Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

STRATEGI
PEMBELAJARAN PKN DI SD
DOSEN : MULYA YUSNARTI, M.Pd

DISUSUN OLEH : KELOMPOK VI


1. INDRA SAPITRA
2. PURI WULANDARI
3. SURYANTI

PROGRAM STUDI : PGSD


(PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR)
STKIP YAPIS DOMPU
TAHUN AKADEMIK2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji  syukut kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha Esa berkat limpahan dan
rahmat-Nya. kami  mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini.

Dalam penyusunan tugas atau makala ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
kami hadapi teratasi.

Makalah ini di susun oleh kami dengan berbagai rintangan. Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca.Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.

Untuk itu, Kepada dosen kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah kami dimasa yang akan datang dan mengharapakan kritik dan saran dari para
pembaca.

Dompu, 2023

Penulis
                                                              BAB I
                                                   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka secara otomatis
pola pikir masyarakat berkembang dalam setiap aspek. Hal ini sangat berbengaruh besar
terutama dalam dunia pendidikan yang menuntut adanya inovasi baru yang dapat
menimbulkan perubahan, secara kualitatif yang berbeda dengan sebelumnya. Tanggung jawab
melaksanakan inovasi diantaranya terletak pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah,
dimana guru memegang peranan utama dan bertanggung jawab menyebarluaskan gagasan
baru, baik terhadap siswa maupun masyarakat melalui proses pengajaran dalam kelas.
Salah satu tugas guru adalah mengajar. Hal ini menyebabkan adanya tuntutan kepada
setiap guru untuk dapat menjawab pertanyaan tentang bagaimana seharusnya mengajar.
Dengan kata lain, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar. Guru akan
memiliki kompetensi mengajar jika, guru paling tidak memiliki pemahaman dan penerapan
dari berbagai metode belajar- mengajar serta hubungannya dengan belajar disamping
kemampuan-kemampuan lain yang menunjang. Bertolak dan bermuara pada kebutuhan
sebagai guru, maka makalah ini di sajikan tentang berbagai metode belajar mengajar agar
mampu melaksanakan tugas utama guru yaitu mengajar khususnya pembelajaran Pkn di SD.
Sesuai dengan karakteristik anak SD dan seusianya, metode ceramah akan menyebabkan
siswa bersikap pasif dan tentunya menjadi pelajaran hafalan yang membosankan. Oleh karena
itu, guru di harapkan mampu menguasai metode–metode yang cocok untuk pembelajaran Pkn
agar siswa lebih tertarik pada pelajaran tersebut.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.      Apa yang dimaksud dengan belajar mengajar ?
2.      Apa pengertian strategi belajar mengajar ?
3.      Apa saja jenis-jenis strategi yang digunakan dalam mengajar ?
4.      Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran PKn SD ?
5.      Apa saja kriteria pemilihan strategi pembelajaran PKn di SD ?
6.      Apa saja macam-macam pendekatan pembelajaran PKn SD ?
7.      Apa saja model-model pembelajaran PKn SD ?
8.      Bagaimana metode pembelajaran PKn SD ?
C.    Tujuan  
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan ini adalah:
1.      Menjelaskan pengertian belajar mengajar.
2.      Menjelaskan pengertian strategi belajar mengajar.
3.      Menyebutkan jenis-jenis strategi yang digunakan dalam mengajar.
4.      Menjelaskan pengertian strategi pembelajaran PKn di SD.
5.      Menjelaskan apa saja  kriteria pemilihan strategi pembelajaran PKn di SD.
6.      Menyebutkan macam-macam pendekatan pembelajaran PKn SD
7.      Menyebutkan model-model pembelajaran PKn SD.
8.      Menjelaskan metode pembelajaran PKn SD.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Belajar dan  Mengajar
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu  sama
lain. Istilah belajar sudah terlalu akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Menurut Harianto
(2014 :) belajar adalah suatu aktivtas atau suatu proses untuk memperoleh pengertahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengkokohkan kepribadian.
Menurut Thordinike (dalam, Suciawati 2005 ) belajar adalah proses interaksi antara
stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan) dan respon (yang juga bisa
beerbrntuk pikiran, perasaan atau gerakan). Perubahan tingkah laku itu boleh berwujud
sesuatu yang konkret atau yang non konkret.
Menurut Uno (2011) belajar adalah pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang
dalam bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai akibat adanya proses dalam
bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek pengetahuan atau melalui suatu pengetahuan
dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar.

