menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum,
dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.

Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Ini
merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan
kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem
kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum, mempelajari konsep-konsep dasar tentang
kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka
menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.

Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus
disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Anggapan ini telah ada sejak zaman Yunani Kuno.
Dalam lingkungan atau hubungan tertentu pandangan ini masih dipakai sampai sekarang, yaitu
kurikulum sebagai “... a racecourse of subject matters to be mastered”. Ada pendapat mengatakan
bahwa kurikulum: “a course, as a specific fixed course of study, as in school or college, as one
leadang to a degree”. Banyak orang tua bahkan juga guru-guru, kalau ditanya tentang kurikulum
akan memberikan jawaban sekitar bidang studi atau mata pelajaran. Lebih khusus mungkin
kurikulum diartikan hanya sebagai isi pelajaran.

Dalam hal ini al-Shaybani sebagaimana dikutip Hasan Langgulung mengatakan: Kurikulum
adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang
disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan di luar sekolah dengan maksud
menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka
sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.

Mauritz Johnson mengajukan keberatan terhadap konsep kurikulum yang sangat luas.
Menurut Johnson, pengalaman hanya akan muncul apabila terjadi interaksi antara siswa dengan
lingkungannya. Interaksi seperti itu bukan kurikulum, tetapi pengajaran. Kurikulum hanya
menggambarkan atau mengantisipasi hasil dari pengajaran. Johnson membedakan dengan tegas
antara kurikulum dengan pengajaran. Semua yang berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan,
seperti perencanaan isi, kegiatan belajar mengajar, evaluasi, termasuk pengajaran. Sedangkan
kurikulum hanya berkenaan dengan hasil-hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa. Menurut
Johnson kurikulum adalah ... a structured series of intended learning outcome.

4
Terlepas dari pro dan kontra terhadap pendapat Mauritz Johnson, beberapa ahli memandang
kurikulum sebagai rencana pendidikan atau pengajaran. Salah seorang di antara mereka adalah Mac
Donald. Menurut dia, sistem persekolahan terbentuk atas empat subsistem, yaitu; mengajar, belajar,
pembelajaran, dan kurikulum. Mengajar (teaching) merupakan kegiatan atau perlakuan profesional
yang diberikan oleh guru. Belajar (learning) merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan siswa
sebagai respons terhadap kegiatan mengajar yang diberikan oleh guru. Keseluruhan pertautan
kegiatan yang memungkinkan dan berkenaan dengan terjadinya interaksi belajar-mengajar disebut
pembelajaran (instruction). Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi
pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar-mengajar.

Kurikulum juga sering dibedakan antara kurikulum sebagai rencana (curriculum plan)
dengan kurikulum yang fungsional (functioning curriculum). Menurut Beauchamp “A curriculum is
a written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education
of pupils during their enrollment in given school”. Beauchamp lebih memberikan tekanan bahwa
kurikulum adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran. Pelaksanaan rencana itu sudah masuk
pengajaran. Selanjutnya, Zais menjelaskan bahwa kebaikan suatu kurikulum tidak dapat dinilai dari
dokumen tertulisnya saja, melainkan harus dinilai dalam proses pelaksanaan fungsinya di dalam
kelas. Kurikulum bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan sesuatu yang
fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang memberi pedoman dan mengatur lingkungan dan
kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Rencana tertulis merupakan dokumen kurikulum
(curriculum document or, inert curriculum), sedangkan kurikulum yang dioperasikan di kelas
merupakan kurikulum fungsional (functioning, live or operative curriculum).

Hilda Taba mempunyai pendapat yang berbeda dengan pendapat-pendapat itu. Perbedaan
antara kurikulum dan pengajaran menurut dia bukan terletak pada implementasinya, tetapi pada
keluasan cakupannya. Kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan isi dan metode yang lebih luas
atau lebih umum, sedangkan yang lebih sempit, lebih khusus menjadi tugas pengajaran. Menurut
Taba keduanya membentuk satu kontinum. Kurikulum terletak pada ujung tujuan umum atau tujuan
jangka panjang, sedangkan pengajaran pada ujung lainnya yaitu yang lebih khusus atau tujuan dekat.

Menurut George A. Beauchamp, kurikulum sebagai bidang studi membentuk suatu teori,
yaitu teori kurikulum. Beauchamp mendefinisikan teori kurikulum sebagai ... a set of related
statements that give meaning to a schools, curriculum by pointing it the relationships among its
elements and by directing its development, its use, and its evaluation.

