Anda di halaman 1dari 17

Makalah Pengantar Pendidikan

Komponen-Komponen Pendidikan

Kelas: A6-19

Kelompok: 5

Dosen Pembimbing Akademik:

Rosalia Susila Purwanti

Nama Anggota:

1. Erlin Dwi Meiningrum 13


2. Indah Hidayati 14
3. Ferdinand Shawn Sava Savero 15

Universitas PGRI Yogyakarta


2019-2020
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah Swt Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan Puji Syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas awal dari mata kuliah “Pengantar Pendidikan” dengan judul
“Komponen-komponen Pendidikan”.

Kami sangat menyadari bahwa dalam penulisan, makalah ini masih


banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami sangat
membutuhkan juga mengharapan kritik dan saran dari pembaca, agar nantinya
makalah ini dapat kami perbaiki dan lebih baik lagi.

Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak,
terutama kepada Dosen Pengampun, yang telah membimbing kami.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat di kemudian hari. Amin.

Yogyakarta, 07 September 2019

Penyusun

2
Daftar Isi

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 4


1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan Penelitian 6

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian Komponen Pendidikan 7

2.2 Macam-macam Komponen Pendidikan 7

2.3 Hubungan Timbal Balik Antar Komponen 14

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan 15
3.2 Saran 15

Daftar Pustaka 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sabar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadia, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi
pengajaran keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat teteapi
lebih mendalam yaitu pemberian penngetahuan, pertimbanga, kebijaksanaan.
Bidang pendidikan termasuk rumpunilmu yang mengkaji aktivitas manusia.
Dalam kaitan ini, lingkup kajian aktivitas manusia sangatlah luas, yakni
mencakup aktivitas manusia sebagai individu atau kelompok, sebagai
kesatuan etni, bangsa atau ras, dalam lingkup geografis, administratifatau
sosial budaya, pendidikan, keamanan, keagamaan, serta kesejahteraan
masyarakat.
Sebagaimana dikemukakan Phililh H. Coombs ada tiga jenis sumber
utama input dari masyarakat bagi sisitem penddikan, yaitu :
1. Ilmu pengetahuan, tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang berlaku
didalam masyarakat.
2. Penduduk serta tenaga kerja yang tersedia
3. Ekonomi atau penghasilan masyarakat.

Terhadap ketiga sumber utama input bagi system pendidikan tersebut,


dilakukan seleksi berdasarkan tujuan, kebutuhan, evisiensi dan relevansinya
bagi pendidikan. Selain itu, seleksi dilakukan pula atas dasar nilai dan norma
tertentu dengan alasan bahwa pendidikan bersifat normatif. Hasil seleksi

4
tersebut selanjutnya diambil atau diterima sebagai input sistem pendidikan
dibedakan dalam tiga jenis, yaitu :

5
1. Input masukan (raw input): peserta didik
Komponen masukan (raw input), adalah kualitas siswa yang akan
mengikuti proses pendidikan. Kualitas tersebut dapat berupa potensi
kecerdasan, bakat, minat belajar, kepribadian siswa, dan sebagainya.
Apabila kualitas masukan itu rendah atau tidak mendukung
terwujudnya prestasi belajar yang tinngi, tentunya tidak dapat
diharapkan menjadi lulusan yang bermutu tinggi, meskipun aspek-
aspek lainnya mendukung, seperti proses pembelajaran yang baik serta
alat pendidikan yang bagus.
Kualitas potensi ini terutama yang bersifat tetap seperti tingkat
intelegensinya rendah, hasil belajarnya cenderumg berbeda dengan
anak yang tingkat kecerdasannya tinggi, sebab hal itu akan
mempengaruhi daya tangkapnya, daya analisanya kemampuan
berhitungnya, dan lain sebagianya selama mengikuti pelajaran.
Pendidikan hanyalah mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki
oleh siswa yang bersangkutan. Dengan kata lain tidak mungkin
membuat anak yang kecerdasannya rendah menjadi anak yang
kecerdasannya tinggi, sehingga prestasi belajarnya juga tinggi seperti
anak yang memang pintar.