Menurut Ewintri (2012:) mengajar adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau
sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar.
Jika belajar dikatan sebagai miliki siswa maka mengajar sebagai kegiatan guru.
Dari pemaparan tentang belajar dan mengajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar
mengajar adalah proses yang terjadi didalam kelas antara guru dan siswayang mempunyai
tujuan khususnya dalam membuka wawasan dan pengetahuan siswa
B.     Pengertian Strategi Belajar Mengajar
 Di dalam sejarah dunia pendidikan guru merupakan sosok figur teladan bagi siswa-
siswinya yang harus memiliki strategi dan teknik-teknik dalam mengajar. Kegiatan belajar
mengajar sebagai sistem intruksional merupakan interaksi antara siswa dengan komponen-
komponen lainnya dan guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran agar lebih aktif dan
efektif secara optimal. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah menguasai teknik-
teknik penyajian, atau biasanya di sebut metode mengajar. Teknik penyajian pelajaran adalah
suatu pengetahuan tentang cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau insturktur kepada
siswa di dalam kelas agar pelajaran itu dapat ditangkap, dipahami dan digunakan siswa
dengan baik. Di dalam kenyatan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang
digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau message lisan kepada siswa, berbeda
dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan,
keterampilan serta sikap. Maka, yang disebut dengan strategi belajar mengajar ialah
memikirkan dan mengupayakan konsistansi aspek-aspek komponen pembentuk kegiatan
sistem intruksional dengan siasat tertentu. Strategi Belajar mengajar adalah pola-pola umum
kegiatan guru – anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.  
Dengan mempelajari Strategi Belajar Mengajar berarti setiap guru  mulai memasuki
suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara
guru dgn ank didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar-mengajar
yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum
pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara
sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pembelajaran. Sehingga
bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dipahami dan diaplikasikan siswa dengan
tuntas.
C.    Jenis- jenis Strategi Dalam Mengajar
Berbagai jenis strategi belajar-mengajar dapat dikelompokkan berdasarkan berbagai
pertimbangan, antara lain:
1.      Atas dasar pertimbangan proses pengolahan pesan.
Strategi Deduktif. Dengan Strategi Deduktif materi atau bahan pelajaran diolah dari mulai
yang umum, generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat khusus atau bagian-bagian. Bagian
itu dapat berupa sifat, atribut atau ciri-ciri. Strategi. Deduktif dapat digunakan dalam
mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi. Strategi Induktif,
dengan Strategi Induktif materi atau bahan pelajaran diolah mulai dari yang khusus (sifat, ciri
atau atribut) ke yang umum, generalisasi atau rumusan. Strategi induktif dapat digunakan
dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.
2.       Atas dasar pertimbangan pihak pengolah pesan
      Strategi melajar mengajar ekspositorik, yaitu suatu strategi belajar mengajar yang
menyiasati agar semua aspek dari komponen pembentukkan sistem intruksional mengarah
pada penyampaian isi pelajaran kepada siswa secara langsung. Dalam strategi ini tidak perlu
mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsi dan konsep yang dipelajari. Semuanya telah
disajikan guru secara jelas melalui aspek-aspek dari komponen yang langsung behubungan
dengan para siswa pada waktu proses pembelajaran berlangsung.
Strategi Belajar Mengajar Heuristik, yaitu suatu strategi belajar mengajar yang mensiasati
agar aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem intruksional mengarah pada pengaktifan
siswa untuk mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip dan konsep yagn mereka
butuhkan.
3.      Atas Dasar Pertimbangan Pengaturan Guru
      Strategi Seorang Guru. Seorang guru mengajar kepada sejumlah siswa. Strategi
Pengajaran Beregu (Team Teaching). Dengan Pengajaran Beregu, dua orang atau lebih guru
mengajar sejumlah siswa. Pengajaran Beregu dapat digunakan di dalam mengajarkan salah
satu mata pelajaran atau sejumlah mata pelajaran yang terpusat kepada suatu topik tertentu.

4.       Atas Dasar Pertimbangan Jumlah Siswa


a.       Strategi Klasikal
b.      Strategi Kelompok Kecil
c.       Strategi Individual.