5
2.2 Teori Kurikulum dan Teori Pendidikan

2.2.1 Teori Kurikulum

Teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang bertalian satu sama lain, yang
disusun sedemikian rupa sehingga memberikan makna yang fungsional terhadap serangkaian
kejadian. Perangkat pernyataan tersebut dirumuskan dalam bentuk definisi deskriptif atau
fungsional, suatu konstruksi fungsional, asumsi-asumsi, hipotesis, generalisasi, hukum, atau
term-term. Isi rumusan-rumusan tersebut ditentukan oleh lingkup dari rentetan kejadian dicakup,
jumlah pengetahuan empiris yang ada, dan tingkat keluasan dan kedalaman teori dan penelitian
di sekitar kejadiankejadian tersebut.
Jika konsep-konsep itu diterapkan dalam kurikulum, maka dapatlah dirumuskan
tentang teori kurikulum, yaitu sebagai suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna
terhadap kurikulum sekolah. Makna tersebut terjadi karena adanya petunjuk perkembangan,
penggunaan dan evaluasi kurikulum. Bahan kajian dari teori kurikulum adalah hal-hal yang
berkaitan dengan penentuan keputusan, penggunaan, perencanaan, pengembangan, evaluasi
kurikulum, dan lain-lain.
Menurut Bobbit, inti teori kurikulum itu sederhana, yaitu kehidupan manusia.
Kehidupan manusia meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama, terbentuk oleh sejumah
kecakapan pekerjaan. Pendidikan berupaya mempersiapkan kecakapan-kecakapan tersebut
dengan teliti dan sempurna. Kecakapan-kecakapan yang harus dikuasai untuk dapat terjun dalam
kehidupan sangat bermacam-macam, bergantung pada tingkatannya maupun jenis lingkungan.
Setiap tingkatan dan lingkungan kehidupan menuntut penguasaan pengetahuan, keterampilan,
sikap, kebiasaan, apresiasi tertentu. Hal-hal itu merupakan tujuan kurikulum. Untuk mencapai
hal-hal itu ada serentetan pengalaman yang harus dikuasai anak. Seluruh tujuan beserta
pengalaman-pengalaman tersebut itulah yang menjadi bahan kajian teori kurikulum.
Perkembangan teori kurikulum selanjutnya dibawakan oleh Hollis Caswell. Dalam
peranannya sebagai ketua divisi pengembang kurikulum di beberapa negara bagian di Amerika
Serikat (Tennessee, Alabama, Florida dan Virginia), ia mengembangkan konsep kurikulum yang
berpusat pada masyarakat atau pekerjaan (society centered) maka Caswell mengembangkan
kurikulum yang bersifat interaktif. Dalam pengembangan kurikulumnya, Caswell menekankan
pada partisipasi guru, berpartisipasi dalam menentukan kurikulum, menentukan struktur
organisasi dari penyusunan kurikulum, dalam merumuskan pengertian kurikulum, merumuskan
tujuan, memilih isi, menentukan kegiatan belajar, desain kurikulum, menilai hasil, dan
sebagainya.