2. Input alat (instrumental input)


Kurikulum, dan pendidikan komponen kurikulum, dan pendidik
Komponen masukan yang berperan sebagai alat pendidikan
(insrumental input) adalah semua faktor yang secara langsung atau
tidak langsung mempengaruhi proses pembelajaran, misalnya
kurikulum, media pengajaran, alat evaluasi hasil belajar,
fasilitas/sarana dan prasarana, guru, dan sejenisnya.
Aspek kualitas masukan (raw input) mutu lulusan juga dipengaruhi
oleh faktor instrumental input. Betapapun tingginya kualitas masukan
(peserta didik), tetapi tidak didukung oleh kurikulum yang tepat, alat
evaluasi hasil belajar yang valid, kualitas guru dan komitmennya yang

6
baik, dan sebagainya tentulah akan sulit untuk mewujudkan
tercapainya mutu pendidikan yang tinggi.
3. Input lingkungan (environmental input)
Keadaan cuaca, situasi keamanan masyarakat dll. yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses
pendidikan. Komponen lingkungan pendidikan (enviromental input)
dapat berupa sosial budaya masyarakat, aspirasi pendidikan orang tua
siswa, kondisi fisik sekolah, kafetaria sekolah, dan sejenisnya. Secara
langsung maupun tidak langsung aspek ini akan mempengaruhi proses
pembelajaran dan muaranya pada masalah mutu lulusan.
Berbagai jenis input pendidikan terseleksi sebagaimana
dikemukakan di atas, selanjutnya akan membentuk komponen-
komponen pendidikan atau berbagai sub sistem pendidikan. Dalam hal
ini dilakukan diferensiasi sehingga setiap komponen memiliki fungsi-
fungsi khusus. Namun demikian, karena pendidikan adalah suatu
sistem, maka dalam hal ini semua komponen pendidikan idealnya
melaksanakan fungsinya masing-masing dan berinteraksi satu sama
lain yang mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian komponen pendidikan?
2. Apa saja macam-macam komponen pendidikan?
3. Bagaimana hubungan timbal balik antar komponen pendidikan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian komponen pendidikan.
2. Untuk mengetahui macam-macam komponen pendidikan.
3. Untuk mengetahui hubungan timbal balik antar komponen pendidikan.

7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komponen Pendidikan

Komponen merupakan bagian dari suatu system yang memiliki peran


dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan
system. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses
pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya
suatu proses pendidikan. Bahkan dapat diaktan bahwa untuk berlangsungnya
proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen
tersebut.

2.2 Macam-macam Komponen Pendidikan

Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses


pendidikan atau terlaksananya proses mendidik terdiri dari 6 komponen, yaitu:

1) Tujuan Pendidikan
2) Peserta didik
3) Pendidik
4) Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik
5) Isi Pendidikan
6) Lingkungan Pendidikan

1) Tujuan Pendidikan
Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu
berarah pada tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang
bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada
tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan

8
praktis. Sebagai ilmu pengetahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan
kaidah-kaidah, norma-norma dan atau ukuran tingkah laku perbuatan yang
sebenarnya dilaksanakan oleh manusia. Sebagai ilmu pengetahuan praktis,
tugas pendidikan dan atau pendidik maupun guru ialah menanamkan
sistem-sistem norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada
dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik
dalam suatu masyarakat (Syaifulah, 1981)
Langeveld mengemukakan bahwa pandangan hidup manusia
menjiwai tingkah laku perbuatan mendidik. Tujuan umum atau tujuan
mutakhir pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup
tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai tingkah laku manusia akan
menjiwai tingkah laku pendidikan dan sekaligus akan menentukan tujuan
pendidikan manusia. Langeveld mengemukakan jenis-jenis tujuan
pendidikan terdiri dari tujuan umum, tujuan tak lengkap, tujuan sementara,
tujuan kebetulan, dan tujuan perantara. Pembagian jenis-jenis tujuan
tersebut merupakan tinjauan dari luas dan sempit tujuan yang ingin
dicapai.
Urutan hirarkis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum
pendidikan yang tejabar mulai dari:
a) Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945)
b) Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan
Nasional)
c) Tujuan Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah)
d) Tujuan kurikuler (pada tiap-tiap bidang studi/mata
pelajaran atau kuliah)
e) Tujuan Instruksional
Yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional umum
dan tujuan instruksional khusus.