5.      Atas Dasar Pertimbangan Interaksi Guru dengan Siswa


     Strategi Tatap Muka. Akan lebih baik dengan menggunakan alat peraga. Strategi
Pengajaran Melalui Media. Guru tidak langsung kontak dengan siswa, akan tetapi guru
“mewakilkan” kepada media. Siswa berinteraksi dengan media.
6.       Berdasarkan  Model Desain Pelaksanaan Evaluasi Belajar
      Berdasarkan maksud atau fungsinya, terdapat beberapa model desain pelaksanaan evaluasi
belajar-mengajar. Di antaranya ialah evaluasi; sumatif, formatif, refleksi, dan kombinasi dari
ketiganya. Evaluasi sumatif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan setelah
berakhirnya kegiatan belajar-mengajar, atau sering juga di kenal dengan istilah lain, yaitu post
test. Pola evaluasi ini dilakukan kalau kita hanya bermaksud mengetahui tahap perkembangan
terakhir dari tingkat pengetahuan atau penguasaan belajar (mastery learning) yang telah
dicapai oleh siswa. Asumsi yang mendasarinya ialah bahwa hasil belajar itu merupakan
totalitas sejak awal sampai akhir, sehingga hasil akhir itu dapat kita asumsikan dengan hasil.
Hasil penilaian ini merupakan indikator mengenai taraf keberhasilan proses belajar-mengajar
tersebut. Atas dasar itu, dapat menentukan apakah dapat dilanjutkan kepada program baru
atau harus diadakan pelajaran ulangan seperlunya.
      Evaluasi formatif  ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan selama masih
berjalannya proses kegiatan belajar-mengajar. Mungkin  baru menyelesaikan bagian-bagian
atau unit-unit tertentu dari keseluruhan program atau bahan yang harus diselesaikan.
Tujuannya ialah apabila kita menghendaki umpan-balik yang secara (immediate
feedback), kelemahan-kelemahan dari proses belajar itu dapat segera diperbaiki sebelum
terlanjur dengan kegiatan lebih lanjut yang mungkin akan lebih merugikan, baik bagi siswa
maupun bagi guru sendiri. Bila dibiarkan kesalahan akan berlarut-larut. Dengan kata lain,
evaluasi formatif ini lebih bersifat diagnostik untuk keperluan penyembuhan kesulitan-
kesulitan atau kelemahan belajar-mengajar (remedial teaching and learning), sedangkan
reevaluasi sumatif (EBTA) biasanya lebih berfungsi informatif bagi keperluan pengambilan
keputusan, seperti penentuan nilai (grading), dan kelulusan.
      Evaluasi reflektif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan sebelum proses
belajar-menagjar dilakukan atau sering kita kenal dengan sebutan pre-test. Sasaran utama dari
evaluasi reflektif ini ialah untuk mendapatkan indikator atau informasi awal tentang kesiapan
(readliness) siswa dan disposisi (keadaan taraf penguasaan) bahan atau pola-pola perilaku
siswa sebagai dasar penyusunan rencana kegiatan belajar-mengajar dan peramalan tingkat
keberhasilan yang mungkin dapat dicapainya setelah menjalani proses belajar-mengajar
nantinya. Jadi, evaluasi reflektif lebih bersifat prediktif. Penggunaan teknik pelaksanaan
evaluasi itu secara kombinasi dapat dan sering juga dilakukan terutama antara reflektif dan
sumatif atau model pre-post test design. Tujuan penggunaan model dilaksanakan evaluasi ini
ialah apabila kita ingin mengetahui taraf keefektivan proses belajar-mengajar yang
bersangkutan. Dengan cara demikian, kita akan mungkin mendeteksi seberapa jauh
konstribusi dari komponen-komponen yang terlibat dalam proses belajar-mengajar tersebut.
Sudah barang tentu model ini pun lebih bersifat diagnostik, tetapi lebih komprehensi.
7.      Pengertian Strategi Pembelajaran PKN di SD.
Kata strategi berarti siasat atau kiat. Strategi pembelajaran  Pendidikan  Kewarganegaraan
(PKn) yaitu suatu siasat  atau kiat yang digunakan, memilih, memobilisasikan dan
mengimplementasikan segala teori, pendekatan, teknik, metode, model, media, materi dan
sumber-sumber belajar dalam proses bembelajaran pendidikan kewarganegaraan (pkn) untuk
mencapai tujuaan  pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang telah ditetapkan.
Kesalahan menggunakan strategi akan berakibat tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan tidak tercapai. Kesalahan menggunakan strategi yang dimaksud adalah kesalahan
memilih, mengorganisasikan dan mengimplementasikan teori-teori, pendekatan, teknik,
metodee, model, media, materi pembelajaran dan lain-lain.
8.      Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran PKn di SD.
Menurut Reyha (2014: ),  penggunaan strategi berdaya guna dan berhasil guna perlu
memperhatikan beberapa kriteria pemilihan strategi. Beberapa kriteria yang harus
dipertimbangkan  dalam pemilihan strategi pembelajaran tersebut, sebagai berikut.
a.         Faktor pemilihan:  seperti pemilihan bahan ajar, terutama berhubungan dengan tingkat
kedalaman dan keluasannya.
b.        Faktor penentu: seperti penetapan tujuan pembelajaran terutama harus berorientasi pada
semua domein dalam pembelajaran.
c.          Faktor efisiansi : yaitu berorientasi pada ekonomi terutama pada pilihan yang sederhana,
mudah dan murah.
d.        Faktor efektifitas: yaitu berkaitan dengan instrumen yang digunakan terutama instrumen
yang berkaitan dengan tujuan, tugas-tugas dan motivasi.
e.          Faktor relevansi: yaitu berkaitan dengan proses belajar dan hasil belajar.
f.          Faktor pengaturan: yaitu berkaitan dengan (1). Pengaturan interaksi belajar yang multiway
traffict communication, (2) pengaturan mengenai pengelolaan pesan yaitu (a) expository; (b)
heuristik dan (c) hipotetik.