6
Ralph W. Tylor (1949) sebagaimana dikutip Sukmadanata mengemukakan empat
pertanyaan pokok yang menjadi inti kajian kurikulum: 1) Tujuan pendidikan yang manakah
yang ingin dicapai oleh sekolah ? 2) Pengalaman pendidikan yang bagaimanakah yang harus
disediakan untuk mencapai tujuan tersebut ? 3) Bagaimana mengorganisasikan pengalaman
pendidikan tersebut secara efektif ? 4) Bagaimana kita menentukan bahwa tujuan tersebut telah
tercapai ?.
Beauchamp merangkumkan perkembangan teori kurikulum antara tahun 1960
sampai dengan 1965. la mengidentifikasi adanya enam komponen kurikulum sebagai bidang
studi, yaitu: landasan kurikulum, isi kurikulum, desain kurikulum, rekayasa kurikulum, evaluasi
dan penelitian, dan pengembangan teori.
Thomas L. Faix (1966) menggunakan analisis struktural-fungsional yang berasal dari
biologi, sosiologi, dan antropologi untuk menjelaskan konsep kurikulum. Fungsi kurikulum
dilukiskan sebagai proses bagaimana memelihara dan mengembangkan strukturnya.
Ada sejumlah pertanyaan yang diajukan dalam analisis struktural-fungsional ini.
Topik dan subtopik dari pertanyaan ini menunjukkan fenomena-fenornena kurikulum.
Pertanyaanpertanyaan itu menyangkut: (1) pertanyaan umum tentang fenomena kurikulum, (2)
sistem kurikulum, (3) unit analisis dan unsur-unsurnya, (4) struktur sistem kurikulum, (5) fungsi
sistem kurikulum, (6) proses kurikulum, dan (7) prosedur analisis struktural-fungsional.
Alizabeth S. Maccia sebagaimana dikutip Sukamadanata dari hasil analisisnya
menyimpulkan adanya empat teori kurikulum, yaitu: (1) teori kurikulum, (2) teori
kurikulumformal, (3) teori kurikulum evaluasional, dan (4) teori kurikulum praksiologi.
Mauritz Johnson (1967) membedakan antara kurikulum dengan proses
pengembangan kurikulum. Kurikulum merupakan hasil dari sistem pengembangan kurikulum,
tetapi sistem pengembangan bukan kurikulum. Menurut Johnson, kurikulum merupakan
seperangkat tujuan belajar yang terstruktur. Jadi, kurikulum berkenaan dengan tujuan dan bukan
dengan kegiatan. Berdasarkan rumusan kurikulum tersebut, pengalaman belajar anak menjadi
bagian dari pengajaran.
Sukmadanata mengemukakan tiga unsur dasar kurikulum, yaitu aktor, artifak, dan
pelaksanaan. Aktor adalah orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan kurikulum. Artifak
adalah isi dan rancangan kurikulum. Pelaksanaan adalah proses interaksi antara aktor yang
melibatkan artifak. Studi kurikulum menurut Frymier meliputi tiga langkah; perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.

7
2.2.2 Teori Pendidikan

Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu :


1. Pendidikan klasik,
2. Pendidikan personal
3. Pendidikan teknologi
4. Pendidikan interaksional

Penjelasanya sebagai berikut:

1. Pendidikan klasik,
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafatklasik, seperti Perenialisme,
Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi
sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori ini
lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi
diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para
ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya,
pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik
memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik.
2. Pendidikan Personal
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki
potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi
yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik.
Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik
hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong,
fasilitator dan pelayan peserta didik. Teori pendidikan personal menjadi sumber bagi
pengembangan model kurikulum humanis. Yaitu suatu model kurikulum yang
bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan
dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi
atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek
akademis).
3. Pendidikan Teknologi
Pendidikan Teknologi yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan
dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan
informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam pendidikan teknologi,
lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-

8
kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Dalam teori
pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus, berupa
data-data obyektif dan keterampilanketerampilan yang yang mengarah kepada
kemampuan vocational. Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain
pengajaran Guru Materi Siswa dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media
elektronika dan para peserta didik belajar secara individual. Peserta didik berusaha
untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa
refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat.
Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari
pada penyampaian dan pendalaman bahan.
4. Pendidikan interaksional
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari
pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja
sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga
berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan
interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru.
Lebih dari itu, dalam teori pendidikan ini, interaksi juga terjadi antara peserta didik
dengan materi pembelajaran dan denganlingkungan, antara pemikiran manusia
dengan lingkungannya. Interaksi terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam
pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta. Peserta didik
mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan
interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan.
Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksisosial.

2.3 Komponen-Komponen Kurikulum

2.2.3 Kurikulum sebagai suatu sistem

Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang sangat esensial dalam


keseluruhan kegiatan pendidikan. Pada waktu yang lalu sebelum diterapkannya kebijakan
baru mengenai standar isi (Permendiknas Nomor 22/2006) dan standar kompetensi
lulusan (Permendiknas Nomor 23/2006), kurikulum untuk suatu lembaga pendidikan
tertentu pada umumnya sudah disusun sebelumnya oleh para perencana kurikulum
(curriculum planners). Biasanya tugas para pelaksana kurikulum, dalam hal ini guru,
yaitu melaksanakan, membina, dan dalam batas-batas tertentu mengembangkannya.