Dengan demikian tampak keterkaitan antara tujuan instruksional


yang dicapai guru dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan

9
pendidikan nasional yang bersumber dari falsafah hidup yang
berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.

2) Peserta Didik

Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada


usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta peserta
didik. Kalau dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-
anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik termasuk juga
didalamnya orang dewasa. Mendasarkan pada pemikiran tersebut diatas
maka pembahasan peserta didik seharusnya bermuara pada dua hal
tersebut diatas. Persoalan yang berhubungan dengan peserta didik terkait
dengan sifat atau sikap anak didik dikemukakan oleh Langeveld sebagai
berikut:

Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab itu
anak memiliki kodrat kekanak-kanakan yang berbeda dengan sifat hakikat
kedewasaan. Anak memiliki sikap menggantungkan diri, membutuhkan
pertolongan dan bimbingan baik jasmaniah maupun rohaniah. Sifat
hakikat manusia dalam pendidikan ia mengemukakan anak didik harus
diakui sebagai makhluk individu dualitas, sosialitas dan moralitas.
Manusia sebagai makhluk yang harus dididik dan mendidik.

Sehubungan dengan persolan anak didik disekolah Amstrong 1981


mengemukakan beberapa persoalan anak didik yang harus
dipertimbangkan dalam pendidikan. Persoalan tersebut mencakup apakah
latar belakang budaya masyarakat peserta didik? Bagaimanakah tingkat
kemampuan anak didik? Hambatan-hambatan apakah yang dirasakan oleh
anak didik disekolah? Dan bagaimanakah penguasaan bahasa anak di
sekolah? Berdasarkan persoalan tersebut perlu diciptakan pendidikan yang
memperhatikan perbedaan individual, perhatian khusus pada anak yang
memiliki kelainan dan penanaman sikap dan tanggung jawab pada anak
didik.

10
3) Pendidik

Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap


pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Maka muncullah
beberapa individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebagai pendidik
dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan
keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal sebagai
pendidik dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut diatas
Syaifullah (1982) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai gejala
kebudayaan, yang termasuk kategori pendidik adalah:

a) Orang dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum
kepribadian orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh
Syaifullah adalah sebagai berikut:
 Manusia yang memiliki pandangan hidup dan
prinsip hidup yang pasti dan tetap
 Manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-
cita hidup tertentu, termasuk cita-cita untuk
mendidik
 Manusia yang cakap mengambil keputusan batin
sendiri atau perbuatannya sendiri dan yang akan
dipertanggung jawabkan sendiri
 Manusia yang telah cakap menjadi anggota
masyarakat secara konstruktig dan aktif penuh
inisiatif
 Manusia yang telah mencapai umur kronologis
paling rendah 18 tahun
 Manusia berbudi luhur dan berbadan sehat
 Manusia yang berani dan cakap hidup berkeluarga
 Manusia yang berkepribadian yang utuh dan bulat

11
b) Orang Tua
Kedudukan orang tau sebagai pendidik, merupakan
pendidik yang kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang
tua sebagai pendidik utama dan yang pertama serta berlandaskan
pada hubungan cinta-kasih bagi keluarga atau anak yang lahir di
lingkungan keluarga mereka. Secara umum dapat dikatakan bahwa
semua orang tua adalah pendidik, namun tidak semua orang tua
mampu melaksanakan pendidikan dengan baik sehingga
kemampuan untuk menjadi orang tua sama sekali tidak sejajar
dengan kemampuan untuk mendidik.