9.      Pengembangan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan   Kewarganegaraan (PKn) Di Sekolah


Dasar
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan (pkn) di sekolah dasar. Yaitu :
a.       Pendekatan Evokasi
            Pendekatan ini menekankan keberanian dari inisiatif siswa untuk mengekspresikan
dirinya secara spontan atas dasar kebebasan dan kesempatan belajar yang diciptakan guru.
Untuk dapat mengimplementasikan pendekatan ini guru dituntut dapat menciptakan iklim
belajar yang sejuk, menyenamgkan, bebas dari tekanan, terbuka dan bersahabat sehingga
siswa berani berbicara agar dapat mengekspresikan dirinya dalam kaitannya dengan
pelaksanaan pendekatan ini.

b.      Pendekatan Inklusi
            Pendekatan ini bertujuan untuk menanamkan suatu nilai, moral maupun norma
tertentukepada peserta didik melalui sejumlah pertanyaan yang dilakukan oleh guru. Dengan
kata lain  pelaksanaan pendekatan ini didasarkan pada sejumlah peretanyaan nilai yang sudah
disusun dan dipersiapkan sebelumnya oleh guru. Pertanyaan nilai tersebut bersifat
menemukan nilai yang jadi pilihannya yaitu pertanyaan yang meminta murid menjelaskan
atau mengklarifikasikan nilai yang menjadi pilihannya. Pertanyaan yang diajukan oleh guru
ini dinamakan pertanyaan inquiri.
            Salah satu teknik mengajar yang paling cocok untuk pendekatan ini adalah  teknik
inquiry nilai (value inquiry questening technique) dengan sejumlah target nilai yang akan
dicapai dan memanipulasikannya kedalam sejumlah pertanyaan.
c.       Pendekatan kesadaran
            Pendekatan kesadaran berusaha mengungkapkan dan membina kesadaran diri atau
self-awareness siswa tentang nilai-nilai tertentu yang sudah dimilikinya atau pada orang lain.
Dalam pelaksanaanya siswa diberikan kegiatan-kegiatan tertentu yang direncanakan oleh
guru. Melalui kegiatan tersebut secara sadar siswa diharapkan dapat mengungkapkan nilai-
nilai tertentu yang menjadi miliknya dan yang dimiliki oleh orang lain. Sebagai contoh, siswa
diminta membuat daftar orang yang akan diundang dan tidak diundang dalam suatu acara
amal yaitu untuk menghimpum dana bagi korban tsunami. Daftar tersebut disertai dengan
alasan-alasannya  mengapa mereka harus diundang dan tidak diundang. Berdasarkan alasan
yang dibuat murid  tersebut akan tampak seberapa mereka telah memiliki  suatu nilai dan
demikian pula untuk orang lain.
d.      Pendekatan Penalaran Moral
            Pendekatan ini berusaha menumbuhkan penalaran moral melalui suatu analisis kasus
yang mengandung delema moral. Melalui pendekatan ini siswa dihadapkan pada suatu kasus
yang mengandung dilema moral. Selanjutnya siswa diminta membuat suatu keputusan
terhadap kasus yang dilematis tersebut lengkap denga alasannya. Dari alasan yang diajukan
siswa tersebut akan dapat diketahui daya nalar moral yang dimiliki siswa. Walaupun
sebenarnya yang akan menjadi fokus kegiatan ini adalah nalar yang dalam hal ini disebut