9
Pada saat ini, setelah diterapkannya kebijakan mengenai pengembangan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, khususnya berkaitan dengan standar isi dan standar
kompetensi lulusan maka guru tidak hanya bertugas semata sebagai pelaksana kurikulum
yang telah disusun oleh para perancang kurikulum tingkat pusat, namun guru diberi
kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan sendiri kurikulum secara utuh yang
akan dilaksanakan di sekolahnya sampai pada penyusunan silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
Pengembangan kurikulum itu menyangkut banyak faktor, mempertimbangkan isu-
isu mengenai kurikulum, siapa yang dilibatkan, bagaimana prosesnya, apa tujuannya, dan
kepada siapa kurikulum itu ditujukan. Pengembangan kurikulum merupakan alat untuk
membantu guru melakukan tugasnya mengajar, menarik minat murid, dan memenuhi
kebutuhan masyarakat. Pada umumnya, para ahli kurikulum memandang bahwa
pengembangan kurikulum itu merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan merupakan
suatu siklus dari beberapa komponen, yaitu tujuan, bahan, kegiatan, dan evaluasi.
Ralph W. Tyler (1975) dalam buku kecilnya yang sangat terkenal dan konsep-
konsepnya masih dipakai sampai sekarang, menyajikan empat langkah pengembangan
yang disebut four-step model. Langkah-langkah tersebut dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan yang mendasar yang harus dijawab baik dalam mengembangkan
suatu kurikulum maupun pembelajaran, yaitu:
1. What educational purposes should the school seek to attain?
2. What educational experiences can be provided that are likely to attain these
purposes?
3. How can these educational experiences be effectively organized?
4. How can we determine whether these purposes are being attained?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi komponen utama yang harus dipenuhi


dalam suatu kegiatan pengembangan kurikulum. Komponen-komponen itu tidaklah
berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan, pengaruh memengaruhi, berinteraksi,
berinterelasi satu sama lain dan membentuk suatu sistem. Dengan demikian, sistem
adalah suatu kesatuan atau totalitas yang terdiri atas lebih dari satu komponen di
mana antara satu komponen dengan komponen lainnya saling memengaruhi,
berinteraksi, dan berinterelasi satu sama lain dalam mencapai tujuan.

Robert S. Zais (1976) menyebut aspek-aspek atau komponen-komponen yang


terdapat dalam pengembangan kurikulum dengan istilah anatomi kurikulum
(anatomy of the curriculum) yang terdiri dari komponen tujuan (aims, goals, dan
10
objectives), isi (content), aktivitas belajar (learning activities), dan evaluasi
(evaluation). Aspek atau komponen tersebut digambarkannya sebagai suatu
keterpaduan.