c) Guru/pendidik
Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara langsung
maupun tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau
masyarakat untuk melaksanakan pndidikan. Karena itu kedudukan
guru sebagai pendidik dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan
baik persyaratan pribadi maupun persyaratan jabatan. Persyaratan
pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait dengan nilai dari
tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual,sikap dan
emosional. Persyaratn jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan
yang dimiliki baik yang berhubungan dengan pesan yang ingin
disampaikan maupun cara penyampainnya, dan memiliki filsafat
pendidikan yang dapat dipertanggung jawabkan.

d) Pemimpin kemasyarakatan dan pemimpin keagamaan


Selain orang dewasa, orang tua, dan guru, pemimpin masyarakat
dan pemimpin keagamaan merupakan pendidik juga. Peran
pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas
pemimpin dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada
anggota yang dipimpin. Pemimpin keagamaan sebagai pendidik,

12
tampak pada aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat
kerohanian manusia, yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.

4) Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik


Proses pendidikan biasa terjadi apabila terdapat interaksi antara
komponen-komponen pendidikan. Terutama interaksi antara pendidik dan
anak didik. Interaksi pendidik dengan anak didik bertujuan untuk
mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Tindakan yang dilakukan
pendidik dalam interaksi tersebut mungkin berupa tindakan berdasarkan
kewibaan, tindakan berupa alat pendidikan dan metode pendidikan.
Pendidikan berdasarkan kewibawaan dapat dicontohkan dalam peristiwa
pengajaran dimana seorang guru sedang memberikan pengajaran, diantara
beberapa murid membuat suatu yang menyebabkan terganggungnya jalan
pengajaran. Kemudian guru tersebut memberikan peringatan atau
menegur, maka beliau ini telat melaksanakan tindakan berdasarkan
kewibawaan. Dengan demikian tindakan berdasarkan kewibawaan yaitu
bersumber dari orang dewasa sebagao pendidik, untuk mencapai tujuan
pendidikan (tujuan kesusilaan, social dan lain-lain) (Syaifuillah, 1982)
Alat pendidikan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
dilakukan ataupun diadakan oleh pendidik yang bertujuan untuk
melaksanakan tugas mendidik. Penggunaan alat mendidik itu bukan hanya
soal teknis, melainkan mempunyai sangkut paut yang erat sekali dengan
pribadi yang menggunakan alat tersebut. Pendidik yang menggunakan alat
itu hendaknya dapat menyesuaikan diri dengan tujuan yang terkandung
dalam alat itu. Penggunaan dan pelaksaan alat itu hendaknya betul-betul
timbul atau terbit dari pribadi yang menggunakan alat itu (pendidik).
Adapun alat pendidikan itu seperti nasihat, teguran, hukuman, ganjaran,
dan perintah.
Dalam interaksi pendidikan tidak terlepas metode atau bagaimana
pendidikan dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan
dalam mendidik yaitu metode diktatoral, metode liberal, dan metode

13
demokratis (Suwarno, 1981). Metode diktatoral bersumber dari teori
empiris yang menyatakan bahwa perkembangan manusia semata-mata
ditentukan oleh factor diluar manusia, sehingga pendidikan bersifat maha
kuasa. Sikap ini menimbulkan sikap diktator dan otoriter, pendidik yang
menetukan segalanya.
Metode liberal bersumber dari pendiiran Naturalisme yang
berpendapat bahwa perkembangan manusia itu sebagian besar ditentukan
oleh kekuatan dari dalam yang secara wajar atau kodrat ada pada diri
manusia. Pandangan ini menimbulkan sikap bahwa pendidik jangan terlalu
banyak ikut campur terhadap perkembangan anak. Biarkanlah anak
berkembang sesuai dengan kodratnya secara bebas atau liberal.
Metode demokratis bersumber dari teori konvergensi yang
mengatakan bahwa perkembangan manusia itu tergantung pada faktor dari
dalam dan dari luar. Di dalam perkembangan anak kita tidak boleh bersifat
menguasai anak, tetapi harus bersifat membimbing perkembangan anak.
Disini tampak bahwa pendidik dan anak didik sama-sama penting dalam
proses pendidikan untuk mencapai tujuan. Ki Hajar Dewantoro
melahirkan asas pendidikan yang sesuai dengan metode demokratis, yaitu
Tut Wuri Handayani, Ing Madyo Mangun Karsa, Ing Ngarsa Asung
Tulada artinya pendidik itu kadang-kadang mengikuti dari belakang,
kadang-kadang harus ditengah-tengah berdampingan dengan anak dan
kadang-kadang harus didepan untuk memberi contoh atau tauladan.

5) Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan
pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada
peserta didik isi/bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman
penyelanggaraan kegiatan pembelajaran yang biasanya disebut kurikulum
dalam pendidikan formal. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri
dari pendidikan agama, pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan

14
sosial, pendidikan intelektual, pendidikan ketrampilan, dan pendidikan
jasmani.

6) Lingkungan pendidikan
Lingkungan pendidikan merupakan suatu tempat dimana suatu
pendidikan dilaksanakan. Lingkungan pendidikan meliputi segala segi
kehidupan atau kebudayaan. Lingkungan pendidikan dapat
dikelompokkan berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari
lingkungan kurtural ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan sosial
anthropologis, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan iklim
geographis.

2.3 Hubungan Timbal Balik Antar Komponen Pendidikan

Keseluruhan komponen-komponen pendidikan diatas merupakan


satukesatuan yang yang saling berkaitan dalam proses pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Input mentah (raw input), yaitu peserta didik,
Input alat (instrumental input) seperti: kurikulum, pendidik, input lingkungan
(environmental input) seperti: keadaan cuaca, situasi keamanan masyarakat
dll.
Yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi proses pendidikan. Sehingga dalam pencapaian tujuan
pendidikan secara optimal dapat ditempuh melalui proses komunikasi yang
intensif

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Komponen pendidikan merupakan bagian-bagian dari system proses


pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya
proses pendidikan.

Input system pendidikan dibedakan menjadi 3 jeni, yaitu :

1. Input masukan (raw input) : peserta didik.


Komponen masukan (raw input), adalah kualitas siswa yang akan
mengikuti proses pendidikan. Kualitas tersebut dapat berupa
potensi kecerdasa, bakat, minat belajar, kepribadian siswa, dan
sebagainya.
2. Input alat (instrumental input) : kurukulum, dan pendidik
komponen masukan yang berperan sebagai alat pendidikan
(instrumental input) adalah semua faktor yang secara langsung atau
tidak langsung mempengaruhi proses pembelajaran, misalnya
kurikulum, media pengajaran, alat evaluasi hasil belajar,
fasilitas/sarana dan prasarana, guru, dan sejenisnya.
3. Input lingkungan (environmental input) : keadaan cuaca, situasi
keamanan masyarakat dan lain-lain. Yang secara langsung maupun
tidak langsung dapat mempengaruhi proses pendidikan.
Berbagai jenis input pendidikan terseleksi dan akan membentuk
komponen-komponen pendidikan, yaitu tujuan pendidikan, peserta didik,
pendidik, interaksi edukatif pendidik dan anak didik, isi pendidikan, dan
lingkungan pendidikan. Dan komponen-komponen pendidikan diatas saling
berkaitan dan merupakan satu kesatuan dalam proses pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan.

3.2 Saran

16
Dengan adanya  karya tulis ini maka diharapkan agar masyarakat dapat
berperan sesuai dengan komponen masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

http://dedifahradi.blogspot.com/2011/02/bab.html

http://lukmancoroners.blogspot.com/2010/04/komponen-pendidikan.html

pengantarpendidikan.files.wordpress.com

http://plissworld.blogspot.com/2013/01/komponen-pendidikan.html?m=1

17

Anda mungkin juga menyukai