sebagai cognitive morale development menurut kohlberg. Dengan kematangan nalar
diharapkan dapat membawa kepada  kematangan moral.
            Sebagai contoh yaitu kepada siswa diminta membuat suatu pilihan dilematis tentang
kesediannya memberikan donor darah guna menyelamatkan suatu operasi dirumah sakit.
Secara kebetulan hanya darahnya yang cocok. Dilain pihak dihari yang sama dia harus
membantu mengangkut barang dan banyak menguras tenaga, akan tetapi hasilnya untuk
menghidupi keluarga. Mana yang harus dilakukan  memberi donor darah atau mengangkut
barang untuk menghidupi keluarga?
e.       Pendekata Analisis Nilai
            Pendekatan ini disebut pendekatan analisis nilai atau value analysis karena berusaha
mengkaji atau menganalisis nilai yang terkandung didalamsuatu peristiwa  atau stimulus
(media lain) yang disiapkan oleh guru. Tujuanya yaitu untuk memberikan penghargaan
terhadap suatu nilai yang telah dimilikinya.
            Kegiatan  mengaalisis nilai merupakan suatu kegiata kognitif tingkat tinggi yang pada
dasarnya bukan saja manyatakan baik atau tidak baik akan tetapi sampai pada analisa
mengapa suatu kebaikan harus dilakukan kejahatan harus ditinggalkan. Akhirnya kegiatan ini
harus sampai pada penghargaan terhadap suatu nilai yang menjadi pilihannya
f.       Pendekatan Mengungkapkan Nilai
            Pendekatan ini berupaya menigkatkan kesadran diri sendiri ayau self-awareness dan
pemeliharan nilai dalam diri sendiri atau self caring. Pendekatan ini bukan merupakan
pemecahan masalah. Meningkatkan kesadaran akan perlunya memiliki suatu nilai dan
memelihara nilai pilihannya itu didalam kehidupanya sehari-hari merupakan inti dari
pendekatan ini. Melalui pendekatan ini siswa dbina kesadarn  emosionalnya tentang nilai yang
menjadi pilihannya melalui cara-cara yang rasional. Sedangkan siswa diminta
mengungkapkan pengalamanya  melaksanakan suatu  kebenaran atau kebaikan nilai yang
menjadi pilihannya.
g.      Pendekatan Komitmen
            Pendekatan ini berusaha menumbuhkan komitmen atau keterikatan  siswa terhadap
suatu nilai. Misalnya seorang anak janji untuk berbuat baik terhadap orang lain, janji untuk
menjemput teman dan sebagainya. Tentu saja janji tersebut harus dipenuhi. Dengankata lain
pendekatan ini  bertujuan melatih siswa untuk disiplin dalam pola pikir maupun tindakannya
agar senantiasa sesuai dengan nilai-nilai atau moral yang menjadi pilihanya.
h.      Pendekatan Memadukan
            Pendekatan ini berusaha memadukan diri siswa dengan pengalaman nyata yang
dirancang oleh guru dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini samgat diperlukan contoh-
contoh konkrit dari pengalaman suatu nilai. Murid perlu suatu visualisasi dari pelaksanaan
suatu nilai atau moral, karena nilai bersifat abstrak. Pedekatan ini bertujuan memberikan
pengalaman langsung yang harus dilakukan siswa terhadap pelaksanaan suatu nilai. Untuk
keperluan itu pembelajaran ini dapat menggunakan metode partisipatori, simulasi, sosio drma
dan studi proyek.