2.2.4 Empat komponen utama kurikulum

Langkah-langkah yang telah dikemukakan oleh ahli kurikulum di atas


menggambarkan aspek-aspek atau komponen-komponen utama yang harus
dikembangkan dalam setiap kegiatan pengembangan kurikulum. Aspek atau komponen
tersebut adalah (1) tujuan, (2) isi/bahan, (3) strategi pembelajaran, dan (4) evaluasi.
1. Tujuan
Dalam kegiatan pengembangan kurikulum, baik pada level makro maupun
mikro, peran tujuan sangatlah menentukan. Ivor K. Davies (dalam Hamid Hasan,
1990) mengemukakan bahwa tujuan dalam suatu kurikulum akan
menggambarkan kualitas manusia yang diharapkan terbina dari suatu proses
pendidikan. Dengan demikian, suatu tujuan memberikan petunjuk mengenai arah
perubahan yang dicita-citakan dari suatu kurikulum yang sifatnya harus
merupakan sesuatu yang final.
Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap pemilihan
isi/konten, strategi dan media pembelajaran, serta evaluasi, bahkan dalam
berbagai model pengembangan kurikulum, tujuan ini dianggap sebagai dasar,
arah, dan patokan dalam menentukan komponen-komponen yang lainnya. Ada
ahli kurikulum yang memandang tujuan sebagai proses, seperti Bruner dan
Fenton (dalam Hamid Hasan, 1990), namun kebanyakan para ahli memandang
tujuan itu sebagai hasil (product). Gagne dan Briggs (1974) mempersyaratkan
bahwa tujuan merupakan suatu kapasitas yang dapat dilakukan dalam waktu
tidak lama setelah suatu kegiatan pendidikan berlangsung, bukan merupakan apa
yang dialami siswa selama proses pendidikan. R.F. Mager dan K.M. Beach Jr.
(1967) mengemukakan bahwa tujuan itu harus menggambarkan tentang produk
atau hasil, bukan prosesnya.
Tujuan kurikulum tidak dapat melepaskan diri dari tuntutan dan kebutuhan
masyarakat, serta didasari oleh falsafah dan ideologi suatu negara. Hal ini dapat
dimengerti sebab upaya pendidikan itu sendiri merupakan subsistem dalam
sistem masyarakat dan negara sehingga kekuatan-kekuatan sosial, politik, budaya,
dan ekonomi sangat berperan dalam menentukan tujuan kurikulum atau tujuan
pendidikan, terutama tujuan yang sifatnya umum (nasional).
11
Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan yang ingin dicapai secara nasional
yang dilandasi oleh falsafah negara. Sifat tujuan ini ideal, komprehensif, utuh,
dan menjadi induk bagi tujuan-tujuan yang ada di bawahnya. Tujuan
Institusional adalah tujuan yang diharapkan dicapai oleh suatu lembaga
pendidikan. Tujuan Kurikuler adalah penjabaran dari tujuan institusional yang
berisi program-program pendidikan yang menjadi sasaran sesuatu mata pelajaran.
Tujuan Instruksional merupakan tujuan tingkat bawah yang harus dicapai setelah
suatu proses pembelajaran.
Mager dan Beach Jr. (1967) mengungkapkan beberapa karakteristik tujuan
pengajaran, sebagai berikut.
 An objective says something about the student;
 An objective talks about the behavior or performance of student;
 An objective is about ends rather than means;
 An objective describes the conditions under which the student will be
performing his terminal behavior;
 An instructional objective also includes information about the level of
performance that will be considered acceptable.
Pratt (dalam A. Kaber, 1988) mengemukakan tujuh kriteria yang harus dipenuhi
dalam merumuskan tujuan kurikulum, yaitu sebagai berikut.
a) Tujuan kurikulum harus menunjukkan hasil belajar yang spesifik dan dapat
diamati.
b) Tujuan harus konsisten dengan tujuan kurikulum, artinya tujuan-tujuan
khusus itu dapat mewujudkan dan sejalan dengan tujuan yang lebih umum.
c) Tujuan harus ditulis dengan tepat, bahasanya jelas sehingga dapat memberi
gambaran yang jelas bagi para pelaksana kurikulum.
d) Tujuan harus memperlihatkan kelayakan, artinya bahwa tujuan itu bukanlah
suatu standar yang mutlak melainkan harus dapat disesuaikan dengan situasi.
e) Tujuan harus fungsional, artinya tujuan itu menunjukkan nilai guna bagi para
peserta didik dan masyarakat.
f) Tujuan harus signifikan dalam arti bahwa tujuan itu dipilih berdasarkan nilai
yang diakui kepentingannya.
g) Tujuan harus tepat dan serasi, terutama harus dilihat dari kepentingan dan
kemampuan peserta didik termasuk latar belakang, minat, dan tingkat
perkembangannya.
2. Isi/Materi Kurikulum
12
Komponen kedua setelah tujuan dalam pengembangan kurikulum yaitu
penetapan isi atau materi kurikulum. Pengkajian masalah isi kurikulum ini
menempati posisi yang penting dan turut menentukan kualitas suatu kurikulum
lembaga pendidikan. Dengan demikian, isi kurikulum ini harus disusun
sedemikian rupa agar dapat menunjang tercapainya tujuan kurikulum pendidikan.
Saylor dan Alexander (Zais, 1976) mengemukakan bahwa isi kurikulum itu
meliputi fakta-fakta, observasi, data, persepsi, penginderaan, pemecahan masalah,
yang berasal dari pikiran manusia dan pengalamannya yang diatur dan
diorganisasi dalam bentuk gagasan (ideas), konsep (concept), generalisasi
(generalization), prinsip-prinsip (principles), dan pemecahan masalah (solution).
Sementara itu, Hyman (Zais, 1976) mendefinisikan isi/konten kurikulum ke
dalam tiga elemen, yaitu pengetahuan/knowledge (misalnya fakta-fakta,
eksplanasi, prinsip-prinsip, definisi), keterampilan dan proses (misalnya
membaca, menulis, menghitung, berpikir kritis, pengambilan keputusan,
berkomunikasi), serta nilai/values (misalnya keyakinan tentang baik-buruk,
benar-salah, indah-jelek).
Berikut ini diuraikan beberapa kriteria menurut tiga orang ahli kurikulum.
Perhatikan dan cermati dengan saksama, kemudian coba Anda diskusikan dengan
teman-teman mahasiswa lain.
Zais (1976) menentukan empat kriteria dalam melakukan pemilihan
isi/materi kurikulum, yaitu sebagai berikut.
 Kriteria signifikansi (significance) bahwa isi kurikulum harus
memiliki tingkat kebermaknaan yang tinggi.
 Kriteria kegunaan (utility) bahwa isi kurikulum harus bernilai guna
bagi kehidupan.
 Kriteria minat (interest) bahwa kurikulum harus sesuai dengan minat
siswa.
 Kriteria pengembangan manusia (human development) bahwa
kurikulum harus sesuai dengan perkembangan individu.

Hilda Taba menetapkan kriteria dalam melakukan pemilihan isi/materi


kurikulum sebagai berikut.

 Isi kurikulum harus valid (sahih) dan signifikan.


 Isi kurikulum berpegang kepada kenyataan-kenyataan sosial.
 Kedalaman dan keluasan isi kurikulum harus seimbang.
13
 Isi kurikulum menjangkau tujuan yang luas, meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
 Isi kurikulum harus dapat dipelajari dan disesuaikan dengan
pengalaman siswa.
 Isi kurikulum harus dapat memenuhi kebutuhan dan menarik
minat siswa.

Ronald C. Doll (1974) juga mengemukakan beberapa kriteria pemilihan isi


kurikulum sebagai berikut.

 Validitas dan signifikansi bahan (subject matter) sebagai disiplin ilmu


 Keseimbangan yang tepat dari ruang lingkup bahan (scope) dan
kedalamannya (depth)
 Kesesuaian dengan kebutuhan dan minat siswa
 Daya tahan (durability) bahan
 Hubungan logis bahan antara ide pokok (main ideas) dan konsep
dasar (basic concept)
 Kemampuan siswa mempelajari bahan tersebut
 Kemungkinan menjelaskan bahan itu dengan data dari disiplin ilmu
lain
3. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran sangat penting dikaji dalam studi tentang kurikulum
baik secara makro maupun mikro. Strategi pembelajaran ini berkaitan dengan
masalah cara atau sistem penyampaian isi kurikulum (delivery system) dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.
Pengertian strategi pembelajaran dalam hal ini, meliputi pendekatan,
prosedur, metode, model, dan teknik yang dipergunakan dalam menyajikan
bahan/isi kurikulum. Nana Sudjana (1988) mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran pada hakikatnya adalah tindakan nyata dari guru atau praktik guru
melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan
lebih efisien. Dengan kata lain, strategi ini berhubungan dengan politik atau
taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan kurikulum secara sistemik dan
sistematik.
Tinggi rendahnya kadar aktivitas belajar siswa banyak dipengaruhi oleh
strategi atau pendekatan mengajar yang digunakan. Banyak pendapat mengenai
berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam penyampaian bahan/isi
14
kurikulum ini. Richard Anderson (1959) mengajukan dua pendekatan, yaitu
pendekatan yang berorientasi pada guru, di mana aktivitas guru dalam suatu
proses pembelajaran lebih dominan dibandingkan siswa (teacher centered).
Pendekatan kedua lebih berorientasi pada siswa (student centered) yang
merupakan kebalikan dari pendekatan pertama, di mana aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran lebih dominan dibandingkan guru. Pendekatan pertama
disebut pula tipe otokratis dan pendekatan kedua disebut tipe demokratis.
Massialas (1975) mengajukan dua pendekatan, yaitu pendekatan ekspositeri dan
pendekatan inkuiri.
Mary Alice Guntur (Nana Sudjana, 1991) mengajukan lima kelompok model
atau pendekatan, yaitu direct instructional model, concept attainment model, the
concept development model, synectic model, dan inquiry model atau problem
solving model. Sementara itu, studi yang dilakukan oleh Nana Sudjana (1990)
menghasilkan lima macam model berkadar CBSA, yaitu model delikan (dengar-
lihat-kerjakan), model pemecahan masalah, model induktif, model deduktif, dan
model deduktif-induktif. Bruce Joyce dan Marsha Weil (1980) dengan bukunya
yang terkenal Models of Teaching, dalam kaitannya dengan pengembangan
kurikulum, mengemukakan empat kelompok atau rumpun model, yaitu model
pemrosesan informasi (information processing models), model personal, model
interaksi sosial, dan model tingkah laku (behavioral models). Pada setiap rumpun
model tersebut mengandung enam komponen umum, yaitu orientasi, sintaks,
sistem sosial, prinsip reaksi, sistem bantuan (support system), dan efek
instruksional.
Apabila ditelaah lebih jauh, hakikat dan isi dari setiap strategi/
pendekatan/model yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat dikelompokkan
ke dalam dua kutub strategi yang ekstrem, yaitu di satu pihak ada strategi yang
berorientasi kepada guru dan strategi yang berorientasi kepada siswa. Strategi
pertama maksudnya bahwa titik berat kegiatan banyak berpusat pada guru (biasa
disebut model ekspositori atau model informasi), sedangkan pada strategi kedua,
titik berat aktivitas pembelajaran ada pada para siswa sehingga mereka lebih
aktif melakukan kegiatan belajar (biasa disebut model inkuiri atau problem
solving). Strategi mana yang digunakan atau dipilih biasanya diserahkan
sepenuhnya kepada guru dengan mempertimbangkan hakikat tujuan, sifat
bahan/isi, dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
4. Kegiatan Evaluasi
15
Kegiatan evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan di dalam
pengembangan suatu kurikulum, baik pada level makro maupun mikro.