10.  Model pembelajaran PKn di SD


        Model pembelajaran disusun berdasarkan Organization strategy,
Delevery strategi, Management strategy sehingga setiap model pembelajaran yang dibuat guru
berbeda satu sama lain, karena dipengaruhi ketiga strategi pembelajaran tersebut. Diharapkan
dengan penyusunan model pembelajaran yang tepat, dapat membantu ketercapaian tujuan atau
kompetensi dasar yang ditetapkan.
Menurut Astuti (2014 ) ada berapa model pembelajaran PKn di SD antara lain :

a.    Model pembelajaran kooperatif teknik JIGSAW (model Tim Ahli)


Pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw adalah suatu pembelajaran kooperatif dimana dalam
proses pembelajaran setiap siswa dalam kelompok disilang dan memperoleh tugas yang
berbeda. Anggota kelompok yang memperoleh tugas sama dikumpulkan jadi satu dan
membahas tugas tersebut (kelompok kooperatif). Tiap anggota setelah selesai mengerjakan
harus kembali ke kelompok semula untuk menyampaikan hasil pembahasan (ahli informasi),
sehingga kelompok pembahas kembali ke kelompok semula dengan membawa berbagai
informasi permasalahan yang berbeda untuk disampaikan kepada teman sejawat dalam
kelompok.
b.    Model Numbered Head Together (Kepala Bernomor)
Pembelajaran kooperatif teknik Numbered Head Together (NHT) atau kepala bernomor.
Artinya setiap siswa dalam kelompok diberi kartu nomor.
c.       Model Pembelajaran Think Paire and Share
Pembelajaran kooperatif Think Paire and Share (berpikir berpasang-pasangan dan curah
pendapat). Model pembelajaran kooperatif dimana siswa dalam satu kelas dibagi dalam
kelompok kecil (4-6 orang) atau lebih saling berpasangan untuk tukar pendapat serta saling
membantu satu sama lain dalam rangka mencapai kompetensi yang ditetapkan.
d.    Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division
Model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) atau tim Siswa
Kelompok Berprestasi dikembangkan oleh Slavin tahun 1994. Di dalam kelompok belajar,
pasti ada siswa pandai dan kurang pandai atau siswa berprestasi dan kurang
berprestasi. Menyadari kondisi seperti ini, Slavin mengembangkan model pembelajaran
dimana tiap-tiap kelompok tim belajar terdapat siswa yang memiliki lebih dibandingkan
dengan teman sejawatnya
e.     Group Investigation
 Model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok. Pembelajaran ini
dimaksudkan untuk membina sikap tanggung jawab dan bekerjasama dalam kelompok, dan
sikap saling menghargai pendapat anggota kelompok serta membiasakan untuk berani
mengemukakan pendapat.
f.    Coopertaive Script
        Model pembelajaran  Coopertaive Script : merupakan cara-cara belajar dimana siswa
bekerjasama berpasang-pasangan an bergantian secara lisan mengikthtisarkan bagian-bagian
dari materi pelajaran yang dipelajari.
g.  Make a match (mencari pasangan)
        Alam membina keterampilan menemukan informasi an kerjasama dengan orang lain
serta membina tanggung jawab untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui kartu
permasalahan, maka Lorna Curran, tahun 1994 mengembangkan model, pembelajaran
koperatif teknik “make a match” atau mencari pasangan.
h. Model Pembelajaran Debate
        Dalam rangka mendorong siswa untuk berani mengemukakanpendapat dan
mempertahankan pendapatnya serta membina tanggung  jawab kebersamaan alam
mempertahankan ide/idegagasan perlu dibelajarkan model pembelajaran debat.
i.        Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
        Portofolio berasal ari bahasa Inggris ‘’portfolio’’ yang artinya dokumen atau surat-surat,
atau sekumpulan kertas-kertas berharga ari suatu pekerjaan tertentu. Dalam hal ini portofolio
diartikan sebagai : “Suatu kumpulan pekerjaan siswa engan maksud tertentu an terpau yang
diseleksi melalui panduan-panduan yang ditentukan’’. Biasanya portofolio merupakan karya
terpilih dari seorang siswa, tetapi dalam hal ini setiap portofolio berisi karya terpilih dari suatu
kelas siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif dalam memilih, membahas,
mencari data, mengolah, menganalisis, dan mencari pemecahan terhadap suatu masalah yang
dikaji.
        Pada dasarnya portofolio sebagai model pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan
guru agar siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya
sebagai individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui
pengalaman belajar seperti mencari informasi, mengorganisir informasi, membuat laporan,
menulis laporan, dan selanjutnya dituangkan dalam pekerjaannya. Model pembelajaran ini
diterapkan untuk jenis kegiatan pembelajaran terbimbing yang diselenggarakan di luar
kelas (ko-kurikuler).
Pembelajaran PKn untuk membangun warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab dapat ditempuh dengan menyelenggarakan kegiatan ko-kurikuler. Kegiatan ini
dilakukan dengan menyelenggarakan model pembelajaran PKn berbasis portofolio. Model
pembelajaran ini sejatinya memadukan dua pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan
pemecahan masalah dan pengembangan portofolio. Portofolio itu sendiri berfungsi sebagai
wahana pendokumentasian dan penayangan proses pembelajaran yang harus dipresentasikan
oleh peserta didik sebagai bentuk pertanggung-jawaban akademik atas proses pembelajaran
yang dilakoninya.
11.  Metode Pembelajaran Pendidikan Kewargaegaraan (Pkn) Di Sekolah Dasar
        Menurut Wahyuni (2014) ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran PKn di Sd sebagai berikut.
a.       Metode Ceramah
              Metode ini dalam menyajikan bahan ajar melalui penjelasan dan penuturan lisan guru
kepada siswa. Metode ini lebih tepat digunakan apabila bahan ajar banyak mengandung
informasi baru dan memerlukan penjelasan dari guru. Kekuatan metode ini apabila digunakan
dengan metode lain seperti tanya jawab atau diskusi yang saat ini lebih dikenal dengan
ceramah bervariasi , sehingga siswa bukan hanya mendengarkan akan tetapi berbicara dalam
kegiatan pembelajarannya.
b.      Metode Cerita
              Metode ini merupakan suatu cara untuk menanamkan suatu nilai atau moral kepada
para siswa dengan mengungkapkan segala karakter kepribadian tokoh-tokoh  tertentu melalui
cerita hikayat, legenda atau dongeng-dongeng sejarah lokal. Metode ini lebih tepat digunakan
dalam membantu penghayatan nilai-nilai dan moral serta sikap para siswa.
c.        Metode Tanya Jawab
              Metode tanya jawab dalam menyajikan bahan ajar melalui berbagai pertayaan dari
guru, terutama apabila dalam proses pembelajaran, guru menggunakan Teknik Klarifikasi
Nilai. Oleh karena itu guru dituntut menguasai teknik-teknik bertanya (Questioning Skills).
Metode ini lebih tepat digunakan dalam pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa
atau aktivitas siswa.
d.       Metode Diskusi
         Metode diskusi digunakan untuk tujuan agar dalam proses pembelajaran terjadi
komunikasi bayak arah (Multiway Trafict communication). Komunikasi banyak arah yang
terdiri dari guru-murid, murid-guru dan murid-murid sangat ditutut dalam pembelajaran yang
berorientasi pada Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Akan tetapi dalam menggunakan metode
ini salah satu hal yang tidak boleh dilupakan yaitu harus ada masalah yang didiskusikan. Oleh
karena itu metode ini lebih tepat dipakai dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) yang menggunakan Teknik Value Inquiry.
e.        Metode Penugasan
         Metode ini berusaha melatih siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk
langsug yang telah dipersiapkan oleh guru. Tujuan penggunaan metode ini adalah agar siswa
memperoleh pengalama langsung, nyata, bekerja madiri dan jujur. Sebagai contoh misalnya
siswa ditugasi menuliskan pengalamanya dalam menolong adiknya. Tugasnya yaitu: a)
menuliskan dalam peristiwa apa dia menolong adiknya; b) bagaimana cara menolongnya; dan
c) bagaimana perasaannya pada waktu memberikan pertolongan, dan seterusnya.
f.        Metode Permainan Atau Kompetisi
         Metode ini sangat menarik siswa dalam membangkitkan motivasi belajar, latihan
mengambil keputusan dan teutama dalam menciptakan suasana senang dalam belajar (joyful
learning). Dengan suasana suasana senang maka materi pembelajaran akan mudah diserap
oleh siswa. Oleh karena itu metode ini berusaha dalam menyajikan  bahan ajar melalui 
bentuk permainan atau kompetisi. Permainan dimaksud adalah permainan yang diciptakan
sendiri oleh guru dan dapat berupa teka-teki;papa bergambar (sejenis ular bertangga); kotak
rahasia; kartu bergambar dan lain-lain  yang diciptakan guru. Isi pesa yang dimuat dalam