Komponen evaluasi ini ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang
telah ditentukan, serta menilai proses implementasi kurikulum secara
keseluruhan, termasuk juga menilai kegiatan evaluasi itu sendiri. Hasil dari
kegiatan evaluasi ini dapat dijadikan sebagai umpan balik (feedback) untuk
mengadakan perbaikan dan penyempurnaan pengembangan komponen-
komponen kurikulum. Pada akhirnya hasil evaluasi ini dapat berperan sebagai
masukan bagi penentuan kebijakan-kebijakan pengambilan keputusan kurikulum
khususnya, dan pendidikan pada umumnya, baik bagi para pengembang
kurikulum dan para pemegang kebijakan pendidikan, maupun bagi para
pelaksana kurikulum pada tingkat lembaga pendidikan (seperti guru dan kepala
sekolah).
Kegiatan evaluasi yang dilaksanakan di Indonesia, masih menekankan pada
evaluasi terhadap hasil (produk). Hal ini sejalan dengan pendapat Zais (1976)
bahwa dewasa ini penekanan evaluasi selalu dipusatkan pada evaluasi hasil
(product evaluation) yang dicapai oleh siswa. Menurutnya, hal tersebut
didasarkan pada model teknik (technical model) dalam pengembangan kurikulum,
di mana siswa dianggap sebagai raw material.
Konsep evaluasi kurikulum dapat dipandang secara luas, yaitu mencakup
evaluasi terhadap seluruh komponen dan kegiatan pendidikan, tetapi dapat pula
dibatasi secara sempit yang hanya ditekankan pada hasil-hasil atau perilaku yang
dicapai siswa. Luas atau sempitnya suatu evaluasi kurikulum sebenarnya
ditentukan oleh tujuannya. Jadi, dalam hal ini yang menjadi penentu adalah
faktor tujuan yang diharapkan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ronald C.
Doll (1974) yang menjadikan orientasi terhadap tujuan sebagai salah satu syarat
atau karakteristik dari evaluasi. Karakteristik lainnya, yaitu: dinyatakan dalam
bentuk nilai-nilai (values and valuing), mencakup keseluruhan
(comprehensiveness), berkelanjutan (continuity), memiliki nilai diagnostik dan
kesahihan (diagnostic worth and validity) dan evaluasi tersebut harus terintegrasi
atau utuh bukan sesuatu yang lepas-lepas (integration).
Pada bagian lainnya Doll mengemukakan dua dimensi yang harus ada dalam
evaluasi, yaitu dimensi kuantitas (the dimension of quantity) dan dimensi kualitas
(the dimension of quality). Dimensi pertama berhubungan dengan berapa banyak
program-program yang dievaluasi (how much of the program is to be evaluated?),
16
sedangkan dimensi kedua berhubungan dengan tujuan-tujuan apa saja yang
disoroti dalam evaluasi dan bagaimana kualitas dari pencapaian tujuan-tujuan
tersebut. Kemudian, di dalam proses evaluasinya Doll mengungkapkan tiga
variabel, yaitu variabel input (karakteristik siswa), variabel output (apa yang
diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar), serta variabel
treatment (metode mengajar, subject matter, ukuran kelas, karakteristik siswa
lain, dan karakteristik guru). Ketiga kelompok variabel tersebut saling
berinteraksi satu dengan lainnya.
Untuk memperoleh gambaran yang komprehensif mengenai kualitas suatu
kurikulum yang dievaluasi, terdapat beberapa komponen atau dimensi yang perlu
dijadikan sasaran atau lingkup evaluasi. Nana Sudjana dan R. Ibrahim (1989)
dalam hal ini mengemukakan tiga komponen, yaitu komponen program
pendidikan, komponen proses pelaksanaan, dan komponen hasil-hasil yang
dicapai. Suatu program pendidikan dinilai dari tujuan yang ingin dicapai, isi
program yang disajikan, strategi belajar mengajar yang diterapkan, serta bahan-
bahan ajar yang digunakan. Proses pelaksanaan yang dijadikan sasaran
penilaian/evaluasi terutama proses belajar mengajar yang berlangsung di
lapangan, sedangkan hasil-hasil yang dicapai mengacu pada pencapaian tujuan
jangka pendek maupun jangka panjang.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kurikulum merupakan alat yang sangat penting dalam menjamin keberhasilan proses
pendidikan, artinya tanpa kurikulum yang baik dan tepat akan sulit mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan yang dicita-citakan.kurikulum tersebut berkembang kemudian diterapkan dalam
pendidikan. Kurikulum dalam pendidikan diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh atau diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijasah.Kurikulum juga sering
dibedakan antara kurikulum sebagai rencana (curriculum plan) dengan kurikulum yang
fungsional (functioning curriculum).teori kurikulum, yaitu sebagai suatu perangkat pernyataan
yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah.Sukmadanata mengemukakan tiga unsur
dasar kurikulum, yaitu aktor, artifak, dan pelaksanaan. Nana S. Sukmadinata (1997)
mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu : Pendidikan klasik, Pendidikan
personal,Pendidikan teknologi,Pendidikan interaksional,Aspek atau komponen utama
kurikulum tersebut adalah: tujuan, isi/bahan, strategi pembelajaran, dan evaluasi.

3.2 Saran

Saran yang di sampaikan kami agar dengan membaca makalah ini disarankan pada
pembaca agar memahami materi tentang pentingnyan konsep,teori kurikulum dan teori
pendidikan serta komponen-komponen kurikulum dalam mata kuliah Pengembangan
Kurikulum SD. Kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua
pihak.

18
DAFTAR PUSTAKA

Azia, Robert S. Curriculum Principes and Foundation. t.tp.: Harper & Row Publisher, 1976.

Beauchamp, George A. Curriculum Theory. Wilmette, Illinois: The KAGG Press, 1975.

Doll, Ronald C. Curriculum Improvement : Decision Making and Process. Boston: Allyn and
Bacon, Inc., 1974.

Franklin, Babbit. The Curriculum. Boston: Hounghton Mifflin, 1918.

Hasan, S. Hamid. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta: P2LPTK.

Johnson, Mauritz. Intentionality in Education. New York: Center for Curriculum Research and
Services, 1977.

Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologik dan Pendidikan. Jakarta:
Pustaka al-Husna, 1989.

MacDonald, James B. Educational Models for Instruction. Washington DC: The Association for
Supervision and Curriculum Development, 1965.

Munir, (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : Alfabeta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek. Bandung: P.T.
Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N. S. (2010). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Sudjana, Nana. (1989). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar
Baru.

Taba, Hilda, Curriculum Development: Theory and Practices. New York: Harcourt, Brace and
World, Inc., 1962.

19
Tyler, Ralph W. (1975). Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago and London: The
University of Chicago Press.

Webster. Webster’s New International Dictionary. t.tp.: GG Merriam Company, 1953.

Zais, Robert S. (1976). Curriculum: Principles and Foundations. New York: Harper and Row
Publisher.

20

Anda mungkin juga menyukai