permainan ini hendaknya tetap berupa nilai, moral dan norma sesuai dengan tuntutan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
g.      Metode Simulasi
         Metode ini merupakan cara penyajian bahan ajar dilakukan secra langsung melalui
kegiatan praktek tentang pelaksanaan nilai-nilai dan moral. Melalui metode ini siswa dibantu
memahami dan menghayati nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pemaran makalah diatas dapat dimpulkan sebagai berikut
1.      Belajar mengajar adalah proses yang terjadi didalam kelas antara guru dan siswayang
mempunyai tujuan khususnya dalam membuka wawasan dan pengetahuan siswa.
2.      Strategi Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru – anak didik dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 
3.      Adapun jenis strategi yang digunakan dalam mengajar antara lain;
a)      Atas dasar pertimbangan proses pengolahan pesan.
b)      Atas dasar pertimbangan pihak pengolah pesan
c)      Atas Dasar Pertimbangan Pengaturan Guru.
d)     Atas Dasar Pertimbangan Jumlah Siswa.
e)      Atas Dasar Pertimbangan Interaksi Guru dengan Siswa
f)       Berdasarkan  Model Desain Pelaksanaan Evaluasi Belajar
4.      Kata strategi berarti siasat atau kiat. Strategi pembelajaran Pendidikan  Kewarganegaraan
(pkn) yaitu suatu siasat  atau kiat yang digunakan, memilih, memobilisasikan dan
mengimplementasikan segala teori, pendekatan, teknik, metode, model, media, materi dan
sumber-sumber belajar dalam proses bembelajaran pendidikan kewarganegaraan (pkn) untuk
mencapai tujuaan  pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang telah ditetapkan.
5.      Beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan  dalam pemilihan strategi pembelajaran
tersebut, sebagai berikut.
a)      Faktor pemilihan:  seperti pemilihan bahan ajar, terutama berhubungan dengan tingkat
kedalaman dan keluasannya.
b)      Faktor penentu: seperti penetapan tujuan pembelajaran terutama harus berorientasi pada
semua domein dalam pembelajaran.
c)      Faktor efisiansi : yaitu berorientasi pada ekonomi terutama pada pilihan yang sederhana,
mudah dan murah.
d)     Faktor efektifitas: yaitu berkaitan dengan instrumen yang digunakan terutama instrumen
yang berkaitan dengan tujuan, tugas-tugas dan motivasi.
e)      Faktor relevansi: yaitu berkaitan dengan proses belajar dan hasil belajar.
f)       Faktor pengaturan: yaitu berkaitan dengan (1). Pengaturan interaksi belajar yang multiway
traffict communication, (2) pengaturan mengenai pengelolaan pesan yaitu (a) expository; (b)
heuristik dan (c) hipotetik.
6.      Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan (pkn) di sekolah dasar. Yaitu :
a.       Pendekatan Evokasi
b.      Pendekatan Inklusi
c.       Pendekatan kesadaran
d.      Pendekata Analisis Nilai
7.      Beberapa model-model pembelajaran.
a.       )Model pembelajaran kooperatif teknik JIGSAW (model Tim Ahli) , b. ) Model Numbered
Head Together (kepala bernomor) c.) Model pembelajaran Think Pair and Share, d.) Model
pembelajaran Student Teams Achievement division, e. ) Group Investigation., f ) Cooperative
Script, g) Make a match, h) Model pembelajaran debate i) Model pembelajaran berbasis
portopilio.
8.      Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran Pkn SD adalah metode
ceramah, cerita, Tanya jawab, diskusi, penugasan, permainan ataui kompetisi, dan simulasi.
B.     Saran
Sebagai calon seorang guru Sekolah Dasar diharapkan dapat memahami dan
menerapkan nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam pembelajaran PKn sehingga peserta
didik dapat mengetahui serta mempunyai rasa cinta akan negaranya. Guru juga diharapkan
dapat membentuk moral peserta didiknya dan mengerti akan tata aturan yang terkandung
dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

http://suryadesirahman.blogspot.com/2016/10/makalah-strategi-pembelajaran-pkn-di-sd.html

http://zacaryngeblog.blogspot.com/2018/06/makalah-strategi-pembelajaran-pkn-di-sd.html

https://id.scribd.com/document/488859454/MAKALAH-STRATEGI-PEMBELAJARAN-
PKN-SD

https://www.studocu.com/id/document/universitas-jambi/pendidikan-kewarganegaraan/
makalah-model-model-pembelajaran-pkn-di-sd/45298897

Anda mungkin juga menyukai